Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM FITOKIMIA

ISOLASI KAFEIN DARI DAUN TEH

KELOMPOK B1-2

NURIKA ALVI FADHILAH (172210101083)

NURIL IZZATI FARIHATUR R. (172210101085)

MUTIARA PERMATA PUTRI (172210101088)

ASSTRIED FAUZIYAH D. (172210101091)

DIAN AYU RACHMAWATI (172210101092)

MUCH. AGUNG MAULANA (172210101093)

NONNY PUTRI OKTAVIA (172210101094)

AIDA NURMALITA (172210101095)

DIAN ESTI NURAINI (172210101096)

RIDA ASTUTIK (172210101097)

ZAHIRA KHAIRIN NISA (172210101098)

SHIFWATU DZAKIYYAH (172210101137)

TSAMRATUL FADHILAH (172210101143)

HANA MUFIDAH (172210101144)

LABORATORIUM BIOLOGI

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keanekaragaman hayati Indonesia yang menjadikannya sebagai bahan utama
bagi mereka yang mengembangkan penemuan berbagai senyawa kimia yang
ditemukan di alam. Kandungan senyawa kimia dalam bahan alam tertentu dapat
digunakan dalam bidang kesehatan. Berbagai tumbuhan dapat dijadikan sebagai
sumber obat seperti kelompok sayur-sayuran, buah-buahan, bumbu dapur dan bunga-
bungaan serta tumbuhan liar (Zacky dalam Isa 2008).
Teh merupakan salah satu minuman yang paing banyak dikonsumsi di dunia
yang dibuat dari tanaman Camellia sinensis. Teh memiliki manfaat diantaranya dalam
mencegah dan pengobatan penyakit karena bersifat anti bakteri dan antioksidan
(Dianita,2015). Selain manfaat teh, terdapat pula zat dalam teh yang berakibat kurang
baik untuk tubuh. Zat tersebut adalah kafein. Meskipun kafein aman dikonsumsi, zat
tersebut dapat menimbulkan reaksi yang tidak dikehendaki jika dikonsumsi secara
berlebihan seperti pernapasan meningkat, tremor otot, dan diuresis. Semakin lama the
direndam maka kafein dalam the akan terekstrak dan terjadi oksidasi. Untuk
mendapatkan teh yang lebih pekat dilakukan dengan menambah daun teh, bukan
dengan memperpanjang waktu penyeduhan. Ketika proses penyeduhan teh maka
terjadi proses ekstraksi yaitu penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga
terpisah dari bahan yang larut dengan pelarut cair (Putri Dianita Devi,2015 : 2337-
3520).
Teh kemasan merupakan salah satu produk minuman yang digemari
masyarakat. Jumlah kafein dalam produk minuman teh bervariasi tergantung pada cara
pengeringan, tipe produk dan cara penyajiannya. Setiap orang rata-rata meminum teh
setiap hari tidak kurang dari 120 ml. Selain menyegarkan, teh telah lama diyakini
memiliki khasiat bagi kesehatan tubuh. Diantaranya, mampu mencegah penyakit
seperti jantung coroner, diabetes, mengurangi stress, dan lain-lain.
Kafein merupakan alkaloid dari golongan metilxantin yang diketahui memiliki
aktivitas farmakologi yakni menstimulasi system saraf pusat. Sumber utama kafein
adalah kopi, kola, dan teh (Verawati, 2014 : 43-45). Kristal kafein dalam air serupa
jarum-jarum. Bila tidak mengandung air, kafein meleleh pada suhu 234ºC-239ºC dan
menyublim pada suhu yang lebih rendah. Kafein mudah larut dalam air panas dan
kloroform, tetapi sedikit larut dalam air dingin dan alcohol. Kafein bersifat basa lemah
dan hanya dapat membentuk garam dengan basa kuat. Struktur kafein terbangun dari
system cincin purin, yang secara biologis penting dan diantaranya banyak ditemukan
dalam asam nukleat (Tjay, 2002).
Senyawa kimia yang terkandung dalam teh terdiri dari polifenol, senyaawa
ksantino asam amino, karbohidrat, protein, klorofil, senyawa senyawa volatile, fluor,
mineral, dan senyawa-senyawa kelumit.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan praktkum yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
a. Mahasiswa mampu mengetahui cara isolasi dan sublimasi senyawa kafein dalam
teh
b. Mahasiswa mengetahui cara identifikasi senyawa kafein yang terdapat dalam teh
1.3 Manfaat Praktikum
Praktikan dapat memahami mengenai proses isolasi dan sublimasi senyawa
kafein dan mengidentifikasi hasil isolasi menggunakan KLT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman teh (Camelia sinensis) dapat tumbuh subur dengan baik pada ketinggian
250-1.200 m dpl, curah hujan minimal 60 mm/bulan, cepat mendapat sinar matahari, karena
jika sinar matahari kurang maka pertumbuhan tanaman teh akan lambat, tidak boleh dilalui
angin kering, dan keadaan tanah subur (Anggorowati, 2008). Menurut Graham HN (1984);
Van Steenis CGGJ (1987) dan Tjitrosoepomo G (1989), tanaman teh Camellia sinensis
O.K.Var.assamica (Mast) diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Dialypetalae
Ordo : Guttiferales
Familia : Camelliaceae
Genus : Camellia
Spesies : Camellia sinensis
Teh merupakan salah satu minuman terpopuler yang memiliki banyak manfaat bagi
kesehatan tubuh. Hal,ini disebabkan karena teh mengandung senyawa- senyawa bermanfaat
seperti polifenol, theofilin, flavonoid atau metilxantin, tannin, vitamin C dan E, katekin, serta
sejumlah mineral seperti Zn, Se, Mo,Ge, Mg. Namun demikian teh juga mengandung zat yang
tidak dikehendaki, yaitu kafein. Zat ini dapat menimbulkan reaksi yang tidak dikehendaki
seperti insomnia, gelisah, merangsang, delirium, takikardia, ekstrasitole, pernapasan
meningkat, dan diuresis (Soraya2008). Kafein merupakan metabolit sekunder golongan
alkaloid yang terdapat secara alamipada kopi, teh dan coklat. Selain terdapat secaraalami,
kafein juga sering ditambahkan kedalam beberapa minuman berenergi serta beberapaobat-
obatan.
Teh kemasan merupakan salah satu produk minuman yang digemari masyarakat.
Jumlah kafein dalam produk minuman teh bervariasi tergantung kepada cara pengeringan,
tipe produk dan cara penyajiannya. Tiap orang rata-rata meminum teh tiap hari tidak kurang
dari 120 ml. Selain sebagai minuman yang menyegarkan, teh telah lama diyakini memiliki
khasiat bagi kesehatan tubuh. Diantaranya, mampu mencegah dan menyembuhkan beberapa
penyakit, mulai dari kanker, jantung koroner, diabetes, mengurangi stress, mempertahankan
berat tubuh ideal, menurunkan tekanan darah, pelembut kulit dan lain-lain. Sedangkan
konsumsi kafein yang berlebihan dapat menimbulkan beberapa dapat menyebabkan gugup,
gelisah, tremor, insomnia, hiperestesia, mual, dan kejang (Verawati, 2014 : 43-45)
Kafein memiliki nama lain kafein tein dan 1,3,7- trimethylxanthine. Kafein sangat
larut didalam air panas, larut sedikit didalam aseton dan air dingin serta sangat larut di dalam
dietil eter. Ekstraksi dan Isolasi kafein pertama dilakukan tahun 1819 oleh kimiawan Jerman
Feriedrich Ferdinand Runge (Firdaus,2011). Soraya (2008) Rendemen kafein sebanyak 1,9%
diperoleh dari limbah Teh Hitam CTC Jenis Powder diisolasi menggunkan ekstraksi bertahap
menggunakan air dan pelarut organik. mendapatkan kafein yang berasal dari teh hitam.
Sedangkan identifikasi kristal kafein dilakukan untuk memastikan apakah benar kristal yang
diperoleh dari hasil isolasi tersebut merupakan kristal kafein yang dilakukan identifikasi
kualitatif menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan spektrofotometer UV-Vis.
Penelitian ini penting dilakukan sebagai informasi mengenai kadar kafein dari teh celup yang
selanjutnya digunakan untuk melihat apakah konsumsi kafein pada teh celup ini aman atau
tidak untuk dikonsumsi sesuai standar SNI yang berlaku sehingga dampak negatif kafein
dapat dikurangi.
BAB III
METODE KERJA
Prosedur Kerja

a) Isolasi

Ditimbang 20 gram daun the yang sudah dilarutkan dan dimasukkan


dalam beaker glass 500 ml.

Ditambahkan 100 ml aquades dan 5 gram Na karbonat lalu dipanaskan


selama 20 menit sambil diaduk-aduk.

Campuran tersebut disaring dalam keadaan panas. Filtrat dibiarkan


dingin, lalu ditambahkan larutan asam sulfat 10% hingga pH netral.

Filtrat yang telah netral dimasukkan dalam corong, dipisahkan dan


ditambahkan CHCl3 sama banyak.

Dikocok dan didiamkan beberapa saat hingga diperoleh 2 fase.

Fase CHCl3 dikumpulkan, fase air ditambahkan CHCl3 seperti prosedur


diatas.

Fase kloroform dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap, lalu


diputar hingga volume kurang lebih 10 ml.

Hasil rotavapor dikumpulkan dan ditambahkan air panas sedikit (±1ml)


dan disimpan dalam lemari es hingga terbentuk kristal kafein (±1
minggu).
b) Pemurnian

Dimasukkan kafein ke dalam cawan porselin kecil, lalu ditutup dengan


kertas saring yang diberi lubang.

Kemudian ditutup dengan corong gelas terbaik yang lubangnya


disumbat dengan kapas dilengkapi dengan kertas saring bentuk kerucut.

Cawan dipanasi dengan api kecil pelan-pelan selama 10 menit, lalu


dinginkan selama 15 menit

Corong dibuka, lalu akan didapat kristal kafein bentuk jarum yang akan
menempel dibawah kertas saring dalam cawan.

Ditimbang hasil dan diidentifikasi dengan KLT.

c) Identifikasi

Diambil sedikit padatan dengan ujung spatel kecil, dan dilarutkan


dalam kloroform

Larutan siap dianalisis secara kualitatif dengan kromatografi lapis tipis


dengan kondisi :
a. Fase diam : Silica Gel F254
b. Fase gerak : CHCl3 : Etanol (9,5 : 0,5)
c. Cuplikan : Larutan sampel dan pembanding larutan kafein dalam
methanol
d. Deteksi : UV 254 nm

Dicatat dan dibandingkan harga Rf yang diperoleh serta warna yang


terbaik.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kafein
Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid terkandung secara alami pada lebih dari 60
jenis tanaman terutama teh (1- 4,8 %), kopi (1-1,5 %), dan biji kola(2,7-3,6 %). Kafein
diproduksi secara komersial dengan cara ekstraksi dari tanaman tertentu serta diproduksi
secara sintetis. Kebanyakan produksi kafein bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
industri minuman. Kafein juga digunakan sebagai penguat rasa atau bumbu pada berbagai
industri makanan (Misra et al, 2008).
Kafein ditemukan oleh seorang kimiawan
Jerman, Friedrich Ferdinand Runge, pada tahun
1820. Dia menciptakan istilah “kaffein”, suatu
senyawa kimia dalam kopi, yang dalam bahasa
inggeris menjadi “caffeine”(Hays, 2011).
Kafein merupakan sejenis alkaloid
heterosiklik dalam golongan methylxanthine,
yang menurut definisi berarti senyawa organik
yang mengandung nirogen dengan struktur dua-cincin atau dual-siklik. Molekul ini secara
alami terjadi dalam banyak jenis tanaman sebagi metabolik sekunder. Fungsinya dalam
tumbuhan adalah sebagai pestisida alami yang melumpuhkan dan membunuh serangga
yang memakan tumbuhan tersebut. Zat ini dihasilkan secara eksklusif dalam daun,
kacang-kacangan dan buah-buahan lebih dari 60 tanaman, termasuk daun teh biasa
(Camellia sinensis), kopi (Coffea arabica), kacang koko (Theobroma cacao), kacang kola
(Cola acuminata) dan berbagai macam berry (Reinhardt, 2009).
Kafein dalam bentuk murni muncul sebagai bedak kristal putih yang pahit dan tidak
berbau (Brain, 2000). Rumus kimianya adalah C₈H₁₀N₄O₂ dan memiliki nama kimia
1,3,7-trimethylxanthine. Nama IUPAC untuk kafein adalah 1,3,7-trimethyl-1H-purine-
2,6(3H,7H)-dione, 3,7-dihydro-1,3,7-trimethyl-1H-purine-2,6-dione (Erowid, 2011).
Beberapa sifat fisik kafein, (Mumin et al., 2006) :
 Berat molekul : 194.19 g/mol
 Densitas : 1.23 g/cm3, solid
 Titik leleh : 227–228 °C (anhydrous), 234–235 °C (monohydrate)
 Titik didih : 178 °C subl.
 Kelarutan dalam air : 2.17 g/100 ml (25 °C), 18.0 g/100 ml (80 °C), 67.0 g/100
ml (100 °C)
 Keasaman : -0,13 – 1,22 pKa
 Momen dipole : 3.64 D

4.2 Cara Kerja dan Perlakuan


Pada praktikum kali ini dilakukan isolasi kafein dari simplisia Camelia sinensis. Hal
yang dilakukan pada praktikum ini yang pertama yaitu isolasi senyawa kafein (masih
berbentuk campuran serbuk dan sedikit cairan) lalu sublimasi untuk mendapatkan kristal
senyawa kafein.
A. Isolasi
Sebanyak 8 kantong teh dimasukkan ke dalam beker glass 500 ml, kemudian
ditambahkan 100ml aquades dan 5 gram NaCO3 serta beri tanda pada beker glass
untuk mengetahui batas penambahan air jika volumenya nanti berkurang karena
pemanasan. Penambahan NaCO3 berfungsi untuk memisahkan kafein dengan air
serta menyerap tanin. Campuran tersebut dipanaskan selama 20 menit, tujuan
dipanaskan yaitu agar proses ekstraksi lebih optimal. Apabila volume berkurang
ditambahkan air hingga tepat tanda yang sudah diberikan. Setelah didapatkan
campurannya, disaring dalam keadaan panas. Filtrat yang diperoleh dibiarkan
dingin dan ditambahkan larutan H2SO4 10% untuk menurunkan pH hingga netral.
Filtrat yang diperoleh dimasukkan dalam corong pisah dan ditambah dengan
kloroform sama banyak. Penambahan kloroform berfungsi untuk melarutkan
kafein serta memisahkan kafein dari zat lain dalam teh, misalnya tanin. Kocok dan
diamkan beberapa saat hingga diperoleh dua fase. Bagian atas berwarna coklat
pekat dan bagian bawah berwarna bening. Fase kloroform (bawah) dikumpulkan,
sedangkan fase air ditambahkan kloroform sama banyak. Fase kloroform yang
diperoleh dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap putar (rotavapour) hingga
volume kurang lebih 10 ml. Hasil rotavapour dikumpulkan dan ditambah air panas
sedikit (±1 ml). Penambahan air panas berfungsi untuk melarutkan pengotor
sehingga yang didapatkan murni kafein. Hasil rotavapour disimpan di dalam
lemari es hingga terbentuk kristal kafein (±1 minggu). Pada kelompok kami
dilakukan penyimpanan selama 3 minggu. Penyimpanan dalam lemari es
dilakukan untuk menyempurnakan proses kristalisasinya.
B. Pemurnian (cara sublimasi)
Pemurnian kristal yang didapat dari penyimpanan kristal di dalam lemari es
dilakukan penyubliman pada suhu 180°C. Caranya yaitu kafein yang didapat
dimasukkan ke dalam cawan porselin kecil lalu ditutup dengan kertas saring
berlubang. Setelah itu ditutup dengan corong gelas terbalik yang lubangnya
disumbat dengan kapas dan dilengkapi dengan kertas saring berbentuk kerucut.
Kemudian cawan dipanasi dengan api kecil menggunakan lampu spirtus selama 10
menit dan didinginkan selama 15 menit untuk membentuk kristal. Setelah
pendinginan 15 menit, corong dibuka dan didapatkan kristal kafein berbentuk
jarum yang menempel dibawah kertas saring dan dalam cawan. Setelah itu
hasilnya diidentifikasi dengan KLT.

4.3 Visualisasi dengan UV-Vis


Senyawa organik umumnya tidak dapat terlihat pada pelat KLT yang berwarna putih,
sehingga senyawa harus "divisualisasikan" setelah eluasi, yang artinya mengubah
senyawa menjadi dapat dilihat untuk sementara waktu. Metode visualisasi dapat berupa
non-destruktif (senyawa tidak berubah setelah proses) atau destruktif (senyawa diubah
menjadi sesuatu yang baru setelah proses). Contoh dari visualisasi yang destruktif adalah
penggunaan pereagen warna, sedangkan contoh visualisasi yang tidak destruktif adalah
melihat pelat TLC di bawah sinar ultraviolet (UV).
Metode visualisasi non-destruktif paling umum untuk pelat KLT adalah sinar UV-Vis.
Lampu UV-Vis dapat digunakan untuk menyinari baik gelombang ultraviolet (254nm)
maupun gelombang visual (365nm) pada pelat KLT. Kebanyakan pelat KLT
mengandung bahan fluoresen (misalnya Seng sulfida) dalam silika atau alumina,
sehingga latar belakang pelat akan tampak hijau saat dilihat dengan sinar UV gelombang
pendek. Jika suatu senyawa menyerap sinar UV 254nm, warnanya akan tampak gelap,
karena senyawa tersebut mencegah material fluoresen menerima sinar UV. Senyawa yang
mampu menyerap UV pada panjang gelombang yang digunakan dengan baik adalah
senyawa aromatik dan senyawa yang terkonjugasi, sedangkan gugus fungsional lainnya
tidak akan tampak gelap di bawah lampu UV, meskipun senyawa tersebut sebenarnya
masih ada. Metode ini sangat cepat dan mudah sehingga seringkali metode ini digunakan
untuk visualisasi noda pertama, untuk memastikan secara cepat apakah senyawa yang
diinginkan telah didapatkan atau belum (Lisa Nichols, 2019).
4.4 Uji KLT
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah suatu metode analisis kualitatif berdasarkan
perbandingan nilai Rf sampel dan nilai Rf standar. Prinsip KLT adalah pemisahan
berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi, dimana kecepatan migrasi bergantung pada
interaksi antara senyawa dengan dua fase berbeda, yaitu fase gerak dan fase diam.
Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya
disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan
yang digunakan dinamakan eluen. Untuk pemerikasaan KLT uji senyawa kafein ekstrak
daun teh menggunakan kondisi analisis sebagai berikut:
Fase diam : Silica gel F254
Fase gerak : CHCl3 : Etanol (9,5 : 0,5)
Cuplikan : larutan sampel dan pembanding larutan kafein dalam metanol
Deteksi : UV 254 nm
Penampak noda : 10% KOH dalam methanol
Hasil pemeriksaan kromatografi jika dilihat dibawah sinar UV 254 nm, bercak noda
yang terbentuk adalah coklat gelap dengan nilai Rf standar = 0,68; sampel = 0,69; Rf
pembanding = 0,9. Dilihat dari Rf bisa disimpulkan ekstrak yang dihasilkan mempunyai
karakteristik yang sama dengan standar Kafein. Untuk kemurnian dari senyawa bisa
dilihat pada uji KLT ada atau tidak adanya Tailing (Ekor), jika ada maka dapat
disimpulkan senyawa tersebut belum murni, tetapi jika sudah tidak ada tailing maka dapat
disimpulkan senyawa tersebut murni. Dilihat dari hasil uji KLT yang tidak adanya tailing
maka bisa disimpulkan senyawa hasil ekstrak murni dan dapat dipastikan senyawa
tersebut adalah Kafein.

4.5 Titik Kritis


Titik kritis pada praktikum kali ini adalah :
1. Pada saat isolasi, daun teh yang dihaluskan ditambahkan 100ml aquades, saat
pemanasan jumlah aquadest harus konsisten 100 ml, jadi perlu diamati apabila
jumlah aquadest berkurang saat pemanasn dengan adanya penguapan, maka perlu
ditambahkan aquadest lagi.
2. Pada saat isolasi dan telah diperoleh filtrate netral lalu ditambahkan kloroform
dalam corong pisah, hati-hati saat saat menocok campuran tersebut, apabila
pengocokan sebaiknya dilakukan dengan perlahan, jika terlalu kuat tidak akan
terjadi pemisahan antara fase air dan kloroform.
3. Agar terhindar dari pengotor, hasil fase kloroform yang diambil dan telah
dirotavapour ditambahkan air panas, sehingga dapat melarutkan pengotor.
Semakinkin sedikit pengotor akan semakin baik Kristal yang didapatkan.
4. Saat melakukan pemurnian, dilakukan sublimasi pada Kristal, jika tidak
menghasilkan Kristal bentuk jarum, bisa diulang lagi prosedur sublimasi, bisa jadi
sublimasi yang pertama belum bisa memurnikan Kristal.
5. Pada saat KLT pembuatan eluen diusahakan selesai dalam waktu yang tidak jauh
berbeda dengan penolotolan pada lempeng silica, karena jika eluen dibiarkan
terlalu lama akan ada yang menguap walaupun sedikit tapi mempengaruhi kerja
eluen sebagai fase gerak.
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Hasil pemeriksaan kromatografi jika dilihat dibawah sinar UV 254 nm, bercak noda yang
terbentuk adalah coklat gelap dengan nilai Rf standar = 0,68; sampel = 0,69; Rf pembanding
= 0,9. Dilihat dari Rf bisa disimpulkan ekstrak yang dihasilkan mempunyai karakteristik yang
sama dengan standar Kafein.
DAFTAR PUSTAKA

Firdaus. (2011). Teknik Dalam Laboratorium Kimia Organik. Hibah Penulisan Buku Ajar.
Makasar : Unversitas Hasanuddin
Cahyanta, A. N. (2016). Penetapan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Daun Pare Metode
Kompleks Kolorimetri dengan Pengukuran Absorbansi secara Spektrofotometri.
Jurnal Ilmiah Farmasi. 5 (1): 58-6
Raharjo, R.A. (2010). Penentuan Kadar Kafein Dalam Kopi. Laporan Praktikum. Kendari:
Unversitas Haluoleo
Soraya, N. (2008). Isolasi Kafein Dari Limbah Teh Hitam CTC Jenis Powder Secara
Ekstraksi. Skripsi. Bogor: Institut Tertanian Bogor. Stahl, E., (1985). Analisis Obat
Secara Kromatografi dan Mikroskopi, Penerbit ITB. Press, Bandung
Verawati,dkk, 2014. Penetapan Kadar Konsumsi Kafein Dalam Minuman Teh Seduhan Yang
Beredar Di Pasaran Secara KLT-Densitometri. Jurnal Nasional Scientia.Vol. (4)
No(1). Hal 43-45
Hays, J., 2011. Coffee-History, Health and Caffeine. Available from:
http://factsanddetails.com/world.php?itemid=1568&catid=54&subcatid=346]. Diakses
pada 30 Oktober 2019.
Misra, H., Mehta, D., Mehta, B.K., Soni, M., and Jain, D.C., 2008. Study of Extraction and
HPTLC – UV Method for Estimation of Caffeine in Marketed Tea (Camellia sinensis)
Granules. International Journal of Green Pharmacy : 47-51.
Mumin, A., Kazi, F.A., Zainal, A., Zakir, H., 2006. Determination and of Caffeine in Tea,
Coffee, and Soft Drink by Solid Phase Extraction and High Performance Luquid
Chromatography (SPE – HPLC). Malaysian Journal of Chemistry, 8: 45-51.
Reinhardt, D., 2009. Caffeine Chemistry and Caffeine Effects. Available from:
[http://suite101.com/article/caffeine-chemistry-and-caffeine-effects-a130352]. Diakses
pada 31 Oktober 2019.

Anda mungkin juga menyukai