Laporan Fitokim Isolasi Kafein PDF
Laporan Fitokim Isolasi Kafein PDF
KELOMPOK B1-2
LABORATORIUM BIOLOGI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Tanaman teh (Camelia sinensis) dapat tumbuh subur dengan baik pada ketinggian
250-1.200 m dpl, curah hujan minimal 60 mm/bulan, cepat mendapat sinar matahari, karena
jika sinar matahari kurang maka pertumbuhan tanaman teh akan lambat, tidak boleh dilalui
angin kering, dan keadaan tanah subur (Anggorowati, 2008). Menurut Graham HN (1984);
Van Steenis CGGJ (1987) dan Tjitrosoepomo G (1989), tanaman teh Camellia sinensis
O.K.Var.assamica (Mast) diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Dialypetalae
Ordo : Guttiferales
Familia : Camelliaceae
Genus : Camellia
Spesies : Camellia sinensis
Teh merupakan salah satu minuman terpopuler yang memiliki banyak manfaat bagi
kesehatan tubuh. Hal,ini disebabkan karena teh mengandung senyawa- senyawa bermanfaat
seperti polifenol, theofilin, flavonoid atau metilxantin, tannin, vitamin C dan E, katekin, serta
sejumlah mineral seperti Zn, Se, Mo,Ge, Mg. Namun demikian teh juga mengandung zat yang
tidak dikehendaki, yaitu kafein. Zat ini dapat menimbulkan reaksi yang tidak dikehendaki
seperti insomnia, gelisah, merangsang, delirium, takikardia, ekstrasitole, pernapasan
meningkat, dan diuresis (Soraya2008). Kafein merupakan metabolit sekunder golongan
alkaloid yang terdapat secara alamipada kopi, teh dan coklat. Selain terdapat secaraalami,
kafein juga sering ditambahkan kedalam beberapa minuman berenergi serta beberapaobat-
obatan.
Teh kemasan merupakan salah satu produk minuman yang digemari masyarakat.
Jumlah kafein dalam produk minuman teh bervariasi tergantung kepada cara pengeringan,
tipe produk dan cara penyajiannya. Tiap orang rata-rata meminum teh tiap hari tidak kurang
dari 120 ml. Selain sebagai minuman yang menyegarkan, teh telah lama diyakini memiliki
khasiat bagi kesehatan tubuh. Diantaranya, mampu mencegah dan menyembuhkan beberapa
penyakit, mulai dari kanker, jantung koroner, diabetes, mengurangi stress, mempertahankan
berat tubuh ideal, menurunkan tekanan darah, pelembut kulit dan lain-lain. Sedangkan
konsumsi kafein yang berlebihan dapat menimbulkan beberapa dapat menyebabkan gugup,
gelisah, tremor, insomnia, hiperestesia, mual, dan kejang (Verawati, 2014 : 43-45)
Kafein memiliki nama lain kafein tein dan 1,3,7- trimethylxanthine. Kafein sangat
larut didalam air panas, larut sedikit didalam aseton dan air dingin serta sangat larut di dalam
dietil eter. Ekstraksi dan Isolasi kafein pertama dilakukan tahun 1819 oleh kimiawan Jerman
Feriedrich Ferdinand Runge (Firdaus,2011). Soraya (2008) Rendemen kafein sebanyak 1,9%
diperoleh dari limbah Teh Hitam CTC Jenis Powder diisolasi menggunkan ekstraksi bertahap
menggunakan air dan pelarut organik. mendapatkan kafein yang berasal dari teh hitam.
Sedangkan identifikasi kristal kafein dilakukan untuk memastikan apakah benar kristal yang
diperoleh dari hasil isolasi tersebut merupakan kristal kafein yang dilakukan identifikasi
kualitatif menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan spektrofotometer UV-Vis.
Penelitian ini penting dilakukan sebagai informasi mengenai kadar kafein dari teh celup yang
selanjutnya digunakan untuk melihat apakah konsumsi kafein pada teh celup ini aman atau
tidak untuk dikonsumsi sesuai standar SNI yang berlaku sehingga dampak negatif kafein
dapat dikurangi.
BAB III
METODE KERJA
Prosedur Kerja
a) Isolasi
Corong dibuka, lalu akan didapat kristal kafein bentuk jarum yang akan
menempel dibawah kertas saring dalam cawan.
c) Identifikasi
4.1 Kafein
Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid terkandung secara alami pada lebih dari 60
jenis tanaman terutama teh (1- 4,8 %), kopi (1-1,5 %), dan biji kola(2,7-3,6 %). Kafein
diproduksi secara komersial dengan cara ekstraksi dari tanaman tertentu serta diproduksi
secara sintetis. Kebanyakan produksi kafein bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
industri minuman. Kafein juga digunakan sebagai penguat rasa atau bumbu pada berbagai
industri makanan (Misra et al, 2008).
Kafein ditemukan oleh seorang kimiawan
Jerman, Friedrich Ferdinand Runge, pada tahun
1820. Dia menciptakan istilah “kaffein”, suatu
senyawa kimia dalam kopi, yang dalam bahasa
inggeris menjadi “caffeine”(Hays, 2011).
Kafein merupakan sejenis alkaloid
heterosiklik dalam golongan methylxanthine,
yang menurut definisi berarti senyawa organik
yang mengandung nirogen dengan struktur dua-cincin atau dual-siklik. Molekul ini secara
alami terjadi dalam banyak jenis tanaman sebagi metabolik sekunder. Fungsinya dalam
tumbuhan adalah sebagai pestisida alami yang melumpuhkan dan membunuh serangga
yang memakan tumbuhan tersebut. Zat ini dihasilkan secara eksklusif dalam daun,
kacang-kacangan dan buah-buahan lebih dari 60 tanaman, termasuk daun teh biasa
(Camellia sinensis), kopi (Coffea arabica), kacang koko (Theobroma cacao), kacang kola
(Cola acuminata) dan berbagai macam berry (Reinhardt, 2009).
Kafein dalam bentuk murni muncul sebagai bedak kristal putih yang pahit dan tidak
berbau (Brain, 2000). Rumus kimianya adalah C₈H₁₀N₄O₂ dan memiliki nama kimia
1,3,7-trimethylxanthine. Nama IUPAC untuk kafein adalah 1,3,7-trimethyl-1H-purine-
2,6(3H,7H)-dione, 3,7-dihydro-1,3,7-trimethyl-1H-purine-2,6-dione (Erowid, 2011).
Beberapa sifat fisik kafein, (Mumin et al., 2006) :
Berat molekul : 194.19 g/mol
Densitas : 1.23 g/cm3, solid
Titik leleh : 227–228 °C (anhydrous), 234–235 °C (monohydrate)
Titik didih : 178 °C subl.
Kelarutan dalam air : 2.17 g/100 ml (25 °C), 18.0 g/100 ml (80 °C), 67.0 g/100
ml (100 °C)
Keasaman : -0,13 – 1,22 pKa
Momen dipole : 3.64 D
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil pemeriksaan kromatografi jika dilihat dibawah sinar UV 254 nm, bercak noda yang
terbentuk adalah coklat gelap dengan nilai Rf standar = 0,68; sampel = 0,69; Rf pembanding
= 0,9. Dilihat dari Rf bisa disimpulkan ekstrak yang dihasilkan mempunyai karakteristik yang
sama dengan standar Kafein.
DAFTAR PUSTAKA
Firdaus. (2011). Teknik Dalam Laboratorium Kimia Organik. Hibah Penulisan Buku Ajar.
Makasar : Unversitas Hasanuddin
Cahyanta, A. N. (2016). Penetapan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Daun Pare Metode
Kompleks Kolorimetri dengan Pengukuran Absorbansi secara Spektrofotometri.
Jurnal Ilmiah Farmasi. 5 (1): 58-6
Raharjo, R.A. (2010). Penentuan Kadar Kafein Dalam Kopi. Laporan Praktikum. Kendari:
Unversitas Haluoleo
Soraya, N. (2008). Isolasi Kafein Dari Limbah Teh Hitam CTC Jenis Powder Secara
Ekstraksi. Skripsi. Bogor: Institut Tertanian Bogor. Stahl, E., (1985). Analisis Obat
Secara Kromatografi dan Mikroskopi, Penerbit ITB. Press, Bandung
Verawati,dkk, 2014. Penetapan Kadar Konsumsi Kafein Dalam Minuman Teh Seduhan Yang
Beredar Di Pasaran Secara KLT-Densitometri. Jurnal Nasional Scientia.Vol. (4)
No(1). Hal 43-45
Hays, J., 2011. Coffee-History, Health and Caffeine. Available from:
http://factsanddetails.com/world.php?itemid=1568&catid=54&subcatid=346]. Diakses
pada 30 Oktober 2019.
Misra, H., Mehta, D., Mehta, B.K., Soni, M., and Jain, D.C., 2008. Study of Extraction and
HPTLC – UV Method for Estimation of Caffeine in Marketed Tea (Camellia sinensis)
Granules. International Journal of Green Pharmacy : 47-51.
Mumin, A., Kazi, F.A., Zainal, A., Zakir, H., 2006. Determination and of Caffeine in Tea,
Coffee, and Soft Drink by Solid Phase Extraction and High Performance Luquid
Chromatography (SPE – HPLC). Malaysian Journal of Chemistry, 8: 45-51.
Reinhardt, D., 2009. Caffeine Chemistry and Caffeine Effects. Available from:
[http://suite101.com/article/caffeine-chemistry-and-caffeine-effects-a130352]. Diakses
pada 31 Oktober 2019.