Anda di halaman 1dari 5

SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

MANUSIA DAN HARAPAN

DOSEN PEMBIMBING :
IMAN JALADRI,S.SiT,M.Kes
KELOMPOK 9 :
SRI WINDA
SRI PUSPITASARI
THEA TIXIE G.
THERESIA HAINIYATI
TIA GURMILA
TIARA BUANA
WANDA FITRI N.
WILA NADA
WULANDARI
YOLA OKDITA
YUNI KRISTINA
ZAKI NABILI
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
PRODI DIII GIZI
TAHUN AJARAN 2016 / 2017
1. Berbagai Contoh dalam Kehidupan
Beberapa ilustrasti mengenai penderitaan yang sekaligus disertai dengan
harapan bebas dari penderitaan adalah sebagai berikut :
1. Penderita dialami oleh seorang ibu hamil yang sudah saatnya bersalin.
Rasa sakit yang dialami serin dilukiskan oleh ibu (tokoh ibu) sebagai
seribu rasa sakit berpadu dalam satu saat.
2. Penderita yang dialami oleh orang yang sakit : ia pergi berobat kedokter
atau kepada yang dianggapnya dapat mengobatinya, dengan harapan agar
ia dapat pulih.
3. Penderitaan para pejuang kemerdekaan. Dengan menejunkan diri ke
kancah pejuang untuk merebut kemerdekaan.
4. Penderitaan yang dialami oleh pelajar ata mahasiswa : pelajar dan
mahasiswa sebenarnya adalah orang yang mau dan bersedia hidup
menderita. Meskipun demikian dibalik penderitaan itu mereka
mempunyai harapan untuk dapat menempuh hidup didunia dengan cara
dan langkah baik.
5. Perjaka atau gadis yang memasuki periode perkembangan jasmani dan
rohani tertentu : hampir semua aktivitas perjaka dan gadis itu
diorientasikan tuntuk menciptakan kebaikan suasana pada penjumpaan
dengan kekasihnya.

2. Nilai-nilai Budaya Bagi Tolak Ukur Harapan


Nilai budaya diangkat oleh pengubah atau penulisnya, sebagai temuan
sebagai gagasan utama, maka hasil sastra itu pada hakikatnya memantapkan
harapan masyarakat yang ide-idenya “terwakili” dalam hasil sastra tersebut.
Dalam hasil sastra jawa, misalnya, antara lain terdapat nilai budaya yang
meliputi (1) nilai kejuangan dan semangat pengorbanan, (2) nilai-nilai
kerumahtanggaan dan (3) nilai-nilai kemandirian kaum wanita.
Nilai kejuangan yang dijadikan tolak ukur dan yang selanjutnya
diharapkan agar dimiliki oleh calon keluarga masyarakat diantaranya ialah (1)
kesetiaan (2) kesungguhan (3) pengutamaan untuk mengabdi pada tugas (4)
pemberian nilai kepada setiap jenis pekerjaan (5) disiplin dan (6) watak
pejuang. Nilai-nilai kerumahtangaan yang diharapkan berkembang didalam
setiap keluarga ialah (1) dibentuk melalui proses pernikhan menurut agama (2)
hubungn suami dan istri yang berdasarkan cinta kasih (3) jati diri suami
berdasarkan watak yang baik benar dan mapan (4) jika jati istri berdasarkan
watak yang baik benar dan mapan (5) hubungan antara orang tua dan anak
menurut kewajiban dan hak-hak masing-masing dan (6) pembuatan keluarga ke
arah kehidupan yang sejahtera dan bahagia. Kaum wanita yang diharapkan
dapat dimiliki oleh setiap individu wanita ialah yang bertalin dengan sifat-sifat
sebagai berikut: (1) berkemampuan menyelesaikan pekerjaan dengan tugas,
dengan penuh konsentrasi dan tekun (2) hemat dan mampu merawat, tidak
mengunakan kata-kata lekoh dalam berkomunikasi, setiap tindakan harus
berdasarkan rencana yang matang dan cermat, menjauhkan diri dari perbuatan
yang sia-sia dan senantiasa berusaha mendudukkan setiap masalah pada
proporsi dengan tepat, serta dapat melandasi setiap perilakunya dengan penuh
berwatak pandai memelihara dan menjaga sesuatu yang harus dipertanggung
jawabkan, pandai memilih saat yang tepat untuk berperilaku dan memantaskan
diri, dan selalu siap untuk memenuhi harapan suami, ayah atau ibu atau
masyarakat, serta selalu siap siaga untuk menyelesaikan tugas-tugas yang
menjadi tanggung jawabnya (4) tidak lengah dan dapat mengatur pengelolaan
rumah tangganya. (5) dengan cepat dapat menyelesaikan pekerjaan terampil,
segera memulai pekerjaan yang diserahkan kepadanya. Tidak ragu-ragu dalam
menyelesaikan tugas (6) penuh konsentrasi dan teguh dalam pendirian, serta
penuh prakarsa, dan (7) bersemangat dan tidak mengenal putus asa.
Nilai-nilai kejuangan, kerumahtangaan dan kemandirian pada wanita
yang diharapkan dalam kebudayaan tersebut, didalam hasil sastra jawa diberi
istilah sebagai berikut:
1. Mantep, tenan, taberi (mantap, serius, dan tekun)
2. Patitis (teliti, cermat)
3. Satuhu (setia)
4. Nasiti, ngati-ngati, merak ati (berencana, berhati-hati dan menarik)
5. Mawa denga lawan watara (penuh perhitungan)
6. Matep suci ing kalbu (mantap dan berhati suci)
7. Den watak amba, den gedhe pengapurane (sabar dan pemaaf)
8. Basa nira den manis arum (berbahasa dengan baik)
9. Wajib anggulan semedi lang enget kang sampun dadi tulada (wajib
menunaikan ibadah dan senantiasa memacu kepda tokoh teladan)
10. Pratikele wong akrami amung ati pawitane (peranata keluarga yang
dibangun dengan perkawinan hanya bermodal niat, iktikat, cipta, rasa
dan karsa.
11.Bobot bebet bibit warna berana wibawa pembeka yokyame
kawikanana sebagai landasan pemilihan jodoh
12.Sregep, pethel, tegen, wegel, penaktiatin.
13.Aja kereng drengki ian cengkiling, en aja ngerusak barang.
14.Tungrap kakung : teguh tanggoh tanggung
15.Tungrap pawestri : merak, ati gumati hulu.
16.Tungrap anak : wedi trusing ati marang worong tuane sera marang
gurane
17.Gelaring pembudi nut ing jaman kolopane, rigmen, gemi, nastiti,
waruh etung, taberi tetanya, nenyah kayun, nemen ing seja, aja tuman
utang silih
18.(khusus untuk menjaga martabat kaum wanita : rigen tegan mugen :
gemi nastiti ngati ngati gumati mangerti miranti rukti.

3. Makna Harapan
Harapan berasal dari kata harap artinya keinginan supaya sesuatu terjadi.
Yang mempunyai harapan atau keinginan itu hati. Putus harapan berarti putus
asa.
Contoh :
1). Budi seseorang mahasiswa Universitas Terbuka, ia belajar rajin dengan
harapan didalam ujian semester memperoleh nilai A.
Untuk mewujudkan harapan itu harus disertai usaha sesuai dengan apa
yang diharapan. Mekipun sudah berusaha keraspun kadang-kadang harapan itu
belum tentu terwujud. Misalnya, apakah budi pasti dapat nilai A belum tentu.
Tuhan lah yang menentukan. Manusia sekedar berusaha.
Harapan artiny keinginan yang belum terwujud. Setiap orang mempunyai
harapan. Tanpa harapan manusia tidak ada artinya sebagai manusia. Manusia
yang tak mempunyai harapan berarti tidak dapat diharapkan lagi.
Menurut kodratnya dalam diri manusia ada dorongan, yakni dorongan
kodrat dan dorongan hidup. Dorongan kodrat itu ialah menangis, tertawa,
berfikir, berkata, bercinta, mempunyai keturunan dan sebagainya.
Kebutuhan hidup ialah kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan rohani
ialah kebutuhan sandang pangan dan papan sedangkan kebutuhan rohani
meliputi kebahagiaan, kesejahteraan, kepuasan, hiburan dan sebagainya.
Dalam mencukupi kebutuhan itu, baik kebutuhan kodrta maupun
kebutuhan hidup manusia tidak dapat mencapai sendiri, melainkan harus dengan
bantuan orang lain.
Abraham Maslow mengatagorikan kebutuhan manusia menjadi lima
macam. Lima macam kebutuhan manusi merupakan lima harapan manusia.
Lima macam kebutuhan manusia ialah:
1. Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup (survival)
2. Harapan untuk memperoleh keamanan (safety)
3. Hrapan untuk memiliki hak dan kewajiban untuk mencintai (belonging
and love)
4. Harapan memperoleh status atau untuk diterima atau diakui lingkungan.
5. Harapan untuk memperoleh perwujudan dan cita-cita (self actualization)3

Anda mungkin juga menyukai