Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PERLINDUNGAN ANAK

“HAK DAN KEBUTUHAN ANAK USIA DINI (0-8 TAHUN)”

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Rakimahwati, M.Pd

Kelompok 6

1. Andini Ulia Rahma 17022003


2. Hanifah Aulia Yuneva 18022015
3. Isra Revenia 18022016
4. Lucy Dwi Aprilia 18022022
5. Nisa Viorenza 18022032

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk kedepannya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik
lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 14 Oktober 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk membantu seorang anak mencapai potensinya secara optimal, orangtua


harus memastikan bahwa tahun-tahun prasekolah dipenuhi dengan
kegembiraan.Bagi seorang anak, bermain adalah belajar dan belajar adalah
menyenangkan.Bermain merupakan kegiatan yang penting bagi pertumbuhan
danperkembangan fisik, sosial, emosi, intelektual, dan spiritual anak.

Dengan bermain anak dapat mengenal lingkungan, berinteraksi, serta


mengembangkan emosi dan imajinasi dengan baik.Pada dasarnya anak-anak
gemar bermain, bergerak, bernyanyi dan menari, baik dilakukan sendiri maupun
berkelompok.Bermain adalah kegiatan untuk bersenang-senang yang terjadi secara
alamiah. Anak tidak merasa terpaksa untuk bermain, tetapi mereka akan
memperoleh kesenangan, kenikmatan, informasi, pengetahuan, imajinasi, dan
motivasi bersosialisasi. Bermain memiliki fungsi yang sangat luas, seperti untuk
anak, untuk guru, orang tua dan fungsi lainnya.bagi anak. Dengan bermain dapat
mengembangkan fisik, motorik, sosial, emosi, kognitif, daya cipta (kreativitas),
bahasa, perilaku, ketajaman pengindraan, melepaskan ketegangan, dan terapi bagi
fisik, mental ataupun gangguan perkembangan lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Menganalisi hak dan Kebutuhan anak usia dini dikeluarga
2. Menganalisis kebutuhan anak usia dini disekolah
3. Menganalisis kebutuhan anak usia dini dimasyarakat

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hak dan Kebutuhan anak usia dini dikeluarga
2. Untuk mengetahui kebutuhan anak usia dini disekolah
3. Untuk mengetahui kebutuhan anak usia dini dimasyaraka
BAB II
PEMBAHASAN

A. Analisis Kebutuhan Anak


Sebagian orang berpendapat bahwa mengajar di Sekolah Minggu bukanlah
pekerjaan yang sukar. Anggapan seperti inilah yang sering menjadi penyebab
kegagalan dalam mengajar.
Karena disamping persiapan mengajar yang matang, seorang Guru Sekolah
Minggu dituntut untuk memahami/memperhatikan perkembangan Psikologi Anak
berdasarkan usianya. Hal ini akan berpengaruh pada tehnik mengajar yang harus
digunakan sesuai dengan perkembangan usia mereka.
Dari berbagai ahli yang menyusun tentang tingkat perkembangan anak, ada dua
model yang sangat berpengaruh dalam pengajaran di Sekolah Minggu. Dengan
mempertimbangkan batasan umum Sekolah Minggu, maka dalam pembahasan
inipun dibatasi sampai pada usia pra-remaja dengan perkembangan normal.
1. Analisis
Menurut kamus bahasa Indonesia analisis adalah kata bantu pengurayan
suatu pokok atas berbagai bagianya dan penelaahan bagian itu sendiri, serta
hubungan antar bagian untuk mendapatkan pengertian yang tepat dan
pemahaman makna keseluruhan; peruses pencarian jalan keluar yang
berangkat dari dugaan akan kebenaranya; penyelidikan terhadap suatu
peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.
2. Kebutuhan
Kebutuhan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk
mempertahankan hidup serta untuk memperoleh kesejahteraan dan
kenyamanan.
3. Anak Usia Dini
Anak Usia Dini adalah anak yang berada pada usia 0-8 tahun, Anak Usia
Dini adalah anak yang berada pada usia 0-6 tahun (Azis Alimun, 2006.)

B. Kebutuhan Keluarga
1. kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis
yaknik kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik.
Kebutuhan-kebutuhan itu seperti kebutuhan akan makanan, minuman,
tempat berteduh, seks, tidur dan oksigen.
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi paling dasar dan besar
bagi semua pemenuhan kebutuhan di atasnya. Manusia yang lapar akan
selalu termotivasi untuk makan, bukan untuk mencari teman atau dihargai.
Manusia akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain
sampai kebutuhan fisiologisnya itu terpuaskan. Di masyarakat yang sudah
mapan, kebutuhan untuk memuaskan rasa lapar adalah sebuah gaya hidup.
Mereka biasanya sudah memiliki cukup makanan, tetapi ketika mereka
berkata lapar maka yang sebenarnya mereka pikirkan adalah citarasa
makanan yang hendak dipilih, bukan rasa lapar yang dirasakannya.
Seseorang yang sungguh-sungguh lapar tidak akan terlalu peduli dengan
rasa, bau, temperatur ataupun tekstur makanan.
Kebutuhan fisiologis berbeda dari kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua
hal. Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang
bisa terpuaskan sepenuhnya atau minimal bisa diatasi. Manusia dapat
merasakan cukup dalam aktivitas makan sehingga pada titik ini, daya
penggerak untuk makan akan hilang. Bagi seseorang yang baru saja
menyelesaikan sebuah santapan besar, dan kemudian membayangkan
sebuah makanan lagi sudah cukup untuk membuatnya mual.
Kedua, yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah hakikat
pengulangannya. Setelah manusia makan, mereka akhirnya akan menjadi
lapar lagi dan akan terus menerus mencari makanan dan air lagi.
Sementara kebutuhan di tingkatan yang lebih tinggi tidak terus menerus
muncul. Sebagai contoh, seseorang yang minimal terpenuhi sebagian
kebutuhan mereka untuk dicintai dan dihargai akan tetap merasa yakin
bahwa mereka dapat mempertahankan pemeuhan terhadap kebutuhan
tersebut tanpa harus mencari-carinya lagi.

2. Kebutuhan Akan Rasa Aman


Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya,
muncullah apa yang disebut Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan akan
rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman ini diantaranya adalah
rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan
dari daya-daya mengancam seperti perang, terorisme, penyakit, takut,
cemas, bahaya, kerusuhan dan bencana alam. Kebutuhan akan rasa aman
berbeda dari kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini tidak bisa
terpenuhi secara total. Manusia tidak pernah dapat dilindungi sepenuhnya
dari ancaman-ancaman meteor, kebakaran, banjir atau perilaku berbahaya
orang lain.
Menurut Maslow, orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku
sama seperti anak-anak yang tidak aman. Mereka akan bertingkah laku
seakan-akan selalu dalam keadaan terancam besar. Seseorang yang tidak
aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara
berelebihan serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat
asing dan yang tidak diharapkannya.

3. Kebutuhan Akan Rasa Memiliki Dan Kasih Sayang


Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi,
maka muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa
memiliki-dimiliki. Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi dorongan untuk
bersahabat, keinginan memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk
dekat pada keluarga dan kebutuhan antarpribadi seperti kebutuhan untuk
memberi dan menerima cinta. Seseorang yang kebutuhan cintanya sudah
relatif terpenuhi sejak kanak-kanak tidak akan merasa panik saat menolak
cinta.. Ia akan memiliki keyakinan besar bahwa dirinya akan diterima
orang-orang yang memang penting bagi dirinya. Ketika ada orang lain
menolak dirinya, ia tidak akan merasa hancur. Bagi Maslow, cinta
menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang,
termasuk sikap saling percaya. Sering kali cinta menjadi rusak jika salah
satu pihak merasa takut jika kelemahan-kelemahan serta
kesalahan-kesalahannya. Maslow juga mengatakan bahwa kebutuhan akan
cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima. Kita harus
memahami cinta, harus mampu mengajarkannya, menciptakannya dan
meramalkannya. Jika tidak, dunia akan hanyut ke dalam gelombang
permusuhan dan kebencian.

4. Kebutuhan Akan Penghargaan


Setelah kebutuhan dicintai dan dimiliki tercukupi, manusia akan bebas
untuk mengejar kebutuhan akan penghargaan. Maslow menemukan bahwa
setiap orang yang memiliki dua kategori mengenai kebutuhan penghargaan,
yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan lebih tinggi. Kebutuhan yang
rendah adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan
status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi,
martabat, bahkan dominasi. Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan
harga diri termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan,
kemandirian dan kebebasan. Sekali manusia dapat memenuhi kebutuhan
untuk dihargai, mereka sudah siap untuk memasuki gerbang aktualisasi
diri, kebutuhan tertinggi yang ditemukan Maslow.

5. Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri


Tingkatan terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri.
Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan
keseimbangan, tetapi melibatkan keinginan yang terus menerus untuk
memenuhi potensi. Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk
semakin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja
menurut kemampuannya Awalnya Maslow berasumsi bahwa kebutuhan
untuk aktualisasi diri langsung muncul setelah kebutuhan untuk dihargai
terpenuhi. Akan tetapi selama tahun 1960-an, ia menyadari bahwa banyak
anak muda di Brandeis memiliki pemenuhan yang cukup terhadap
kebutuhan-kebutuhan lebih rendah seperti reputasi dan harga diri, tetapi
mereka belum juga bisa mencapai aktualisasi diri.

6. Transendensi Diri
Ketika anda sudah mencapai aktualisasi diri, maka anda akan banyak
mengalami peak experiences—yang merupakan pengalaman penuh cinta,
pengertian, kebahagiaan, dan penuh syukur—sehingga merasa terinspirasi
untuk secara aktif memperdalam dan menstabilkan pengalaman tersebut.
Maslow meletakkan transendensi diri dalam posisi tertinggi dalam hierarki
kebutuhan karena pada tahap ini manusia berhasrat untuk berada pada
kesadaran yang melampaui kapasitas manusia dan merasakan pengalaman
ke-Esa-an yang meyeluruh, pemegang kekuasaan tertinggi, dalam bentuk
apapun itu.

7. Kebutuhan Harga diri


merupakan salah satu kebutuhan penting manusia. Maslow dalam teori
hierarki kebutuhannya menempatkan kebutuhan individu akan harga diri
sebagai kebutuhan pada level puncak, sebelum kebutuhan aktualisasi diri.
Dikemukakannya, …most normal people have a need for self respect or self
esteem and the esteem of others (Jordan et.al., 1979).
Balnadi Sutadipura (1983) menyebutkan bahwa kebutuhan harga diri
merupakan kebutuhan seseorang untuk merasakan bahwa dirinya seorang
yang patut dihargai dan dihormati sebagai manusia yang baik. Hal senada
dikemukakan Abdul Aziz Ahayadi (1985) bahwa kebutuhan harga diri
sebagai kebutuhan seseorang untuk dihargai, diperhatikan dan merasa
sukses. Dari kedua pendapat di atas dapat dimaknai, bahwa setiap individu
normal pasti berharap dan menginginkan dapat merasakan hidup sukses,
dihormati dan dihargai sebagai manusia.
Pentingnya pemenuhan kebutuhan harga diri individu, khususnya pada
kalangan remaja, terkait erat dengan dampak negatif jika mereka tidak
memiliki harga diri yang mantap. Mereka akan mengalami kesulitan dalam
menampilkan perilaku sosialnya, merasa inferior dan canggung. Namun
apabila kebutuhan harga diri mereka dapat terpenuhi secara memadai,
kemungkinan mereka akan memperoleh sukses dalam menampilkan
perilaku sosialnya, tampil dengan kayakinan diri (self-confidence) dan
merasa memiliki nilai dalam lingkungan sosialnya (Jordan et. al. 1979).

8. Konsep Kebutuhan Spiritual


Konsep spiritual memiliki delapan batas tetapi saling tumpang tindih:
energi, transendensi diri, keterhubungan, kepercayaan, realitas eksistensial,
keyakinan dan nilai, kekuatan batiniah, harmoni dan batin nurani.
Spiritualitas memberikan individu energi yang dibutuhkan untuk
menemukan diri mereka, untuk beradaptasi dengan situasi yang sulit dan
untuk memelihara kesehatan.
a. Transedensi diri (self transedence) adalah kepercayaan yang
merupakan dorongan dari luar yang lebih besar dari individu.
b. Spiritualitas memberikan pengertian keterhubungan intrapersonal
(dengan diri sendiri), interpersonal (dengan orang lain) dan
transpersonal (dengan yang tidak terlihat, Tuhan atau yang tertinggi)
(Potter & Perry, 2009).
c. Spiritual memberikan kepercayaan setelah berhubungan dengan
Tuhan. Kepercayaan selalu identik dengan agama sekalipun ada
kepercayaan tanpa agama.
d. Spritualitas melibatkan realitas eksistensi (arti dan tujuan hidup).
e. Keyakinan dan nilai menjadi dasar spiritualitas. Nilai membantu
individu menentukan apa yang penting bagi mereka dan membantu
individu menghargai keindahan dan harga pemikiran, obyek dan
perilaku.

C. Kebutuhan sekolah
Beberapa hal yang patut diperhatikan orang tua kala memilih sekolah untuk
anak. Memilih sekolah terutama untuk anak yang masih sangat muda adalah jarak
dan waktu tempuh. Pilihan sekolah yang terlalu jauh dan waktu tempuh lama bisa
mempengaruhi mood anak. Saat mood tidak bagus, motivasi dan konsentrasi
belajar bisa terganggu.
"Selain itu jarak yang lebih dekat dan waktu tempuh yang lebih sebentar
memungkinkan anak untuk memiliki waktu istirahat yang lebih panjang untuk
menunjang tumbuh kembang mereka yang lebih optimal, terutama dalam hal
perkembangan kemampuan kognitif mereka,"
Lingkungan pergaulan termasuk kelas sosial ekonomi peserta didik. Jangan
sampai memaksakan anak masuk ke sekolah yang kelas sosial- ekonominya
berbeda.
Lingkungan pergaulan dan cara anak bergaul. Dia memberikan contoh anak
berada di lingkungan pergaulan dengan kelas sosial-ekonomi jauh di atasnya.
Bukan tidak mungkin anak akan minder dan merasa kurang dengan dirinya. Visi,
misi, kurikulum dan nilai-nilai yang diutamakan sekolah. Sekolah diharapkan
memiliki visi, misi, kurikulum dan nilai yang sesuai dengan nilai-nilai yang
dimiliki dalam keluarga. Perhatikan juga infrastruktur, sarana, dan prasarana yang
dimiliki sekolah, misalnya dalam hal kebersihan dan keamanan.
Orang tua pun bisa mengungkapkan kekhawatiran terkait anak. Sebagai contoh
orang tua khawatir anak tidak bisa bergaul. Kemudian tanya pada sekolah
bagaimana mereka bisa membantu anak untuk beradaptasi.

D. Kebutuhan masyarakat
Di dalam masyarakatlah anak mengembangkan potensi sosialnya. Ini
merupakan kebutuhan yang bersifat Relatednes yaitu kebutuhan untuk memiliki
hubungan interpersonal dan interaksi sosial. Dalam masyarakat kebutuhan anak
untuk beraffiliasi (need for affiliation) terpenuhi. Kebutuhan berafiliasi artinya
kebutuhan untuk memperoleh hubungan sosial yang baik. Kebutuhan ini ditandai
dengan keinginan yang kuat untuk membangun hubungan persahabatan,
bekerjasama, dan saling pengertian.
Dalam masyarakat pula anak dapat menunjukkan kekuatan (need for power).
Jika pendidikan dalam keluarga kurang mengakomodir hal ini atau tidak dalam
pendidikan yang seharusnya, kebutuhan ini akan terpenuhi namun bersifat negatif.
Misalnya anak cenderung mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk
hal-hal yang destruktif. Kebutuhan akan kekuasaan mengajar anak untuk lebih
bertanggung jawab, berjuang untuk mempengaruhi orang lain, dan berkompetisi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebutuhan untuk perkembangan anak usia dini meliputi kebutuhan keluarga,


kebutuhan sekolah, dan kebutuhan masyarakat. Kebutuhan keluarga terdiri dari
(kebutuhan fisiologis dan psikologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa
kasih sayang, kebutuhan akan harga diri, kebutuhan spiritual, kebutuhan transendensi).

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan


pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir,
daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan
perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan
tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

B. Saran
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi penyusun dan pembacanya.
Kekurangan dan kesalahan harap dimaklumi dan mudah-mudahan berkembang ke arah
yang lebih baik lagi. Terima kasih
DAFTAR PUSTAKA

H. Azis Alimun. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan, Buku 1, Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.

Maslow, Abraham H. 1968. Toward a Psychology of Being, 2d ed. New York: D. Van
Nostrad. Hlm. 25

Sutadipura. B. 1983. Aneka Problema Keguruan. Penerbit Angkasa, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai