Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Rakimahwati, M.Pd
Kelompok 6
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk kedepannya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik
lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Menganalisi hak dan Kebutuhan anak usia dini dikeluarga
2. Menganalisis kebutuhan anak usia dini disekolah
3. Menganalisis kebutuhan anak usia dini dimasyarakat
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hak dan Kebutuhan anak usia dini dikeluarga
2. Untuk mengetahui kebutuhan anak usia dini disekolah
3. Untuk mengetahui kebutuhan anak usia dini dimasyaraka
BAB II
PEMBAHASAN
B. Kebutuhan Keluarga
1. kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis
yaknik kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik.
Kebutuhan-kebutuhan itu seperti kebutuhan akan makanan, minuman,
tempat berteduh, seks, tidur dan oksigen.
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi paling dasar dan besar
bagi semua pemenuhan kebutuhan di atasnya. Manusia yang lapar akan
selalu termotivasi untuk makan, bukan untuk mencari teman atau dihargai.
Manusia akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain
sampai kebutuhan fisiologisnya itu terpuaskan. Di masyarakat yang sudah
mapan, kebutuhan untuk memuaskan rasa lapar adalah sebuah gaya hidup.
Mereka biasanya sudah memiliki cukup makanan, tetapi ketika mereka
berkata lapar maka yang sebenarnya mereka pikirkan adalah citarasa
makanan yang hendak dipilih, bukan rasa lapar yang dirasakannya.
Seseorang yang sungguh-sungguh lapar tidak akan terlalu peduli dengan
rasa, bau, temperatur ataupun tekstur makanan.
Kebutuhan fisiologis berbeda dari kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua
hal. Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang
bisa terpuaskan sepenuhnya atau minimal bisa diatasi. Manusia dapat
merasakan cukup dalam aktivitas makan sehingga pada titik ini, daya
penggerak untuk makan akan hilang. Bagi seseorang yang baru saja
menyelesaikan sebuah santapan besar, dan kemudian membayangkan
sebuah makanan lagi sudah cukup untuk membuatnya mual.
Kedua, yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah hakikat
pengulangannya. Setelah manusia makan, mereka akhirnya akan menjadi
lapar lagi dan akan terus menerus mencari makanan dan air lagi.
Sementara kebutuhan di tingkatan yang lebih tinggi tidak terus menerus
muncul. Sebagai contoh, seseorang yang minimal terpenuhi sebagian
kebutuhan mereka untuk dicintai dan dihargai akan tetap merasa yakin
bahwa mereka dapat mempertahankan pemeuhan terhadap kebutuhan
tersebut tanpa harus mencari-carinya lagi.
6. Transendensi Diri
Ketika anda sudah mencapai aktualisasi diri, maka anda akan banyak
mengalami peak experiences—yang merupakan pengalaman penuh cinta,
pengertian, kebahagiaan, dan penuh syukur—sehingga merasa terinspirasi
untuk secara aktif memperdalam dan menstabilkan pengalaman tersebut.
Maslow meletakkan transendensi diri dalam posisi tertinggi dalam hierarki
kebutuhan karena pada tahap ini manusia berhasrat untuk berada pada
kesadaran yang melampaui kapasitas manusia dan merasakan pengalaman
ke-Esa-an yang meyeluruh, pemegang kekuasaan tertinggi, dalam bentuk
apapun itu.
C. Kebutuhan sekolah
Beberapa hal yang patut diperhatikan orang tua kala memilih sekolah untuk
anak. Memilih sekolah terutama untuk anak yang masih sangat muda adalah jarak
dan waktu tempuh. Pilihan sekolah yang terlalu jauh dan waktu tempuh lama bisa
mempengaruhi mood anak. Saat mood tidak bagus, motivasi dan konsentrasi
belajar bisa terganggu.
"Selain itu jarak yang lebih dekat dan waktu tempuh yang lebih sebentar
memungkinkan anak untuk memiliki waktu istirahat yang lebih panjang untuk
menunjang tumbuh kembang mereka yang lebih optimal, terutama dalam hal
perkembangan kemampuan kognitif mereka,"
Lingkungan pergaulan termasuk kelas sosial ekonomi peserta didik. Jangan
sampai memaksakan anak masuk ke sekolah yang kelas sosial- ekonominya
berbeda.
Lingkungan pergaulan dan cara anak bergaul. Dia memberikan contoh anak
berada di lingkungan pergaulan dengan kelas sosial-ekonomi jauh di atasnya.
Bukan tidak mungkin anak akan minder dan merasa kurang dengan dirinya. Visi,
misi, kurikulum dan nilai-nilai yang diutamakan sekolah. Sekolah diharapkan
memiliki visi, misi, kurikulum dan nilai yang sesuai dengan nilai-nilai yang
dimiliki dalam keluarga. Perhatikan juga infrastruktur, sarana, dan prasarana yang
dimiliki sekolah, misalnya dalam hal kebersihan dan keamanan.
Orang tua pun bisa mengungkapkan kekhawatiran terkait anak. Sebagai contoh
orang tua khawatir anak tidak bisa bergaul. Kemudian tanya pada sekolah
bagaimana mereka bisa membantu anak untuk beradaptasi.
D. Kebutuhan masyarakat
Di dalam masyarakatlah anak mengembangkan potensi sosialnya. Ini
merupakan kebutuhan yang bersifat Relatednes yaitu kebutuhan untuk memiliki
hubungan interpersonal dan interaksi sosial. Dalam masyarakat kebutuhan anak
untuk beraffiliasi (need for affiliation) terpenuhi. Kebutuhan berafiliasi artinya
kebutuhan untuk memperoleh hubungan sosial yang baik. Kebutuhan ini ditandai
dengan keinginan yang kuat untuk membangun hubungan persahabatan,
bekerjasama, dan saling pengertian.
Dalam masyarakat pula anak dapat menunjukkan kekuatan (need for power).
Jika pendidikan dalam keluarga kurang mengakomodir hal ini atau tidak dalam
pendidikan yang seharusnya, kebutuhan ini akan terpenuhi namun bersifat negatif.
Misalnya anak cenderung mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk
hal-hal yang destruktif. Kebutuhan akan kekuasaan mengajar anak untuk lebih
bertanggung jawab, berjuang untuk mempengaruhi orang lain, dan berkompetisi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi penyusun dan pembacanya.
Kekurangan dan kesalahan harap dimaklumi dan mudah-mudahan berkembang ke arah
yang lebih baik lagi. Terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
H. Azis Alimun. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan, Buku 1, Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.
Maslow, Abraham H. 1968. Toward a Psychology of Being, 2d ed. New York: D. Van
Nostrad. Hlm. 25