Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

“MANUSIA DAN HARAPAN”

Di Susun Oleh:

NAMA : ERMA SUSANTI

NIM : P 101 19 014

KELAS : B

Prodi Sutudi S1 Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Tadulako
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik. Salawat serta salam
senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad Saw, beserta keluarga, para sahabat, dan
pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna, baik dari segi materi maupun
penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat di harapkan dalam
penyempurnaan laporan ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia .......................................................................................................... 2
B. Pengertian Harapan .......................................................................................................... 2
C. Manusia Dan Harapan .......................................................................................................3
D. Sebab Manusia Memiliki Harapan ....................................................................................4
E. Harapan Dan Kepercayaan ............................................................................................... 5
F. Macam-macam Kepercayaan ............................................................................................ 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…................................................................................................................. ..9
B. Saran ..................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia dan harapan itu berada dalam satu naungan atau
berdampingan. Setiap manusia pasti mempunyai harapan, manusia tanpa harapan berarti
manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan,
biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan bergantung pada pengetahuan,
pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing.
Harapan juga harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri,
maupun kepercayaan kepada Allah SWT. Agar harapan bisa terwujud, maka manusia harus
berusaha dengan sungguh-sungguh dan diikuti dengan berdo’a kepada Allah SWT. Hal ini
disebabkan karena harapan dan kepercayaan tidak dapat dipisahkan. Harapan dan kepercayaan
merupakan bagian dari hidup manusia selama di dunia karena setiap manusia mempunyai
harapan dan kepercayaan kepada Allah SWT.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Manusia ?
2. Apakah pengertian dari Harapan ?
3. Apa hubungan antara manusia dan harapan ?
4. Apa sebab manusia memiliki harapan ?
5. Apa hubungan antara harapan dan kepercayaan ?
6. Apa Persamaan Harapan dan Cita-cita?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian manusia
2. Untuk mengetahui pengertian harapan
3. Untuk mengetahui hubungan antara manusia dan harapan
4. Untuk mengetahui sebab manusia memiliki harapan
5. Untuk mengetahui hubungan antara harapan dan kepercayaan
6. Untuk mengetahui harapan dan cita-cita
1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk yang paling mulia disisi Allah SWT. Manusia memiliki
keunikan yang menyebabkannya berbeda dengan makhluk lain. Manusia memiliki jiwa yang
rohaniah, ghaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan makhluk
lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan sebagainya.
Pengertian manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia berasal
dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau
makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah
konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang
individu. Secara biologi, manusia diartikan sebagai sebuah spesies primata dari golongan
mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
B. Pengertian Harapan
Harapan berasal dari kata harap. Artinya supaya sesuatu yang terjadi atau sesuatu
yang belum terwujud. Sedangkan harapan itu sendiri mempunyai makna sesuatu yang
terkandung dalam hati setiap orang yang datangnya merupakan karunia dari Allah SWT yang
sifatnya terpatri dan sukar dilukiskan. Yang mempunyai harapan atau keinginan itu hati. Putus
harapan berarti putus asa. Dan agar harapan dapat dicapai, memerlukan kepercayaan pada diri
sendiri, kepercayaan kepada orang lain dan kepercayaan kepada Allah Swt.
Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan
akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu yang akan datang. Pada
umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak namun diyakini bahkan terkadang dibatin
dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya harapan tertumpu pada seseorang
atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata
dengan cara berusaha dan berdo’a.
Setiap orang mempunyai berbagai cara untuk memenuhi harapannya atau
keinginannya, baik dengan cara yang dibenarkan maupun dengan cara yang dilarang oleh
norma-norma agama dan hukum. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang
melakukan pelanggaran dalam usahanya mencapai apa yang diharapannya, misalnya :
2
faktor lingkungan sosial, ekonomi, pendidikan, tidak adanya landasan iman yang kuat,
kurang rasa percaya diri, dan kurang pendidikan mental. Dari semua itu dapat berakibat buruk
pada diri sendiri. Beberapa pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan
berpikir positif yang merupakan salah satu cara proses sistematis dalam psikolog untuk
menangkal pikiran negatif atau berpikir pesimis.
C. Manusia dan Harapan
Harapan dalam kehidupan manusia merupakan cita-cita, keinginan, penantian,
kerinduan supaya sesuatu itu terjadi. Dalam menantikan adanya sesuatu yang terjadi dan
diharapkan, manusia harus melibatkan manusia lain atau kekuatan lain di luar dirinya supaya
sesuatu terjadi atau terwujud.
Menurut macamnya ada harapan yang optimis dan harapan pesimistis (tipis
harapan). Harapan yang optimis artinya sesuatu yang akan terjadi itu sudah memberikan
tanda-tanda yang dapat dianalisis secara rasional, bahwa sesuatu yang akan terjadi akan
muncul pada saatnya. Dan harapan yang pesimistis ada tanda-tanda rasional tidak akan terjadi.
Harapan itu ada karena manusia hidup. Manusia hidup penuh dengan keinginannya atau
maunya. Setiap manusia memiliki harapan yang berbeda-beda, orang yang berpikir luas,
harapannya pun akan luas. Begitupun sebaliknya, orang yang berpikir sempit maka
harapannya juga akan sempit.
Harapan itu bersifat manusiawi dan dimiliki semua orang. Dalam hubungannya
dengan pendidikan moral, untuk mewujudkan harapan perlu di wujudkan hal-hal sebagai
berikut :
1. Harapan apa yang baik
2. Bagaimana cara mencapai harapan itu
3. Bagaiman bila harapan tidak tercapai
Jika manusia mengingat bahwa kehidupan tidak hanya di dunia saja namun di
akhirat juga, maka sudah selayaknya harapan manusia untuk hidup di kedua tempat tersebut
bahagia. Dengan begitu manusia dapat menyelaraskan kehidupan antara dunia dan akhirat,
dan selalu berharap bahwa hari esok lebih baik dari pada hari ini. Namun kita sebagai manusia
harus sadar bahwa harapan tidak selamanya menjadi kenyataan dan terwujud.
3
D. Sebab Manusia Memiliki Harapan
Menurut kodratnya manusia itu adalah makhluk sosial. Setiap manusia lahir ke dunia
ini langsung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga atau
anggota masyarakat lainnya. Di tengah-tengah manusia lain itulah seseorang dapat hidup dan
berkembang fisik dan jasmani, serta mental dan spiritualnya.
Ada dua hal yang mendorong manusia hidup bergaul dengan manusia lain, yaitu :
dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
1. Dorongan Kodrat
Kodrat ialah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam
diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Allah SWT. Misalnya : menangis,
bergembira, berpikir, bercinta, berjalan, berkata, dan mempunyai keturunan. Setiap diri
manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua dan dorongan kodrat menyebabkan
manusia mempunyai keinginan dan harapan.
Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan
kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat atau hidup bersama dengan
manusia lain. Dengan kodrat ini manusia dapat mempunyai harapan.
2. Dorongan Kebutuhan Hidup
Sudah menjadi kodrat bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan
hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besarnya dapat dibedakan atas kebutuhan jasmani
dan kebutuhan rohani. Kebutuhan jasmani, misalnya makan, minum, pakaian, dan rumah.
Sedangkan kebutuhan rohani, misalnya kebahagiaan, kepuasan, keberhasilan, hiburan dan
ketenangan.
Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia harus bekerja sama dengan
manusia lain. Hal ini disebabkan karena kemampuan manusia sangat terbatas, baik
kemampuan fisik maupun kemampuan berpikir. Dan dengan adanya dorongan kodrat dan
dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan, karena pada hakekatnya
harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhan manusia itu, Abraham Maslow
mengkategorikan kebutuhan manusia menjadi macam. Lima macam kebutuhan itu
merupakan lima harapan manusia, yaitu :
4
1. Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup (survival)
2. Harapan untuk memperoleh keamanan (safety)
3. Harapan untuk memiliki hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai (being loving
and love)
4. Harapan untuk memperoleh status atau diterima atau diakui lingkungan (status)
5. Harapan untuk memperoleh perwujudan dan cita-cita (self-actualization)
E. Harapan dan Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan
kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan
akan kebenaran. Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap sebagai wahyu
dari Allah Swt. Kepercayaan dalam agama merupakan keyakinan yang paling besar. Dalam
hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang yang
beragama itu, dasarnya ialah keyakinan masing-masing. Harapan dan kepercayaan saling
melengkapi. Karena dalam memenuhi atau mewujudkan harapan, manusia harus berusaha dan
berdo’a. Dengan berusaha dan berdo’a sungguh-sungguh kepada Allah Swt serta
mempercayai adanya Allah Swt, harapan akan terwujud dan terpenuhi.
Macam-macam Kepercayaan
1. Kepercayaan pada diri sendiri.
Kepercayaan pada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya
pada diri sendiri pada hakekatnya percaya pada Tuhan Yang Maha Esa Percaya pada diri
sendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan
yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
2. Kepercayaan kepada orang lain.
Percaya kepada orang lain itu dapat berupa percaya kepada saudara, orang tua,
guru, atau siapa saja. Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya ternadap kata
hatinya, perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap kebenarannya. Ada ucapan
yang berbunyi orang itu dipercaya karna ucapannya. Misalnya, orang yang berjanji sesuatu
hams dipenuhi, meskipun janji itu tidak terdengar orang lain, apalagi membuat janji kepada
orang lain.
5
3. Kepercayaan kepada pemerintah.
Berdasarkan pandangan teokratis menurut etika, filsafat tingkah laku karya
Prof.Ir, Poedjawiyatna, negara itu berasal dari Tuhan. Tuhan langsung memerintah dan
memimpin bangsa manusia, atau setidak-tidaknya Tuhanlah pemilik kedaulatan sejati,
Karena semua adalah ciptaan Tuhan. Semua mengemban kewibawaan, terutama
pengemban tertinggi, yaitu raja, langsung dikaruniai kewibawaan oleh Tuhan, sebab
langsung dipilih oleh Tuhan pula (kerajaan).
Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat,
(kewibawaan pun milik rakyat. Rakyat adalah negara, rakyat itu menjelma pada negara.
Satu-satunya realitas adalah negara). Manusia sebagai seorang (individu) tak berarti orang
mempunyai arti hanya dalam masyarakat, Negara. Hanya negara sebagai keutuhan
(totalitas) yang ada, kedaulatan mutlak pada negara, negara demikian itu disebut negara
totaliter, satu-satunya yang mempunyai hak ialah negara; manusia perorangan tidak
mempunyai hak, ia hanya mempunyai kewajiban (negara diktator). Jelaslah bagi kita, baik
teori atau pandangan teokratis ataupun demokratis negara atau pemerintah itu benar, karena
Tuhan adalah sumber kebenaran. Karena itu wajarlah kalau manusia sebagai warga negara
percaya kepada negara/pemerintah.
4. Kepercayaan kepada Tuhan.
Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan
manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan berarti
keyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan itu amat penting, karena
merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan Tuhannya.
Bagaimana Tuhan dapat menolong umatnya, apabila umat itu tidak mempunyai
kepercayaan kepada Tuhannya, sebab tidak ada tali penghubung yang mengalirkan daya
kekuatannya. Oleh karcna itu jika manusia berusaha agar mendapat pertolongan dari
padanya, manusia harus percaya kepada Tuhan, sebab Tuhanlah yang selalu menyertai
manusia. Kepercayaan atau pengakuan akan adanya zat yang maha tinggi yang
menciptakan alam semesta seisinya merupakan konsekuensinya tiap-tiap umat beragama
dalam melakukan pemujaan kepada zat tersebut.
6
Usaha-usaha Meningkatkan Percaya pada Tuhan
a) Meningkatkan ketaqwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah.
b) Meningkatkan pengabdian kita kepada masyarakat.
c) Meningkatkan kecintaan kita kepada sesama manusia dengan jalan suka menolong,
dermawan, dan sebagainya.
d) Mengurangi nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan.
e) Menekan perasaan negatif seperti iri, dengki, fitnah, dan sebagainya.
F. Persamaan Harapan dan Cita-cita
Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi;
sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan
menyangkut masa depan. Cita-cita merupakan Impian yang disertai dengan tindakan dan juga
di berikan batas waktu. Jadi kalau kita bermimpi untuk menjadi enterpreneur yang sukses,
harus di sertai tindakan. Serta jangan lupa di berikan target waktu sehingga kita punya
timeline kapan hal tersebut kita inginkan terealiasasi.
Dari kecil kita pasti dinasehati oleh orangtua, guru ataupun buku untuk
menggantungkan cita-cita setinggi langit. Semua itu memang benar karena dengan adanya
cita-cita atau impian dalam hidup kita akan membuat kita semangat dan bekerja keras untuk
menggapai kehidupan yang lebih baik di dunia. Cita-cita yang baik adalah cita-cita yang dapat
dicapai melalui kerja keras, kreativitas, inovasi, dukungan orang lain dan sebagainya.
Khayalan hasil melamun cenderung tidak logis dan bersifat mubazir karena banyak waktu
yang terbuang untuk menghayal yang tidak-tidak.
Dalam bercita-cita pun sebaiknya jangan terlalu mendetail dan fanatik karena kita
bisa dibuat stres dan depresi jika tidak tercapai. Contoh adalah seseorang yang punya cita-cita
jadi dokter. Ketika dia tidak masuk jurusan ipa dia stress, lalu gagal snmptn/spmb kedokteran
dia stress, dan seterusnya.
Tidak semua orang bisa menentukan cita-cita. Jika tidak bisa menentukan cita-cita,
maka bercita-citalah untuk menjadi orang yang berguna dan dicintai orang banyak dengan
hidup yang berkecukupan. Untuk mendapatkan motivasi dalam mengejar cita-cita kita bisa
mempelajari kisah sukses orang lain atau membaca atau melihat film motivasi hidup seperti
laskar pelangi.
7
Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak
terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintang. Antara harapan dan
cita-cita terdapat persamaan yaitu: keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud,
pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik
atau meningkat.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya manusia dan harapan itu berada dalam satu naungan atau
berdampingan. Setiap manusia pasti mempunyai harapan, manusia tanpa harapan berarti
manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan,
biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan bergantung pada pengetahuan,
pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing.
Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan
akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu yang akan datang. Pada
umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak namun diyakini bahkan terkadang dibatin
dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya harapan tertumpu pada seseorang
atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata
dengan cara berusaha dan berdo’a.
Harapan seseorang juga ditentukan oleh kiprah usaha atau bekerja kerasnya
seseorang. Orang yang bekerja keras akan mempunyai harapan yang besar. Dan untuk
memperoleh harapan yang besar tetapi kemampuannya kurang, biasanya disertai dengan unsur
dalam, yaitu berdo’a.
B. Saran
Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat digunakan
sebagai sumber referensi mahasiswa Kesehatan Masyarakat untuk mata kuliah ilmu sosial
budaya dasar. dan semoga makalah ini dapat memberikan hal yang bermanfaat dan menambah
wawasan bagi pembaca.
9
DAFTAR PUSTAKA
Mustofa, Ahmad.Drs.H.1999.Ilmu Budaya Dasar.Bandung.Pustaka setia
Suyadi M.P. Drs., Buku Materi Pokok Ilmu Budaya Dasar, Depdikbud U.T.1984-1985.
Widyo Nugroho, Achmad Muchji. 1996. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Universitas Gunadarma
10

Anda mungkin juga menyukai