A. PENGERTIAN HARAPAN.
Harapan hampir mirip dengan cita-cita, hanya saja biasanya cita-cita itu adalah sesuatu
yang diinginkan setinggi-tingginya, sedangkan harapan itu tidak terlalu muluk. Meskipun
demikian, harapan dan cita-cita memiliki kesamaan, yaitu :
1. Keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud.
2. Pada umumnya baik cita-cita maupun harapan adalah menginginkan hal yang lebih
baik atau lebih meningkat.
D. PENGERTIAN KEPERCAYAAN
Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan
kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau
keyakinan akan kebenaran.
Ada jenis pengetahuan yang dimiliki seseorang, bukan karena hasil penyelidikan
sendiri, melainkan karena diterima orang lain. Kebenaran pengetahuan yang
didasarkan atas orang lain itu disebabkan karena orang itu dipercaya. Dalam agama
terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan artinya diberikan Tuhan,
baik langsung atau tidak langsung kepada manusia.
Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia.
Kepercayaan itu dapat dibedakan atas :
1. Kepercayaan Pada Diri Sendiri
Kepercayaan kepada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya
kepada diri sendiri pada hakekatnya adalah kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
Kebenaran sangat penting bagi manusia, karena memiliki arti khusus bagi hidupnya.
Kebenaran merupakan fokus dari segala pikiran, sikap dan perasaan.
Menurut Dr. Yuyun Suriasumantri dalam bukunya “Filsafat Ilmu” sebuah pengantar
populer, ada 3 teori kebenaran, yaitu :
1. Teori Koherensi atau Konsistensi
Yaitu suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan tersebut bersifat koherensi atau
konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
2. Teori Korespondensi
Yaitu suatu teori yang menjalankan bahwa suatu pernyataan benar jika materi
pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkoresponden (berhubungan) dengan
obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
3. Teori Pragmatis
Kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut
bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.
STUDI KASUS :
Manusia mempunyai harapan dan kepercayaan masing-masing. Dengan adanya
harapan manusia jadi mempunyai suatu arti hidup di dunia ini. Harapan setiap manusia
pasti ingin menjadi sukses dan hidup bahagia. Untuk menjadi sukses n hidup bahagia
setiap manusia mempunyai jalan yg berbeda untuk mencapai nya ada yg dengan jalan
lurus dan juga ada yang dengan melalui jalan berbelok-belok. Hidup ini tak selama nya
lurus seperti apa yang kita harapkan, ada saja liku-liku dalam kehidupan. Satu hal lagi,
apabila kita mau mewujudkan harapan itu dengan kenyataan nya kita harus mempunyai
rasa suatu kepercayaan di dalam hati kita karena itu salah satu dasar untuk kita
mencapai sukses.
OPINI :
Setiap manusia harus mempunyai sebuah harapan di dalam hidupnya karena kalau
tidak ada harapan berarti sm saja orang itu telah mati dalam hidupnya. Harapan
manusia itu semuanya sama yaitu mereka ingin menjadi sukses dan bahagia di dalam
kehidupan nya. Untuk mencapai itu semua, manusia tidak bisa hanya cuma dengan
omongan di mulut saja tapi harus di buktikan dengan perbuatan dan tindakan nya.
Harus di dasari juga dengan rasa kepercayaan dari diri kita sendiri maupun orang lain.
Dan harus percaya juga dengan kebesaran allah karena tanpa bantuan beliau usaha
kita akan percuma maka dari itu kita harus terus berdoa dan mendekatkan diri
kepadanya.
Perwujudan cita-cita
C. KEPERCA YAAN
Kepercayaan berasal dari kata percaya. Artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran.
Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan
kebenaran. Ada ucapan yang sering kita dengar ia tidak percaya pada diri sendiri saya tidak
percaya ia berbuat seperti itu atau berita itu kurang dapat dipercaya. Bagaimana juga kita harus
percaya kepada pemerintah kita harus percaya akan nasehat-nasehat kyai itu, karena nasehat-
nasehat itu diambil dari ajaran Al-Quran.
Dengan contoh berbagai kalimat yang sering kita dengan dalam ucapan sehari-hari itu,
maka jelaslah kepada kita, bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran.
Ada jenis pengetahuan yang dimiliki seseorang. bukan karena merupakan hasil
penyelidikan sendiri, melainkan diterima dari orang lain. Kebenaran pengetahuan yang
didasarkan atas orang lain itu disebabkan karena orang lain itu dapat dipercaya. Yang diselidiki
bukan lagi masalahnya. melainkan orang yang memberitahukan itu dapat dipercaya atau tidak.
Pengetahuan yang diterima dari orang lain atas kewibawaann yaitu disebut kepercayaan. Makin
besar kewibawaan yang memberitahu mengenai pengetahuan itu makin besar kepercayaan.
Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan
orang yang beragama itu. Dasarnya ialah keyakinan masing-masing.
Kebenaran
Kebenaran atau benar amat penting bagi manusia. Setiap orang mendambakannya, karena
ia mempunyai arti khusus bagi hidupnya. Ia merupakan fokus dari segala pikiran, sikap dan
perasaan.
Dalam agama Budha ada ajaran yang dinamakan “jalan utama delapan ruang”. Yang
isinya, agar setiap pemeluknya memiliki pandangan yang benar, perbuatan yang benar, mata
percaharian yang benar, permatian yang benar, dan konsentrasi yang benar.
Tujuan ajaran itu agar pemeluknya tidak mengalami duka, kegelisahan,dan ketidakpastian.
Jelaslah bagi kita, bahwa kebenaran atau benar merupakan kunci kebahagiaan manusia. Itulah
sebabnya manusia selalu berusaha mencari mempertahankan, mernperjuangkan kebenaran.
Dr.Yuyun Suriasumantri dalam bukunya “filsafat IImu, sebuah pengantar Populer ada tiga
teori kebenaran sebagai berikut :
Yaitu suatu pemyataan dianggap benar bila pemyataan itu bersifat koherensi atau
konsisten dengan pemyataan-pemyataan sebelumnya yang dianggap benar.
Contoh : setiap manusia akan mati. Paul Manusia. Paul akan mati
2) Teori korespondensi
Suatu teori yang menjalankan bahwa suatu pemyataan benar bila materi
pengetahuan yang dikandung pemyataan itu berkorenponden(berhubungan) dengan obyek
yang dituju oleh pernyataan tersebut.
3) Teori pragrnatis
Dalam berbagai jenis kebenaran tersebut yang selalu diusahakan dan dijaga ialah
kebenaran dalam bertindak, berbuat, berucap, berupaya, dan berpendapat, Sebab ketidakbenaran
dalam hal-hal itu akan langsung mencemarkan atau menjatuhkan nama baiknya, sehingga
orang tidak mempercayainya lagi.
Kepercayaan pada diri sendiri itu ditanarnkan setiap pribadi manusia. Percaya pada diri
sendiri pada hakekatnya percaya pada Tuhan Yang Maha Esa, Percaya pada diri sendiri,
menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan
atau dipercayakan kepadanya.
Percaya kepada orang lain itu dapat berupa percaya kepada saudara, orang tua, guru, atau
siapa saja. Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya terhadap kata hatinya,
perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap kebenarannya. Ada ucapan yang berbunyi
orang itu dipercaya karena ucapannya. Misalnya, orang yang berjanji sesuatu harus dipenuhi,
meskipun janji itu tidak terdengar orang lain, apalagi membuat janji kepada orang lain.
Jelaslah bagi kita, baik teori atau pandangan teokratis ataupun demokratis negara atau
pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber kebenaran. Karcna itu wajarlah kalau
manusia sebagai warga negara percaya kepada negara/pemerintah.
Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan
manusia itu bukan dengan sendirinya, tctapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan berarti
keyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaanitu amat penting, karena merupakan tali
kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dcngan Tuhannya. Bagaimana Tuhan dapat
menolong umatnya, apabila umat itu tidak mcmpunyai kepercayaan kcpada Tuhannya, sebab
tidak ada tali penghubung yang mengalirkan daya kekuatannya. Oleh karcna itu jika manusia
berusaha agar mendapat pertolongan dari padanya, manusia harus percaya kcpada Tuhan, sebab
Tuhanlah yang selalu menyertai manusia. Kepercayaan atau pengakuan akan adanya zat yang
maha tinggi yang menciptakan alam semesta seisinya merupakan konsekoensinya tiap-tiap umat
beragama dalam melakukan pemujaan kcpada zat tersebut.
Berbagai usaha dilakukan manusia untuk meningkatkan rasa percaya kepada Tuhannya.
Usaha itu bergantung kepada pribadi kondisi, situasi, dan lingkungan. Usaha itu antara lain :
c) meningkatkan kecintaan kita kepada sesama manusia dengan jalan suka menolong.
dermawan, dan sebagainya
Cita-cita adalah suatu impian dan harapan seseorang akan masa depannya, bagi sebagian orang
cita-cita itu adalah tujuan hidup dan bagi sebagian yang lain cita-cita itu hanyalah mimpi belaka. Bagi
orang yang menganggapnya sebagai tujuan hidupnya maka cita-cita adalah sebuah impian yang dapat
membakar semangat untuk terus melangkah maju dengan langkah yang jelas dan mantap dalam
kehidupan ini sehingga ia menjadi sebuah akselerator pengembangan diri namun bagi yang menganggap
cita-cita sebagai mimpi maka ia adalah sebuah impian belaka tanpa api yang dapat membakar motivasi
untuk melangkah maju. Manusia tanpa cita-cita ibarat air yang mengalir dari pegunungan menuju
dataran rendah, mengikuti kemana saja alur sungai membawanya. Manusia tanpa cita-cita bagaikan
seseorang yang sedang tersesat yang berjalan tanpa tujuan yang jelas sehingga ia bahkan dapat lebih
jauh tersesat lagi. Ya, cita-cita adalah sebuah rancangan bangunan kehidupan seseorang, bangunan yang
tersusun dari batu bata keterampilan, semen ilmu dan pasir potensi diri.
Bagaimanakah jadinya nanti jika kita memiliki beribu-ribu batu bata, berpuluh-puluh karung
semen dan berkubik-kubik pasir serta bahan-bahan bangunan yang lain untuk membuat rumah namun
kita tidak mempunyai rancangan maupun bayangan seperti apakah bentuk rumah itu nanti. Alhasil,
mungkin kita akan mendapatkan rumah dengan bentuk yang aneh, gampang rubuh atau bahkan kita
tidak akan pernah bisa membuat sebuah rumah pun.
Fenomena seseorang tanpa cita-cita bisa dengan mudah kita temui, cobalah tanya kepada
beberapa orang siswa SMU yang baru lulus, akan melanjutkan studi di mana mereka atau apa yang akan
mereka lakukan setelah mereka lulus. Mungkin sebagian dari mereka akan menjawab tidak tahu,
menjawab dengan rasa ragu, atau mereka menjawab mereka akan memilih suatu jurusan favorit di PTN
tertentu. Apakah jurusan favorit tersebut mereka pilih karena memang mereka tahu potensi mereka,
tahu seperti apa gambaran umum perkuliahan di jurusan tersebut dan peluang-peluang yang dapat
mereka raih kedepannya karena berkuliah di jurusan tersebut, sekedar ikut-ikutan teman, gengsi belaka,
trend, karena mengikuti “anjuran” orang tua, atau bahkan asal pilih? Yang terjadi selanjutnya adalah di
saat perkuliahan sudah berlangsung, beberapa dari mereka ada merasa jurusan yang dipilihnya tidak
sesuai dengan apa yang dia bayangkan atau tidak sesuai dengan kemampuannya. Boleh jadi setelah itu
ia akan mengikuti ujian lagi di tahun depan atau malas-malasan belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif
alakadarnya. Sungguh suatu pemborosan terhadap waktu, biaya dan tenaga.
Dahulu ada sebuah tradisi kurung ayam, balita yang sudah berumur beberapa bulan dikurung
dalam sebuah kurungan ayam yang ditutuipi kain. Lalu di sekeliling kurungan tersebut disimpan berbagai
macam benda yang mewakili profesi seperti gitar (musisi), spidol (pengajar/guru), sarung tinju (atlit),
pesawat-pesawatan (pilot) dan lain-lain. Lalu orang tua akan memperhatikan benda apakah yang
pertama kali diambil oleh balita tersebut, jika ia mengambil terompet maka orang tua akan beranggapan
sang bayi kelak akan menjadi seorang musisi atau berpotensi menjadi seorang musisi. Namun
tampaknya adat semacam ini jarang dilakukan lagi. Nilai yang dapat diambil dari tradisi semacam ini
adalah bahwa orang tua mempunyai peranan penting dalam memfasilitasi anaknya untuk
mengeksplorasi bakat dan minat yang dipunyainya. Dan membantu untuk mengembangkan potensi
yang dimilikinya.
Cita-cita bukan hanya terkait dengan sebuah profesi namun lebih dari itu ia adalah sebuah
tujuan hidup. Seperti ada seseorang yang bercita-cita ingin memiliki harta yang banyak, menjadi orang
terkenal, mengelilingi dunia, mempunyai prestasi yang bagus dan segudang cita-cita lainnya. Namun
seorang muslim tentunya akan menempatkan cita-citanya di tempat yang paling tinggi dan mulia yaitu
menggapai keridhaan Allah.
Dari Nawwas bin Sam’an al-Anshari r.a katanya: ”Aku pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang
erti kebajikan dan dosa. Sabda baginda: ”Kebajikan itu ialah budi pekerti yang indah. Sedangkan dosa
adalah perbuatan atau tindakan yang menyesakkan dada, padahal engkau sendiri segan sekiranya
perbuatanmu itu diketahui oleh orang lain.”
(Riwayat Muslim)
Huraian :
Kebajikan adalah nilai luhur dari kehidupan sedangkan dosa bagaikan titik hitam yang
merosakkan pandangan. Namun kadangkala disebabkan nafsu, iman menjadi buta sehingga
seseorang itu cinta kepada dosa dan menganggap bahawa segala sesuatu itu adalah wajar
belaka.
Islam tidak memandang manusia bagaikan malaikat tanpa kesalahan dan dosa sebagaimana
Islam tidak membiarkan manusia berputus asa dari memohon keampunan daripada Allah SWT,
biar betapa besar pun dosa yang telah dilakukan itu. Rasulullah SAW sendiri pernah bersabda
yang maksudnya: “Setiap anak Adam pernah berbuat kesalahan/dosa dan sebaik-baik orang
yang berbuat dosa adalah mereka yang bertaubat (dari kesalahan tersebut).”
Manusia tidak akan sedar bahawa dirinya menanggung dosa, kecuali orang-orang soleh yang
sentiasa mengingati mati sedangkan mati itu tidak mengenal ketika dan usia seseorang. Oleh itu
kita dituntut supaya sentiasa beristighfar dan bersifat dengan sifat-sifat mahmudah serta malu
untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang sehingga mencemarkan maruah diri,
keluarga, agama, bangsa dan negara.
Pengertian usaha dan perjuangan adalah suatu tindakan yang dilakukan guna mewujudkan cita – cita.
Menurut Prof. Dr. Harun Nasution ada 3 Aliran Filsafat, antara lain :
- Aliran Naturalisme,
- Aliran Intelektualisme, dan
- Aliran Gabungan.
Jika aliran ini digabungkan dengan pandangan hidup maka akan timbul 2 kemungkinan yaitu :
- Pandangan Hidup Sosialisme, dan
- Pandangan Hidup Sosialisme Religius.
KEPERCAYAAN , KEYAKINAN
Kepercayaan adalah dasar pribadi subyektif untuk perilaku individu, sedangkan kebenaran
adalah sebuah negara tujuan independen dari individu, misalnya, fakta.
Apakah keyakinan seseorang benar bukanlah prasyarat untuk keyakinannya. Di sisi lain, jika ada sesuatu
yang benar-benar diketahui, maka pasti tidak bisa salah. Misalnya, seseorang percaya bahwa sebuah
jembatan tertentu cukup aman untuk mendukung dia, dan upaya untuk melintasinya, sayangnya,
jembat an runtuh oleh berat badannya. Bisa dikatakan bahwa ia percaya bahwa jembatan itu aman,
tetapi bahwa keyakinan ini salah. Ini tidak akan akurat untuk mengatakan bahwa ia tahu bahwa
jembatan itu aman, karena jelas itu bukan.
Sebaliknya, jika jembatan itu benar-benar didukung berat badannya maka ia mungkin dapat
dibenarkan di kemudian memegang bahwa ia tahu jembatan sudah cukup aman untuk perjalanannya,
setidaknya pada waktu tertentu.
Dalam Theaetetus dialog Plato, Socrates mempertimbangkan sejumlah teori seperti apa
pengetahuan, pengetahuan yang terakhir adalah keyakinan benar yang telah "diberi akun" - yang berarti
menjelaskan atau didefinisikan dalam beberapa cara. Menurut teori bahwa pengetahuan dibenarkan
keyakinan benar, untuk mengetahui bahwa suatu proposisi yang diberikan adalah benar, kita tidak
hanya harus percaya proposisi benar relevan, tetapi juga harus memiliki alasan yang baik untuk
melakukannya. Salah satu implikasi dari ini adalah bahwa tak seorang pun akan mendapatkan
pengetahuan hanya dengan percaya sesuatu yang terjadi untuk menjadi kenyataan. Misalnya, orang
yang sakit tanpa pelatihan medis, tetapi dengan sikap umumnya optimis, mungkin percaya bahwa ia
akan sembuh dari penyakit dengan cepat. Namun demikian, bahkan jika keyakinan ini ternyata benar,
pasien tidak akan tahu bahwa ia akan sembuh karena keyakinannya tidak memiliki pembenaran. Definisi
pengetahuan sebagai keyakinan yang benar dibenarkan diterima secara luas sampai tahun 1960-an.
Pada saat ini, sebuah makalah yang ditulis oleh filsuf Edmund Amerika Gettier memprovokasi diskusi
luas utama. Lihat teori pembenaran untuk pandangan lain pada gagasan itu.
Sumber:
http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/2095574-pengertian-kepercayaan/#ixzz1bIHZ94ls
http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/2095574-pengertian-kepercayaan/
http://gitaanggeliya.blogspot.com/2010/11/manusia-dan-pandangan-hidup.html
http://nurjeehan.wordpress.com/2007/07/09/pengertian-kebajikan-dan-dosa/
1. PENGERTIAN HARAPAN
Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan berarti
sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman,
lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung
pada usaha orang yang mempunyai harapan. Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik
kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan
terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh.
Tidak semua orang bisa menentukan cita-cita. Jika tidak bisa menentukan cita-cita, maka bercita-citalah
untuk menjadi orang yang berguna dan dicintai orang banyak dengan hidup yang berkecukupan. Untuk
mendapatkan motivasi dalam mengejar cita-cita kita bisa mempelajari kisah sukses orang lain atau
membaca atau melihat film motivasi hidup seperti laskar pelangi.
Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk,
sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintang. Antara harapan dan cita-cita terdapat
persamaan yaitu: keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud, pada umumnya dengan
cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik ataumeningkat.
• Dorongan kodrat
Kodrat ialah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak
manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Misalnya menangis, bergembira, berpikir, dan sebagainya. Dorongan
kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan. Misalnya pertunjukan lawak,
mareka ingin tertawa, pelawak juga mengharapkan agar penonton tertawa.
4.PENGERTIAN KEPERCAYAAN
Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan
adalah hal-hal yang berhubugan dengan pangakuan atau keyakinan akan kebenaran. Kepercayaan dalam
agama merupakan keyakinan yang paling besar. Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima
dan menghormati kepercayaan orang yang beragama itu. Dasarnya ialah keyakinan masing-masing.
Manusia tidak pernah lepas dari harapan. Karena dengan adanya harapan, seseorang dapat memenuhi
kelangsungan hidupnya. Harapan yang membuat seseorang terdorong untuk berinteraksi serta bekerja
sama dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Adanya harapan juga dapat
meningkatkan kualitas hidup seseorang serta dapat merubah keburukan menjadi sesuatu yang lebih
baik.
Harapan dapat melahirkan semangat seseorang untuk mencapai sebuah cita-cita. Dalam proses
pencapaian cita-cita, perlu adanya kepercayaan. Kepercayaan adalah mengakui dan meyakini
keberanan. Kepercayaan meliputi, kepercayaan pada diri sendiri, orang lain, pemerintah, dan Tuhan.
Percaya pada diri sendiri dapat memperkuat langkah kita untuk mencapai tujuan. Percaya pada orang
lain juga dapat memperkuat langkah kita, karena dengan bantuan orang lain kita akan semakin mampu
untuk mencapai tujuan. Percaya pada pemerintah merupakan percaya pada pimpinan yang akan
membuat hidup seseorang menjadi lebih baik. Percaya pada Tuhan adalah yang paling utama. Karena
dengan adanya rasa tersebut, akan memperkuat hubungan manusia dengan Sang Penciptanya serta
dapat meyakinkan bahwa Tuhan selalu menyertai di setiap langkah.
Untuk itu, tanamkanlah rasa kepercayaan tersebut dalam diri, agar dengan mudah kita dapat
mewujudkan cita-cita.
Sumber :
Nugroho, Widyo dan Achmad Muchji. 1996. ILMU BUDAYA DASAR. Cetakan V. Gunadarma: Jakarta
http://mahisaajy.blogspot.com/2011/05/persamaan-harapan-dan-cita-cita.html
0 komentar:
Poskan Komentar