Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


ILMU BUDAYA DASAR “MANUSIA DAN HARAPAN”

Dosen : Yundi Permadi Hakim, S.Hut.,M.M.

Nama : Muhammad Haris Aulia

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI EKONOMI SAMARINDA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Setiap manusia mempunyai harapan yang berbeda-beda. Manusia tanpa adanya
harapan berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang hampir meninggal sekalipun
mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan
tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan
masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang
mempunyai harapan itu sendiri. Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan
supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi.
Dengan demikian harapan menyangkut masa depan kita.
Harapan berasal dan kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi;
sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Bila dibandingkan
dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan
cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintang. Harapan bukan hanya terucap dari
mulut saja melain dan dengan usaha dan doa, tanpa usaha dan doa pasti harapan
terbuang dengan sia-sia. Harapan juga, harus dibarengi oleh rasa optimis karena optimis
adalah factor mengharapkan sesuatu yang terbaik dari situasi tertentu.
Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang
diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan bebuah kebaikan di waktu yang
akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini
bahkan terkadang, dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun adakalanya
harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba
menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha. Setiap
manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati
dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya
berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan tersebut tergantung pada
pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing.
Pada dasarnya manusia dan harapan itu berada dalam satu naungan atau
berdampingan. Setiap manusia pasti mempunyai harapan, manusia tanpa harapan berarti
manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai
harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan bergantung pada
pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing.
         
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari manusia?
2. Apa pengertian dari harapan?
3. Apa hubungan manusia dan harapan?
4. Apa penyebab manusia memiliki harapan?
5. Apa pengertian dari kepercayaan?
6. Apa pengertian dari kebenaran?
7. Bagaimana cara meningkatkan kepercayaan?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Manusia


Manusia adalah makhluk yang paling mulia disisi Allah SWT. Manusia memiliki
keunikan yang menyebabkannya berbeda dengan makhluk lain. Manusia memiliki jiwa
yang rohaniah, ghaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan
makhluk lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan
sebagainya.
         Pengertian manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia
berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal
budi atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara istilah manusia dapat
diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah
kelompok (genus) atau seorang individu. Secara biologi, manusia diartikan sebagai
sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan
tinggi.

2.2. Pengertian Harapan


Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi,
sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian
harapan menyangkut masa depan kita. Kita harus hidup dengan harapan, tetapi kita
tidak bisa hidup menggantung semata pada harapan. Adalah baik untuk berharap yang
terbaik. Tetapi hal itu tidak cukup. Kita tidak bisa hanya berharap, kita harus bertindak.
Sangat menyedihkan, bahwa banyak hal digantung berlebihan pada harapan demi
perbaikan nasib. Berharap yang terbaik belum menghasilkan apa-apa. Bekerja dan
bertindak disertai dengan harapan di dalam hati adalah hal yang membawa hasil.
Kombinasi yang sempurna. Harapan tidak akan mengecewakan selama hal itu disertai
dengan tindakan dan komitmen.

2.3. Manusia dan Harapan


Harapan dalam kehidupan manusia merupakan cita-cita, keinginan, penantian,
kerinduan supaya sesuatu itu terjadi. Dalam menantikan adanya sesuatu yang terjadi
dan diharapkan, manusia harus melibatkan manusia lain atau kekuatan lain di luar
dirinya supaya sesuatu terjadi atau terwujud.
 Menurut macamnya ada harapan yang optimis dan harapan pesimistis (tipis
harapan). Harapan yang optimis artinya sesuatu yang akan terjadi itu sudah memberikan
tanda-tanda yang dapat dianalisis secara rasional, bahwa sesuatu yang akan terjadi akan
muncul pada saatnya. Dan harapan yang pesimistis ada tanda-tanda rasional tidak akan
terjadi.
 Harapan itu ada karena manusia hidup. Manusia hidup penuh dengan
keinginannya atau maunya. Setiap manusia memiliki harapan yang berbeda-beda, orang
yang berpikir luas, harapannya pun akan luas. Begitupun sebaliknya, orang yang
berpikir sempit maka harapannya juga akan sempit.
 Harapan itu bersifat manusiawi dan dimiliki semua orang. Dalam hubungannya
dengan pendidikan moral, untuk mewujudkan harapan perlu di wujudkan hal-hal
sebagai berikut:
 Harapan apa yang baik
 Bagaimana cara mencapai harapan itu
 Bagaiman bila harapan tidak tercapai
Jika manusia mengingat bahwa kehidupan tidak hanya di dunia saja namun di
akhirat juga, maka sudah selayaknya harapan manusia untuk hidup di kedua tempat
tersebut bahagia. Dengan begitu manusia dapat menyelaraskan kehidupan antara dunia
dan akhirat, dan selalu berharap bahwa hari esok lebih baik dari pada hari ini. Namun
kita sebagai manusia harus sadar bahwa harapan tidak selamanya menjadi kenyataan
dan terwujud.

2.4. Sebab Manusia Mempunyai Harapan


Menurut kodratnya manusia itu adalah makhluk sosial. Setiap manusia lahir ke
dunia ini langsung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu
keluarga atau anggota masyarakat lainnya. Di tengah-tengah manusia lain itulah
seseorang dapat hidup dan berkembang fisik dan jasmani, serta mental dan spiritualnya.
Dua hal yang mendorong manusia hidup bergaul dengan manusia lain:
1. Dorongan Kodrat
Dorongan kodrat ialah sifat, keadaan atau pembawaan alamiyah yang sudah
terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu di ciptakan oleh Tuhan. Dorongan
kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya
menangis, tertawa, bergembira, dan sebagainya. Dalam diri manusia masing-
masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup
bergaul, hidup bermasyarakat atau hidup bersama dengan manusia lain dengan
kodrat ini, maka manusia mempunyai harapan.
2. Dorongan Kebutuhan Hidup
Sudah kodrat pula bahwa manusia mempunyai macam-macam kebutuhan
hidup, kebutuhan hidup itu pada garis besarnya dapat di bedakan atas: kebutuhan
jasmani dan kebutuhan rohani. Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan
kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan, Pada hakekatnya harapan
itu adalah keinginan unutuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Abraham Maslow sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau
kebutuhan manusia itu ialah:
a. Kelangsungan hidup (survival)
Untuk mencukupi kebutuhan pangan, sandang, papan itu, maka manusia
kecil telah mulai belajar. Dengan pengetahuan uang tinggi harapan
memperoleh pangan, sandang, dan papan yang layak akan terpenuhi, atau
tiap manusia perlu kerja keras dengan harapan apa yang diinginkan: pangan,
sandang dan papan yang layak terpenuhi.
b. Keamanan (safety)
Setiap orang membutuhkan keamanan. Sejak seseorang anak lahir ia telah
membutuhkan keamanan. Begitu lahir, dengan suara tangis, itu pertanda
minta perlindungan.
c. Hak dan kewajiban mencintai dan di cintai (be loving and love)
Tiap orang mempunyai hak dan kewajiban Dengan pertumbuhan manusia
mka tumbuh pula kesadran akan hak dan kewajiban. Bila seorang telah
menginjak dewasa, maka ia merasa sudah dewasa sehinga sudah saatnya
mempunyai harapan untuk di cintai dan mencintai.
d. Diakui lingkungannya (status)
Setiap manusia membutuhkan status, siapa, untuk apa, mengapa manusia
hidup. Status itu penting, karena dengan status orang tahu siapa dia. Harga
diri orang antara lain melekat pada status orang itu.
e.      Perwujudan cita-cita (self actualization)
Manusia berharap untuk diakui keberadaannya sesuai dengan keahliannya
atau kepangkatanya atau profesinya. Pada saat itu manusia mengembangkan
bakat atau kepandainnya agar diterima atau diakui kehebatannya.

2.5. Kepercayaan
 Kepercayaan berasal dari kata percaya. Artinya mengakui atau meyakini akan
kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau
keyakinan akan kebenaran. Ada ucapan yang sering kita dengar ia tidak percaya pada
diri sendiri saya tidak percaya ia berbuat seperti itu atau berita itu kurang dapat
dipercaya. Bagaimana juga kita harus percaya kepada pemerintah kita harus percaya
akan nasehat-nasehat kyai itu, karena nasehat-nasehat itu diambil dari ajaran Al-Quran.
  Dengan contoh berbagai kalimat yang sering kita dengan dalam ucapan sehari-
hari itu, maka jelaslah kepada kita, bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran.
   Ada jenis pengetahuan yang dimiliki seseorang. Bukan karena merupakan hasil
penyelidikan sendiri, melainkan diterima dari orang lain. Kebenaran pengetahuan yang
didasarkan atas orang lain itu disebabkan karena orang lain itu dapat dipercaya. Yang
diselidiki bukan lagi masalahnya. melainkan orang yang memberitahukan itu dapat
dipercaya atau tidak. Pengetahuan yang diterima dari orang lain atas kewibawaann yaitu
disebut kepercayaan. Makin besar kewibawaan yang memberitahu mengenai
pengetahuan itu makin besar kepercayaan.
Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan, artinya
diberitahukan oleh Tuhan secara langsung atau tidak langsung kepada manusia.
Kewibawaan pemberi kebenaran itu ada yang melebihi besamya. Kepercayaan dalam
agama merupakan keyakinan yang paling besar. Hak berpikir bebas, hak atas keyakinan
sendiri menimbulkan juga hak beragama menurut keyakinan.
Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati
kepercayaan orang yang beragama itu. Dasarnya ialah keyakinan masing-masing.

2.6. Kebenaran
Kebenaran atau benar amat penting bagi manusia, setiap orang mendambakannya
karena ia mempunnyai arti khusus bagi hidupnya, Ia merupakan fokus dari segala
pikiran, sikap dan perasaan. Dalam tingkah laku, ucapan, perbuatan manusia selalu
berhati-hati agar mereka tidak menyimpang dari kebenaran. Manusia sadar, bahwa
ketidak benaran dalam bertindak, berucap maupun bertindak dapat mencemarkan atau
menjatuhkan namanya.
Dr. Yuyun Suriasumantri dalam bukunya “filsafat Ilmu, sebuah pengantar Populer
ada tiga teori kebenaran sebagai berikut:
1. Teori koherensi atau konsistensi
Yaitu suatu pernyataan di anggap benar bila pernyataan itu bersifat koherensi atau
konsisiten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang di anggap benar.
2. Teori korespondensi
Suatu teori yang menjalankan bahwa suatu pernyataan benar bila materi
pengetahuan yang di kandung pernyataan itu berkorenponden (berhubungan)
denga obyek yang di tuju oleh pernyataan tersebut.
3. Teori Pragmatis
Kebenaran suatu pernyataan di ukur dengan criteria apakah pernyataan tersebut
bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.
Dalam berbagai jenis kebenaran tersebut yang selalu diusahakan dan dijaga
ialah kebenaran dalam bertindak, berbuat, berucap, berupaya dan berpendapat.

2.7. Berbagai Kepercayaan dan Usaha Untuk Meningkatkannya


Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia,
Kepercayaan itu dapat di bedakan atas: 
1. Kepercayaan Diri Sendiri
Kepercayaan pada diri sendiri itu di tanamkan setiap pribadi manusia. Percaya
pada diri sendiri pada hakekatnya percaya pada Tuhan Yang Maha Esa, percaya
pada diri sendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu
mengerjakan yang di serahkan atau di percayakan kepadanya.
2. Kepercayaan kepada orang lain
Kepercayaan kepada orang lain itu dapat berupa percya kepada saudara, orang tua,
guru atau siapa saja. Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya
terhadap kata hatinya, perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap
kebenarannya.
3. Kepercayaan kepada pemerintah
Berdasarkan pandangan teokratis menurut etika, filsafat tingkah laku karya Prof.
Ir. Poedjawiyatna, negara itu berasal dari Tuhan. Tuhan langsung memerintah dan
memimpin bangsa manusia, atau setidak-tidaknya Tuhanlah pemilik kedaulatan
sejati karena semua adalah ciptaan Tuhan.
Pandamgan Demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat,
(kewibawaan pun milik rakyat). Rakyat adalah Negara, rakyat itu menjelma pada
Negara. Satu-satunya realitas adalah Negara/
Jelaslah bagi kita, baik teori atau pandangan teoratis ataupun demokratis Negara
atau pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber kebenaran, karena itu
wajarlah kalau manusia sebagai warga Negara percaya kepada
Negara/pemerintah.
4. Kepercayaan kepada Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Kuasa itu amat penting, karena
keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi di ciptakan oleh Tuhan.
Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan itu
amat penting karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa
manusia dengan Tuhannya.
Berbagai usaha di lakukan manusia untuk meningkatkan rasa percaya kepada
Tuhannya.Usaha itu bergantung kepada pribadi kondisi, situasi, dan lingkungan.
Usaha itu antara lain:
a) Meningkatkan ketaqwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah.
b) Meningkatkan pengabdian kita kepada masyarakat.
c) Meningkatkan kecintaan kita kepada sesame manusia dengan jalan suka
menolong, dermawan, dan sebagainya.
d) Mengurangi nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan.
e) Menekan perasaan negative seprti iri, dengki, fitnah, dan sebagainya
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Harapan merupakan suatu kondisi dimana seseorang akan melakukan apapun untuk
mencapai tujuan semaksimal mungkin. Setiap individu memiliki harapan nya masing-
masing terhadap kelangsungan hidup mereka. Usaha yang dilakukan untuk mencapai
suatu harapan sangatlah beragam. Misalnya bekerja keras, memohon dan berdoa kepada
Yang Maha Kuasa. Ada berbagai macam harapan yang ada, namun tidak semua
harapan dapat tercapai dengan mudah. Butuh kerja keras untuk mencapai harapan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

http://jovanoamahu.blogspot.co.id/2016/06/manusia-dan-harapan.html

http://ardan96.blogspot.co.id/2014/10/ilmu-budaya-dasar-manusia-dan-harapan.html

https://rayrizqie.blogspot.co.id/2015/06/ibd-bab-11-manusia-dan-harapan.html

http://jeffryzakaria.blogspot.co.id/2014/12/tugas-ilmu-budaya-dasar-rangkumanilmu.html

Anda mungkin juga menyukai