Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM RADIOFOTGRAFI 1

PENGARUH PERBEDAAN PROSEDUR MANUAL PROCESSING


PADA RADIOGRAF

KELOMPOK 1 :

1. Ananda Putri N. (P1337430319001)


2. Windi Destiyana Surya W (P1337430319007)
3. Efan Hilmi Fauzi (P1337430319015)
4. Refsy Fridayanto (P1337430319033)
5. Hyaning Sekar Bethari (P1337430319041)
6. Betsy Ailsa Pramyogi (P1337430319051)
7. Charil Utami (P1337430319055)
8. Isaac Jose Christianto (P1337430319057)
9. Rois Rizal Wiguna (P1337430319069)
10. Ismi Wimala Sari (P1337430319077)

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI


PURWOKERTO

TAHUN AKADEMIK 2019


LAPORAN PRAKTIKUM

A. Tujuan
Agar mahasiswa mengetahui perubahan film radiograf setelah diproses dengan
4 cara yang berbeda, yaitu :
 Di proses sesuai urutan/prosedur ( developing, rinsing, fixing dan washing)
 Di proses dengan urutan/prosedur secara terbalik
 Di proses sesuai urutan/prosedur tetapi dengan keadaan lampu menyala
 Tidak di proses
B. Latar Belakang
Dalam Instalasi Radiologi sebagai salah satu unit penunjang medik memiliki
peranan terwujudnya pelayanan Rumah Sakit, untuk itu dibutuhkan fasilitas yang
dapat menunjang kerja Instalasi Radiologi, salah satunya adalah Kamar Gelap. Kamar
Gelap adalah suatu ruangan khusus yang digunakan sebagai tempat untuk proses
pengolahan film sebelum dan sesudah diexpose, yang didalamnya terjadi proses
pembangkitan bayangan laten pada film radiograf menjadi bayangan nyata.
Pada kamar gelap terjadi pengolahan film, tahapan tersebut ada 5 yang terdiri
dari Developing (pembangkitan), Rinsing (pembilasan), Fixing (penetapan),
Washing (pencucian) dan Drying (pengeringan).
Developing atau pembangkitan adalah tahap pertama dalam pengolah film.
Pada tahap ini terjadi perubahan karena hasil penyinaran. Dan yang disebut
pembangkitan adalah perubahan butir-butir perak halida didalam emulsi yang telah
mendapat penyinaran menjadi perak metalik atau perubahan dari bayangan laten
menjadi bayangan tampak. Lamanya film dalam cairan pembangkit tergantung dari
kualitas cairan developer, bila cairan dalam keadaan kurang baik (sering digunakan)
waktu yang dibutuhkan akan lebih lama disbanding cairan baru. Pada umumnya teori
tentang waktu pemrosesan pada developer adalah +- 4 menit.
Rinsing atau pembilasan adalah cairan pembilas akan membersihkan film dari
larutan pembangkit agar tidak terbawa ke dalam proses selanjutnya. Cairan
pembangkit yang tersisa masih memungkinkan berlanjutnya proses pembangkitan
walaupun film telah dikeluarkan dari larutan pembangkit. Apabila pembangkitan
masih terjadi pada proses penetapan maka akan membentuk kabut dikroik (dichroic
fog) sehingga foto hasil tidak memuaskan. Proses yang terjadi pada cairan pembilas
yaitu memperlambat aksi pembangkitan dengan membuang cairan pembangkit dari
permukaan film dengan cara merendamnya kedalam air.
Fixing atau penetapan, pada tahap ini diperlukan menetapkan dan membuat
gambaran menjadi permanen dengan menghilangkan perak halida yang tidak terkena
sinar-X. Tanpa mengubah gambaran perak metalik. Tujuan dari tahap penetapan ini
adalah untuk menghentikan aksi lanjutan yang dilakukan oleh cairan pembangkit yang
terserap oleh emulsi film sehingga tidak ada perubahan pada bayangan foto. Pada
proses ini juga diperlukan adanya pengerasan untuk memberikan perlindungan
terhadap kerusakan dan untuk mengendalikan akibat penyerapan uap air.
Washing atau pencucian, setelah film menjalani penetapan makan akna
terbetuk perak komplek dan garam. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan bahan-
bahan tersebut dalam air. Tahap ini sebaiknya dilakukan dengan air mengalir agar air
yang digunakan selalu dalam keadaan yang bersih.
Drying atau pengeringan merupakan tahap terakhir dari siklus pengolahan
film. Tujuan pengeringan adalah untuk menghilangkan air yang ada oada emulsi.
Hasil akhir dari proses pengolahan film adalah emulsi yang tidak rusak, bebas dari
partikel debu, endapan kristal, noda dan artefak. Cara yang paling umum digunakan
untuk melakukan pengeringan adalah dengan udara. Ada tiga faktor penting yang
mempengaruhinya, yaitu suhu udara, kelembapan udara, dan aliran udara yang
melewati emulsi.
C. Alat dan Bahan
1. Kaset 24x30
2. Film 24x30
3. Pantom (manus)
4. Gunting
5. Fixer
6. Air
7. Hanger
8. Hairdryer
9. Pesawat radiografi
10. Viewing box
D. Cara Kerja
1. Ambil kaset dan isi film pada kamar gelap dengan ukuran 24x30 (manus)
2. Lakukan positioning pada objek yang akan di expose. Lalu expose.
3. Bawa kaset berisi film yang sudah diexpose tersebut ke kamar gelap.
4. Potong film menjadi 4 bagian. Masing-masing bagian film diberi perlakuan yang
berbeda yaitu :
a. Bagian film 1, di proses dengan urutan/prosedur yang benar :
1. Jepitkan film pada hanger.
2. Celupkan film pada cairan developer. Lakukan agitasi. Sesekali
film diangkat dan lakukan inspensi, untuk memastikan apakah
bayangan sudah terlihat atau belum. Waktu yang digunakan adalah
4 menit.
3. Celupkan film pada air.
4. Masukkan film pada cairan fixer dan lakukan agitasi. Lamanya
waktu fixing adalah 2 kali waktu deleoping.
5. Cuci film dengan air menggunakan air yang mengalir.
6. Setelah itu keringkan film dengan menggunakan hairdryer.
b. Bagian film 2, diproses dengan urutan/prosedur terbalik :
1. Jepitkan flm pada hanger.
2. Masukkan film pada fixer dan lakukan agitasi.
3. Celupkan film pada air.
4. Celupkan film pada developer. Lakukan agitasi
5. Cuci film dengan air yang mengalir
6. Keringkan film denga hairdryer.
c. Bagian film 3, diproses sesuai prosedur, namun dengan kondisi lampu
menyala.
 Langkah-langkah seperti pada bagian (a).
d. Bagian film 4, tidak diproses.
E. Hasil Praktikum
a. Film 1

b. Film 2

c. Film 3
d. Film 4

F. Pembahasan
a. Pada film 1
Karena dilakukan proses sesuai urutan/prosedur jadi pada film terdapat
gambaran radiograf manus.
b. Pada film 2
c. Pada film 3
d. Pada film 4
G. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai