Anda di halaman 1dari 26

FKG Institut Ilmu Kesehatan

Bhakti Wiyata Kediri

Teknik Pemrosesan dan


Kegagalan Pemrosesan
Film Ronsen
Prosesing Film FKG Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri

 Tahapan pengolahan film secara konvensional terdiri dari


1. Pembangkitan (developing),
2. Pembilasan (rinsing),
3. Penetapan (fixing),
4. Pencucian (washing), dan
5. Pengeringan (drying).
1. Developing ( Pembangkitan ) FKG Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri

 Pembangkitan merupakan langkah pertama dalam memproses film. Suatu


larutan kimia yang dikenal sebagai larutan pengembang atau developer
digunakan dalam proses pembangkitan. Tujuan dari developer atau
pengembang adalah mengurangi paparan, energi Kristal perak halida kimia ke
perak hitam metalik. Larutan pengembang ini melembutkan emulsi film
selama proses ini
1. Developing ( Pembangkitan ) FKG Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri

 a. Sifat dasar
disebut pembangkitan adalah perubahan butir-butir perak halida di dalam emulsi yang telah
mendapat penyinaran menjadi perak metalik atau perubahan dari bayangan laten menjadi
bayangan tampak. Sementara butiran perak halida yang tidak mendapat penyinaran tidak akan
terjadi perubahan.
Perubahan menjadi perak metalik ini berperan dalam penghitaman bagian-bagian yang terkena
cahaya sinar-X sesuai dengan intensitas cahaya yang diterima oleh film.Sedangkan yang tidak
mendapat penyinaran akan tetap bening. Dari perubahan butiran perak halida inilah akan
terbentuk bayangan laten pada film.

 b. Bayangan laten (latent image)

Emulsi film radiografi terdiri dari ion perak positif dan ion bromida negative (AgBr) yang tersusun
bersama di dalam kisi kristal (cristal lattice). Ketika film mendapatkan eksposi sinar-X maka
cahaya akan berinteraksi dengan ion bromide yang menyebabkan terlepasnya ikatan elektron.
Elektron ini akan bergerak dengan cepat kemudian akan tersimpan di daiam bintik kepekaan
(sensitivity speck) sehingga bermuatan negatif.
Kemudian bintik kepekaan ini akan menarik ion perak positif yang bergerak bebas untuk masuk ke
dalamnya lalu menetralkan ion perak positif menjadi perak berwarna hitam atau perak metalik.
Maka terjadilah bayangan laten yang gambarannya bersifat tidak tampak.
1. Developing ( Pembangkitan ) FKG Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri

 c. Larutan developer terdiri dari:


1. bahan pelarut (solvent)
dipergunakan sebagai pelarut adalah air bersih yang tidak mengandung mineral.
2. Bahan pembangkit (developing agent).
adalah bahan yang dapat mengubah perak halida menjadi perak metalik. Di dalam
lembaran film, bahan pembangkit ini akan bereaksi dengan memberikan elektron
kepada kristal perak bromida untuk menetralisir ion perak sehingga kristal perak
halida yang tadinya telah terkena penyinaran menjadi perak metalik berwarna
hitam, tanpa mempengaruhi kristal yang tidak terkena penyinaran. Bahan yang
biasa digunakan adalah jenis benzena (C6H6).
3. Bahan pemercepat (accelerator).
Bahan developer membutuhkan media alkali (basa) supaya emulsi pada film mudah
membengkak dan mudah diterobos oleh bahan pembangkit (mudah diaktifkan).
Bahan yang mengandung alkali ini disebut bahan pemercepat yang biasanya
terdapat pada bahan seperti potasium karbonat (Na2CO3 / K2CO3) atau potasium
hidroksida (NaOH / KOH) yang mempunyai sifat dapat larut dalam air.
1. Developing ( Pembangkitan ) FKG Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri

4. Bahan penahan (restrainer).


Berfungsi untuk mengendalikan aksi reduksi bahan pembangkit terhadap kristal
yang tidak tereksposi, sehingga tidak terjadi kabut (fog) pada bayangan film.
Bahan yang sering digunakan adalah kalium bromida.
5. Bahan penangkal (preservatif).
berfungsi untuk mengontrol laju oksidasi bahan pembangkit. Bahan pembangkit
mudah teroksidasi karena mengabsorbsi oksigen dari udara. Namun bahan
penangkal ini tidak menghentikan sepenuhnya proses oksidasi, hanya mengurangi
laju oksidasi dan meminimalkan efek yang ditimbulkannya.
6. Bahan-bahan tambahan.
Selain dari bahan-bahan dasar, cairan pembangkit mengandung pula bahan-bahan
tambahan seperti bahan penyangga (buffer) dan bahan pengeras (hardening
agent). Fungsi dari bahan penyangga adalah untuk mempertahankan pH cairan
sehingga aktivitas cairan pembangkit relatif konstan. Sedangkan fungsi dari bahan
pengeras adalah untuk mengeraskan emulsi film yang diproses.
2. Rinsing (Pembilasan) FKG Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri

 Setelah proses pembangkitan, rendaman air digunakan untuk mencuci atau


membilas film. Pembilasan digunakan untuk menghilangkan developer atau
pengembang dari film dan memberhentikan proses pengembangan. Pada
waktu film dipindahkan dari tangki cairan pembangkit, sejumlah cairan
pembangkit akan terbawa pada permukaan film dan juga di dalam emulsi
filmnya.
3. Fixing (Penetapan) FKG Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri

 Setelah proses pembilasan, difiksasi. Suatu larutan kimia yang dikenal sebagai
fiksator digunakan dalam proses fiksasi. Tujuan dari fiksator adalah untuk
menghilangkan Kristal perak halida yang tidak terpapar dan terkena energi
emulsi film. Fiksator menguatkan emulsi film selama proses ini.
Diperlukan untuk menetapkan dan membuat gambaran menjadi permanen
dengan menghilangkan perak halida yang tidak terkena sinar-X. Tanpa
mengubah gambaran perak metalik. Perak halida dihilangkan dengan cara
mengubahnya menjadi perak komplek. Senyawa tersebut bersifat larut dalam
air kemudian selanjutnya akan dihilangkan pada tahap pencucian.
Tujuan dari tahap penetapan ini adalah untuk menghentikan aksi lanjutan
yang dilakukan oleh cairan pembangkit yang terserap oleh emulsi film. Pada
proses ini juga diperlukan adanya pengerasan untuk memberikan perlindungan
terhadap kerusakan dan untuk mengendalikan akibat penyerapan uap air.
4. Washing (Pencucian) FKG Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri

 Setelah film menjalani proses penetapan maka akan terbentuk perak komplek
dan garam. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan tersebut
dalam air. Tahap ini sebaiknya dilakukan dengan air mengalir agar dan air
yang digunakan selalu dalam keadaan bersih.
5. Drying (Pengeringan) FKG Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri

 Merupakan tahap akhir dari siklus pengolahan film. Tujuan pengeringan adalah
untuk menghilangkan air yang ada pada emulsi. Hasil akhir dari proses
pengolahan film adalah emulsi yang tidak rusak, bebas dari partikel debu,
endapan kristal, noda, dan artefak.
Cara yang paling umum digunakan untuk melakukan pengeringan adalah
dengan udara. Ada tiga faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu suhu
udara, kelembaban udara, dan aliran udara yang melewati emulsi.
Teknik prosesing film yg lain FKG Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri

1. MANUAL
a. dengan dark room ;
1) Metode visual
2) Metode temperatur dan waktu
b. Tanpa dark room (self processing)
2. OTOMATIS
dengan film processing otomatics machine
FKG Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri

Kegagalan Pemrosesan Film


1. Kesalahan waktu dan temperatur FKG Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri

1.1 Underdeveloped Film


prosesing singkat dalam developer, temperatur developer rendah
Gambaran Radiografik sangat terang
1. Kesalahan waktu dan temperatur FKG Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri

Overdeveloped Film
prosesing lama dalam developer, temperatur developer tinggi
Gambaran Radiografik sangat gelap
1. Kesalahan waktu dan temperatur FKG Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri

1.3 Reticulation of Emultion


perbedaan suhu drastis antara developer dengan air(pencuci)
Gambaran Radiografik pecah-pecah (seperti kaca retak)
FKG Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri

2. Kontaminasi dari larutan pemrosesan


2.1 Developer Spots
developer kontak dengan film sebelum prosesing
Gambaran Radiografik bercak hitam
FKG Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri

2. Kontaminasi dari larutan pemrosesan


2.2 Fixer Spots
fixir kontak dengan film sebelum prosesing
Gambaran Radiografik bercak terang
FKG Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri

2. Kontaminasi dari larutan pemrosesan


2.3 Yellow-Brown Stains
kekuatan fixir atau developer lemah
Gambaran Radiografik kuning kecoklatan

copyright @ basma-bajurie art


FKG Institut Ilmu Kesehatan

3. Kesalahan Penanganan Film


Bhakti Wiyata Kediri

3.1 Developer Cut-off


developer tidak mengenai keseluruhan film pada waktu prosesing
Gambaran Radiografik terpotong dengan gambaran terang
FKG Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri

3. Kesalahan Penanganan Film


3.2 Fixer Cut-off
fixir tidak mengenai keseluruhan film pada waktu prosesing
Gambaran Radiografik terpotong dengan gambaran gelap
FKG Institut Ilmu Kesehatan

3. Kesalahan Penanganan Film


Bhakti Wiyata Kediri

3.3 Overlapped Film


film tumpang tindih waktu prosesing
Gambaran Radiografik daerah yang lebih gelap atau terang
pada sebagian film
FKG Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri

3. Kesalahan Penanganan Film


3.4 Fingerprint Artefak
film tersentuh jari yang terkontaminasi developer
Gambaran Radiografik sidik jari pada film
3. Kesalahan Penanganan Film
FKG Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri

3.5 Scratched Film


lapisan film terkelupas oleh benda tajam (kuku,klip)
Gambaran Radiografik goresan terang pada film
FKG Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri

4. Kesalahan Pengaturan Cahaya dalam Ruang Gelap


4.1 Light Leak
sebagian film terkena sinar UV/neon
Gambaran Radiografik tampak gelap pada bagian yang
terkena sinar UV

copyright @ basma-bajurie art


FKG Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri

4. Kesalahan Pengaturan Cahaya dalam Ruang Gelap


4.2 Fogged Film
film kadaluarsa, larutan prosesing terkontaminasi
Gambaran Radiografik berkabut/keabuabuan dan kurang
kontras
FKG Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri

Selamat Belajar, Semoga Sukses

Anda mungkin juga menyukai