Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PERALATAN RADIOGRAFI, KONSTRUKSI RUANG GELAP,


PENCUCIAN FILM DAN PENGENDALIAN MUTU FILM

Disusun untuk memenuhi tugas pengganti ketidakhadiran pertemuan IV

Mata Kuliah : Radiologi Veteriner

Disusun Oleh :

KHAIRIL IRSYAD

B04160143

DIVISI RADIOLOGI DAN BEDAH


DEPARTEMEN KLINIK RADIOLOGI DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
IPB UNIVERSITY
2019
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Peralatan Radiografi, Konstruksi Ruang Gelap, Pencucian Film Dan
Pengendalian Mutu Film ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pengganti kuliah pertemuan IV pada
mata kuliah Radiologi Veteriner. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang peralatan radiografi, konstruksi ruang gelap, pencucian
film dan pengendalian mutu film bagi para pembaca dan juga bagi penulis.Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari,
makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bogor, 29 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Peralatan Radiografi
B. Konstruksi Ruang Gelap
C. Pencucian dan Pengendalian Mutu Film
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Citra (image) merupakan istilah lain untuk gambar sebagai bentuk informasi
visual yang memegang peranan penting dalam komponen multimedia. itra radiografi
merupakan hasil dari pemotretan organ tubuh manusia melalui sinar x, citra radiografi
diperlukan ahli medis untuk menentukan hasil diagnosanya. Tetapi tidak semua citra
radiografi memiliki tampilan visual yang memuaskan mata ahli medis (Yusro dan
Sianturi 2018). Agar dapat melakukan pencitraan radiografi dibutuhkan berbagai
macam peralatan seperti mesin x-ray, kaset film, film, intensifying screen, dll. Selain
peralatan pencitraan radiografi, peralatan penunjang seperti alat pelindung diri dan
alat pengering film juga dibutuhkan.
Proses pencetakan film radiografi memerlukan kamar gelap. kamar gelap
diperlukan agar film yang akan diolah tidak rusak karena sinar matahari. Konstruksi
kamar gelap didesain sedemikian rupa sesuai dengan persyaratan yang ada agar film
yang akan diproses benar benar terlindungi dan radiograf yang dihasilkan memiliki
kualitas yang bagus. di dalam kamar gelap tersebut film yang telah dipapar sinar x
akan dicuci di berbagai macam larutan yang telah disiapkan. Bagi seorang radiografer
ataupun tenaga medis yang melakukan pencitraan radiografi pengetahuan tentang
peralatan radiografi, konstruksi ruang gelap dan pencucian serta pengendalian mutu
film penting untuk diketahui agar radiograf yang dihasilkan memiliki kualitas yang
bagus.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja peralatan radiografi ?
2. Apa yang menjadi komponen konstruksi ruang gelap ?
3. Bagaimana cara pencucian film agar mutu film yang dihasilkan baik ?
C. Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk membahas peralatan radiografi, konstruksi
ruang gelap, dan cara pencucian film
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peralatan Radiografi

Peralatan radiografi ditunjukan untuk membantu pencitraan radiografi yang


nantinya digunakan sebagai alat penunjang diagnosis dalam dunia kedokteran. Di
dalam pengambilan gambar, peralatan biasanya disimpan di dalam ruang
pengambilan gambar tempat hewan akan dirontgen dan di kamar gelap tempat
pencucian film. Peralatan yang lazim ditemukan di ruang pengambilan gambar dan
kamar gelap antara lain mesin sinar x, film, kaset film, intensifying screen, lampu
illuminator, tempat penyimpanan film, film holder, alat pelindung anggota badan, alat
monitoring untuk mengetahui papapran radiasi, alat bantu dalam fiksasi, dan alat
pengering film.

Mesin X ray merupakan mesin yang menghasilkan sinar x yang digunakan untuk
menembus jaringan tubuh dan memberikan pencitraan jaringan yang terpapar sinar x
di film yang berada di bawah jaringan. Mesin x ray manual terdiri dari 3 tipe yaitu
unit portable, unit mobile, dan unit stasioner.Unit portable merupakan mesin x ray
dengan ukuran paling kecil dan biasanya digunakan saat pencitraan tidak dapat
dilakukan di dalam ruangan. Unit portable memiliki keuntungan antara lain mudah
dipindahkan, dan berat antara 6 – 20 kg. Unit mobile memiliki frame transport dan
bagian kolom vertikal yang dapat diubah ubah axix pengambilan gambarnya (DiRisio
dan Stagnitto 2014). Keuntungan unit mobile ini antara lain memiliki kekuatan
penetrasi medium, dapat dipindahkan antara satu tempat praktik ke tempat lain, dan
dapat digunakan untuk hewan besar maupun hewan kecil. Unit stasioner merupakan
unit yang paling besar dan tidak dapat dipindahkan, daya penetrasi yang dihasilkan
oleh unit ini bisa mencapai 250 KVP dengan 2000 mA.

Gambar 1. Mesin X ray portable 2 monitor dan mesin x ray mobile


Untuk mencetak gambar dari mesin x ray manual, dibutuhkan film untuk
menangkap pencitraan dari sinar x. Film terdiri dari bahan tipis polyester yang
dilapisi silver halide kristal dengan bahan perekat (adhesive). Silver halide ini bersifat
sensitif terhadap cahaya dan sinar x yang berfungsi menangkap dan membuat gambar
radiograf. Di kedua sisi film terdapat terdapat lapisan pelindung dengan lapisan
gelatin. Jika digunakan, silver halide yang terpapar sinar x akan mengendap
membentuk silver metalik (Al-Abdall dan Al-Khaldi 2016). Agar dapat digunakan
tanpa merusak lapisan silver halide dari film dibutuhkan kaset film. Kaset film terbagi
menjadi dua tipe yaitu non-screen dan image intesifying screen. Pada tipe non-screen,
film langsung dilapisi bahan kedap cahaya berupa karton atau plastik. Biasanya tipe
ini digunakan untuk memperoleh detail gambar yang baik dengan kondisi hewan
benar-benar terbius. Sedangkan tipe image intesifying screen atau rigid, kaset
memiliki lapisan khusus untuk merubah sinar x menjadi cahaya tampak. Bahan dasar
pada film ini dapat berupa plastik, metal ringan, atau serat fiber-grafid.

Gambar 2. Kaset film

Selain alat untuk pencitraan, dalam pencitraan radiografi alat alat penunjang
juga diperlukan. Salah satu alat penunjang adalah alat penunjang untuk pembacaan
radiograf antara lain illuminator dan film holder yang digunakan untuk memperjelas
kontras saat melihat gambar dan memegang film agar tidak rusak. Selain itu ada juga
alat penunjang seperti alat pelindung anggota badan yang dilapisi oleh Pb agar tubuh
operator tidak terpapar oleh sinar x.

B. Konstruksi Kamar Gelap

Kamar gelap merupakan tempat untuk mengolah film atau film processing setelah
dilakukan pencitraan agar dapat dibaca. Kamar gelap memiliki 2 area yaitu area basah
dan area kering. Pada beberapa tempat area kering kamar gelap sering digunakan juga
untuk tempat pencitraan radiografi. Area basah merupakan tempat pencucian film, di
dalamnya terdapat tanki yang berisi developer, rinser, washer dan air. Sedangkan area
kering digunakan untuk menyimpan film, sinar x, film holder, dan area pemotretan.
Adapun syarat syarat konstruksi ruang gelap ukuran harus memadai dan proposional,
terlindung dari radiasi, sinar matahari dan bahan‐bahan kimia lain, sirkulasi dan suhu
udara yang baik sekitar 16 – 200 C, terdapat air mengalir yang bersih, dinding dan
lantai yang tahan kropos, kelengkapan kamar gelap yang memadai, lampu kamar
gelap (safe light) yang aman dan tidak bocor, dinding dilapisi dengan logamPb dan
dicat berwarna hitam tata letak ruang sebaiknya berbentuk S.

Gambar 3. Tata letak ruang/kamar gelap

C. Proses Pencucian Film

Proses pencucian film dapat dibagi menjadi tiga berdasarkan tenaga manusia yang
digunakanya yaitu, manual, semi otomatis dan otomatis. Tahapan proses pencucian
film sendiri terdiri dari 5 proses, yaitu :

1. Developing
 Mengubah ion perak perak bromida dalam kristal menjadi logam
 perak
 film harus sering digerak‐gerakan
 Suhu terbaik 20oC atau diantara 15oC – 27oC
 Waktu pengolahan 3 menit pada suhu 20oC dan 5 menit pada
 suhu 15oC
2. Rinsing
 Dilakukan beberapa detik (16 – 20 detik) bertujuan menyingkirkan larutan
developer agar tidak terbawa kelarutan fiksasi
3. Fixing
 berbentuk garam ammonium thiosulfate
 berfungsi untuk mengubah kristal bromidamenjadi tidak
 berkembang lagi
 menyingkirkan hablur senyawa perak yang tidak tersinari
 Waktu proses dalam fixasi film 2 kali dari waktu developing
4. Washing
 Membersihkan dari kelebihan atau sisa‐sisa perak bromida pada film
 Waktu pencucian 30 – 40 menit
5. Drying
 Bisa dilakukan dengan driyer, kipas angin atau bila perlu dengan cahaya
matahari. Sedangkan dengan proses semi otomatis dan otomatis sudah
dilakukan oleh mesin. (Lin et al 2015)
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abdalall, A. H., & Al-Khaldi, E. M. (2016). Recovery of silver from used X-ray
film using alkaline protease from Bacillus subtilis sub sp. subtilis. African
Journal of Biotechnology, 15(26), 1413-1416.
Lin, K. F., Chang, S. H., Wang, K. H., Cheng, H. M., Chiu, K. Y., Lee, K. M., ... &
Wu, C. G. (2015). Unraveling the high performance of tri-iodide perovskite
absorber based photovoltaics with a non-polar solvent washing treatment. Solar
Energy Materials and Solar Cells. 141: 309-314.
Yusro KA dan Sianturi RD. 2018. Penerapan metode median filtering dan histogram
equalization untuk meningkatkan kualitas citra radiografi. JURIKOM. 5(3):
254-260

Anda mungkin juga menyukai