Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH RADIOFOTOGRAFI II

REJECT ANALYSIS FILM

Dosen pengampu :

A. Ar. Rakhmansyah Iskandar, SKM., M.Kes.

Disusn oleh :

NAMA : Alghifari Mokodongan

Kelas: C

Nim: P122082

PROGRAM STUDI DIII RADIOLOGI

POLTEKKES MUHAMMADIYAH

MAKASSAR

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan...........................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................4
A. Definisi Reject Analysis (Analisa Penolakan Film)............................................................................4
B. Tujuan Reject Analysis Program (RAP).............................................................................................5
C. Faktor-faktor Penyebab Reject Analysis..........................................................................................5
D. Prosedur Pelaksanaan Reject Analysis Film...................................................................................14
E. Rumus Persamaan RAP..................................................................................................................16
BAB III........................................................................................................................................................18
PENUTUP...................................................................................................................................................18
A. Kesimpulan....................................................................................................................................18
B. Saran..............................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................19

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam

menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak

akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa sholawat serta salam

tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan

kelak.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-

Nya, sehingga makalah yang berjudul “REJECT ANALYSIS FILM” dapat diselesaikan.

Dan pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimah kasih yang sebesar-

besarnya kepada dosen mata kuliah RADIOGRAFI II yang telah memberikan tugas

kepada kami. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

RADIOFOTOGRAFI II.

Penulis menyadari makalah berjudul “REJECT ANALYSIS FILM” ini masih perlu

banyak penyempurnaan karena kesalahan dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap

kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak

kesalahan pada makalah ini, penulis memohon maaf.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat

bermanfaat.

Makassar, 6 Mei 2023

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pengolahan film, baik secara manual maupun otomatis harus

dilakkan menurut aturan yang ada seperti misalnya berapa lama seharusnya film

berada di developer, berapa lama film bias terkena cahaya safelight dan berapa

suhu cairan prosesing film yang benar.

Ada kecenderungan setelah diproses film base akan melengkung ke arah

emulsi. Untuk menghindarkan hal tersebut maka pada sisi yang tidak

mengandung emulsi dilapisi dengan lapisan anti curi backing yang terbuat dari

bahan gelatin.

Namun terkadang saat seseorang melakukan pengolahan film, terdapat

beberapa hal yang dilakukan tidak menurut aturan yang menjadi standarisasi

pengolahan film.

Kerusakan film merupakan penyebab utama dilakukannya reject analysis

film. Kerusakan tersebut berupa makin meningginya basic fog level, menurunnya

speed atau kepekaan, dan menurunnya nilai kontras .

iv
Akibat perlakuan yang tidak standar ini, maka ini berarti sudah terjadi

kesalahan pada pengolahan film. Akibat kesalahan pengolahan film ini, bisa

terjadi penolakan film bahkan terjadinya pengulangan foto.

Tujuan utama dalam program Quality Control adalah menekan jumlah film

yang ditolak (rejected) dan diulang (repeated). Selain itu sebagai upaya

membatasi terjadinya pengulangan dalam pembuatan radiograf secara nyata

akan membatasi bertambahnya radiasi pada pasien

Berdasar dari pemikiran diatas maka kami akan membahas mengenai

analisa penolakan film dan bagaimana penanganannya sehingga kita tidak akan

melakukan kesalahan – kesalahan dalam pengolahan film .

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud reject analysis film (analisa penolakan film) ?

2. Apa tujuan dari reject analysis film program (RAP) ?

3. Apakah faktor – faktor penyebab reject analysis film ?

4. Bagaimana prosedur pelaksanaan reject analysis film ?

5. Bagaimana rumus persmaan RAP ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan utama dibuatnya makalah ini adalah untuk meminimalisasi

tejadinya kesalahan – kesalahan pada pengolahan film agar mengurangi

terjadinya penolakan film.

v
D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat praktis

a. Dapat dijadikan sebagai meningkatkan pemahaman tentang reject

analysis film

b. Dapat meningkatkan keterampilan teknisi.

2. Manfaat ilmiah

Dapat melatih keterampilan, mengembangkan pemikiran, dan sebagai bahan

referensi bagi bagi pembaca maupun penulis

3. Manfaat institusi

Dapat digunakan sebagai kontribusi dalam menambah minat dan motivasi

sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar bagi mahasiswanya.

4. Manfaat masyarakat

Sebagai informasi bagi masyarakat agar dapat meningkatkan pemahaman

tentang reject analysis film.

vi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Reject Analysis (Analisa Penolakan Film)

Dalam proses peningkatan mutu radiografi dibutuhkan peranan radiografer

dalam meningkatkan efesiensi diagnostik imaging. Banyak faktor yang

mempengaruhi mutu radiografi dan untuk meningkatkannya perlu dicari faktor-

faktor penghambatnya secara pasti. Salah satu metode yang akan diuraikan

adalah Reject Analysis (Analisa Penolakan Film). Reject analysis yakni analisis

dari foto rontgent yang ditolak dan diulang karena tidak memenuhi syarat untuk

keperluan diagnosa.

Reject analysis merupakan metode yang digunakan oleh Departemen

Radiologi untuk menentukan analisis film yang ditolak, efektivitas biaya,

konsistensi staff dan equipment dalam menghasilkan radiograf yang berkualitas .

Tujuan Reject analysis film dilakukan dengan tujuan untuk memastikan

standar yang tinggi pada teknik radiografi dan pemanfaatan film darat terjamin

pada unit radiologi, memastikan peralatan radiografi dapat dimanfaatkan secara

vii
konsisten dengan standar yang tinggi, memastikan bahwa bahan - bahan yang

ada digunakan secara efektif (cost effective way), menyediakan data untuk

digunakan dalam menganalisis film yang direject dan aspek-aspek penyebab

yang membutuhkan perhatian, dan sebagai perencanaan awal dari reject

analysis program

Sasaran reject analisis mencakup 2 hal pokok :

1. Standardisasi kualitas.

2. Mencari penyebab penolakan dan pengulangan foto.

Dalam proses reject analysis film sangat dibutuhkan kesadaran radiografer

dalam mencegah terjadinya reject dan repeat film, dan dalam menekan radiasi

terhadap pasien .

B. Tujuan Reject Analysis Program (RAP)

1. Memastikan standar yang tinggi pada teknik radiografi dan pemanfaatan film

darat terjamin pada unit radiologi.

2. Memastikan peralatan radiografi dapat dimanfaatkan secara konsisten dengan

standar yang tinggi.

3. Memastikan bahwa bahan-bahan yang ada digunakan secara efektif (cost

effective way)

4. Menyediakan data untuk digunakan dalam menganalisis film yang direject dan

aspek-aspek penyebab yang membutuhkan perhatian

5. Sebagai perencanaan awal dari QC program

viii
C. Faktor-faktor Penyebab Reject Analysis

Sebelum melakukan reject analysis ( analisa penolakan film ) maka kita harus

mengetahui telebih dahulu penyebab reject analysis . Adapun faktor – faktor

penyebab reject analysis, sebagai berikut :

1. Kesalahan penolakan film akibat kesalahan manusia ( human error )

Kesalahan atau kekurang telitian personal atau radiografer dalam

mengatur faktor eksposi sehingga gambaran yang dihasilkan tidak

memberikan informasi yang jelas untuk menegakkan diagnosa. Gambar yang

dihasilkan dapat menjadi under exposure atau over exposure. Under exposure

terjadi karena faktor eksposi yang diberikan kurang sehingga gambaran

menjadi putih akibat kurangnya kontras dan densitas. Sedangkan over

exposure terjadi karena faktor eksposi yang diberikan terlalu banyak sehingga

gambaran yang dihasilkan menjadi terlalu gelap akibat kelebihan kontras dan

densitas.

2. Kesalahan penolakan film akibat kesalahan peralatan (tools eror)

Penyebab penolakan film akibat alat adalah akibat kurang berfungsinya

alat yang digunakan dalam radiologi, seperti pesawat rontgen yang tidak stabil

karena ada hambatan pada tegangan. Processing otomatis yang macet atau

roller processing yang kasar sehingga manyebabkan film tergores. Kaset dan

IS yang kotor, marker yang menutupi organ.

3. Kesalahan penolakan film akibat pergerakan pasien (patient eror)

Pergerakan pasien akan menyababkan gambaran radiografi menjadi

kabur. Hal ini dapat terjadi karena pasien yang tidak kooperatif dapat juga

ix
terjadi karena pasien tidak mengerti maksud dan jenis pemeriksaan karena

tidak mandapatkan instruksi yang jelas dari radiografer.

Data-data tersebut dikumpulkan dalam satu kurun waktu tertentu misalnya 2 –

6 bulan. Selama itu dapat dianalisis foto yang ditolak dan diulang untuk masing-

masing jenis pemeriksaan, untuk masing-masing ruangan dan bahkan untuk satu

unit radiologi.

Selain faktor – faktor diatas, penolakan film juga dapat terjadi karena adanya

kesalahan – kesalahan pada pengolahan film. Saat pengolahan film dilakukan,

adakalanya hasil pengolahan pada film menghasilkan film yang memiliki

tambahan densitas (derajat kehitaman). Penambahan densitas yang terjadi tadi

tidak merata tetapi hanya pada beberapa bagian tertent saja. Penambahan

densitas pada film yang seperti ini dinamakan fog. Jenis – jenis kesalahan

tersebut , antara lain :

1. Age fog

Age fog dihasilkan dari film yang mempunyai usia yang mlebihi waktu

kadaluarsa (expired date). Setiap film yang diproduksi oleh pabrik akan

memiliki expired date tertentu, biasanya satu than dari wakt produksi. Film

yang digunakan setelah melewati expired date akan menyebabkan film

bertambah densitasnya. Hal ini dipengaruhi oleh radiasi alam yang mungkin

masuk ke dalam tempat penyimpanan film dan suh tempat penyimpanan film.

Penambahan densitas ini membuat gambaran pada film tampak seperti kabut

x
hitam saat film dip roses meskipun tanpa di eksposi oleh sinar-x terlebih

dahulu.

Untuk mencegah terjadinya age fog sebaiknya digunakan system FIFO

(First In First Out) pada penyimpanan film. System FIFO maksudnya film yang

lebih dahulu datang diletakkan dibagian paling depan sementara film yang

kemudian datang diletakkan dibelakang film yang terlebih dahulu datang.

2. Light fog

Light fog adalah fog yang terjadi karena adanya eksposi oleh cahaya yang

berasal dari safelight. Safelight memiliki sifat yang aman terhadap emulsi film

tetapi bagaimanapun juga cahaya safelight akan mengakibatkan fog jika

waktu kontak antara cahaya safelight dengan film tergolong lama. Secara

spesifik penyebb light fog adalah sebagai berikut :

a. Kesalahan warna safelight.

b. Filter bocor / cahaya safelight terlalu kuat.

c. Film terlalu lama terkena cahaya safelight.

3. Radiation fog

Radiation fog adalah fog yang disebabkan karena film berinteraksi

dengan radiasi. Radiasi ini bisa berasal dari sinar-x, bahan – bahan radioaktif

dan juga radiasi alam. Radiasi yang berinteraksi dengan film akan

menyebabkan densitas film bertambah.

Radiasi bisa berinteraksi dengan film dikarenakan kurangnya proteksi

radiasi pada tempat penyimpanan film. Tempat penyimpanan film biasanya

xi
dekat sekali dengan kamar pemeriksaan dimana kamar pemeriksaan tersebut

terdapat pesawat sinar-x.

Untuk mencrgah supaya hal ini tidak terjadi, maka box film dalam

keadaan rapat sehingga tidak ada cahaya yang masuk sedikitpun ke dalam

box film. Kemudian pastikan pintu dan dinding kamar gelap tempat biasa

disimpan film, telah dilapisi dengan Pb 2mm sebagai proteksi radiasi.

4. Oxygen fog

Oxygen fog adalah fog yang disebabkan karena interaksi film dengan

oksigen di udara bebas. Saat dilakukan inspeksi, film akan dinagkat kelar dari

tangki developer. Saat keluar dari developer, permukaan film masih basah

oleh cairan developer. Akibatnya developer yang berada di permukaan film

akan berinteraksi dengan udara bebas terutama oksigen. Oksigen akan

mengoksidasi developer yang menempel pada permukaan film. Akibat

oksidasi ini akan menyebabkan film bertambah densitasnya dan film

mengalami fog.

Untuk mencegah supaya hal ini tidak terjadi, maka saat melakukan

kegiatan inspeksi sebaiknya tidak terlalu lama, meskipun tidak menggunakan

safelight saat melakukan inspeksi,

5. Chemical fog

Chemical fog adalah fog yang dihasilkan karena factor kimia yang berada

di dalam cairan developer saat dilakukan pengolahan film. Secara spesifik

chemical fog diakibatkan oleh :

a. Film terlalu lama di dalam cairan pembangkit.

xii
b. Sh cairan pembangkit tinggi.

c. Kesalahan komposisi cairan pembangkit.

d. Terkontaminasinya cairan pembangkit dengan bahan lain.

6. Bact scatter fog

Back scatter fog adalah fog yang dihasilkan oleh radiasi hambr. Radiasi

hambur yang masih cukup besar masih bisa menyebabkan kehitaman pada

film. Pada beberapa pemeriksaan, kaset dibagi menjadi dua. Untuk membagi

kedua kaset ini biasanya hanya digunakan lampu kolimator untuk membatasi

lapangan penyinaran. Jika pesawat sinar-x yang digunakan masih sangat

bagus keluar berkasnya, maka pembagian ini akan tergambar senpurna

artinya tidak ada bagian lain yang bertambah kehitamannya akibat radiasi

hambur. Namun jika pesawat sinar-x yang diguanakan sudah tidak bagus lagi

keluaran berkasnya, maka pasti akan muncul penambahan kehitaman pada

gambaran disebelahnya akibat radiasi hambur.

Untuk menghindari hal tersebut terjadi, jika harus menggunakan kV

yang tinggi pada pemeriksaan maka gunakanlah grid diatas kaset yang

fungsinya menyerap radiasi hambur. Kemudian jika kV yang digunakan kecil,

namun pesawat sinar-x keluaran berkasnya sudah tidak bagus lagi maka

gunakan pentup yang terbuat dari Pb 2 mm untuk membatasi lapangan

penyinaran pada daerah sebelahnya.

7. Dichroic fog

Dechroic fog adalah fog yang dihasilkan akibat interaksi dari developer

dengan fixer pada film. Hal ini terjadi karena proses rinsing tidak dilakukan

xiii
dengan waktu yang cukup. Sebagaimana telah diketahui bahwa cairan

developer bersifat basa dan fixer bersifat asam. Untuk menghindari interaksi

langsung antara asam dan basa ini, film di bilas dengan air di tangki rinsing.

Pembilasan ini bertujuan untuk menghilangkan developer dari permukaan film

ketika hendak dimaasukkan ke dalam fixer yang bersifat asam. Interaksi

langsung antara developer dan fixer akan mengakibatkan film mengalami fog.

Untuk mencregah supaya hal ini tidak terjadi maka lakukan rinsing

dengan waktu yang cukp sehingga benar – benar yakin bahwa cairan

developer sudah tidak ada di permukaan film atau setidaknya berkurang

banyak. Kemudian ntuk menjaga agar prose rinsing berjalan dengan baik,

pastikan air yang berada di dalam tangki tetap bersih.hroic

8. Artefact

Artefact adalah kesalah pengolahan film yang membentk bayangan

putih pada film setelah diproses. Artifact biasanya terjadi karena permukaan

IS yang tidak bersih. Permukaan IS mungkin tanpa sengaja terdapat tetesan

air, serpihan pasir atau serpihan kertas. Akibat hal-hal tersebut maka

pendaran yang dihasilkan oleh IS akan tertahan sehingga sedikit pendaran

cahaya yang ampai ke film.

Untuk mencegah supaya hal ini tidak terjadi, maka pastikan IS selalu

dirawat dengan frekuensi yang sudah ditentukan. Namun untuk lebih

meyakinkan dalam penggunaan IS, sebaiknya lihat terlebih dahulu permukaan

IS untuk memastikan bahwa tidak ada tetesan air, serpihan pasir atau

serpihan kertas yang menempel pada permukaan IS.

xiv
9. Streaking

Streaking adalah jalur atau coretan yang terdapat pada film. Gambaran

streaking bisa berbentuk jalur berwarna hitam atau bisa berbentuk jalur seperti

berminyak pada permkaan film yang bisa dilihat saat film dimiringkan.

Penyebab streaking adalah sebagai berikut :

a. Selama pembangkitan film non agitasi.

b. Pada waktu pembangkitan film diangkat sehingga cairan developer

menetes ke bawah.

c. Adanya residu fixer yang mongering.

10. Yellow patch

Yellow patch adalah bercak – bercak kuning yang terdapat pada film

setelah film dikeringkan dan disimpan beberapa saat. Penyebab yellow patch

adalah penggunaan cairan prosesing yang sudah kadaluarsa. Secara spesifik

yellow patch disebabkan oleh :

a. Waktu pembangkitan terlalu lama di developer yang sudah lama.

b. Pembilasan yang tidak cukup pada film.

c. Memakai fixer yang sudah lama.

d. Memakai developer yang telah teroksidasi terlalu lama

11. Reticulation

Reticulation adalah bergelombangnya film pada sisi emulsi. Reticulation

terjadi karena suhu yang tinggi baik pada developer, fixer maupun

pengeringan.

xv
Untuk mencegah supaya hal ini tidak terjadi, maka suhu developer dan

fixer dijaga pada suhu standar yaitu 18°C - 20°C dan suhu pengeringan tidak

boleh melebihi 50°C .

12. Frilling

Frilling adalah proses lepasnya emulsi dari base film. Frilling terjadi jika

proses reticulation berlanjut, ini berarti frilling terjadi ketika suhu yang

digunakan baik pada developer, fixer dan pengeringan melebihi dari suhu

yang menyebabkan film mengalami reticulation.

Jika frilling terjadi maka film akan tampak bening karena emulsi sudah

lepas dari base film. Pencegahannya sama dengan reticulation yaitu jaga

suhu developer, fixer dan pengeringan pada suhu standar.

13. Light patch

Light patch adalah jalur terang yang berada pada film. Penyebab

terjadinya light patch adalah :

a. Film terlipat sebelum disinar akibatnya timbul bayangan terang seperti

tulang.

b. Adanya artefact pada IS (Intensifying Screen).

c. Terjadinya percikan fixer sebelm dilakukan pembangkitan.

14. Film terbakar

Film terbakar adalah istilah dari film yang tereksposi oleh cahaya

tampak. Sebagaimana diketahui bahwa film sangat sensitive terhadap cahaya

tampak, sedikit saja cahaya tampak mengenai film maka film akan terbakar.

Film terbakar biasanya diakibatkan oleh kamar gelap yang bocor, dimana di

xvi
dalam kamar gelap masih masuk cahaya dari luar. Selain itu, film terbakar

juga bisa diakibatkan kelalaian petugas kamar gelap yang lupa menutup box

film saat membuka pintu kamar gelap.

Untuk mencegah agar hal ini tidak terjadi maka pastikan tidak ada

cahaya yang masuk ke dalam kamar gelap dan pastikan juga box film dalam

keadaan tertutup sebelum keluar dari kamar gelap.

Dengan banyaknya factor – factor penyebab reject analysis film maka

kita harus lebih berhati – hati dalam pengolahan film agar tidak terjadi

penolakan bahkan penglangan foto yang dapat merugikan berbagai pihak.

D. Prosedur Pelaksanaan Reject Analysis Film

Dalam pelaksanaan reject analysis film harus berdasarkan prosedur yang

berlaku, yaitu lakukan survey terhadap ;

1. Jumlah film yang belum terekspose di ruang prosesingtermasuk yang ada

dalam kaset.

2. Jumlah film yang belum terekspose di masing – masing kamar pemeriksaan.

3. Tentukan jumlah dari film yang di reject untk masing – masing kategori ,

antara lain :

a. Over eksposure

b. Under eksposure

c. Positioning

d. Motion

e. Processing

xvii
f. Equipment

4. Masing – masing ruang mencatat jumlah film yang dignakan dan jumlah film

yang ditolak.

5. Tim analisi melakukan pengumpulan data dari masing-masing ruangan

seminggu sekali, film yang ditolak disortir dan dilakukan kategorisasi (jika

memungkinkan dilakukan identifikasi pada setiap pemeriksaan).

Karena penelitian ini sifatnya survey, maka teknik analisis data menggunakan %

(prosentase) sebagai berikut :

a. Untuk reject rate = × 100%

b. Untuk Repeat rate = × 100%

Keterangan : A ialah jumlah foto yang ditolak

B ialah jumlah foto yang diulang

C ialah jumlah foto yang baik

Adapun batasan radiograf yang diterima apabila :

a. Angka reject tidak melebihi 5 %

b. Idealnya dibawah 2 % , tergantung tidak hanya program teknologis

radiografer yang baik tetapi juga laporan yang ideal diantara radiografer

dan radiologist .

c. Jika total reject rate > 5% maka diharapkan harus melakukan teknologis

radiografer program yg terbaik

d. Jika reject rate 2 % – 5 % maka mungkin berada pada 2 keadaan , yaitu ;

xviii
1) Kualitas radiograf baik, jika tidak memiliki 1 program teknologis

radiografer saat ini maka sebaiknya menginisiatifkan 1 program untuk

perbaikan .

2) Jika radiologist terbiasa menerima radiograf yang buruk kualitasnya

dalam keadaan ini hars bekerja sama yang baik dengan radiologist

untuk set up program teknologis radiografer dan menunjukkan dengan

paket teknologis radiografer ada perbaikan .

E. Rumus Persamaan RAP

Garis Trand :

Suatu persamaan yang digunakan untuk membuat suatu grafik dari data reject

yang telah dikumpulkan untuk melihat kecendrungan jumlah reject.

Y = mx + b

Keterangan :

Y = sumbu y pada grafik trend

m = gradient garis trend

b = koefisien pergeseran

x = sumbu x pada grafik trend

Dimana nilai :

m = ¿¿

Dan

( ∑ yi. ∑ xi 2 )−(∑ xi . ∑ xi. yi)


b=
( N . xi2 )− (∑ xi ) 2

xix
Keterangan :

xi : Bulan ke – n

yi : prosentase reject pada bulan ke – n

N : jumlah bulan dalam analisis

Contoh kasus

Instalasi radiologi RS. Semoga Sembuh melakukan reject analisis didapatkan

hasil sebagai berikut :

No Bulan Jml film digunakan Jml reject Prosentase reject

1 Januari 100 5 5

2 Februari 120 6 5

3 Maret 90 10 11,11

4 April 115 6 5,22

5 Mei 120 10 8,33

6 Juni 100 11 11

JUMLAH 645 48 7,44

ANALISIS → Toleransi Reject

Masukan data ke rumus :

jumlah reject secara keseluruhan


Prosentase reject =
jumlah film yg digunakan keseluruhan

xx
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Reject analysis adalah analisis dari foto rontgent yang ditolak dan diulang

karena tidak memenuhi syarat untuk keperluan diagnosa. Faktor – faktor

penyebab reject analysis film adalah Kesalahan penolakan film akibat kesalahan

manusia ( human error ), Kesalahan penolakan film akibat kesalahan peralatan

(tools eror), Kesalahan penolakan film akibat pergerakan pasien (patient eror).

Dalam pelaksanaan reject analysis film harus berdasarkan prosedur yang

berlaku. Tahap-tahap yang dilakukan oleh tim reject analysis harus diberikan

kepada instalasi radiologi.

B. Saran

Setelah membahas dan mengetahui materi di atas maka kami berharap agar

para radiographer dapat meminimalisasi terjadinya kesalahan dalam pengolahan

xxi
film sehingga tidak terjadi penolakan film maupun pengulangan foto.

DAFTAR PUSTAKA

Jenkins, D., Radiographic Photography and Imaging Processes, Aspen Publisher, Inc,

Rockville, Maryland (1980)

Jones, H.L, The Characteristic Curve, Austin Community College (1996)

xxii

Anda mungkin juga menyukai