Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN TUGAS TEORI

KOMUNIKASI DIGITAL PADA COMPUTED RADIOGRAPHY (CR)

Dosen Pembimbing:
Dr. I Dewa Gede Hari Wisana

Disusun oleh :
Muhammad Arifatul Triyono
P27838123091

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN TEKNIK ELEKTROMEDIK
TAHUN AJARAN 2022/2023
PENDAHULUAN
Pada saat ini ilmu kedokteran dalam bidang imaging mengalami perubahan yang penting
dalam teknologi dan klinis. Perubahan ini terjadi melalui ide, metode dan pembuktian teknik secara
nyata. Tujuan dari perkembangan ini adalah untuk memperoleh informasi diagnostik dengan hasil
yang optimal dan kualitas perawatan dalam penyembuhan penderita. Salah satu perkembangan
tersebut adalah yang berkaitan dengan peralatan medis . Berawal dari penemuan SinarX oleh
William Conrad Roentgen (1895) yang kemudian dimanfaatkan untuk melihat tulang-tulang tanpa
harus membedahnya terlebih dahulu . Salah satu sifat dari sinar-X yang dimanfaatkan dalam dunia
kesehatan adalah kemampuannya untuk menghitamkan plat film sehingga dapat menghasilkan
suatu radiograf yang berkualitas. Dalam bidang radiodiagnostik, kualitas radiograf sangat
berpengaruh dalam penentuan ketepatan diagnosa suatu penyakit. Namun demikian, sesuai dengan
prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable), setiap pemanfaatan sumber radiasi selalu
menghendaki adanya penerimaan dosis serendah mungkin terhadap pasien, pekerja radiasi maupun
masyarakat. Perkembangan teknologi yang semakin pesat dalam dunia kedokteran, menghasilkan
pembaruan dalam bidang prosesing film x ray, yang semula menggunakan prosesing konvensional,
kini beralih ke radiodiagnostik digital. Saat ini ilmu radiologi semakin berkembang, sistem
radiodiagnostik konvensional perlahan ditinggalkan beralih kesistem radiodiagnostik digital salah
satunya Computed Radiography (CR).

Computed Radiography (CR)merupakan proses digitalisasi gambar yang menggunakan


lembar atau photostimulable plate untuk akuisisi data. Prinsip pencitraan gambar pada Computed
Radiography tidak jauh berbeda dengan radiografi konvensional, perbedaan mendasar pada
Computed Radiography tidak menggunakan screen dan film tetapi menggunakan Imaging Plate.
Pemeriksaan dengan Computed Radiography (CR) akan menghasilkan gambaran yang detail dan
bermanfaat dan memberikan informasi diagnostik . Radiografi digital merupakan sebuah bentuk
pencitraan sinar-X yang digunakan untuk menggantikan film radiografi konvensional . Beberapa
keunggulan dari sistem citra digital dibandingkan dengan konvensional antara lain menekan biaya
operasional karena tidak lagi menggunakan film, meningkatkan kualitas dari citra yang diperoleh,
serta mengurangi tingkat pengulangan foto. Keunggulan utama dr prosesing CR dibandingkan
prosesing konvensional adalah data foto dapat tersimpan kedalam softcopy, sedangkan untuk
konvensional hanya tersimpan secara hardcopy.
Hal ini memudahkan komunikasi antara radiolog dan radiografer dalam pembacaan hasil
foto, sehingga radiolog tidak memerlukan cetakan film yg sudah ada pada pasien. dengan adanya
softcopy, juga mempermudah dalam penyimpanan data, shingga tidak membutuhkan banyak
ruang untuk penyimpanananya

 Perkembangan Prosesing film x- ray Konvensional ke Digital


Tahapan pengolahan film secara konvensional terdiri dari pembangkitan (developing), pembilasan
(rinsing),penetapan(fixing),pencucian(washing),dan pengeringan(drying).

1.Pembangkitan(developing)
Pembangkitan merupakan tahap pertama dalam pengolahan film. Pada tahap ini perubahan
terjadi sebagai hasil dari penyinaran. Dan yang disebut pembangkitan adalah perubahan butir-
butir perak halida di dalam emulsi yang telah mendapat penyinaran menjadi perak metalik atau
perubahan dari bayangan laten menjadi bayangan tampak. Sementara butiran perak halida yang
tidak mendapat penyinaran tidak akan terjadi perubahan. Perubahan menjadi perak metalik ini
berperan dalam penghitaman bagian-bagian yang terkena cahaya sinar-X sesuai dengan
intensitas cahaya yang diterima oleh film. Sedangkan yang tidak mendapat penyinaran akan tetap
bening. Dari perubahan butiran perak halida inilah akan terbentuk bayangan laten pada film.
2.Pembilasan(rinsing)
Merupakan tahap selanjutnya setelah pembangkitan. Pada waktu film dipindahkan dari tangki
cairan pembangkit, sejumlah cairan pembangkit akan terbawa pada permukaan film dan juga di
dalam emulsi filmnya. Cairan pembilas akan membersihkan film dari larutan pembangkit agar
tidak terbawa ke dalam proses selanjutnya. Cairan pembangkit yang tersisa masih
memungkinkan berlanjutnya proses pembangkitan walaupun film telah dikeluarkan dari larutan
pembangkit. Proses yang terjadi pada cairan pembilas yaitu memperlambat aksi pembangkitan
dengan membuang cairan pembangkit dari permukaan film dengan cara merendamnya ke dalam
air. Pembilasan ini harus dilakukan dengan air yang mengalir selama 5 detik.
3.Penetapan(fising)
Diperlukan untuk menetapkan dan membuat gambaran menjadi permanen dengan
menghilangkan perak halida yang tidak terkena sinar-X. Tanpa mengubah gambaran perak
metalik. Perak halida dihilangkan dengan cara mengubahnya menjadi perak komplek. Senyawa
tersebut bersifat larut dalam air kemudian selanjutnya akan dihilangkan pada tahap pencucian.
Tujuan dari tahap penetapan ini adalah untuk menghentikan aksi lanjutan yang dilakukan oleh
cairan pembangkit yang terserap oleh emilsi film ter

4.Pencucian(washing)
Setelah film menjalani proses penetapan maka akan terbentuk perak komplek dan garam.
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan tersebut dalam air. Tahap ini sebaiknya
dilakukan dengan air mengalir agar dan air yang digunakan selalu dalam keadaan bersih.

5.Pengeringan(drying)
Merupakan tahap akhir dari siklus pengolahan film. Tujuan pengeringan adalah untuk
menghilangkan air yang ada pada emulsi. Hasil akhir dari proses pengolahan film adalah emulsi
yang tidak rusak, bebas dari partikel debu, endapan kristal, noda, dan artefak. Cara yang paling
umum digunakan untuk melakukan pengeringan adalah dengan udara. Ada tiga faktor penting
yang mempengaruhinya, yaitu suhu udara, kelembaban udara, dan aliran udara yang melewati
emulsi. Adapun bagan proses pencucian film secara manual sebagai berikut

depelop washin
ing g

washing pengeri
fixing
ng

Gambar 1. Blok diagram pada proses manual

Saat ini perkebangan teknologi pada bidang radiologi yaitu tidak lagi menggunakan system manual
seperti diatas, tetapi saat ini sudah da teknologi CR yaitu sitem yang tidak lagi memanfaatkan
cairan depeloper dan fixer.

Computed Radiography (CR) merupakan proses digitalisasi gambar yang menggunakan


lembar atau photostimulable plate untuk akuisisi data. Prinsip pencitraan gambar pada Computed
Radiography tidak jauh berbeda dengan radiografi konvensional, perbedaan mendasar pada
Computed Radiography tidak menggunakan screen dan film tetapi menggunakan Imaging Plate.
Pada Imaging Plate terdapat Photostimulable Phosphor Plate dengan ketebalan kurang dari 1 mm.
Photostimulable phosphor akan menangkap sinyal–sinyal atenuasi sinar-X.

Proses terjadinya gambar pada Computed Radiography dimulai ketika Imaging Plate dieksposi
dengan sinar-X, maka akan menghasilkan bayangan latent. Imaging Plate yang telah dieksposi ini
dimasukkan kedalam slot pada Imaging Plate Reader Device. Imaging Plate kemudian di-scan
dengan helium–neon laser (emisi cahaya merah dengan panjang gelombang 633 nm) sehingga
kristal pada IP menghasilkan cahaya biru-violet (panjang gelombang 390–400 nm). Cahaya ini
kemudian dideteksi oleh photosensor dan dikirim melalui Analog Digital Converter kekomputer
untuk diproses. Setelah gambar diperoleh, IP ditransfer ke bagian lain dari Imaging Plate Reader
Device untuk menghapus sisa-sisa gambar agar IP dapat digunakan kembali

 Perbandingan hasil gambar Film screen dengan gambar pada CR

Gambar 2. Perbandingan film screen dan CR


Sinar-X digunakan dalam pencitraan medis untuk membuat gambar bagian tubuh yang diberikan
pada permukaan, yang dapat dibaca oleh seorang Radiolog atau tenaga medis lainnya. Sistem yang
tersedia untuk mengabadikan gambar tersebut adalah:
• Layar/film - menangkap gambar proyeksi pada film sinar-X
• Computed Radiography (CR) - menangkap gambar digital
Ada 3 fase yang harus diperlukan untuk menangkap dan memproses radigrafi untuk system
layar/film dan system CR
1. Pembuatan foto udara / area image
2. Menangkap gambar laten
3. Menangkap,mengubah dan menyimpan gambar yang terlihat

 LAYAR PENYIMPANAN FOSFOR


Ketika layar penyimpanan Fosfor terkena sinar-X:
• FOSFOR khusus pada LAYAR menyerap radiasi dalam derajat intensitas ditentukan bagian
tubuh dan jenis LAYAR:
– jaringan tubuh lunak menyerap sejumlah kecil radiasi - area ini ditunjukkan dalam Gambar
sinar-X dengan nilai rentang menengah
– jaringan tulang menyerap sebagian besar radiasi - area ini ditunjukkan dalam sinar-X gambar
dengan nilai cahaya
– Sinar-X yang tidak mengenai penghalang apa pun ditunjukkan dalam gambar sinar-X dengan
nilai gelap
– LAYAR Resolusi Tinggi menyerap lebih sedikit energi daripada LAYAR Tujuan Umum
• SCREEN memiliki gambar laten di area yang terkena radiasi. Kuantitas energi atau muatan
yang tersimpan pada LAYAR sebanding dengan jumlah Energi sinar-X diserap oleh LAYAR

Gambar 4. Layar Penyimpanan Fosfor


Gambar pengambilan data Analoog ke data Digital

Gambar 5. pengambilan data Analog ke data Digital


Sinyal analog diubah menjadi sinyal digital dengan mengambil sampel cahaya biru dari
PENYIMPANAN LAYAR FOSFOR dan memindahkannya melalui ANALOG-TO-DIGITAL
CONVERTER ke buat nilai digital untuk kecerahan setiap sampel. Sampling mirip dengan
memotret sinyal pada waktu tertentu. Sampel memiliki nilai horizontal dan vertikal. Ukuran
sampel ditentukan dalam sistem perangkat lunak untuk kedua arah horizontal dan vertikal.
• Nilai horizontal menunjukkan titik waktu dalam gerakan sinar laser melintasi LAYAR.
• Nilai vertikal menunjukkan garis pada layar dengan sudut siku-siku ke arah pemindaian.
Jika Anda menempatkan titik horizontal dan vertikal sampel pada matriks imajiner,
mirip dengan yang ada di grafik, hasilnya menunjukkan satu piksel dalam gambar digital.
Nilai input analog kontinu diubah menjadi nilai output. Dalam proses ini dilakukan penggantian
rentang kecil nilai input analog dengan satu nilai output digital terjadi. Keluaran digital
nilai menunjukkan satu piksel informasi pada monitor.

Memproses Gambar Digital


Pencitraan digital memungkinkan pengguna untuk meningkatkan gambar diagnostik dengan
memproses gambar. Setelah citra digital dibuat, data digital diolah menggunakan parameter yang
diatur dalam perangkat lunak.
Dalam CLASSIC/ELITE CR SYSTEM, pemrosesan ini terjadi di PC EKSTERNAL.
Contoh pengolahan citra yang digunakan untuk citra digital :
• segmentasi
• penskalaan gambar
• peningkatan tepi
• kecerahan - tingkat
• kontras - jendela

Gambar 6. Blok diagram pada CR

Cara penggunaan Computed Radiography (CR) ada beberapa tahap yang harus dilakukan (SOP)
1. Masukkan data pasien
2. Tentukan kaset yang akan digunakan sesuai dengan pemeriksaan kemudia barcode kaset
3. Posisikan kaset pada area yang akan di Exspose
4. Lakukan exspose
5. Masukkan kaset ke dalama imager prosesor
6. Tunggu sampai gambar muncul pada layar, kemudian edit gambar menggunakan menu
pada layar
7. Pilih film sesuai besar obyek yang diperiksa,kemudian cetak dan simpan
8. Tunggu film keluar pada printer.
Pada tahap di atas proses komuniksi digital terjadi mulai proses ke-5 dimana data analog
berbentuk sinar laten yang di proses pada mesin CR menjadi gambar.

Anda mungkin juga menyukai