Anda di halaman 1dari 2

Mempersiapkan Masa Baligh

Kiblatmuslimah.com - Mempersiapkan masa baligh berarti juga mempersiapkan generasi muda yang
kokoh dan meyakinkan, sebagaimana Al-Qur’an telah menggambarkannya sebagai sosok yang matang
secara mental, kokoh dalam tauhid, berkata ‘tidak’ pada kemaksiatan, sekaligus berani melawan
kezhaliman.

Baligh, Tak Sekadar Fase Hidup

Seiring proses kehidupannya, seorang anak akan mengalami perubahan secara fisik maupun psikis, dari
masa kanak-kanak menuju dewasa. Di antara dua masa tersebut, ada masa peralihan, yang biasanya
dikenal dengan istilah remaja atau masa puber. Fenomena menarik yang perlu dikritisi oleh para pakar
adalah memendeknya usia pubertas anak-anak kita hari ini, yang ditengarai bukan semata-mata
disebabkan oleh asupan nutrisi, melainkan karena paparan dan rangsangan seksual yang begitu agresif
dan terlampau dini.

Kecenderungan ini pun menumbuhkan fenomena baru, yaitu fenomena anak-anak baligh tetapi belum
akil. Matang secara fisik namun tidak diimbangi kematangan mental dan pemikiran. Baligh yang tidak
integral. Padahal dalam pandangan Islam, fase kehidupan manusia hanya terbagi menjadi dua tahap,
yaitu fase kanak-kanak dan fase dewasa atau baligh.

Adanya perbedaan di antara dua fase ini didasarkan pada pembebanan hukum syariah (mukallaf).
Seorang yang telah dewasa (baligh) dan memiliki akal yang sehat, praktis akan dihadapkan pada
konsekuensi dan tanggung jawab penuh terhadap seluruh perbuatan yang dilakukannya. Dia mendapat
pahala dengan melakukan perbuatan wajib dan sunnah dan berdosa ketika meninggalkan perbuatan
wajib atau melakukan perbuatan haram. Adapun anak kecil atau orang dewasa yang tidak sempurna
akalnya, tidaklah terbebani dengan hal tersebut. Inilah makna baligh yang sesungguhnya menurut Islam.

Oleh sebab itu, sangat penting bagi orangtua untuk selalu mengamati perkembangan anak-anaknya dan
mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan mereka, baik secara fisik, mental, terlebih pemantapan
iman dan ilmu, sehingga saat baligh kepribadian Islam anak telah terbentuk.

Masa baligh perlu dipersiapkan, karena mempersiapkan anak-anak memasuki usia baligh tidak hanya
semata-mata mempersiapkan mereka secara individu untuk bisa menjalani hidup sebagai orang dewasa,
tetapi juga dalam rangka menjalankan tugas mulia sebagai hamba Allah Ta’ala. Artinya, memasuki usia
baligh anak dipersiapkan agar siap menjadi pemimpin yang terbaik bagi umat pada masa yang akan
datang dalam rangka menegakkan kalimat Allah di muka bumi.

Anak tidak lagi kaget dengan perubahan kondisinya saat itu, karena telah terlatih untuk mengendalikan
pola pikir dan sikapnya berdasarkan Islam, sehingga di masa balighnya mereka telah siap untuk
menerima segala konsekuensi syariat yang dibebankan kepadanya. Jika masa baligh betul-betul
dipersiapkan dengan baik, takkan ada lagi istilah ‘baligh tapi belum akil’. Inilah pertanggung-jawaban
terberat orangtua di hadapan Allah Ta’ala.

Bagaimana Mempersiapkan Masa Baligh?


Seorang pakar pendidikan Islam, Dr. Khalid Ahmad Syanthut telah melakukan penelitian tentang anak-
anak remaja di Mekah dan Madinah. Subyek dari penelitian ini adalah keluarga yang memiliki komitmen
tinggi terhadap Islam dan mendidik anak-anak mereka dengan pendidikan Islami. Target penelitian
adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan psikologis anak-anak yang memasuki masa
pubertas.

Ternyata hasilnya cukup menggembirakan. Meski penelitian ini dilakukan di tengah masyarakat Muslim
yang sebenarnya masih jauh dari ideal, tetapi hasilnya jauh berbeda dengan masyarakat lain (non
muslim, khususnya dalam hal ini adalah Barat –Amerika–)

Penelitian beliau dilengkapi dengan kuesioner kepada para orangtua tentang sarana yang digunakan
untuk menghadapi anak-anak di masa remaja. Berikut ini beberapa hal yang dapat kita jadikan acuan
(diurutkan berdasarkan jawaban yang paling banyak digunakan):

1. Turut sertanya keluarga (orangtua) dalam membimbing anak-anaknya memilih teman


2. Mengisi waktu mereka dengan olahraga, khususnya berenang
3. Mengisi waktu mereka dengan membaca serta mendampinginya belajar
4. Mengikutsertakan mereka ke kajian-kajian di masjid dan ulama (mulazamah)
5. Mengintensifkan pengawasan dan pengarahan orangtua
6. Mengisi waktu mereka dengan ibadah (mulai membiasakan qiyamullail)
7. Mengikutsertakan mereka ke halaqoh-halaqoh Qur’an
8. Mengikutsertakan mereka ke camp-camp Islami
9. Mengisi waktu mereka dengan kegiatan-kegiatan ilmiah atau kegiatan pengembangan lifeskill
dan minat bakat (komputer/IT, otomotif, bertani-beternak, sains, jurnalistik-literasi, dsb)
10. Keteladanan orangtua
11. Keterbukaan orangtua terhadap anak serta memposisikan diri sebagai teman bagi anak
12. Membiasakan anak untuk berpuasa
13. Doa orangtua

Ketigabelas poin di atas mungkin masih sangat sederhana. Namun yang perlu digarisbawahi adalah
bagaimana upaya orangtua mempersiapkan anak-anaknya menghadapi masa baligh, bagaimana para
orangtua mengisi waktu anak-anak mereka yang sedang bertumbuh besar. Ternyata Islamlah yang
menjadi panduan keluarga-keluarga tersebut. Ya, karena kita adalah keluarga Muslim, tentu tidak ada
panduan terbaik selain Al-Qur’an dan As-Sunnah.“Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka
ketahuilah, barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya ia takkan tersesat dan takkan celaka…”
(QS. Thaha: 123)

Wallaahu a’lam. [laninalathifa]

Referensi bacaan:

Ashari, Budi. Remaja, Antara Hijaz dan Amerika (Panduan Penyiapan Masa Baligh). Depok: Parenting
Nabawiyah.

Anda mungkin juga menyukai