Anda di halaman 1dari 5

I.

FORMULA SEDERHANA
Emulsi Krim vitamin C (Fase air dalam minyak)

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV Emulsi merupakan sistem dua


fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk
tetesan kecil. Tipe emulsi ada 2 yaitu oil in water (o/w) atau minyak dalam
air (M/A), dan water in oil (w/o) atau air dalam minyak (A/M).

II. RANCANGAN FORMULA

Tiap 15 g Dicimin krim mengandung :


Asam Ascorbat 10%
Asam Stearat 5%
TEA 2%
Nipagin 0,2%
Nipasol 0,02%
BHT 0,02
Na metabisulfit 1,0%
Cetyl alkohol 2%
Propilenglikol 15%
Aquadest qs

No Komposisi Fungsi
1. Tetrasiklin Zat aktif
2. Asam stearat Pengemulsi fase minyak
3. TEA Pengemulsi fase air
4. Nipagin Pengawet pengawet fase air
5. Nipasol Pengawet fase minyak
6. Na metabisulfit Antioksidan (Fase air)
7. BHT Antioksidan (Fase Minyak)
8. Cetyl alkohol Emolient
9. Propilen glikol Humektan
10. Aquadest Pelarut
A. Alasan kenapa saya pilih bahan tersebut :

1. Menurut Iqbal, 2011(Jurnal : Photostability and Interaction of Ascorbic


Acid in Cream Formulations)

Asam askorbat merupakan bahan dari produk kosmetik anti-penuaan


dan memberikan beberapa fungsi pada kulit sebagai sintesis kolagen,
depigmentasi, dan aktivitas antioksidan Sebagai antioksidan, ia
melindungi kulit dengan menetralkan spesies oksigen reaktif yang
dihasilkan dari paparan sinar matahari. Dalam sistem biologis ia
mengurangi radikal bebas berbasis oksigen dan nitrogen dan dengan
demikian menunda proses penuaan.

2. Menurut Lukic, 2016(Jurnal : An Overview of Novel Surfactants for


Formulation of Cosmetics with Certain Emphasis on Acidic Active
Substances)
Asam stearat dan TEA merupakan kombinasi surfaktan anionik
tetapi umumnya digunakan sebagai pengemulsi, dominan dalam kosmetik
produk yang ditujukan untuk kulit sensitif, kulit bayi, dan juga untuk
perawatan kulit sehari-hari

Dari pustaka diatas maka TEA dan Asam stearat dapat di gunakan
sebagai pengemulsi krim yang dimana krim merupakan sediaan yang
mengandung emulsi yang terdiri dari fase minyak dan fase air yang
digunakan sebagai perawatan kulit.

3. Menurut Dirjen POM, 1979 (Farmakope Edisi III)

Zat pengawet pada krim umumnya digunakan metil paraben 0,12%


hingga 0,18% atau propil paraben 0,02% hingga 0,05%.

Berdasarkan pustaka diatas maka metil paraben dan propil paraben


dapat di gunakan sebagai bahan tambahan untuk pengawet dalam fase
minyak dan dalam fase air, metil paraben dan propil paraben tidak inkom
dengan pengemulsi TEA dan Asam stearat.

4. Menurut Menurut Row C dkk, 2009 (Hadbook of pharmaceutical


Excipient Sixth Edition)

BHT berfungsi sebagai antioksidan yang tidak dapat larut dalam air
tetapi dapat larut dalam minyak.

Berdasarkan pustaka diatas maka BHT dan EDTA dapat digunakan


sebagai antioksidan atau zat antioksidasi yang dimana asam ascorbat
merupakan zat yang mudah mengalami oksidasi, Karena krim merupakan
sediaan emulsi yang terdiri dari fase minyak dan air maka antioksidan dari
sediaan ini harus terdiri dari 2 bahan antioksidan.

5. Menurut Menurut Row C dkk, 2009 (Hadbook of pharmaceutical


Excipient Sixth Edition)
Cetyl alkohol dapat digunakan dalam sediaan emulsi yang memiliki
beberapa fungsi diantaranya adalah untuk meningkatkan viskositas suatu
emulsi.
Berdasarkan pustaka diatas maka cetyl alkohol dapat digunakan
sebagai excipient dalam pembuatan emulsi dimana sediaan emulsi harus
memiliki viskositas yang sangat tinggi.

6. Menurut Menurut Row C dkk, 2009 (Hadbook of pharmaceutical


Excipient Sixth Edition)
Natrium metabisulfit memiliki fungsional yaitu sebagai antioxidan yang
dimana kelarutannya itu di dalam air.
Berdasarkan pustaka diatas maka excipient natrium metabisulfit dapat
saya gunakan sebagai antioksidan fase air asam askorbat mudah
teroksidasi didalam air, dan juga Na metabisulfit kelarutannya di dalam air.
B. Metode yang saya gunakan dalam formulasi kali ini yaitu:
1. Metode Gom kering
Menurut Syamsuri, 2013 (Buku: Ilmu Resep)
Dimana pada metode Gom kering itu, zat pengemulsi dicampur dengan
minyak terlebih dahulu, kemudian ditambah air untuk membentuk korpus
emulsi.

Jika di hubungkan dengan teori emulsi, maka:


Menurut Syamsuri, 2013 (Buku: Ilmu resep) teori emulsiantara lain:
1. Teori tegangan permukaan (surface tension)
Dimana molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul
yang sejenis yang disebut daya kohesi. Selain itu, molekul juga
memiliki daya terik menarik antarmolekul yang tidak sejenis yang
disebut daya adhesi.
Daya kohesi suatu zat selalu sama sehingga pada permukaan
suatu zat cair akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya
keseimbangan daya kohesi. Tegangan yang terjadi pada permukaan
tersebut dinamakan “tegangfan permukaan” (surface tension)
Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan
tegangan bidang batas dua cairan yang tidak dapat bercampur
(immicible liquid). Tegangan yang terjadi antara dua cairan tersebut
dinamakan “tegangan bidang batas” (interfacial tension).

Jika dihubungkan dengan metode diatas maka, penambahan


emulgator akan menurunkan atau menghilangkan tegangan yang
terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan
mudah bercampur.

2. Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented wedge)


Terori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan
adanya kelarutan selektif dari bagian molekul emulgator; ada bagian
yang bersifat suka air atau mudah larut dalam air; dan ada bagian yang
suka minyak atau yang mudah larut dalam minyak.
Jadi, setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Kelompok hidrofilik, yaitu bagian emulgator yang suka air.
b. Kelompok lifopilik, yaitu bagian emulgator yang sukan minyak.

Jika dihubungkan dengan metode diatas maka, fungsi dari emulgator


yang suka air (hidrofilik) dapat melarutkan bahan-bahan yang tidak
suka air agar dapat bercampur dengan air.
3. Teori film plastik (Interfacial Film)
Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas
antara air dan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan
membungkus partikel fase dispers atau fase internal. Dengan
terbungkusnya partikel tersebut, usaha antara partikel yang sejenis
untuk bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain, fase dispers
menjadi stabil.

Jika dihubungkan dengan metode di atas maka lapisan film akan


terbentuk pada saat prnambahan emulgator yang kemudian diserap di
antara batas air dan minyak yang memungkinkan pembentukan emulsi
menjadi stabil.

4. Teori Lapisan Listrik Rangkap (Electric Double Lyer)


Teori ini menjelaskan bahwa jika minyak terdispersi ke dalam air, satu
lapis air yang langsung berhubungan dengan permukaan minyak akan
bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan mempunyai
muatan yang berlawanan dengan lapisan yang didepannya. Dengan
demikian seolah-olah partikel minyak dilindungi oleh dua benteng listrik
yang saling berlawanan.

Jika dihubungkan dengan metode diatas maka saat penambahan


emulgator yang membuat minyak terdispersi kedalam air maka
permukaanya akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan yang di
belakangnya mempunyai muatan yang berlawanan sehingga
permukaan yang muatannya sejenis tidak terpengaruh oleh permukaan
lain karena telah dilindungi oleh lapisan yang ada di belakangnya.

Anda mungkin juga menyukai