Anda di halaman 1dari 64

PERANAN INTERNATIONAL NON GOVERNMENT

ORGANIZATION (INGO) TERHADAP


PENANGGULANGAN KASUS PERDAGANGAN WANITA
DAN ANAK DI SULAWESI SELATAN
(STUDI KASUS: INTERNATIONAL CATHOLIC
MGRATION COMMISSION)

Oleh:

KHAIRUN NISA’
E 131 09 257

Diajukan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana

Ilmu Hubungan Internasional

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim
Alhamdulillahi Rabbil Alamin segala puji dan syukur penulis haturkan
kepada Allah SWT, Dzat Yang Maha Menguasai, dengan karunia dan
pertolongan-Nyalah, penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Sholawat dan salam
semoga tetap tercurahkan kepada pengemban risalah suci, Nabi Muhammad
SAW.
Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada kedua orangtua
penulis, dua orang yang paling berarti bagi penulis, Anab T Malinda dan Nurlyn
Husain, untuk semua doa, dorongan, motivasi, waktu, dan kesabaran, yang
diberikan kepada penulis serta selalu bersedia menjadi tempat berkeluh kesah.
Meskipun ucapan terimakasih mungkin tak akan setara dengan apa yang telah
kalian berikan. Semoga Allah selalu melindungi kalian berdua.
Untuk Adik dan Kakak penulis, Aqil Munawwar, Rifa’atul Mahmudah,
Ni’matuzzuhrah, even we are staying in different places, terimakasih untuk
semua dorongan dan semangatnya. Sangat sedikit waktu yang kita habiskan
bersama, tapi takkan pernah menggantikan bahwa kalian partner terbaik yang
pernah ada. Untuk Adekku satu-satunya, Aqil, sekolah yang benar, jangan takut
dengan rintangan yang ada dan jangan selalu lupa untuk bersyukur. Jangan galau
ya. :p Untuk Kimuk, bahkan meskipun sifat kita bertolak belakang, i always love
you my oldest sist, cepatlah menikah. Hehe.. Untuk Kipuk, the best partner gosip.
Hehehe. Terimakasih sudah mengantarkan saya pergi penelitian. Ingat umur,
posisimu terancam. Haha. Bersyukur punya saudara seperti kalian. 
Sahabat-sahabat Penulis, Dini Apriani, terimakasih untuk selalu siap siaga
24jam menjadi tempat curhat, entahlah bagaimana jadinya hari-hariku tanpamu. :*
Intan Permatasari, teman sebangku terbaik yang pernah ada, dan ternyata
dirimulah yang pertama menikah diantara kita, selamat untuk pernikahannya sist,
sakinah, mawaddah, warahmah, berbahagialah! Yulis Sukania, dibalik semua
keluhan-keluhanmu, yulis yang paling kuat sebenarnya.  Eka Mustikawati,
Ukhtiiiii,, kita ketemu di baruga yaaaa!!
Untuk Dosen Pembimbing I dan II Penulis, Pak Munjin Syafik Asy’ari
dan Muh. Ashry Sallatu, terimakasih untuk semua bimbingannya Pak. Untuk
selalu bisa meluangkan waktu diskusi dengan penulis, kapanpun dan dimanapun.
Tak lupa untuk semua dosen HI UNHAS, untuk semua ilmu yang telah diajarkan
dan menjadi teman diskusi, Pak Patrice Lumumba, untuk kesediaannya
meminjamkan buku-buku HI, Pak Aspiannor Masrie dan Bu Pusparida
Syahdan, untuk kesediannya menjadi teman diskusi skripsi, Prof. Mappa
Nasrun, Prof. Salusu, Pak Burhanuddin, Pak Adi Suryadi, Pak Nasir Badu,
Bu Isdah, Pak Husain Abdullah, dan Pak Ishaq Rahman. Tak lupa ucapan
terimakasih kepada Bunda dan Kak Rahma, yang telah berepot-repot ria
mengatur jadwal seminar dan ujian kami, serta kesediannya menjawab
pertanyaan-pertanyaan mahasiswa terkait urusan administrasi jurusan.
Untuk Angkatan “Rapuh” HI 2009, Takdir menjadi salah satu bagian
dari angkatan rapuh ini adalah rezki yang patut disyukuri. Entahlah jadi apa saya
tanpa kalian semua. Sama seperti entah bagaimana memulai menuliskan nama-
nama kalian satu persatu di kata pengantar ini. Bismillah. Hutriana “Wanita
001” teman pertamaku waktu Maba sekaligus juga pemegang 001nya HI 09, 001
dalam absen, 001 juga dalam menikah. Kosanmu yang penuh becek ketika hujan
itu menjadi saksi bisu jam-jam kosong Maba tanpa Perkaderan. Cepatlah dapat
momongan, kami memerlukan ponakan dan generasi selanjutnya utuk meneruskan
angkatan rapuh. Rahmat Hidayat “Ustadz dari Bajeng” diantara semua anak2,
Rahmat yang paling konsisten dari Maba hingga Sarjana, (konsisten alimnya).
pertahankan Bro! Semangat untuk mewujudkan cita-citamu. Insyaallah ada Jalan.
Faisal Nursalin Pahar “Taurus Boy” (Bersikapko!!) ini kata-kata andalanmu is,
kata-kata yang diucapkan harus sejalan dengan tindakan is, Bersikapko. hahaha
:P. Dita Herdiyanti Sukoco “Wanita idaman”  hal pertama yang terlintas
ketika ingat Dita adalah Bakso buatannnya dan mamanya yang paling Top
Markotop, entah kapan diriku bisa mencicipinya lagi. Sukses terus dengan
karirnya Dit, Tetap semangat. Aldy M Zulfikar “Ketua Angkatanjiii”
sebentar lagi akan berakhir masa jabatanmu sebagai ketua angkatan bro,
kesibukan dengan karir membuatmu melupakan kami, hehehe.. Sukses terus
Aldyjiiii!! Sukses Skripsinya juga. Claudia Amarilis Naro “Wanita Berawan”
sama seperti arti namanya “berawan”, dirinya pun meneduhkan seperti awan 
ahh, kangeen sama claudy banget. Wanita bertalenta ini memang selalu
dirindukan. Semangat terus claud, kami yakin beribu talentamu akan
membawamu pada kesuksesan. Abdullah Fikri Ashri “Bulubabi” terimakasih
sudah menjadi teman yang baik selama ini, maaf terlalu sering merepotkan
dirimu, maaf juga belum bisa balas semua kebaikanmu bro, entah bagaimana cara
membalasnya, sukses ya dengan semua impian dan cita2mu. Mungkin suatu hari
nanti, takdir akan mempertemukan kita kembali sebagai partner kerja seperti saat
kita Maba. Hehe. Langgeng sama Nu ya.  Ayu Rezki Wulandary “Ayubob”
hey, wanita, dirimu lebih muda tapi engkau lebih besar dariku, ingat malam2
penuh ketegangan di hari menjelang ujian meja, hehe. Terlalu banyak moment
yang kita lewati bersama, jadikan semua yang telah terlewati menjadi sebuah
pelajaran, Yubob, jangan lari ketika tidak bisa menyesuaikan ritme. Terimakasih
sudah menjadi teman yang paling pengertian. Jalan kita berbeda, tetapi hati kita
tetap satu. (apasih??!) Semangat yub, Ingat, Dunia Tidak sesempit Lemari di saat
engkau tidur. :p Ahmad Tarikhul Haq “Papa Bear” terimakasih untuk pinjaman
BB selama 3 bulan lebih. Berkat BB itu, skripsi ini dapat selesai. Terimakasih
juga untuk selalu sedia mengantar pulang ketika malam hari, Riri Jjang!! M. Ardi
Rezki Pratama “Ben-jiiis” pria dengan 1001 alasan, cepatlah engkau sarjana.
Lamanyami itu proposalmu terendap. Sukses terus bro, dalam asmara dan juga
dalam urusan skripsi. M. Nurckhalik Djirimu “Nihao” dari semua kosan yang
pernah saya kunjungi, kosannya khaliq yang paling bersih (na kalah2 kosan
ceweknya 09). Hehe.. semangat dan sukses terus mengejar cita2 hingga ke negeri
China. Muspida Haspa “Van Vespa” The Legend of HI 2009 akan selalu
menjadi milikmu Pid, tak ada yang sehebat, seekstrem, dan selugas dirimu.
Saluutt. Tetaplah menjadi Legenda, Pid, dimanapun dirimu berada.  Nurul
Fajri Husain “mirip-mirip Margareth Thatcher” ingat peristiwa ketemu
afgan itu Nu? Hehe.. demi dirinya engkau rela kembali ke hotel subuh2 buta dan
meninggalkanku dikosanmu. Hehe. Semangat terus Nu, tetap langgeng bersama
Ikki. Satkar Ulama “Satky-calon Antek CIMB” hmm.. gosipmu sewaktu kita
maba berhasil mengubah jalan hidup Mabaku yang tenang dan bahagia, tetapi
tidak akan mengubah bahwa dirimu adalah partner cerita paaling asyik yang
pernah ada. Terutama cerita2 malam hari di kosan Nani. Dwi Purnama Kasmad
“Mommy”, Mom, terimakasih untuk bersedia menjadi AngkotHI pertama di
Angkatan Rapuh dan selalu menyediakan kami makan gratis disaat kami tak bisa
pulang ke rumah, coto Mom yang paling enak yang pernah ada, cepatlah dapatkan
Papa Baru. Doa dan restu anakmu menyertai.  Andi Fitryana B.K.S.R “tante
cantipp” tanteeee,, ini ponakan lain kalimu. Hehe. Sukses selalu tante fitri,
dimanapun engkau berada.  Michael Junanda Ludong “Mika” setahun di
Dept. Yang sama denganmu membuatku sedikit mengerti sifatmu Mika, haha.
Belajar lebih teratur Bos Kord. DPK 2011-2012, teratur memanage diri, teratur
memanage kuliah. Ishaq Muqaddas Hasim “Icak” 11:12nya Syukran ini.
sering-sering ngumpul dan komunikasi sama anak2 Shaq, jangan larut dalam
rutinitasmu sendiri ya. , Syukran “Anak Hilang” dimana kam fren? Kenapa
kam nda pernah muncul fren? Kami khawatir sama kuliah kam, fren  *ala Chris,
Dissa Julia Paputungan “Duta Pariwisata” kalau yang ini betulan Duta
Pariwisata, hehe. Diam-diam banyak fansnya Dissa di adek-adek angkatan. Hehe.
Afif Muhammad “BigHead Boy-109cm” ingatkah engkau saat kita mengukur
ketinggian di samping himpunan? Sayang, bukti otentik bahwa tinggimu tidak
seberapa berbeda dariku itu telah dikaburkan dengan Cat Cream FISIP, hehehe.
Terimakasih untuk satu tahun di departemen Pip, untuk semua bantuan, antar-
jemput, dan saran-saranmu. Untuk semua pengalaman aneh bin ajaib saat diantar
pulang sama apip. Zulfikar Dilahwangsa “Duta Kepribadian Ganda” kadang
apa yang tampak diluar belum tentu sama dengan yang didalam, sama seperti
kepribadiannya Fikar, hehe. Peace Bro. Sukses skripsimu. Percepatlah itu
sarjananya. Hehe. M. Rizky Prawira “Liverpudlian” partnerku nonton Harry
Potter. Hehe. Someday, kita pasti akan pergi ke studio Harry Potter Riz. Oh ya,
thanks untuk traktiran dan oleh-olehnya, semangat kerja skripsinya, Baruga
menunggumu. Devi Ivon Mustari “trafficking partner” ivooon, terimakasih
untuk sharing2nya yang selalu saja berhasil mengurai benang kusut skripsiku.
Ingat film ATM itu, akan selalu membuatku mengingatmu. hehehe Fadhilah
Trya Wulandari “Bu Rika-Djenahara” Bu Rikaaa, akuuu bawa lomboknya!!
berada satu scene denganmu menjadi kenangan tak terlupakan, sukses terus karir
dan bisnisnya Bu Guru. Salam, Muridmu.  Mutmainna Syam, Inna, maafkan
untuk semua takdir yang selalu mempertemukan kita. Inna, saya dan Chida.
Karena Inna yang paling kuat, Inna yang paling bisa. Setidaknya itu menurut saya
dan Chida. semoga takdir mempertemukan kita lagi dengan hal yang lebih baik. 
Aswani Lienardo “a.k.a Lee Mei Xiang” terimakasih untuk selalu bersedia
menemaniku jalan2 sist, juga mendengarkan curhatan galauku, hahaha.. Jodoh itu
akan segera menghampirimu, Percayalah *alaTitiDJ. Fatma Septya “Ny.
Rahmat Wanna be” tidak terasa, sudah 6 tahun kita sekelas ya fat, hehe.. dan
engkau telah lebih dulu sarjana, terimakasih untung tumpangan dikosannya, kosan
terlengkap yang pernah ada (baca: ada kulkasnya). Fardillah Qurrata A’yun
“DBD-bukan Penyakit” Neng Geulis dari Bandung, bagaimana kabarnya Fiqi
Deb? Masihkah engkau bersamanya? Hehe. Amdya Mashfufah Hisyam
“Seniorita”  ini anggapan pertama ketika melihat amdy pertama kali, partner
Lomba debat dan partner Indiaku di Diplomasi, takdir mempertemukan kita dua
kali sebagai partner, mdy, semoga takdir juga mempertemukan kita kembali. 
Efrianto Trisno Panggalo partner makan ice cream sedia 24jam, maaf ef, saya
duluan selesai, cepatlah menyusul. Nasriani Nawir “MybearNani” bersamamu
kulewati lebih dari 1000malam, terimakasih selalu membukakanku pintu kosanmu
untuk berbagai macam keperluan, mulai dari ke WC, numpang tidur, ataupun
nginap karena kemalaman di kampus. Terimakasih juga untuk semua kado-kado
ulangtahun itu. I LOVE YOU sist. :* Christiansen Frisilya Perangin Angin
“Fren itu maksudnya teman, bukan kartu Fren” cewek dengan suara terhalus
di 2009, kebalikanku. Hehe. Akan selalu ada hasil ketika kita berusaha Sist,
Jangan putus asa dan tetap semangat, Fighting Chris. Ridho Wirawan “Kusut”
terimakasih untuk totalitasmu sebagai OJEK-HI paling setia Dho. Untuk rela
menjadi jomblo 4 tahun yang dimanfaatkan dengan baik oleh anggota Nebeng-HI,
entah apa jadinya kami tanpamu. Niscaya semua pertolongan2mu akan dibalas
setimpal. Bahkan lebih. HIDDUUP RIDHOOO!! Dho, ayo kapan2 ke takalar lagi
makan bakso raksasa. hahaha Nurul Sajidah Rahman “Putri Minyak Tanah”
berkat dirimu yang tinggal di Yosda, diriku yang tinggal di Manuruki pun punya
tameng, setidaknya jalan kerumahku lebih ramai daripada kerumahmu cid,
hehehe. Kita punya banyak kesamaan, sama-sama suka terjebak dalam takdir yang
sama. Hehehe. Vinsensius Richard Liu thanks untuk bantuan dan sharingnya
mengenai skripsi bro, Chayoo Anak2nya Pak Munjin dan Kak Gego.
Purnamasari “Sarap” Rap, cerita tentang kita mungkin tak dapat kutuliskan
disini, terlalu banyak kenangan, termasuk juga kenangan dengan kosanmu yang
panasnya naudzubillah mirip seperti penghuninya. Hehehe. Satu yang pasti,
dirimu adalah wanita terhebat yang pernah ada. Sutiono “bussinessman muda”
jangan terlalu sibuk dengan bisnismu bro, pikirkanlah itu skripsi sekali-sekali,
hehe. Akan selalu ada jalan ketika kita berusaha. Semangat Tyo. IB Langgam
Gumilang setiap orang pasti punya keahliannya masing-masing, begitu juga
dirimu Bro, tetap semangat dan jangan lupa kerja skripsinya. Amanda Fajriana
“Atlet Angkatan Rapuh” satu-satuunya atlet yang dimiliki Angkatan Rapuh, ada
yang bilang, seseorang yang menggeluti satu kegiatan secara konsisten minimal 5
tahun, maka niscaya dia akan sukses dibidang itu, tetaplah konsisten dijalurmu
Sist. Kami percaya Manda bisa jadi Atlet Panahan Profesional Indonesia. 
Bama Andika Putra “Bams-Bukan Samsons” ehem.. sudah inimi the “best
boy”nya Angkatan Rapuh, hehe. Kalau Rahmat konsisten dengan Alimnya, maka
Bama konsisten dengan Debatnya, kami selalu bangga padamu Bro. Sukses Selalu
Bams. Aprilia Fatmadini E. Pradani “Anaknya CIMB” terlalu banyak kisah
yang engkau kisahkan padaku, begitu pula sebaliknya, andaikan waktu
mempertemukan kita kembali, seribu cerita akan kuutarakan padamu. Hehehe.
Sukses karir dan asmaranya Sist, CIMB membuka pintunya lebar-lebar untukmu.
Kangeen duet karaokean sama april.  Karena setiap orang punya ceritanya
sendiri. Waktunya kita melangkah menuju jalan masing-masing. Di jalan
manapun itu, tetaplah menjadi diri kalian apa adanya. Akan selalu ada senyum
yang terselip ketika mengenang kalian semua. Salam Angkatan Rapuh! ^_^
HIMAHI FISIP UNHAS. Rumah dengan anggota keluarga terbanyak. Selalu
banyak kisah tanpa goresan pena terukir di dalamnya. Sama banyak dengan ilmu
dan pengalaman yang diperoleh anggota keluarganya. Terimakasih untuk
kesempatan berharga yang diberikan. Saatnya untuk mengamalkan ilmu dari
semua pengalaman di “rumah”.

Untuk kakak senior HI, Kak Ewing, Kak Arqam, Kak Murni yang telah banyak
memberikan saran dan petuah berharga, kadang-kadang jadi tempat curhat. Kak
Minha, Kak Ary, yang selalu bersedia dengar semua curhatan. Dari masalah
remeh temeh sampai yang serius. Kak Zaky, teman proposal, Kak Ismi. Kak
Hepta, Kak Awal, Kak Ulil, Kak Sam, Kak Jazz, Kak Mirza, Kak Arga, Kak
Tamy, Kak Tika, Kak Diba, Kak Uni, Kak Sinta, untuk saran-saran dan
petuah2nya. Diskusi terasa selalu menyenangkan. Kak Parman, Kak Gilang,
Kak Yana, terimakasih untuk bimbingannya di Departemen. Kalian JJANG!! 
Kak Eka, Kak Iccang, Kak Muji, Kak Achong, Kak Arham, banyak
pengalaman yang kita lewati bersama. Terimakasih untuk bantuan dalam bentuk
materil dan non materil. Juga untuk Kak Ida, Kak Marwah, Kak Maya, Kak
Mutia, Kak Pulu, Kak Agung, dan Kak Memet.

Terimakasih untuk adik-adik junior, HI 10, Maul, Mail, Fahmi, Evan, Hendra,
Juned, Ignas, Nunu, Ayu, Ami, Krisna, Iqbal, Jullyan, Radit, Eqi, Fiqih,
Nana, Mega, Yaya, Didi, Budiaf, Daus. HI 11, Ade, Ida, Rindang, Anti,
Wiwin, Fitrah, Tenri, Wiwi, Viko, Hedar, Noval, Edo, Basri, Adit, Nur,
Agor, Aumi, Toso, Dina, Arin, Popy, Afni, Aji, Tati, Resky, Didin, Vera,
Abul, Inggrid, Dewa. HI 12, Akmal, Gufron, Bayu, Dian, Sirton, Amma, Rial,
Ama, Nita, Umi, Sani, Nizar, Vivi 1, Vivi 2, Winda, Siska, Amel, Ayu, Ninik,
Ino, Elsa, Fahmi, untuk membuat masa-masa Mahasiswa lebih menyenangkan.

Untuk Mace, Kak Sari, Kak Muly, dan keluarga besar. Terimakasih untuk selalu
bersedia menjadi tempat kami berteduh dan berkumpul. Untuk keikhlasannya
membiarkan kami “mengutang” disaat-saat musim paceklik. 

Teman-teman KKN UNHAS Gel.82 Kab. Sidrap, Kel. Rijang Pittu, Arul, Partner
in Crime sepanjang masa. Entahlah apa jadinya KKN tanpamu bro. Hehe. Kak
Neno, terimakasih untuk semua perhatiannya kak. Kak Neno yang terbaik.  Kak
Ike, masakan mie ta yang paling enak kak.  Kak Eka, Partner main kartu.
Fandi, Kakak Besar, Loe-Gue End. :P Kak Amrul, sudah2mi itu odo-odo cewek-
cewek kak. Hehehe. Kak Erwin, semangatki penelitian kak. Kak Adam, kakak
antum. Terimakasih untuk 2 bulan yang penuh cerita. Terimakasih telah
menjadikan KKN terasa sangat menyenangkan. untuk Bapak Bunna Muin, Ibu,
dan keluarga besar, terimakasih telah bersedia menjaga dan menampung kami.
Rumah dengan 14 orang anggota keluarga. 

Teman-teman D’Mafias, Rickhal, Ary, Isman, Anto, Adly, dan Muthe, it is


already 4 years guys. Tanpa kalian, liburan dan pulang ke rumah tidak akan
menarik dan menyenangkan. Biarkanlah rahasia tetap menjadi rahasia. Hehehe..
Miss you a lot guys.

Keluarga Besar Primagama Gowa-Urip, Kak Dini, Kak Yuni, Kak Muhtar,
Kak Ana, Kak Anna, Kak Saleh, Kak Irma, Kak Syardah, Kak Ahmad, Kak
Fuah, Kak Cica, Bapak dan Ibu Erika, terimakasih telah memberikan
kesempatan menjadi bagian dari kalian, menjadi yang paling muda sekaligus yang
paling kecil. 

Terimakasih juga kepada Ibu Suarni, Bapak Gufran Kodi, dan Bapak M. Agus
Bustami, dan kak Anita untuk meluangkan waktu dan membantu penulis dalam
memperoleh data penelitian. Tanpa bantuan dan kerjasama Ibu/Bapak/kakak,
skripsi ini tidak akan selesai.

Makassar, Agustus 2013

Penulis
ABSTRACT

Khairun Nisa’, E13109257, in “The Roles of International Non


Government Organization (INGO) in Combating Women and Child Trafficking in
South Sulawesi (Case Study: International Catholic Migration Commission).
Under guidance of Munjin Syafik Asy’ari as First Advisor and Muh. Ashry
Sallatu as Second Advisor, Department of International Relations, Faculty of
Social and Political Sciences, Hasanuddin University.

This research aims to analyze the roles of International Non Government


Organization (INGO) in Combating Women and Child Trafficking in South
Sulawesi, particularly the roles of ICMC. This research also head to identify and
explain the factors driving and inhibiting ICMC in Combating Women and Child
Trafficking in South Sulawesi. This study is limited to five years, in 2008 – 2012.
This thesis use the analytical-descriptive method of research, which is ICMC as
the single case sampling. The data collection technique is library research and
interview. As for analyzing data, the author used qualitative analysis technique.

ICMC as an International Non Government Organization (INGO) has


played an important role in combating women and child trafficking in South
Sulawesi. As an INGO, ICMC can not did their programs without doing a
cooperation with the government of South Sulawesi and the local NGOs as the
stakeholders of that case. ICMC take the role in preventing effort, protection and
law enforcements efforts, and reintegration effort in combating women and child
trafficking in South Sulawesi. The implementation of ICMC programs also give
the role in building capacity for stakeholders as a key role of combating women
and child trafficking.

Key Word: International Non Governmental Organization, ICMC


(International Catholic Migration Commission), Women and
Child Trafficking in South Sulawesi.
ABSTRAKSI

Khairun Nisa’, E13109257. Dengan judul Skripsi: “Peranan International


Non Government Organization (INGO) dalam Penanggulangan Kasus
Perdagangan Wanita dan Anak di Sulawesi Selatan (Studi Kasus: International
Catholic Migration Commission)”. Dibawah bimbingan Munjin Syafik Asy’ari
sebagai Pembimbing I dan Muh. Ashry Sallatu sebagai Pembimbing II. Jurusan
Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Hasanuddin.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peranan International Non


Government Organization (INGO) terhadap penanggulangan kasus perdagangan
wanita dan anak di Sulawesi Selatan, khususnya peran ICMC. Penelitian ini juga
bertujuan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan faktor pendorong dan
penghambat ICMC dalam penanggulangan kasus perdagangan wanita dan anak di
Sulawesi Selatan. Penelitian ini dibatasi dalam rentang waktu selama 2008-2012.
Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian desktriptif-analitik dengan
ICMC sebagai studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis
adalah studi pustaka dan wawancara. Adapun untuk mengalinisis data, penulis
menggunakan teknik analisis kualitatif.

ICMC sebagai salah satu INGO memiliki peran penting dalam upaya
penanggulangan perdagangan wanita dan anak di Sulawesi Selatan. Sebagai
sebuah INGO, ICMC tidak dapat melakukan programnya tanpa melakukan
kerjasama dengan pemerintah Sulawesi Selatan dan LSM yang merupakan
pemangku kepentingan dalam permasalahan tersebut. ICMC memiliki peran
dalam upaya pencegahan, perlindungan dan penegakan hukum, dan upaya
reintegrasi dalam penanggulangan kasus perdagangan orang di Sulawesi Selatan.
Implementasi dari program ICMC juga memberikan pengaruh bagi peningkatan
kapasitas para stakeholder sebagai kunci utama dalam penanggulangan kasus
perdagagan wanita dan anak di Sulawesi Selatan.

Kata Kunci: International Non Governmental Organization, ICMC


(International Catholic Migration Commission), Perdagangan
Wanita dan Anak di Sulawesi Selatan
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN... .................................................................. ii

HALAMAN PENERIMAAN TIM EVALUASI ....................................... iii

KATA PENGANTAR ............ .................................................................... iv

ABSTRACT ……….................................................................................... x

ABSTRAKSI ………...... ............................................................................ xi

DAFTAR ISI ……….. ................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ……… .......................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1


B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................. 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................. 9
D. Kerangka Konseptual ................................................................. 10
E. Metode Penelitian............................................................... ........... 16

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. International Non Government Organization ............................ 19


B. Bantuan Luar Negeri …............................................................. 28
C. Konsep Perdagangan Wanita dan Anak ..................................... 34
D. Transnational Organized Crime (TOC) ..................................... 38

BAB III. INTERNATIONAL CATHOLIC MIGRATION COMMISSION


(ICMC) DAN PERDAGANGAN WANITA DAN ANAK DI
SULAWESI SELATAN

A. International Catholic Migration Commission (ICMC) .............. 45


A.1 Sejarah Berdirinya International Catholic Migration Commission
(ICMC) ............................................................................... 45
A.2 Kiprah Interrnational Catholic Migration Commission (ICMC)
dalam Perdagangan Manusia di Indonesia ......................... 47
A.3 International Catholic Migration Commission (ICMC) dalam
Perdagangan Wanita dan Anak di Sulawesi Selatan........... 65
B. Perkembangan Perdagangan Wanita dan Anak di Sulawesi
Selatan ................................................................................... 76
C. Bentuk Penanggulangan Perdagangan Wanita dan Anak
di Sulawesi Selatan ................................................................... 91

BAB IV. PERANAN INTERNATIONAL NON GOVERNMENT


ORGANIZATION (INGO) TERHADAP PENANGGULANGAN
KASUS PERDAGANGAN WANITA DAN ANAK DI SULAWESI
SELATAN

A. Faktor Pendukung dan Penghambat International Catholic


Migration Commission (ICMC) dalam Penanggulangan Kasus
Perdagangan Wanita dan Anak di Sulawesi Selatan ................ 97
B. Peranan International Catholic Migration Commission (ICMC)
dalam Penanggulangan Kasus Perdagangan Wanita dan Anak di
Sulawesi Selatan ..................................................................... 109

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 130


B. Saran ....... ............................................................................... 132

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 134

LAMPIRAN................................ ................................................................. 139


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1: Kerangka Kerja Definisi Perdagangan Wanita dan Anak ............. 37
Tabel 3.1: Jadwal Assessment Lapangan ICMC dan ACILS ....................... 49
Tabel 3.2: Lokasi Penelitian Partisipatif ICMC ........................................... 54
Tabel 3.3: Lokakarya Peningkatan Pemahaman dan Kepedulian tentang
Perdagangan Orang.................................................... .................. 57
Tabel 3.4: Lokasi Lokakarya Perdagangan Orang dan Bagaimana Melakukan
Liputan Korban Perdagangan Orang yang Sensitif Korban ......... 58
Tabel 3.5: Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sulawesi Selatan ........... 77
Tabel 3.6: Kasus Perdagangan Wanita dan Anak Lintas Batas Negara di Sulawesi
Selatan 2010-2012 ..................................................................... 78
Tabel 3.7: Gambaran Praktik Perdagangan Orang di Sulawesi
Selatan.................................................... ..................................... 79
Tabel 3.8: Rute Migrasi Utama dari Sulawesi Selatan .................................. 81
Tabel 3.9: Perkembangan Perdagangan Perempuan dan Anak ..................... 87
Tabel 3.10: Gambaran Praktik Perdagangan Wanita dan Anak di Sulawesi
Selatan.................................................... ..................................... 90
Tabel 4.1: Bantuan Dana Program Penanggulangan Perdagangan Wanita dan
Anak ICMC.................................................................................. 126
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I: Peta Jalur Migrasi ...................................................... 140


Lampiran II: Peta Daerah Tujuan .................................................. 141
Lampiran III: Peta Daerah Pengirim ............................................. 142
Lampiran IV: Peta Daerah Transit.................................................... 143
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hubungan internasional dewasa ini telah berkembang seiring dengan

pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi dari

masa ke masa. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari pola interaksi dalam

sistem internasional, dimana interaksi yang terjadi tidak hanya melibatkan negara

semata, melainkan juga individu, kelompok, organisasi pemerintah maupun

organisasi non pemerintah yang kemudian digolongkan menjadi aktor non negara.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, kemudian tidak hanya

memunculkan kemajuan dalam proses interaksi internasional, melainkan juga

berbagai permasalahan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan HAM.

Salah satu permasalahan yang kemudian timbul dewasa ini adalah kasus

perdagangan manusia (human trafficking) yang mayoritas korbannya adalah

wanita dan anak. Human trafficking merupakan salah satu dari kejahatan

transnasional yang pada saat ini telah menyita banyak perhatian internasional.

Menurut data yang dikeluarkan oleh UNICEF bahwa perdagangan manusia

(human trafficking) menghasilkan sekitar $10 sampai $12 juta setiap tahunnya dan

diperkirakan bahwa 1,2 juta anak diperdagangkan setiap tahunnya. 1

Sementara itu, menurut data yang dikeluarkan oleh International Labor

Organization (ILO) memperkirakan bahwa 12,3 juta manusia di seluruh dunia

1
Steve Chalke, 2009, Stop The Traffik: People Shouldn’t Be Bought and Sold, Oxford: Lion
Huldson Plc, hal. 14
telah dipaksa menjadi buruh atau tenaga kerja paksa. Mayoritas (65%) dari jumlah

tenaga kerja paksa tersebut yang masuk dalam eksploitasi ekonomi adalah

perempuan dan anak-anak gadis. 98% korban tenaga kerja paksa yang masuk

dalam eksploitasi seksual komersial juga merupakan perempuan dan anak-anak

gadis. 20% atau sekitar 2,45 juta orang dari tenaga kerja paksa tersebut adalah

korban trafficking.2

Jika dilihat dari jumlah korban trafficking tersebut, dengan jelas dapat

terlihat bahwa permasalahan trafficking masih merupakan sebuah permasalahan

yang kompleks dan tidak dapat diselesaikan sendiri oleh sebuah negara dengan

mudah, tanpa adanya bantuan atau kerjasama dari berbagai elemen atau aktor

internasional lainnya. Dalam hal ini keterbukaan negara untuk mau menjalin

kerjasama dengan aktor internasional, baik itu kerjasama dengan negara lain,

maupun juga dengan organisasi pemerintah maupun non pemerintah, dapat

memudahkan proses penyelesaian masalah trafficking tersebut. Mengingat bahwa

permasalahan perdagangan manusia (human trafficking) merupakan permasalahan

global yang menimpa hampir seluruh negara di dunia, tidak dapat dielakkan lagi

bahwa keterlibatan organisasi internasional menjadi sebuah hal yang lumrah

dalam proses penyelesaian kasus tersebut. Seperti halnya keterlibatan organisasi

internasional yakni UNICEF, IOM, ILO, ACILS, dan ICMC (International

Catholic Migration Commission) dalam proses penanganan dan penanggulangan

kasus trafficking di Indonesia.

2
International Labour Organization (ILO), 2005, A Global Allance Against Forced Labour,
Global Report Under the Follow Up to the ILO Declaration on Fundamental Principles
and Rights at Work, Geneva, hal. 10-15
Berdasarkan laporan IOM mengenai kasus perdagangan manusia,

Indonesia dikategorikan sebagai negara asal korban perdagangan wanita di Asia

Tenggara yang mana daerah utama korban dari perdagangan wanita Indonesia

ditujukan ke Malaysia.3 Selama periode Maret 2005 hingga Maret 2010, IOM

mencatat ada 3.735 orang korban tindak pidana orang. Bareskrim POLRI

mencatat pada tahun 2009 ada 142 kasus tindak pidana perdagangan manusia, 275

orang korban yang terdiri dari 208 orang wanita dan 67 orang anak-anak di

Indonesia.4 Letak geografis Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau yang terpisah

satu sama lain menjadi salah satu faktor maraknya kasus perdagangan orang.

Berbagai faktor lain yang juga menjadi penyebab utama tingginya

perdagangan manusia di Indonesia khususnya perdagangan wanita dan anak,

antara lain disebabkan karena masalah kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan

masyarakat, adanya perkembangan modus perdagangan manusia yang dilakukan

oleh oknum-oknum terkait, dan kurangnya sosialisasi dan kebijakan pemerintah

yang secara eksplisit mengatur tentang perdagangan wanita dan anak tersebut.

Sebagai sebuah negara dengan penduduk terbanyak keempat di dunia, Indonesia

selayaknya patut untuk mawas diri terhadap ancaman perdagangan manusia.

Mengingat bahwa fenomena perdagangan manusia khususnya perdagangan wanita

dan anak dipandang oleh pemerintah dan masyarakat internasional sebagai

masalah besar yang melanggar hak asasi manusia dan harus segera diselesaikan.

3
Muhammad Rahardiyanto, 2008, Upaya Indonesia dalam Menangani Perdagangan Perempuan
dari Indonesia ke Malaysia, Jurnal Dinamika HAM Vol. 8, Surabaya: Pusat Studi HAM
Universitas Surabaya, No 1.
4
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2010, Laporan Pertemuan
Penyusunan Renstra Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana
Perdagangan Orang, Jakarta.
Dengan jumlah penduduk yang banyak, menjadi sebuah alasan kasus perdagangan

manusia juga semakin berkembang di daerah-daerah di Indonesia.

Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki jumlah kasus perdagangan

manusia cukup tinggi ialah Sulawesi Selatan. Sulawesi Selatan menempati

peringkat pertama dalam kasus perdagangan manusia (human trafficking)

dibanding lima provinsi lainnya di Sulawesi. Dari Maret 2005 hingga Desember

2010, korban trafficking di wilayah Sulawesi Selatan mencapai 61 orang.

Berdasarkan data IOM, jumlah korban perdagangan manusia di wilayah Sulawesi

mencapai 118 orang. Di bawah Sulawesi Selatan, tercatat korban trafficking di

Sulawesi Tengah sebanyak 24 orang, Sulawesi Tenggara 12 orang, Sulawesi Barat

11 orang, Sulawesi Utara 8 orang, dan Gorontalo sebanyak 2 orang. 5 Korban

mayoritas perdagangan manusia yang terjadi di daerah Sulawesi Selatan adalah

wanita dan anak. Dengan pertimbangan perbaikan ekonomi, wanita dan anak di

Sulawesi Selatan kemudian banyak melakukan kegiatan migrasi untuk bekerja ke

luar negeri menjadi buruh migran. Mayoritas korban perdagangan manusia adalah

wanita dan anak yang menjadi buruh migran di Malaysia.

Maraknya kasus perdagangan manusia yang terjadi di wilayah Sulawesi

Selatan telah menjadi sebuah ancaman besar terhadap masyarakat, bangsa dan

negara, serta pencederaan terhadap norma-norma kehidupan yang dilandasi

terhadap penghormatan hak asasi manusia. Indonesia sebagai salah satu negara

yang memiliki jumlah kasus perdagangan manusia khususnya wanita dan anak

yang cukup tinggi, melakukan kerjasama dengan organisasi nasional dan

5
Seputar Indonesia, Rabu, 19 Januari 2011, Sulsel Peringkat Pertama Trafficking
internasional lainnya khususnya International Non Government Organization

(INGO), yang secara signifikan dalam menangani kasus perdagangan manusia

untuk mengatasi permasalahan perdagangan manusia di wilayah NKRI salah

satunya adalah Sulawesi Selatan. IGO maupun INGO telah menjadi mitra kerja

aktif Indonesia dalam rangka upaya menangani masalah perdagangan wanita dan

anak di beberapa wilayah Indonesia.

Terdapat beberapa organisasi internasional pemerintah (IGO) dan

organisasi internasional non pemerintah (INGO) yang terlibat dan bekerja dalam

penanggulangan kasus perdagangan manusia khususnya perdagangan wanita dan

anak di Indonesia. Organisasi internasional pemerintah tersebut antara lain

UNICEF, ILO, dan IOM. Sementara untuk organisasi internasional non

pemerintah yakni ICMC, ACILS, dan Terre des Hommes Netherlands (Tdh-NL).

INGO yang kemudian melakukan serangkaian kegiatan dan program kerja di

wilayah provinsi Sulawesi Selatan adalah ICMC dan ACILS, sedangkan TdH-NL

lebih memfokuskan pada kegiatan penanggulangan di pulau Jawa. ACILS sendiri

memiliki peranan yang tidak terlalu menonjol jika dibandingkan dengan ICMC

yang telah hadir di Sulawesi Selatan sejak tahun 2007. Hal inilah yang

melatarbelakangi penulis mengambil ICMC sebagai studi kasus penelitian,

mengingat kehadiran dan keterlibatan ICMC dalam aksi penanggulangan

perdagangan wanita dan anak di Sulawesi Selatan lebih signifikan jika

dibandingkan dengan kedua mitra INGOnya yang lain. Atas penjelasan dan latar

belakang diatas, maka penulis mengangkat judul “Peranan International Non

Government Organization (INGO) terhadap Penanggulangan Kasus


Perdagangan Wanita dan Anak di Sulawesi Selatan (Studi Kasus:

International Catholic Migration Commission (ICMC)”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Kasus perdagangan manusia dewasa ini telah menjadi perhatian dunia

internasional. Hampir setiap kawasan dan negara berbondong-bondong

membicarakan fenomena perdagangan manusia di berbagai Konferensi Tingkat

Tinggi, membuat organisasi ataupun komisi yang khusus menangani tindak

pelanggaran HAM dalam rangka pemberantasan kasus perdagangan manusia,

hingga pada upaya membuat peraturan-peraturan internasional maupun peraturan

nasional yang berkaitan dengan HAM yang dimaksudkan untuk memerangi kasus

perdagangan orang.

Seperti halnya Indonesia yang saat ini telah memiliki kebijakan nasional

anti trafficking yaitu Undang-Undang No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Perdagangan Orang (UU PTPPO). Gugus tugas juga telah dibentuk

oleh pemerintah sebagai salah satu upaya untuk mengimplementasikan UU

PTPPO tersebut hingga pada berbagai peraturan dan kebijakan pemerintah yang

mencakup arahan pencegahan dan penanganan trafficking juga sudah diterbitkan

dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda) Anti Trafficking di berbagai daerah di

Indonesia. Daerah tersebut antara lain Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sumatera

Utara, Kalimantan Barat, Kepulauan Riau, Lampung, Jawa Timur, Jawa Barat,

dan Nusa Tenggara Timur.

Berbagai upaya penanggulangan kasus perdagangan manusia tersebut

menjadi bukti nyata bahwa Indonesia memberikan perhatian lebih untuk


menanggulangi dan memberantas kasus perdagangan manusia di wilayahnya.

Salah satu upaya yang juga dilakukan adalah dengan menjalin kerjasama

antarnegara maupun dengan organisasi internasional. Kerjasama yang terjalin

antara berbagai organisasi internasional dan pemerintah Indonesia dalam

menangani kasus perdagangan manusia khususnya wanita dan anak yang menjadi

mayoritas korbannya, sangat diharapkan dapat menjaga perlindungan hak-hak

asasi wanita dan anak di Indonesia.

Melihat perkembangan kasus perdagangan manusia khususnya wanita dan

anak di Sulawesi Selatan cukup tinggi, maka penulis mejadikan Sulawesi Selatan

sebagai daerah sampel penelitian. Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah

di Indonesia yang cukup rentan akan kasus perdagangan manusia dalam hal ini

wanita dan anak. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa tingkat perdagangan

wanita dan anak di wilayah Sulawesi Selatan cukup tinggi jika dibandingkan

dengan wilayah lain yang menempati urutan pertama kasus perdagangan manusia

(human trafficking) di wilayah Sulawesi. Berbagai upaya yang dilakukan oleh

pemerintah Sulawesi Selatan dalam upaya menangani kasus perdagangan wanita

dan anak di Sulawesi Selatan antara lain dengan melibatkan berbagai LSM,

organisasi nasional, maupun organisasi internasional dalam menangani kasus

perdagangan wanita dan anak. Organisasi internasional khususnya, menjadi mitra

kerja dari pemerintah Sulawesi Selatan dalam upaya penanggulangan kasus

perdagangan wanita dan anak di Sulawesi Selatan.

Berdasarkan hal tersebut, penulis kemudian menganggap penting untuk

membahas peranan organisasi internasional yakni International Non Government


Organization (INGO) dalam penanggulangan kasus perdagangan wanita dan anak

di Sulawesi Selatan. Dari dua INGO yang menangani kasus perdagangan wanita

dan anak di Sulawesi Selatan, penulis kemudian menjadikan International

Catholic Migration Commission (ICMC) sebagai studi kasus dan fokus analisa.

Sehingga yang menjadi titik analisis dari penelitian ini adalah peranan INGO

dalam hal ini ICMC dalam upaya penanggulangan kasus perdagangan wanita dan

anak di Sulawesi Selatan. Peranan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

upaya penanggulangan kasus perdagangan wanita dan anak lintas batas negara,

atau wanita dan anak yang diperdagangkan ke luar negeri dalam tiga hal, yaitu

pencegahan, perlindungan dan bantuan hukum, serta reintegrasi.

Adapun data yang digunakan, penulis membatasi rentang waktu yaitu

antara tahun 2008-2012. Rentang waktu tersebut diambil sehubungan dengan

diberlakukannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberatasan

Tindak Pidana Perdagangan Orang (UU PTPPO) dan Peraturan Daerah Sulawesi

Selatan Nomor 9 Tahun 2007 tentang Pencegahan dan Penghapusan Perdagangan

Wanita dan Anak. Sementara data-data untuk periode lainnya digunakan sebagai

data penunjang untuk lebih menggambarkan dan memahami topik penelitian.

Oleh karena itu, untuk mempermudah dalam menguraikan dan mendapatkan

penjelasan yang didasarkan pada permasalahannya, maka penulis merumuskan

beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apa faktor pendorong dan penghambat International Catholic

Migration Commission (ICMC) dalam penanggulangan kasus

perdagangan wanita dan anak di Sulawesi Selatan?


2. Bagaimana peranan International Catholic Migration Commission

(ICMC) dalam penanggulangan kasus perdagangan wanita dan anak di

Sulawesi Selatan?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui faktor pendorong International Catholic

Migration Commission (ICMC) dalam penanggulangan kasus

perdagangan wanita dan anak di Sulawesi Selatan

b. Untuk mengetahui peranan International Non Government

Organization (INGO) dalam hal ini peranan International Catholic

Migration Commission (ICMC) terhadap penanggulangan kasus

perdagangan wanita dan anak di Sulawesi Selatan.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian adalah:

a. Memberikan kontribusi dan manfaat bagi para pengemban Ilmu

Hubungan Internasional, khususnya bagi mereka yang memiliki

perhatian terhadap wanita dan anak.

b. Memberikan tambahan wawasan, pengetahuan dan informasi bagi

peminat dan pemerhati organisasi internasional, khususnya mengenai

keberadaan International Non Government Organzation (INGO)

dalam hal ini International Catholic Migration Commission (ICMC)

sebagai organisasi yang bertujuan untuk membantu negara-negara di


dunia dalam menangani dan memberantas kasus perdagangan

manusia.

c. Sebagai masukan bagi pemerintah Indonesia dalam merumuskan

kebijakan terkait kasus perdagangan anak dan wanita yang semakin

marak.

d. Sebagai referensi bagi yang ingin melanjutkan penelitian terkait

dengan topik ini.

D. Kerangka Konseptual

Terdapat satu fokus utama yang menjadi agenda pembahasan dalam

tulisan ini ialah peranan organisasi internasional dalam hal ini International

Catholic Migration Commission (ICMC) yang dijadikan sebagai subjek studi

kasus penelitian terhadap penanggulangan kasus perdagangan wanita dan anak di

Sulawesi Selatan . International Catholic Migration Commission (ICMC)

merupakan organisasi internasional non pemerintah yang bergerak dalam

penanggulangan kasus perdagangan wanita dan anak di berbagai negara yang

menjadi mitra kerjanya. Oleh karena itu, ICMC sebagai sebuah organisasi

internasional bersama-sama dengan pemerintah Indonesia bekerjasama dalam

menangani dan menanggulangi kasus perdagangan wanita dan anak. Organisasi

tersebut menjadi mitra dalam proses pencegahan dan penanggulangan kasus

perdagangan wanita dan anak di Indonesia khususnya Sulawesi Selatan yang

menjadi sampel penelitian. Menurut T. May Rudy definisi organisasi

Internasional adalah :
“Pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari
struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan atau
diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara
berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya
tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara
pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama kelompok non-
pemerintah pada negara yang berbeda.”6

Berdasarkan pengertian diatas, Teuku May Rudy secara tidak langsung

membagi organisasi internasional ke dalam dua pembagian besar, yakni organisasi

internasional pemerintah (IGO) dan organisasi internasional non pemerintah

(INGO). Adapun perbedaan antara INGO dan IGO adalah terletak dari

anggotanya. Dimana anggota dari INGO adalah individu atau asosiasi tertentu

yang kemudian bersama-sama membentuk organisasi atas dasar kepedulian akan

nilai-nilai kemanusiaan. Sementara untuk IGO, merupakan organisasi yang

anggotanya adalah Negara-negara ataupun pemerintah negara. Tidak berbeda

dengan IGO, INGO yang juga termasuk dalam klasifikasi organisasi internasional

memiliki tujuan-tujuan tertentu yang harus dicapai. Seperti secara umum

dijelaskan bahwa:

“Suatu organisasi internasional memiliki fungsi dalam menjalankan


aktivitasnya, yang bertujuan mencapai tujuan yang diinginkan, yang
berhubungan dengan pemberian bantuan dalam mengatasi masalah yang
timbul terhadap pihak yang terkait.”7
Dengan semakin maraknya kasus perdagangan wanita dan anak di

Indonesia, sudah sewajarnya Indonesia membuka diri untuk menjalin kerjasama

dengan organisasi internasional baik itu IGO maupun INGO, serta melakukan

6
Teuku May Rudy, 2002, Hukum Internasional 2, Bandung: Refika Aditama, hal. 93
7
Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, 2005, Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal. 97
kerjasama dengan negara-negara lain dalam rangka menanggulangi kasus

perdagangan wanita dan anak tersebut. Sejalan dengan pembagian tersebut,

penelitian ini lebih memfokuskan kepada INGO yang menjadi objek penelitian.

INGO atau biasa juga disebut dengan OINP (Organisasi Internasional Non

Pemerintah) didefinisikan oleh PBB, yaitu:

“those private organizations which commonly gain financial support from


international agencies and which devote themselves to the design, study
and execution of program and projects in developing country”.8
Dari definisi diatas dapat dijelaskan bahwa INGO merupakan sebuah

organisasi privat atau swasta yang dalam kegiatannya mendapatkan dukungan

keuangan atau donor dari agensi internasional yang berutjuan untuk

merencanakan, mempelajari serta melakukan berbagai program dan proyeknya

sesuai dengan tujuan organsiasi di negara-negara berkembang. Sehubungan

dengan peranan INGO/OINP tersebut, Olena P. Maslyukivska, ahli lingkungan

hidup dari Ukraina, membuat enam kategori kegiatan INGO/OINP, yaitu: 9

1. Development and operation of infrastructure;

2. Supporting innovation, demonstration and pilot projects;

3. Facilitating communications;

4. Technical assistance and training;

5. Research, monitoring and evaluations;

6. Advocacy for and with the poor.

8
Direktorat Sosial Budaya dan Organisasi Internasional Negara Berkembang dan Direktorat
Jenderal Multilateral, Kementerian Luar Negeri 2011, Direktori Organisasi Internasional
Non-Pemerintah (OINP) di Indonesia, Jakarta: Kementerian Luar Negeri, hal. 2
9
Ibid.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Mochtar Mas’oed dalam bahwa peranan adalah:
“perilaku yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang yang menduduki
suatu posisi. Jadi, peranan dapat dikatakan sebagai pelaksanaan dari fungsi
oleh struktur-struktur tertentu. Dapat pula diartikan bahwa peranan adalah
tuntutan yang diberikan secara struktural (norma-norma, harapan, larangan,
tanggungjawab) dimana didalamnya terdapat serangkaian tekanan dan
kemudahan yang menghubungkan, membimbing, dan mendukung fungsinya
dalam organisasi”.10

Seperti yang telah disebutkan dalam definisi INGO/OINP diatas,

INGO/OINP dalam melaksanakan kegiatannya mendapatkan dukungan dalam

pendanaan program-programnya yang berasal dari agensi internasional, baik itu

pendonor yang merupakan negara-negara internasional, lembaga atau asosiasi

tertentu, maupun juga individu. Bantuan keuangan tersebutlah yang kemudian

disalurkan INGO/OINP di wilayah negara-negara yang menjadi mitra kerjanya.

Secara tidak langsung para pendonor melalui INGO/OINP memberikan

bantuannya kepada Negara-negara tersebut. Bantuan ini lebih dikenal dengan

istilah bantuan luar negeri atau bantuan asing. Menurut Yanuar Ikbar bantuan

luar negeri adalah:

“Bantuan luar negeri adalah segala sesuatu yang berurusan dengan


pemindahan sumber-sumber kebendaan material dan jasa-jasa dari negara
tertentu terhadap negara lainnya yang memerlukannya dalam suatu ikatan
transaksi berbentuk pinjaman, pemberian, dan penanaman modal asing.
Bantuan luar negeri (foreign aid) diartikan sebagai tindakan-tindakan
masyarakat atau lembaga-lembaga terhadap masyarakat atau lembaga-
lembaga lain di luar negeri dengan maksud sekurang-kurangnya untuk
membantu”.11

10
Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochammad Yani, opcit, hal 29-30
11
Yanuar Ikbar, 2007, Ekonomi Politik Internasional 2, Bandung: Refika Aditama, hal. 188-189.
Dari definisi diatas, dapat dtarik kesimpulan bahwa bantuan luar negeri

(foreign aid) dapat diberikan oleh negara ke negara atau pemerintah ke

pemerintah, negara ke lembaga/organisasi ataupun sebaliknya dari

lembaga/organisasi ke negara/pemerintah, dan atau dari lembaga/organisasi ke

lembaga/organisasi lainnya. ICMC sebagai salah satu INGO/OINP juga

mendapatkan bantuan luar negeri dari para pendonornya yang kemudian dijadikan

sebagai alat pendanaan bagi seluruh program-programnya di negara-negara

mitranya khususnya Indonesia dalam upaya penanggulangan kasus perdagangan

wanita dan anak.

Secara etimologis, trafficking dapat diartikan sebagai perpindahan. Jadi,

artinya adalah perpindahan atau migrasi, yang berarti korban dibawa ke luar dari

kampung halamannya yang aman ke tempat berbahaya dan dikerjapaksakan.

Adanya unsur “dipaksa” inilah yang menjadikan kasus perdagangan wanita dan

anak-anak menjadi berbeda dengan kejahatan lainnya. Resolusi mengenai

trafficking perempuan dan anak-anak juga diadopsi Perserikatan Bangsa-Bangsa

pada tahun 1994. Dalam resolusi ini disebutkan bahwa trafficking adalah:

“Pergerakan dan penyelundupan orang secara sembunyi-sembunyi


melintasi batas-batas negara dan internasional, kebanyakan berasal dari
negara berkembang dan negara-negara yang ekonominya berada dalam
masa transisi, dengan tujuan untuk memaksa perempuan dan anak-anak
masuk ke dalam sebuah situasi yang secara seksual maupun ekonomi
teropresi, dan situasi eksploitatif demi keuntungan perekrut, penyelundup,
dan sindikat kriminal, seperti halnya aktivitas ilegal lainnya yang terkait
dengan perdagangan (trafficking) misalnya pekerja rumah tangga paksa,
perkawinan palsu, pekerja yang diselundupkan dan adopsi palsu.” 12
Sementara itu definisi perdagangan wanita dan anak sebagaimana tertuang

dalam Keputusan Presiden RI No. 88 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional

Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak adalah:

“Perdagangan perempuan dan anak adalah segala tindakan pelaku


(trafficker) yang mengandung salah satu atau lebih tindakan perekrutan,
pengangkutan antar daerah dan antar negara, pemindahtanganan,
pemberangkatan, penerimaan dan penampungan sementara atau di tempat
tujuan – perempuan dan anak - dengan cara ancaman, penggunaan
kekerasan verbal dan fisik, penculikan, penipuan, tipu muslihat,
memanfaatkan posisi kerentanan (misalnya ketika seseorang tidak
memiliki pilihan lain, terisolasi, ketergantungan obat, jebakan hutang, dan
lain-lain), memberikan atau menerima pembayaran atau keuntungan, di
mana perempuan dan anak digunakan untuk tujuan pelacuran dan
eksploitasi seksual (termasuk phaedopili), buruh migran legal maupun
ilegal, adopsi anak, pekerjaan jermal, pengantin pesanan, pembantu rumah
tangga, mengemis, industri pornografi, pengedaran obat terlarang, dan
penjualan organ tubuh, serta bentuk-bentuk eksploitasi lainnya”.13
Kasus perdagangan wanita dan anak merupakan salah satu kejahatan

transnasional yang digolongkan menjadi transnational organized crime (TOC)

atau kejahatan transnasional teorganisir. Menurut United Nation Covention

Against Transnational Organized Crime (UNCATOC), definisi TOC/kejahatan

transnasional terorganisir adalah:

“Kejahatan transnasional terorganisir adalah kejahatan yang dilakukan


oleh sekelompok orang atau organisasi yang melintasi dua atau lebih batas
negara yang kemudian membawa dampak serius bagi negara-negara yang
terlibat. Adapun karakteristik dari kejahatan transnasional terorganisir
antara lain memiliki struktur grup, anggotanya terdiri dari 3 orang atau
lebih, dibentuk untuk jangka waktu tertentu, tujuan kejahatan adalah

12
Global Alliances Against Trafficking in Women, 1999, Human Rights In Practise: A Guide To
Assist Trafficked Women and Children, Bangkok: Global Alliances Against Trafficking in
Women, hal.12
13
Keputusan Presiden Nomor 88 tahun 2002, tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan
Perempuan dan Anak
melakukan kejahatan serius atau kejahatan yang diatur dalam konvensi
internasional dan bertujuan untuk mendapatkan uang atau keuntungan
lainnya”.14
Beberapa contoh transnational organized crime ialah terorisme, money

laundry, korupsi, perdagangan senjata gelap, perdagangan manusia, perdagangan

gelap narkoba, dan perdagangan organ tubuh manusia. Hal yang perlu menjadi

catatan, jenis transnational organized crime dalam penerapannya mendapat

dukungan dari berbagai pihak misalnya akuntan, ahli hukum, penasehat keuangan,

banker, ahli kimia, politisi korup, hakim, pejabat, pemerintah daerah, pengusaha,

dan anggota militer. Sesuai dengan pengklasifikasiannya, perdagangan wanita dan

anak yang termasuk dalam transnational organized crime, merupakan salah satu

bentuk kejahatan dan pelanggaran HAM.

E. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan penulis adalah tipe penelitian deskriptif-

analitik yaitu penelitian yang menggunakan pola penggambaran keadaan fakta

empiris disertai dengan argumen yang relevan. Tipe penelitian ini memberikan

gambaran bagaimana situasi dan perkembangan perdagangan wanita dan anak di

Sulawesi Selatan disertai denganbentuk-bentuk penanggulangan kasus

perdagangan wanita dan anak di Sulawesi Selatan secara khusus, yang dikaitkan

dengan peranan organisasi internasional dalam hal ini peranan International

Catholic Migration Commission sebagai salah satu INGO dalam menangani kasus

14
UN Protocol to Prevent, Supress and Punish Trafficking in Persons Especially Women and
Children Suplementing the United Nation Convention Against Transnational Organized
Crime, 2000, Art. 3a
perdagangan wanita dan anak di Sulawesi Selatan yang dijadikan sebagai daerah

sampel penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan yaitu telaah pustaka

(library research) yaitu dengan mengumpulkan data-data dari berbagai literatur

yang mendukung dan wawancara yang dilakukan di tiga tempat yakni wawancara

dengan Program Officer for Counter Trafficking Project ICMC, Suarni DC, M.Si,

wawancara dengan Kepala BP3TKI Makassar, M. Agus Bustami, SE, MM dan

Sekretaris Lembaga Perlindungan Anak Sulawesi Selatan, M Ghufran H, Kordi K.

Adapun tempat-tempat yang dikunjungi penulis untuk mendapatkan Informasi dan

data ialah :

1. Perpustakaan FISIP UNHAS

2. Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin

3. Perpustakaan Kementerian Luar Negeri Indonesia

4. Kantor International Catholic Migration Commission (ICMC) Jakarta

5. Lembaga Perlindungan Anak Sulawesi Selatan

6. Badan Pelayanan, Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja

Indonesia (BP3TKI) Makassar

3. Jenis Data

Data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah gabungan data

primer dan data sekunder. Data sekunder berupa buku-buku, jurnal, makalah,

website, dan literatur lainnya yang berhubungan dengan kasus perdagangan anak
dan wanita di Indonesia. Sedangkan data primer merupakan data penunjang yang

diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak International Catholic Migration

Commission (ICMC), BP3TKI Makassar dan Lembaga Perlindungan Anak

Makassar yang berhubungan dengan kasus perdagangan wanita dan anak di

Sulawesi Selatan.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis kualitatif, yakni permasalahan digambarkan berdasarkan fakta-fakta yang

ada kemudian dihubungkan antara fakta yang satu dengan yang lainnya, kemudian

ditarik sebuah kesimpulan. Penulis juga menyediakan dan menggunakan data

kuantitatif yang merupakan data penunjang dalam mengkaji fakta-fakta utama.

Dengan menggunakan teknik ini, maka teknik analisa menggunakan pola induktif

, dalam hal ini International Catholic Migration Commission yang dijadikan

sebagai studi kasus menjadi sebuah gambaran peranan International Non

Government Organization (INGO) dalam penanggulangan kasus perdagangan

wanita dan anak di Sulawesi Selatan. Kesimpulan dari studi kasus dalam

penelitian ini dapat dijadikan tolak ukur peranan INGO dan pemerintah dalam

menanggulangi kasus perdagangan wanita dan anak di Sulawesi Selatan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. International Non Government Organization (INGO)

International Non Government Organization (INGO) merupakan salah

satu bentuk klasifikasi umum dari organisasi internasional. Untuk lebih

mengetahui apa yang dimaksud dengan International Non Governement

Organization (INGO) atau dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan

Organisasi Internasional Non Pemerintah (OINP), terlebih dahulu kita perlu

memahami organisasi internasional itu sendiri. Organisasi internasional

merupakan salah satu dari aktor non negara yang memiliki peran penting dalam

dinamika hubungan internasional. Keterlibatan organisasi internasional dewasa

kini, berkembang hingga menyentuh seluruh bidang kehidupan, baik itu ekonomi,

politik, sosial, budaya, dan HAM. Organisasi internasional sendiri telah

menunjukkan peranan, eksistensi, dan status yang eksklusif, serta personalitas

hukum bahkan hak-hak khusus seperti adanya imunitas bagi staf organisasi

internasional, dalam menjalankan fungsi dan tugasnya di negara-negara anggota.

Kerjasama yang kemudian timbul antara organisasi internasional dan negara,

menjadikan negara harus bersedia membuka diri atas kedaulatannya.

Para sarjana hukum internasional pada umumnya tidak merumuskan

definisi organisasi internasional secara langsung. Namun, untuk dapat

mendefinisikan mengenai apa yang dimaksud dengan organisasi internasional,

para ahli cenderung memberikan ilustrasi yang substansinya mengarah pada

kriteria-kriteria tertentu atau unsur minimal yang harus dimiliki oleh suatu entitas
bernama organisasi internasional. Menurut T. Sugeng Istanto dalam bukunya

“Hukum Internasional” menjelaskan:

“yang dimaksud dengan organisasi internasional dalam pengertian luas


adalah bentuk kerjasama antar pihak-pihak yang bersifat internasional
untuk tujuan yang bersifat internasional. Pihak-pihak yang bersifat
internasional itu dapat berupa orang-perorangan, badan-badan bukan
negara yang berada di berbagai negara atau pemerintah negara. Adapun
yang dimaksud dengan tujuan internasional ialah tujuan bersama yang
menyangkut kepentingan berbagai negara. 15

Dalam melakukan kerja-kerjanya, organisasi internasional mempunyai

unsur-unsur tersendiri yang membangunnya. Unsur-unsur yang membentuk suatu

organisasi internasional, yaitu kerjasama yang ruang lingkupnya melintasi batas

negara, mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama, baik antar pemerintah

maupun non pemerintah, terdapat struktur organisasi yang jelas dan lengkap, serta

melaksanakan fungsi secara berkesinambungan. 16 Unsur-unsur tersebut

merupakan hal yang mutlak yang dimiliki oleh suatu organisasi internasional.

Perkembangan pesat dalam bentuk serta pola kerjasama melalui organisasi

internasional mengindikasikan semakin signifikannya peran organisasi

internasional yang bukan hanya melibatkan negara beserta pemerintah saja,

namum telah diakui pula keberadaan organisasi-organisasi non pemerintah yang

dalam segi jumlahnya mengalami peningkatan. Organisasi non pemerintah (NGO)

atau juga dikenal dengan INGO menjadi mitra pemerintah dalam

mengimplementasikan berbagai kebijakan dan memposisikan diri sebagai media

kontrol yang memiliki posisi yang menentukan. Meskipun demikian, tidak dapat

15
T. Sugeng Istantanto, 1994, Hukum Internasional, Jogyakarta: Penerbit Universitas Atmajaya,
hal 123.
16
Teuku May Rudy, 1993, Administrasi dan Organisasi Internasional, Bandung: PT. ERESCO,
hal. 3.
dipungkiri bahwa negara tetap merupakan faktor paling dominan di dalam bentuk-

bentuk kerja sama internasional. 17Adanya perbedaan anggota organisasi

internasional mengakibatkan terjadinya pengklasifikasian organisasi internasional

berdasarkan ciri-ciri tertentu.

Pengklasifikasian ini dapat diartikan sebagai pengelompokkan atas suatu

objek atau populasi berdasarkan kriteria tertentu untuk memperoleh pembedaan

antarobjek atau populasi tersebut. Demikian halnya dengan organisasi

internasional yang jumlahnya mencapai ratusan, memiliki karakteristik tersendiri.

Secara garis besar, organisasi internasional diklasifikasikan menjadi dua, yakni

organisasi internasional antar pemerintah dan organisasi internasional non

pemerintah.

Lebih lanjut Teuku May Rudy mengemukakan klasifikasi organisasi

internasional berdasarkan delapan hal, yaitu sebagai berikut: 18

1.) Kegiatan administrasi: organisasi internasional antarpemerintah

(intergovernmental organization/IGO) dan organisasi internasional

nonpemerintah (nongovernmental organization/NGO).

2.) Ruang lingkup (wilayah) kegiatan dan keanggotaan: organisasi

internasional global dan organisasi internasional regional.

3.) Bidang kegiatan (operasional) organisasi, seperti bidang ekonomi,

lingkungan hidup, pertambangan, komoditi (pertanian, industri),

bidang bea cukai dan perdagangan internasional, dan lain-lain.

17
ibid.
18
ibid.
4.) Tujuan dan luas bidang kegiatan organisasi: organisasi internasional

umum dan organisasi internasional khusus.

5.) Ruang lingkup (wilayah) dan bidang kegiatan: global-umum, global-

khusus, regional-umum, dan regional-khusus.

6.) Menurut taraf kewenangan (kekuasaan): organisasi supranasional

(supranational organization) dan organisasi kerjasama (cooperative

organization).

7.) Bentuk dan pola kerjasama: kerjasama pertahanan keamanan

(collective security) yang biasanya disebut “institutionalized alliance”

dan kerjasama fungsional (functional cooperation).

8.) Fungsi organisasi: organisasi politik (political organization), yaitu

organisasi yang dalam kegiatannya menyangkut masalah-masalah

politik dalam hubungan internasional; organisasi administratif, yaitu

organisasi yang sepenuhnya hanya melaksanakan kegiatan teknis

secara adminsitratif; dan organisasi peradilan (judicial organization),

yaitu organisasi yang menyangkut penyelesaian sengketa pada

berbagai bidang atau aspek (politik, ekonomi, sosial, dan budaya)

menurut prosedur hukum dan melalui proses peradilan (sesuai

ketentuan internasional dan perjanjian internasional).

Suatu organisasi internasional dapat masuk dalam dua atau lebih bentuk

pengklasifikasian, bergantung pada segi yang ditinjau dalam

pengklasifikasiannya. Klasifikasi ini menjadi sebuah gambaran bagi suatu

organisasi internasional terkait dengan kerja-kerjanya dalam mencapai suatu


tujuan tertentu yang disepakati bersama. Adanya keinginan untuk bekerjasama

inilah yang menjadi pokok penting dalam pendirian organisasi internasional.

Berdasarkan klasifikasi diatas, ICMC masuk ke dalam beberapa klasifikasi

sekaligus. Dimana ICMC tergolong sebagai organisasi internasional non

pemerintah (INGO) dan berdasarkan ruang lingkupnya, ICMC termasuk dalam

organsiasi internasional global yang ditandai dengan jumlah negara yang menjadi

mitra kerjanya di seluruh belahan dunia. Selain itu berdasarkan tujuannya, ICMC

termasuk dalam klasifikasi organisasi internasional khusus dengan ditandai oleh

kegiatannya yang berpusat pada kegiatan kemanusiaan dalam hal ini penanganan

masalah migrasi, pengungsi dan perdagangan manusia. Dalam konsep organisasi

internasional ini, penulis merujuk pada organisasi internasional non pemerintah

(INGO) yang menjadi subjek pembahasan. INGO/OINP menurut Peraturan

Pemerintah RI Nomor 23 Tahun 2008 adalah:

“Suatu lembaga internasional yang terorganisasi secara lembaga


internasional bebas dari dan tidak mewakili pemerintahan suatu negara
atau organisasi internasional yang dibentuk secara terpisah dari suatu
negara dimana organisasi itu didirikan”. 19
Beberapa ahli hubungan internasional dalam mendefinisikan INGO

seringkali merujuk pada definisi NGO. Seperti halnya definisi Berridge G. R dan

Alam James mengenai definisi NGO yakni:

“…is a private, non-profit-making body which has an international


membership. Such bodies, especially when granted observer status, are
often active in international organizations and major conferences…NGOs

19
Pasal 1 (2), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2008 Tentang Peran
Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah dalam Penanggulangan
Bencana.
are sometimes referred to as international nongovernmental organizations
(INGOs)” 20

Berdasarkan kedua definisi tersebut, dapat dijelaskan bahwa INGO adalah

salah satu dari penggolongan atau varietas dari NGO. INGO sesuai dengan

definisi diatas, adalah organisasi non pemerintah yang bersifat internasional.

Sementara untuk cara kerja dan fungsinya memiliki kesamaan dengan NGO. Yang

kemudian membedakan antara NGO dan INGO adalah hanya pada keanggotaan

organisasi mitra kerjasama serta ruang lingkup kegiatan organisasinya. Dalam

skripsi ini penulis mengambil INGO sebagai rujukan konseptual, dimana ICMC

yang menjadi studi kasus penelitian adalah salah satu dari INGO.

Menurut The Union of International Association, terdapat beberapa criteria

persyaratan bagi organisasi internasional non pemerintah (OINP/INGO), yakni: 21

1. Tujuan organisasi harus sepenuhnya bersifat/berciri internasional,

dengan menegaskan keterlibatan organisasi lebih daripada sekedar

hubungan bilateral (antara dua negara), atau sekurang-kurangnya

mencakup kepentingan organisasi pada tiap negara;

2. Keanggotaan harus terbuka, mencakup individu-individu serta

kelompok-kelompok di wilayah/negara yang termasuk ruang lingkup

organisasi itu, dengan sekurang-kurangnya mencakup individu atau

kelompok dari tiga negara;

20
Berridge, G.R. dan Alan James. 2003, A Dictionary of Diplomacy. New York: Palgrave
MacMillan, hal. 187
21
Warner Fled, dalam David McLellan, 1980, Marx Before Marxism, Second Edtion, London::
Macmillan Press.ltd, hal. 192
3. Anggaran Dasar organisasi harus mengandung ketentuan mengenai

pemilihan/pergantian pimpinan dan pengurus secara berkala/periodik,

dengan tata cara pemilihan yang disusun sedemikian rupa guna

menghindari pengisian jabatan-jabatan dan pengendalian organisasi

hanya oleh orang-orang dari suatu negara saja;

4. Pendanaan/pembiayaan pokok (substansial) bagi kegiatan organisasi

harus berasal, atau mencakup sumbangan dari sekurang-kurangnya 3

(tiga) negara.

INGO/OINP adalah organisasi privat atau swasta yang mempunyai status

sebagai pengawas kebijakan pemerintah dan seringkali aktif di berbagai organisasi

internasional dan konferensi-konferensi tingkat tinggi. Sekitar tahun 1980an,

INGO mulai berfokus pada kelompok atau organisasi yang bergerak dalam bidang

kemanusiaan, lingkungan hidup, dan HAM. Organisasi internasional non

pemerintah pada umumnya bergerak dalam bidang kemanusiaan. Dimana INGO

memberikan perhatian secara penuh untuk menangani berbagai permasalahan hak

asasi manusia, lingkungan, perdamaian, bencana alam, bantuan kemanusiaan bagi

korban perang dan konflik yang terjadi di seluruh belahan dunia. Secara lebih

eksplisit, kegiatan INGO digolongkan oleh Olena P. Maslyukivska, yaitu:22

1. Development and operation of infrastructure;

2. Supporting innovation, demonstration and pilot projects;

3. Facilitating communications;

22
Olena P. Maslyukivska, dalam Direktorat Sosial Budaya dan Organisasi Internasional Negara
Berkembang dan Direktorat Jenderal Multilateral, Kementerian Luar Negeri, op.cit. hal. 2
4. Technical assistance and training;

5. Research, monitoring and evaluations;

6. Advocacy for and with the poor.

Keenam kegiatan tersebut dilaksanakan oleh INGO dalam hal ini ICMC

untuk mencapai tujuan dari berbagai program-program yang direncanakan dalam

hal penanggulangan kasus perdagangan wanita dan anak di Sulawesi Selatan.

ICMC tergolong merupakan INGO yang bersifat operasional. Dimana ICMC

secara langsung memobilisasi resources, dalam bentuk financial donations, yang

didapatkan dari beberapa pendonor tetap. ICMC sendiri dalam menjalankan

kegiatan dan program-programnya didukung penuh oleh European Commission

(Uni Eropa) yang secara langsung memberikan bantuan dana kepada ICMC untuk

melakukan programnya di Indonesia. selain itu, ICMC juga mendapatkan bantuan

dana dari Ford Foundation dan US Office for Trafficking in Persons untuk

menjalankan program penanggulangan perdagangan manusia di Indonesia.

Berdasarkan UU No 37 tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri,

Kementerian Luar Negeri merupakan utama bagi proses masuknya OINP/INGO

di Indonesia. OINP/INGO yang akan melakukan kegiatan di Indonesia harus

memenuhi kriteria sebagai berikut:23

1. Berasal dari negara yang mempunyai hubungan diplomatik dengan

Indonesia;

2. Tidak melakukan kegiatan politik di Indonesia;

23
ibid
3. Tidak melakukan kegiatan penyebaran keagamaan di Indonesia;

4. Tidak melakukan kegiatan komersial yang mendatangkan keuntungan;

5. Tidak melakukan kegiatan pengumpulan dana (fund raising) di

Indonesia.

INGO merupakan organisasi-organisasi swasta yang terdiri dari individu-

individu dari berbagai negara, yang menyebar dan melintasi batas-batas negara

dengan tujuan untuk mempengaruhi kebijakan suatu negara atas isu-isu yang

menjadi program mereka. INGO sering disebut sebagai sektor ketiga setelah

negara atau pemerintah dan swasta yang beroperasi di luar pemerintah dan pasar.

INGO merupakan organisasi non-profit yang tujuan utamanya adalah melayani

orang banyak tanpa motivasi laba. Kemandirian dan independensi dari INGO

berarti seluruh aktivitasnya berpijak atas dasar kebebasan dan otonomi yang

dimiliki secara kelembagaan dan mempunyai personal untuk mengatur,

memutuskan dan menggerakkan roda organisasinya (self governing). INGO bukan

bagian dari perpanjangan tangan pemerintah seperti halnya IGO. Bukan underbow

partai tertentu dan bukan investasi bagi sektor bisnis. Dalam hal finansial, INGO

bersandar pada kedermawanan dari pihak lain melalui donasi dan dana untuk

menutup biaya-biaya aktivitas mereka. Namun, seringkali INGO juga bisa

dikatakan dapat berpihak pada pendonor mereka.

Dalam pergaulan masyarakat internasional, peran INGO semakin

signifikan dalam melakukan loby bahkan pengambilan keputusan suatu konferensi

internasional. ICMC sebagai salah satu INGO advokasi bidang kemanusiaan, juga

secara langsung memberikan kontribusi yang sangat besar dalam upaya


penanggulangan kasus perdagagangan wanita dan anak di Sulawesi Selatan.

Mengingat, hanya ada dua INGO yang pernah melakukan upaya penanggulangan

tesebut di wilayah Sulawesi Selatan, yakni ICMC. kehadiran lembaga

internasional di bidang kemanusiaan seperti ICMC ini tidak lepas dari realitas

masyarakat internasional yang selalu sarat konflik dan kriminal dengan berbagai

motif atau sebab tertentu untuk membela kepentingannya sendiri-sendiri. Apalagi

mengingat bahwa dewasa ini isu HAM merupakan isu yang kini dianggap penting

dan krusial untuk bisa dijaga keterjaminannya.

2. Bantuan Luar Negeri

a. Definisi dan motif

Dalam konteks penelitian ini, untuk melihat peranan ICMC dalam

penanggulangan kasus perdagangan wanita dan anak di Sulawesi Selatan, perlu

kiranya untuk melihat konsep bantuan luar negeri. konsep bantuan luar negeri ini

akan membantu menjelaskan bagaimana alur bantuan yang diberikan oleh para

pendonor kepada ICMC untuk kemudian diimplementasikan melalui program-

program ICMC di Indonesia. Bantuan luar negeri merupakan salah satu instrumen

kebijakan yang sering digunakan dalam hubungan luar negeri. Secara umum,

bantuan luar negeri dapat diartikan sebagai transfer sumber daya dari suatu

pemerintah ke pemerintah lain, baik itu berbentuk barang ataupun dana. Menurut

Rix Alam dalam buku “Pengantar Hubungan Internasional” karangan Perwita


dan Yani, ada empat motivasi dari negara donor dalam memberikan bantuan,

diantaranya:24

1. Motivasi kemanusiaan yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan di

Negara-negara dunia ketiga melalui dukungan kerjasama ekonomi;

2. Motivasi politik yang merumuskan tujuan untuk meningkatkan image

negara donor. Peralihan pujian menjadi tujuan dari pemberian bantuan dari

luar negeri baik baik dari politik domestic dan hubungan luar negeri

negara donor;

3. Motivasi keamanan nasional, yang mendasarkan pada asumsi bahwa

bantuan luar negeri dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang akan

mendorong stabilitas politik dan akan memberikan keuntungan pada

kepentingan negara donor. Dengan kata lain, motivasi keamanan memiliki

sisi ekonomi;

4. Motivasi yang berkaitan dengan kepentingan nasional negara donor.

Menurut Stephen D. Krasner, istilah bantuan luar negeri (foreign aid)

diartikan sebagai tindakan-tindakan negara, masyarakat (penduduk), atau

lembaga-lembaga masyarakat atau lembaga-lembaga lainnya yang berada pada

suatu negara tertentu ataupun pasar tertentu di luar negeri, memberikan bantuan

berupa pinjaman, memberi hibah atau penanaman modal mereka kepada pihak

tertentu di negara.25 Dari definsi tersebut, dapat dilihat bahwa pemberi bantuan

tidak berarti selalu berupa negara/pemerintah, melainkan juga lembaga,

24
Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochammad Yani, 2005, Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional, Bandung: Graha Ilmu, Hal. 84
25
Stephen D. Krasner dalam Yanuar Ikbar, Op cit, hal.188.
organisasi, asosiasi, perusahaan, maupun masyarakat dalam hal ini individu. Hal

ini sejalan dengan konsep pendonor yang berlaku pada INGO khususnya ICMC

yang menjadi studi kasus penelitian ini. ICMC mendapatkan bantuan dana dari

tiga sumber yaitu pemerintah Amerika Serikat melalui US. Office for Trafficking

in Persons, European Commission (Uni Eropa) dan Ford Foundation dalam

pembiayaan program-program penanggulangan perdagangan wanita dan anak di

Indonesia secara umum, dan secara khusus Sulawesi Selatan.

b. Klasifikasi bantuan luar negeri

Sebagai sebuah instrumen kepentingan, bantuan luar negeri dapat

dikategorikan ke dalam berbagai jenis bantuan. Sebelumnya, kita perlu

membedakan dulu secara mendasar antara pinjaman bilateral dan multilateral

dalam kelompok pinjaman luar negeri 26. Pinjaman bilateral adalah pinjaman yang

diberikan secara langsung dari suatu pemerintah (umumnya negara maju) kepada

suatu pemerintah negara berkembang, sehingga sering juga disebut G to G

(Government to Government Aid). Sedangkan pinjaman multilateral adalah

pinjaman yang diberikan oleh lembaga-lembaga internasional, seperti: Kelompok

Bank Dunia (World Bank Group), International Monetary Fund (IMF), PBB, dan

lain-lain.

Dari segi jenis bantuan luar negeri, menurut Michael Todaro, bantuan luar

negeri dapat dibagi menjadi: 27

1. Bantuan berupa pinjaman atau hibah (grant);

26
Jelly Leviza, 2009, Tanggung Jawab bank Dunia dan IMF sebagai Subjek Hukum
Internasional, Jakarta: Sofimedia, hal. 2.
27
Michael. P. Todaro, 1987, Ilmu Ekonomi Bagi Negara Sedang Berkembang I, terj. Akademi
Jakarta: Presindo, hal 90-91.
2. Bantuan pinjaman (utang luar negeri);

3. Investasi (penanaman modal) asing.

Menurut Direktorat Pendanaan Luar Negeri Multilateral, dalam buku

Penatausahaan dan Pengelolaan Hibah Luar Negeri, pengertian pinjaman luar

negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan atau devisa

yang dirupiahkan, maupun dalam bentuk barang dan atau dalam bentuk jasa yang

diperoleh dari Pemberi Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PPHLN) yang harus dibayar

kembali dengan persyaratan tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan Hibah

Luar Negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan atau

devisa yang dirupiahkan dalam bentuk barang dan atau dalam bentuk jasa

termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang diperoleh dari pemberi hibah luar negeri

yang tidak perlu dibayar kembali.28 Dalam prakteknya, ICMC memberikan

bantuan luar negeri berupa hibah kepada Indonesia secara khusus Sulawesi

Selatan dalam penanggulangan perdagangan wanita dan anak. Berdasarkan hal

tersebut, bantuan luar negeri yang difokuskan adalah mengenai masalah hibah luar

negeri.

c. Indikator Pemberian Dana Hibah

Ada beberapa indikator dalam pemberiah dana hibah, indikator tersebut

dikelompokkan menjadi:29

1. Hibah Menurut Skema dan Bentuknya

28
Direktorat Pendanaan Luar Negeri Multilateral, 2003, Penatausahaan dan Pengelolaan Hibah
Luar Negeri, Bappenas: Jakarta.
29
ibid
a. Hibah dalam bentuk cash, hibah ini sangat terbatas dan diberikan

kepada negara-negara yang sangat miskin (pendapatan

perkapita/tahun kurang dari USD 200). Tujuannya untuk

memperbaiki neraca pembayaran negara-negara tersebut;

b. Hibah dalam bentuk barang dan jasa dalam rangka bantuan proyek

(project assistance) atau kerjasama keuangan (financial cooperation).

Hibah seperti ini berupa dana dan diberikan bersama-sama dengan

pinjaman untuk pembiayaan suatu proyek pengadaan barang dan jasa.

Pembayaran dilakukan oleh pihak pemberi hibah sementara penerima

hibah hanya menerima barang dan jasa;

c. Hibah dalam rangka bantuan teknik (technical assistance) atau

kerjasama teknik (technical cooperation). Pertama, proyek-proyek

yang dibiayai hibah ini umumnya berupa studi untuk persiapan,

appraisal atau pun monitoring proyek-proyek pengadaan barang dan

jasa. Dalam hal ini pihak pemberi dana menyediakan tenaga ahli dan

membiayai seluruh kegiatan yang dilakukan tenaga ahli tersebut.

Pihak penerima hibah hanya memfasilitasi kegiatan tenaga-tenaga ahli

tersebut dan menerima hasil studi, appraisal dan monitoring. Kedua,

hibah dama rangka technical assistance yang berdiri sendiri. Hibah

dalam skema ini pada dasarnya berupa penyediaan tenaga ahli dan

atau konsultan untuk melaksanakan suatu proyek atau kegiatan

tertentu. Semua pembayaran/pembiayaan tenaga ahli dilakukan

sepenuhnya oleh pihak donor. Penerima hibah umumnya hanya


menyediakan fasilitas pendukung (in-kind) seperti ruang kantor,

personalia pendamping, kendaraan agar tenaga ahli tersebut dapat

bekerja dengan baik. Ketiga, beasiswa dan pelatihan;

d. Hibah dalam rangka bantuan kemanusiaan (humanitarian aids). Hibah

ini sifatnya lebih merupakan bantuan darurat. Hibah yang diberikan

biasanya berupa bahan esensial yang sangat diperlukan seperti

pangan, obat-obatan atau selimut serta ada kalanya uang tunai.

2. Hibah menurut peruntukan dan penyalurannya

a. Hibah untuk pemerintah (government to government). Hibah jenis ini

adalah hibah dalam berbagai skema diatas yang diperuntukkan bagi

proyek-proyek pemerintah atau kegiatan-kegiatan dalam rangka

proyek pemerintah dan umumnya dilaksanakan oleh instansi-instansi

pemerintah atau lembaga bentukan (semi) pemerintah. Hibah ini

diberikan donor atas dasar usulan pemerintah penerima hibah dan

dalam kerangka kerjasama dengan lembaga multilateral/internasional

yang bersangkutan.

b. Hibah untuk non pemerintah (government to private). Hibah ini

diberikan langsung oleh pemerintah atau lembaga donor kepada

lembaga-lembaga non pemerintah.


3. Perdagangan Wanita dan Anak

Perdagangan manusia (human trafficking) telah berlangsung sejak lama

hingga pada abad 21 ini. Di Indonesia sendiri, perdagangan manusia telah

berlangsung sejak zaman kerajaan Jawa yang membentuk landasan bagi

perkembangan perdagangan perempuan khususnya, dengan menempatkan mereka

sebagai barang atau komoditas perdagangan untuk menunjukkan adanya

kekuasaan dan kemakmuran. Kegiatan ini berkembang menjadi lebih teroganisir

pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Bahkan hingga kini, dalam era

kemerdekaan, kegiatan tersebut tidak semakin berkurang.

Perdagangan manusia (Human Trafficking) merupakan salah satu isu

internasional yang menempati urutan kedua setelah Drug Trafficking dalam

jumlah kasusnya. Hal tersebut disebabkan karena perdagangan manusia membawa

keuntungan yang sangat besar bagi sindikat ataupun mafia yang melakukan

kejahatan perdagangan manusia ini. Perdagangan manusia secara sederhana

didefinisikan sebagai pemindahan seseorang secara paksa melalui penipuan atau

kekerasan untuk tujuan eksploitasi. pemindahan ini bias berarti perpindahan

dalam negeri maupun ke luar negeri.

Dalam menangani kasus perdagangan manusia yang terjadi di hampir

setiap Negara di dunia, maka dibentuk sebuah kerangka hukum internasional yang

menetapkan standar penanganan dan pemenuhan hak korban trafficking, yaitu UN

Trafficking Protocol atau yang lebih dikenal dengan Protokol Palermo.


Berdasarkan protokol ini, definisi perdagangan manusia (human trafficking)

adalah:

“…the recruitment, transportation, transfer, harboring, or receipt of


persons, by means of the threat or use of force or other forms of coercion,
of abduction, of fraud, of deception, of the abuse of power or of a position
of vulnerability or of the giving or receiving of payments or benefits to
achieve the consent of a person having control of another person, for the
purposes of exploitation. Exploitation shall include, at a minimum, the
exploitation of the prostitution of others or other forms of sexual
exploitation, forced labor or service, slavery or practices similar to
slavery, servitude or the removal organs.”30
Dalam jumlah kasusnya, korban human trafficking yang paling dominan

ialah wanita dan anak. Hal ini disebabkan karena kondisi kebudayaan masyarakat

yang hingga saat ini masih memarjinalkan posisi perempuan dalam kehidupan

bermasyarakat. Perempuan pada zaman dahulu hingga saat ini, seringkali

dijadikan salah satu objek perdagangan yakni melalui prostitusi. Namun, seiring

dengan perkembangannya, perempuan dan anak gadis, kini tidak hanya dijadikan

objek untuk dijadikan pekerja seks saja, melainkan juga mereka diperdagangakan

untuk tujuan eksplotasi lainnya seperti menjadi pekerja domestik maupun sebagai

buruh pertanian dan perkebunan.

Berbagai konvensi internasional telah menjabarkan mengenai pengertian

perdagangan wanita dan anak yang menjadi konsentrasi dalam kasus perdagangan

manusia. Seiring dengan disepakatinya konvensi internasional tersebut, Indonesia

sebagai salah satu Negara yang memiliki jumlah kasus perdagangan wanita dan

30
UN Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Persons Especially Women and
Children Supplementing the United Nation Convention Against Transnational Organized
Crime, (2000), pasal 3.A
anak yang tinggi telah membuat sebuah UU No. 21 Tahun 2007 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (UU PTPPO).

Berdasarkan UU PTPPO tersebut. secara garis besar, perdagangan wanita

dan anak memiliki pengertian yaitu pemindahan wanita dan anak secara paksa

tanpa adanya persetujuan dari wanita dan anak tersebut, melalui cara-cara tertentu

seperti penipuan ataupun kekerasan dengan tujuan eksploitasi. Dijelaskan lebih

lanjut bahwa yang termasuk kategori anak sesuai dengan pasal 1 ayat 3 dalam UU

PTPPO, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

termasuk juga dengan anak yang masih dalam kandungan. Sementara eksploitasi

diartikan sebagai tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi

tetapi tidak terbatas pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau

praktik serupa perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual,

organ reproduksi, atau secara melawan hukum memindahkan atau

mentransplantasi organ dan atau jaringan tubuh, atau memanfaatkan tenaga dan

kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik

materiil maupun immaterial.31

Untuk memahami definisi perdagangan wanita dan anak, ada tiga unsur

penting yang saling terkait satu sama lain yang harus ada secara kumulatif agar

perdagangan wanita dan anak tersebut dapat dikatakan terjadi, yaitu adanya unsur

proses, cara, dan tujuan. Dengan kata lain, kegiatan dalam hal ini proses harus

terjadi dengan suatu cara tertentu dan keduanya (proses dan cara) ini harus saling

31
R. Valentina Sagala, 2010, Membaca UU PTPPO dalam Perspektif HAM, dalam Jurnal
Perempuan 68: Trafficking dan Kebijakan, Jakarta Selatan : Yayasan Jurnal Perempuan,
hal. 90-91
terkait guna mencapai tujuan eksplotatif. Secara lebih sederhana, dijelaskan

melalui kerangka kerja definisi perdagangan wanita dan anak sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kerangka Kerja Definsi Perdagangan Wanita dan Anak

Proses + Cara + Tujuan


Perekrutan Ancaman Pelacuran
atau atau atau
Pemindahan Kecurangan Pornografi
atau atau atau
Pemindahtanganan Penculikan Kekerasan/Eksploitasi
atau atau Seksual
Penampungan Dan Pemalsuan Dan atau
atau atau Kerja paksa
Penerimaan Penipuan atau
atau Praktik-praktik
Jeratan hutang Serupa Perbudakan
atau atau
Penyalahgunaan Diambil Organ
kekuasaan Tubuhnya

Sumber: Diolah berdasarkan laporan ICMC dan ACILS. 2006. “Ketika Mereka
Dijual: Perdagangan Perempuan dan Anak di 15 Propinsi di Indonesia”. Jakarta:
ICMC & ACILS.
Berdasarkan kerangka kerja definisi perdagangan wanita dan anak di atas,

jika satu kondisi dari masing-masing ketiga kategori di atas ada dan bertemu,

maka hasilnya adalah praktik perdagangan orang. Seorang wanita ataupun anak

yang dieksploitasi melalui salah satu cara dari berbagai cara yang telah disebutkan

diatas, dapat dikategorikan sebagai “korban perdagangan orang” meskipun ia

memberikan persetujuannya atau tidak terhadap eksploitasi yang dimaksudkan.

Untuk kasus perdagangan anak, menurut Protokol Palermo, Pasal 3 sub

ayat C, Protokol ini mengakui situasi khusus anak, dimana menghilangkan adanya

unsur “cara” sebagai syarat keharusan untuk terjadinya perdagangan orang.

Protokol ini menegaskan bahwa sepanjang kasus yang terjadi berkaitan dengan
anak-anak sebagai korbannya, tidak satupun dari cara-cara pemaksaan atau

penipuan perlu digunakan untuk membuktikan ada atau tidaknya perdagangan

orang. Dengan kata lain, seorang anak yang telah direkrut, dikirim, dipindahkan

dari satu tempat ke tempat lain, ditampung atau diterima untuk tujuan eksploitasi

haruslah dikategorikan sebagai seorang “korban perdagangan orang” meskipun

anak tersebut tidak diancam, dipaksa, diculik, ditipu, dianiaya, dijual ataupun

disewakan.32

Adapun berbagai faktor yang menjadi pemicu terjadinya perdagangan

manusia khususnya wanita dan anak ialah tingkat kemiskinan yang tinggi,

tingginya jumlah pengangguran, rendahnya tingkat pendidikan, migrasi besar-

besaran, kondisi keluarga yang tidak mendukung, fakor sosial budaya yang masih

memarjinalkan posisi perempuan dalam kehidupan bermasyarakat khususnya

masyarakat pedesaan, dan media massa yang membawa dampak terhadap

peningkatan jumlah kasus perdagangan wanita dan anak.

3. Transnational Organized Crime (TOC)

Pada masa Perang Dunia II, isu keamanan yang menjadi pusat perhatian

dan konsentrasi internasional hanyalah berputar pada isu keamanan militer dan

penyebaran ideologi dua negara adidaya. Kedua isu ini dianggap sebagai isu

krusial yang mengancam keselamatan negara dan warga negaranya. Sementara di

lain pihak, isu-isu kejahatan atau kriminal, hanya dianggap sebagai isu minoritas

32
ibid
yang dinilai tidak akan membahayakan negara. Transnational crimes atau

kejahatan transnasional pada dasarnya meliputi dua aspek utama yakni: 33

1. Bahwa tindakan yang dilakukan oleh pelaku tersebut melanggar aturan-

aturan yang ada atau hukum yang berlaku;

2. Kejahatan transnasional adalah lingkup aksi atau tindakan yang dilakukan

tersebut telah melewati batas-batas negara atau lintas negara.

Fenomena Transnational Organized Crime (TOC) kemudian berkembang

sejak berakhirnya Perang Dunia II. Transnational Organized Crime (TOC)

semakin berkembang dan telah diidentifikasi sebagai ancaman keamanan baru.

Konsep lama tentang keamanan yang statis telah dilengkapi dengan konsep

keamanan manusia (human security) yang menaruh perhatian pada keamanan

sampai pada tingkat individu. Ancaman Transnational Organized Crime (TOC)

sesungguhnya merupakan lokus yang menghubungkan konsepsi lama keamanan

yang berorientasi pada state survival dan pemahaman baru keamanan manusia

yang menaruh perhatian sampai pada kesejahteraan individu. 34

Isu Transnational Organized Crime (TOC) diidentifikasi sebagai salah

satu isu baru yang kemudian membahayakan kesejahteraan negara khususnya

pada tataran kesejahteraan individu (warga negara). Dalam konteks Indonesia

sendiri, Transnational Organized Crime merupakan ancaman keamanan yang

nyata. Hal ini disebabkan oleh kondisi Indonesia yang berada dalam situasi

33
Muzadi Hasyi, 2004, Kejahatan Terorisme Perspektif Agama, HAM dan Hukum, Bandung::
Rafika Aditama, hal. 52
34
Philips Jusario Vermonte, 2002, Transnational Organized Crime: Isu dan Permasalahannya,
dalam Analisis CSIS Isu-isu Non Tradisional: Bentuk Baru Ancaman Keamanan, Jakarta:
CSIS, hal. 44
transisi politik, dimana kewenangan negara berada dalam titik lemah yang

mengakibatkan tidak maksimalnya penegakan hukum. Selain faktor politis, faktor

geografi juga menjadi salah satu faktor penting dalam berkembangnya

Transnational Organized Crime (TOC) di Indonesia. Letak Negara Indonesia

yang terdiri dari ribuan gugusan pulau, menyebabkan garis batas Indonesia

panjang dan terbuka. Hal inilah yang menyebabkan banyaknya sindikat atau mafia

Transnational Organized Crime (TOC) yang memanfaatkan Indonesia sebagai

lahan kegiatannya.

Kejahatan transnasional terorganisir secara umum didefinisikan sebagai

bentuk kejahatan lintas batas negara yang menyediakan barang atau jasa secara

illegal dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Menurut Bunbongkarn,

seperti yang dikutip oleh Philips Jusario Vormonte, kejahatan transnasional adalah

bentuk kejahatan yang harus memiliki elemen-elemen sebagai berikut:35

1. Lintas batas, baik yang dilakukan oleh orang (penjahat kriminal,

buronan, atau mereka yang sedang melakukan kejahatan, atau korban

seperti dalam kasus penyelundupan manusia); atau oleh benda (senjata

api, seperti saat teroris memasukkan senjata ke dalam pesawat sebelum

lepas landas, uang yang akan digunakan dalam kejahatan cuci uang,

benda-benda yang digunakan dalam kejahatan seperti obat-obatan

terlarang); atau oleh niatan kriminal (seperti penipuan melalui

komputer, di mana perintah yang dikeluarkan di Negara A

ditransmisikan di Negara B).

35
Ibid
2. Pengakuan internasional terhadap sebuah bentuk kejahatan. Pada

tataran nasional, sebuah tindakan anti-sosial baru bisa dikatakan

sebuah tindak kriminal apabila ada aturan hukum tertulis yang

mengaturnya. Sementara, pada tataran internasional, sebuah tindakan

dianggap tindak kriminal apabila dianggap demikian oleh minimal dua

Negara. Pengakuan ini bisa berasal dari konvensi internasional,

perjanjian ekstradisi atau adanya kesamaan dalam hukum nasionalnya.

Dalam kejahatan transnasional terorganisir, kejahatan tersebut

digolongkan sebagai salah satu tindak kejahatan transnasional terorganisir apabila

memenuhi elemen-elemen diatas dan apabila kejahatan tersebut dilakukan oleh

tiga orang atau lebih, atau sekelompok orang yang melakukan tindak kejahatan

secara terorganisir.

Berkembangnya kelompok-kelompok kejahatan teroganisir tersebut

menjadi berkarakter transnasional terutama didorong oleh kemajuan pesat

teknologi, semakin eratnya perdagangan internasional, dan juga situasi geopolitik

setelah Perang Dunia.36 Sebelum Perang Dunia usai, fenomena kejahatan

terorganisir masih dianggap sebagai fenomena domestik, yang hanya digadapi

oleh beberapa negara saja. Perubahan situasi geopolitik setelah Perang Dunia,

menjadikan TOC sebagai salah satu ancaman baru bagi keamanan negara.

Teknologi yang berkembang pesat menyebabkan juga akses dalam dunia

internasional menjadi tidak terbatas. Globalisasi tentu membawa pengaruh dalam

hal perkembangan ini. Dimana jarak dan waktu bukan lagi menjadi penghambat

36
Philips Jusario Vermonte, op-cit, hal. 45
pergerakan sebuah usaha ekonomi semenjak berkembangnya teknologi.

Konsumerisme dan komersialisme Barat yang diterjemahkan sebagai sebuah gaya

hidup, merupakan faktor penunjang berkembangnya Transnational Organized

Crime (TOC) ini. Dimana gaya hidup barat yang disalurkan melalui media-media

hasil ciptaan teknologi seperti televisi, internet, dan media lainnya, mendorong

orang untuk memperolehnya melalui cara termudah, yakni melakukan kejahatan,

melalui kelompok-kelompok terorganisir tertentu yang mencari keuntungan. Di

lain pihak, ekonomi negara-negara di dunia yang terkait satu sama lain, dengan

mudahnya memberikan keleluasaan bagi para sindikat atau kelompok kejahatan

terorganisir dalam melakukan aksinya.

Definsi TOC menurut Persatuan Bangsa- Bangsa (PBB) yaitu melalui United

Nation Convention Agains Transnational Organized Crime di Palermo tahun

2000 atau lebih dikenal dengan Konvensi Palermo adalah:

“Transnational Organized Crime (TOC) adalah kejahatan lintas negara


yang dilakukan oleh suatu kelompok yang terstruktur yang terdiri dari tiga
orang atau lebih, yang telah ada dalam kurun waktu tertentu dan bertindak
secara tertata dengan tujuan untuk melakukan satu atau lebih kejahatan
serius dalam rangka memperoleh secara langsung, keuntungan financial
atau material lainnya.”37

Berdasarkan Konvensi Palermo, TOC adalah kejahatan yang memenuhi

karakteristik sebagai berikut:38

a. Kejahatan ini terkait lebih dari satu negara

37
Protocol to prevent, Suppress and punish trafficking in Persons, especially Woman and
Children, supplementing the United Nations Convention Against Transnational
Organized Crime, UnitedNations,2000
.http://www.uncjin.org/Documents/Coventions/dcatoc/final_documents_2/
convention_%20traff_eng.pdf diakses pada tanggal 10 Maret 2013
38
Ibid.
b. Kejahatan ini dalam satu negara tapi substansinya menjadi sebagian dari

persiapan, perencanaan, kelangsungan, atau dikontrol dari negara lain.

c. Kejahatan ini terkait dengan satu negara tetapi juga terkait dengan

kelompok-kelompok criminal yang berhubungan dengan aktifitas criminal

yang ada di berbagai negara.

d. Kejahatan ini terkait dengan satu negara tetapi hal ini dapat menjadi efek

untuk seluruh dunia.

Kriteria lain yang menjelaskan penggolongan sebuah tindak kejahatan

Transnasional Organized Crime (TOC) ialah bahwa tindak kejahatan tersebut

selain dilaksanakan oleh sekelompok orang atau grup yang terstruktur dan

terorganisir, kejahatan tersebut juga memberikan dampak yang signifikan

terhadap orang-orang dalam suatu tempat atau daerah tertentu atau dalam suatu

negara secara keseluruhan. Hal inilah yang menjadi alasan untuk kejahatan

transnasional terorganisir menjadi sebuah ancaman bagi sebuah keamanan negara.

Berbagai bentuk kejahatan yang kemudian dikategorikan sebagai

Transnational Organized Crime (TOC) antara lain: Penyelundupan migran

(migrant smuggling), Pencucian uang (money laundering), Perdagangan manusia

(human trafficking), Memproduksi dan memperjualbelikan senjata api secara

ilegal (licit production and trafficking in fire arm), Penipuan melalui kartu kredit

(credit cards fraunds), Kejahatan yang berkenaan dengan perbankan (bank related

crimes), Perdagangan narkotika dan psikotropika serta obat terlarang lainnya

(drug trafficking), dan pelacuran serta pronografi (prostitution and


phornography).39 Walaupun bentuk kejahatan transnasional terorganisir telah ada

sejak lama, berkembangnya fenomena kejahatan transnasional teorganisir ini

menjadi fenomena yang kemudian banyak diperbincangkan. Fenomena

transnational organized crime (TOC) berubah dari sekedar fenomena domestik

belaka hingga menjadi fenomena internasional yang dianggap sebagai sebuah

ancaman.

Pada dasarnya, tidak ada satupun negara yang terbebas dari ancaman

Transnational Organized Crime (TOC). Negara yang sedang berada dalam situasi

transisi politik, dimana kewenangan negara terbatas dan penegakan hukum yang

yang lemah, berpeluang besar menjadi sasaran utama bagi pelaku Transnational

Organized Crime (TOC). Ditambah lagi, pada kenyataannya, negara-negara

seperti ini memiliki jumlah kasus korupsi yang besar, yang dapat dimanfaatkan

secara langsung oleh pelaku kejahatan untuk dapat melanggengkan tindak

kejahatannya di negara tersebut. Namun, tidak menutup kemungkinan bagi

negara-negara kuat, dengan situasi politik yang stabil, mendapatkan ancaman dari

berkembangnya Transnational Organized Crime (TOC). Negara yang bahkan

memiliki kewenangan yang besar sekalipun memiliki celah tertentu untuk

dimasuki oleh para pelaku kejahatan, apabila dalam sistem pemerintahan dan

penegakan hukumnya, tidak ada check and balances antara pemerintah dan

masyarakat umum. Tidak adanya transparansi publik menjadi sebuah titik lemah

bagi sebuah negara adidaya sekalipun bagi ancaman pelaku transnational

organized crime (TOC).

39
Philips Jusario Vermonte, op-cit
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Banyu Perwita, Anak Agung dan Mochamad Yani, Yanyan, Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

Berridge, G.R. & Alan James. A Dictionary of Diplomacy. New York: Palgrave
MacMillan. 2003

Chalke, Steve, Stop The Traffik: People Shouldn’t Be Bought and Sold,
Oxford: Lion Huldson Plc, 2009.

Gerung, Rocky, Hak Asasi Manusia: Teori, Hukum dan Kasus, Jakarta:
Filsafat UI Press. 2006

Hasyi, Muzadi, Kejahatan Terorisme Perspektif Agama, HAM dan Hukum,


Bandung : Rafika Aditama. 2004

Ikbar, Yanuar, Ekonomi Politik Internasional 2, Bandung: Refika Aditama.


2007

International Labour Organization (ILO), A Global Alliance Against Forced


Labour, Global Report Under the Follow Up to the ILO Declaration on
Fundamental Principles and Rights at Work, Geneva, 2005

Istanto, T Sugeng, Hukum Internasional, Jogyakarta: Penerbit Universitas


Atmajaya. 1994

Irianto, Sulistyowati, dkk, Perdagangan Perempuan dalam Jaringan


Pengedaran Narkotika, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2005

Karnis, Margaret P & Karen A. M, International Organizations: the politics


and processesof global governance. London: Lynne Rienner Publsiher Inc.
2004

Kementerian Luar Negeri, Direktorat Sosial Budaya dan Organisasi


Internasional Negara Berkembang dan Direktorat Jenderal Multilateral,
Direktori Organisasi Internasional Non-Pemerintah (OINP) di Indonesia,
Jakarta: Kementerian Luar Negeri. 2011
Kementerian Luar Negeri, Direktorat Pendanaan Luar Negeri Multilateral,
Penatausahaan dan Pengelolaan Hibah Luar Negeri, Jakarta: Bappenas.
2003

Leviza, Jelly, Tanggung Jawab bank Dunia dan IMF sebagai Subjek Hukum
Internasional, Sofimedia: Jakarta. 2009

McLellan, David, Marx Before Marxism, Second Edtion, London: Macmillan


Press.ltd. 1980

May Rudy, Teuku, Hukum Internasional 2, Bandung: PT. Refika Aditama.


2002.

May Rudy, Teuku, Administrasi dan Organisasi Internasional, Bandung: PT.


ERESCO. 1993

Suherman, Ade Maman, Organisasi Internasional dan Integrasi Ekonomi


Regional dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, Jakarta: Penerbit
Ghalia Indonesia. 2003

Suseno, Franz Magnis, Etika Politik: Prinsip-prinsip Moral Dasar


Kenegaraan Modern, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. 1999.

Todaro, Michael P, Ilmu Ekonomi Bagi Negara Sedang Berkembang I, terj.


Akademi Jakarta: Presindo. 1987

Jurnal :

Amiruddin, Mariana, Wilayah Tertinggal, Migrasi dan Perdagangan


Manusia, dalam Jurnal Perempuan 59: Perempuan dan Anak di Wilayah
Tertinggal, Jakarta Selatan: Yayaasan Jurnal Perempuan. 2008

Djelantik, Sukawarsini, Globalisasi, dalam Jurnal Hubungan Internasional:


Migrasi Tenaga Kerja, Kejahatan Lintas Negara dan Perdagangan
Perempuan dan anak-anak, vol. 6. Jakarta: Univeristas Jayabaya Press.
2010

Rahardiyanto, Muhammad, Upaya Indonesia dalam Menangani Perdagangan


Perempuan dari Indonesia ke Malaysia, Jurnal Dinamika HAM, Vol. 8,
No 1, Januari-April. Surabaya: Pusat Studi HAM Universitas Surabaya,
2008

Sagala, R Valentina, Membaca UU PTPPO dalam Perspektif HAM, dalam


Jurnal Perempuan 68: Trafficking dan Kebijakan, Jakarta Selatan: Yayasan
Jurnal Perempuan. 2010.
Vermonte, Philips Jusario, Transnational Organized Crime : Isu dan
Permasalahannya, dalam Analisis CSIS Isu-isu Non Tradisional : Bentuk
Baru Ancaman Keamanan, Jakarta: CSIS. 2003.

Zulbahary, Thaufiek, Menilai Dampak Kebijakan Anti Trafficking di


Indonesia terhadap HAM Kelompok Rentan dan Korban, dalam Jurnal
Perempuan 68: Trafficking dan Kebijakan, Jakarta Selatan: Yayasan Jurnal
Perempuan. 2010.

Laporan :

Global Alliances Against Trafficking in Women, Human Rights In Practise: A


Guide To Assist Trafficked Women and Children, Bangkok: Global
Alliances Against Trafficking in Women, 1999.

ICMC dan ACILS, Ketika Mereka Dijual: Perdagangan Perempuan dan Anak
di 15 Propinsi di Indonesai. Jakarta: ICMC & ACILS. 2006

International Organization for Migration Annual Report 2009.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Laporan


Pertemuan Penyusunan Renstra Gugus Tugas Pencegahan dan
Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang, Jakarta, 2010

Laporan Tahunan Internantional Catholic Migration Commission Indonesia


2008

Laporan Tahunan International Catholic Migration Commission Indonesia


2009

Laporan Tahunan International Catholic Migration Commission Indonesia


2010

Laporan Tahunan International Catholic Migration Commission Indonesia


2011

Laporan Tahunan International Catholic Migration Commission Indonesia


2012

Pusat Studi dan Pengkajian Hak Asasi Manusia UNHAS, Situasi


Perdagangan Orang dan Jeratan Hutang di Kawasan Timur Indonesia,
Makassar: ICMC & PUSHAM UNHAS. 2009.

Dokumen :
Keputusan Presiden Nomor 88 tahun 2002, tentang Rencana Aksi Nasional
Penghapusan Perempuan dan Anak

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2008 Tentang


Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah
dalam Penanggulangan Bencana

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,


Lembaran Negara RI Tahun 1999 No. 165, Tambahan Lembaran Negara
RI No. 3886.

UN Protocol to Prevent, Supress and Punish Trafficking in Persons Especially


Women and Children Suplementing the United Nation Convention Against
Transnational Organized Crime (2000), Art. 3a

Surat Kabar :

Seputar Indonesia, Rabu, 19 Januari 2011, Sulsel Peringkat Pertama


Trafficking

Website:

“Governing Committee” diakses melalui


http://www.icmc.net/governing/committee.html pada tanggal 30 Mei 2013

“History” diakses melalui http://www.icmc.net/history.html pada 30 tanggal


Mei 2013

“Lokakarya Renstra Pembentukan Gugus Tugas PPTPPO Kota Makassar”


diakses melalui http://www.menkokesra.go.id/content/lokakarya-renstra-
pembentukan-gugus-tugas-pptppo-kota-makassar.html pada 1 juli 2013

“Members” diakses melalui http://www.icmc.net/members.html pada 30 Mei


2013

“Pare-Pare Berencana Terbitkan Perda “Trafficking” diakses melalui


http://www.antaranews.com/Parepare/berencana/terbitkan/perda/traffickin
g.html pada tanggal 20 Juni 2013
“Profil Provinsi Sulawesi Selatan” diakses melalui
http://www.sulsel.go.id/profil-provinsi-sulawesi-selatan.html pada tanggal
27 April 2013

“Protocol to prevent, Suppress and punish trafficking in Persons, especially


Woman and Children, supplementing the United Nations Convention
Against Transnational Organized Crime, United Nations,2000” diakses
melaluihttp://www.uncjin.org/Documents/Coventions/dcatoc/final_docum
ents_2/ convention_%20traff_eng.pdf pada tanggal 10 Maret 2013

“Soal Derita TKI Toraja di Malaysia Kaum Gerejawi Tak Tinggal Diam 1”
diakses melalui http://kabar-toraja.com/news/970-soal-derita-tki-toraja-di-
malaysia-kaum-gerejawi-tak-tinggal-diam-1.html pada 1 Juli 2013

“Sulsel Pintu Migrasi ke Malaysia” diakses melalui


http://www/antarasulsel.com/print/4972/sulsel-pintu-migrasi-ke
malaysia.html pada 1 Juli 2013

Wawancara:

M. Agus Bustami, Kepala Badan Pelayanan, Penempatan dan Perlindungan


Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Makassar, wawancara pada tanggal 10
Juni 2013

M. Ghufran Kodi, Sekretaris Lembaga Perlindungan Anak Sulawesi Selatan,


wawancara pada tanggal 1 Mei 2013

Suarni, D.C, Project Manager Trafficking ICMC, wawancara pada tanggal 4 Juli
2013
IIALAMAN PENGESAHAN

JUDI]L PERA}IAN INTERNATIONAL NO}T GOVERNMENT

}RGANTZAruON (tr\rc0) TERr,{ABAP PEN1NCGULANGAN

KASUS PERDAGA}IGAN WANMA DAl{ A}{AI( DI SIILAWESI

SELATAJiT (STUDx KASUS : INTEKNAffiONAL CAITIAIIC

NAMA
NIM
JIJRUSAN

FAK{JLTAS

Agustus 2013

njin S ikAsy'*ri, M.Si Ashry Sallatu, S.IP, M.Si


4 199103 I 002 NIP. 19790622200801 1 00q

NIP. 196302t7 199202 r 00r


IIALAMAN PENERIMAAN TIM EYALUASI

J{'DUL PERANAN INTERNATIONAL NTOff GOYERNMEI,{T

(rNGO) TERTXAnAF pENANGGT]LANGAN


^RGAMZATTAN
KASUS PERDAGANGA}I WANfTA DAN ANAK DI SULAWESI

SELATAI.I (STIJDX KASUS : INTERNATIANAL CATTTAITC

MIGMTION

NAMA
NIM
JT]RUSAN

FAKULTAS

Sosial dan llmu Politik


gura manperoleh
gelar sarjana pada hari Jum'a{ 2 Agustus
2Ala

Ketua : Iks. Muqiin SyafikAs!.'ari" M.Si

Sekretaris : Muh" Ashry Sdlatu, S.IP, M.Si

Anggota : l- Xh. MuharmdNasirBadu

2. Drs. Aspiannor Masrie

3. Bwhanuddin, S.IP, M.Si

Anda mungkin juga menyukai