Referat OA Hip
Referat OA Hip
Pembimbing :
Penyusun :
Surabaya
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
judul “Osteoartritis Hip Joint” dengan lancar. Referat ini disusun sebagai
Bagian Ilmu Bedah RSAL dr. Ramelan Surabaya. Penulis berharap referat
membantu dalam penyusunan referat ini, yaitu dr. Adi Suriyanto, Sp.OT
40 J, 40 K, 40 L, dan 40 M.
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
2.1.1 Ligamen.......................................................................................5
3.1 Definisi................................................................................................9
3.5 Patogenesis......................................................................................14
3.11 Komplikasi......................................................................................29
BAB IV KESIMPULAN................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN
tulang, arthro yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi meskipun
serta matriks ekstraseluler, kondrosit dan tulang subkondral pada usia tua.
orang yang memiliki usia lebih dari 50 tahun. Hal ini adalah karena terjadi
perubahan yang berkait dengan usia pada kolagen dan proteoglikan yang
disbanding pria karena pinggul wanita lebih luas dan lebih memberikan
1
tekanan jangka panjang pada lutut mereka. Selain itu, faktor sosial seperti
Hal ini adalah karena terjadinya cedera dan meningkatkan tekanan pada
osteoarthritis.
2
pagi hari yang timbul setelah imobilitas, pembesaran sendi, dan
melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena.
Pada derajat yang lebih berat nyeri dapat dirasakan terus menerus
3
BAB II
maupun tidak dapat bergerak satu sama lain. Secara anatomik, sendi
4
tulang-tulang yang bersendi tersebut terdapat rongga yang disebut kavum
artikulare. Diartrosis disebut juga sendi sinovial. Sendi ini tersusun atas
(ligamentum).
Hip joint merupakan sendi yang arah gerakannya sangat luas atau
yang biasa disebut dengan Ball and Socked joint. Hip joint juga bagian
dalam setiap aktivitas terutama dalam berjalan. Hip joint ini terbentuk atas
1. Acetabulum
2. Os Femur
5
B. Collum Femur
suatu kurva pada aksis corpus kurva. Pada saat usia dewasa,
6
2.1.1. Ligamen
caput femur. Ada lima ligament terkuat pada hip joint, antara lain :
Ligament ini diliputi oleh membran sinovial yang terbentang dari fosa
7
selain itu ligament ini mengandung arteria yang menuju caput femoris
femoris.
sendinya sangat luas kesegala arah, adapun gerakan yang terjadi pada
8
1. Fleksi
a. Iliacus :
b. Psoas mayor :
L1-L5.
Sartorius :
notch
2. Ekstensi
a. Gluteus Maksimus
Semitendinosus :
9
Semimembrannosus
b. Biceps Femoris :
3. Abduksi
a. Gluteus medius
gluteal lines
b. Gluteal Minimus :
lines
ofiliac crest
4. Adduksi
a. Adductor Magnus
10
Insertio : a line fro great trochanter to linea aspera femur,linea
b. Adductor longus
c. Adductor brevis
linea aspera
d. Pectineus
e. Gracilis
5. Medial rotasi
b. Gluteaus minimus
c. Gluteus medius
6. Lateral rotasi
a. Piriformis
b. Gemellus superior
11
Origo : iscial tuberositas
c. Obturator internus :
d. Obturator Eksternus :
membran
e. Quadrratus femoris
BAB III
3.1 Definisi
rawan sendi yang disebut osteofit, diikuti dengan fibrosis pada kapsul
sendi.7
12
3.2 Epidemiologi
prevalensi yang cukup tinggi. Diperkirakan 1-2 juta orang lanjut usia di
tampak secara radiologis mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada
Umur
Berat badan
13
besar. Beban yang diterima oleh sendi akan memberikan tekanan
Jenis kelamin
Genetik
menyebabkan osteoartritis.
14
tertentu. Selain itu, terjadi juga pada sendi dimana tulang telah
terhadap osteoartritis.
Kelemahan otot
Gejala lebih sering timbul setelah kontak dengan cuaca dingin atau
lembab.
Ras lebih sering pada orang Asia khususnya Cina, Eropa dan
Nutrisi
Diet
15
Salah satu tipe OA yang bersifat umum di Siberia yang disebut
3.4 Klasifikasi7
1. Osteoartritis primer
2. Osteoartritis sekunder
Trauma / instabilitas
16
Adanya kelainan genetik dan kelainan perkembangan tubuh
oleh inflamasi.
Osteonekrosis
17
Berdasarkan etiologi, OA dapat terjadi secara primer
18
b. Klasifikasi Osteoartritis berdasarkan lokasi sendi yang terkena
3.5 Patogenesis2
Sendi terdiri dari rawan sendi, cairan sendi dan sinovial (selaput
(tipe I, II, III, V dan XI), berbagai proteoglikan dan air serta komponen
sendi adalah protein gula (glycoprotein) yang terdiri dari ikatan N linked
19
Pada usia muda pembentukan kondroitin sulfat lebih banyak
sulfat) dan asam hialuronan akan menyebabkan sendi menjadi elastis dan
tahan dalam menahan tekanan beban tubuh. Disamping rawan sendi, juga
rawan sendi kurang kuat atau elastis dalam menghadapi berbagai tekanan
(bekerja dengan beban, trauma, naik turun tangga) maka struktur rawan
sendi yang elastis dan kuat tersebut berubah. Terjadi micro injury rawan
prostaglandin, sitokin (IL-1beta) radikal bebas nitrite oxide (NO) dan enzim
20
Sebaliknya repair rawan sendi dapat dilakukan oleh hormon
dan gangguan fungsi sendi. Fase lanjut akan terjadi kompensasi dengan
Tulang dibawah rawan sendi menjadi hipertrofi dan keras (osteofit), tulang
yang keras ini malah akan menyebabkan elastisitas rawan sendi lebih
• Gejala10
Pada tahap lanjut, pasien merasa nyeri saat tidur pada malam
21
2. Kekakuan, sering terjadi, karaketeristiknya terjadi setelah
progresif.
tugas sehari-hari
• Tanda 9,10
biasanya tidak banyak (< 100 cc). Sebab lain ialah karena
22
tertentu. Gejala ini mungkin timbul karena gesekan kedua
dimanipulasi.
3.7 Diagnosa11
sebagai berikut:
23
3.8. Pemeriksaan Penunjang
Keterangan:
24
Berdasarkan gambaran radiografi tersebut, Kellgren dan Lawrence
1. Grade 0 : normal
25
Tabel 3.2 Grading menurut kriteria Kellgren-Lawrence
3.8 Penatalaksanaan
1. Meredakan nyeri
kualitas hidup
A. Nonfarmakologis
c. Modifikasi aktivitas
berupa:4
a. Terapi panas
jaringan yang lebih dalam yang sampai ke otot, tulang, dan sendi. Pada
26
kasus OA digunakan SWD (short wave diathermi) dan USD (ultra sound
b. Terapi listrik
rangsang nyeri.
d. Ortotik Prostetik
. Farmakologis
27
menyebabkan iritasi gastrointestinal dan pada beberapa pasien
4. Injeksi intraartikular
merugikan baik yang bersifat lokal maupun sistemik. Pada dasarnya ada 2
perjalanan penyakit. 11
kuat artritis infektif (pus, keruh atau leukosit > 30.000/mm3). Frekuensi
salah satu manfaat obat ini adalah dapat memperbaiki viskositas cairan
28
sinovial. Asam hialuronat ternyata memegang penting dalam
proteoglikan.
Operatif
1. INTERMEDIATE
dilakukan terutama pada pasien muda yang belum siap untuk dilakukan
2. LATE
29
Gambar 3.4 Hip Joint Replacement
untuk OA pada pasien dengan gejala yang tidak dapat ditolerir, tanda
OA pinggul dan lutut pada usia pertengahan dan pasien yang lebih tua,
30
Sendi buatan dapat membantu:
Arthrodesis
sendi yang tidak dapat dikelola oleh obat nyeri, splints atau perawatan
sendi dan artritis. Hal ini paling sering dilakukan pada sendi di tulang
belakang, tangan, pergelangan kaki, dan kaki. Secara historis, lutut dan
sakit, namun dengan sukses besar yang dicapai pada pinggul dan lutut
3.9 Prognosis
31
penggantian sendi (joint replacement) memiliki prognosis yang baik.
sendi. Pasien muda dan pasien yang lebih aktif perlu lebih sering direvisi
3.10 Komplikasi
proses penyakit itu sendiri. Seperti adanya spur (osteofit) sehingga terjadi
kelamaan dapat menusuk pada metafisis dari tulang tibia dan tulang femur
32
BAB IV
KESIMPULAN
33
pemahaman mengenai dasar terapi diperlukan untuk menjamin keberhasilan
terapi osteoartritis.
DAFTAR PUSTAKA
3. http://rsop.co.id/
http://www.fisioterapiku.com/2013/03/fraktur-collum-femur-dengan-
austin.html
https://www.wikipedia.org/
34
8. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi 3. Jakarta:
Yasif Watampone, 2007.
35