Anda di halaman 1dari 48

WRAP UP SKENARIO 4

BLOK SARAF DAN PERILAKU


BISIKAN GAIB

KELOMPOK A-04

Ketua : Hasna Salsabila 1102017103


Sekretaris : Causa Alina 1102016045
Anggota : Desti Dhea Izzani 1102015055
Dhea Putri Ardita 1102016052
Hana Nabila Felanita 1102016076
Fadlah Nisrina Selandiawati 1102017081
Fatimah Nanda Qasih Haerina 1102017087
Faujia M Gorotomole 1102017088
Firyal Iftinanda 1102017095
Helmi Fahmi Fauzi 1102017104

Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI
2019
DAFTAR ISI
Skenario....................................................................................................................3
Kata Sulit..................................................................................................................4
Pertanyaan................................................................................................................4
Jawaban....................................................................................................................4
Hipotesis...................................................................................................................5
Sasaran Belajar.........................................................................................................6
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Sistem Limbik
LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Sistem Limbik
LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Sistem Limbik
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Gangguan Psikotik
LO 2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Gangguan Psikotik
LO 2.2 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Gangguan Psikotik
LO 2.3 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Gangguan Psikotik
LO 2.4 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Gangguan Psikotik
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Skizofrenia
LO 3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Skizofrenia
LO 3.2 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Skizofrenia
LO 3.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Skizofrenia
LO 3.4 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Skizofrenia
LO 3.5 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Skizofrenia
LO 3.6 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Skizofrenia
LO 3.7 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding
Skizofrenia
LO 3.8 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Skizofrenia
LO 3.9 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Skizofrenia
LO 3.10 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Skizofrenia
LO 3.11 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Skizofrenia
LO 4 Memahami dan Menjelaskan Ibadah Mahdhoh Pada Pasien Psikotik
Daftar Pustaka....................................................................................................

2
SKENARIO 3

BISIKAN GAIB

Laki-laki 25 tahun, dibawa ke IGD RSIJ karena memukul ibunya dan


memecahkan kaca jendela. Alasannya ada bisikan-bisikan gaib didekat telinganya
yang memerintahkannya melakukan tindakan tersebut. Sudah dua pekan ini pasien
mengalami insomnia dan menarik diri, kadang bicara sendiri yang apabila ditegur
marah (iritabel). Pasien pernah mengalami gejala seperti ini satu tahun yang lalu,
setelah dirawat di RSIJ seminggu pasien diperbolehkan pulang, tapi tak mau
berobat jalan dan jadi pemalas. Pada pemeriksaan psikiatrik; kesadaran compos
mentis, kontak psikik tidak wajar, sikap kurang kooperatif, afek tumpul tidak
serasi, fungsi kognitif seperti atensi, konsentrasi, orientasi dan memori tidak
terganggu, terdapat waham kejar dan halusinasi audiotorik. Pada pemeriksaan
penunjang ditemukan peninggian metabolit dopamine pada urine. Dokter
menduga pasien menderita Gangguan Skizofrenia sebagai bentuk gangguan
psikotik yang disertai proses kemunduran (deteriorasi). Akhirnya dokter
memberikan injeksi psikotropika yang akan dilanjutkan dengan program
psikoterapi, sosioterapi dan rehabilitasi. Dokter menanyakan apakah sebagai
muslim pasien masih bias melakukan ibadah mahdhoh.

3
KATA SULIT

1. Waham kejar : Keyakinan bahwa ada sekelompok orang tertentu


yang akan mengancam jiwa.
2. Gangguan skizofrenia : Sekelompok gangguan yang ditandai dengan
gangguan bentuk dan isi pikiran, mood, kesadaran akan diri sendiri,
hubungan dengan dunia luar, dan perilaku.
3. Atensi : Pemusatan perhatian.
4. Kontak psikis : Kesanggupan seseorang untuk mengadakan
hubungan mental atau emosional.
5. Afek tumpul : Berkurangnya perasaan penderita yang dapat
dilihat orang lain.
6. Halusinasi audiotorik : Mendengar suara-suara yang tidak nyata.
7. Gangguan psikotik : Gangguan mental yang ditandai dengan halusinasi,
ilusi, dan delusi.
8. Kognitif : Potensi intelektual yang terdiri dari tahu, paham,
menerapkan, menganalisa, mensintesa, dan mengevaluasi.
PERTANYAAN
1. Mengapa terdapat peningkatan dopamine di urine?
2. Apa maksud gangguan psikotik yang disertai kemunduran?
3. Mengapa dokter akhirnya memberikan injeksi psikotropika dan apa saja
kandungannya?
4. Mengapa pasien skizofrenia mengalami ketidakseimbangan emosi?
5. Apa penyebab dari gangguan skizofrenia?
6. Apa saja ciri-ciri skizofrenia?
7. Mengapa pasien skizofrenia mengalami waham kejar dan halusinasi
audiotorik?
8. Dapatkah gangguan skizofrenia diturunkan?
9. Apa saja pemeriksaan psikiatri?
10. Apa yang menyebabkan pasien mengalami insomnia?
11. Apakah pasien skizofrenia bias sembuh total?
12. Apa hukum kewajiban beribadah pada pasien gangguan psikotik?
13. Apakah ada hubungan sikap tidak mau berobat dan jadi pemalas dengan
kondisi pasien saat ini?
14. Mengapa dokter mangajurkan dengan program psikoterapi, sosioterapi,
dan rehabilitasi?
15. Bagaimana pasien tersebut melakukan ibadah mahdhoh?
JAWABAN
1. Karena diekskresikan lewat urine.
2. Gangguan psikotik yang semakin parah.
3. Supaya tenang, kandungannya yaitu amitriptilin, diazepam,
fenobarbital, haloperidol.
4. Karena terdapat gangguan pada system limbik.

4
5. Genetik, perubahan fungsi dan struktur otak, dan perubahan kimiawi
yaitu penurunan serotonin dan peningkatan dopamine.

6. Delusi, halusinasi, afek datar, menarik diri, waham.


7. Waham kejar : peningkatan dopamine di pusat logika.
Halusinasi audiotorik : peningkatan dopamine di sistem audiotorik.
8. Ya, karena keluarga dengan skizofrenia 10% lebih beresiko mengalami
hal yang sama.
9. Anamnesis atau aloanamnesis untuk melihat fungsi kognitif, ada atau
tidaknya waham dan halusinasi, serta menilai afek.
10. Karena waham kejar dan waham audiotorik yang terus mengganggu
kualitas tidur.
11. Belum bias sembuh total, karena adanya kemunduran dan perubahan
struktur serta fungsi pada otak.
12. Tergantung tingkat keparahan, apabila masih bias diajak komunikasi
maka hukumnya wajib. Apabila sudah kehilangan akal dan fungsi
kognitifnya jelek maka tidak diwajibkan.
13. Karena putus obat, terjadi kekambuhan menyebabkan dopamine
meningkat.
14. Psikoterapi : untuk menghilangkan halusinasi dan waham.
Sosioterapi : karena ada gangguan sikap menarik diri dan
memukul orangtua.
Rehabilitasi : untuk mengontrol emosi diri.
15. Karena pasien masih bias diajak komunikasi maka menjalankan ibadah
mahdhohnya seperti biasa

HIPOTESIS
Skizofrenia dapat disebabkan oleh genetik, perubahan fungsi dan struktur
otak, dan perubahan kimiawi. Skizofrenia terjadi karena gangguan pada system
limbik yang menyebabkan peningkatan dopamine yang apabila jumlahnya banyak
pada system audiotorik dapat menyebabkan waham audiotorik, dan apabila
jumlahnya banyak pada pusat logika dapat menyebabkan waham kejar. Untuk
memastikan diagnosis dilakukan pemeriksaan anamnesis atau aloanamnesis.
Terapi yang dapat diberikan yaitu amitriptilin, diazepam, fenobarbital, haloperidol
serta bantuan psikoterapi, sosioterapi, dan rehabilitasi. Dalam pandangan islam
seseorang yang mengalami gangguan psikotik apabila masih dapat diajak
komunikasi maka menjalankan ibadah mahdhohnya seperti biasa.

5
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Sistem Limbik

LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Sistem Limbik

SISTEM LIMBIK (LIMBIC SYSTEM)

Pengertian : Yang termasuk ke dalam system limbic ialah semua bangunan


berikut:

 Lobus limbic (Broca)


 Formatio hippocampi
 Nucleus amygdaloideus
 Hypothalamus
 Nucleus anterior thalami
 Nucleus medio dorsalis thalami
 Area septi
Beserta penghubungnya:
 Alveus
 Fimbra
 Fornix
 Tractus mammilothalamicus
 Stria terminalis
 Stria medullaris
Dari bangunan-bangunan tersebut terlihat bahwa sistem limbik melibatkan:
 Tal-encephalon
 Di-encephalon

LOBUS LIMBIK (BROCA)

Pengertian: Lobus limbik merupakan bangunan berbentuk huruf C pada dataran


medial haemispherum yang melingkari corpus callosum dan mempunyai kesatuan
fungsi yang meliputi:

6
 Gyrus subcallosum s. Subiculum: Terltak di depan lamina terminalis dan
rostrum corpus collosum, jalan melingkari corppus callosum sampai
splenium corporis calloni.
 Gyrus cinguli: Terletak tepat di atas corpus callosum.
 Gyrus parahippocampi: Terletak antara fissura hippocampi dan sulcus
collateralis kedepan dia lanjut menjadi uncus.

FORMATIO HIPPOCAMPI

Pengertian: Merupakan bangunan yang mempunyai satu kesatuan fungsi yang


meliputi:

1. HIPOCAMPUS (cornu Ammonis)


Merupakan substansia grisea yang melengkung ke atas sepanjang dasar cornu
inferior ventriculus lateralis.
Ujung depannya melebar membentuk : PES HIPPOCAMPI.
Pada penampang frontal, hippocampus berbentuk seperti HURUF C.
Permukaan dalam ventrikulus yang melengkung dilapisi oleh EPENDYM.
Dibawahnya terdapat selapis tipis substantia alba disebut sebagai : ALVEUS
yang terdiri dari serabut saraf yang berasal dari hippocampus yang kemudian
melengkung ke medial membentuk FIMBRIA. Fimbria sendiri meninggalkan
ujung belakang hippocampus sebagai crus fornix. Crus fornix dari setiap sisi
membelok ke belakang dan atas di bawah splenium corpus callosi dan
mengelilingi dataran belakang thalamus. Kedua crus fornix tersebut kemudian
menyatu membentuk Corpus Fornix yang terletak sangat dekat dengan dataran
bawah corpus callosum.
Pada waktu kedua crura saling mendekat, dia dihubungkan dengan serabut
saraf yang jalan melintang: Commissura fornices yang akan saling bersilangan
kiri dengan yang kanan dan akhirnya bergambung dengan hippocampus pada
sisi yang sama.
Fungsi hippocampus: berperan dalam proses belajar dan ingatan sekarang

2. GYRUS DENTATUS
Pengertian : Merupakan seberkas substantia grissea yang terletak antara
Fimbria
Hippocampi dan Gyrus Hippocampi.
Struktur : Kebelakang Gyrus dentatus berjalan mendampingi fimbria
sampai kedekat Splenium Corporis callosi dimana dia lanjut
menjadi: Induseum griseum. Induseum griseum sendiri
merupakan seberkas tipis substantia grissea yang menutupi
dataran atas corpus callosum.
Pada dataran atas Induseum griseum terdapat dua berkas serabut
saraf: Stria longitudinalis mediale dan stria longitudinalis laterale.
Kedua stria ini Merupakan sisa ( substantia alba ): Induseum
grisea vestigii

7
Gyrus dentatus dan hippocampus sama - sama berbentuk huruf C
dan kedua huruf Tersebut saling mengunci satu dengan lainnya.

3. SUBICULUM s.GYRUS SUBCALLOSUM


Merupakan bangunan yang terletak antara hypocampus dengan gyrus
parahippocampus. Keseluruhan formatio hippocampi mempunyai panjang
5 cm mulai dari depan ( pada amygdala ) kebelakang mencapai spelenium
corporis callosi.

NUCLEUS AMYGDALOIDEUS ( amigdala )

Bentuk : Seperti buah almond


Merupakan massa nuclei yang terletak pada lobus temporalis di daerah
transisi dengan dataran postero inferor lobus frontalis. Menerima aferen
dari:
- Lobus olfactorius anterior
- Cortex piriformis, temporalis, pre frontalis
- Hypothalamus
- Nucleus medio dorsalis thalami
- Tegmentum
Mengirim eferen ke:
- Area preopticum mediale
- Nucleus area septi
- Hypothalamus
- Nucleus amygdaloideus sisi lain
- Nucleus medio doralis thalami
- Cortex prefrontalis
- Tegmentum
Letak : Sebagian didepan dan sebagian lagi daatas puncak cornu inferior
ventriculus lateralis.
Dia berhubungan dengan ujung ekor nucleus caudatus yang berjalan
kedepan pada atap inferior ventriculus lateralis.
Stria terminalis muncul dari daratan belakangnya.
Fungsi amigdala:
1. kalau dipacu, terjadi perubahan suasana hati ( mood )
2. kalau dirusak, terjadi sikap agresif
3. melalui hypothalamus, dia mempercepat aktifitas endokrin, sex dan
reproduksi

AREA SEPTI :
- merupakan bagian dari nuclei tel – encephalon
- dibentuk oleh : - cortex area septi
- gyrus para terminalis
- gyrus ( area ) subcallosum
- Letak : antara septum pellucidum dengan comminssura anterior

8
- Hubungan timbale balik dengan formatio hippocampi via formix
- Hubungan timbale balik dengan hypothalamus
- berhubungan dengan habenula melalui stria medallarais thalami
HYPOTHALAMUS
Pengertian: merupakan bagian paling depan dari di-encephalon  satu-satunya
bagian di-encephalon yang tidak ditutupi oleh hemisphaerum cerebri  dapat
dilihat langsung pada dataran bawah otak

Letak: mulai dari chiasma optici kebelakang mencapai lamina terminale dan
commissura anterior daerah yang ditempati hypothalamus sering juga disebut
sebagai: area pre-opticum

Bangunan pembentuk hypothalamus:


a) chiasma opticum
b) tuber cinereum
c) infundibulum
d) corpus mammilare
Struktur: nucleinya dibedakan: kel. Medial dan kel. Lateralpembatas: fornix
dan tractus mammilothalamicus
Berhubungan erat dgn HYPOPHYSIS AXIS HYPOTHALAMUS-HYPOPHYSIS

THALAMUS
Pembentuk utama di-encephalon  subs.grissea
T.d beberapa kelompok nuclei:
1) Kel. Nuclei anterior thalami
2) Kel. Nuclei intermedia thalami (nuclei of midline)
3) Kel. Nuclei medialis thalami
4) Kel. Nuclei lateralis thalami
5) Kel. Nuclei posterior thalami
Masing-masing kelompok biasanya dibagi lagi atas beberapa sub-kelompok nuclei
Hubungan : menerima sensasi sensorik dari seluruh tubuh, kecuali :
N.OLFACTORIUS (penciuman)
Secara mandiri thalamus berfungsi:

• Menerima segala sensasi sensorik kecuali penciuman
• Karena hubungannya yang luas dgn cortex lobus frontalis dan
hypothalamus, maka diduga dia juga berfungsi sebagai pusat perasaan
subjektif dan kepribadian seseorang

SERABUT PENGHUBUNG LOBUS LIMBIK :


1. Alveus ( sudah diterangkan )
2. Fimbria ( sudah diterangkan )
3. Fornix ( sudah diterangkan )
4. Tractus mammillothalamicus ( sudah diterangkan )
5. Stria terminalis ( sudah diterangkan )

9
6. Stria medullaris ( sudah diterangkan )
7. Commissura anterior ( sudah diterangkan )

FUNGSI SISTEM LIMBIK

1. Berkaitan erat dengan keadaan emosi dan perilaku, terutama: reaksi


takut, marah dan libido
2. khusus hippocampus mempunyai fungsi:
 Pembelajaran
 Ingatan sekarang ( hal – hal baru )
3. Berkaitan erat dengan fungsi penciuman, walau tak cukup bukti
4. Berkaitan erat dengan respons homeostatik terhadap perubahan
lingkungan
5. Berkaitan erat dengan perubahan emosi sehingga melibatkan
aktivitas lokomotorik, saraf otonom dan kelenjar endokrin
6. Berkaitan erat dengan:
- Perasaan
- Makan
- Berkelahi
- Melarikan diri
- Mencari pasangan

LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Sistem Limbik

Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak


ibarat kerah baju.limbik secara harfiah diartikan sebagai perbatasan. Sistem limbik
itu sendiri diartikan keseluruhan lintasan neuronal yang mengatur tingkah laku
emosional dan dorongan motivasional. Bagian utama sistem limbik adalah
hipothalamus dan struktur-strukturnya yang berkaitan. Bagian otak ini sama
dengan yang dimiliki hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak
mamalia.
Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala,
hipocampus dan korteks limbik. Sistem limbik berfungsi mengendalikan emosi,
mengendalikan hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar,
seksualitas, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang.
Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh
indera. Dialah yang lazim disebut sebagai otak emosi. Carl Gustav Jung 
menyebutnya sebagai Alam Bawah Sadar atau ketaksadaran kolektif, yang
diwujudkan dalam perilaku baik seperti menolong orang, dan perilaku tulus
lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem limbik ini sebagai tempat duduk bagi
semua nafsu manusia, tempat bermuaranya cinta, respek dan kejujuran.
Sistem Limbik yang terdiri dari Amigdala, Thalamus dan Hipothalamus
ini berperanan  sangat penting dan berhubungan langsung dengan sistem otonom
maupun bagian otak penting lainnya.  Karena  hubungan langsung sistem Limbik 
dengan sistem otonom, jadinya bila ada stimulus emosi negatif yang langsung

10
masuk dan diterima oleh sistem Limbik dapat menyebabkan berbagai gangguan
seperti : gangguan jantung  , hipertensi maupun gangguan saluran cerna. Tidak
heran saat seseorang marah , maka jantung akan berdetak lebih cepat dan lebih
keras  dan  tekanan darah dapat meninggi.
Stimulus emosi dari luar ini dapat langsung potong jalur masuk ke sistem
Limbik tanpa dikontrol oleh bagian otak yang mengatur fungsi intelektual yang
mampu melihat stimulus tadi secara lebih obyektif dan rasional. Hal ini
menjelaskan kenapa seseorang yang sedang mengalami emosi kadang perilakunya
tidak rasional.  Permasalahan lain adalah pada beberapa keadaan seringkali emosi
negatif seperti cemas dan depresi timbul secara perlahan tanpa disadari dan
individu tersebut baru menyadari saat setelah timbul gejala fisik , seperti misalnya
hipertensi.

Peran dopamine
Fungsi Dopamin sebagai neururotransmiter kerja cepat disekresikan oleh
neuron-neuron yang berasal dari substansia nigra, neuron-neuron ini terutama
berakhir pada regio striata ganglia basalis. Pengaruh dopamin biasanya sebagai
inhibisi. Dopamin bersifat inhibisi pada beberapa area tapi juga eksitasi pada
beberapa area. Sistem norepinefrin yang bersifat eksitasi menyebar ke setiap area
otak, sementara serotonin dan dopamin terutama ke regio ganglia basalis dan
sistem serotonin ke struktur garis tengah (midline).
Dopamin telah diduga kemungkinan penyebab skizofrenia secara tidak
langsung karena banyak pasien parkison yang mengalami gejala skizofrenia ketika
diobati dengan obat yang disebut L-DOPA. Obat ini melepaskan dopamin dalam
otak, yang sangat bermanfaat dalam mengobati parkinson, tetapi dalam waktu
bersaman obat ini menekan berbagai bagian lobus prefrontalis dan area yang
berkaitan dengan lainnya. Telah diduga bahwa pada skizofrenia terjadi kelebihan
dopamin yang disekresikan oleh sekelompok neuron yang mensekresikan
dopamin yang badan selnya terletak tegmentum ventral dari mesensefalon,
disebelah medial dan anterior dari sistem limbik, khususnya hipokampus,
amigdala, nukleus kaudatus anterior dan sebagian lobus frefrontalis ini semua
pusat- pusat pengatur tingkah laku yang sangat kuat.
Suatu alasan yang sangat kuat. Suatu alasan yang lebih meyakinkan
untuk mempercayai skizofrenia mungkin disebabkan produksi dopamin yang
berlebihan ialah bahwa obat-obat yang bersifat efektif mengobati skizofrenia
seperti klorpromazin, haloperidol, dan tiotiksen semuanya menurunkan sekresi
dopamin pada ujung-ujung syaraf dopaminergik atau menurunkan efek dopamin
pada neuron yang selanjutnya.

Fisiologi neurotransmiter dopamin


Dopamin merupakan kelompok neurotransmiter katekholamin. Jumlah
total neuron dopaminergik di otak manusia, tidak termasuk di retina dan bulbus
olfaktorius diperkirakan berjumlah antara 300.000 sampai dengan 400.000.
Nukleus dopaminergik yang utama dijumpai pada substansia nigra pars
compacta, daerah tegmental sentral, dan nukleus arcuatus

11
Dari substansia nigra dan daerah tegmental sentral neuron tersebut akan
berproyeksi ke daerah mesolimbik, mesokortikal, dan daerah striatum. Dopamin
disintesis dari tyrosine dibagian terminal presinaps untuk kemudian dilepaskan ke
celah sinaps.

Langkah pertama sintesis dopamin adalah proses uptake asam amino L-


tyrosine dari aliran darah. Tyrosine akan dikonversi menjadi 3-4-
dihidroxyphenylalanine (L-DOPA) oleh enzim tyrosine hydroxylase, dan
kemudian L-DOPA dikonversi menjadi dopamin oleh enzim dopa decarboxylase.
Dopamin disimpan dalam granula-granula di ujung presinaptik saraf, dan akan
dilepaskan apabila ada rangsangan. Dopamin yang dilepaskan ke celah sinaps
dapat mengalami satu atau lebih keadaan berikut:
- mengalami pemecahan oleh enzim COMT/ Catechol-O-Methyl-
Transferase atau enzim MAO/ Monoamine Oxidase
- mengalami difusi dari celah sinaps
- mengaktivasi reseptor pre sinaptik
- mengaktivasi reseptor post sinaptik, dan
- mengalami ambilan kembali (reuptake) ke terminal pre sinaptik.

Reseptor dopamin memiliki 2 sub tipe utama yaitu reseptor seperti D1


(D1dan D5) dan reseptor seperti D2 (D2, D3, dan D4) . Variasi tipe reseptor
ditentukan oleh urutan asam amino DNA. Reseptor D2 memiliki 2 bentuk isoform
yaitu D2 short dan D2long.
Tabel 1 menunjukkan reseptor dopamin, lokasi, agonis, dan antagonisnya.
Perangsangan reseptor D2 post sinaps akan merangsang proses interseluler.
Secara fungsional tidak ada perbedaan antara kedua bentuk reseptor D2yang
isoform tersebut. Pemahaman akan fungsi masing-masing reseptor akan berguna
dalam aplikasi klinik terapi. Reseptor dopaminergik D2 dapat berperan sebagai
autoreseptor. Reseptor dopaminergik D2 terletak di pre sinaps maupun post
sinaps. Dopamin yang dilepaskan dari terminal saraf dapat mengaktivasi reseptor
D2 pada terminal presinaptik yang sama, dan akan mengurangi sintesis atau
pelepasan dopamin yang terlalu berlebihan, sehingga reseptor D2 akan berperan
sebagai mekanisme umpan balik (feedback) negatif yang dapat memodulasi atau
menghentikan pelepasan dopamin pada sinaps tertentu.
Pada otak manusia terdapat 3 nukleus dopaminergik yang utama yaitu:
(1) substansia nigra pars compacta yang berproyeksi ke striatum, (2) area
tegmental ventral yang berproyeksi ke nukleus accumbens dan korteks serebri,
dan (3) nukleus arcuatus hipotalamus yang berproyeksi ke area tuberoinfundibular
dan hipofisis.

Tabel 1. Reseptor Dopamin dan obat-obat yang berperan

Reseptor Agonis Antagonis Lokasi


D1 - Haloperidol Neostriatum, korteks serebri,
tuberkel olfaktorius, n.
accumbens

12
D2 Bromocriptine Haloperidol, Neostriatum, tuberkel
Raclopride, olfaktorius, n. accumbens
Sulpride
D3 - Quinpirole Accumbens
Raclopride Nucleus
D4 Clozapine Amygdala
D5 - - Hipokampus dan Hipotalamus

Hubungan antara dopamin dan perilaku


Dopamin bekerja menghambat pelepasan prolaktin dari lobus interior
pituitary. Sebagai pusat reward reinforcement dan motivasi perilaku. Para
neurophysiologist, computer scientist, psychologist dan economist yang
berkolaborasi dalam studi interdisiplin di jurnal Nature vol. 9, Agustus 2006,
mengemukakan hipotesa mengenai sel saraf dopamin otak tengah sebagai
pengkode dalam menentukan pengambilan keputusan.
Tingginya kadar dopamin diasosiasikan dengan meningkatnya perhatian,
hiperaktivitas, keresahan dan perilaku goal-oriented. Ketidakseimbangan kadar
dopamin dalam otak juga diduga mempunyai korelasi dengan penyakit
skizofrenia, Parkinson, Attention-Deficit/Hyperactivity Disorders (ADHD) dan
autisme, dimana keduanya memberikan gejala abnormalitas pada perilaku pasien.
Neurotransmitter ini dikirimkan pada celah yang di kenal sebagai sinapsis.
Neurotransmiter paling mempengaruhi sikap, emosi, dan perilaku seseorang yang
ada antara lain Asetil kolin, dopamin, serotonin, epinefrin, norepinefrin. Fungsi
masing masing neurotransmiter dapat dilihat dibawah ini:

Tabel 1. Neurotransmitter
Neurotransmitte Lokasi/Fungsi Implikasinya pada
r penyakit jiwa
Kolinergik:  Sistem saraf otonom simpatis dan Meningkatkan derajat
Asetil kolin parasimpatis, terminal saraf depresi
presinapsis parasimpatik, terminal
postsinapsis
 Sistem saraf pusat : korteks serebral
hipokampus, struktur limbik, basal
ganglia Menurunkan derajat
 Fungsi : tidur, bangun persepsi penyakit alzeimer, korea
nyeri , pergerakan memori hutington, penyakit
parkinson

Monoamin  Sistem syaraf otonom terminal saraf Menurunkan derajat


Norepinefrin post sinapsis simpatis depresi
 Sistem saraf pusat: talamus, sistem
limbik, hipokampus, serebelum,
korteks serebri Meningkatkan derajat
 Fungsi pernafasan, pikiran, persepsi, mania, keadaan
kecemasan, skizofrenia

13
daya penggerak, fungsi
kardiovaskuler, tidur dan bangun

Dopamin  Frontal korteks, sistem limbik, basal Menurunkan derajat


ganglia, talamus, hipofisis posterior, penyakit parkinson dan
medula spinalis depresi
 Fungsi: pergerakan dan koordinasi,
emosional, penilaian, pelepasan Meningkatkan derajat
prolaktin mania dan skizofrenia

Serotonin  Hipotalamus, talamus, sistem limbik, Menurunkan derajat


korteks serebral, serebelum, medula depresi
spinalis
 Fungsi : tidur, bangun, libido, nafsu Meningkatkan derajat
makan, perasaan, agresi persepsi kecemasan
nyeri, koordinasi dan penilaian

Histamin Hipotalamus Menurunkan derajat


depresi
Asam amino  Hipotalamus, hipocampus, korteks, Menurunkan derajat korea
GABA (Gamma serebelum, basal ganglia, medula hutington, gangguan
Amino Butyric spinalis, retina anxietas, skizofrenia, dan
Acid)  Fungsi kemunduran aktivitas tubuh berbagai epilepsi
Glisin  Medula spinalis, batang otak Derajat toksik/keracunan
 Fungsi: Menghambat motor neuron “glycine encephalopaty”
berulang
Glutamat dan  Sel-sel piramid/kerucut dari korteks, Menurunkan tingkat
aspartat serebelum dan sistem sensori aferen derajat yang berhubungan
primer, hipocampus, talamus, dengan gerakan motor
hipotalamus, medula spinalis spastik
 Fungsi: menilai informasi sensori,
mengatur berbagai motor dan reflek
spinal

Neuropeptida  Hipotalamus , talamus, struktur Modulasi aktivitas


Endorfin dan limbik dan batang otak, enkedalin dopamin oleh opiod
enkefalin juga ditemukan pada traktus peptida dapat
gastrointestinal menumpukkan berbagai
 Fungsi modulasi (mengatur) nyeri ikatan terhadap gejala
dan mengurangi peristaltik skizofrenia
(enkefalin)

Substansi P  Hipotalamus struktur limbik otak Menurunkan derajat korea


tengah, batang otak, talamus, basal hutington
ganglia, dan medula spinalis, juga

14
ditemukan pada traktus
gastrointestinal dan kelenjar saliva
 Fungsi: pengaturan nyeri

Somatostatin  Korteks serebral, hipokampus, Menurunkan derajat


talamus, basal ganglia, batang otak, penyakit alzeimer
medula spinalis Meningkatkan derajat
 Fungsi: menghambat pelepasan korea hutington
norepinefrin, merangsang pelepasan
serotonin, dopamin dan asetil kolin

Fungsi Dopamin sebagai neururotransmiter kerja cepat disekresikan oleh


neuron- neuron yang berasal dari substansia nigra, neuron-neuron ini terutama
berakhir pada regio striata ganglia basalis. Pengaruh dopamin biasanya sebagai
inhibisi.
Dopamin bersifat inhibisi pada beberapa area tapi juga eksitasi pada
beberapa area. Sistem norepinefrin yang bersifat eksitasi menyebar ke setiap area
otak, sementara serotonin dan dopamin terutama ke regio ganglia basalis dan
sistem serotonin ke struktur garis tengah (midline).
Serotonin disekresikan oleh nukleus yang berasal dari rafe medial batang
otak dan berproyeksi disebahagian besar daerah otak, khususnya yang menuju
radiks dorsalis medula spinalis dan menuju hipotalamus. Serotonin bekerja
sebagai bahan penghambat jaras rasa sakit dalam medula spinalis, dan kerjanya di
daerah sistem syaraf yang lebih tinggi diduga untuk membantu pengaturan
kehendak seseorang, bahkan mungkin juga menyebabkan tidur.
Serotonin berasal dari dekarboksilasi triptofan, merupakan vasokontriksi
kuat dan perangsang kontraksi otak polos. Produksi serotonin sangat meningkat
pada karsinoid ganas penyakit yang ditandai sel-sel tumor penghasil serotonin
yang tersebar luas didalam jaringan argentafin rongga abdomen.
Sistem respons fisiologik pada stress akut dan kronik, terdapat respon fight
and flight dimana berperan hormon epinefrin, norepinefrin dan dopamin, respon
terhadap ancaman meliputi penyesuaian perpaduan banyak proses kompleks
dalam organ-organ vital seperti otak, sistem kardiovaskular, otot, hati dan terlihat
sedikit pada organ kulit, gastrointestinal dan jaringan limfoid.
Sistem norepinefrn dan sistem serotonin normalnya menimbulkan
dorongan bagi sistem limbik untuk meningkatkan perasaan seseorang terhadap
rasa nyaman, menciptakan rasa bahagia, rasa puas, nafsu makan yang baik,
dorongan seksual yang sesuai, dan keseimbangan psikomotor, tapi bila terlalu
banyak akan menyebabkan serangan mania. Yang mendukung konsep ini adalah
kenyataan bahwa pusat-pusat reward dan punishment di otak pada hipotalamus
dan daerah sekitarnya menerima sejumlah besar ujung-ujung saraf dari sistem
norepinefrin dan serotonin.

LI 2. Memahami dan Menjelaskan Gangguan Psikotik


LO 2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Gangguan Psikotik

15
Gangguan psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya
halusinasi, waham, perilaku kataton, perilaku kacau, pembicaraan kacau yang
pada umumnya disertai tilikan yang buruk (Priscilla, et al.2017).

Gangguan psikotik adalah gangguan mental yang ditandai dengan kerusakan


menyeluruh dalam uji realitas seperti yang ditandai dengan delusi, halusinasi,
bicara inkoheren yang jelas, atau perilaku yang tidak teratur atau mengacau,
biasanya tanpa ada kewaspadaan pasien terhadap inkomprehensibilitas dalam
tingkah lakunya.

Gejala – gejala gangguan jiwa pada umumnya dapat dipahami dari dua segi,
yaitu :
1. Deskriptif, hanya melukiskan bagaimana gejala itu terjadi tanpa
menerangkan makna dan dinamikanya. Misal : terjadi halusinasi berulang –
ulang atau pada saat-saat tertentu (pagi hari) tanpa menerangkan halusinasi
apa dan sebagainya.
2. Psikodinamik, tidak hanya menerangkan tentang bagaimana gejala itu
terjadi tetapi juga dinamikanya. Misal : kapankah terjadinya, tentang apa
gangguannya, bagaimana prosesnya, reaksi psikologis yang ditampilkan
kemudian, dan sebagainya.

LO 2.2 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Gangguan Psikotik

1.Gangguan psikotik singkat :

Simptom psikotik singkat : 1 hari – 1 bulan. Kemudian dapat berfungsi secara


normal (waktu terbatas). Di DSM IV ada yang disebut gangguan reaktif singkat
yang kejadiannya setelah melahirkan. Perlakuan gangguan psikotik : kombinasi
pengobatan dan psikoterapi.

Kriteria diagnostik untuk gangguan psikotik singkat

 Adanya satu atau lebih gejala berikut


 Waham
 Halusinasi
 Bicara terdisorganisasi
 Perilaku terdisorganisasi jelas atau katatonik
 Lamanya suatu episode gangguan adalah sekurangnya satu hari tetapi
kurang dari satu bulan, akhirnya kembali penuh pada tingkat fungsi
pramorbid
Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh suatu gangguan mood dengan
ciri psikotik, gangguan skizoafektif atau skizofrenia dan bukan karena efek
fisiologis langsung dari suatu zat atau kondisi umum medis.

2. Gangguan schizofreniform

16
Ada simptom psikotik, tetapi lama dan keparahannya kurang daripada pada
psikosis reaktif yang singkat (1-6 bulan, kalau lebih dari 6 bulan, harus di
diagnosis schizophrenia)
Simptom psikoafektif :
• Apabila ada simptom-simptom yang sifatnya schizofrenik dan afektif.
• DSM IV: ada simptom depresi mayor atau periode manik dan simptom
delusi
dan halusinasi.

3. Gangguan delusional
Penderita dapat terlihat normal. Hanya ada satu gejala yaitu delusi.
Ada 5 subtipe :
1) Erotomania: delusi bahwa orang lain biasanya orang penting sangat
mencintai dirinya. Disamping itu biasanya ada simptom depresi atau
mania.
2) Gangguan delusi kebesaran : merasa bahwa dirinya orang yang sangat
penting (merasa dirinya ratu adil).
3) Gangguan delusi iri : ada delusi bahwa pasangannya tidak setia.
4) Gangguan delusi persekutori : merasa bahwa dirinya akan dianiaya,
merasa dirinya akan dibunuh.
5) Gangguan delusi somatic : merasa bahwa dirinya mempunyai penyakit
yang membahayakan atau bahwa akan mati. Kepercayaan ini ekstrim dan
tidak dapat diubah.

4. Gangguan psikotik bersama


Bila seorang atau lebih banyak orang mengembangkan sistem delusional
sebagai akibat hubungan yang dekat dengan orang yang delusional. Kalau dua
orang disebut folie a deux. Sering terjadi tiga orang atau lebih, atau seluruh
keluarga. jadi seakan-akan orang terjangkit karena dekat, kalau pisah yang
terjangkit dapat kembali normal.

Perilaku kacau
Kewajiban umum dan dasar manusia dalam masyarakat lingkungan
kehidupan serta rumah tangga adalah bekerja untuk mendapatkan nafkah, atau
bekerja sesuai fungsinya, walaupun bukan untuk mendapatkan uang atau materi.
Kewajiban dalam rumah tangga, kehidupan sosial dalam masyarakat yaitu
bersosialisasi dan penggunaan waktu senggang. Pada penderita psikotik fungsi
pekerjaan sering tak bisa dijalankan dengan seksama, tak mau bekerja sesuai
kewajiban dan tanggungjawab dalam keluarga, atau tak mampu bekerja sesuai
dengan tingkat pendidikan. Sering terjadi tak mau, tak mampu bekerja dan malas.
Dalam kehidupan sosial sering ada penarikan diri dari pergaulan sosial atau
penurunan kemampuan pergaulan sosial. Misalnya setelah sakit stres berat
menarik diri dari organisasi sosial kemasyarakatan, atau sering terjadi
kemunduran kemampuan dalam melaksanakan fungsi sosial dan pekerjaannya.
Pada penggunaan waktu senggang orang normal bisa bercengkrama dengan
anggota keluarga atau masyarakat, atau membuat program kerja rekreasi dan

17
dapat menikmatinya. Namun pada penderita gangguan jiwa berat keadaan tersebut
dilewatkan dengan banyak melamun, malas, bahkan kadang-kadang perawatan
diri sehari-hari dilalaikan seperti makan, minum, mandi, dan ibadah.

Waham
Waham adalah isi pikir (keyakinan atau pendapat) yang salah dari seseorang.
Meskipun salah tetapi individu itu percaya betul, sulit dikoreksi oleh orang lain,
isi pikir bertentangan dengan kenyataan, dan isi pikir terkait dengan pola perilaku
individu. Seorang pasien dengan waham curiga, maka pola perilaku akan
menunjukkan kecurigaan terhadap perilaku orang lain, lebih-lebih orang yang
belum dikenalnya. Bisa terjadi kecurigaan kepada orang sekitarnya akan meracuni
atau membunuh dia. Akibat waham curiga ini pada orang yang sebelumnya
bersifat emosional agresif. Ia bisa membunuh orang karena wahamnya kalau tidak
dibunuh, ia akan dibunuh. Atau ia akan diracuni dan dibuat celaka oleh orang
yang dibunuhnya.

Halusinasi
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa ada rangsangan. Pasien merasa
melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tak ada
sesuatu rangsang pada kelima indera tersebut. Halusinasi dengar adalah gejala
terbanyak pada pasien psikotik (99 %). Pasien psikotik yang nalar (ego)-nya
sudah runtuh, maka halusinasi tersebut dianggap real dan tak jarang ia bereaksi
terhadap halusinasi dengar. Bila halusinasi berisi perintah untuk membunuh ia
pun akan melaksanakan pembunuhan. Ini memang banyak terjadi pada pasien
psikotik yang membunuh keluarganya sendiri. Sebaliknya halusinasi yang
memerintah untuk bunuh diri tak jarang pasien pun akan bunuh diri.

Illusi
Illusi adalah sensasi panca indera yang ditafsirkan salah. Pasien melihat tali
bisa ditafsirkan sebagai seekor ular. Illusi ini sering terjadi pada panas yang tinggi
dan disertai kegelisahan, dan kadang-kadang perubahan kesadaran (delirium).
Illusi juga sering terjadi pada kasus-kasus epilepsi (khususnya epilepsi lobus
temporalis), dan keadaan-keadaan kerusakan otak permanen. Misalnya seorang
petinju di Malang terungkap di pengadilan ia menderita epilepsi. Ia membunuh
anaknya sendiri yang masih tidur di kasur dengan parang, karena menganggap
anaknya adalah seekor kucing yang sedang tidur. Juga kasus seorang ibu yang
menyiram anak balitanya dengan air panas di Semarang beberapa waktu yang
lalu, dan akhirnya si anak meninggal dunia. Ia melihat dan merasa menyiram
hewan.

Tilikan Yang Buruk


Pasien psikotik merasa dirinya tidak sakit, meskipun sudah ada bukti adanya
perubahan perilaku yang jelas tidak wajar. Pasien tak mau minum obat atau tak
mau diajak berobat, atau bila ada waham dianggap mau diracuni. Keadaan merasa
tidak sakit ini yang mempersulit pengobatan, apalagi keluarga juga mengiyakan
karena merasa tak sakit ia tak mau mencari pengobatan. Tilikan yang buruk ini

18
merupakan ciri khas pasien psikotik. Di sini peran keluarga penting, kalau
memang menemukan gejala tersebut seperti waham, halusinasi dan illusi, segera
berkonsultasi kepada tenaga kesehatan jiwa.

Psikosis di Masyarakat
Menurut penelitian WHO prevalensi gangguan jiwa dalam masyarakat
berkisar satu sampai tiga permil penduduk. Misalnya Jawa Tengah dengan
penduduk lebih kurang 30 juta, maka akan ada sebanyak 30.000-90.000 penderita
psikotik. Bila 10% dari penderita perlu pelayanan perawatan psikiatrik ada 3.000-
9.000 yang harus dirawat. Tetapi tidak semua bisa dirawat karena kapasitas
pelayanan perawatan psikiatrik di Jateng masih di bawah 1.000 tempat tidur. Sisa
yang tidak terawat berada dalam masyarakat dan pasien ini seharusnya perlu
pengawasan yang seksama. Pasien psikotik yang mungkin tenang terkadang tak
terduga akan menjadi agresif tanpa stressor psikososial yang jelas. Pada zaman
pemerintahan kolonial Belanda semua pasien psikotik (skizofrenia) dirawat di
Rumah Sakit Jiwa seumur hidup (dibuat koloni). Hal ini sekarang menjadi stigma
masyarakat, bahwa RSJ identik dengan gila. Tetapi sekarang situasi sudah
berbeda, tidak semua pasien dapat dirawat di RSJ. Mereka yang fase aktif
gangguan psikotiknya dirawat, sedang yang tenang dipulangkan namun masih
dalam pengawasan dalam bentuk perawatan jalan. Fase aktif adalah pasien-pasien
yang menunjukkan perilaku yang membahayakan diri atau membahayakan
lingkungannya, dan mudah dikenali gejalanya. Pada fase tenang pasien dapat
beradaptasi dengan lingkungannya, meskipun terbatas. Perjalanan psikiatrik tidak
terbatas pada Rumah Sakit Jiwa yang ada, tetapi di Rumah Sakit Umum pun ada
pelayanan psikiatrik yang dilakukan oleh psikiater. Yakni pelayanan integrasi dan
konsultasi psikiatri di RSU, mengingat jumlah psikiater yang ada belum memadai
sesuai kebutuhan.

Ciri-ciri penderita psikotik antara lain:


1. Penarikan diri dari pergaulan sosial, banyak di dalam rumah, malu keluar
rumah.
2. Tak mampu bekerja sesuai dengan fungsinya. Di rumah tak mau bekerja,
atau bekerja sekedarnya saja karena diperintah, setelah itu tak mau
mengerjakan tugas yang diberikan.
3. Berpikir aneh, dangkal, berbicara tak sesuai dengan keadaan situasi
keseharian, bicara ngelantur.
4. Dalam pergaulan ada riwayat gejala waham atau halusinasi dan illusi.
5. Perubahan perilaku yang nyata, misalnya tadinya ceria menjadi melamun,
perilaku aneh-aneh yang sebelumnya tidak pernah dijalani.
6. Kelihatan menjadi murung dan merasa tak berdaya.
7. Sulit tidur dalam beberapa hari, atau bisa tidur yang terlihat oleh
keluarganya, tetapi pasien merasa sulit atau tidak bisa tidur.

LO 2.3 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Gangguan Psikotik

1. Deliruim

19
Delirium adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gangguan kesadaran dan
kognisi yang terjadi secara akut dan berfluktuasi.

Kriteria Diagnostik menurut ICD X + PPDGJ III


a. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kewaspadaan terhadap
lingkungan) yang ditandai dengan berkurangnya kemampuan memfokuskan,
mempertahankan dan mengalihkan perhatian.
b. Adanya perubahan dalam kognisi (defisit memori, disorientasi, gangguan
berbahasa) atau gangguan persepsi yang tidak dikaitkan dengan demensia.
c. Gangguan psikomotor berupa hipoaktivitas atau hiperaktivitas, pengalihan
aktivitas yang tidak terduga, waktu bereaksi yang lebih Panjang, arus pembicaraan
yang bertambah atau berkurang, reaksi terperanjat yang meningkat.
d. Gangguan siklus tidur berupa insomnia, atau pada kasus yang berat tidak dapat
tidur sama sekali atau siklus tidurnya terbalik yaitu mengantuk siang hari. Gejala
memburuk pada malam hari dan mimpi yang mengganggu atau mimpi buruk yang
dapat berlanjut menjadi halusinasi setelah bangun tidur.
e. Gangguan emosional berupa depresi, ansietas, takut, lekas marah, euphoria,
apatis dan rasa kehilangan akal.

2. Dimensia
Dimensia adalah sindrom akibat penyakit otak, bersifat kronik progresif, ditandai
dengan kemunduran fungsi kognitif multiple, yaitu fungsi memori, aphasia,
apraksia, agnosia, dan fungsi eksekutif.

Syarat utama untuk penegakan diagnosis adalah bukti adanya penurunan


kemampuan, baik dalam daya ingan maupun daya piker seseorang sehingga
mengganggu kegiatan sehari-hari. Hendaya daya ingat secara khas mempengaruhi
proses registrasi, penyimpanan dan memperoleh kembali informasi baru, tetapi
ingatan yang biasa dan sudah dipelajari sebelumnya dapat juga hilang, khususnya
dalam stadium akhir. Gejala dan hendaya harus sudah nyata untuk setidaknya 6
bulan bila ingin membuat diagnosis klinis dimensia.

3. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif


NAPZA adalah setiap bahan kimia yang bila masuk ke dalam tubuh
mempengaruhi susuanan saraf pusat yang manifestasinya berupa gejala fisik dan
psikologis.

LO 2.4 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Gangguan Psikotik


Tatalaksana pada penderita gangguan psikotik bergantung berdasarkan
jenis psikotik yang di derita pasien. Menurut keputusan Menteri kesehatan
Republik Indonesia nomor HK.02.02/MENKES/73/2015 tentang Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa, Gangguan psikotik dan tatalaksananya
adalah sebagai berikut:
1. Delirium
a. Terapi Farmakologik

20
Antipsikotika dapat dipertimbangkan bila ada tanda dan gejala psikosis,
sehingga beresiko terlukanya pasien atau orang lain. Haloperidol mempunyai
rekam jejak terpanjang dalam mengobati delirium, dapat diberikan per oral, IM
atau IV.
b. Terapi Nonfarmakologik
Psikoterapi suportif yang memberikan perasaan aman dapat membantu
pasien menghadapi frustasi dan kebingungan akan kehilangan fungsi memorinya.
Selain itu pasien perlunya dilakukan reorientasi lingkungan, missal tersedia jam
besar. Memberikan edukasi kepada keluarga juga merupakan cara memberikan
dukungan kepada pasien.

2. Dimensia
a. Terapi Farmakologi
Obat anti dimensia seperti Donepezil dan Rivastigmin bermanfaat untuk
menghambat kemunduran fungsi kognitif pada dimensia ringan sampai sedang,
tapi tidak dianjurkan untuk dimensia berat.
Obat antipsikotik digunakan untuk perilaku agresif. Obatnya adalah
haloperidol atau risperidone.
Obat antidepresan untuk mengobati gejala depresi yang dialami oleh
pasien.
b. Terpi Nonfarmakologi
Psikososial ditujukan untuk mempertahankan kemampuan penderita yang
masih tersisa, menghambat kemunduran kemampuan fungsi kognitif, mengelola
gangguan psikologik dan perilaku yang timbul. Latihan memori sederhana, latihan
orientasi realitas, dan senam otak dapat membantu menghambat kemunduran
fungsi kognitif. Psikoedukasi terhadap keluarga menjadi bagian yang penting
dalam tatalaksana pasien.

LI 3. Memahami dan Menjelaskan Skizofrenia

LO 3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Skizofrenia

Gangguan jiwa berat yang ditandai dengan gangguan penilaian realita


(waham dan halusinasi) (Kemenkes, 2015).

Skizofrenia adalah penyakit kronis berupa gangguan mental yang serius


yang ditandai dengan gangguan dalam proses pemikiran yang mempengaruhi
perilaku (Thorson, Matson, Rojahn, dan Dixon, 2008).

LO 3.2 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Skizofrenia

Sekitar satu persen penduduk dunia akan mengidap skizofrenia pada suatu
waktu dalam hidupnya. Di Indonesia diperkirakan satu sampai dua persen
penduduk atau sekitar dua sampai empat juta jiwa akan terkena penyakit ini.
Bahkan sekitar sepertiga dari sekitar satu sampai dua juta yang terjangkit penyakit

21
skizofrenia ini atau sekitar 700 ribu hingga 1,4 juta jiwa kini sedang mengidap
skizofrenia. Perkiraan angka ini disampaikan Dr LS Chandra, SpKJ dari
Sanatorium Dharmawangsa Jakarta Selatan.
Tiga per empat dari jumlah pasien skizofrenia umumnya dimulai pada usia
16 sampai 25 tahun pada laki-laki. Pada kaum perempuan, skizofrenia biasanya
mulai diidap pada usia 25 hingga 30 tahun. Penyakit yang satu ini cenderung
menyebar di antara anggota keluarga sedarah
Prevalensi skizofrenia di Amerika Serikat dilaporkan bervariasi terentang
dari 1 sampai 1,5 persen dengan angka insidens 1 per 10.000 orang per tahun. 
Berdasarkan jenis kelamin prevalensi skizofrenia adalah sama, perbedaannya
terlihat dalam onset dan perjalanan penyakit. Onset untuk laki laki 15 sampai 25
tahun sedangkan wanita 25-35 tahun. Prognosisnya adalah lebih buruk pada laki
laki dibandingkan wanita.
Jenis skizofrenia tersering adalah skizofrenia paranoid, sedangkan
prevalensi skizofrenia di Indonesia tertinggi pada DI Yogyakarta dan Aceh
sebesar 2,7%. Faktor– faktor yang berperan terhadap timbulnya skizofrenia adalah
faktor genetik, usia, jenis kelamin, penyakit autoimun, dan neuroinflamasi serta
lingkungan, seperti pekerjaan, status perkawinan, status ekonomi, dan faktor
psikosial. Pasien skizofrenia dapat mengalami kekambuhan yang dapat
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan keluarga. Terapi skizofrenia menggunakan
antipsikotik tunggal maupun kombinasi yang masing-masing dipilih berdasarkan
indikasi tertentu (Zahnia dan Sumekar, 2016).

LO 3.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Skizofrenia

Dalam publikasi National Alliance on Mental Illness (NAMI) tahun 2008,


tertulis bahwa para saintis belum mengetahui secara pasti apa yang menyebabkan
skizofrenia, tapi mereka tahu bahwa otak dari orang yang hidup dengan
skizofrenia berbeda dibandingkan otak orang yang tidak hidup dengan
skizofrenia. Penelitian mengatakan skizofrenia memiliki hubungan dengan
masalah kimia otak dan struktur otak.

a. Keterlibatan faktor keturunan


Secara umum dapat dikatakan semakin dekat hubungan genetiknya dengan
pasien, maka semakin besar pula kemungkinannya untuk menderita gangguan
tersebut. Hal ini sering disebut concordant, yaitu anak kembar dari satu telur
mempunyai kemungkinan tiga sampai enam kali lebih besar untuk sama-sama
menderita gangguan skizofrenia dibandingkan dengan anak kembar dari dua telur.

b. Faktor lingkungan
Penelitian menyatakan bahwa ibu yang terlalu melindungi, hubungan
perkawinan orang tua yang kurang sehat, kesalahan dalam pola komunikasi
diantara anggota keluarga dapat menimbulkan skizofrenia. Skizofrenia tidak
diduga sebagai suatu penyakit tunggal tetapi sebagai sekelompok penyakit dengan
ciri-ciri klinik umum. Banyak teori penting telah diajukan mengenai etiologi dan

22
ekspresi gangguan ini, salah satunya yang diungkapkan oleh Residen Bagian
Psikiatri UCLA.

c. Teori biologik dan genetik


Penelitian keluarga (termasuk penelitian kembar dan adopsi) sangat
mendukung teori bahwa faktor genetik sangat penting dalam transmisi
mendukung skizofrenia atau paling tidak memberi suatu sifat kerawanan dan juga
dapat menjadi penyebab peningkatan insiden dari sindrom, yang mirip dengan
skizofrenia (gangguan kepribadian skizoafektif, skizotipik dan lainnya) yang
terjadi dalam keluarga.

d. Hipotesis neurotransmitter
Penelitian terakhir memperlihatkan adanya kelebihan reseptor
dopaminergik dalam susunan syaraf pusat (SSP) penderita skizofrenik. Pada
hakekatnya neuroleptik diduga efektif karena kemampuannya memblokir reseptor
dopaminergik. Penelitian mengenai skizofrenik yang tidak di obati juga
mengungkapkan suatu kelebihan dari reseptor dopaminergik yang secara langsung
berlawanan dengan teori bahwa temuan ini berhubungan dengan pemberian
neuroleptik.

e. Pencetus psikososial
Stressor sosio lingkungan sering menyebabkan timbulnya serangan awal
dan kekambuhan skizofrenia serta dapat diduga sebagai suatu terobosan kekuatan
protektif dengan tetap mempertahankan kerawanan secara psiko biologik dalam
pengendalian. Tiga tindakan emosi yang dinyatakan di lingkungan rumah :
komentar kritis, permusuhan dan keterlibatan emosional yang berlebihan terbukti
menyebabkan peningkatan angka kekambuhan skizofrenia.

LO 3.4 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Skizofrenia

a. Skizofrenia Paranoid
Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia,sebagai tambahan :
- Halusinasi dan atau waham harus menonjol :
- Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung,
atau bunyi tawa.
- Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-
lain perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
- Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau “Passivity”
(delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam,
adalah yang paling khas.
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata / menonjol.

23
Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada pasien
skizofrenik terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami episode
pertama penyakitnya. Pasien yang sehat sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan
biasanya mencapai kehidupan social yang dapat membantu mereka melewati
penyakitnya. Juga, kekuatan egoparanoid cenderung lebih besar dari pasien
katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid menunjukkan regresi
yang lambat dari kemampuanmentalnya, respon emosional, dan perilakunya
dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik.

Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati,


dan tak ramah.Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif.Pasien
skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka secara
adekuat didalam situasi social.Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh
kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak.

b. Skizofrenia Hebefrenik
Menurut DSM-IV skizofrenia disebut sebagai skizofrenia tipe
terdisorganisasi.Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.Diagnosis
hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa
muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).

Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang


menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan
diagnosis.Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan
pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa
gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :
- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta
mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan
perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan;
- Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai
oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum
sendiri (self-absorbed smiling), atau oleh sikap tinggi hati (lofty manner),
tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda
gurau (pranks), keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang
(reiterated phrases);
- Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu
(rambling) serta inkoheren.
- Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir
umumnya menonjol.
- Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting
and fragmentary delusions and hallucinations).

24
- Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta
sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas,
yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose).
Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap
agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang
memahami jalan pikiran pasien.

c. Skizofrenia Katatonik
Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.Satu atau lebih dari
perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :
- Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan
dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara);
- Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak
dipengaruhi oleh stimuli eksternal);
- Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan
mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);
- Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua
perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah yang
berlawanan);
- Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya
menggerakkan dirinya);
- Fleksibilitas cerea“waxy flexibility” (mempertahankan anggota gerak dan
tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan
- Gejala-gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara
otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-
kalimat.

Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari


gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai
diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain.

Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk


diagnostik untuk skizofrenia.Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit
otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi
pada gangguan afektif.

Selama stupor atau kegembiraan katatonik, pasien skizofrenik memerlukan


pengawasan yang ketat untuk menghindari pasien melukai dirinya sendiri atau
orang lain. Perawatan medis mungkin ddiperlukan karena adanya malnutrisi,
kelelahan, hiperpireksia, atau cedera yang disebabkan oleh dirinya sendiri.

d. Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated)

25
Seringkali.Pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah
dimasukkan kedalam salah satu tipe.PPDGJ mengklasifikasikan pasien tersebut
sebagai tipe tidak terinci. Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III yaitu:
- Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
- Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik,
atau katatonik.
- Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca
skizofrenia.

e. Depresi Pasca-Skizofrenia
Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau:
- Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria diagnosis umum
skizofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;
- Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi
gambaran klinisnya); dan
- Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi paling sedikit
kriteria untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu paling
sedikit 2 minggu.
Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi
episode depresif.Bila gejala skizofrenia diagnosis masih jelas dan menonjol,
diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai.

f. Skizofrenia Residual
Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus
dipenuhi semua :
- Gejala “negative” dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan
psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan
ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan,
komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak
mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial
yang buruk;
- Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang
memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofenia;
- Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan
frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat
berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom “negative” dari skizofrenia;
- Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi
kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative
tersebut.
Menurut DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus menerus
adanya gangguan skizofrenik, tanpa adanya kumpulan lengkap gejala aktif atau
gejala yang cukup untuk memenuhi tipe lain skizofrenia.Penumpulan emosional,
penarikan social, perilaku eksentrik, pikiran yang tidak logis, dan pengenduran

26
asosiasi ringan adalah sering ditemukan pada tipe residual.Jika waham atau
halusinasi ditemukan maka hal tersebut tidak menonjol dan tidak disertai afek
yang kuat.

g. Skizofrenia Simpleks
Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena
tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan
progresif dari :

Gejala “negative” yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat
halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik, dandisertai
dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi
sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan
hidup, dan penarikan diri secara sosial.

Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala
utama pada jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran
kemauan. Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan
halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali.Pada
permulaan mungkin penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau
mulai menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan
atau pelajaran dan akhirnya menjadi pengangguran, dan bila tidak ada orang
yang menolongnya ia mungkin akan menjadi pengemis, pelacur, atau penjahat.

h. Skizofrenia lainnya
Selain beberapa subtipe di atas, terdapat penggolongan skizofrenia lainnya
(yang tidak berdasarkan DSM IV TR), antara lain :
- Bouffe Delirante (Psikosis Delusional Akut).
Konsep diagnostik Perancis dibedakan dari skizofrenia terutama atas dasar
lama gejala yang kurang dari tiga bulan.Diagnosis adalah mirip dengan diagnosis
gangguan skizofreniform didalam DSM-IV.Klinisi Perancis melaporkan bahwa
kira-kira empat puluh persen diagnosis delirante berkembang dalam
penyakitnya dan akhirnya diklasifikasikan sebagai media skizofrenia.

- Skizofrenia Laten
Konsep skizofrenia laten dikembangkan selama suatu waktu saat terdapat
konseptualisasi diagnostic skizofrenia yang luas. Sekarang, pasien harus sangat
sakit mental untuk mendapatkan diagnosis skizofrenia; tetapi pada
konseptualisasi diagnostik skizofrenia yang luas, pasien yang sekarang ini tidak
terlihat sakit berat dapat mendapatkan diagnosis skizofrenia. Sebagai
contohnya, skizofrenia laten sering merupakan diagnosis yang digunakan
gangguan kepribadian schizoid dan skizotipal. Pasien tersebut mungkin kadang-
kadang menunjukkan perilaku aneh atau gangguan pikiran tetapi tidak terus

27
menerus memanifestasikan gejala psikotik.Sindroma juga dinamakan skizofrenia
ambang (borderline schizophrenia) di masa lalu.

- Oneiroid
Keadaan oneiroid adalah suatu keadaan mirip mimpi dimana pasien
mungkin pasien sangat kebingungan dan tidak sepenuhnya terorientasi
terhadap waktu dan tempat.Istilah “skizofrenik oneiroid” telah digunakan
bagipasien skizofrenik yang khususnya terlibat didalam pengalaman
halusinasinya untuk mengeluarkan keterlibatan didalam dunia nyata.Jika
terdapat keadaan oneiroid, klinisi harus berhati-hati dalam memeriksa pasien
untuk adanya suatu penyebab medis atau neurologist dari gejala tersebut.

- Parafrenia
Istilah ini seringkali digunakan sebagai sinonim untuk “skizofrenia paranoid”.
Dalam pemakaian lain istilah digunakan untuk perjalanan penyakit yang
memburuk secara progresif atau adanya system waham yang tersusun baik. Arti
ganda dari istilah ini menyebabkannya tidak sangat berguna dalam
mengkomunikasikan informasi.

- Pseudoneurotik
Kadang-kadang, pasien yang awalnya menunjukkan gejala tertentu seperti
kecemasan, fobia, obsesi, dan kompulsi selanjutnya menunjukkan gejala
gangguan pikiran dan psikosis.Pasien tersebut ditandai oleh gejala panansietas,
panfobia, panambivalensi dan kadang-kadang seksualitas yang kacau.Tidak
seperti pasien yang menderita gangguan kecemasan, mereka mengalami
kecemasan yang mengalir bebas (free-floating) dan yang sering sulit
menghilang.Didalam penjelasan klinis pasien, mereka jarang menjadi psikotik
secara jelas dan parah.

- Skizofrenia Tipe I
Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom
positif yaitu asosiasi longgar, halusinasi, perilaku aneh, dan bertambah
banyaknya pembicaraan.Disertai dengan struktur otak yang normal pada CT dan
respon yang relatif baik terhadap pengobatan.

- Skizofrenia Tipe II
Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom
negative yaitu pendataran atau penumpulan afek, kemiskinan pembicaraan atau
isi pembicaraan, penghambatan (blocking), dandanan yang buruk, tidak adanya
motivasi, anhedonia, penarikan sosial, defek kognitif, dan defisit perhatian.
Disertai dengan kelainan otak struktural pada pemeriksaan CT dan respon buruk
terhadap pengobatan.

LO 3.5 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Skizofrenia

28
a. Faktor Biologi
- Komplikasi kelahiran
Bayi laki laki yang mengalami komplikasi saat dilahirkan
sering mengalami skizofrenia, hipoksia perinatal akan meningkatkan
kerentanan seseorang terhadap skizofrenia.

- Infeksi
Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeksi
virus pernah dilaporkan pada orang orang dengan skizofrenia.
Penelitian mengatakan bahwa terpapar infeksi virus pada trimester
kedua kehamilan akan meningkatkan seseorang menjadi skizofrenia.

- Hipotesis Dopamin
Dopamin merupakan neurotransmiter pertama yang
berkontribusi terhadap gejala skizofrenia. Hampir semua obat
antipsikotik baik tipikal maupun antipikal menyekat reseptor dopamin
D2, dengan terhalangnya transmisi sinyal di sistem dopaminergik
maka gejala psikotik diredakan. Berdasarkan pengamatan diatas
dikemukakan bahwa gejala gejala skizofrenia disebabkan oleh
hiperaktivitas sistem dopaminergik.

- Hipotesis Serotonin
Gaddum, wooley dan show tahun 1954 mengobservasi efek
lysergic acid diethylamide (LSD) yaitu suatu zat yang bersifat
campuran agonis/antagonis reseptor 5-HT. Temyata zat ini
menyebabkan keadaan psikosis berat pada orang normal.
Kemungkinan serotonin berperan pada skizofrenia karena pemberian
obat antipsikotik atipikal clozapine yang ternyata mempunyai afinitas
terhadap reseptor serotonin 5-HT lebih tinggi dibandingkan
reseptordopamin D2.
- Struktur Otak
Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah sistem
limbik dan ganglia basalis. Otak pada pendenta skizofrenia terlihat
sedikit berbeda dengan orang normal, ventrikel teilihat melebar,
penurunan massa abu abu dan beberapa area terjadi peningkatan
maupun penurunan aktifitas metabolik. Pemeriksaan mikroskopis
jaringan otak ditemukan sedikit perubahan dalam distribusi sel otak
yang timbul pada masa prenatal karena tidak ditemukannya sel glia,
biasa timbul pada trauma otak setelah lahir.

b. Genetika

29
Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia diturunkan, 1%
dari populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang mempunyai hubungan
derajat pertama seperti orang tua, kakak laki laki ataupun perempuan dengan
skizofrenia. Masyarakat yang mempunyai hubungan derajat ke dua seperti paman,
bibi, kakek / nenek dan sepupu dikatakan lebih sering dibandingkan populasi
umum. Kembar identik 40% sampai 65% berpeluang menderita skizofrenia
sedangkan kembar dizigotik 12%. Anak dan kedua orang tua yang skizofrenia
berpeluang 40%, satu orang tua 12%.

c. Psikodinamik
Menggunakan rumus I+S R
I: individu, yaitu sesorang yang sudah mempunyai bakat-bakat tertentu,
kepribadian yang rentan (vulnerable personality) ataupun factor genetic
yang kesemuanya itu merupakan factor predisposisi yaitu kecenderungan
untuk menadi sakit
S: situasi, yaitu suatu kondisi yang menjadi tekanan mental bagi individu
yang bersangkutan misalnya stressor psikososial
R: Reaksi,yaitu respons dari individu yang benrsangkutan setelah
mengalami situasi yang tidak mengenakan sehingga ia mengalami frustasi
yang nantinya mengalami jatuh sakit

d. Psikososial
Stressor sikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang
menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang itu
terpaksa mengadakan penyesuaian diri untuk menanggulangi stressor yang
timbul.
Jenis-jenis stressor psikoosial yang dimaksud digolongkan sebagai berikut:
a. Perkawinan dengan berbagai masalah perkawinan misalnya
pertengkaran, perpisahan, perceraian, kematian salah satu pasangan.
b. Problem orangtua permasalahan yang dihadapi orangtuamisal tidak
punya anak, kebanyakan anak, kenakalan anak, anak sakit , dan
hubungannya tidak baik.
c. Hubungan interpersonal gangguan ini dapat berupa hubungan dengan
kawan dekat yang mengalami konflik.
d. Pekerjaan misalnya kehilangan pekerjaan, pekerjaan terlalu banyak,
pensiun, mutasi jabatan dll.
Lingkungan hidup, keuangan, hukum, dan perkembangan fisik atau mental,
penyakit fisik, faktor keluarga lain-lain.

LO 3.6 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Skizofrenia

Ada 2 gejala skizofrenia yaitu:

30
1) Gejala positif /gejala tipe I
o Delusi adalah kepercayaan yang tidak sesuai realita; mis. Merasa
dirinya Nabi
o Halusinasi adalah pengalaman indrawi yang tidak nyata; mis.
Merasa melihat, mendengar, atau membaui sesuatu yang
sebenarnya tidak ada
o Pikiran dan bicara kacau adalah pola bicara yang kacau; mis.
‘tidak nyambung’, menyambung kata berdasar bunyinya yang
tidak ada artinya
o Perilaku kacau atau katatonik adalah perilaku sangat tidak dapat
diramalkan, aneh, dan sangat tidak bertanggung jawab; mis.
Tidak bergerak sama sekali dalam waktu lama, tiba-tiba
melompat-lompat tanpa tujuan.

2) Gejala negative/ gejala II


o Afek datar adalah secara emosi tidak mampu memberi respon thd
lingkungan sekitarnya; mis. Ketika bicara ekspresi tidak sesuai,
tidak ada ekspresi sedih ketika situasi sedih.
o Alogia adalah tidak mau bicara atau minimal; mis. Membisu
beberapa hari.
o Avolition adalah tidak mampu melakukan tugas berdasar tujuan
tertentu (dalam jangka lama); mis. Tidak mampu mandi sendiri,
makan sampai selesai, dll.

Selain gejala-gejala tersebut terdapat beberapa ciri lain skizofrenia, yang


sebenarnya bukan kriteria formal untuk diagnosa namun sering muncul sebagai
gejala, yaitu:
1) afek yang tidak tepat (mis. Tertawa saat sedih dan menangis saat bahagia),
2) anhedonia (kehilangan kemampuan untuk merasakan emosi tertentu,
apapun yang dialami tidak dapat merasakan sedih atau gembira), dan
ketrampilan sosial yang terganggu (mis. kesulitan memulai pembicaraan,
memelihara hubungan sosial, dan mempertahankan pekerjaan).

LO 3.7 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding


Skizofrenia

Pedoman Diagnostik PPDGJ-lll

 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau
- “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan

31
- “thought broadcasting”= isi pikiranya tersiar keluar sehingga
orang lain atau umum mengetahuinya; 
b. - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan
oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
- “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya
dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” =
secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke
pikiran, tindakan, atau  penginderaan khusus);
- “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak
wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya
bersifatmistik atau mukjizat; 
c. Halusinasi auditorik:
 suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap perilaku pasien, atau
 mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka
sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau
 jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu
bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil,
misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau
kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing
dan dunia lain)
 Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
a. halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah
berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh
ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila
terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan
terus menerus;
b. arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme;
c. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement),
posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea,
negativisme, mutisme, dan stupor;
d. gejala-gejala “negative”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang
jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial
dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi oleh depresi atau medikasi
neuroleptika;

32
 Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
(prodromal)
 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-
absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan untuk menyingkirkan Diagnosis Banding. Skizofrenia tidak terkait
dengan hasil laboratorium karakteristik. Tes darah berikut ini harus dilakukan
pada semua pasien, baik pada awal penyakit dan berkala sesudahnya:
- Tes darah lengkap (CBC)
- Hati, tiroid, dan tes fungsi ginjal
- Elektrolit, glukosa, vitamin B12, asam methylmalonic serum, folat, dan
tingkat kalsium
Tes lain yang perlu dipertimbangkan, jika memberikan riwayat untuk kecurigaan ,
adalah sebagai berikut:
- HIV
- Rapid Plasma Reagin (RPR), jika kecurigaan kuat neurosifilis ada, tes
treponemal tertentu dapat membantu
- Seruloplasmin, jika kecurigaan yang kuat dari penyakit Wilson ,
pertimbangkan biopsi hati (atau biopsi lain)
- Antinuclear antibodi (ANA) untuk lupus eritematosus sistemik
- Urine untuk kultur dan sensitivitas atau penyalahgunaan obat
- AM kortisol untuk gangguan adrenal
- 24 jam urin koleksi porfirin, tembaga, atau logam berat
- Tes Kehamilan, jika pasien adalah wanita usia subur
- Penyakit Lyme
- Pencitraan otak untuk menyingkirkan hematoma subdural, vaskulitis,
abses otak, dan tumor
- X-ray thorax untuk penyakit paru atau okultisme keganasan
- Dexamethasone Supression tes dan hormon adrenokortikotropik (ACTH)
stimulasi tes untuk hypercortisolism dan hypocortisolism, masing-masing
- Electroencephalography (EEG)
Tes neuropsikologis dapat dianggap, penentuan kelemahan dan kekuatan
kognitif pasien dapat membantu dalam perencanaan pengobatan. Temuan umum
pada pasien dengan skizofrenia adalah sebagai berikut:
- Eksekutif fungsi yang buruk (yaitu, perencanaan yang buruk,
pengorganisasian, atau inisiasi kegiatan)
- gangguan memori
- Kesulitan dalam abstraksi dan mengenali isyarat-isyarat sosial

33
mudah kebingungan

Diagnosis Banding Skizofrenia


Lesi Anatomi
Dalam kasus yang jarang terjadi, tumor otak mungkin sulit dibedakan dengan
penyakit psikotik. Karena tumor otak yang berpotensi mematikan, namun dapat
diobati, penting untuk mempertimbangkan studi pencitraan otak untuk setiap
orang dengan onset baru penyakit psikotik atau, barangkali, perubahan yang nyata
pada gejala.
Subdural hematoma dapat bermanifestasi sebagai perubahan status mental.
Perdarahan intrakranial harus dipertimbangkan pada pasien yang melaporkan
trauma kepala, untuk alasan apa pun, tidak dapat memberikan riwayat yang jelas.
Pencitraan otak mungkin tepat dalam kasus ini.

Penyakit Metabolik
 Penyakit Wilson, juga dikenal sebagai degenerasi hepatolenticular,
adalah gangguan metabolisme tembaga. Ini adalah penyakit resesif
autosomal, gen yang telah ditemukan pada kromosom 13. Gejala
pertama sering perubahan jelas dalam perilaku selama masa remaja,
yang diikuti dengan munculnya gerakan-gerakan aneh.
Diagnosis dapat ditunjukkan oleh temuan laboratorium kadar urin
peningkatan tembaga dan tingkat serum rendah tembaga dan seruloplasmin atau
dengan deteksi Kayser-Fleischer rings (tembaga deposit sekitar kornea) dengan
atau tanpa pemeriksaan celah-lampu. Diagnosis biasanya dikonfirmasi dengan
menemukan tembaga meningkat pada biopsi hati.

34
 Porfiria adalah gangguan biosintesis heme yang dapat hadir sebagai
gejala kejiwaan. Pasien mungkin memiliki riwayat keluarga psikosis.
Gejala-gejala kejiwaan mungkin berhubungan dengan perubahan
elektrolit, neuropati perifer, dan nyeri perut yang parah episodik.
Abnormal tingkat tinggi porfirin dalam koleksi urin 24 jam
mengkonfirmasikan diagnosis.
 Pasien dengan gangguan hipoksemia atau elektrolit dapat hadir dengan
kebingungan dan gejala psikotik. Hipoglikemia dapat menghasilkan
kebingungan dan mudah marah dan mungkin keliru untuk psikosis.
 Delirium karena sebab apapun (misalnya, gangguan metabolik atau
endokrin) adalah kondisi yang penting untuk dipertimbangkan,
terutama pada pasien lanjut usia atau dirawat di rumah sakit. Walaupun
pasien dengan delirium mungkin memiliki berbagai kelainan
neuropsikiatri, keunggulan klinis penurunan rentang perhatian dan jenis
waxing-dan kebingungan.

Gangguan endokrin
 Hipotiroidisme parah atau hipertiroidisme dapat dikaitkan dengan
gejala psikotik. Hypothyroidism biasanya dikaitkan dengan depresi,
yang jika parah dapat disertai dengan gejala psikotik. Seseorang
hipertiroid biasanya depresi, cemas, dan mudah tersinggung.
 Kedua insufisiensi adrenokortikal (Addison penyakit) dan
hypercortisolism (sindrom Cushing) dapat mengakibatkan perubahan
status mental. Namun, kedua gangguan juga memproduksi tanda-tanda
fisik dan gejala yang dapat menyarankan diagnosis. Selain itu,
sebagian besar pasien dengan sindrom Cushing akan memiliki sejarah
jangka panjang terapi steroid untuk penyakit medis.
Hipoparatiroidisme atau hiperparatiroidisme dapat pada kesempatan
dikaitkan dengan jelas perubahan status mental. Ini terkait dengan kelainan pada
konsentrasi kalsium serum.

Kekurangan Vitamin
Kekurangan tiamin bisa terjadi pada orang yang bergantung pada alkohol
untuk kalori atau pasien dengan keganasan lanjut atau sindrom malabsorpsi.
Deplesi tiamin akut dan berat dapat menyebabkan ensefalopati Wernicke, ditandai
dengan gangguan oculomotor, ataksia, dan konfabulasi. Jika kondisi ini tidak
diobati, psikosis Korsakoff dapat berkembang. Encephalopathy Wernicke adalah
penyebab umum dan terdiagnosis gangguan kognitif kronis pada orang dengan
alkoholisme [56].
Kekurangan vitamin B-12, folat, atau keduanya dapat menghasilkan
depresi atau demensia. Sangat jarang, kekurangan-kekurangan ini dapat
menghasilkan pemikiran delusi.

LO 3.8 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Skizofrenia

1. Terapi Somatik (Medikamentosa)

35
Pemakaian antipsikotik pada skizofrenia harus mengikuti lima prinsip utama.
1. Klinisi harus cermat menentukan gejala yang akan diobati.
2. Antipsikotik yang memberikan efek yang baik pada pasien di masa lalu
harus digunakan lagi.
3. Lama minimal percobaan antipsikotik empat sampai enam minggu dengan
dosis yang adekuat. Jika tidak berhasil, dapat diganti dengan antipsikotik
jenis lain.
4. Jarang diindikasikan penggunaan lebih dari antipsikotik sekaligus.
5. Pasien harus dipertahankan dalam dosis efektif minimal.
Berdasarkan afinitas terhadap reseptor dopamin tipe 2 (D2) dan efek
samping yang ditimbulkannya, obat ini dibagi ke dalam dua kelompok yakni
antipsikotik generasi pertama (tipikal) dan antipsikotik generasi kedua ( atipikal)
(11)
.

Antipsikotik Generasi Pertama Antipsikotik Generasi Kedua


(Tipikal) (Atipikal)
a. High Potency - Aripiprazol
- Haloperidol - Clozapine
- Flupenazin - Olanzapin
- Pimozid - Paliperidon
b. Low Potency - Risperidon
- Klorpromazin (CBZ/ Largactil) - Ziprasidon
- Proclorperazin - Quatiapine
- Tioridazin

Antipsikotik Tipikal
- Berikatan kuat dengan reseptor dopamine tipe 2.
- Diberikan saat pasien mengalami gejala positif.
- Efek antipsikotik terlihat beberapa hari atau minggu setelah mengkonsumsi
obat. Perbaikan gejala didapat setelah obat menduduki reseptor dopamine di
mesolimbik.
- Lebih sering menyebabkan gejala ekstrapiramidal.

Antipsikotik Atipikal
- Bekerja pada reseptor dopamine dan serotonin.
- Diberikan saat pasien mengalami gejala negatif.
- Efek samping tersering gejala ekstrapiramidal yang lebih ringan dan
penambahan berat badan.

36
(Sumber: Lippincott’s Illustrated Reviews: Pharnacology, 4th Edition.)

Efek Terapetik lainnya


1. Antiemetik
2. Sedasi
3. Menghilangkan cegukan
4. Pengobatan bipolar disorder (acute mania)

Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran


No Nama Generik Sediaan Dosis
.
1. Klorpromazin Tablet 25 dan 100 150 - 600 mg/hari
mg,
injeksi 25 mg/ml
2. Haloperidol Tablet 0,5 mg, 1,5 5 - 15 mg/hari
mg,
5 mg
Injeksi 5 mg/ml
3. Perfenazin Tablet 2, 4, 8 mg 12 - 24 mg/hari
4. Flufenazin Tablet 2,5 mg, 5 mg 10 - 15 mg/hari
5. Flufenazin Inj 25 mg/ml 25 mg/2-4 minggu
dekanoat
6. Levomeprazin Tablet 25 mg 25 - 50 mg/hari
Injeksi 25 mg/ml
7. Trifluperazin Tablet 1 mg dan 5 10 - 15 mg/hari
mg
8. Tioridazin Tablet 50 dan 100 150 - 600 mg/hari
mg
9. Sulpirid Tablet 200 mg 300 - 600 mg/hari
Injeksi 50 mg/ml
10. Pimozid Tablet 1 dan 4 mg 1 - 4 mg/hari
11. Risperidon Tablet 1, 2, 3 mg 2 - 6 mg/hari

Cara penggunaan

37
- Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek
klnis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek
samping sekunder.
- Pemilihan jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang
dominan dan efek samping obat. Pergantian obat disesuaikan dengan dosis
ekivalen.
- Apabila obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam
dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat
diganti dengan obat psikosis lain (sebaiknya dari golongan yang tidak
sama), dengan dosis ekivalennya dimana profil efek samping belum tentu
sama.
- Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti psikosis sebelumnya jenis
obat antipsikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan
baik efek sampingnya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang
- Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
 Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
 Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam
 Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)
 Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak efek
samping (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak
begitu mengganggu kualitas hidup pasien

Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama


Newer atypical antipsycoic merupakn terapi pilihan untuk penderita
Skizofrenia episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal dan
resiko untuk terkena tardive dyskinesia lebih rendah.
Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai
bekerja. Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan
obat lain, para ahli biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2
kali lebih lama pada Clozaril)

Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)


Biasanya timbul bila pendrita berhenti minum obat, untuk itu, sangat penting
untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat. Terkadang
penderita berhenti minum obat karena efek samping yang ditimbulkan oleh obat
tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat menurunkan dosis menambah obat
untuk efek sampingnya, atau mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya
lebih rendah.
Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat
mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 2- 4
minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam penerapannya.
Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat sesuai
anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan obat
obatan yang lain, misalnya antipsikotik konvensonal dapat diganti dengan newer
atipycal antipsycotic atau newer atipycal antipsycotic diganti dengan antipsikotik

38
atipikal lainnya. Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja bila terapi
dengan obat-obatan diatas gagal.

Pengobatan Selama fase Penyembuhan


Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun
setelah sembuh. Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang behenti
minum obat setelah episode petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli
merekomendasikan pasien-pasien Skizofrenia episode pertama tetap mendapat
obat antipskotik selama 12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan dosisnya.
Pasien yang mendertia Skizofrenia lebih dari satu episode, atau balum sembuh
total pada episode pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu
diingat, bahwa penghentian pengobatan merupakan penyebab tersering
kekambuhan dan makin beratnya penyakit.

Efek Samping Antipsikotik

1. Gejala ekstrapiramidal
Gejala ekstrapiramidal timbul akibat blokade reseptor dopamine 2 di basal
ganglia (putamen, nukleus kaudatus, substansia nigra, nukleus subthalamikus, dan
globus palidus). Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan mekanisme dopaminergik
dan kolinergik sehingga sistem ekstrapiramidal terganggu. Paling sering
disebabkan antipsikotik tipikal potensi tinggi. Gejala ini dibagi dalam beberapa
kategori, yaitu:
a. Reaksi Distonia Akut (ADR)
Terjadi spasme atau kontraksi involunter akut dari satu atau lebih kelompok
otot skelet. Kelompok otot yang paling sering terlibat adalah otot wajah, leher,
lidah atau otot ekstraokuler, bermanifestasi sebagai tortikolis, disastria bicara,
krisis okulogirik dan sikap badan yang tidak biasa. Reaksi distonia akut sering
sekali terjadi dalam satu atau dua hari setelah pengobatan antipsikosis dimulai,
tetapi dapat terjadi kapan saja. Keadaan ini terjadi pada kira-kira 10% pasien,
lebih lazim pada pria muda, dan lebih sering dengan neuroleptik dosis tinggi yang
berpotensi tinggi, seperti haloperidol dan flufenazine. Reaksi distonia akut dapat
menjadi penyebab utama dari ketidakpatuhan pemakaian obat.
b. Akatisia
Akatisia merupakan gejala ekstrapiramidal yang paling sering terjadi akibat
antipsikotik. Kemungkinan terjadi pada sebagian besar pasien terutama pada
populasi pasien lebih muda. Terdiri dari perasaan dalam yang gelisah, gugup,
keinginan untuk tetap bergerak dan sulit tidur. Akatisia dapat menyebabkan
eksaserbasi gejala psikotik akibat perasaan tidak nyaman yang ekstrim. Hal ini
menjadi salah satu penyebab ketidakpatuhan pengobatan.
c. Sindrom Parkinson
Merupakan gejala ekstrapiramidal yang dapat dimulai berjam-jam setelah
dosis pertama antipsikosi atau dimulai secara berangsur-angsur setelah
pengobatan bertahun-tahun. Manifestasinya meliputi gaya berjalan membungkuk,
hilangnya ayunan lengan, akinesia, tremor dan rigiditas. Akinesia menyebabkan

39
penurunan spontanitas, apati dan kesukaran untuk memulai aktifitas normal.
Terkadang, gejala ini dikelirukan dengan gejala negatif skizofrenia.
d. Tardive Diskinesia
Manifestasi gejala ini berupa gerakan dalam bentuk koreoatetoid abnormal,
gerakan otot abnormal, involunter, mioklonus, balistik, atau seperti tik. Ini
merupakan efek yang tidak dikehendaki dari obat antipsikotik. Hal ini disebabkan
defisiensi kolinergik yang relatif akibat supersensitif reseptor dopamine di
puntamen kaudatus. Prevalensi tardive diskinesia diperkirakan terjadi 20-40%
pada pasien yang berobat lama. Sebagian kasus sangat ringan dan hanya sekitar
5% pasien memperlihatkan gerakan berat nyata. Faktor predisposisi meliputi umur
lanjut, jenis kelamin wanita, dan pengobatan berdosis tinggi atau jangka panjang.

2. Neuroleptic Malignant
Neuroleptic malignant adalah suatu sindrom yang terjadi akibat komplikasi
serius dari penggunaan obat antipsikotik. Sindrom ini merupakan reaksi
idiosinkratik yang tidak tergantung pada kadar awal obat dalam darah. Sindrom
tersebut dapat terjadi pada dosis tunggal antipsikotik (phenotiazine, thioxanthene,
atau neuroleptikal atipikal). Biasanya berkembang dalam 4 minggu pertama
setelah dimulainya pengobatan. SNM sebagian besar berkembang dalam 24-72
jam setelah pemberian antipsikotik atau perubahan dosis (biasanya karena
peningkatan). Sindroma neuroleptik maligna dapat menunjukkan gambaran klinis
yang luas dari ringan sampai dengan berat. Gejala disregulasi otonom mencakup
demam, diaphoresis, tachipnea, takikardi dan tekanan darah meningkat atau labil.
Gejala ek,d strapiramidal meliputi rigiditas, disfagia, tremor pada waktu tidur,
distonia dan diskinesia. Tremor dan aktivitas motorik berlebihan dapat
mencerminkan agitasi psikomotorik. Konfusi, koma, mutisme, inkotinensia dan
delirium mencerminkan terjadinya perubahan tingkat kesadaran.
1. Peningkatan berat badan
Paling sering karena pengobatan antipsikotik atipikal. Nafsu makan yang
meningkat erat kaitannya dengan blokade reseptor alpha1- adrenergic dan
Histaminergic.
2. Peningkatan prolactin
Blokade reseptor dopamine 2 di hipotalamus menyebabkan berkurangnya
pembentukan prolactin release factor. Akibatnya, faktor inhibitor prolaktin ke
hipofisis berkurang sehingga terjadi peningkatan kadar prolaktin. Pada perempuan
didapati sekresi payudara, sedangkan pada pria didapati ginekomasti.
3. Efek blokade reseptor kolinergik
- Pandangan kabur
- Mulut kering (kecuali klozapin yang meningkatkan salvasi)
- Penurunan kontraksi smooth muscle sehingga terjadi konstipasi dan retensi
urin.
4. Efek blokade reseptor adrenergik : hipotensi ortostatik

2. Terapi Psikososial
a. Terapi perilaku

40
Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial
untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri,
latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong
dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan,
seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi
perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara
sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.

b. Terapi berorientasi-keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan
dalam keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia kembali
seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif
(setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas
didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan
kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong
sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur
terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan
tentang sifat skizofrenia dan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.
Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa
menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa
terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian
terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa
terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.

c. Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,
masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi
secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif.
Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa
persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang
memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya
paling membantu bagi pasien skizofrenia.

d. Psikoterapi individual
Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di
dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit
dilakukan; pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap
keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan,
atau teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan
rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap
kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan
penggunaan nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi
persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan kemungkinan dirasakan
sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.

3. Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)

41
Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,
menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau
membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan dasar.
Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan
efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan
penyesuaian yang dilakukan pada perawatan rumahsakit harus direncanakan.
Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang
skizofrenia.
Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu
mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit
tergantung dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan
rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis
ke arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan
hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien
dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan
kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien dalam memperbaiki kualitas
hidup.
Pada pelaksanaan Terapi ini dibutuhkan persiapan sebagai berikut:
 Pemeriksaan jantung, paru, dan tulang punggung.
 Penderita harus puasa
 Kandung kemih dan rektum perlu dikosongkan
 Gigi palsu , dan benda benda metal perlu dilepaskan.
 Penderita berbaring telentang lurus di atas permukaan yang datar
dan agak keras.
 Bagian kepala yang akan dipasang elektroda ( antara os prontal dan
os temporalis) dibersihkan.
 Diantara kedua rahang di beri bahan lunak dan di suruh agar pasien
menggigitnya.

Frekuensi dilakukannya terapi ini tergantung dari keadaan penderita dapat


diberi:
 2-4 hari berturut - turut 1-2 kali sehari
 2-3 kali seminggu pada keadaan yang lebih ringan
 Maintenance tiap 2-4 minggu
 Dahulu sebelum jaman psikotropik dilakukan 12-20 kali tetapi sekarang
tidak dianut lagi.
Indikasi pemberian terapi ini adalah pasien skizofrenia katatonik dan bagi
pasien karena alasan tertentu karena tidak dapat menggunakan antipsikotik atau
tidak adanya perbaikan setelah pemberian antipsikotik.
Kontra indikasi Elektro konvulsiv terapi adalah Dekompensasio kordis,
aneurisma aorta, penyakit tulang dengan bahaya fraktur tetapi dengan pemberian
obat pelemas otot pada pasien dengan keadaan diatas boleh dilakukan. Kontra
indikasi mutlak adalah tumor otak.

42
Sebagai komplikasi terapi ini dapat terjadi luksasio pada rahang, fraktur pada
vertebra, Robekan otot-otot, dapat juga terjadi apnue, amnesia dan terjadi
degenerasi sel-sel otak.

LO 3.9 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Skizofrenia

Percobaan bunuh diri yang bisa menyebabkan kecacatan atau kematian.

LO 3.10 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Skizofrenia

Menurut Prof. Tuti, terdapat tiga bentuk pencegahan primer.


Pertama, pencegahan universal, ditujukan kepada populasi umum agar tidak
terjadi faktor risiko. Caranya adalah mencegah komplikasi kehamilan dan
persalinan. Kedua, pencegahan selektif, ditujukan kepada kelompok yang
mempunyai risiko tinggi dengan cara, orang tua menciptakan keluarga yang
harmonis, hangat, dan stabil. Ketiga, pencegahan terindikasi, yaitu mencegah
mereka yang baru memperlihatkan tanda-tanda fase prodromal tidak menjadi
skizofrenia yang nyata, dengan cara memberikan obat antipsikotik dan suasana
keluarga yang kondusif.

Skizofrenia sendiri merupakan gangguan jiwa yang paling berat, menyerang


bagian yang sangat inti dari manusia yaitu persepsi, pikiran, emosi dan perilaku,
sehingga gejalanya sangat kompleks dan bercampur baur. Pada penderita
skizofrenia yang terganggu adalah sirkuit saraf otaknya, sehingga kadang-kadang
disebut misconnection syndrome. Kemampuan berpikir dan merasakan yang tidak
terorganisasi, tidak berkaitan atau salah mengaitkan, terjadi karena adanya
gangguan pada sirkuit saraf pada iregion-regio otak terkait untuk mengirimkan
dan menerima pesan secara efisien dan tepat.

LO 3.11 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Skizofrenia

Prognosis untuk skizofrenia pada umumnya kurang begitu menggembirakan.


Sekitar 25% pasien dapat kembali pulih dari episode awal dan fungsinya dapat
kembali pada tingkat prodromal (sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar
25% tidak akan pernah pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung memburuk.
Sekitar 50% berada diantaranya, ditandai dengan kekambuhan periodik dan
ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali untuk waktu yang singkat.
(Imam Setiadi daam Skizofrenia, Refika Aditama, 2006). 
Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis skizofrenia

1.Keluarga 
Skizofrenia tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi individu penderitanya,
tapi juga bagi orang-orang terdekat kepadanya. Biasanya, keluarganyalah yang
paling terkena dampak dari hadirnya skizofrenia. Pasien membutuhkan perhatian
dari masyarakat, terutama dari keluarganya. jangan membeda-bedakan antara

43
orang yang mengalami Skizofrenia dengan orang yang normal, karena orang yang
mengalami gangguan Skizofrenia mudah tersinggung.
2.Inteligensi
Pada umumnya pasien Skizofrenia yang mempunyai Inteligensi yang tinggi akan
lebih mudah sembuh dibandingkan dengan orang yang inteligensinya rendah.
Karena orang yang mempunyai inteligensi tinggi biasanya mudah diberi
pemahaman, mudah mengerti akan pentingnya pengobatan.
3.Pengobatan
Obat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya sebagian kecil pasien
(kemungkinan 25%) cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah fungsi
mental yang cukup normal. Kedua antagonis reseptor dopamine disertai dengan
efek merugikan yang mengganggu dan serius. Namun pasien skkizofrenia perlu di
beri obat Risperidone serta Clozapine.
4.Reaksi Pengobatan
Dalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang bereaksi terhadap
obat lebih bagus perkembangan kesembuhan daripada orang yang tidak bereaksi
terhadap pemberian obat.
5.Stressor Psikososial
Dengan semakin bertambah meningkatnya perkembangan teknologi, akan
mempengaruhi juga pada proses penyembuhan penyakit skizofrenia. Biasanya
negara berkembang, penderita skizofrenia bisa lebih cepat disembuhkan karena
adanya dukungan dari masyarakat sekitar. Sedangkan pada Negara-negara maju,
prognosis lebih susah dikarenakan, biasanya pada Negara-negara maju
masyarakatnya cenderung individual, tidak mengenal tetangga, dan tidak perdui
terhadap lingkungan sekitar.
Apabila stressor dari skizofrenia ini berasal dari luar, maka akan
mempunayi dampak yang positif, karena tekanan dari luar diri individu dapat
diminimalisir atau dihilangkan. Begitu pula sebaliknya apabila stressor datangnya
dari luar individu dan bertubi-tubi atau tidak dapat diminimalisir maka
prosgnosisnya adalah negatif atau akan bertambah parah.
6.Kekambuhan
penderita skizofrenia yang sering kambuh prognosisnya lebih buruk. Dengan
seringnya penderita skizofrenia kambuh maka akan semakin lemah pula system
yang ada pada dirinya.
7.Gangguan Kepribadian
Pada gangguan kepribadian ini, orang yang mempunyai tipe introvert lebih
susah dideteksi apakah ia mempunyai gejala skizofrenia karena orang tersebut
cenderung menutup diri. Prognosis untuk orang yang mempunyai gangguan
kepribadian akan sulit disembuhkan. Besar kecilnya pengalaman akan memiliki
peran yang sangat besar terhadap kesembuhan.
8.Onset
Jenis onset yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset yang
lambat dan akut, sedangkan onset yang tidak jelas memiliki prognosis yang lebih
baik.
9.Proporsi

44
Orang yang mempunyai bentuk tubuh normal (proporsional) mempunyai
prognosis yang lebih baik dari pada penderita yang bentuk tubuhnya tidak
proporsional.
10.Perjalanan penyakit
Pada penderita skizofreniayang masih dalam fase prodromal prognosisnya lebih
baik dari pada orang yang sudah pada fase aktif dan fase residual.
11.Kesadaran
Kesadaran orang yang mengalami gangguan skizofrenia adalah jernih. Hal inilah
yang menunjukkan prognosisnya baik nantinya.

LO 4 Memahami dan Menjelaskan Ibadah Mahdhoh Pada Pasien Psikotik


Jenis ‘Ibadah
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis. Salah satu
diantaranya adalah ibadah mahdhah.
1. ‘Ibadah Mahdhah, 
artinya  penghambaan yang murni hanya merupakan hubungan antara hamba
dengan Allah secara langsung. ‘Ibadah bentuk ini  memiliki 4 prinsip:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-
Quran maupun al- Sunnah, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika
keberadaannya.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw.
Salah satu tujuan diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh:

64 ‫وماارسلنا من رسول اال ليطاع باذن هللا … النسآء‬


Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin
Allah…(QS. 4: 64).
7 ‫وما آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا…الحشر‬
Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang
dilarang, maka tinggalkanlah…( QS. 59: 7).

Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda:

‫ خذوا عنى مناسككم‬.   ‫رواه البخاري‬. ‫صلوا كما رايتمونى اصلى‬  .


Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara
haji kamu

Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai
dengan praktek Rasul saw., maka dikategorikan “Muhdatsatul umur” perkara
meng-ada-ada, yang populer disebut bid’ah:  Sabda Nabi saw.:
‫ من‬Ž‫ عليكم بسنتى وسنة الخلفآء الراشدين المهديين‬ . ‫ متفق عليه‬. ‫من احدث فى امرنا هذا ما ليس منه فهو رد‬
‫ وكل بدعة‬،‫ فان كل محدثة بدعة‬،‫ واياكم ومحدثات االمور‬، ‫ تمسكوا بها وعضوا بها بالنواجذ‬، ‫بعدى‬
‫ وخير الهدي‬، ‫ فان خير الحديث كتاب هللا‬،‫ اما بعد‬ ، ‫ رواه احمد وابوداود والترمذي وابن ماجه‬.  ‫ضاللة‬
‫ رواه مسلم‬. ‫ وشر االمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضاللة‬.‫ ص‬ ‫هدي محمد‬
Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad
saw. adalah karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-
rasul mereka:

45
‫ فاذا امرتكم بشيئ فأتوا‬،‫ فانما هلك من كان قبلكم بكثرة سؤالهم واختالفهم على انبيآئهم‬،‫ذرونى ما تركتكم‬
‫ اخرجه مسلم‬. ‫منه ماستطعتم واذا نهيتكم عن شيئ فدعوه‬

c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini
bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal
hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri’.
Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya
bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai
dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat
dan rukun yang ketat.
d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini
adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang
diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan
hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk
dipatuhi:
Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :
1.Wudhu,
2.Tayammum
3. Mandi hadats
4. Adzan
5. Iqamat
6. Shalat
7. Membaca al-Quran
8. I’tikaf
9. Shiyam(Puasa)
10. Haji
11. Umrah
12. Tajhiz al- Janazah

Hikmah IbadahMahdhah
Pokok dari semua ajaran Islam adalah “Tawhidul ilaah” (KeEsaan Allah) , dan
ibadah mahdhah itu salah satu sasarannya adalah untuk mengekpresikan ke Esaan
Allah itu, sehingga dalam pelaksanaannya diwujudkan dengan:
a. Tawhidul wijhah (menyatukan arah pandang). Shalat semuanya harus
menghadap ke arah ka’bah, itu bukan menyembah Ka’bah, dia adalah batu tidak
memberi manfaat dan tidak pula memberi madharat, tetapi syarat sah shalat
menghadap ke sana  untuk menyatukan arah pandang, sebagai perwujudan Allah
yang diibadati itu Esa. Di mana pun orang shalat ke arah sanalah kiblatnya  (QS.
2: 144).

b. Tawhidul harakah (Kesatuan gerak). Semua orang yang shalat gerakan


pokoknya sama, terdiri dari berdiri, membungkuk (ruku’), sujud dan duduk.
Demikian halnya ketika thawaf dan sa’i, arah putaran dan gerakannya sama,
sebagai perwujudan Allah yang diibadati hanya satu.

46
c. Tawhidul lughah (Kesatuan ungkapan atau bahasa). Karena Allah yang
disembah (diibadati) itu satu maka bahasa yang dipakai mengungkapkan ibadah
kepadanya hanya satu yakni bacaan shalat, tak peduli bahasa ibunya apa, apakah
dia mengerti atau tidak, harus satu bahasa, demikian juga membaca al-Quran, dari
sejak turunnya hingga kini al-Quran adalah bahasa al-Quran yang membaca
terjemahannya bukan membaca al-Quran.

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, William F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 20.


Jakarta:EGC
Hawari, Dadang. 2006. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa.
Jakarta:FKUI
Kaplan, Sadock, Grebb. 1997. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku
Psikiatri Klinis Jilid Satu. Jakarta: Binarupa Aksara.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. ‘Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2015 Tentang Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa’. Diakses pada tanggal 25 Desember 2019.
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/KMK_No._HK_.02_.02-
MENKES-73-2015_ttg_Pedoman_Nasional_Pelayanan_Kedokteran_Jiwa_.pdf
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015
Maslim, Rusdi. 2003. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ III.
Jakarta:Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.
Thorson, R., T, Matson, J., L., Rojahn, J., dan Dixon, D., R., 2008. Behavior
problems in institutionalized people with intellectual disability and schizophrenia
spectrum disorders. Journal of Intellectual & Developmental Disability, 33, 316–
322.
Uddin, Jurnalis. 2007. Anatomi Susunan Saraf Manusia. Jakarta: Universitas
Yarsi.
Shidiq, Umay. 2008. ‘Ibadah Maghdah dan Ghairu Maghdah’. Diakses pada
tanggal 23 Desember 2019. http://umayonline.wordpress.com/2008/09/15/ibadah-
mahdhah-ghairu-mhadhah/

47
Zuhri, Saifuddin, dkk. 2010. ‘Gangguan Psikotik dan Skizofrenia’. Diakses
pada tanggal 14 Desember 2019.
http://makalahpsikologi.blogspot.com/2010/01/gangguan-psikotik-dan-
skizofrenia.html

48

Anda mungkin juga menyukai