KELOMPOK A2
KETUA : ANJANI KHOIRRUNNISA UTAMI 1102017029
ANGGOTA : ANNISA ULFA 1102017035
ANGGIE YUSTIKA SANDY SIHOTANG 1102017025
ARIN CAHYANINGTYAS W 1102017038
ARUM BUDIATI 1102017040
CALLISTA ADINE 1102017054
FARADHILA TAJRIYANI 1102017092
FIRYAL ALMIRA DEVINA 1102017094
IFFATY FARRAZ S. M. 1102017106
IRSANNY NUR ASYIAH AMELIA 1102017115
KHAFIFAH PUJA ATMALIA 1102017124
KINTAN UTARI
1102017125
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2019/2020
Jl.Letjen. Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta Pusat. DKI Jakarta, Indonesia.10510.
Telepon +62 21 4206675
ABSTRAK :
Pancasila merupakan dasar negara , selain itu pancasila bisa dikatakan sebagai
pedoman hidup. Didalam sila-sila pancasila terdapat hak-hak sebagai selayaknya
manusia yang terkandung didalamnya, selain itu sila-sila pancasila bisa kita pakai
dalam kehidupan sehari-hari misalnya dengan adanya pancasila ini kita lebih bisa
menghargai disetiap perbedaan dan dengan adanya pancasila kita bisa lebih
mengenal apa arti kebersamaan serta keadilan dalam bermasyarakat yang saling
gotong-royong. Sehingga warga Indonesia dapat menciptakan bangsa yang guyup
rukun, saling mendukung satu sama lain, dan dapat bersatu demi satu tujuan yaitu
membuat bangsa Indonesia menjadi negara yang maju. Jadilah negara yang gotong-
royong sesuai pesan-pesan soekarno agar kita bisa meraih tujuan bersama untuk
memajukan bangsa dan negara Indonesia.
PENDAHULUAN
Saatnya kita kembali mengokohkan kepribadian dan karakter sebagai bangsa ber-
Ketuhanan Yang Maha Esa sejalan dengan falsafah Pancasila. Ada anasir yang hendak
mengarahkan Indonesia menjadi negara atau bangsa yang liberal dan sekuler, dan itu
perlu diwaspadai sebagai ancaman serius bagi kebangsaan kita. Kita adalah bangsa besar
yang dibangun di atas konsepsi besar bernama Pancasila. Pancasila menginginkan kita
menjadi bangsa yang ber-Ketuhanan, bangsa yang religius, bukan bangsa sekuler apalagi
tak ber-Tuhan. Inilah karakteristik kita, inilah kepribadian kita. Dan, ini jualah yang
dipesankan Bung Karno dan para pendiri bangsa sebagai warisan untuk kita rawat
1. Tantangan Generasi Milenal dalam menjalankan sila pertama
Saat ini banyak kalangan memperbincangkan mengenai generasi millenial
Indonesia yang pada umumnya pelajar dan mahasiswa. Namun, studi tentang generasi
millenial ini belum menyentu hal-hal yang subtansial. Generasi milennial sendiri dapat
diartikan sebuah generasi yang lahir antara tahun 1980-2000 atau generasi muda masa
kini berusia antara 15–34 tahun. Selain pemuda pada umumnya, generasi millenial ini
juga didalamnya adalah pelajar dan mahasiswa. Generasi millenial memiliki
ketergantungan sangat tinggi terhadap berbagai perkembangan teknologi digital dan
online terkini. Ketergantungan terhadap teknologi ini membuat generasi millenial dapat
dikatakan sebagai generasi yang sangat berbeda karakteristik dan memiliki keunikan
tersendiri dalam menerima dan mengtransfer segala informasi dan pengetahuan yang
diperoleh jika dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya.
Namun, beberapa penelitihan mengatakan bahwa generasi millenial ini
merupakan salah satu kelompok generasi yang sangat rentan terhadap pengaruh-pengaruh
radikalisme dan tindakan intoleran ditengah derasnya arus informasi yang beredar di
media sosial dan internet. Sebab, banyak informasi-informasi yang tidak difilter dan
bahkan menjadi tidak terkendali. Bahaya gerakan anti terhadap Pancasila dan gerakan
radikalisme juga kini mulai nampak dan merebak di kalangan pelajar serta mahasiswa
yang merupakan kelompok dari generasi millenial ini.
Melihat kenyataan ini maka, penanaman nilai-nilai Pancasila sudah semestinya
mengfokuskan dan mengakomodasi kelompok generasi millenial dengan sebuah
formulasi atau metode-metode pembelajaran yang relevan dengan perkembangan
kecanggihan teknologi saat ini. Sehingga, generasi millenial ini tidak bersifat apatis
dengan pembelajaran nilai-nilai pancasila dan bersikap kritis terhadap pengaruh ideologi-
ideologi radikal serta sikap-sikap intoleran. Pancasila harus bisa dijadikan pegangan dan
prinsip hidup generasi millenial Indonesia dalam menghadapi derasnya kemajuan
teknologi modern saat ini. Generasi millenial harus mampu mengamalkan Pancasila,
bhineka tunggal ika dan nilai-nilai toleransi bangsa Indonesia agar tetap eksis dan berdiri
kokoh (Oswin,2017).
2. Ancaman atau problematika Negara berketuhanan yang maha esa
Sila pertama yang berbunyi “ Ketuhanan Yang Maha Esa “ Artinya kita harus
lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa, tetapi di Indonesia banyak
ognum-ognum yang kurang bertanggung jawab dan menyalah gunakan sila
pertama,ada beberapa penyimpangan yang pernah ada di Indonesia misalnya :
1. Tidak mengakui adanya Tuhan
2. Tidak menjalankan kewajiban sebagai umat beragama
3. Memaksakan suatu agama kepada orang lain
4. Melakukan tindakan diskriminasi terhadap orang yang berbeda agama
5. Tidak mau beribadah
6. Menganggu orang yang sedang beribadah
7. Melakukan pelecehan terhadap simbol agama
8. Menghina agama lain
9. Memusuhi penganut agama lain
10. Menghalangi orang lain untuk beribadah
11. Tidak mau bekerjasama dengan pemeluk agama lain
12. Mengabaikan toleransi beragama dalam masyarakat
13. Menghalangi orang lain menjalankan kewajiban agama
14. Saling bermusuhan terhadap sesama penganut agama
15. Menyebarkan paham atheis
- Banyaknya gerakan separatis yang muncul akibat SARA, seperti di papua, keadaan
saat ini di papua sedang sangat tidak stabil sampai dengan berstatus siaga 1. Hal
tersebut dilandaskan isu ras dan agama sehingga ada beberapa masjid atau tempat
peribadatan menjadi sasaran amuk masa. menurut sejarah, indonesia pernah
menghadapi hal serupa yang terjadi di aceh, sehingga hampir 75% desa yang ada
di aceh sudah di kuasai oleh GAM (gerakan aceh merdeka), hal tersebut juga
dilandaskan dengan ingin berdirinya aceh sebagai negara islam.
Contoh problematika:
“Kami tidak mengevalusi soal kerjanya, karena ini bukan tentang hal itu. Kami
berharap bahwa dia dipindahkan saja ke kecamatan lain yang lebih heterogen. Bahkan
memiliki pemimpin perempuan sudah aneh bagi kami, karena dia tidak akan dapat
bergabung dengan berbagai acara yang digelar di masjid-masjid,” kata salah satu
warga, Naser Nasrullah. Menurut juru bicara Pemprov DKI Jakarta, Eko Haryadi,
pihaknya akan menampung semua aspirasi warga Jakarta. “Kalau memang ada
keluhan nanti dicek oleh pimpinan, dianggap memang seharusnya dipindah, ya akan
dipindah. Tapi, nanti akan dikroscek lagi,” katanya kepada KBR68H, Selasa
(20/8). Dalam tuntutan itu sendiri warga setempat mengklaim telah membuat petisi
dengan mengumpulkan 2300 nama dan 1500-an KTP sebagai tanda bukti dukungan
untuk penggantian lurah baru tersebut. (sumber: Jawaban.com)
Dari kasus diatas, sebagian dari masyarakat Indonesia belum sepenuhnya menerapkan
Pancasila dan nilai-nilai luhurnya. Nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam sila pertama
dengan jelas mengatakan bahwa setiap orang mempunyai hak untuk memilih kepercayaannya
masing-masing. Setiap individu tidak dapat memaksakan agama atau kepercayaan yang dianut
kepada orang lain serta wajib membina kerukunan hidup diantara umat beragama. Sebagai warga
negara Indonesia yang sah, Susan Jasmine Zulkifli memiliki hak untuk ikut serta dalam
pemerintahan. Dan alasan warga menolak beliau sungguh tidak masuk akal mengingat Lurah
Susan dapat membuktikan bahwa ia pantas mendapatkan jabatannya dengan menunjukkan
kinerja yang baik. Perbedaan keyakinan tidak dapat dijadikan alasan untuk mencopot jabatan
seseorang, apalagi kasus ini terjadi di negara yang mengakui lebih dari satu agama. Hendaknya
masyarakat bisa lebih bijaksana dan dewasa dalam bersikap. Harus memupuk sikap toleransi
antar umat beragama. Jika dibiarkan, kasus yang cenderung menyinggung SARA seperti ini bisa
memicu konflik yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Fadilah, Nurul. 2019. Tantangan dan penguatan ideologi Pancasila dalam menghadapi era
revolusi industry 4.0. Journal of Digital Education, Communication, and Arts Vol. 2, No. 2.
Diakses di https://jadipaham.com/75-contoh-sikap-dan-perilaku-yang-tidak-sesuai-
dengan-pancasila/ pada tanggal 11 November 2019 pukul 20.00 WIB
Diakses di https://www.republika.co.id/berita/koran/opini-koran/14/12/16/ngnpsn8-
kebangsaan-yang-berketuhanan pada tanggal 11 November 2019 pukul 20.00 WIB
Diakses di https://dheavanialado.wordpress.com/2015/04/13/contoh-contoh-berita-yang-
mengandung-nilai-pancasila-positif-negatif/ pada tanggal 11 november 2019 pukul 21.00 WIB