Anda di halaman 1dari 22

POTENSIAL AKSI DAN KELISTRIKAN JANTUNG

MAKALAH
Ditulis untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Biofisika I

oleh
Ulfah Hidayah
Anggra Kumala P
Riva Indah A. Y.
Devi Ariesta
Dyah Triwinarti
Prima Noor

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Brawijaya
Malang
2013
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Listrik memiliki peranan yang sangat penting untuk mengontrol sistem fungsi tubuh
manusia. Muatan listrik menentukan respon seluler terhadap stimulasi yang meliputi resting
state, threshold state, active state. Listrik dapat tercipta ketika terdapat perbedaan muatan
listrik antara satu bagian dengan bagian yang lain. Di dalam tubuh manusia terdapat dua
bagian kompartemen besar yang berisi cairan. Bagian yang terletak di dalam sel yang
dibatasi oleh membran sel yang disebut sebagai cair intra sel (cis). Sedangkan bagian yang
berada di luar sel disebut sebagai cair ekstra sel (ces). Komponen cis dan ces sebagian besar
adalah elektrolit yang mengandung ion bermuatan listrik.
Jantung merupakan organ yang dapat memproduksi muatan listrik. Karena tubuh
adalah konduktor yang baik, maka impuls yang dihasilkan jantung dapat menjalar keseluruh
bagian tubuh. Hal ini menyebabkan potensial aksi yang dipancarkan oleh jantung dapat
diukur dengan menggunakan galvanometer melalui elektroda-elektroda yang diletakkan pada
berbagai posisi di permukaan tubuh. Secara umum fungsi jantung adalah memompa darah
keseluruh tubuh dan menampungnya kembali setelah dibersihkan oleh oragan paru-paru.
Pada saat memompa darah jantung menyediakan oksigen yang cukup untuk diedarkan
keseluruh tubuh melalui sistem peredaran darah. Selain itu juga membersihkan tubuh dari
hasil metabolisme. Bertambahnya usia seseorang sangat berpengaruh terhadap fungsionalitas
jantung.
Uraian di atas menjadikan penulis untuk menulis makalah yang berkaitan dengan
Kelistrikan pada Sistem Tubuh. Serta menjadikan makalah ini sebagai tugas terstruktur Mata
Kuliah Biofisika 1.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Bagaimana peran listrik terhadap sistem tubuh?
b. Bagaimana proses terjadinya potensial aksi?
c. Bagaimana kerja jantung sebagai organ yang memproduksi muatan listrik?

1.3 TUJUAN
a. Untuk megetahui peran listrik terhadap sistem tubuh
b. Untuk mengetahui proses terjadinya potensial aksi
c. Untuk mengetahui cara kerja jantung sebagai organ yang memproduksi muatan listrik.
BAB II
JANTUNG DAN KELISTRIKAN JANTUNG

Secara umum fungsi jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh dan
menampungnya kembali setelah dibersihkan oleh organ paru-paru. Hal ini berarti bahwa fungsi
jantung manusia adalah sebagai alat atau organ pemompa darah pada manusia. Pada saat itu
jantung menyediakan oksigen darah yang cukup dan dialirkan ke seluruh tubuh, serta
membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Sehingga untuk melaksanakan
fungsi tersebut jantung mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan
selanjutnya memompanya ke paru-paru, dengan cara darah pada jantung mengambil oksigen dan
membuang karbondioksida. Pada jantung darah yang kaya akan oksigen yang berasal dari paru-
paru dipompa ke jaringan seluruh tubuh manusia. Bertambahnya usia seseorang, akan sangat
berpengaruh terhadap fungsionalitas jantung itu sendiri. Hal ini berarti karena jantung bekerja
secara terus menerus selama manusia hidup dan akan berpengaruh terhadap kemampuan fungsi
jantung yang secara berangsur akan mengalami penurunan. Hal ini akan semakin drastis
penurunan fungsi jantung apabila terdapat keadaan lain yang mempengaruhi fungsi jantung itu
sendiri. Misalnya terjadi infeksi otot jantung atau selaput otot miokarditis atau perikarditis,
berkurangnya oksigen karena penyempitan pembuluh darah yang menyuplainya sering disebut
sebagai penyakit jantung koroner, bertambahnya massa otot karena meningkatnya tekanan, dan

sebagainya.

Jantung merupakan organ yang mampu memproduksi muatan listrik karena tubuh adalah
konduktor yang baik, maka impuls yang dihasilkan jantung dapat menjalar ke seluruh tubuh,
sehingga potensial aksi yang dipancarkan oleh jantung dapat diukur dengan galvanometer
melalui elektroda-elektroda yang diletakkan pada berbagai posisi di permukaan tubuh.

2.1 ANATOMI JANTUNG

Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang terletak di rongga dada
dibawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum. Ukuran jantung lebih kurang
sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram.
Jantung mempunyai empat ruang yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, dan
ventrikel kiri. Atrium adalah ruangan sebelah atas jantung dan berdinding tipis, sedangkan
ventrikel adalah ruangan sebelah bawah jantung. dan mempunyai dinding lebih tebal karena
harus memompa darah ke seluruh tubuh. Atrium kanan berfungsi sebagai penampung darah
rendah oksigen dari seluruh tubuh. Atrium kiri berfungsi menerima darah yang kaya oksigen dari
paru-paru dan mengalirkan darah tersebut ke paru-paru. Ventrikel kanan berfungsi menerima
darah dari atrium kanan dan memompakannya ke paru-paru.ventrikel kiri berfungsi untuk
memompakan darah yang kaya oksigen keseluruh tubuh. Jantung juga terdiri dari tiga lapisan
yaitu lapisan terluar yang merupakan selaput pembungkus disebut epikardium, lapisan tengah
merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari otot-otot jantung disebut miokardium dan lapisan
terluar yang terdiri jaringan endotel disebut endokardium.

Gambar 1. Anatomi Jantung Manusia

2.2 CARA KERJA JANTUNG

Jantung bekerja melalui mekanisme secara berulang dan berlangsung terus menerus yang
juga disebut sebagai sebuah siklus jantung sehingga secara visual terlihat atau disebut sebagai
denyut jantung. Melalui mekanisme berselang-seling, jantung berkonstraksi untuk
mengosongkan isi jantung dan melakukan relaksasi guna pengisian darah. Secara siklus, jantung
melakukan sebuah periode sistol yaitu periode saat berkontraksi dan mengosongkan isinya
(darah), dan periode diastol yaitu periode yang melakukan relaksasi dan pengisian darah pada
jantung. Kedua serambi (atrium) mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua bilik
(ventrikel) juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan pula untuk melakukan
mekanisme tersebut.

Sel otot jantung melakukan kontraksi dengan tujuan untuk memompa darah yang
dikeluarkan oleh sebuah potensial aksi dan menyebar melalui membran sel otot. Ketika
melakukan kontraksi, jantung menjadi berdenyut secara “berirama”, hal ini akibat dari adanya
potensial aksi yang ditimbulkan oleh kegiatan dari jantung itu sendiri. Kejadian tersebut
diakibatkan karena jantung memiliki sebuah mekanisme untuk mengalirkan listrik yang
ditimbulkannya sendiri untuk melakukan kontraksi atau memompa dan melakukan relaksasi.
Mekanisme aliran listrik yang menimbulkan aksi tersebut dipengaruhi oleh beberapa jenis
elektrolit seperti K+, Na+, dan Ca++. Sehingga apabila didalam tubuh terjadi gangguan pada kadar
elektrolit tersebut maka akan menimbulkan gangguan pula pada mekanisme aliran listrik pada
jantung manusia. Otot jantung menghasilkan arus listrik dan disebarkan ke jaringan sekitar
jantung dan dihantarkan melalui cairan-cairan yang dikandung oleh tubuh. Sehingga sebagian
kecil aktivitas listrik ini mencapai hingga ke permukaan tubuh misalnya pada permukaan dada,
punggung atau pada pergelangan atas tangan, dan hal ini dapat dideteksi atau direkam dengan
menggunakan alat khusus yang disebut dengan Elektrokardiogram (EKG). Jadi fungsi EKG
adalah merekam aktifitas listrik di cairan tubuh yang dirangsang oleh aliran listrik jantung yang
muncul hingga mencapai permukaan tubuh. Berbagai komponen pada rekaman EKG dapat
dikorelasikan dengan berbagai proses spesifik di jantung. EKG dapat digunakan untuk
mendiagnosis kecepatan denyut jantung yang abnormal, gangguan irama jantung, serta
kerusakan otot jantung. Hal ini disebabkan oleh karena adanya aktivitas listrik yang dapat
memicu aktivitas secara mekanis, sehingga apabila terjadi kelainan pola listrik, maka biasanya
juga akan disertai adanya kelainan mekanis atau otot jantung manusia.

2.3 KELISTRIKAN PADA JANTUNG

Setiap siklus jantung terdiri dari urutan peristiwa listrik dan mekanik yang saling
terkait. Rangsang listrik dihasilkan dari beda potensial ion antar sel yang selanjutnya akan
merangsang otot untuk berkontraksi dan relaksasi. Kelistrikan jantung merupakan hasil dari
aktivitas ion-ion yang melewati membran sel jantung. Aktivitas ion tersebut disebut sebagai
potensial aksi. Jantung manusia bekerja secara spontan dan berkelanjutan. Setiap struktur yang
membangun organ ini sungguh begitu menakjubkan. Dilihat dari kerja jantung secara elektrik,
organ ini memiliki kemampuan membentuk depolarisasi spontan & potensial aksi sendiri atau
sistem penghantar khusus (sel autoritmis).

2.4 Sifat sistem penghantar khusus:

1. Otomasi : kemampuan menghasilkan impuls secara spontan


2. Ritmis : keteraturan membangkitkan impuls
3. Daya penerus : kemampuan menghantarkan impuls
4. Peka rangsang : kemampuan berespons thd rangsang

2.5 MEKANISME PENGHATARAN IMPULS

1. Depolarisasi Atrium

SA node (nodus sinus) akan terangsang secara spontan (tak terlihat dlm rekaman EKG)
gelombang depolarisasi menyebar ke arah luar menuju ke miokardium atrium (kiri dan kanan)
sel-sel miokardium atrium terdepolarisasi kedua atrium (kiri dan kanan) berkontraksi.

2. Masa Jeda Memisahkan Atrium dari Ventrikel

Gelombang depolarisasi telah menyelesaikan perjalanannya melalui atrium menemui


suatu sawar/ barrier yang disana terdapat AV node, AV node memperlambat konduksi sampai
menjadi lambat sekali (istirahat, berlangsung selama + 1/10 detik). Hal ini bertujuan agar atrium
menyelesaikan kontraksinya sebelum ventrikel mulai berkontraksi sehingga memungkinkan
atrium mengosongkan seluruh volume darahnya ke dalam ventrikel sebelum ventrikel
berkontraksi.
3. Depolarisasi Ventrikel

Setelah + 1/10 detik, gelombang pendepolarisasi lepas dari AV node dg cepat menjalar
turun di ventrikel sepanjang berkas his sampai ke serabut purkinje miokardium ventrikel kiri dan
kanan terdepolarisasi ventrikel berkontraksi.

4. Repolarisasi

Setelah miokardium berdepolarisasi, sel-sel tersebut mengalami periode refrakter yang


singkat dan selama periode ini sel-sel tersebut kebal terhadap rangsangan berikutnya sel-sel
menjalani repolarisasi

Gambar 2. Mekanisme Penghantar Impuls

2.6 AKTIFITAS KELISTRIKAN JANTUNG

Kontraksi sel otot jantung terjadi oleh adanya potensial aksi yang dihantarkan sepanjang
membran sel otot jantung. Jantung akan berkontraksi secara ritmik, akibat adanya impuls listrik
yang dibangkitkan oleh jantung sendiri yang disebut "autorhytmicity". Ada dua jenis khusus sel
otot jantung, yaitu: sel kontraktil dan sel otoritmik. Sel kontraktil melakukan kerja mekanis,
yaitu memompa dan sel otoritmik mengkhususkan diri memicu dan menghantarkan potensial
aksi yang bertanggung jawab untuk kontraksi sel-sel pekerja. Berbeda dengan sel saraf dan sel
otot rangka yang memiliki potensial membran istirahat yang mantap. Sel-sel khusus jantung
tidak memiliki potensial membran istirahat. Sel-sel ini memperlihatkan aktivitas "pacemaker"
(picu jantung), berupa depolarisasi lambat yang diikuti oleh potensial aksi apabila potensial
membran tersebut mencapai ambang tetap . Dengan demikian, timbulah potensial aksi secara
berkala yang akan menyebar keseluruh jantung dan menyebabkan jantung berdenyut secara
teratur tanpa adanya rangsangan melalui saraf.

Pada sel-sel otoritmik jantung, potensial membaran tidak menetap antara potensial-
potensial aksi.Setelah suatu potensial aksi, membran secara lambat mengalami depolarisasi atau
bergeser ke ambang akibat inaktivitasi saluran K + , pada saat yang sama ketika sedikit K + ke luar
+
sel karena penurunan tekanan K dan Na +, yang permeabilitasnya tidak berubah, terus bocor
masuk ke dalam sel. Akibatnya, bagian dalam secara perlahan menjadi kurang negatif; yaitu
membran secara bertahap mengalami depolarisasi menuju ambang. Setelah ambang tercapai, dan
+ + + +
saluran Ca terbuka, terjadilah influks Ca secara cepat, menimbulkan fase naik dari
potensial aksi spontan.Fase saluran K +. Inaktivitasi saluran-saluran ini setelah potensial aksi usai
menimbulkan depolarisasi lambat berikutnya mencapai ambang.

Sel-sel jantung yang mampu mengalami otoritmisitas ditemukan di lokasi-lokasi berikut:

1. Kelenjar sinoatrium (SA), daerah kecil khusus di dinding atrium kanan dekat lubang venakava
superior.

2. Kelenjar atrioventrikel (AV), sebuah berkas kecil sel-sel otot jantung khusus di dasar atrium
kanan dekat septum, tepat di atas pertautan atrium dan ventrikel.

3. Berkas HIS (berkas atrioventrikel), suatu sel-sel khusus yang berasal dari kelenjar AV dan
masuk ke septum antar ventrikel, tempat berkas tersebut bercabang membentuk berkas kanan
dan kiri yang berjalan ke bawah melalui seputum, melingkari ujung ruang ventrikel dan
kembali ke atrium di sepanjang dinding luar.

4.Serat Purkinje, serat-serta terminal halus yang berjalan dari berkas HIS dan menyebar
keseluruh miokardium ventrikel seperti ranting-ranting pohon.Berbagai sel penghantar khusus
memiliki kecepatan pembentukkan impuls spontan yang  berlainan. Simpul SA memiliki
kemampuan membentuk impuls spontan tercepat. 

Gambar Susunan Penghantar Khusus pada Jantung

Impuls ini disebarkan ke seluruh jantung dan menjadi penentu irama dasar kerja jantung.
Penyebab melambatnya pengiriman impuls, dikarenakan tipisnya serat dan konsentrasi taut
selisih yang rendah. Taut selisih itu sendiri merupakan mekanisme komunikasi antar sel yang
mempermudah konduksi impuls. Hal ini memungkinkan atrium berkontraksi mendahului
ventrikel untuk memompakan darah ke dalam ventrikel sebelum kontraksi ventrikel yang sangat
kuat. Jadi, atrium bekerja sebagai pompa primer bagi ventrikel, dan ventrikel kemudian
menyediakan sumber energi utama bagi pergerakan darah melalui sistem vaskular. Dari nodus
AV. Potensial aksi menyebar cepat ke seluruh ventrikel, diperlancar oleh sistem pengirim
ventrikelkhusus yang terdiri dari berkas His dan serat-serat Purkinje.

Otot jantung menghasilkan arus listrik dan disebarkan ke jaringan sekitar jantung dan
dihantarkan melalui cairan-cairan yang dikandung oleh tubuh. Sehingga sebagian kecil aktivitas
listrik ini mencapai hingga ke permukaan tubuh misalnya pada permukaan dada, punggung atau
pada pergelangan atas tangan, dan hal ini dapat dideteksi atau direkam dengan menggunakan alat
khusus yang disebut dengan Elektrokardiogram (EKG). Jadi fungsi EKG adalah merekam
aktifitas listrik di cairan tubuh yang dirangsang oleh aliran listrik jantung yang muncul hingga
mencapai permukaan tubuh. Berbagai komponen pada rekaman EKG dapat dikorelasikan dengan
berbagai proses spesifik di jantung. EKG dapat digunakan untuk mendiagnosis kecepatan denyut
jantung yang abnormal, gangguan irama jantung, serta kerusakan otot jantung. Hal ini
disebabkan oleh karena adanya aktivitas listrik yang dapat memicu aktivitas secara mekanis,
sehingga apabila terjadi kelainan pola listrik, maka biasanya juga akan disertai adanya kelainan
mekanis atau otot jantung manusia.

Perjalanan aliran listrik pada jantung adalah sebagai berikut : Impuls listrik meninggalkan
Sinoatrium Node (SA) menuju atrium kanan dan kiri. hingga kedua atrium bisa berkontraksi
dalam waktu yang sama. Proses ini memakan waktu 0,4 detik. Pada saat atrium kanan dan kiri
berkontraksi, ventrikel akan terisi darah kemudian kembali mengalir ke Atrioventricular Node

(AV node) yang kemudian disebarkan ke kumpulan serabut yang berada disebalah kanan
dan kiri jantung sampai ke serat Purkinje yang berada di ventrikel kanan dan kiri jantung hingga
membuat kedua ventrikel berkontraksi bersamaan. Seluruh jaringan listrik pada jantung mampu
menghasilkan impuls listrik. Namun SA node memiliki kemampuan yang paling besar. Apabila
SA node gagal untuk menghasilkan impuls, maka fungsinya bisa saja digantikan oleh jaringan
lainnya, meskipun impulsnya cenderung lebih rendah. Pencetus listrik pada jantung memang
mampu mengakomodir kebutuhan jantung untuk mampu berkontraksi terus dalam rentang waktu
yang panjang. Terdapat serabut saraf yang mampu mengubah arus listrik yang dihasilkan serta
membuat perubahan pada kekuatan kontraksi jantung. Saraf yang dimaksud adalah bagian dari
susunan saraf otonom. Susunan saraf otonom sendiri terdiri dari 2 bagian : sistem saraf simpatik

dan sistem saraf parasimpatik. Dalam keadaan istirahat, sel jantung berada dalam
keadaan terpolarisasi secara elektris, yaitu bagian dalamnya bermuatan lebih negatif
dibandingkan bagian luarnya. Polaritas listrik ini dijaga oleh pompa membran yang menjamin
agar ion-ion terutama kalium, natrium klorida, dan kalsium untuk mempertahankan bagian dalam
sel supaya tetap bersifat negatif. Sel jantung dapat kehilangan negativitas internalnya dalam
suatu proses yang dinamakan depolarisasi. Depolarisasi ini merupakan kejadian yang penting
pada jantung. Depolarisasi berjalan dari satu sel ke sel lain sehingga menghasilkan gelombang
depolarisasi yang dapat berjalan ke seluruh bagian jantung. Gelombang depolarisasi ini
menggambarkan aliran listrik yakni arus listrik yang dapat dideteksi dengan elektroda-elektroda
yang dipasang pada permukaan tubuh. Sesudah depolarisasi selesai, sel jantung mampu
memulihkan polaritas istirahatnya melalui sebuah proses yang dinamakan repolarisasi. Proses ini
dapat direkam dengan elektroda-elektroda perekam. Seluruh gelombang yang terdapat pada EKG
itu merupakan manifestasi kedua proses dari depolarisasi dan repolarisasi.

2.7 SISTEM KONDUKSI KELISTRIKAN JANTUNG

Impuls jantung berasal dari nodus SA, pemacu jantung, yang memiliki kecepatan
depolarisasi spontan ke ambang yang tertinggi. Setelah dicetuskan, potensial aksi menyebar ke
seluruh atrium kanan dan kiri, sebagian dipermudah oleh jalur penghantar khusus, tetapi
sebagian besar melalui penyebaran impuls dari sel ke sel melalui gap junction. Impuls berjalan
dari atrium ke dalam ventrikel melalui nodus AV, satu-satunya titik kontak listrik antara kedua
bilik tersebut. Potensial aksi berhenti sebentar di nodus AV, untuk memastikan bahwa kontraksi
atrium mendahului kontraksi ventrikel agar pengisian ventrikel berlangsung sempurna. Impuls
kemudian dengan cepat berjalan ke septum antarventrikel melalui berkas His dan secara cepat
disebarkan ke seluruh miokardium melalui serat-serat Purkinje. Sel-sel ventrikel lainnya
diaktifkan melalui penyebaran impuls dari sel ke sel melalui gap junction. Dengan demikian,
atrium berkontraksi sebagai satu kesatuan, diikuti oleh kontraksi sinkron ventrikel setelah suatu
jeda singkat. Potensial aksi serat-serat jantung kontraktil memperlihatkan fase positif yang
berkepanjangan, atau fase datar, yang disertai oleh periode kontraksi yang lama, untuk
memastikan agar waktu ejeksi adekuat. Fase datar ini terutama disebabkan oleh pengaktifan
saluran Ca++ lambat. Karena terdapat periode refrakter yang lama dan fase datar yang
berkepanjangan, penjumlahan dan tetanus otot jantung tidak mungkin terjadi. Hal ini
memastikan bahwa terdapat periode kontraksi dan relaksasi yang berganti-ganti sehingga dapat
terjadi pemompaan darah.
BAB III

POTENSIAL AKSI

Listrik memiliki peran yang sangat penting dalam mengontrol sistem tubuh
manusia. Muatan listrik menentukan respon seluler terhadap stimulasi yang meliputi resting
state, treshhold state, dan active. Resting State merupakan respon dasar sel saat besarnya
stimulasi berada di bawah batas minimum aktivitas sel. Threshold State merupakan respon sel
saat besar stimulasi mencapai batas minimum aktifitas sel. Active State merupakan respon sel saat
besar stimulasi melebihi batas minimum aktifitas sel. Bentuk aktivitas sel beragam tergantung dengan
jenis dan fungsi sel. Sebagai contoh adalah sel endokrin mensekresi hormone, sel B limfosit
mensekresi antibody, sel makrofag yang melakukan fagositosis dan sel otot yang berkontraksi.

Listrik dapat tercipta ketika terdapat perbedaan muatan listrik antara satu bagian
tertentu dengan bagian yang lain. Di dalam tubuh manusia terdapat dua bagian kompartemen
besar yang berisi cairan. Bagian yang terletak di dalam sel, dibatasi oleh membrane sel
disebut sebagai cairan inra sel (cis). Sedangkan bagian yang terletak di luar sel disebut
dengan cairan ekstra sel (ces). Komponen penyusun cis dan ces sebagian besar adalah
elektrolit yang mengandung ion bermuatan listrik. Semakin besar perbedaan muatan listrik
antara cis dan ces maka semakin besar pula potensial listrik yang dihasilkan. Perdaan muatan
antara keduanya inilah yang disebut sebagai Beda Potensial Membran.

Komposisi di dalam cis dan ces bersifat dinamis dan selalu berubah, mengingat
keduanya saling berhubungan. Pada saat resting, komposisi ion cis dan ces menghasilkan
beda muatan listrik, dimana muatan listrik cis lebih kecil dibandingkan dengan muatan listrik
ces. Melalui suatu percobaan didapatkan nilai negative. Nilai ini mengisyaratkan bahwa
muatan listrik cis kurang daripada ces. Artinya muatan positif relative lebih banyak
menumpuk di ces, sedangkan muatan negative relative menumpuk di cis. Perbedaan inilah
yang disebut sebagai Resting Membran Potensial (RMP).

Ion Ekstraseluler (ces) Intraseluler (cis) Cenderung


Plasma Interstisial
Na+ 142 139 14 masuk
Ca++ 1,3 1,2 <<< Masuk
K+ 4,2 4 140 Keluar
Cl- 108 108 <<</4 Masuk
Beda potensial membrane pada saat resting (RMP) menunjukkan potensi arah
kecenderungan ion untuk bergerak. Potensi tersebut terbatasi oleh keberadaan membrane sel
yang bersifat semipermeable. Ion yang cenderung bergerak masuk atau keluar sel harus
melewati membrane sel, akan tetapi ion tidak dapat menembus membrane sel. Ion hanya
dapat melewati membrane melalui kanal khusus yang terbuka atau tertutup oleh pemicu
listrik ligand gated channel atau pemicu kimia ligand gated channel. Potensi pergerakan
pergerakan ion (muatan listrik) melintasi membrane dapat dipahami sebagai penjabaran
Hukum Coulomb yang menyatakan bahwa gaya tarik (F) yang diciptakan oleh RMP adalah
berbanding lurus dengan besar muatan ion (Q) yang berada di cis maupun d ices dan
berbanding terbalik dengan kuadret jarak (r2) antara cis dengan ces. Fenomena yang
demikian ini disebut sebagai Bioelektrostatika.

Kuadrat jarak menunjukkan jarak antara cis dan ces yang di artikan sebagai tebal
membrane sel. Semakin tebal membrane sel maka gaya tarik (F) yang ditimbulkan semakin
kecil, artinya potensial listrik statis juga semakin kecil. Sehingga sel cenderung tidak mudah
dirangsang atau cenderung kurang sensitive. Sebagai contoh adalah sel saraf yang
berselubung myelin pada bagian aksonnya. Selubung myelin menyebabkan ketebalan
membrane akson bertambah sehingga pada bagian yang terdapat myelin, akson menjadi
kurang sensitive atau tidak mudah dirangsang.
Potensial aksi adalah aliran ionik positif dan negatif yang bergerak di membran sel.
Langkah awal pengolahan informasi indra adalah transformasi energi stimulus menjadi
potensial reseptor, lalu menjadi potensial aksi pada serabut saraf. Selain itu potensial aksi
juga diartikan sebagai rangkaian peristiwa yang terjadi akibat beda potensial membrane
distimulasi. Potensial aksi hanya muncul bila terdapat stimulus atau rangsangan yang kuat
untuk membuka voltage gated ion channel, dimana setiap channel memiliki ambang
kepekaan (firing level/threshold) yang berbeda. Respon sel yang mendapatkan stimulasi
sampai batas minimal disebut sebagai threshold state dan yang mendapatkan stimulasi
melebihi batas minimal disebut active state (potensial aksi).

potensial aksi dimulai dengan proses depolarisasi membrane, yang artinya


peniadaan atau berkurangnya polarisasi (beda potensial) antara cis dan ces. Bila RMP yang
terukur adalah -70 mv, maka stimulasi yang kuat akan merubah beda potensial membrane
menjadi lebih kecil hingga mendekati nol. Penurunan beda potensial ini disebabkan oleh
pembukaan kanal ion natrium (Na+). Sensor listrik kanal ion natrium peka terhadap beda
potensial yang paling kecil, sehingga kanal ion natrium terbuka pertama kali setelah sel
distimulasi. Kanal ion natrium yang terbuka menyebabkan pergerakan masuk ion natrium.
Ion natrium membawa masuk muatan positif ke dalam cis menjadi lebih positif, sehingga
beda potensial antara cis dan ces berkurang dan mendekati nol.

Depolarisasi membrane ini akan berhenti ketika beda potensial membrane sudah
mencapai nilai ambang dari sensor kanal ion kalium dan chlor. Nilai ambang sensor kanal
ion chlor menghendaki beda potensial yang lebih kecil dibanding dengan kanal ion kalium
sehingga kanal ion chlor terbuka terlebih dahulu. Kanal ion chlor yang terbuka membawa
masuk sejumlah muatan negative ke dalam sel (cis) sehingga menambah beda potensial
membrane. Dengan demikian beda potensial yang semula mengecil akibat depolarisasi,
kembali meningkat akibat pembukaan kanal ion chlor. Beda potensial yang kembali
meningkat sampai pada nilai ambang kanal ion kalium, maka kanal tersebut akan terbuka dan
membawa keluar muatan positif dari dalam sel. Negatifitas muatan di dalam sel meningkat
kembali dan polarisasi membrane pun bertambah mendekati kondisi semula. Hal inilah yang
disebut sebagai fenomena repolarisasi, repolarisasi ini menunjukkan polarisasi membrane
kembali pada kondisi semula. Repolarisasi ini biasanya melebihi potensial membrane saat
resting (RMP) sehingga sejumlah ion natrium dan chlor terjebak di dalam sel sedangakan ion
kalium terjebak di luar sel. Peristiwa seperti ini biasa disebut dengan positive after potential.
Upaya untuk mengembalikan komposisi ion seperti pada kondisi awal bukanlah sesuatu yang
mudah ntuk dilakukan, hal ini dikarenakan sel harus mengaktifkan pompa ion yang
mentransport secara aktif dengan bantuan ATP.

Semakin besar beda potensial membrane, maka sel tersebut semakin sensitive. Pada
kondisi potensial membran yang besar dibutuhkan stimulus yang besar pula. Hal ini
untuk memicu terjadinya depolarisasi. Beda potensial membrane yang melebihi RMP
disebut dengan hiperpolarisasi, sedangkan beda potensial yang kurang dari RMP
disebut sebagai hipopolarisasi

Selama potensial aksi terjadi, sel menjadi kurang sensitive terhadap stimulus atau
rangsangan. Periode penurunan sensitifitas ini disebut sebagai periode refrakter. Periode ini
dibagi menjadi dua yaitu:

a. Refrakter absolute : kondisi sel tidak dapat dirangsang walaupun


mendapatkan stimulus atau rangasanga yang lebih besar dari semula.
Periode ini mulai terjadi ketika nilai ambang tercapai hingga depolarisasi
berlangsung.
b. Refrakter relative : sel masih dapat depolarisasi kembali bila stimulus
atau rangsangan yag diberikan lebih besar. periode ini terjadi ketika saat
repolarisasi berlangsung hingga melewati nilai ambang semula.
Stimulus yang lebih besar diberikan pad asaat periode refrakter berpotensi menghasilkan
potensial aksi yang lebih besar dari sebelumnya.
Pada otot jantung dan otot polos tipe single unit terdapat peristiwa plateau.
Peristiwa ini merupakan perlambatan dari fase relaksasi. Hal ini terjadi jika:
a. Adanya perlambatan pembukaan kanal ion kalium
b. Adanya pembukaan dari slow natrium-calcium channel yang hanya terdapat
di membrane sel otot jantung. Respon dari kanal ion ini terlambat, karena
kanal baru terbuka setelah depolarisasi berlangsung.

Plateau ini dapat memperpanjang periode refrakter sehingga otot jantung tidak mudah
mengalami tetani meskipun diberikan stimulus berulang-ulang dengan intensitas yang
semakin meningkat.

Peristiwa dimana potensial aksi akan ditularkan pada bagian lain dari membrane ke
segala arah disebut sebagai propagasi atau konduksi. Propagasi ini tidak akan berhenti
sampai seluruh membrane mengalami potensial aksi. Propagasi ini menyebabkan potensial
aksi yang pada awalnya bersifat local, kemudian berjalan dan menjalar menjadi arus listrik.
Arus listrik (I) berbanding lurus dengan besar potensial aksi (V) yang terjadi dna berbanding
terbalik dengan besarnya hambatan ( R ). Besarnya hambatan bergantung pada kualitas dari
membrane sel, seperti ketebalan membrane, konduktivitas membrane dan jumlah protein
membrane.
Hukum Elektrodinamika:

V
I= atau V =IR
R

Aktivitas listrik di dalam tubuh dapat direkam dan diamati dengan menggunakan
alat khusus yang disebut EEG, EMG, dan EKG. EEG (encephalography) merupakan alat
yang dapat merekam aktivitas listrik pada otak. EMG (electromyography) merupakan alat
yang digunakan intuk merekam aktivitas listrik pada otot rangka. EKG (electrkardiography)
merupakan alat yang digunakan untuk merekam aktivitas listrik pada jantung.

Proses perekaman ini dilakukan dengan menggunakan transduser. Tranduser


merupakan bahan yang bersifat konduktan yang mampu mengubah energy listrik menjadi
bentuk lain seperti kinetic atau termal. Aktivitas listrik yang ditangkap oleh tranduser
selanjutnya diamplifikasi untuk memperbesar sinyal yang ditangkap sehingga dapat diamati
dengan lebih jelas. Alat perekam diatas pada umumnya menggunakan prinsip kerja tranduksi
dan amplifikasi. Penggunaan alat perekam aktivitas listrik tubuh dalam medis digunakan
sebagai alat untuk diagnosis suatu penyakit atau kealinan dan juga digunakan sebagai alat
terapi. Khusus EKG sistem perekaman digunakan lebih dari satu elektroda tranduser yaitu
terdiri dari tiga elektroda extremitas dan enam elektroda yang diletakkan pada dinding dada.
Perekaman EKG dapat menentukan beda potensial pada satu titik (unipolar) dan beda
potensial antara dua titik (bipolar). Beda potensial bipolar yang diukur adalah tangan kanan
dengan tangan kiri (lead I), tangan kanan dengan kaki kiri (lead II),dan tangan kiri dengan
kaki kiri (lead III). Hasil pengukuran beda potensial lead I menunjukkan tangan kanan lebih
negative dari pada tangan kiri. Sedangkan pada lead II menunjukkan tangan kanan lebih
negative dari kaki kiri, dan pada lead III tangan kiri lebih negative dibanding dengan kaki
kiri. Dengan demikian arah vector lead II adalah resultan dari lead I dan lead III.

Dasar dari perekaman EKG adalah propagasi impuls, depolarisasi, dan


repolarisasi. Arah propagasi depolarisasi dan repolarisasi pada umumnya tiap sel adalah
bolak-balik, akan tetapi khusus pada sel jantung arah propagasinya satu arah. Cirri-ciri dari
otot jantung adalah memiliki serabut konduksi sendiri, yaitu: SA node,AV node, bundle of
his dan serabut purkinje. Hasil rekaman EKG merupakan resultan dari arah propagasi impuls
yang merujuk dari SA node meuju apex jantung. Defleksi positif ditunjukkan bila arah
propagasinya mendekati elektroda, sedangkan defleksi negative terjadi ketika arah
propagasinya menjauhi elektroda. Elektroda yang dilewati propagasi impuls akan
menghasilkan bentukan bifasik.

Pada gambar dibawah ini, interval antara gelombang menunjukkan kualitas


konduksi impuls. RR interval mewakili selang waktu antara satu impuls dengan impuls yang
berikutnya dan mewakili kualitas dan frekuensi irama jantung. PR interval mewakili kualitas
konduksi impuls dari SA node melewati AV node hingga mencapai dinding ventrikel
mengalami depolarisasi. Lebar kompleks qrs menggambarkan periode depolarisasi dinding
ventrikel. Sedangkan ST segment adalah waktu yang dibutuhkan dari peralihan fase
depolarisasi ventrikel menjadi repolarisasi ventrikel. Interval yang memanjang menunjukkan
kualitas konduksi yang memburuk, misalnya blockade pada salah satu serabut konduksi.
Hasil rekaman EKG di luar lead II merupakan hasil rekaman yang khas pada lokasi perekam
dimana elektroda diletakkan. Pembacaan hasil rekaman tersebut perlu mempertimbangkan
posisi elektroda dan memahami arah propagasi impuls dan vector jantung.
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Listrik memiliki peran yang sangat penting dalam mengontrol sistem tubuh
manusia. Muatan listrik menentukan respon seluler terhadap stimulasi yang meliputi resting
state, treshhold state, dan active. Resting State merupakan respon dasar sel saat besarnya
stimulasi berada di bawah batas minimum aktivitas sel.

Semakin besar beda potensial membrane, maka sel tersebut semakin sensitive. Pada
kondisi potensial membran yang besar dibutuhkan stimulus yang besar pula. Hal ini untuk
memicu terjadinya depolarisasi. Beda potensial membrane yang melebihi RMP disebut
dengan hiperpolarisasi, sedangkan beda potensial yang kurang dari RMP disebut sebagai
hipopolarisasi.

Jantung merupakan organ yang mampu memproduksi muatan listrik karena tubuh
adalah konduktor yang baik, maka impuls yang dihasilkan jantung dapat menjalar ke seluruh
tubuh, sehingga potensial aksi yang dipancarkan oleh jantung dapat diukur dengan
galvanometer melalui elektroda-elektroda yang diletakkan pada berbagai posisi di permukaan
tubuh.

Kontraksi sel otot jantung terjadi oleh adanya potensial aksi yang dihantarkan
sepanjang membran sel otot jantung. Jantung akan berkontraksi secara ritmik, akibat adanya
impuls listrik yang dibangkitkan oleh jantung sendiri yang disebut "autorhytmicity".
Perjalanan aliran listrik pada jantung adalah sebagai berikut : Impuls listrik meninggalkan
Sinoatrium Node (SA) menuju atrium kanan dan kiri. hingga kedua atrium bisa berkontraksi
dalam waktu yang sama. Proses ini memakan waktu 0,4 detik. Pada saat atrium kanan dan
kiri berkontraksi, ventrikel akan terisi darah kemudian kembali mengalir ke Atrioventricular
Node
DAFTAR PUSTAKA

Cameron, John R. dkk.2003. Fisika Tubuh Manusia Edisi 2. Jakarta. Buku


Kedokteran EGC.

Guyton, Hall.2001.Fisiologi Kedokteran.JAKARTA: EGC*

http//digilib.unimed.ac.id/.../UNIMED-Undergraduate-22376- 20II. Pdf diakses


pada tanggal 16 November 2013

http://idatrisnawati23.blogspot.com/p/blog-page_4491.html diakses pada tanggal 16


November 2013

Sandurezu.2010.Aktifitas Elektrik Jantung. Diunduh dari


http://sandurezu.wordpress.com/2010/01/01/aktifitas-elektrik-jantung/. diakses pada tanggal 16
November 2013.

http://www.blopress.com/2013/04/mekanisme-potensial-aksi-pada-sel-saraf-proses-
terjadinya.html. Diakses pada tanggal 16 November 2013

wordpress.com/2012/12/09/kelistrikan-dan-potensial-aksi-jantung-ekg

BIOFISIKA I. www.fk.unair.ac.id/attachments/1643_BIOFISIKA%201.pdf.
Diakses pada tanggal 16 November 2013

Anda mungkin juga menyukai