Anda di halaman 1dari 1

Bab 8

1. Bagaimana kebijakan atau aturan penerapan transfer pricing di Indonesia dan apakah tujuan
perusahaan multinasional seperti Perusahaan Nestle melakukan transfer pricing ?

Jawab :

Aturan transfer pricing di Indonesia pada dasarnya bersumber dari dua pasal berikut:

Pasal 18 ayat (3) UU PPh yang menyatakan bahwa Dirjen Pajak berwenang menentukan kembali
besarnya penghasilan dan pengurangan suatu wajib pajak sehubungan dengan transaksi yang dilakukan
dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa berdasarkan prinsip kewajaran dan kelaziman
usaha (yakni apabila transaksi tersebut dilakukan dengan pihak-pihak independen). Pasal ini juga
sebenarnya mengatur mengenai rekarakterisasi utang sebagai modal; dan

Pasal 2 UU PPN 1984 yang menyatakan bahwa apabila harga jual atau kompensasi dipengaruhi oleh
hubungan istimewa, DJP memiliki wewenang untuk mengubah harga jual atau kompensasi tersebut
berdasarkan harga pasar wajar.

Dan tujuan Perusahaan Nestle melakukan transfer pricing (harga transfer) yaitu untuk meningkatkan
laba pusat, sehingga terjadi perputaran uang yang cukup besar dalam siklus laporan keuangan
perusahaan Nestle. Konsep transfer pricing lebih mementingkan kepentingan perusahaan internal
dibandingkan dengan kepentingan perusahaan eksternal sesuai dengan tujuannya yaitu ingin
meningkatkan laba pusat. Alasan lain perusahaan Nestle melakukan transfer pricing adalah untuk
menekan biaya. Baik itu biaya perolehan produk maupun beban pajak. Dengan melakukan transfer
pricing, harga yang diperoleh untuk pembelian suatu produk dalam suatu perusahaan induk lebih murah
dibandingkan dengan pembelian produk dari perusahaan lain. Perusahaan yang dipecah-pecah menjadi
suatu grup seperti perusahaan Nestle dapat merekayasa laba sehingga dapat meminimalkan pajak dan
memaksimalkan keuntungan. Sedangkan perusahaan tunggal harus membayar pajak seperti apa adanya.

Anda mungkin juga menyukai