Anda di halaman 1dari 13

Dampak Kegiatan Ekstrakurikuler terhadap

Perkembangan Life Skills Siswa Sekolah Menengah Atas

Impact of Extracurricular Activities on


Life Skills Development Students of School High School

Azriel Akbar J dan Maulana Rivandy


Politeknik Manufaktur Bandung, Bandung, Jawa Barat, Indonesia

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak kegiatan ekstrakurikuler olahraga terhadap
perkembangan life skills siswa SMA. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen
dengan model quasi-eksperimental design. Jumlah sampel sebanyak 50 siswa yang terbagi ke
dalam tiga kelompok, yaitu: Kelompok ekstrakurikuler olahraga bola voli yang diberi
perlakuan sebanyak 18 siswa laki-laki dan sembilan siswa perempuan (kelompok A);
Kelompok ekstrakurikuler olahraga bola voli yang tidak diberi perlakuan sebanyak 16 siswa
laki-laki dan tujuh siswa perempuan (kelompok B). Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis
data dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Terdapat perbedaan perkembangan life skills
antara siswa kelompok A dengan kelompok B (t hitung = 4,90 lebih besar dari pada t tabel =
2,01. Disamping itu manakala gain score yang menjadi indikator pengolahan dan analisis
data, maka perolehan life skills siswa kelompok A lebih baik dari pada perolehan life skills
kelompok siswa B (t hitung = 13,94 lebih besar dari pada t tabel = 2,01). Dari hasil penelitian
dapat disimpulkan perkembangan life skill siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
olahraga bola voli yang diintegrasikan dengan komponen life skill lebih baik jika
dibandingkan dengan perkembangan life skill siswa menengah atas yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler olahraga bola voli tanpa integrasi komponen life skill dalam programnya.
Perkembangan life skill siswa ini dapat diimplementasikan didalam kehidupan sehari-hari
siswa sehingga dapat digunakan untuk menghadapi kebutuhan dan tantangan kehidupannya
sesuai dengan manfaat life skill.
Kata kunci: ekstrakurikuler olahraga, life skills, perkembangan positif anak muda.

Abstract
This research aims to know the impact of sport extracurricular activity towards life skills
development of senior high school students. The research method used was experiment with
quasi-experimental design. The samples were 50 students divided into three groups, they
were; volleyball extracurricular group with treatment to 18 males and 9 females (henceforth;
A); volleyball extracurricular group without treatment to 16 males and 7 females (henceforth;
B). Based on the result of processing and data analysis, it can be concluded as follows; There
was different development on life skills between A and B (t count = 4.90 bigger than t table =
2.01. Besides that, when the gain score that became the indicator of processing and analyzing
the data, then life skills development of A was better than life skills achievement of B (t count
= 13.94 bigger than t table = 2.01). From the results of this research can be concluded that
the development of life skills of students that participate in volleyball sports extracurricular
activities integrated with life skill components is better than the development of life skills of
high school students who take volleyball extracurricular activities without the integration of
life skill components in the program. The student’s life skill development can be implemented
in the daily lives of students so that it can be used to face the needs and challenges of life in
accordance with the benefits of life skills.
I. PENDAHULUAN dan satu tingkat di bawah Thailand serta dua
Memasuki abad 21 ini, tidak asing lagi tingkat dibawah Brunei Darussalam. Data
apabila mendengar istilah globalisasi. Era lain menunjukkan bahwa di Indonesia
globalisasi selalu diiringi dengan tingkat tidak melanjutkan sekolah masih
perkembangan teknologi dan informasi yang tinggi berdasarkan Data Badan Penelitian
semakin canggih, sehingga menimbulkan dan Pengembangan Kementerian Pendidikan
tantangan tersendiri bagi para pelaku sejarah dan Kebudayaan
di jamannya. Namun, bagi bangsa Indonesia, (2017) mengungkap terdapat 21,92% lulusan
globalisasi berperan penting bagi SD tidak melanjutkan ke SMP, 2,18%
kelangsungan hidup bangsa Indonesia karena lulusan SMP tidak melanjutkan ke tingkat
dapat membantu masyarakatnya dalam Sekolah Menengah. Penelitian
upaya untuk mencapai kesejahteraan hidup. Yuliwulandana (2015), menyatakan bahwa
Akan tetapi, globalisasi meningkatkan “rendahnya daya tampung PT sebesar
tantangan dan kompetisi tersendiri bagi 12,6%, dan sebagian sebesar sekitar 88,4%
masyarakat Indonesia yang menuntut untuk siswa masuk dunia kerja tanpa memiliki
mengembangkan mutu dan kualitas sumber bekal kecakapan hidup (life skill).” Sehingga
daya manusia agar dapat bersaing dan remaja dengan usia produktif kerja perlu
beriringan dengan perkembangan era memiliki banyak kecapakan hidup (life
globalisasi. skills) agar dapat bersaing dan menjalani
Kualitas sumber daya manusia merupakan tuntutan dan tantangan kehidupan nyata
aset penting bagi suatu bangsa maupun sehari-harinya.
negara. Begitu pula dengan bangsa Pernyataan di atas didukung oleh
Indonesia, meningkatnya kualitas dan mutu pendapat Gould & Carson (2010) yang
sumber daya manusia dapat menjadi suatu menyatakan bahwa “hari ini, anak muda
harapan bagi negara Indonesia untuk maju menghadapi sejumlah tantangan, dan agar
dan berkembang serta bersaing dalam berhasil sebagai orang dewasa dalam
tuntuan era globalisasi. Tuntutan pasar kerja ekonomi global yang sangat kompetitif dan
yang semakin kompleks dan kompetitif selalu berubah mereka harus belajar banyak
menimbulkan dampak negatif terhadap keterampilan dan mengembangkan
bangsa Indonesia karena tidak sesuainya kecakapan hidup.” Mengutip Cronin & Allen
relevansi dan output pendidikan yang (2017) yang menyatakan bahwa “kecakapan
memiliki keterbatasan keterampilan. hidup seperti itu didefinisikan sebagai
Berdasarkan survey Human Development keterampilan yang dibutuhkan untuk
Index (2016), Indonesia menduduki menghadapi tuntutan dan tantangan
peringkat ke-113 dari 188 negara di Dunia, kehidupan sehari-hari.” Kecakapan hidup
dan berada diurutan ke-5 dari 11 negara juga dapat mencakup aspek fisik misalnya
ASEAN, berada satu tingkat di atas Filipina pola makan sehat, perilaku misalnya
penetapan tujuan, atau aspek kognitif diterapkan pada berbagai aspek kehidupan
misalnya self-talk (Hardcastle dkk, 2015). seseorang (misalnya, pekerjaan sekolah,
Kecakapan hidup (life skills) didefinisikan pekerjaan paruh waktu, pertemanan,
sebagai “keterampilan yang memungkinkan olahraga). Selanjutnya, World Health
individu berhasil di lingkungan yang berbeda Organization (1999) telah menyarankan
tempat mereka tinggal, seperti sekolah, bahwa kecakapan hidup semacam itu penting
rumah dan lingkungan mereka” (Gould & untuk mempersiapkan remaja masa depan
Carson, 2008). Organisasi Kesehatan Dunia dan memastikan perkembangan mereka yang
(World Organization Health) WHO sehat. Selanjutnya Departemen Kesehatan
mendefinisikan bahwa kecakapan hidup Mental World Health Organization (1999)
sebagai “the ability for adaptive and positive mengidentifikasi lima bidang keterampilan
behavior that enable individuals to deal hidup dasar yang relevan di seluruh budaya
effectively with demands and challenges of yaitu: pengambilan keputusan dan
everyday life”, yang bermakna bahwa pemecahan masalah; berpikir kreatif dan
kecakapan hidup sebagai kemampuan untuk berpikir kritis; keterampilan komunikasi dan
berperilaku adaptif dan positif yang interpersonal; kesadaran diri dan empati;
memungkinkan individu secara efektif mengatasi emosi dan mengatasi stress.
menangani tuntutan dan tantangan Penelitian Jegannathan dkk (2014)
kehidupan sehari-hari (Goudas, 2010). mengungkapkan bahwa mengembangkan
Serupa dengan pernyataan UNICEF yang kecakapan hidup (life skills) di sekolah dapat
dikutip dari Goudas, (2010) menyatakan meningkatkan keseluruhan kesehatan mental
bahwa kecakapan hidup adalah “suatu kaum muda. Hardcastle dkk, 2015)
kelompok besar keterampilan psikososial melakukan penelitian terhadap atlet
dan interpersonal, yang dapat membantu berperforma tinggi mengenai program
orang membuat keputusan yang tepat, olahraga pemuda (youth sports programs)
berkomunikasi secara efektif dan yang dapat mengembangkan kecakapan
mengembangkan keterampilan manajemen hidup, hasil penelitiannya menunjukkan
dan pengelolaan diri yang dapat bahwa program tersebut cukup berhasil
membantunya menjalani kehidupan yang dalam mengembangkan perilaku dan motif
sehat dan produktif”. adaptif termasuk keterlibatan yang lebih baik
Cronin & Allen (2017) memandang dalam pelatihan dan dalam mengadopsi
kecakapan hidup sebagai kompetensi keterampilan manajemen dan perencanaan
perilaku, kognitif, interpersonal, atau waktu dalam konteks di luar olahraga seperti
intrapersonal yang dapat dipelajari, pekerjaan rumah dan studi akademis. Sama
dikembangkan, dan diperbaiki. Contoh halnya dengan hasil penelitian (Larson,
keterampilan hidup meliputi teamwork, goal 2000) mengungkapkan bahwa “kaum muda
setting, interpersonal communication, dan mengembangkan keterampilan hidup mereka
leadership. Keterampilan hidup ini dapat melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti
musik, drama, dan olahraga serta kegiatan kekuatan dan kemampuan; proses dan hasil;
ekstrakurikuler tersebut akan menjadi lebih perencanaan; kesungguhan dan ketulusan
penting di abad ke-21”. Begitupun menurut hati; observasi dan analisis”. Sehingga dapat
Kendellen dkk (2016), menyatakan bahwa disimpulkan bahwasanya, melibatkan kaum
“banyak peneliti telah menyoroti pentingnya muda dalam kegiatan ekstrakurikuler
pendekatan yang disengaja untuk olahraga baik itu olahraga team ataupun
pengembangan life skill anak muda.” individual dapat mengarahkan
Seow & Pan (2014) menyatakan bahwa perkembangan ke arah positif. Sejalan
“kegiatan ekstrakurikuler telah menjadi dengan pendapat Papacharisis dkk (2005)
komponen penting dalam kehidupan sekolah yang menyatakan “bukan hanya partisipasi
siswa dan banyak sekolah menginvestasikan dalam olahraga yang meningkatkan
sumber daya yang signifikan untuk kegiatan perkembangan positif tetapi pengalaman
ekstrakurikuler.” Selanjutnya Shamsudin individu dalam olahraga yang mungkin
dkk (2014) menyatakan bahwa “kerangka menjadi faktor penting”. Selain itu, program
ekstrakurikuler (extracurricular framework) olahraga pemuda memiliki dampak positif
dapat diklasifikasikan menjadi tiga kegiatan pada perkembangan kaum muda dengan
yaitu kegiatan fisik, kegiatan pendidikan dan membantu mereka untuk belajar tentang diri
kegiatan sosial”. Lebih lanjut lagi mereka sendiri dan untuk mengembangkan
Shamsudin dkk (2014) mengemukakan life skills” (Hardcastle dkk, 2015).
bahwa “kegiatan fisik mencakup kegiatan Olahraga telah diusulkan sebagai
tim (yaitu, bergabung dengan tim olahraga lingkungan yang ideal untuk pengembangan
seperti tim sepak bola) atau kegiatan keterampilan hidup, karena olahraga salah
individual (misalnya, klub bela diri seperti satu kegiatan rekreasi yang paling populer
taekwondo atau mengikuti maraton)”. untuk anak muda. Dikutip dari Cronin &
Penelitian Bailey (2006) mengungkapkan Allen, (2017) yang menyatakan “beberapa
ternyata kegiatan ekstrakurikuler berupa penelitian menunjukkan bahwa melalui
aktivitas fisik seperti olahraga dapat olahraga, kaum muda berkembang seperti
meningkatkan prestasi akademik, juga dapat kerja tim, penetapan tujuan, manajemen
meningkatkan self-confidence, self-esteem waktu, keterampilan emosional, komunikasi,
dan meningkatkan perkembangan sosial dan keterampilan sosial, kepemimpinan,
kognitif siswa. pemecahan masalah dan pengambilan
Ghildiyal (2015) menyatakan “pada keputusan”. Minimnya penelitian tentang
dasarnya olahraga membantu siswa belajar dampak ekstrakurikuler olahraga terhadap
lebih baik, meningkatkan konsentrasi, keterampilan hidup siswa di Indonesia
pemecahan masalah, memori dan olahraga menjadikan peneliti tertarik untuk menelaah
juga mengajarkan seseorang untuk lebih dalam terkait life skills siswa sekolah
mengembangkan hal seperti semangat tim; khususnya sekolah menengah atas. Oleh
keterampilan memimpin; fairplay; jangan karena itu, peneliti akan melakukan
pernah menyerah; kesamarataan; fokus; penelitian dengan tema life skills dalam
ruang lingkup pendidikan olahraga tentang perbedaan antara nilai rata-rata
seberapa besar dampak kegiatan perkembangan life skills kelompok
ekstrakurikuler olahraga terhadap ekstrakurikuler olahraga bola voli yang
perkembangan kecakapan hidup (life skills) diberi perlakuan dengan nilai rata-rata
siswa sekolah menengah atas. Dilakukannya kelompok ekstrakurikuler olahraga bola voli
penelitian ini diharapkan dapat yang tidak diberi perlakuan; Ha: Terdapat
meningkatkan perkembangan life skills siswa perbedaan antara nilai ratarata
kearah positif. Harapannya program kegiatan perkembangan life skills kelompok
ekstrakurikuler olahraga bola voli yang ekstrakurikuler olahraga bola voli yang
mengintegrasikan delapan komponen life diberi perlakuan dengan nilai rata-rata
skill ini juga dapat diimplementasikan dalam kelompok ekstrakurikuler olahraga bola voli
proses pembelajaran pendidikan jasmani dan yang tidak diberi perlakuan.
olahraga oleh guru disekolah. Lebih lanjut
lagi diharapkan program ini dapat diterapkan II. METODE PENELITIAN
pada kegiatan diluar sekolah, seperti kursus- Metode penelitian yang digunakan adalah
kursus atau Lembaga yang penelitian eksperimen dengan desain quasi-
menyelenggarakan kegiatan olahraga. eksperimental. Bentuk desain penelitian
Adapun hipotesis pada penelitian dapat yang digunakan adalah The Matching-Only
dirumuskan sebagai berikut: H0: Tidak ada Pre test-Post test Control Group Design
dapat dilihat pada Tabel 1.
(Fraenkel dkk, 2012) sebanyak 27 siswa dengan jumlah siswa
Keterangan: kelompok A adalah kelompok laki-laki 18 orang dan siswa perempuan
ekstrakurikuler olahraga bola voli yang sembilan orang. Kelompok B sebanyak 23
diberi perlakuan; Kelompok B adalah siswa dengan jumlah siswa laki-laki 16
kelompok ekstrakurikuler olahraga bola voli orang dan siswa perempuan tujuh orang.
yang tidak diberi perlakuan; M merupakan Populasi pada penelitian ini adalah
subjek dalam setiap kelompok yang telah seluruh siswa SMA di Kabupaten
dicocokkan (pada variabel tertentu) tetapi Majalengka Tahun Pelajaran 2017/2018.
tidak secara acak ditempatkan ke grup; O1 Sampel pada penelitian ini adalah
adalah pre-test; O2 adalah post-test; X subkelompok dari populasi target, dengan
merupakan perlakuan, dalam hal ini adalah demikian sampel pada penelitian ini adalah
program integrasi life skills ke dalam latihan siswa SMA kelas X dan XI dari dua SMA di
olahraga dan C adalah kontrol atau Kabupaten Majalengka. Teknik pengambilan
pembanding. sampel dilakukan secara purposive.
Penelitian ini melibatkan siswa SMA Purposive sampling digunakan sebagai
kelas X dan XI. Jumlah partisipan yang teknik penetuan sampel dengan beberapa
terlibat sebanyak 50 siswa yang terbagi ke pertimbangan tertentu, dengan kata lain
dalam beberapa kelompok. Kelompok A berdasarkan pengetahuan sebelumnya dari
Tabel 1. Desain Penelitian

Kelompok A M O1 X O
2

Kelompok B M O1 C O
2
populasi dan tujuan spesifik dari penelitian, nilai alpha cronbach’s hasilnya α = 0,974
peneliti menggunakan penilaian pribadi dengan keputusan reliabel.
untuk memilih sampel. Pada analisis data, pengolahan data pada
Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini menggunakan cara kuantitatif
mengukur perkembangan life skills siswa dengan statistik deskriptif dan inferensial.
adalah instrumen kuesioner Life Skills Scale Pengolahan data berupa tabulasi data
for Sport (LSSS) yang telah dikembangkan menggunakan program Microsoft Excel
oleh Cronin dan Allen (2017). Instrumen 2013, kemudian untuk melakukan analisis
kuesioner LSSS tersebut dikembangkan data secara statistik deskriptif menggunakan
untuk partisipan olahraga kaum muda bantuan software statistik yaitu IBM SPSS
dengan rentang usia 11 – 21 tahun. versi 23. Uji prasyarat statistik meliputi uji
Instrumen kuesioner LSSS tersebut berisi normalitas dan homogenitas menggunakan
delapan keterampilan hidup utama yang program SPSS versi 23. Uji hipotesis secara
Tabel 2. Statistik Deskriptif Hasil Penelitian

Kelompok Penelitian N ∑X M SD Varians

Pre 27 4324 160,15 7,56 57,208


A

B
Post
Pre
Post
terdiri atas 47 item pernyataan, dengan skala statistik menggunakan uji t yaitu
pengukuran berupa skala likert dengan Independent sample t test.
rentang skala yang digunakan adalah rentang
skala lima poin yaitu dari 1 (not at all) III. HASIL DAN PEMBAHASAN
hingga 5 (very much). Sebelum 3.1 Hasil
menggunakan instrumen tersebut peneliti Penelitian ini menggunakan tiga kelompok
melakukan pengujian validitas dan sampel penelitian yang terdiri atas
reliabilitas dengan menggunakan software Kelompok A yaitu kelompok ekstrakuriler
IBM SPSS versi 23. Dengan hasil uji olahraga bola voli yang diberi perlakuan,
validitas menggunakan nilai r hitung Kelompok B merupakan kelompok
dibandingkan dengan r tabel, hasilnya r ekstrakurikuler olahraga bola voli yang tidak
hitung > r tabel (0,355). Demikian pula diberi perlakuan. Diperoleh data
dengan hasil uji reliabilitas menggunakan masingmasing kelompok sebelum perlakuan
(pretest) dan sesudah perlakuan (posttest)
sebagai berikut:
Berdasarkan Tabel 2. diketahui bahwa rata-rata post test yaitu 196,96. Simpangan
jumlah siswa kelompok I adalah 27 dengan baku kelompok A berturut turut yaitu 7,56
nilai rata-rata pre test yaitu 165,30 dan nilai dan 13,12. Jumlah siswa kelompok B adalah
23 dengan nilai rata-rata pre test dan post perkembangan life skills siswa sekolah
test berturut-turut yaitu 174,57 dan 178,43. menengah atas yang mengikuti kegiatan
Simpangan baku pada kelompok B ekstrakurikuler olahraga bola voli yang di
berturutturut yaitu 13,34 dan 13,52. dalamnya terdapat integrasi komponen life
Grafik persentase perkembangan life skills ke arah positif.
skills kelompok A dan kelompok B yang Setelah uji prasyarat dipenuhi maka uji
terdiri atas delapan komponen life skills hipotesis dapat dilakukan. Uji hipotesis pada
dapat dilihat pada Gambar 1. penelitian ini menggunakan Uji t yaitu
Gambar 1 menunjukkan bahwa terdapat Independent Sample T test menggunakan
perbedaan perkembangan komponen life bantuan software SPSS versi 23 for
skills antara kelompok A dan kelompok B. Windows dapat dilihat pada Tabel 3.
Hal memperlihatkan adanya peningkatan
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui hasil nilai ratarata posttest kelompok A dan
t-test for Equality of Means menunjukkan kelompok B berbeda secara signifikan
nilai t hitung A – B = 4,908 dengan Sig. (2- dengan perbedaan sebesar Mean Difference
tailed) = 0,000, dan nilai t tabel = 2,011. = 18,53.
Karena t hitung > t tabel, maka H0 ditolak, Adapun untuk mengetahui perkembangan

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Independent Sample t Test


t-test for Equality of Means
Posttest
t hitung df Sig. (2-tailed) Mean Difference
Gambar 1. Persentase Perkembangan Life Skills Kelompok A dan Kelompok B
A–B 4,908 48 0,000 18,53
artinya terdapat perbedaan perkembangan life skills siswa kelompok ekstrakurikuler
life skills siswa sekolah menengah atas olahraga bola voli yang diberikan perlakuan
melalui kegiatan ekstrakurikuler olahraga dapat dilihat pada Tabel 4.
bola voli tidak diberikan perlakuan. Kedua
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui hasil terdapat perbedaan antara rata-rata nilai pre
t-test for Equality of Means menunjukkan test dengan rata-rata nilai post test
nilai t hitung = 12,634 dengan Sig. (2-tailed) perkembangan life skills kelompok A
= 0,000, dan nilai t tabel = 2,007. Karena t (Kelompok ekstrakurikuler olahraga bola
hitung > t tabel, maka H0 ditolak, artinya voli yang tidak diberi perlakuan Kedua
yang diberikan perlakuan dengan yang
Tabel 4. Hasil Independent Sample t Test Pre-test dan Post-test kelompok A
t-test for Equality of Means
Pretest dan Posttest
t hitung df Sig. (2-tailed) Mean Difference
Equal variances
12,634 52 0,000 36,81
assumed
ratarata nilai pre test dan post test kelompok perlakuan lebih baik dibandingkan dengan
A berbeda secara signifikan dengan siswa yang mengikuti kegiatan
perbedaan sebesar Mean Difference = 36,81. ekstrakurikuler olahraga bola voli tanpa
Adapun hasil pengujian terhadap gain adanya perlakuan. Hal ini karena siswa yang
skor dari kelompok A – B dapat dilihat pada mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang
Tabel 5 berikut. diberi perlakuan didalamnya terdapat
Tabel 5. Hasil Independent Sample t Test Gain Skor
t-test for Equality of Means
Gain skor
Sig. (2-
t hitung df Mean Difference
tailed)

A–B 13,940 48 0,000 27,80


program yang sudah terintegrasi dengan
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui hasil
aspek-aspek pengembangan life skills.
t-test for Equality of Means menunjukkan
Perlakuan yang dimaksud disini adalah
Gain skor A – B dengan nilai t hitung =
kegiatan ekstrakurikuler olahraga bola voli
13,940 dengan Sig. (2-tailed) = 0,000, dan
yang sudah memiliki program yang
nilai t tabel = 2,011. Karena t hitung > t
didalamnya terdapat hubungan antara
tabel, maka H0 ditolak, artinya terdapat
partisipasi olahraga dengan perkembangan
perbedaan antara rata-rata nilai gain
life skills. Hasil yang ditemukan ini sesuai
kelompok A dengan ratarata nilai gain
dengan pernyataan yang disampaikan oleh
kelompok B perkembangan life skills. Kedua
Camiré dkk (2009) yang menyatakan bahwa
rata-rata nilai gain kelompok A dan
olahraga dapat digunakan sebagai alat untuk
kelompok B berbeda secara signifikan
meningkatkan keterampilan hidup dan
dengan perbedaan sebesar Mean Difference
perkembangan remaja yang positif. Siswa
= 27,80.
yang berpartisipasi dalam program
ekstrakurikuler olahraga yang diberi
3.1 Pembahasan
perlakuan dapat meningkatkan keterampilan
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa
olahraga mereka, sementara pada saat yang
terdapat perbedaan perkembangan life skills
sama, masuknya pelatihan Life Skills dalam
siswa sekolah menengah atas melalui
praktek olahraga dapat berfungsi sebagai
kegiatan ektrakurikuler olahraga bola voli
effective model untuk belajar kecakapan
yang diberi perlakuan dengan siswa yang
hidup (Papacharisis dkk, 2005).
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang
Life skills bagi siswa yang mengikuti
tidak diberi perlakuan (Tabel 3). Perbedaan
kegiatan ekstrakurikuler sangat bermanfaat
keduanya dapat dilihat dari nilai perbedaan
bagi mereka setelah terjun dan hidup
rata-rata sebesar 18,53. Tabel 3
dimasyarakat, karena life skills merupakan
menunjukkan bahwa perkembangan life
keterampilan atau kecakapan hidup yang
skills siswa yang mengikuti kegiatan
akan digunakan untuk bertahan hidup
ekstrakurikuler bola voli yang diberi
menghadapi problemanya. Life Skills juga
merupakan salah satu bentuk perkembangan dapat mendorong perkembangan positif
positif bagi siswa sekolah menengah atas siswa, sehingga akan mengasah Life Skills
sebagai pemuda. Life Skills ini dapat yang dimiliki oleh siswa. Kegiatan yang
diintegrasikan ke dalam kegiatan telah terprogram akan melahirkan siswa
ekstrakurikuler olahraga bola voli di sekolah. yang lebih teratur, lebih disiplin dan
Pernyataan ini didukung oleh Danish dkk menghargai waktu. Hal ini akan
(2005) yang mengemukakan bahwa mengembangkan keterampilan hidup siswa
“Olahraga merupakan salah satu aktivitas atau Life Skills pada aspek manajemen
yang dapat meningkatkan perkembangan waktu.
positif bagi kaum muda”. Nilai akhir dari Perkembangan life skill siswa yang
pengalaman mengikuti kegiatan berolahraga mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga
terletak pada penerapan dari prinsip-prinsip bola voli yang diberi perlakuan dan yang
yang telah dipelajari dan kemudian ditransfer tanpa diberi perlakuan dapat dilihat dari
ke bidang lain. Sikap dan perilaku yang perbedaan nilai persentase post-test keduaya
dapat ditransfer ke dalam bidang lain itu (Gambar 1). Masing-masing komponen life
dapat berupa penerapan Life Skills di dalam skills antara kelompok diberi perlakuan
kehidupan. dengan yang tanpa perlakuan memiliki
Program ektrakurikuler olahraga yang perbedaan yang signifikan. Misalnya
diintegrasikan dengan Life Skills dilengkapi Teamwork siswa mengalami perkembangan
dengan pengetahuan dan keterampilan yang sebesar 1,01%. Hal ini berarti dengan
diperlukan untuk mengatasi realitas yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga
kompleks dari kehidupan. Oleh karena itu, bola voli yang diintegrasikan komponen life
dengan meningkatnya Life Skills siswa, skills mengalami peningkatan. Begitu juga
maka akan meningkatkan keterampilan dengan komponen life skills lainnya, masing-
dalam penetapan tujuan, pemecahan masing mengalami peningkatan persentase
masalah, dan kemampuan berpikir positif. secara berturut-turut pada Goal Setting
Contoh keterampilan hidup meliputi kerja (1,44%), Time Management (0,99%),
tim (teamwork), penetapan tujuan (goal Emosional Skills (0,71%), Interpersonal
setting), komunikasi interpersonal Communication (1,31%), Social Skills,
(interpersonal communication), dan (1,29%) Leadership (0,85%), dan Problem
kepemimpinan (leadership) yang dinyatakan Solving and Decision Making (0,29%).
oleh (Papacharisis dkk, 2005). Kegiatan Persentase perkembangan komponen life
yang terorganisir sebagai konteks sangat skill yang paling besar adalah pada
penting dan mampu mendorong komponen Goal Setting, artinya
perkembangan positif pada siswa (Fraser- perkembangan kecakapan hidup siswa dalam
thomas & Côté, 2009). Artinya kegiatan menentapkan tujuan antara yang mengikuti
olahraga yang memiliki program yang kegiatan ekstrakurikuler olahraga bola voli
terorganisir dan secara berkesinambungan dengan perlakuan lebih baik dibandingkan
dengan siswa yang mengikuti kegiatan yang di dapat dari mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler olahraga bola voli tanpa ekstrakurikuler mampu memberikan dampak
perlakuan. Hal serupa dikemukakan oleh positif terhadap perkembangan emosi,
Reeser & Bahr (2017) yang menyatakan intelektual, sosial dan interpersonal siswa”.
bahwa “Dalam olahraga tim seperti bola Lebih lanjut menyatakan bahwa melalui
voli, penting untuk memulai proses berinteraksi dan bekerja dengan orang lain
penetapan tujuan di tingkat individu”. siswa dapat belajar untuk bernegosiasi,
Tujuan individu tersebut kemudian harus berkomunikasi, mengelola konflik dan
dimasukkan ke dalam tujuan tim, yang lebih memimpin. Tidak hanya itu ikut
umum, sehingga meningkatkan komitmen berpartisipasi dalam kegiatan luar kelas
dan motivasi pemain untuk mencapai tujuan misalnya kegiatan ekstrakurikuler dapat
tim bersama. Hasil penelitian serupa juga membantu siswa untuk memahami betapa
dikemukakan oleh Brunelle dkk (2007, hlm. pentingnya keterampilan berpikir kritis, dan
44) yang menyatakan olahraga dapat manajemen waktu.
meningkatkan karakter dan nilai-nilai bila Mengingat bahwa program integrasi life
dikombinasikan dengan pemrograman Life skills ke dalam kegiatan ekstrakurikuler
Skills dan kesempatan untuk terlibat dalam hanya delapan sesi 90 menit, hasilnya cukup
pengalaman. Keterampilan mengelola emosi efektif untuk mengembangkan kecakapan
oleh siswa dalam berolahraga sangat hidup siswa dan ini sesuai dengan temuan
penting, terlebih pada olahraga yang bersifat dari implementasi program ‘GOAL’
kompetitif seperti bola voli. Pernyataan dilingkungan sekolah (Danish & Nellen,
tersebut didukung oleh Cope dkk (2016) 1997), karena program ‘GOAL’
yang menyatakan “football and other dilaksanakan dengan waktu 10 jam, 10 sesi.
competitive team games as the ‘better’ Dengan demikian, pelatihan life skill yang
games for ‘building character’”. Bermakna diintegrasikan ke dalam program kegiatan
bahwa sepak bola dan permainan tim ekstrakurikuler olahraga bola voli mampu
kompetitif lainnya sebagai permainan yang meningkatkan perkembangan life skill siswa
baik untuk membangun karakter. sekolah menengah atas. Terintegrasinya
Berdasarkan Tabel 4 dan Tabel 5 pelatihan kecakapan hidup ke dalam praktik
menunjukkan bahwa secara keseluruhan olahraga dapat berfungsi sebagai model
diperoleh keputusan bahwa terdapat effective model untuk mengembangkan
perbedaan yang bermakna dampak kegiatan kecakapan hidup. Pernyataan di atas di
ekstrakurikuler olahraga bola voli yang dukung oleh Papacharisis dkk, (2005) yang
diberikan perlakuan dengan yang tidak menyatakan bahwa “atlet yang berpartisipasi
diberikan perlakuan terhadap perkembangan dalam program integrasi pelatihan life skills
life skills siswa sekolah menengah atas. ke dalam porgram olahraga dapat
Pernyataan di atas didukung oleh pernyataan meningkatkan keterampilan olahraga
Bakoban & Aljarallah (2015) yang mereka. Pada saat yang sama,
menyatakan bahwa “berbagai pengalaman diintegrasikannya pelatihan kecakapan hidup
ke dalam praktik olahraga dapat berfungsi yang mampu menunjukkan hasil yang sangat
sebagai model yang efektif untuk baik,
mempelajari dan mengembangkan
kecakapan hidup”. Dengan berkembangnya
life skills seperti kerja tim, penetapan tujuan,
manajemen waktu, kecakapan emosional,
komunikasi interpersonal, kecakapan sosial,
kepemimpinan, pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan, siswa memiliki
kesempatan yang baik untuk menjadi
individu yang lebih baik, atlet yang lebih
baik, dan anggota masyarakat yang lebih
peduli dan produktif.

IV. SIMPULAN
Hasil pengolahan dan analisis data
menunjukkan adanya perbedaan
perkembangan life skill siswa menengah atas
melalui kegiatan ekstrakurikuler olahraga
bola voli. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
perkembangan life skill siswa yang
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga
bola voli yang diintegrasikan dengan
komponen life skill lebih baik jika
dibandingkan dengan perkembangan life
skill siswa menengah atas yang mengikuti
DAFTAR RUJUKAN
kegiatan ekstrakurikuler olahraga bola voli apalagi jika program ekstrakurikuler
tanpa integrasi komponen life skill dalam olahraga bola voli yang diintegrasikan
programnya. Perkembangan life skill siswa komponen life skill ini dilakukan secara
ini dapat diimplementasikan didalam berkesinambungan,
kehidupan sehari-hari siswa sehingga dapat
digunakan untuk menghadapi kebutuhan dan
tantangan kehidupannya sesuai dengan
yang memungkinkan hasilnya akan jauh
manfaat life skill. Hasil ini didapatkan
lebih baik daripada hasil yang dicapai pada
setelah dilakukan delapan kali pertemuan
saat dilaksanakan hanya delapan kali.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Ikhtisar Data
Pendidikan Tahun 2016/2017. Jakarta. Retrieved from
http://publikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_ FC1DCA36-A9D8-4688-8E5F-
0FB5ED1DE869.pdf. Diakses pada 25 November 2018.
Bailey, R. (2006). General Article Physical Education and Sport in Schools : A Review of Benefits and
Outcomes. Journal of School Health, 76 (8), hlm. 397–401.
Bakoban, R. A., & Aljarallah, S. A. (2015). Extracurricular activities and their effect on the students grade point
average: Statistical study. Educational Research and Reviews, 10 (20), hlm. 2737–2744.
Brunelle, J., Danish, S. J., & Forneris, T. (2007). The impact of a sport-based life skill program on adolescent
prosocial values. Applied Developmental Science, 11(1), hlm. 43–55.
Camiré, M., Trudel, P., & Forneris, T. (2009). High school athletes’ perspectives on support, communication,
negotiation and life skill development. Qualitative Research in Sport, Exercise, 1(1), hlm. 72–88.
Cope, E., Bailey, R., Parnell, D., & Nicholls, A. (2016). Football, sport and the development of young people’s
life skills. Sport in Society, 0437(July), hlm. 1–14.
Cronin, L. D., & Allen, J. (2017). Development and initial validation of the Life Skills Scale for Sport.
Psychology of Sport and Exercise, 28, hlm. 105–119.
Danish, S. J., Forneris, T., & Wallace, I. (2005). Sport-Based Life Skills Programming in the Schools. Journal of
Applied School Psychology, 21(2), hlm. 41–62.
Danish, S. J., & Nellen, V. C. (1997). New roles for sport psychologists: Teaching life skills through sport to at-
risk youth. Quest, 49(1), hlm. 100–113.
Fraenkel, J. R., Wallen, N. E & Hyun, H. H. (2012). How to Design and Evaluate Research in Education (8th
ed.). New York: McGraw-Hill.
Fraser-thomas, J & Côté, J. (2009). Understanding Adolescents’ Positive and Negative Developmental
Experiences in Sport Understanding Adolescents’ Positive and Negative Developmental Experiences
in Sport. The Sport Psychologist, 23, hlm. 3–23.
Ghildiyal, R. (2015). Role of Sports in the Development of an Individual and Role of Psychology in Sports.
Mens Sana Monographs, 13(1), hlm. 165.
Goudas, M. (2010). Prologue: A review of life skills teaching in sport and physical education. Hellenic Journal
of Psychology, 7, hlm. 241–258.
Gould, D., & Carson, S. (2008). Life skills development through sport: current status and future directions.
International Review of Sport and Exercise Psychology, 1(1), hlm. 58–78.
Gould, D., & Carson, S. (2010). The relationship between perceived coaching behaviors and developmental
benefits of high school sports participation. Hellenic Journal of Psychology, 7(3), hlm. 298–314.
Hardcastle, S. J., Tye, M., Glassey, R., & Hagger, M. S. (2015). Exploring the perceived effectiveness of a life
skills development program for high-performance athletes. Psychology of Sport and Exercise, 16 (P3),
hlm. 139–149.
Human Development Index. (2016). Human Development Report 2016 Human Development for Everyone. New
York: United Nations Development Programme.
Jegannathan, B., Dahlblom, K., & Kullgren, G. (2014). Outcome of a school-based intervention to promote
lifeskills among young people in Cambodia. Asian Journal of Psychiatry, 9, hlm. 78–84.
Kendellen, K., Camiré, M., Bean, C. N., Forneris, T & Thompson, J. (2016). Integrating life skills into Golf
Canada’s youth programs: Insights into a successful research to practice partnership. Journal of Sport
Psychology in Action, hlm. 1–13.
Larson, R. W. (2000). Toward a psychology of positive youth development. American Psychologist, 55(I), hlm.
170–183.
Papacharisis, V., Goudas, M., Danish, S. J & Theodorakis, Y. (2005). The effectiveness of teaching a life skills
program in a sport context. Journal of Applied Sport Psychology, 17(3), hlm. 247–254.
Reeser, J. C & Bahr, R. (Eds.). (2017). Handbook of Sports Medicine and Science Volleyball (2nd ed.).
Hoboken: John Wiley and Sons, Inc.
Seow, P.-S., & Pan, G. (2014). A Literature Review of the Impact of Extracurricular Activities Participation on
Students’ Academic Performance. Journal of Education for Business, 89 (7), hlm. 361–366.
Shamsudin, S., Ismail, S. F., Al-Mamun, A & Nordin, S. K. B. S. (2014). Examining the effect of extracurricular
activities on academic achievements among the public university students in Malaysia. Asian Social
Science, 10 (9), hlm. 171–177.
World Health Organization. (1999). Partners in life skills education: conclusions from a United Nations
InterAgency Meeting. Diakses pada January 20, 2018, from
http://www.who.int/mental_health/media/en/30.
pdf

Anda mungkin juga menyukai