Anda di halaman 1dari 29

BAB II

Konsep Identitas Individu, Kelompok, Masyarakat, Tindakan Sosial dan


Hubungan Sosial
Hubungan sosial adalah hubungan timbal balik antara individu yang satu
denganindividu yang lain, saling memengaruhi dan didasarkan pada kesadaran untuk
salingmenolong. Hubungan sosial disebut juga interaksi sosial. Interaksi sosial adalah
prosessaling memengaruhi di antara dua orang atau lebih. Seseorang melakukan
hubungansosial secara naluri didorong oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam
maupundari luar dirinya.
Individu berasal dari kata in-dividere yang berarti tidak dapat dibagi-bagi (atau
sebagai sebutan bagi manusia yang berdiri sendiri, atau manusia perseorangan. Individu
yang dimaksud adalah insan (manusia), aristoteles berpendapat bahawa manusia
merupakan penjumlahan dari kemampuan tertentu yang masing-masing bekerja sendiri
seperti kemampuan-kemampuan vegetatif (makan dan berkembang biak), kemampuan
sensitif (bergerak, bernafsu, perasaan dan mengamati) dan kemampuan intelektif
(kecerdasan).
Lain halnya degan pendapat descartes, bahwa manusia terdiri atas zat rohaniah
ditambah zat materil. Akan tetapi, willhem wuntt menegaskan bahwa jiwa manusia itu
materil merupakan suatu kesatuan jiwa raga yang berkegiatan sebagai keseluruhan.
Individu dalam hal ini merupakan konsep sosiologi yang berarti bahwa konsep individu
tidak boleh diartikan sama dengan konsep sosial. Individu itu memiliki arti yang agak
belainan. Jika dalam kehidupan sehari-hari individu menunjuk pada pribadi orang,
sedangkan dalam sosiologi individu menunjuk pada subjek yang melakukan sesuatu,
yang mempunyai pikiran, yang mempunyai kehendak, kebebasan, memberi arti
(meaning) pada sesuatu, yang mampu menilai tindakan dan hasil tindakannya sendiri.
Dengan kata lain, individu adalah subjek yang bertindak (aktor), subjek yang
melakukan sesuatu hal, subjek yang memiliki pikiran, subjek yang memiliki keinginan,
subjek yang memiliki kebebasan dan subjek yang memberi arti (meaning). Pada
pengertian idividu sebagai konsep sosiologi, pengertian subjek menunjuk pada semua
keadaan yang berhubungan dengan dunia internal manusia. Sedangkan konsep objek
tidak teralu berbeda jauh artinya dari yang diartikan dalam ilmu-ilmu alam, seperti batu,
air dan semua benda umumnya. Secara biologis, pengaruh gen yang diwariskan orang
tuanya atau bahkan leluhur sebelumnya sangat mempengaruhi kelahiran individu. Untuk
melahirkan individu yang normal, selain dipengaruhi oleh gen juga sangat tergantung
pada kondisi yang sehat di tempat calon individu itu dilahirkan. Kondisi sehat yang
dimaksud adalah kondisi pranatalis di dalam rahim ibu.
Pertumbuhan dan perkembangan individu selanjutnya sangat dipengaruhi oleh berbagai
masukan dari lingkungan sekitarnya. Salah satu lingkungan yang sehat adalah
lingkungan pendidikan, melalui pendidikan individu dapat terbina dan terlatih potensinya.
Nursid sumaatmadja (1998) menyatakan bahwa “kepribadian merupakan keseluruhan
prilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fisikal
yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan yang terungkap pada
tindakan dan perbuatan serta reaksi mental-psikologisnya, jika mendapat rangsangan
dari lingkungan”.

Bagan Proses Pembentukan Individu Menjadi Pribadi


Pada hakikatnya manusia adalah mahluk individu yang tidak dapat melepaskan diri
dari hubungan dengan sesama manusialain di dalam mejalani kehidupan. Freedman
(1962 : 112) menyatakan bahwa manusia merupakan mahluk yang tidak dilahirkan
dengan kecakapan untuk “immadiate adaptation to environment” atau kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan segera terhadap lingkungan. Naluri manusia untuk
selalu brhubungan dengan sesamanya ini dilandasi oleh alasan-alasan sebagai berikut:
Keinginan manusia untuk menjadi satu dengan manusia lain disekelilingnya
(masyarakat).
Keinginan untuk menjadi satu dengan alam sekelilingnya.
Naluri manusia untuk selalu hidup dengan yang lainnya disebut sebagai
“gregariousness”.

Pengertian Kelompok Sosial


Lahirnya kelompok sosial disebabkan oleh kebutuhan manusia untuk berhubungan,
tapi tidak semua hubungan tersebut dapat dikatakan sebagai kelompok sosial. Soerjono
soekanto (1982 : 111) mengemukakan beberapa persyaratan terbentuknya kelompok
sosial, yaitu :
 Adanya kesadaran dari anggota kelompok tersebut bahwa ia merupakan bagian
dari kelompok yang bersangkutan.
 Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan lainnya dalam
kelompok.
 Adanya suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota kelompok yang
bersangkutan yang merupakan unsur pengikat atau pemersatu. Faktor tersebut
dapat berupa nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama
ataupun ideologi yang sama.
 Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.
Mac iver (1961 : 213) kelompok sosial adalah : “kelompok sosial terbentuk melalui
proses interaksi dan sosialisasi, dimana manusia berhimpun dan bersatu dalam
kehidupan bersama berdasarkan hubungan timbal balik, saling mempengaruhi dan
memiliki kebersamaan untuk tolong menolong”.
Proses yang berlangsung dalam kelompok sosial adalah “proses sosialisasi”. Buhler
(1968 : 172) menyatakan bahwa proses sosialisasi adalah “proses yang membantu
individu dalam kelompok melalui belajar dan penyesuaian diri, bagaimana cara hidup dan
berfikir kelompoknya agar ia dapat berperan serta berfungsi bagi kelompoknya”.
Berdasarkan pengalaman dalam kelompok, manusia mempunyai sistem tingkah laku
(behavior system) yang dipengaruhi oleh watak pribadinya. Sistem prilaku ini yang akan
membentuk suatu sikap (attitude).

Klasifikasi Tipe-Tipe Kelompok Sosial


Mac iver dan page (1957 : 213) menggolongkan kelompok sosial dalam beberapa kriteria:
 Derajat interaksi sosial yang terjadi dalam kelompok tersebut.
 Besar kecil anggota kelompok tersebut.
 Sistem ide (ideologi) yang ada di dalam kelompok tersebut.
 Kepentingan atau tujuan kelompok tersebut.
 Wilayah geografis.
Simmel dalam systematic society mendasarkan pengelompokannya pada :
 Besar kecilnya jumlah anggota kelompok.
 Cara individu dipengaruhi kelompoknya atau individu mempengaruhi kelompok.
 Interaksi sosial yang terjadi dalam kelompok tersebut.
Simmel memulainya dengan bentuk terkecil yang terdiri dari satu orang individu
sebagai fokus hubungan sosial yang dinamakan “monad”, lalu dua individu yang
dinamakan “dyad” dan tiga individu yang dinamakan “triad”. Dan ukuran lain dari
klasifikasi kelompok sosial itu berdasarkan tingkat interaksi sosial yang terjadi dalam
kelompok tersebut.

In Group Dan Out Group


Menurut polak (1966 : 166) konsep in group dan out group adalah “cerminan dari
adanya kencenderungan sifat “entnocentris” dari individu-individu dalam proses
sosialisasi sehubungan dengan keanggotaannya pada kelompok-kelompok sosial
tersebut. Sikap dalam menilai kebudayaan lain dengan menggunakan ukuran-ukuran
sendiri”. Sikap mempercayai sesuatu ini yang disebut dengan “beliefs” yang diajarkan
kepada anggota kelompok melalui proses sosialisasi, baik secara sadar atau tidak sadar.
Menurut soerjono soekanto (1984 : 120), sikap in group biasanya didasari oleh
perasaan simpati. Dalam in group sering kali digunakan stereotypen, yaitu gambaran-
gambaran atau anggapan-anggapan yang bersifat mengejek terhadap suatu objek diluar
kelompoknya. Out group  didasari oleh suatu kelainan dengan wujud antipati.

Primary Group Dan Secondary Group


Primary group. Charles horton cooley dalam social organization menyatakan “bahwa
terdapat perbedaan yang luas dan mendasar dalam klasifikasi kelompok-kelompok sosial
yang menyangkut perbedaan antar kelompok”. Cooley adalah kelompok yang ditandai
dengan ciri-ciri kenal-mengenal antara anggotanya serta kerjasama erat yang bersifat
pribadi. Selo soemarjan & soemardi (1964 : 604) dalam buku “setangkai bunga sosiologi”
menyatakan “primary group merupakan kelompok kecil yang permanen berdasarkan
saling mengenal secara pribadi diantara anggotanya”. Davis (1960 : 290)
mengemukakan ciri-ciri khusus dari primary group sebagai berikut :
 Kondisi fisik. Cirinya adalah sifat kenal mengenal, kedekatan secara fisik dan
emosional, adanya norma yang mengatur hubungan antara anggota-anggota
dalam kelompok tersebut, dan kelompoknya biasanya kecil (anggotanya sedikit).
 Sifat hubungan primer. Bersifat kesamaan tujuan dari individu-individu dalam
kelompok tersebut. Tujuan tersebut bersifat pribadi, spontan sentimental dan
inklusif. Soekanto (1982 : 124)menyatakan bahwa sifat inklusif adalah “hubungan
primer yang bersifat pribadi, mengandung arti hubungan tersebut melekat secara
inheren pada kepribadian seseorang yang tidak mungkin digantikan oleh orang
lain”.
 Hubungan inklusif  didasarkan atas kesukarelaan dari pihak-pihak yang
mengadakan hubungan tersebut. Sifat inklusif juga berarti bahwa hubungan primer
menyangkut segala sesuatu tentang perasaan, kepribadian dan tempramen.
 Kelompok-kelompok yang konkret dan hubungan primer. Dalam kenyataan tidak
ada primary group  yang memenuhi hubungan ini secara sempurna. Hubungan
primer yang masih murni biasanya terdapat pada masyarakat-masyarakat yang
masih sederhana organisasinya, misalnya pada masyarakat pedesaan.
Secondary Group
Rouceck & warren (1962 : 46) dalam “sociology an introduction” , membatasi
pengertian secondary group sebagai kelompok-kelompok besar yang terdiri dari banyak
orang dan diantara individu itu tidak perlu saling mengenal secara pribadi dan sifatnya
tidak langgeng.
Perbedaan Antara Primary Group & Secondary Group terdapat pada hubungan-hubungan
atau interaksi sosial yang membentuk struktur kelompok sosial yang bersangkutan.
Contohnya adalah bangsa, bangsa menunjukkan struktur hubungan yang kurang
harmonis antara anggotanya (rakyat dan pemerintah).
Jika terdapat perselisihan diantara anggota kelompok primary group cenderung
diselesaikan secara kekeluargaan, tetapi pada secondary group maka norma hukum
merupakan unsur pemaksa untuk menyelesaikan suatu perselisihan diantara anggota
kelompok tersebut.

Gemeinschaft Dan Gesselschaft


Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggotanya diikat oleh
hubungan batin yang bersifat alamiah dan dasar dari hubungan tersebut adalah rasa
cinta dan kesatuan batin yang telah dikodratkan, bentuk utamanya dapat dijumpai dalam
keluarga, kekerabatan, dan lain-lain. Ciri-ciri :
Intimate : yaitu hubungan menyeluruh yang mesra.
Private : yaitu hubungan yang bersifat pribadi khusus untuk beberapa orang saja.
Exclusive : yaitu bahwa hubungan yang terjadi hanya untuk “kita” saja dan tidak
untuk orang-orang diluar “kita”.
Tiga tipe gemeinschaft menurut tonnies :
Gemeinschaft by blood : ikatan yang berdasarkan pada keturunan darah, contoh
keluarga.
Gemeinschaft of place : ikatan yang berdasarkan kedekatan tempat tinggal,
contoh tetangga.
Gemeinschaft of mind   : ikatan yang mendasarkan diri pada jiwa dan pikiran yang
sama
Gesselschaft adalah berupa ikatan pokok untuk jangka waktu yang pendek,
bersifat imajiner dan strukturnya bersifat mekanis. Gesselschaft berbentuk hubungan
perjanjian berdasarkan ikatan timbal balik, seperti ikatan perdagangan.

Formal Group & Informal Group


Formal group merupakan kelompok-kelompok yang mempunyai peraturan-
peraturan tegas yang sengaja diciptakan untuk mengatur hubungan diantara
anggotanya. Formal group bisa dikatakan sebagai association diamana anggotanya
mempunyai kedudukan yang disertai dengan pembagian tugas & wewenang. Kriteria
rumusan formal grup adalah merupakan keberadaan tata cara untuk memobilisasikan
dan mengkoordinasikan usaha-usaha yang ditujukan untuk mencapai tujuan berdasarkan
bagian-bagian organisasi yang bersifat spesialisasi. Artinya formal grup adalah suatu
kelompok yang memiliki peraturan-peraturan yang tegas dan dengan sengaja diciptakan
oleh angota-anggotanya untuk mengatur hubungan antara angota-anggotanya.
Contohnya adalah himpunan mahasiswa dll.
Informal grup adalah suatu kelompok yang terjadi karena kesamaan yang sifatnya
tidak mengikat anggotanya serta tidak memiliki struktur dan organisasi yang pasti.
Informal group terbentuk biasanya oleh intensitas pertemuan yang sering antara orang-
orang yang mempertahankan kepentingan dan pengalaman bersama. Contoh klik
(clique).
Masyarakat Pedesaan (Rural Community) Dan Masyarakat Perkotaan (Urban Community)
Dalam masyarakat pedesaan hubungan yang terjadi antara anggota masyarakat
terjalin dengan erat, mendalam dengan sistem kehidupan berkelompok. Pekerjaan inti
masyarakat pedesaan terkonsentrasi pada satu sektor yaitu pertanian. Masyarakat
pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Ciri-ciri
masyarakat pedesaan dan perkotaan menurut soekanto (1982:149).
 hubungan yang erat diantara masyarakatnya.
 Biasanya kehidupannya masih sederhana dan memilii pekerjaan yang sama.
Masyarakat perkotaan pekerjaannya beraneka macam dan tidak terkonsentrasi
kepada satu aspek pekerjaan. Pada masyarakat perkotaan sifat-sifat dan ciri-ciri
kehidupan yang berbeda dengan masyarakat pedesaan, antara lain perbedaan dalam
menilai keperluan hidup. Soerjono soekanto (1982:149) mengemukakan beberapa ciri
lain yang membedakan antara masyarakat pedesaan dan perkotaan, yaitu :
 Kehidupan keagamaan. Masyarakat pedesaan mengarah kepada kehidupan yang
agamis, sedangkan masyarakat perkotaan mengarah kepada kehidupan duniawi.
Hal ini dilandasi oleh cara berfikir yang berbeda.
 Kemandirian. Hal terpenting bagi masyarakat perkotaan adalah individu sebagai
perseorangan yang memiliki peran serta status dalam masyarakatnya. Pada
masyarakat pedesaan individu tidak berani menunjukkan eksistensinya dan kurang
berani untuk menghadapi orang lain dengan latar belakang yang berbeda.
 Pembagian kerja. Pada masyarakat perkotaan pembagian kerja lebih tegas dan
jelas, sehingga mempunyai batas-batas yang nyata. Pada masyarakat pedesan
adalah kebalikannya.
 Peluang memperoleh pekerjaan. Dengan adanya sistem pembagian kerja yang
tegas maka kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan lebih banyak pada
masyarakat perkotaan dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Hal ini juga
dilihat dari faktor tingkat pendidikan.
 Jalan pikiran. Pola pikir rasional pada masyarakat perkotaan memungkinkan
terjadinya interaksi berlandaskan kepentingan bukan faktor pribadi.
 Jalan kehidupan. Jalan kehidupan yang cepat (roda kehidupan yang cepat) bagi
warga kota menempatkan dihargainya/pentingnya faktor waktu dalam mengejar
kehidupan individu.
 Perubahan sosial. Pada masyarakat kota kemungkinan perubahan sosial lebih
baerguna dibanding warga desa karena mereka lebih terbuka bagi adanya
perubahan.

Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah “sekumpulan individu yang mengadakan kesepakatan bersama
untuk secara bersama-sama mengelola kehidupan”, selo soemardjan. Masyarakat
menurut smith, stanley & shores adalah sebagai suatu kelompok individu-individu yang
terorganisasi serta berpikir tentang diri mereka sendiri sebagai suatu kelompok yang
berbeda. Pengertian ini mengandung 2 hal, yaitu “masyarakat itu kelompok yang
terorganisasi” dan “masyarakat itu kelompok yang berpikir tentang dirinya sendiri.
Talcott parson, masyarakat adalah “suatu sistem sosial, dimana semua funsi prasyarat
yang bersumber dan dalam dirinya sendiri bertemu secara tetap”. Sistem sosial yang
dimaksud adalah terdiri dari pluralitas prilaku-prilaku perseorangan yang berinteraksi
satu sama lain dalam suatu lingkungan fisik.
Koentjaraningrat (1990 : 146), masyarakat adalah “kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat terus-menerus dan
terikat oleh suatu rasa identitas bersama”.
Ciri-ciri pokok dari masyarakat :
Manusia yang hidup bersama sekurang-kurangnya terdiri atas 2 orang.
Bercampur atau bergaul bergaul dalam waktu yang cukup lama. Berkumpulnya
manusia akan menimbulkan manusia-manusia baru sebagai akibat hidup bersama
itu, timbul sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan
antar manusia.
Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan
kebudayaan karena mereka merasa dirinya terkait satu dengan yang lainnya.
Melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya.
Unsur-unsur terbentuknya suatu masyarakat
 Terdapat sekumpulan orang.
 Berdiam atau bermukim disuatu wilayah dalam waktu yang relatif sama atau
waktu yang lebih lama.
 Perekrutan seluruh atau sebagian anggotanya melalui reproduksi atau kelahiran.
 Kesetiaan pada suatu sistem tindakan utama secara bersama-sama.
 Adanya sistem tindakan utama yang bersifat swasembada.
 Akibat hidup bersama dalam jangka waktu yang lama menghasilkan kebudayaan
berupa sistem nilai,sistem ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

Hakikat Interaksi Sosial


Kita berinteraksi karena kita saling membutuhkan satu sama lain. Setiap manusia
itu pasti memiliki sejumlah kebutuhan,  kepentingan, dan hasrat.  Pada hakikatnya,
manusia adalah makhluk sosial. Didalam dirinya terdapat hasra untuk berkomunikasi,
bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Hasrat itu bukan timbul hanya karena
kebutuhan lahiriah, melainkan karena hasrat itu sendiri. Karena itu, interaksi dengan
orang lain merupakan kebutuhan paling dasar dalam diri setiap manusia.

Pengertian Interaksi Sosial


Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik berupa aksi saling mempengaruhi
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan
kelompok.  Sebuah hubungan dapat dikatakan interaksi sosial apabila memiliki ciri-ciri
sebagai berikut.
Jumlah pelaku dua orang atau lebih
Adanya komunikasi antarpelaku dengan menggunakan symbol atau lambang
Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa kini, dan masa yang
akan datang
Adanya tujuan yang hendak dicapai sebagai hasil dari interaksi tersebut
Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
 Adanya kontak sosial
 Adanya komunikasi

Pendekatan Interaksi Sosial


Interaksionis-Simbolik Blummer
Herbert blumer, (dalam soeprapto, 2001, hlm. 6) menyatakan ; “Istilah interaksi
simbolik tentu saja menunjuk pada sifat khusus dan khas dari interaksi yang berlangsung
antar manusia. Kekhususan itu terutama dalam fakta bahwa manusia
menginterpretasikan atau ‘mendefinsikan’ tindakan satu sama lain dan tidak semata-
mata bereaksi atas tindakan satu sama lain”.
Jadi, interaksi manusia dimediasi oleh penggunaan simbol-simbol, atau oleh
penetapan makna dari tindakan orang lain. Mediasi ini mempunyai nilai dengan pelibatan
proses interpretasi antara stimulus dan respon dalam kasus perilaku manusia.
Pendekatan interaksionisme simbolik memberikan banyak penekanan pada individu yang
aktif dan kreatif ketimbang pendekatan-pendekatan teoritis lainnya. blumer
mengembangkan hal itu dalam arah yang berbeda dan cukup unik. Pendekatan
interaksionisme simbolik menganggap bahwa segala sesuatu tersebut adalah nyata
adanya.
Interaksi simbolik merupakan hubungan yang berkesinambungan antara simbol
dan interaksi. Artinya, ketika seseorang melakukan interaksi sudah pasti akan
menggunakan simbol-simbol tertentu yang mendukung seseorang untuk mengirimkan
pesan yang ingin disampaikan pada orang lain. Simbol yang digunakan dalam melakukan
interaksi merupakan representasi dari sebuah fenomena, dimana sebelumnya simbol
tersebut sudah disepakati bersama dalam sebuah kelompok dan digunakan untuk
mencapai sebuah kesamaan makna bersama. Ada dua macam simbol yang digunakan
seseorang untuk menyampaikan pesan pada orang lain yaitu; simbol verbal dan non-
verbal. Simbol verbal merupakan penggunaan kata-kata atau bahasa sebagai contoh
‘telephon’ itu mempresentasikan sebuah alat komunikasi. Sedangkan simbol non-verbal
lebih menekankan pada bahasa tubuh atau bahasa isyarat contohnya  ‘orang yang
menganggukan kepala, menggelengkan kepala’ simbol-simbol tersebut merupakan
representasi dari sebuah fenomena dimana sebelumnya simbol tersebut sudah
disepakati bersama dalam sebuah kelompok dan digunakan untuk mencapai sebuah
kesamaan makna bersama. Kemampuan individu menggunakan simbol-simbol sebagai
sebuah respon dari fenomena yang terjadi kemudian difikirkan dalam setiap benak
masing-masing maka hal tersebut akan menghasilkan makna. Pertukaran informasi atau
pesan melalui interaksi dan penggunaan simbol-simbol yang telah disepakati akan
menghasilkan kesamaan makna yang akan digunakan sebagai acuan dalam
berkomunikasi.
Menurut Blumer sebelum memberikan makna atas sesuatu, terlebih dahulu
seseorang melakukan serangkaian kegiatan olah mental seperti :memilih, memeriksa,
mengelompokkan, membandingkan dan memprediksi makna dalam kaitannya dengan
situasi, posisi, dan arah tindakannya. Dengan demikian, pemberian makna ini tidak
didasarkan pada makna normatif, yang telah dibakukan sebelumnya, tetapi hasil dari
proses olah mental yang terus-menerus disempurnakan seiring dengan fungsi
instrumentalnya, yaitu sebagai pengarahan dan pembentukan tindakan dan sikap aktor
atas sesuatu tersebut.
Dalam interaksionisme simbolis, seseorang memberikan informasi hasil dari
pemaknaan simbol dari perspektifnya kepada orang lain sehingga orang-orang penerima
informasi tersebut akan memiliki perspektif lain dalam memaknai informasi yang
disampaikan aktor pertama. Dengan kata lain aktor akan terlibat dalam proses saling
mempengaruhi dalam sebuah tindakan sosial. Interaksi tersebut dapat terlihat dari
bagaimana komunitasnya, karena dalam suatu komunitas terdapat suatu pembaharuan
sikap yang menjadi suatu trend yang akan dipertahankan ,dihilangkan atau dipebaharui
maknanya dan terus melekat pada suatu komunitas, interaksi simbolik juga dapat
menjadi suatu alat penafsiran untuk menginterpretasikan suatu masalah atau kejadian.\
Dari sini jelas bahwa tindakan manusia tidak disebabkan oleh “kekuatan luar”
tidak pula disebabkan oleh “kekuatan dalam” tetapi didasarkan pada pemaknaan atas
sesuatu yang dihadapinya lewat proses yang oleh Blumer disebut self-indication. Menurut
Blumer proses self-indication adalah proses komunikasi pada diri individu yang dimulai
dari mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna, dan memutuskan untuk
bertindak berdasarkan makna tersebut. Dengan demikian, proses self-indication ini
terjadi dalam konteks sosial di mana individu mengantisipasi tindakan-tindakan orang
lain dan menyesuaikan tindakannya sebagaimana dia memaknakan tindakan itu. 
Dalam interaksi simbolik menurut Blumer, aktor tidak semata-mata bereaksi
terhadap tindakan dari orang lain, tetapi mencoba menafsirkan dan mendefinisikan
setiap tindakan orang lain. Hal itu terjadi karena individu mempunyai kedirian ‘self’ yang
mana dia dapat membentuk dirinya sebagai objek. Dalam melakukan interaksi secara
langsung maupun tidak langsung individu dijembatani oleh penggunaa simbol-simbol
penafsiran, yaitu bahasa. Tindakan penafsiran simbol oleh individu di sini diartikan dapat
memberi arti atau makna yang dapat ditangkap oleh orang lain , menilai kesesuainya
dengan tindakan, dan mengambil keputusan berdasarkan penilaian tersebut. Karena
itulah individu yang terlibat dalam interaksi ini tergolong aktor yang sadar dan reflektif
karena dapat bertindak sesuai dengan apa yang telah ditafsirkan, bukan bertidak tanpa
rasio atau pertimbangan. Konsep inilah yang disebut Blumer dengan self-indicatian, yaitu
proses komunikasi yang sedang berjalan yang dalam proses ini individu mengetahui
sesuatu, menilainya, memberinya makna, dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan
makna itu.
Dalam interaksionime simboliknya, blumer merumuskan pada prinsip-prinsip dasar
teorinya tersebut pada dua konsep yaitu diri dan masyarakat.
 Tindakan Diri (self). Para pemikir interaksionis simbolis memandang bahwa
individu merupakan respons dari simbol-simbol atau peran yang disertakan.
Blumer (dalam ritzer, 2014, hlm. 678) mengemukakan bahwa “interaksionis
simbolik, tidak hanya berminat pada sosialisasi dalam sebuah kelompok
masyarakat, tetapi interaksi pada umumnya yang sangat penting bagi dirinya
sendiri”. Konsep diri menurut blumer yaitu bahwa sebuah tindakan yang dilakukan
oleh seseorang merupakan keputusan yang diambil olehnya. Blumer
mempersepsikan tidakan individu dalam kehidupan sosial sebagai prilaku bersama
yang tatap dilakukan oleh indivudu sesuai citra dirinya. Tindakan individu dalam
tataran praktik tidak semata-mata merupakan hasil dari interaksi sosial yang
dilakukan dengan actor diluar dirinya dan tindakan sendiri yang bersifat perilaku
individu yang dipicu oleh actor dan tidakan mereka sendiri. Manusia mempunyai
kemampuan untuk melihat diri sendiri sebagaimana halnya manusia melihat obyek
sosial lainnya dengan membayangkan bagaimana individu menampakkan diri
kepada orang lain kemudian orang lain akan menilai penampilan diri individu
tersebut dan individu akan  mengembangkan semacam perasaan tertentu sebagai
akibat dari bayangan diri tentang penilaian orang tersebut. Blumer (dalam
Johnson, 1986, hlm. 52) menyatakan “kenyataan sosial itu memiliki sifat yang khas
dimana individu menegosiasikan interpretasi tentang situasi dirinya”. Jadi,
tindakan yang dilakukan individu mencerminkan kesiapan diri untuk mendapat
respon dari luar yang akan memberikan gambaran sesungguhnya tentang individu
tersebut
 Tindakan bersama (kelompok). Interaksionisme simbolis blumer memandang
bahwa keadaan atau realitas sosial tidak terbentuk dengan adanya tindakan makro
yang secara metafisika tidak menentu dan terlalu ambisisus. Blumer mengkritik
pandangan klasik para sosiolog sebelumnya mengenai tatanan sosial. Interaksionis
menempatkan tindakan dan tatanan sosial sebagai sebuah aktuifitas dan proses
yang menurunkan istilah-istilah umum pada tingkat terendah. Blumer bersikap
kritis terhadap determinisme sosiologi yang menempatkan tindakan sosial
seseorang diperlukan sebagai aliran luar atau ekspresi sejumlah kekuatan yang
bermain pada diri prilaku pada tempatnya berada. Menurut blumer (dalam
arisandi, 2015, hlm. 125) bahwa “esensi masyarakat ditemukan pada diri aktor dan
tindakanya”, masyarakat terdiri atas orang-orang yang bertindak. Selain itu,
kehidupan masyarakat terdiri dari tindakan mereka. Masyarakat adalah tindakan,
dan kehidupan kelompok merupakan aktivitas kompleks yang terus berlangsung.
Namun masyarakat tidak terbangun dari berbagai tindakan yang terpisah satu
sama lain. Interaksionis simbolis blumer mendukung penuh pemikiran mead
tentang gagasan interaksionisme simbolik. Blumer di sebut-sebut sebagai
pencetus interaksionisme simbolik.
Teori Goffman Tentang Pengelolaan Kesan
Dalam interaksi tentunya manusia tidak dapat menghindari untuk mengungkapkan
dirinya pada orang lain. Sungguhpun mereka mencoba untuk membatasi apa yang
diungkapkan, tapi tetaplah akan bercerita sedikit tentang dirinya, bahkan walaupun
mereka meyakini bahwa tak akan membohongi orang tentang siapa sesungguhnya
dirinya, dalam kenyataannya tetap berusaha membentuk atau mengelola kesan. 
Dalam proses presentasi diri biasanya individu akan melakukan pengelolaan
kesan (impression management). Pada saat ini, individu melakukan suatu proses dimana
dia akan menseleksi dan mengontrol perilaku mereka sesuai dengan situasi dimana
perilaku itu dihadirkan serta memproyeksikan pada orang lain suatu image yang
diinginkannya. Manusia melakukan hal tersebut, karena ingin orang lain menyukainya,
ingin mempengaruhi mereka, ingin memperbaiki posisi, memelihara stasus dan
sebagainya.
Dengan demikian presentasi diri atau pengelolaan kesan dibatasi dalam pengertian
menghadirkan diri sendiri dalam cara-cara yang sudah diperhitungkan untuk memperoleh
penerimaan atau persetujuan orang lain.
Ada dua komponen dalam pengelolaan kesan (impression management), yakni :
1. Motivasi pengelolaan kesan (impression-motivation) : Motivasi pengelolaan kesan
menggambarkan bagaimana motivasi yang dimiliki untuk mengendalikan orang lain
dalam melihat diri atau untuk menciptakan kesan tertentu dalam benak pikiran orang lai
2.  Konstruksi pengelolaan kesan (impression-con¬struction) : adalah menyangkut
pemilihan image tertentu yang ingin diciptakan dan mengubah perilaku dalam cara-cara
tertentu unruk mencapai suatu tujuan.
Argyle (1994) mengemukakan ada tiga motivasi primer pengelolaan kesan, yaitu
keinginan untuk mendapatkan imbalan materi atau sosial, untuk mempertahankan atau
meningkatkan harga diri, dan untuk mempermudah pengembangan identitas diri
(menciptakan dan mengukuhkan identitas diri.
Motivasi untuk mengelola kesan biasanya sering terjadi dalam situasi yang melibatkan
tujuan-tujuan penting (seperti persahabatan, persetujuan, imbalan materi) dimana
individu yang melakukannya merasa kurang puas dengan image yang diproyeksikan saat
ini (self-discrepancy). Motivasi mengelola kesan juga lebih kuat ketika seseorang merasa
tergantung pada seseorang yang berkuasa yang mengendalikan sumber-sumber penting
bagi dirinya (Misal, atasannya) atau setelah dia mengalami kegagalan atau hampir
mengalami kejadian yang dapat meruntuhkan harga dirinya.

Faktor Pendorong Interaksi Sosial


1. Imitasi
Imitasi adalah suatu tindakan meniru sikap, tingkah laku, ataupun penampilan fisik
seseorang secara berlebihan. Imitasi selain dapat mendorong seseorang mematuhi
kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku, juga dapat melemahkan daya kreasi
seseorang.
Imitasi terdiri dari dua bentuk, yaitu :
a. Imitasi positif, yaitu imitasi yang dapat mendorong seseorang melakukan tindakan
yang sesuai dengan kaidah yang berlaku. Contoh : seorang anak yang menirukan gaya
berbicara penyiar radio.
b. Imitasi negatif, yaitu imitasi yang dapat menyebabkan terjadinya hal-hal yang
bertentangan dengan norma-norma yang berlaku. Contoh : seorang anak kecil yang
meniru kebiasaan merokok orang tuanya.
2. Sugesti
Sugesti adalah suatu anjuran yang diberikan seseorang yang menyebabkan reaksi
langsung dan tanpa pikir panjang orang lain untuk menerima atau mengikuti anjuran
tersebut.
Faktor-faktor yang mendorong proses sugesti, antara lain sebagai berikut :
a. Kelompok idola. Misalnya, selebritis, ulama, dan orang-orang yang terkenal
b. Reklame atau propaganda melalui media massa.
c. Orang dewasa yang memiliki pengaruh atau karisma
d. Orang – orang yang memiliki kedudukan tinggi dalam masyarakat dan pemerintahan.
Faktor-faktor yang menyebabkan orang mudah tersugesti adalah sebagai berikut:
a. Tidak mampu berpikir kritis dengan menggunakan akal sehatnya
b. Pikiran yang kacau, stres, tertekan, dan bercabang
c. Kuatnya pengaruh pihak pemberi sugesti
d. Adanya dukungan dari kelompok mayoritas
e. Adanya pengaruh yang berulang-ulang
3. Identifikasi
Kecenderungan seseorang ingin menjadi sama dengan perilaku orang lain yang menjadi
idolanya. Contoh : seorang remaja yang berperilaku seperti seseorang yang
diidolakannya.
4. Simpati
Simpati adalah kemampuan seseorang untuk merasakan diri seolah-olah dalam keadaan
yang dirasakan atau yang dialami oleh orang lain. Contoh: ketika ada teman yang
rumahnya roboh, kita ikut merasakan kesedihannya dan berusaha untuk membantunya.
Mengucapkan selamat atas prestasi yang didapatkan oleh seorang teman.
5. Empati
Merupakan keadaan dimana seseorang dapat merasakan seakan-akan dalam keadaan
yang dirasakan orang lain sehingga sampai mempengaruhi fisik dan jiwanya. Contoh : Si
Tata sangat sedih, bahkan sampat pinsan ketika mengetahui teman akrabnya tewas
dalam tabrakan di jalan raya itu.
6. Motivasi
Dorongan yang diberikan seseorang kepada orang lain, sehingga menyebabkan orang
lain tersebut melaksanakan apa yang disampaikannya secara kritis, rasional, dan penuh
tanggung jawab. Contoh : Ketika mau mengikuti Ujian Nasional Andi tampak kurang
percaya diri karena selama ini merasa kurang rajin belajar. Kemudian Andi menjadi siap
dan bersemangat setelah Bapak dan ibu gurunya memberikan motivasi.
Sumber Informasi yang Mendasari Interaksi
Selain membahas aturan-aturan dalam interaksi sosial, Karl dan Yoels juga membahas
sumber-sumber informasi yang mendasari interaksi seseorang dengan orang lain. Sama
seperti Goffman yang menyatakan bahwa seseorang akan berusaha mencari informasi
tentang orang lain yang ditemuinya agar dapat mendefinisikan situasi, Karl dan Yoels pun
menyatakan bahwa apabila seseorang baru menjumpai orang lain yang belum dikenal, ia
akan berusaha mencari informasi tentang orang itu. Karl dan Yoels berpendapat bahwa
ada 7 sumber informasi dalam interaksi.
Di antaranya sebagai berikut.

Warna Kulit
Ciri seseorang yang dibawa sejak lahir, seperti jenis kelamin, usia, dan ras sangat
menentukan interaksi terutama pada masyarakat yang sehari-harinya berada di
lingkungan yang diskriminatif. Contohnya, di negara Afrika Selatan pada era apartheid,
orang kulit putih tidak mau berinteraksi dengan orang kulit hitam. Orang-orang kulit putih
menganggap orang kulit hitam cenderung berperilaku kriminal

Usia
Cara seseorang berinteraksi dengan orang yang lebih tua seringkali berbeda dengan
orang yang sebaya, atau dengan orang yang lebih rnuda.

Jenis Kelamin
Jenis kelamin juga bisa mempengaruhi interaksi seseorang terhadap yang lainnya.
Contoh, laki-laki cenderung menghindari sekelompok perempuan yang tengah
membicarakan kosmetik atau model sepatu terbaru. Sebaliknya, perempuan pun
cenderung menghindar dari percakapan laki-laki tentang sepak bola atau otomotif.

Penampilan Fisik
Selain warna kulit, usia, dan jenis kelamin, penampilan fisik juga sering menjadi sumber
informasi dalam interaksi sosial. Umumnya, yang pertama kali dilihat dalam interaksi
adalah penampilan fisik seseorang. Ada beberapa penelitian yang memperlihatkan
bahwa orang yang berpenampilan menarik cenderung lebih mudah mendapatkan
pasangan daripada orang dengan penampilan kurang menarik.

Bentuk Tubuh
Menurut penelitian Wells dan Siegal, orang cenderung menganggap bahwa terdapat
kaitan antara bentuk tubuh dengan sifat seseorang. Orang yang memiliki tubuh
endomorph (bulat, gemuk) dianggap memiliki sifat tenang, santai, dan pemaaf. Orang
yang memiliki tubuh mesomorph (atletis, berotot) dianggap memiliki sifat dominan,
yakin, dan aktif. Sementara orang yang bertubuh ectomorph (tinggi, kurus) dianggap
bersifat tegang dan pemalu.

Pakaian
Sumber informasi juga dapat diperoleh dari pakaian seseorang. Seringkali seseorang
yang berpakaian seperti eksekutif muda lebih dihormati dibandingkan dengan orang
yang berpakaian seperti gelandangan.

Wacana
Dari pembicaraan seseorang, kita pun dapat memperoleh informasi-informasi tentang
dirinya. Kadang-kadang kita mendengar seseorang berbicara bahwa ia baru saja bertemu
dengan direktur sebuah perusahaan terkenal atau dengan seorang gubernur. Dari
perkataan orang itu, kita bisa memperoleh informasi tentang orang itu. Dengan kata lain,
kita bisa menebak status seseorang berdasarkan pembicaraannya, meskipun pada ada
pula orang yang tidak berkata jujur tentang dirinya.
Tahapan Pendekatan dan Perenggangan Hubungan dalam Interaksi Sosial
Menurut Mark L. Knapp dalam buku Social Intercourse: From Greeting to Goodbye (1978),
dalam interaksi sosial terdapat tahap yang bisa mendekatkan dan tahap yang bisa
merenggangkan hubungan orang-orang yang berinteraksi. Di bawah ini adalah
penjelasan kedua tahap tersebut.

Tahap yang Mendekatkan


Tahap yang mendekatkan dijabarkan menjadi tahap memulai (initiating), menjajaki
(experimenting), meningkatkan (intensifying), menyatupadukan (integrating), dan
mempertalikan (bonding). Contoh, saat pertama kali masuk sekolah, Anda tentu mulai
menjajaki hubungan dengan orang lain dengan saling bertegur sapa yang diikuti obrolan-
obrolan ringan, seperti asal sekolah dari mana, rumahnya di mana, atau bagaimana cara
pergi ke sekolah. Hasil penjajakan ini dijadikan dasar untuk memutuskan apakah
hubungan kalian bisa ditingkatkan, dipertahankan, atau tidak dilanjutkan sama sekali.
Hal yang sama juga terjadi pada pasangan suami istri. Awalnya dimulai dari tahap
penjajakan untuk memutuskan apakah hubungan bisa ditingkatkan, dipertahankan, atau
tidak dilanjutkan. Apabila ditingkatkan, tahap selanjutnya adalah penyatupaduan. Pada
tahap ini, kamu dan temanmu mulai merasa ada satu kesamaan atau kesatuan.
Demikian pula, para calon suami istri. Dari tahap menyatupadukan ini, lama kelamaan
interaksi dapat mencapai tahap pertalian seperti pernikahan pada calon suami istri.

Tahap yang Merenggangkan


Dalam interaksi, selain terjadi proses pendekatan, terjadi juga proses perenggangan.
Proses ini terdiri dari tahap membeda-bedakan (differentiating), membatasi
(circumscribing), memacetkan (stagnating), menghindari (avoiding), dan memutuskan
(terminating). Contoh, dua orang yang dulunya berteman dan biasa melakukan kegiatan
secara bersama-sama, mulai melakukan kegiatan sendiri-sendiri seperti makan atau
pulang sekolah sendiri-sendiri. Setelah itu, pembicaraan tentang pertemanan mereka pun
mulai dibatasi. Obrolan menjadi dangkal dan sekadar basa-basi saja. Seringkali pihak
yang satu bicara tentang sesuatu, yang lain menyangkal, membantah, melarang, atau
membentak.

Tahap selanjutnya adalah memacetkan. Di tahap ini tidak terjadi komunikasi. Kalaupun
ada, hal ini dilakukan karena terpaksa dan dilaksanakan secara sangat hati-hati.
Perbedaan kedua teman itu sudah sangat besar sehingga untuk membicarakan hal yang
paling sederhana pun sulit dan dapat menyulut konflik. Jika kedua orang yang tadinya
berteman itu sudah tidak berkomunikasi tapi masih berada dalam lingkungan yang sama
(misalnya berada dalam satu sekolah), kedua orang tersebut berusaha untuk saling
menghindar. Misalnya, berusaha tidak melewati jalan, lorong, atau ruang yang sama.
Setelah terjadi jarak komunikasi dan fisik seperti ini, mereka berdua pun berada di dalam
tahap pemutusan hubungan.
Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Sudahkah kalian tahu seperti apa itu bentuk-bentuk interaksi sosial? Sebenarnya bentuk-
bentuk interaksi sosial itu terjadi pada kehidupan sehari-hari kalian lho. Bisa terjadi di
sekolah, di tempat nongkrong, di rumah, atau tempat-tempat lainnya. Misalnya ketika
kalian mendapat tugas kelompok dari guru, tanpa disadari, proses pengerjaan tugas
dalam kelompok merupakan salah satu bentuk interaksi sosial.
Terus ketika salah satu di antara kalian terlibat perkelahian dengan teman sekelas, pasti
setelah itu kalian dibawa ke ruang BK untuk ditengahi oleh guru. Nah di dalam ruangan
itupun terjadi bentuk interaksi sosial, Squad. Oke, agar kalian lebih paham lagi
tentang bentuk-bentuk interaksi sosial, kalian bisa baca dengan seksama penjelasan di
bawah ini.
Sebenarnya tuh interaksi yang terjadi di dalam masyarakat, bisa menghasilkan pola-pola
atau bentuk hubungan yang dapat mempererat dan mengubah kondisi masyarakat
tersebut. Kalau dalam kajian sosiologi nih, interaksi sosial dapat berbentuk asosiatif dan
disosiatif.
1. BENTUK INTERAKSI SOSIAL ASOSIATIF
Bentuk interaksi sosial asosiatif adalah bentuk interaksi sosial positif yang mengarah
pada kesatuan. Bentuk interaksi sosial asosiatif berupa kerja sama, akomodasi, asimilasi,
dan akulturasi.
A. KERJA SAMA
Kerja sama adalah suatu usaha yang dilakukan bersama antara individu atau kelompok,
tujuannya untuk mencapai satu tujuan atau beberapa tujuan bersama.

B. AKOMODASI 
Adalah upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu pertikaian atau konflik oleh
pihak-pihak yang bertikai. Untuk apa? Ya jelas untuk meredakan pertentangan tersebut
dong, terus tercipta deh sebuah kestabilan.
Nah, Akomodasi sebagai proses sosial juga memiliki bentuk-bentuk lho, di antaranya:
1. Koersi, adalah bentuk akomodasi yang pelaksanaannya dengan
menggunakan paksaan, ancaman, tekanan, maupun kekerasan. Kalian sering lihat
pengemis atau pedagang asongan yang digusur secara paksa oleh satpol PP dan dinas
sosial? Itulah salah satu contohnya
2. Kompromi, adalah bentuk usaha dalam meredakan masalah melalui pengurangan
tuntutan. Misalnya saat kalian bermain galaksin, salah satu di antara kalian merasa
dicurangi, tapi yang melakukan merasa tidak sengaja, nah disaat itulah kompromi bisa
dilakukan untuk menyelesaikan kesalahpahaman tersebut.
3. Konsiliasi, adalah usaha yang dilakukan pihak tertentu untuk mempertemukan
keinginan antara kedua belah pihak yang berkonflik, sehingga dapat meyelesaikan
masalah. Misalnya ketika kalian terlibat pertikaian di media sosial, kemudian ketua kelas
melihat, karena merasa mempunyai tanggung jawab, ahirnya kalian dipertemukan
langsung untuk menyelesaikan masalah.
4. Arbitrasi, terjadi ketika pihak ketiga membantu meredakan pertentangan
yang memiliki kedudukan lebih tinggi dan dapat memberikan keputusan yang mengikat
pihak-pihak yang berkonflik. Contoh, guru BK memberi hukuman kepada kedua murid
yang bertengkar.
5. Mediasi, dilakukan oleh pihak ketiga sebagai mediator, hanya sebagai penasihat. Pada
dasarnya semua keputusan dikembalikan kepada kedua pihak yang berkonflik. Contoh,
pak RT memberikan nasehat kepada tetangga yang bertengkar.
6. Ajudikasi, proses penyelesaian masalah melalui meja hijau (jalur hukum). Contoh,
hakim memberikan sanksi hukum kepada koruptor.
C. ASIMILASI
Merupakan percampuran dua kebudayaan yang melebur menjadi suatu kebudayaan
baru.
Contoh: Warga di Pekalongan yang beretnis Tionghoa dan Arab, menggunakan bahasa
Jawa sebagai identitas sosial mereka, karena hal tersebut telah melebur menjadi
kebudayaan masyarakat setempat meskipun beretnis Tionghoa dan Arab.
D. AKULTURASI 
Penerimaan segala unsur–unsur baru menjadi suatu kebudayaan baru tanpa
menghilangkan unsur lama.
Contoh: Bangunan Masjid Kudus mencerminkan adanya interaksi budaya Jawa, Hindu,
dan Islam.
2. BENTUK INTERAKSI SOSIAL DISOSIATIF
Proses sosial disosiatif ini lebih mengarah kepada perpecahan baik individu maupun
kelompok. Adapun bentuk-bentuk dari disosiatif meliputi, persaingan (kompetisi),
kontravensi, dan pertentangan (konflik).
Persaingan (kompetisi), yakni suatu proses sosial di mana individu atau kelompok
manusia yang bersaing  mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan tanpa
menggunakan ancaman kekerasan. Misal, kompetisi sepakbola pada piala dunia.
Kontravensi, merupakan suatu perasaan tidak suka yang disembunyikan, seperti
keraguan bahkan kebencian terhadap kepribadian seseorang. Contohnya, dalam
pemilihan ketua ekstrakulikuler, sebagian besar warga kelas setuju dengan si A,
sedangkan sebagian kecil siswa merasa tidak suka atau meragukan. Namun perasaan itu
disembunyikan dari si A sebagai calon ketua ekstrakulikuler. 
Pertentangan (konflik), adalah proses sosial yang dilakukan individu atau kelompok
dalam mencapai tujuannya disertai dengan paksaan atau kekerasan. Pertentangan
terjadi disebabkan oleh adanya perbedaan antarindividu, perbedaan kebudayaan,
perbedaan kepentingan, dan perubahan sosial.
Hubungan Antara Keteraturan Sosial dan Interaksi Sosial
Kita telah mempelajari bahwa dalam interaksi sosial terjadi kontak dan komunikasi antara
seorang individu dan individu lain, individu dan kelompok, individu dan masyarakat,
kelompok dan kelompok, atau kelompok dan masyarakat. Dari kontak dan komunikasi ini
dapat menghasilkan keteraturan sosial namun tidak jarang juga menghasilkan konflik
sosial. Keteraturan sosial dicapai bila dalam interaksi sosial, setiap individu
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan peran yang dimilikinya. Setiap
individu melaksanakan perannya sesuai nilai dan norma yang dianut masyarakatnya.
Dengan kata lain, masyarakat yang teratur hanya dapat dicapai jika setiap individu
melaksanakan kewajibannya kepada orang lain dan menerima haknya dari orang lain.
Sebaliknya, konflik sosial akan terjadi jika individu tidak melaksanakan hak dan
kewajibannya kepada orang lain. Singkatnya, ia tidak berperilaku sesuai nilai dan norma
masyarakat.

Berkembangnya keteraturan sosial tidak akan terjadi dengan sendirinya. Keteraturan itu
harus diusahakan oleh setiap warga. Keteraturan sosial merupakan hubungan yang
selaras dan serasi antara interaksi sosial, nilai sosial, dan norma sosial. Artinya, hak dan
kewajiban direalisasikan dengan nilai dan norma atau tata aturan yang berlaku. Begitu
pentingnya keteraturan dan ketertiban dalam masyarakat sehingga beberapa daerah di
Indonesia menciptakan slogan atau motto yang intinya mengedepankan kehidupan yang
tertib. Sebagai contoh, kota Jakarta memiliki motto Jakarta Teguh Beriman, Yogyakarta
memiliki motto Yogyakarta Berhati Nyaman. Bagaimana dengan motto di daerah Anda
dan apa artinya?

Namun demikian, keteraturan sosial tidaklah berarti kestatisan karena masyarakat pada
dasarnya tidaklah statis. Masyarakat membutuhkan perubahan agar bisa maju. Untuk itu,
diperlukan nilai, norma atau aturan yang dapat mengendalikan perubahan tersebut.
Dengan demikian, perubahan yang terjadi tidak akan mengarah kepada kekacauan tetapi
keteraturan baru atau kemajuan.

Menurut proses terbentuknya, keteraturan sosial terjadi melalui tahap-tahap berikut.


1. Tertib sosial (social order)yaitu kondisi kehidupan suatu masyarakat yang aman,
dinamis, dan teratur di mana setiap individu bertindak sesuai hak dan kewajibannya.
Misalnya, kehidupan suatu masyarakat desa bisa tenang, aman, dan tenteram karena
semua warganya bertindak sesuai dengan status dan peranannya.

2. Order yaitu sistem norma dan nilai sosial yang berkembang, diakui, dipatuhi oleh
seluruh anggota masyarakat. Contoh, adat istiadat yang dijadikan sebagai pedoman
dalam kehidupan warganya, peraturan-peraturan yang menjadi pedoman tertib sekolah,
dan peraturan yang ada dalam lingkungan RT atau RW. Order dapat dicapai apabila ada
tertib sosial di mana setiap individu melaksanakan hak dan kewajibannya.

3. Keajegan yaitu suatu kondisi keteraturan yang tetap dan tidak berubah sebagai hasil
dari hubungan antara tindakan, nilai, dan norma sosial yang berlangsung secara terus
menerus. Keajegan bisa terwujud jika setiap individu telah melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai sistem norma dan nilai sosial yang berkembang. Hal itu
dilaksanakan dengan konsisten sehingga terpelihara dalam tindakannya setiap hari.

4. Pola yaitu corak hubungan yang tetap atau ajeg dalam interaksi sosial yang dijadikan
model bagi semua anggota masyarakat atau kelompok. Pola dapat dicapai ketika
keajegan tetap terpelihara atau teruji dalam berbagai situasi. Sebagai contoh, dalam
menyelesaikan beberapa persoalan, masyarakat sebuah desa menggunakan cara
bermusyawarah. Ternyata cara ini dapat menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut.
Karena sudah teruji, maka masyarakat desa tersebut memakai cara yang sama, yaitu
musyawarah sebagai pola untuk menyelesaikan setiap persoalan yang terjadi di desa
tersebut.
Nilai Sosial
A.  Pengertian nilai sosial
Nilai (value) mengacu pertimbangan terhadap suatu tindakan, benda, cara, untuk
mengambil keputusan apakah sesuatu yang bernilai itu benar (mempunyai nilai
kebenaran), indah (nilai keindahan/estetik), dan religius (nilai ketuhanan).

Pengertian nilai sosial adalah penghargaan yang diberikan masyarakat terhadap sesuatu


yang dianggap baik, luhur, pantas, dan mempunyai daya guna fungsional bagi
masyarakat. Misalnya: kegiatan menolong orang lain dianggap pantas dan berguna,
maka kegiatan tersebut diterima sebagai sesuatu yang bernilai/berharga.

Pengertian lain mengatakan, bahwa nilai didefinisikan sebagai prinsip standar, atau
kualitas yang dianggap berharga atau diinginkan oleh orang yang memegangnya. Nilai
merupakan kumpulan sikap dan perasaan yang diwujudkan melalui perilaku sosial orang
yang memiliki nilai sosial tersebut. secara umum, nilai berkaitan dengan kemerdekaan
seseorang untuk bertindak.

Pendapat ahli sosiologi tentang nilai sosial


a.       Prof. Dr. Notonegoro, membagi nilai menjadi 3 macam, yaitu sebagai berikut:
1.      Nilai material
Yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani/unsur fisik manusia.
2.      Nilai vital
Yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melakukan suatu kegiatan dan
aktivitas.
3.      Nilai kerohanian
Yaitu segala sesuatu yang berguna bagi batin (rohani) manusia. Nilai kerohanian
dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
1)   Nilai kebenaran adalah nilai yang bersumber pada unsur akal manusia
2)   Nilai keindahan adalah nilai yang bersumber pada perasaan manusia (nilai estetika)
3)   Nilai moral (kebaikan) adalah nilai yang bersumber pada unsur kehendak atau
kemauan (karsa dan etika)
4)   Nilai religius adalah nilai ketuhanan yang tertinggi, yang sifatnya mutlak dan abadi.

b.      Robert M. Z. Lawang
Nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan, pantas, berharga dan
memengaruhi perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai sosial itu.

c.       C. Kluckhohn
Semua nilai kebudayaan pada dasarnya mencakup:
1)   Nilai mengenai hakikat hidup manusia
2)   Nilai mengenai hakikat karya manusia
3)   Nilai mnegenai hakikat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu
4)   Nilai mengenai hakikat hubungan manusia dengan alam
5)   Nilai mengenai hakikat hubungan manusia dengan sesamanya

d.      Walter G. Everett
Nilai dibagi menjadi lima bagian, yaitu sebagai berikut:
1)        Nilai-nilai ekonomi yaitu nilai-nilai yang berhubungan dengan sistem ekonomi. Hal
ini berarti nilai-nilai tersebut mengikuti harga pasar.
2)        Nilai-nilai rekreasi yaitu nilai-nilai permainan pada waktu sengggang, sehingga
memberikan sumbangan untuk menyejahterakan kehidupan maupun memberikan
kesegaran jasmani dan rohani.
3)        Nilai-nilai perserikatan yaitu nilai-nilai yang meliputi berbagai bentuk perserikatan
manusia dan persahabatan kehidupan keluarga, sampai dengan tingkat internasional.
4)        Nilai-nilai kejasmanian yaitu nilai-nilai yang berhubungan dengan kondisi jasmani
seseorang.
5)        Nilai-nilai watak yaitu nilai yang meliputi semua tantangan, kesalahan pribadi dan
sosial termasuk keadilan, kesediaan menolong, kesukaan pada kebenaran, dan
kesediaan mengontrol diri.

Setiap individu meyakini nilai-nilai tersendiri yang turut memberikan pengaruh pada nilai
yang dimiliki oleh masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan nilai, antara
lain:
a.       Evolusi dari suatu kepercayaan dalam beragama
b.      Perubahan dalam nilai moral
c.       Pengaruh media masa
d.      Perubahan dalam ekonomi
e.       Inovasi dalam teknologi

B.  Ciri-ciri nilai sosial


Nilai sosial mempunyai ciri sebagai berikut:
a.       Merupakan hasil interaksi sosial antarwarga masyarakat, bahwasanya nilai sosial
diterapkan melalui proses interaksi antarmanusia yang terjadi secara intensif dan bukan
perilaku yang dibawa sejak lahir. Contoh: dengan memberikan contoh dan menanamkan
kedisiplinan semenjak kecil, seorang anak akan belajar dan menerima nilai penghargaan
atas waktu
b.      Terbentuk melalui proses belajar (sosialisasi). Contoh: nilai menghargai
persahabatan dipelajari anak dari sosialisasinya dengan teman-teman sekolah.
c.       Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial
manusia.
d.      Berupa ukuran atau peraturan sosial yang turut memenuhi kebutuhan-kebutuhan
sosial.Misalnya:  tertibnya sebuah antrian menjadi ukuran bagaimana seorang atau
sekelompok masyarakat menghargai nilai antrian sekaligus merupakan aturan yang
harus diikuti.
e.       Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain. Contoh: di
negara-negara Barat waktu itu sangat dihargai sehingga keterlambatan sulit diterima
(ditoleransi). Sebaliknya di indonesia, keterlambatan dalam jangka waktu tertentu masih
dapat dimaklumi.
f.       Dapat mempengaruhi pengembangan diri seseorang baik positif maupun negatif
g.      Memiliki pengaruh yang berbeda antarwarga masyarakat.
h.      Cenderung berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga membentuk
pola dan sistem sosial.
i.        Dapat mempengaruhi kepribadian individu sebagai anggota
masyarakat. Contoh: nilai yang mengutamakan kepentingan pribadi akan melahirkan
individu yang egois dan kurang peduli pada orang lain. Adapun nilai yang mengutamakan
kepentingan bersama akan membuat individu lebih peka secara sosial.

C.  Macam-macam nilai sosial


Nilai sosial berdasarkan ciri sosialnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu nilai
dominan dan nilai mendarah daging.
a.       Nilai dominan
Nilai dominan yaitu nilai yang dianggap lebih penting dibandingkan nilai lainnya. Ukuran
dominan atau tidaknya didasarkan pada hal-hal berikut:
1)   Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut. contoh: hampir semua
orang/masyarakat menginginkan perubahan kearah perbaikan di segala bidang
kehidupan.
2)   Lamanya nilai itu digunakan. Contoh: dari dulu sampai sekarang kota solo dan
yogyakarta selalu mengadakan tradisi sekaten untuk memperingati kelahiran Nabi
Muhammad SAW. Yang diadakan di alun-alun keraton dan sekitar Masjid Agung
3)   Tinggi rendahnya usaha yang memberlakukan nilai tersebut. contoh: menunaikan
ibadah haji merupakan salah satu rukun islam yang wajib dilaksanakan umat islam yang
mampu.
4)   Prestise/kebanggaan orang-orang yang menggunakan nilai dalam
masyarakat. Contoh: memiliki mobil mewah dan keluaran terakhir dapat memberikan
prestise tersendiri.
b.      Nilai yang mendarah daging
Nilai yang mendarah daging merupakan nilai yang telah menjadi kepribadian dan
kebiasaan. Biasanya nilai tersebut telah terisolasi sejak seseorang masih kecil. Jika ia
tidak melakukannyamaka ia akan merasa malu bahkan merasa sangat
bersalah. Contoh: seorang guru melihat siswanya gagal dalam ujian akhir akan merasa
telah gagal mendidiknya.

D.  Fungsi nilai sosial


a.       Sebagai alat untuk menentukan harga atau kelas sosial seseorang dalam struktur
stratifikasi sosial.Misalnya: kelompok ekonomi kaya (upper class), kelompok ekonomi
menengah (middle class), kelompok masyarakat kelas rendah (lower class)
b.      Mengarahkan masyarakat untuk berfikir dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-
nilai yang ada dalam masyarakat.
c.       Dapat memotivasi dan memberi semangat pada manusia untuk mewujudkan
dirinya dalam perilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh peran-perannya dalam
mencapai tujuan.
d.      Sebagai alat solodaritas atau pendorong masyarakat untuk saling bekerja sama
untuk mencapai sesuatu yang tidak dapat dicapai sendiri.
e.       Pengawas, pembatas, pendorong, dan penekan individu untuk selalu berbuat baik.

Norma Sosial
A.  Pengertian norma sosial
Kaidah atau norma yang ada di masyarakat merupakan perwujudan nilai-nilai yang
dianut oleh masyarakat tersebut. ada hubungan anatara nilai dan norma. Jika nilai
merupakan sesuatu yang baik, diinginkan, dicita-citakan oleh masyarakat maka norma
merupakan aturan bertindak yang dibenarkan untuk mewujudkan cita-cita tersebut.

Norma adalah patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. norma


disebut pula peraturan sosial menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam
menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan norma di masyarakat bersifat memaksa
individu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah
terbentuk sejak lama.

Berdasarkan tingkat daya ikatnya, dibedakan menjadi:


a.       Cara (Usage)
Adalah suatu bentuk perbuatan tertentu yang dilakukan oleh individu-individu dalam
suatu masyarakat. Norma ini berdaya ikat sangat lemah, sehingga pelanggaran terhadap
norma ini tidak mendapat sanksi yang berat. Contoh: bersendawa setelah makan bagi
sekelompok masyarakat dianggap tidak sopan, namun merupakan hal yang biasa bagi
kelompok masyarakat lain.

b.      Kebiasaan (folkways)
Kebiasaan merupakan suatu bentuk perbuatan berulang-ulang dengan bentuk yang sama
serta dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan-tujuan jelas yang dianggap baik
dan benar oleh masyarakat. Contoh: kebiasaan seorang pelajar memberikan hadiah pada
seorang temannya yang sedang berulang tahun.

c.       Tata keakuan (mores)


Tata kelakuan adalah sekumpulan perbuatan yang mencerminkan sikap-sikap hidup dari
sekelompok manusia yang dilakukan secara sadar guna melaksanakan pengawasan oleh
sekelompok masyarakat terhadap anggota-anggotanya. Contoh: melarang berbuat
kriminal pada setiap anggota masyarakat dengan disertai adanya sanksi agar
masyarakat menjadi teratur dengan adanya larangan tersebut.
Fungsi tata kelakuan adalah:
1)   Memberi batasan-batasan pada perilaku individu dalam kelompok masyarakat
tertentu.
2)   Mendorong seseorang agar sanggup menyesuaikan tindakan-tindakan dengan tata
kelakuan yang berlaku dalam kelompoknya.
3)   Membentuk solidaritas atas anggota-anggota masyarakat dan sekaligus memberikan
perlindungan terhadap keutuhan dan kerja sama dalam masyarakat tersebut.

d.      Adat istiadat (customs)


Adat istiadat adalah sekumpulan tata kelakuan yang paling tinggi kedudukannya karena
bersifat kekal dan berintegrasi sangat kuat terhadap masyarakat yang memilikinya.
Diantara keempat klasifikasi tersebut, adat istiadat memiliki konsekuensi yang paling
keras bagi pelanggarnya.

B.  Ciri-ciri norma sosial


a.       Umumnya tidak tertulis
b.      Hasil dari kesepakatan masyarakat
c.       Warga masyarakat sebagai pendukung sangat menaatinya
d.      Apabila norma dilanggar maka yang melanggar norma harus menghadapi sanksi
e.       Norma sosial kadang-kadang bisa menyesuaikan perubahan sosial, sehingga
norma sosial bisa mengalami perubahan.

C.  Macam-macam norma sosial


a.       Menurut resmi tidaknya norma, dibedakan menjadi:
1)   Norma resmi (formal)
Yaitu patokan atau aturanyang dirumuskan dan diwajibkan dengan tegas oleh pihak yang
berwenang kepada semua anggota masyarakat, bersifat memaksa bagi semua anggota
masyarakat. Contoh: seluruh hukum yang tertulis dan berlaku di indonesia
2)   Norma tidak resmi (nonformal)
Yaitu patokan atau aturan yang dirumuskan secra tidak jelas dan pelaksanaanya tidak
diwajibkan bagi anggota masyarakat. Norma itu tumbuh dari kebiasaan masyarakat,
norma ini bersifat tidak memaksa. Contoh: aturan makan, minum, berpakaian.

b.      Menurut kekuatan sanksinya, dibedakan menjadi:


1)   Norma agama
Yaitu peraturan sosial yang sifatnya mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar atau diubah
karena berasal dari wahyu Tuhan. Contoh: melaksanakan sembahyang, penyembahan
kepada-Nya, tidak berbohong, tidak berjudi, dan tidak mabuk-mabukan.

2)   Norma hukum (laws)


Norma hukum adalah aturan sosial yang dibuat oleh lembaga-lembaga tertentu misalnya
pemerintahan atau negara. Contoh: wajib membayar pajak, bagi pengendara
motor/mobil wajib memiliki SIM, dll.

3)   Norma kesopanan
Yaitu sekumpulan peraturan sosial yang mengarah pada hal-hal yang berkenaan dengan
bagaimana seweorang harus bertingkah laku yang wajar dalam kehidupan
bermasyarakat. Pelanggaran terhadap norma ini akan mendapatkan celaan, kritik,
dll. Contoh: tidak membuang ludah sembarangan dan selalu mengucapkan terima kasih
jika diberi sesuatu.

4)   Norma kesusilaan
Yaitu peraturan sosial yang berasal dari hati nurani. Norma ini menghasilkan akhlak,
sehingga seseorang dapat membedakan apa yang dianggap baik apa yang dianggap
jelek. Pelanggaran terhadap norma ini, berakibat sanksi pengucilan secara fisik (diusir)
ataupun batin (dijauhi).Contoh: berpegangan tangan, berpelukan di tempat umum antara
laki-laki dan perempuan.

5)   Norma kelaziman
Yaitu tindakan manusia mengikuti kebiasaan yang umumnya dilakukan tanpa harus pikir
panjang karena kebiasaan itu dianggap baik, patut, sopan, dan sesuai dengan tata
krama. Contoh: cara berpakaian dan cara makan.

6)   Norma mode (fashion)


Yaitu cara dan gaya dalam melakukan dan membuat sesuatu yang sifatnya berubah-
ubah serta diikuti banyak orang. Contoh: mode pakaian, mode rambut, dll.

D.  Fungsi norma sosial


a.       Sebagai aturan atau pedoman tingkah laku dalam masyarakat
b.      Sebagai alat untuk menertibkan dan menstabilkan kehidupan sosial
c.       Sebagai sistem kontrol sosial dalam masyarakat
Dengan adanya norma, maka kita mengerti apa yang boleh kita lakukan dan apa yang
tidak boleh kita lakukan
Pengertian Lembaga Sosial dan Karakteristiknya
Hayo, ada yang tahu apa persamaan antara sekolah, DPR, dan koperasi? Semuanya
adalah contoh dari lembaga sosial. Lembaga sosial berasal dari bahasa inggris
yaitu social institution yang merujuk pada dua pengertian yakni sistem nilai dan norma
sosial & bentuk atau susunan masyarakat. Ada beberapa ahli yang mendefinisikan
pengertian lembaga sosial. Yuk, kita simak apa saja pengertian dari lembaga sosial
menurut para ahli tersebut! 
Paul Horton dan Chester L Hunt: Sistem norma-norma sosial dan hubungan-hubungan
yang menyatukan nilai-nilai dan prosedur tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan
dasar masyarakat.
Peter L. Berger: Suatu prosedur yang menyebabkan perbuatan manusia ditekan oleh pola
tertentu dan dipaksa bergerak melalui jalan yang dianggap sesuai dengan keinginan
masyarakat.
Koentjaraningrat: Sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas
untuk memenuhi kompleksitas kebutuhan khusus dalam kehidupan manusia.
Seorjono Soekanto: Himpunan norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu
kebutuhan pokok dalam kehdupan masyarakat.
Lalu apa fungsinya lembaga sosial ini? Tentu untuk mengatur aktivitas manusia dong.
Dengan adanya lembaga sosial, kita jadi punya “aturan” yang pasti dalam
bermasyarakat. Alhasil, aktivitas manusia berjalan dengan baik dan tidak saling
merugikan. Ada 6 karakteristik khas dari lembaga sosial. Apa saja ya?
1. Simbol sebagai ciri khas suatu lembaga. Contoh: simbol timbangan pada Lembaga
Hukum dan Tut Wuri Handayani pada Lembaga Pendidikan.
2. Memiliki tata tertib dan tradisi. Ini dibuat sebagai panutan secara tertulis dan tidak
tertulis oleh anggotanya. Contoh: lembaga keluarga ada aturan (tidak tertulis) untuk
menghormati anggota keluarga yang lebih tua.
3. Usianya lebih lama dari usia anggota, sehingga adanya pewarisan dari generasi ke
generasi. Contohnya, dalam lembaga keluarga, terdapat sistem tradisi pewarisan yang
dari dulu sampai sekarang masih kita anut.
4. Adanya ideologi/sistem gagasan yang dimiliki, dan, dianggap ideal oleh anggotanya.
Contoh: Lembaga politik atau lembaga hukum yang mempunyai ideologi pancasila.
5. Punya alat kelengkapan untuk mewujudkan visi dan misi lembaga. Contoh: buku
adalah alat kelengkapan utama dalam lembaga pendidikan.
6. Punya tingkat kekebalan/daya tahan. Ini berarti lembaga sosial yang ada, tidak akan
lenyap begitu saja. Lembaga sosial terbentuk dalam waktu lama dan biasanya akan
bertahan dalam waktu yang lama pula.
FUNGSI LEMBAGA SOSIAL
Tinjauan norma-norma atau pendapat bagaimana semestinya orang bertindak
merupakan suatu pokok bahasan terpenting saat membicarakan lembaga sosial. Hal itu
karena dalam memenuhi kebutuhan masyarakat melalui lembaga-lembaga sosial yang
dibentuk oleh masyarakat itu sendiri ada tuntutan bahwa prosedurnya harus sesuai
dengan norma yang diakui bersama.

Dengan memerhatikan jenis norma yang menjadi landasan lembaga sosial, maka dapat
dijelaskan pola perilaku, pendukung, dan peralatan yang dipergunakan oleh manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehubungan dengan usaha manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, maka lembaga sosial secara umum mempunyai fungsi
berikut ini.

1. Memberikan pedoman bagi anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah


laku di masyarakat, terutama yang menyangkut pemenuhan kebutuhan pokok manusia.
2. Menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan. Lembaga sosial bermaksud untuk
menghimpun dan mempersatukan anggota-anggotanya agar tercipta integrasi dalam
masyarakat. Namun apabila dalam suatu lembaga sosial sudah tidak ada lagi perilaku-
perilaku warga masyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai yang ada, maka dapat
dikatakan bahwa telah terjadi disintegrasi.
3. Memberikan pedoman kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian
sosial (kontrol sosial). Kontrol sosial dalam suatu lembaga sosial dapat dilakukan melalui
berikut ini.

a. Proses ajar atau pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
b. Sanksi-sanksi, baik yang berupa pemberian hukuman maupun pemberian
penghargaan.
c. Suatu ritus kolektif, yaitu peringatan bersama suatu kejadian yang dihayati bersama
untuk mengenang tujuan yang ingin dicapai bersama dalam rangka mengadakan
introspeksi atau evalusi. Misalnya memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan
Indonesia setiap tanggal 17 Agustus.
d. Alokasi posisi-posisi dalam masyarakat yang erat hubungannya dengan peranan-
peranan yang harus dijalankan oleh pemegang posisi tertentu itu. 

Selanjutnya kita akan membahas mengenai fungsi lembaga sosial yang tercermin dalam
lima pranata utama dalam masyarakat, yaitu pranata keluarga, pendidikan, agama,
ekonomi, dan politik. Masing-masing pranata sosial ini memiliki fungsi fungsi khusus yang
sangat mendasar bagi pelaksanaan kehidupan bermasyarakat. Keberadaan fungsi ini
memang nyata dan sangat dibutuhkan oleh anggota masyarakat secara menyeluruh. Ini
akan saya posting di bahan materi selanjutnya.
TIPE-TIPE LEMBAGA SOSIAL
Pada kali ini, saya akan menjelaskan secara singkat apa saja yang termasuk dalam tipe-
tipe lembaga sosial. Kita sebagai warga negara Indonesia tentunya ingin tahu bukan, apa
saja sih yang termasuk tipe lembaga sosial? Kita semua pasti bertanya-tanya. Maka itu,
saya akan menjelaskan satu persatu. Sebelumnya, saya akan menjelaskan dahulu apa itu
pengertian dari lembaga sosial itu sendiri.
Lembaga Sosial merupakan lembaga yang mendasar yang berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia pada setiap individu maupun kelompok.
Tipe-tipe lembaga sosial dibagi menjadi 5. Yaitu, berdasarkan perkembangannya,
berdasarkan penyebarannya, berdasarkan nilainya, berdasarkan sudut penerimaan
masyarakat, dan berdasarkan fungsinya.

1)  Berdasarkan Perkembangannya
     Berdasarkan perkembangannya, lembaga sosial dibagi menjadi dua, yaitu Crescive
Institutions dan Enacted Instituitions. Berikut penjelasan singkatnya:

Crescive Institutions, merupakan suatu lembaga sosial yang bersifat sangat amat primer.
Lembaga sosial ini, tidak sengaja datang dan tumbuh dari adat istiadat yang diterapkan
di lingkungan sekitar masyarakat. Contoh dari lembaga ini adalah lembaga perkawinan,
lembaga Agama, dan hak waris.

Enacted Institutions, merupakan lembaga sosial yang dibentuk untuk mencapai suatu


tujuan tertentu
dalam masyarakat. Contoh dari lembaga ini adalah lembaga perdagangan, lembaga
pegadaian, dan lembaga pendidikan.

2)  Berdasarkan Penyebarannya
     Berdasarkan penyebaran, lembaga sosial dibagi menjadi dua tipe pula. Yaitu, General
Institutions dan Restricted Institutions. Berikut penjelasannya:

General Institutions, merupakan suatu lembaga sosial yang telah dikenal sangat banyak
atau amat luas oleh masyarakat setempat pada pelapisannya. Contohnya, seperti
lembaga hukum, kemudian lembaga agama.

Restricted Institutions, merupakan lembaga yang diterapkan atau yang hanya dianut oleh
masyarakat tertentu saja, tidak semua masyarakat yang dapat menganut/menerapkan
lembaga sosial ini. Contohnya, seperti menganut lembaga Agama Islam, Protestan,
Katolik, Hindu, Budha, dan Konghuchu.

3)  Berdasarkan Nilainya
     Berdasarkan nilai, lembaga sosial ini dibagi pula menjadi dua tipe. Yaitu, Basic
Institutions dan Subsidiary Institutions. Berikut ini adalah penjelasan singkatnya:

Basic Institutions, merupakan suatu lembaga sosial yang dianggap amat sangat penting
untuk menjaga/memelihara, serta mempertahankan ketertiban di dalam masyarakat
setempat atau masyarakat luar. Misalkan, yang dianggap penting seperti keluarga,
sekolah atau pendidikan, dan adat istiadat.

Subsidiary Institutions, merupakan lembaga sosial yang dianggap kurang penting oleh


masyarakat. Serta, terdapat hubungan dengan kegiatan yang dianggap kurang penting
pula. Misalkan, seperti kegiatan rekreasi, olahraga, belanja.

4)  Berdasarkan Sudut Penerimaan Masyarakat


     Berdasarkan sudut penerimaan masyarakat, lembaga sosial ini terdapat dua tipe.
Yaitu, Approved Institutions dan Unsanctioned Institutions. Berikut penjelasan singkatnya:

Approved Institutions, merupakan suatu lembaga yang sudut penerimaan atau suatu


keberadaannya, diakui  dan diterima oleh masyarakat. Misalkan seperti lembaga
kesehatan, lembaga transportasi, dan lembaga perdagangan.

Unsanctioned Institutions, merupakan suatu organisasi yang dibentuk oleh sekelompok


orang untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi ini oleh masyarakat tidak diakui
keberadaannya, karena telah membuat resah masyarakat. Contohnya seperti kejahatan
terorisme.

5)  Berdasarkan Fungsinya
     Berdasarkan fungsi, lembaga sosial dibagi pula menjadi dua tipe. Yaitu, Operative
Institutions dan Regulative Institutions. Berikut penjelasan singkatnya:

Operative Institutions, yaitu suatu lembaga sosial yang berfungsi menghimpun tata cara
atau tujuan tertentu yang dapat diterima oleh masyarakat yang bersangkutan. Misalkan,
seperti pranata industri.

Regulative Institutions, yaitu suatu lembaga sosial yang bertugas mengawasi dan


menjaga adat istiadat yang ada dalam lingkungan masyarakat. Misalkan, seperti lembaga
hukum seperti peradilan dan kejaksaan.
Jenis – Jenis Lembaga Sosial
Dalam masyarakat Indonesia yang heterogen, terdapat berbagai jenis lembaga sosial
yang satu dan lain saling berhubungan dan saling melengkapi. Lembaga-lembaga sosial
tersebut adalah keluarga, lembaga agama, lembaga ekonomi, lembaga pendidikan,
lembaga budaya, dan lembaga politik.

1. Lembaga Keluarga
Keluarga merupakan unit sosial yang terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas ayah,
ibu, dan anak-anaknya. Dalam keluarga, diatur hubungan antaranggota keluarga
sehingga anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi masing-masing. Keluarga
terbentuk dari sebuah perkawinan yang sah menurut agama, adat, dan pemerintah.
Konsep keluarga dari masa ke masa terus berubah. Konsep keluarga yang umumnya
terdiri atas orang tua dan anak saja, saat ini mulai bergeser. Keluarga dapat pula terdiri
atas anggota-anggota yang lebih luas, yakni kakek, nenek, paman, bibi, sepupu, dan
cucu. Selain itu, anggota-anggota keluarga tidak harus terikat pada garis keturunan
maupun hubungan darah yang sama. Banyak orang yang melakukan adopsi anak,
bahkan keluarga yang tidak terikat pernikahan sekalipun, menyebut diri mereka
keluarga.
Bentuk Keluarga
Berdasarkan Garis Keturunan 
Patrilinear adalah keturunan  sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
Matrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa ganerasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

Berdasarkan Jenis Perkawinan


Monogami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dengan seorang istri.
Poligami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dengan lebih dari satu istri.

Berdasarkan Pemukiman
Patrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan keluarga
sedarah suami.
Matrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan keluarga satu
istri
Neolokal adalah pasangan suami istri, tinggal jauh dari keluarga suami maupun istri.

Berdasarkan Jenis Anggota Keluarga


Bentuk Keluarga menurut Goldenberg (1980) :
Pada dasarnya ada berbagai macam bentuk keluarga. Menurut pendapat Goldenberg
(1980) ada sembilan macam bentuk keluarga, antara lain :
1. Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri serta anak-anak kandung.
2. Keluarga besar (extended family)
Keluarga yang disamping terdiri dari suami, istri, dan anak-anak kandung, juga sanak
saudara lainnya, baik menurut garis vertikal (ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu,
cicit), maupun menurut garis horizontal (kakak, adik, ipar) yang berasal dari pihak suami
atau pihak isteri.
3. Keluarga campuran (blended family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung serta anak-anak tiri.
4. Keluarga menurut hukum umum (common law family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang tidak terikat dalam perkawinan sah serta
anak-anak mereka yang tinggal bersama.
5. Keluarga orang tua tunggal (single parent family)
Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena bercerai, berpisah, ditinggal
mati atau mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka tinggal bersama.
6. Keluarga hidup bersama (commune family)
Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama, berbagi hak,
dan tanggung jawab serta memiliki kekayaan bersama.
7. Keluarga serial (serial family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan mungkin telah punya
anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-
anak dengan pasangan masing-masing, tetapi semuanya menganggap sebagai satu
keluarga.
8. Keluarga gabungan/komposit (composite family)
Keluarga terdiri dari suami dengan beberapa istri dan anak-anaknya (poliandri) atau istri
dengan beberapa suami dan anak-anaknya (poligini) yang hidup bersama.
9. Keluarga tinggal bersama (cohabitation family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan
perkawinan yang sah.

Berdasarkan Kekuasaan
Patriakal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga
adalah dipihak ayah.
Matrikal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga
adalah pihak ibu.
Equalitarium adalah keluarga yang memegang kekuasaan adalah ayah dan ibu.

Fungsi Keluarga
Terdapat 5 fungsi keluarga dalam tatanan masyarakat, yaitu :
Fungsi Biologis
Untuk meneruskan keturunan
Memelihara dan membesarkan anak
Memberikan makanan bagi keluarga dan memenuhi kebutuhan gizi
Merawat dan melindungi kesehatan para anggotanya
Memberi kesempatan untuk berekreasi

Fungsi Psikologis 
Identitas keluarga serta rasa aman dan kasih sayang 
Pendewasaan kepribadian bagi para anggotanya 
Perlindungan secara psikologis
Mengadakan hubungan keluarga dengan keluarga lain atau masyarakat

Fungsi Sosial Budaya atau Sosiologi


Meneruskan nilai-nilai budaya
Sosialisasi
Pembentukan noema-norma, tingkah laku pada tiap tahap perkembangan anak serta
kehidupan keluarga

Fungsi Sosial
Mencari sumber-sumber untuk memenuhi fungsi lainnya
Pembagian sumber-sumber tersebut untuk pengeluaran atau tabungan
Pengaturan ekonomi atau keuangan

Fungsi Pendidikan
Penanaman keterampilan, tingkah laku dan pengetahuan dalam hubungan dengan
fungsi-fungsi lain.
Persiapan untuk kehidupan dewasa.
Memenuhi peranan sehingga anggota keluarga yang dewasa
Bentuk Perkawinan Menurut Jumlah Istri / Suami

1. Monogami

Monogami adalah suatu bentuk perkawinan / pernikahan di mana si suami tidak menikah
dengan perempuan lain dan si isteri tidak menikah dengan lelaki lain. Jadi singkatnya
monogami merupakan nikah antara seorang laki dengan seorang wanita tanpa ada
ikatan penikahan lain.

2. Poligami

Poligami adalah bentuk perkawinan di mana seorang pria menikahi beberapa wanita atau
seorang perempuan menikah dengan beberapa laki-laki.

Berikut ini poligami akan kita golongkan menjadi dua jenis :


a. Poligini : Satu orang laki-laki memiliki banyak isteri.
Disebut poligini sororat jika istrinya kakak beradik kandung dan disebut non-sororat jika
para istri bukan kakak adik.
b. Poliandri : Satu orang perempuan memiliki banyak suami.
Disebut poliandri fraternal jika si suami beradik kakak dan disebut non-fraternal bila
suami-suami tidak ada hubungan kakak adik kandung.

B. Bentuk Perkawinan Menurut Asal Isteri / Suami

1. Endogami

Endogami adalah suatu perkawinan antara etnis, klan, suku, kekerabatan dalam
lingkungan yang sama. 

2. Eksogami

Eksogami adalah suatu perkawinan antara etnis, klan, suku, kekerabatan dalam
lingkungan yang berbeda. Eksogami dapat dibagi menjadi dua macam, yakni :

a. Eksogami connobium asymetris terjadi bila dua atau lebih lingkungan bertindak
sebagai pemberi atau penerima gadis seperti pada perkawinan suku batak dan ambon.

b. Eksogami connobium symetris apabila pada dua atau lebih lingkungan saling tukar-
menukar jodoh bagi para pemuda.

Eksogami melingkupi heterogami dan homogami. Heterogami adalah perkawinan antar


kelas sosial yang berbeda seperti misalnya anak bangsawan menikah dengan anak
petani. Homogami adalah perkawinan antara kelas golongan sosial yang sama seperti
contoh pada anak saudagar / pedangang yang kawin dengan anak saudagar / pedagang.

C. Bentuk Perkawinan Menurut Hubungan Kekerabatan Persepupuan

1. Cross Cousin

Cross Cousin adalah bentuk perkawinan anak-anak dari kakak beradik yang berbeda jenis
kelamin.
2. Parallel Cousin

Cross Cousin adalah bentuk perkawinan anak-anak dari kakak beradik yang sama jenis
kelaminnya.

D. Bentuk Perkawinan Menurut Pembayaran Mas Kawin / Mahar

Mas kawin adalah suatu tanda kesungguhan hati sebagai ganti rugi atau uang pembeli
yang diberikan kepada orang tua si pria atau si wanita sebagai ganti rugi atas jasa
membesarkan anaknya.

1. Mahar / Mas Kawin Barang Berharga


2. Mahar / Mas Kawin Uang
3. Mahar / Mas Kawin Hewan / Binatang Ternak, dan lain-lain.
8 POLA MENETAP SETELAH MENIKAH DALAM SOSIOLOGI
1. Patrilokal/Virilokal, 
yaitu pasangan pengantin bertempat tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami.

2. Matrilokal/Uxorilokal, 
yaitu pasangan pengantin bertempat tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat istri.

3. Bilokal, 
yaitu pasangan pengantin menetap secara bergantian di tempat kerabat suami dan
kerabat istri.

4. Neolokal, 
yaitu pasangan pengantin bertempat tinggal di kediaman baru.

5. Avunkeelokal, 
yaitu pasangan pengantin bertempat tinggal di rumah saudara laki-laki ibu/paman pihak
suami.

6. Natalokal, 
yaitu pasangan pengantin tidak tinggal bersama, tetapi masing-masing menetap di
daerah kelahirannya.

7. Utralokal, 
yaitu pasangan pengantin bebas menentukan tempat tinggal setelah menikah.

8. Kanon lokal, 
yaitu kebiasaan bertempat tinggal dalam bentuk kelompok, termasuk dengan orang tua
kedua pihak.
STRUKTUR (SUSUNAN) KELUARGA

Struktur atau susunan keluarga terbentuk karena adanya penambahan keluarga.


Mula-mula terbentuk sebuah keluarga inti atau keluarga batih. Jika anak-anak dari
keluarga ini menikah, maka akan terbentuk keluarga-keluarga baru. Hal itu akan
berkembang terus, sehingga akhirnya terbentuk sebuah susunan keluarga yang
menghubungkan dan mengikat keluarga keluarga-keluarga itu. Susunan keluarga ini
dapat disebut pula sebagai kerabat.
Masyarakat Indonesia mengenal beberapa sistem kekerabatan atau sistem
susunan keluarga, yaitu : unilateral (patrilineal dan matrilineal); dan double unilateral.
Susunan keluarga dalam bentuk bilateral adalah yang paling banyak diterapkan
oleh suku-suku bangsa di Indonesia dibandingkan yang lainnya. Berikut ini akan kita
jelaskan berbagai susunan keluarga tersebut.
ü  Unilateral, yaitu suatu susunan keluarga yang menarik garis keturunan dari satu
garis keturunan saja. Ada dua macam susunan keluarga yang seperti ini, yaitu:
ü  Patrilineal
Susunan keluarga patrilineal, yaitu susunan keluarga yang menarik garis
keturunan hanya dari pihak ayah atau pihak laki- laki. Dalam sistem ini anak-anak yang
dilahirkan masuk dalam keluarga pihak ayah. Laki-laki mendapat penghargaan dan
kedudukan yang lebih tinggi dari wanita. Yang mendapat hak waris adalah anggota
kerabat laki-laki dan terutama anak laki-laki. Istri menetap di pihak laki- laki.
Masyarakat yang menganut susunan keluarga seperti ini adalah suku Batak, Nias,
Ambon, Bali, Sumba, dan lain- lain.
ü  Matrilineal
Matrilineal, yaitu susunan keluarga yang hanya menarik garis keturunan dari
pihak ibu (wanita). Anak-anak termasuk anggota kekerabatan ibu. Suami menetap
dipihak kerabat istri. Kaum wanita memperoleh penghargaan dan kedudukan yang lebih
tinggi daripada kaum laki-laki. Hak waris diturunkan kepada anggota kerabat wanita.
Masyarakat yang menganut sistem matrilineal ini adalah suku bangsa Mingkabau
(Sumatra Barat).
ü  Bilateral
Susunan keluarga bilateral atau disebut juga parental adalah susunan keluarga
yang menarik garis keturunan dari kedua belah pihak, yaitu pihak ayah dan ibu. Anak
anak yang lahir menjadi hak ayah dan ibu. Mereka dalam kerabat ayah maupun kerabat
ibu. Dalam suasana keluarga bilateral ini, tidak ada perbedaan penghargaan dan
kedudukan antara laki-laki dan wanita. Anak-anak mempunyai hak waris dari ibu dan
ayahnya. Masyarakat yang menganut susunan keluarga seperti ini adalah masyarkat
Sunda, Jawa, Kalimantan, dan Sumatera Selatan.
ü  Double unilateral
Double Unilateral, yaitu susunan keluarga yang menarik garis keturunan dari
keduanya macam susunan kekerabatan sepihak (unilateral). Dengan kata lain, sistem
patrilineal dan matrilineal kedua digunakan pihak ayah dan juga termasuk kekerabatan
ibu. Dalam hal-hal tertentu pihak ayah yang berkuasa, namun dalam hal- hal lain pihak
ibu yang memegang peranan. Suku Kooi di Sumba menganut sistem ini.

2. Lembaga Agama
Lembaga agama adalah lembaga yang mengatur kehidupan manusia dalam kaitannya
dengan kehidupan keagamaan. Semua agama sama-sama memisahkan antara baik dan
buruk, yang dibolehkan dan yang dilarang, atau kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
Ukuran baik dan buruk atau terlarang telah dirumuskan dalam ajarannya.
Keberadaan berbagai agama di Indonesia menunjukkan bahwa kehidupan beragama
cukup dinamis. Hal ini juga didukung adanya lembaga keagamaan. Lembaga keagamaan
adalah organisasi yang dibentuk oleh umat beragama dengan maksud memajukan
kepentingan keagamaan umat yang bersangkutan di dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup
keagamaan setiap umat beragama. Setiap agama di Indonesia memiliki lembaga
keagamaan, yaitu seperti berikut.
Islam : Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Kristen : Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI)
Katolik : Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI)
Hindu : Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI)
Buddha : Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi)
Khonghucu : Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin)

Unsur-unsur Agama
Beberapa ilmuwan seperti Light, Killer, dan Calhoun (1989), memusatkan perhatian pada
unsur-unsur dasar suatu agama, yaitu sebagai berikut.
1. Kepercayaan
Setiap agama pasti memiliki kepecayaan seperti percaya kepada Tuhan, nabi-nabi, dan
kitab.
2. Simbol
Setiap agama mengenal berbagai lambang atau simbol, baik itu berupa pakaian, ucapan,
tulisan maupun tindakan.
3. Praktek
Setiap ajaran agama yang ada memiliki praktek keagamaan seperti sholat, kebaktian,
puasa, semedi, dan lain sebagainya.
4. Pemeluk
Agama memiliki sejumlah pemeluk/ pengikut.
5. Pengalaman keagamaan
Setiap pemeluk agama memiliki beberapa bentuk pengalaman keagamaan

Fungsi Lembaga Agama


1. Fungsi Manifes Lembaga Agama
Menurut Horton dan Hunt (1966:130), fungsi manifes agama adalah sebagai berikut.
a. Sebagai doktrin
b. Sebagai pengatur ritual
c. Penyedia seperangkat norma untuk menentukan peilaku yang sesuai dengan ajaran
agama

2. Fungsi Laten Lembaga Agama


Menurut Emile Durkheim (1976), fungsi laten agama adalah dapat meningkatkan
keeratan hubungan masyarakat, yaitu melalui fungsi agama untuk menggerakkan dan
membantu menjalani hidup melalui komunikasi dengan Tuhan.
Selain itu agama juga berfungsi positif karena memenuhi kebutuhan masyarakat yang
secara sukareka menegakkan dan memperkuat perasaan dan ide-ide bersama, yang
menjadi ciri-ciri dan inti persatuan agama tersebut.
3. Lembaga Ekonomi
Lembaga ekonomi ialah lembaga yang mempunyai kegiatan bidang ekonomi demi
terpenuhinya kebutuhan masyarakat. Lembaga ekonomi lahir sebagai suatu usaha
manusia menyesuaikan diri dengan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka yang
berkaitan dengan pengaturan dalam bidang-bidang ekonomi dalam rangka mencapai
kehidupan yang sejahtera. Berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 terdapat tiga lembaga
perekonomian yang ada di Indonesia, yaitu koperasi, Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS).
Koperasi adalah lembaga ekonomi yang berwatak sosial, sebagai usaha bersama
berdasarkan asas kekeluargaan. BUMN adalah jenis bidang usaha dan produksi yang
langsung diusahakan dan dikelola oleh negara. BUMS adalah jenis bidang usaha dan
produksi yang langsung diusahakan dan dikelola oleh masyarakat atau swasta.

Pola Politik Ekonomi


1. Sisitem feodalisme: sepreangkat lembaga politik dan ekonomi yang menempatkan
pemilik tanah (raja) dan prajurit yang menjaga keamanan sebagai pelindung warga, harta
benda, dan hak penggunaan tanah.
Feodalisme menempatkan menempatkan posisi petani penggarap dan kaum bangsawan
secara diskriminatif. Sisitem ini berlaku sebelum abad ke-20.
2. Sistem merkantilisme: sisitem ekonomi yang Negara bertanggung jawab
mengendalikan dan mengarahkan segenap kegiatan ekonomi termasuk melarang
masuknya seseorang yang memiliki keterampilan atau mata pencarian satu ke mata
pencarian lain.
3. Sistem kapitalisme: reaksi system merkantilisme, kebebasan pemilik modal untuk
mengembangkan usahanya dan mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.
Kapitalisme modern saat ini menganut prinsip pemupukan modal, penciptaan usaha dan
ekspansionalisme, seperti Amerika Serikat.
4. Sistem komunisme: paham yang menempatkan partai tunggal dan dictator sebagai
wakil rakyat. Semua koordinasi ekonomi ditentukan oleh Negara atau partai yang
berkausa.tidak ada peluang untuk bersaing bebas, seperti Kuba dan Korea Utara.
5. Sistem sosialisme: system untuk merombak masyarakat kea rah persamaan hak dan
pembatasan hak milik pribadi untuk kesejahteraan masyarakat. Paham ini muncul
sebagai reaksi dari ketidakpuasan dan ketimpangan pemilikan modal dan ketidakadilan
dari industrialisasi dan kapitalisme.
Tujuan Lembaga Ekonomi
Lembaga ekonomi memiliki suatu tujuan yakni Pada hakekatnya tujuan yang hendak
dicapai oleh lembaga ekonomi yakni untuk terpenuhinya sebuah kebutuhan pokok untuk
kelangsungan hidup pada masyarakat.
Fungsi Lembaga Ekonomi
Berfungsi untuk memberi suatu pedoman dalam mendapatkan bahan pangan
Berfungsi untuk memberikan sebuah pedoman dalam melakukan suatu pertukaran
barang/barter
Berfungsi untuk memberikan sebuah pedoman tentang harga jual beli barang
Berfungsi untuk memberikan suatu pedoman dalam memakai tenaga kerja
Berfungsi untuk memberikan sebuah pedoman tentang cara pengupahan
Berfungsi untuk memberikan suatu pedoman tentang cara suatu pemutusan hubungan
kerja
dan fungsi yang terakhir untuk memberi suatu identitas bagi masyarakat.

4. Lembaga Pendidikan
Menurut Undang-Undang No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Lembaga pendidikan adalah lembaga atau tempat berlangsungnya proses pendidikan
yang dilakukan dengan tujuan untuk mengubah tingkah  laku individu ke arah yang lebih
baik melalui interaksi dengan lingkungan sekitar. Lembaga pendidikan merupakan
lembaga yang bergerak dan bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan
terhadap anak didik.
Jenis-jenis lembaga pendidikan meliputi pendidikan formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan
nonformal adalah jalur pendidikan di luar jalur pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur
pendidikan keluarga dan lingkungan.
Fungsi Lembaga Pendidikan
1. Fungsi Manifes Lembaga Pendidikan
Menurut Horton dan Hunt (1996: 34-35), fungsi manifes pendidikan adalah
mempersiapkan anggota masyarakatuntuk mencari nafkah, mengembangkan bakat
perorangan demi kepuasan pribadi maupun bagi kepentingan masyarakat, melestarikan
kebudayaan, dan menanamkan ketrampilan yang perlu bagi partisipasinya dalam
berdemokrasi.

2. Fungsi Laten Lembaga Pendidikan


a. Memperpanjang masa remaja dan menunda peralihan peranan anak menuju dewasa.
b. Mengurangi pengendalian orang tua terhadap anak-anaknya.
c. Menyediakan sarana untuk pembangkangan.
d. Mempertahankan sistem kelas.

5. Lembaga Budaya
Lembaga budaya adalah lembaga publik dalam suatu negara yang berperan dalam
pengembangan budaya, ilmu pengetahuan, lingkungan, seni, dan pendidikan pada
masyarakat yang ada pada suatu daerah atau negara. Contoh lembaga budaya adalah
paguyuban seni dan budaya, organisasi konservasi lingkungan, masyarakat ilmiah, media
cetak dan elektronik.

6. Lembaga Politik
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasan dalam masyarakat yang
antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Dalam
politik, terdapat lembaga politik yang menangani masalah administrasi dan tata tertib
umum demi tercapainya keamanan dan ketenteraman masyarakat. Lembaga-lembaga
politik yang berkembang di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Lembaga-lembaga politik tersebut adalah seperti berikut.
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Presiden dan Wakil Presiden
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Mahkamah Agung (MA)
Pemerintahan Daerah
Politik merupakan kegiatan yang berkaitan dengan masalah kekuasaan. Kekuasaan
adalah kemampuan untuk memengaruhi pihak lain sehingga orang yang dikuasai mau
menerima dan mengikuti kehendak orang yang memiliki kekuasaan. Adanya kekuasaan
cenderung bergantung pada hubungan antara yang berkuasa dan yang dikuasai.
Kekuasaan selalu ada di dalam setiap masyarakat, baik yang masih sederhana maupun
yang kompleks susunannya.
Pengertian dan Ciri-ciri Bentuk Negara Kesatuan, Federasi, dan Konfederasi
Istilah bentuk negara dan bentuk kenegaraan sekilas tampak sama, namun sebenarnya
keduanya memiliki perbedaan makna. Bentuk negara memiliki sifat ikatan yang erat,
tidak mudah lepas, dan menggunakan UUD sebagai dasar ikatannya. Sedangkan bentuk
kenegaraan memiliki sifat ikatan yang tidak erat, mudah lepas, dan menggunakan
perjanjian sebagai dasar ikatannya.
Ada tiga macam bentuk negar a yang dikenal hingga kini, antara lain konfederasi,
federal, dan kesatuan. Berikut penjelasan tentang ketiga bentuk negara tersebut.
1. Kesatuan
Negara kesatuan merupakan negara yang pemerintah pusatnya memiliki kekuasaan
penuh dan memegang kedudukan tertinggi dalam pemerintahan. Pada negara kesatuan,
pemerintah pusat dapat melimpahkan wewenang kepada kabupaten, kota, atau satuan
pemerintahan lokal. Namun, pelimpahan wewenang ini tidak diatur dalam konstitusi,
melainkan diatur dalam undang-undang.
Sebagian kekuasaan pemerintah pusat dapat diberikan kepada daerah menurut hak
otonomi. Hal ini dikenal dengan istilah desentralisasi. Walaupun begitu, pemerintah pusat
tetap memegang kekuasaan tertinggi. Dengan begitu, pemerintah tetap memegang
kedaulatan, baik ke dalam maupun ke luar.
Keuntungan negara kesatuan di antaranya adalah terdapat keseragaman undang-
undang. Pada negara kesatuan, pemerintah membuat aturan yang menyangkut tentang
nasib daerah secara menyeluruh. Namun, apabila ada permasalahan yang timbul di
daerah, kemungkinan masalah tersebut akan lama ditangani karena harus menunggu
perintah dari pusat. Pemerintah pusat mengatur setiap penduduk secara langsung yang
ada di tiap-tiap daerah. Misal, pemerintah pusat memiliki wewenang untuk membuat
kurikulum pendidikan secara nasional, mengatur kepolisian daerah, menarik pajak dari
penduduk daerah, dan sebagainya.
Berikut ini ciri-ciri negara kesatuan.
1) Hanya terdapat masing-masing satu undang-undang dasar, kepala negara, dewan
perwakilan rakyat, dan dewan menteri.
2) Kedaulatan negara meliputi kedaulatan ke dalam dan kedaulatan ke luar yang
ditandatangani oleh pemerintah pusat.
3) Hanya memiliki satu kebijakan mengenai masalah ekonomi, sosial, politik, ekonomi,
budaya, pertahanan, dan keamanan.
Yang termasuk negara kesatuan contohnya Indonesia, Italia, Jepang, Belanda, dan
Filipina.
2. Federasi
Negara federasi merupakan negara yang di dalamnya terdapat pembagian kekuasaan
antara pemerintahan pusat dengan unsur-unsur kesatuannya (provinsi, negara bagian,
wilayah, kawasan, atau republik). Bentuk negara federasi sesuai untuk negara dengan
kawasan geografis yang luas, ketimpangan ekonomi yang cukup tajam, banyaknya
ragam budaya yang terdapat dalam negara tersebut.
Pada negara federasi, kedaulatan hanya ada di tangan pemerintah federal. Namun,
negara-negara bagian memiliki kekuasaan yang lebih besar dalam mengatur
penduduknya daripada kekuasaan pemerintah daerah yang terdapat di dalam negara
kesatuan. Kekuasaan negara bagian pada negara federasi diatur dalam konstitusi federal.
Ciri-ciri negara federasi
1) Kepala negara dipilih oleh rakyat dan bertanggung jawab terhadap rakyat.
2) Tiap-tiap negara bagian memiliki kekuasaan asli tetapi tidak memiliki kedaulatan.
3) Kepala negara mempunyai hak veto yang diajukan oleh parlemen.
4) Tiap-tiap negara bagian memiliki wewenang untuk menyusun undang-undang dasar
sendiri asalkan masih sejalan dengan pemerintah pusat.
5) Pemerintah pusat memiliki kedaulatan terhadap negara-negara bagian untuk urusan
luar dan sebagian urusan dalam.
Contoh negara dengan bentuk negara federasi yaitu Amerika Serikat, Malaysia, India, dan
Australia.
3. Negara Konfederasi
Negara konfederasi merupakan negara yang terdiri dari persatuan negara-negara yang
berdaulat. Tujuannya di antaranya adalah untuk mempertahankan kedaulatan dalam
negara konfederasi. Singapura dan Malaysia pernah membangun konfederasi pada tahun
1963 dengan tujuan di antaranya adalah sebagai tindakan antisipasi terhadap politik luar
negeri Indonesia pada pemerintahan Presiden Soekarno.
Segala peraturan yang berlaku dalam konfederasi hanya berlaku pada masing-masing
pemerintah, tidak berpengaruh terhadap warga negara. Hal ini berarti pemerintah tetap
berdiri sendiri dan berdaulat tanpa adanya campur tangan negara lain yang tergabung
dalam konfederasi meski pemerintah tersebut terikat dalam perjanjian.
Bentuk Pemerintahan
Monarki
Monarki adalah bentuk dari pemerintahan yang dipimpin oleh raja atau ratu sebagai
pemegang kekuasaan negara. Monarki juga termasuk bentuk dalam pemerintahan tertua
di dunia, lho. Setiap raja dan ratu ini memiliki julukannya masing-masing seperti di
Jepang, raja dipanggil dengan sebutan Kaisar, Brunei Darussalam dengan sebutan Sultan,
dan sebutan Yang di-Pertuan Agong di  Malaysia.
2. Tirani
Sekilas, tirani sama seperti monarki yang kekuasaan negaranya dipegang oleh satu
orang, Squad. Tapi, tirani dijalankan dengan sewenang-wenang secara otoriter dan
absolut. Contoh negara yang pernah menjalankan bentuk tirani adalah Adolf Hitler di
Jerman dan Joseph Stalin dari Uni Soviet.
3. Aristokasi
Jika monarki dan tirani dipegang oleh satu orang, berbeda dengan aristokrasi yang
dipegang oleh beberapa orang, Squad. Orang-orang tersebut memiliki peranan penting
seperti halnya kaum cendikiawan. Pada tahun 1700-an, Prancis pernah menganut
aristokrasi dimana kekuasaan yang mereka miliki ditunjukkan untuk kepentingan
umum, lho.
4. Oligarki
Seperti aristokrasi, kekuasaan dalam oligarki juga dipegang oleh beberapa orang, Squad.
Tetapi, yang memiliki peranan dalam oligarki dibedakan berdasarkan kekayaan,
keluarga, ataupun militer. Negara yang pernah menganut bentuk oligarki salah satunya
adalah Afrika Selatan yang berakhir pada tahun 1994 ketika Nelson Mandela menjabat
sebagai presiden.
5. Demokrasi
Coba tebak, negara apa yang bentuk pemerintahannya demokrasi? Yap, salah satunya
adalah Indonesia! Dalam demokrasi, setiap warga negara memiliki hak setara dalam
mengambil keputusan. Oleh karena itu, kita juga mengenal istilah dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat yang dicetuskan oleh Abraham Lincoln. Karena memang, dalam
demokrasi pemegang kekuasannya adalah rakyat.
6. Teknokrasi
Tidak hanya politisi yang memiliki kekuasaan dalam suatu negara, ternyata pakar teknis
juga memiliki kesempatan untuk mengambil keputusan negara, lho. Yap, teknokrasi
adalah bentuk dari pemerintahan dimana pakar teknis mempunyai kekuasaan. Dalam
teknokrasi, para pengambil keputusan akan dipilih berdasarkan seberapa jauh mereka
menguasi bidang tertentu seperti insinyur, ilmuwan, dan profesional kesehatan.
7. Timokrasi
Timokrasi adalah bentuk dari pemerintahan dengan ideal tertinggi negara diatur oleh
para pemimpin yang memiliki kehormatan dan kelayakan, Squad. Timokrasi ini
merupakan lawan dari kepemimpinan yang berdasarkan kelas, keturunan, kekuasaan,
dan hak istimewa.
8. Kleptokrasi
Squad, ternyata ada, lho, bentuk dalam pemerintahan dimana pemegang kekuasaan
menggunakan posisinya untuk mencuri kekayaan negara atau korupsi. Mereka
mengambil pajak yang berasal dari rakyat untuk memperkaya kelompok tertentu atau
dirinya sendiri. Semakin massal tindak korupsi yang dilakukan pejabat publik, maka
negara tersebut semakin merujuk kepada kleptokrasi. Waduh, gawat, ya!
9. Oklokrasi
Oklokrasi terjadi saat negara dalam anarki massa dengan pemerintahan yang tidak legal,
Squad. Mereka memiliki kekuasaan senjata dalam jumlah besar, sehingga rakyat lain
menjadi takut. Pada tahun 1930-an, Amerika Serikat hampir masuk ke dalam kategori
ini dimana keluarga mafia mengendalikan negara secara ilegal dan inkonstitusional.
10. Plutokrasi
Ketimpangan antara yang kaya dan yang miskin sangat telihat pada plutokrasi, Squad.
Hal ini karena bentuk dalam pemerintahan tersebut disetir oleh orang-orang kaya yang
tercipta dari suatu kondisi ekstrem. Mereka tidak hanya menguasi sumber ekonomi dan
politik, tetapi juga sumber militer seperti senjata, dan lain-lain. Negara yang memiliki
sumber daya alam seperti minyak dan logam mulia berpotensi mengalami jenis
pemerintahan ini, lho. Karena pada umumnya, badan yang mengontrol sumber daya
tersebut ingin mempertahankan kondisi yang menguntungkan mereka.
TEORI OTORITAS MAX WEBER : (Legal, Traditional dan Kharismatik)
Sosiolog yang mengembangkan teori kepemimpinan atau otoritas adalah Max
Weber (1864 – 1920). Ia dilahirkan di Jerman dari sebuah keluarga kelas menegah. Ia
pernah menempuh pendidikan di Universitas Heidelberg. Karir akademik Weber semakin
meningkat ketika ia diangkat sebagai Professor Ekonomi di Univiersiras Freiburg tahun
1984. Karya monumentalnya yang dijadikan sebagai referensi kajian ilmu pengetahuan
sosial modern ialah “Etika Protestan dan Spirit Kapitalisme”.[1]
Weber mengembangkan tiga tipe otoritas dalam masyarakat. Pertama, otoritas legal
(Legal-Rational Authority) yaitu otoritas yang bersumber dari legalitas atau suatu
peraturan tertentu. Kedua, otoritas tradisional (Traditional Authority), yang otoritas yang
keabsahannya bertumpu pada adat istiadat. Ketiga, otoritas kharismatis (Charismatic
Authority) yaitu otoritas yang keabsahannya bersumber dari kharisma atau kualitas
istimewa yang dimiliki oleh seseorang yang diakui oleh orang lain. selebihnya akan
dipaparkan berikutnya.[2]

B.            Macam-macam Otoritas
Sebelum mengurai macam-macam otoritas, perlu diketahui terlebih dahulu pengertian
dari otoritas itu sendiri. Otoritas adalah kemungkinan yang di dalamnya terdapat suatu
perintah untuk dipatuhi oleh seseorang atau kelompok tertentu. Karenanya, otoritas
merupakan bagian dari suatu relasi kekuasaan sekaligus mengandung unsur perintah
dan unsur kontrol.[3]
1.      Otoritas Legal (Legal-Rational Authority)
Otoritas legal merupakan pemberian wewenang atau otoritas yang bersumber dari
hukum atau peraturan perundang-undangan. Model otoritas ini cenderung
mengutamakan birokrasi (politik dan ekonomi).[4] Model kepemimpinan semacam ini
biasanya diterapkan di negara-negara modern atau di kota-kota, badan hukum baik miliki
pribadi atau serikat. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan dalam struktur
birokrasi tersebut dipimpinan oleh seseorang yang memiliki kharismatik sehingga hasil
atau capaian cukup berbeda dan fleksibel.
2.      Otoritas Traditional
Otoritas tradisional merupakan otoritas yang memiliki keabsahan berdasarkan
kesucian/kekudusan suatu tradisi tertentu yang hidup di tengah masyarakat. Sehingga
ketika seseorang taat dan patuh terhadap suatu peraturan atau pada suatu struktur
otoritas disebabkan karena kepercayaan mereka terhadap sesuatu yang bersifat
kontuinyu.[5]
Hubungan yang terjalin antara tokoh yang memiliki otoritas dan bawahan sejatinya
merupakan hubungan pribadi yang cenderung mengarah sebagai bentuk perpanjangan
hubungan kekeluargaan. Adanya kesadaran yang penuh antara pemimpin untuk
melaksanakan kewajibannya dan bawahan sebagai bentuk kesetiaan dan kecintaan
kepada pemimpinan. 
3.      Otoritas Kharismatik
            Istilah kharisma digambarkan secara sosiologis oleh Weber yaitu sebagai suatu
pengakuan oleh para pengikut seorang pemimpin (leader) akan keistimewaannya.
[6]Weber kemudian memahami bahwa yang dimaksud dengan otoritas kharismatik
sebagai tipe kepemimpinan yang keabsahannya diakui oleh kualitas, keistimewaan,
keunggulan. Selain itu, otoritas kharismatik ditemukan pada pemimpin yang mempunyai
visi dan misi yang dapat mengispirasi orang.
Ciri-Ciri Lembaga Politik
Pada umumnya kita dapat dengan mudah mengenali sebuah lembaga politik dari
karakteristiknya. Berikut ini adalah karakteristik lembaga politik:
Berada dalam suatu wilayah yang ditempati dan dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat
dalam waktu tertentu. Kelompok masyarakat tersebut memiliki nilai-nilai sosial dan
norma-norma yang telah dipenuhi bersama
Terdapat perkumpulan politik yang terbentuk dengan sistem tertentu, atau yang disebut
dengan pemerintahan.
Setiap individu yang merupakan penduduk di wilayah tersebut diberikan wewenang
menjalankan tugas-tugas pemerintahan, baik dengan anjuran ataupun paksaan.
Suatu lembaga politik memiliki hak dan kewajiban yang berlaku hanya dalam batas
wilayah mereka saja, dan tidak berlaku di negara/ wilayah lain.
Fungsi Lembaga Politik di Indonesia
Setelah memahami apa itu lembaga politik, tentunya kita juga harus tahu apa fungsi
lembaga ini. Mengacu pada pengertian lembaga politik diatas, maka berikut ini beberapa
fungsi lembaga politik di Indonesia:
Bekerja sama untuk merumuskan norma-norma kenegaraan yang diwujudkan dalam
undang-undang dan disahkan oleh pemerintah.
Lembaga politik berperan meningkatkan pelayanan kepada khalayak masyarakat seperti
pendidikan, kesehatan, keamanan dan kesejahteraan.
Mempertahankan kedaulatan negara dari serangan fisik maupun ideologi serta
mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu terjadi serangan dari luar yang membuat gejolak
negara.
Lembaga politik berperan untuk menjaga stabilitas di suatu negara baik dalam bidang
ekonomi, hukum, pertahanan dan keamanan yang sewaktu-waktu dapat memicu konflik.
Memelihara kehidupan politk negara agar dapat mendorong peningkatan kesejahteraan
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai