Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah “sekumpulan individu yang mengadakan kesepakatan bersama
untuk secara bersama-sama mengelola kehidupan”, selo soemardjan. Masyarakat
menurut smith, stanley & shores adalah sebagai suatu kelompok individu-individu yang
terorganisasi serta berpikir tentang diri mereka sendiri sebagai suatu kelompok yang
berbeda. Pengertian ini mengandung 2 hal, yaitu “masyarakat itu kelompok yang
terorganisasi” dan “masyarakat itu kelompok yang berpikir tentang dirinya sendiri.
Talcott parson, masyarakat adalah “suatu sistem sosial, dimana semua funsi prasyarat
yang bersumber dan dalam dirinya sendiri bertemu secara tetap”. Sistem sosial yang
dimaksud adalah terdiri dari pluralitas prilaku-prilaku perseorangan yang berinteraksi
satu sama lain dalam suatu lingkungan fisik.
Koentjaraningrat (1990 : 146), masyarakat adalah “kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat terus-menerus dan
terikat oleh suatu rasa identitas bersama”.
Ciri-ciri pokok dari masyarakat :
Manusia yang hidup bersama sekurang-kurangnya terdiri atas 2 orang.
Bercampur atau bergaul bergaul dalam waktu yang cukup lama. Berkumpulnya
manusia akan menimbulkan manusia-manusia baru sebagai akibat hidup bersama
itu, timbul sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan
antar manusia.
Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan
kebudayaan karena mereka merasa dirinya terkait satu dengan yang lainnya.
Melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya.
Unsur-unsur terbentuknya suatu masyarakat
Terdapat sekumpulan orang.
Berdiam atau bermukim disuatu wilayah dalam waktu yang relatif sama atau
waktu yang lebih lama.
Perekrutan seluruh atau sebagian anggotanya melalui reproduksi atau kelahiran.
Kesetiaan pada suatu sistem tindakan utama secara bersama-sama.
Adanya sistem tindakan utama yang bersifat swasembada.
Akibat hidup bersama dalam jangka waktu yang lama menghasilkan kebudayaan
berupa sistem nilai,sistem ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Warna Kulit
Ciri seseorang yang dibawa sejak lahir, seperti jenis kelamin, usia, dan ras sangat
menentukan interaksi terutama pada masyarakat yang sehari-harinya berada di
lingkungan yang diskriminatif. Contohnya, di negara Afrika Selatan pada era apartheid,
orang kulit putih tidak mau berinteraksi dengan orang kulit hitam. Orang-orang kulit putih
menganggap orang kulit hitam cenderung berperilaku kriminal
Usia
Cara seseorang berinteraksi dengan orang yang lebih tua seringkali berbeda dengan
orang yang sebaya, atau dengan orang yang lebih rnuda.
Jenis Kelamin
Jenis kelamin juga bisa mempengaruhi interaksi seseorang terhadap yang lainnya.
Contoh, laki-laki cenderung menghindari sekelompok perempuan yang tengah
membicarakan kosmetik atau model sepatu terbaru. Sebaliknya, perempuan pun
cenderung menghindar dari percakapan laki-laki tentang sepak bola atau otomotif.
Penampilan Fisik
Selain warna kulit, usia, dan jenis kelamin, penampilan fisik juga sering menjadi sumber
informasi dalam interaksi sosial. Umumnya, yang pertama kali dilihat dalam interaksi
adalah penampilan fisik seseorang. Ada beberapa penelitian yang memperlihatkan
bahwa orang yang berpenampilan menarik cenderung lebih mudah mendapatkan
pasangan daripada orang dengan penampilan kurang menarik.
Bentuk Tubuh
Menurut penelitian Wells dan Siegal, orang cenderung menganggap bahwa terdapat
kaitan antara bentuk tubuh dengan sifat seseorang. Orang yang memiliki tubuh
endomorph (bulat, gemuk) dianggap memiliki sifat tenang, santai, dan pemaaf. Orang
yang memiliki tubuh mesomorph (atletis, berotot) dianggap memiliki sifat dominan,
yakin, dan aktif. Sementara orang yang bertubuh ectomorph (tinggi, kurus) dianggap
bersifat tegang dan pemalu.
Pakaian
Sumber informasi juga dapat diperoleh dari pakaian seseorang. Seringkali seseorang
yang berpakaian seperti eksekutif muda lebih dihormati dibandingkan dengan orang
yang berpakaian seperti gelandangan.
Wacana
Dari pembicaraan seseorang, kita pun dapat memperoleh informasi-informasi tentang
dirinya. Kadang-kadang kita mendengar seseorang berbicara bahwa ia baru saja bertemu
dengan direktur sebuah perusahaan terkenal atau dengan seorang gubernur. Dari
perkataan orang itu, kita bisa memperoleh informasi tentang orang itu. Dengan kata lain,
kita bisa menebak status seseorang berdasarkan pembicaraannya, meskipun pada ada
pula orang yang tidak berkata jujur tentang dirinya.
Tahapan Pendekatan dan Perenggangan Hubungan dalam Interaksi Sosial
Menurut Mark L. Knapp dalam buku Social Intercourse: From Greeting to Goodbye (1978),
dalam interaksi sosial terdapat tahap yang bisa mendekatkan dan tahap yang bisa
merenggangkan hubungan orang-orang yang berinteraksi. Di bawah ini adalah
penjelasan kedua tahap tersebut.
Tahap selanjutnya adalah memacetkan. Di tahap ini tidak terjadi komunikasi. Kalaupun
ada, hal ini dilakukan karena terpaksa dan dilaksanakan secara sangat hati-hati.
Perbedaan kedua teman itu sudah sangat besar sehingga untuk membicarakan hal yang
paling sederhana pun sulit dan dapat menyulut konflik. Jika kedua orang yang tadinya
berteman itu sudah tidak berkomunikasi tapi masih berada dalam lingkungan yang sama
(misalnya berada dalam satu sekolah), kedua orang tersebut berusaha untuk saling
menghindar. Misalnya, berusaha tidak melewati jalan, lorong, atau ruang yang sama.
Setelah terjadi jarak komunikasi dan fisik seperti ini, mereka berdua pun berada di dalam
tahap pemutusan hubungan.
Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Sudahkah kalian tahu seperti apa itu bentuk-bentuk interaksi sosial? Sebenarnya bentuk-
bentuk interaksi sosial itu terjadi pada kehidupan sehari-hari kalian lho. Bisa terjadi di
sekolah, di tempat nongkrong, di rumah, atau tempat-tempat lainnya. Misalnya ketika
kalian mendapat tugas kelompok dari guru, tanpa disadari, proses pengerjaan tugas
dalam kelompok merupakan salah satu bentuk interaksi sosial.
Terus ketika salah satu di antara kalian terlibat perkelahian dengan teman sekelas, pasti
setelah itu kalian dibawa ke ruang BK untuk ditengahi oleh guru. Nah di dalam ruangan
itupun terjadi bentuk interaksi sosial, Squad. Oke, agar kalian lebih paham lagi
tentang bentuk-bentuk interaksi sosial, kalian bisa baca dengan seksama penjelasan di
bawah ini.
Sebenarnya tuh interaksi yang terjadi di dalam masyarakat, bisa menghasilkan pola-pola
atau bentuk hubungan yang dapat mempererat dan mengubah kondisi masyarakat
tersebut. Kalau dalam kajian sosiologi nih, interaksi sosial dapat berbentuk asosiatif dan
disosiatif.
1. BENTUK INTERAKSI SOSIAL ASOSIATIF
Bentuk interaksi sosial asosiatif adalah bentuk interaksi sosial positif yang mengarah
pada kesatuan. Bentuk interaksi sosial asosiatif berupa kerja sama, akomodasi, asimilasi,
dan akulturasi.
A. KERJA SAMA
Kerja sama adalah suatu usaha yang dilakukan bersama antara individu atau kelompok,
tujuannya untuk mencapai satu tujuan atau beberapa tujuan bersama.
B. AKOMODASI
Adalah upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu pertikaian atau konflik oleh
pihak-pihak yang bertikai. Untuk apa? Ya jelas untuk meredakan pertentangan tersebut
dong, terus tercipta deh sebuah kestabilan.
Nah, Akomodasi sebagai proses sosial juga memiliki bentuk-bentuk lho, di antaranya:
1. Koersi, adalah bentuk akomodasi yang pelaksanaannya dengan
menggunakan paksaan, ancaman, tekanan, maupun kekerasan. Kalian sering lihat
pengemis atau pedagang asongan yang digusur secara paksa oleh satpol PP dan dinas
sosial? Itulah salah satu contohnya
2. Kompromi, adalah bentuk usaha dalam meredakan masalah melalui pengurangan
tuntutan. Misalnya saat kalian bermain galaksin, salah satu di antara kalian merasa
dicurangi, tapi yang melakukan merasa tidak sengaja, nah disaat itulah kompromi bisa
dilakukan untuk menyelesaikan kesalahpahaman tersebut.
3. Konsiliasi, adalah usaha yang dilakukan pihak tertentu untuk mempertemukan
keinginan antara kedua belah pihak yang berkonflik, sehingga dapat meyelesaikan
masalah. Misalnya ketika kalian terlibat pertikaian di media sosial, kemudian ketua kelas
melihat, karena merasa mempunyai tanggung jawab, ahirnya kalian dipertemukan
langsung untuk menyelesaikan masalah.
4. Arbitrasi, terjadi ketika pihak ketiga membantu meredakan pertentangan
yang memiliki kedudukan lebih tinggi dan dapat memberikan keputusan yang mengikat
pihak-pihak yang berkonflik. Contoh, guru BK memberi hukuman kepada kedua murid
yang bertengkar.
5. Mediasi, dilakukan oleh pihak ketiga sebagai mediator, hanya sebagai penasihat. Pada
dasarnya semua keputusan dikembalikan kepada kedua pihak yang berkonflik. Contoh,
pak RT memberikan nasehat kepada tetangga yang bertengkar.
6. Ajudikasi, proses penyelesaian masalah melalui meja hijau (jalur hukum). Contoh,
hakim memberikan sanksi hukum kepada koruptor.
C. ASIMILASI
Merupakan percampuran dua kebudayaan yang melebur menjadi suatu kebudayaan
baru.
Contoh: Warga di Pekalongan yang beretnis Tionghoa dan Arab, menggunakan bahasa
Jawa sebagai identitas sosial mereka, karena hal tersebut telah melebur menjadi
kebudayaan masyarakat setempat meskipun beretnis Tionghoa dan Arab.
D. AKULTURASI
Penerimaan segala unsur–unsur baru menjadi suatu kebudayaan baru tanpa
menghilangkan unsur lama.
Contoh: Bangunan Masjid Kudus mencerminkan adanya interaksi budaya Jawa, Hindu,
dan Islam.
2. BENTUK INTERAKSI SOSIAL DISOSIATIF
Proses sosial disosiatif ini lebih mengarah kepada perpecahan baik individu maupun
kelompok. Adapun bentuk-bentuk dari disosiatif meliputi, persaingan (kompetisi),
kontravensi, dan pertentangan (konflik).
Persaingan (kompetisi), yakni suatu proses sosial di mana individu atau kelompok
manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan tanpa
menggunakan ancaman kekerasan. Misal, kompetisi sepakbola pada piala dunia.
Kontravensi, merupakan suatu perasaan tidak suka yang disembunyikan, seperti
keraguan bahkan kebencian terhadap kepribadian seseorang. Contohnya, dalam
pemilihan ketua ekstrakulikuler, sebagian besar warga kelas setuju dengan si A,
sedangkan sebagian kecil siswa merasa tidak suka atau meragukan. Namun perasaan itu
disembunyikan dari si A sebagai calon ketua ekstrakulikuler.
Pertentangan (konflik), adalah proses sosial yang dilakukan individu atau kelompok
dalam mencapai tujuannya disertai dengan paksaan atau kekerasan. Pertentangan
terjadi disebabkan oleh adanya perbedaan antarindividu, perbedaan kebudayaan,
perbedaan kepentingan, dan perubahan sosial.
Hubungan Antara Keteraturan Sosial dan Interaksi Sosial
Kita telah mempelajari bahwa dalam interaksi sosial terjadi kontak dan komunikasi antara
seorang individu dan individu lain, individu dan kelompok, individu dan masyarakat,
kelompok dan kelompok, atau kelompok dan masyarakat. Dari kontak dan komunikasi ini
dapat menghasilkan keteraturan sosial namun tidak jarang juga menghasilkan konflik
sosial. Keteraturan sosial dicapai bila dalam interaksi sosial, setiap individu
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan peran yang dimilikinya. Setiap
individu melaksanakan perannya sesuai nilai dan norma yang dianut masyarakatnya.
Dengan kata lain, masyarakat yang teratur hanya dapat dicapai jika setiap individu
melaksanakan kewajibannya kepada orang lain dan menerima haknya dari orang lain.
Sebaliknya, konflik sosial akan terjadi jika individu tidak melaksanakan hak dan
kewajibannya kepada orang lain. Singkatnya, ia tidak berperilaku sesuai nilai dan norma
masyarakat.
Berkembangnya keteraturan sosial tidak akan terjadi dengan sendirinya. Keteraturan itu
harus diusahakan oleh setiap warga. Keteraturan sosial merupakan hubungan yang
selaras dan serasi antara interaksi sosial, nilai sosial, dan norma sosial. Artinya, hak dan
kewajiban direalisasikan dengan nilai dan norma atau tata aturan yang berlaku. Begitu
pentingnya keteraturan dan ketertiban dalam masyarakat sehingga beberapa daerah di
Indonesia menciptakan slogan atau motto yang intinya mengedepankan kehidupan yang
tertib. Sebagai contoh, kota Jakarta memiliki motto Jakarta Teguh Beriman, Yogyakarta
memiliki motto Yogyakarta Berhati Nyaman. Bagaimana dengan motto di daerah Anda
dan apa artinya?
Namun demikian, keteraturan sosial tidaklah berarti kestatisan karena masyarakat pada
dasarnya tidaklah statis. Masyarakat membutuhkan perubahan agar bisa maju. Untuk itu,
diperlukan nilai, norma atau aturan yang dapat mengendalikan perubahan tersebut.
Dengan demikian, perubahan yang terjadi tidak akan mengarah kepada kekacauan tetapi
keteraturan baru atau kemajuan.
2. Order yaitu sistem norma dan nilai sosial yang berkembang, diakui, dipatuhi oleh
seluruh anggota masyarakat. Contoh, adat istiadat yang dijadikan sebagai pedoman
dalam kehidupan warganya, peraturan-peraturan yang menjadi pedoman tertib sekolah,
dan peraturan yang ada dalam lingkungan RT atau RW. Order dapat dicapai apabila ada
tertib sosial di mana setiap individu melaksanakan hak dan kewajibannya.
3. Keajegan yaitu suatu kondisi keteraturan yang tetap dan tidak berubah sebagai hasil
dari hubungan antara tindakan, nilai, dan norma sosial yang berlangsung secara terus
menerus. Keajegan bisa terwujud jika setiap individu telah melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai sistem norma dan nilai sosial yang berkembang. Hal itu
dilaksanakan dengan konsisten sehingga terpelihara dalam tindakannya setiap hari.
4. Pola yaitu corak hubungan yang tetap atau ajeg dalam interaksi sosial yang dijadikan
model bagi semua anggota masyarakat atau kelompok. Pola dapat dicapai ketika
keajegan tetap terpelihara atau teruji dalam berbagai situasi. Sebagai contoh, dalam
menyelesaikan beberapa persoalan, masyarakat sebuah desa menggunakan cara
bermusyawarah. Ternyata cara ini dapat menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut.
Karena sudah teruji, maka masyarakat desa tersebut memakai cara yang sama, yaitu
musyawarah sebagai pola untuk menyelesaikan setiap persoalan yang terjadi di desa
tersebut.
Nilai Sosial
A. Pengertian nilai sosial
Nilai (value) mengacu pertimbangan terhadap suatu tindakan, benda, cara, untuk
mengambil keputusan apakah sesuatu yang bernilai itu benar (mempunyai nilai
kebenaran), indah (nilai keindahan/estetik), dan religius (nilai ketuhanan).
Pengertian lain mengatakan, bahwa nilai didefinisikan sebagai prinsip standar, atau
kualitas yang dianggap berharga atau diinginkan oleh orang yang memegangnya. Nilai
merupakan kumpulan sikap dan perasaan yang diwujudkan melalui perilaku sosial orang
yang memiliki nilai sosial tersebut. secara umum, nilai berkaitan dengan kemerdekaan
seseorang untuk bertindak.
b. Robert M. Z. Lawang
Nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan, pantas, berharga dan
memengaruhi perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai sosial itu.
c. C. Kluckhohn
Semua nilai kebudayaan pada dasarnya mencakup:
1) Nilai mengenai hakikat hidup manusia
2) Nilai mengenai hakikat karya manusia
3) Nilai mnegenai hakikat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu
4) Nilai mengenai hakikat hubungan manusia dengan alam
5) Nilai mengenai hakikat hubungan manusia dengan sesamanya
d. Walter G. Everett
Nilai dibagi menjadi lima bagian, yaitu sebagai berikut:
1) Nilai-nilai ekonomi yaitu nilai-nilai yang berhubungan dengan sistem ekonomi. Hal
ini berarti nilai-nilai tersebut mengikuti harga pasar.
2) Nilai-nilai rekreasi yaitu nilai-nilai permainan pada waktu sengggang, sehingga
memberikan sumbangan untuk menyejahterakan kehidupan maupun memberikan
kesegaran jasmani dan rohani.
3) Nilai-nilai perserikatan yaitu nilai-nilai yang meliputi berbagai bentuk perserikatan
manusia dan persahabatan kehidupan keluarga, sampai dengan tingkat internasional.
4) Nilai-nilai kejasmanian yaitu nilai-nilai yang berhubungan dengan kondisi jasmani
seseorang.
5) Nilai-nilai watak yaitu nilai yang meliputi semua tantangan, kesalahan pribadi dan
sosial termasuk keadilan, kesediaan menolong, kesukaan pada kebenaran, dan
kesediaan mengontrol diri.
Setiap individu meyakini nilai-nilai tersendiri yang turut memberikan pengaruh pada nilai
yang dimiliki oleh masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan nilai, antara
lain:
a. Evolusi dari suatu kepercayaan dalam beragama
b. Perubahan dalam nilai moral
c. Pengaruh media masa
d. Perubahan dalam ekonomi
e. Inovasi dalam teknologi
Norma Sosial
A. Pengertian norma sosial
Kaidah atau norma yang ada di masyarakat merupakan perwujudan nilai-nilai yang
dianut oleh masyarakat tersebut. ada hubungan anatara nilai dan norma. Jika nilai
merupakan sesuatu yang baik, diinginkan, dicita-citakan oleh masyarakat maka norma
merupakan aturan bertindak yang dibenarkan untuk mewujudkan cita-cita tersebut.
b. Kebiasaan (folkways)
Kebiasaan merupakan suatu bentuk perbuatan berulang-ulang dengan bentuk yang sama
serta dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan-tujuan jelas yang dianggap baik
dan benar oleh masyarakat. Contoh: kebiasaan seorang pelajar memberikan hadiah pada
seorang temannya yang sedang berulang tahun.
3) Norma kesopanan
Yaitu sekumpulan peraturan sosial yang mengarah pada hal-hal yang berkenaan dengan
bagaimana seweorang harus bertingkah laku yang wajar dalam kehidupan
bermasyarakat. Pelanggaran terhadap norma ini akan mendapatkan celaan, kritik,
dll. Contoh: tidak membuang ludah sembarangan dan selalu mengucapkan terima kasih
jika diberi sesuatu.
4) Norma kesusilaan
Yaitu peraturan sosial yang berasal dari hati nurani. Norma ini menghasilkan akhlak,
sehingga seseorang dapat membedakan apa yang dianggap baik apa yang dianggap
jelek. Pelanggaran terhadap norma ini, berakibat sanksi pengucilan secara fisik (diusir)
ataupun batin (dijauhi).Contoh: berpegangan tangan, berpelukan di tempat umum antara
laki-laki dan perempuan.
5) Norma kelaziman
Yaitu tindakan manusia mengikuti kebiasaan yang umumnya dilakukan tanpa harus pikir
panjang karena kebiasaan itu dianggap baik, patut, sopan, dan sesuai dengan tata
krama. Contoh: cara berpakaian dan cara makan.
Dengan memerhatikan jenis norma yang menjadi landasan lembaga sosial, maka dapat
dijelaskan pola perilaku, pendukung, dan peralatan yang dipergunakan oleh manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehubungan dengan usaha manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, maka lembaga sosial secara umum mempunyai fungsi
berikut ini.
a. Proses ajar atau pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
b. Sanksi-sanksi, baik yang berupa pemberian hukuman maupun pemberian
penghargaan.
c. Suatu ritus kolektif, yaitu peringatan bersama suatu kejadian yang dihayati bersama
untuk mengenang tujuan yang ingin dicapai bersama dalam rangka mengadakan
introspeksi atau evalusi. Misalnya memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan
Indonesia setiap tanggal 17 Agustus.
d. Alokasi posisi-posisi dalam masyarakat yang erat hubungannya dengan peranan-
peranan yang harus dijalankan oleh pemegang posisi tertentu itu.
Selanjutnya kita akan membahas mengenai fungsi lembaga sosial yang tercermin dalam
lima pranata utama dalam masyarakat, yaitu pranata keluarga, pendidikan, agama,
ekonomi, dan politik. Masing-masing pranata sosial ini memiliki fungsi fungsi khusus yang
sangat mendasar bagi pelaksanaan kehidupan bermasyarakat. Keberadaan fungsi ini
memang nyata dan sangat dibutuhkan oleh anggota masyarakat secara menyeluruh. Ini
akan saya posting di bahan materi selanjutnya.
TIPE-TIPE LEMBAGA SOSIAL
Pada kali ini, saya akan menjelaskan secara singkat apa saja yang termasuk dalam tipe-
tipe lembaga sosial. Kita sebagai warga negara Indonesia tentunya ingin tahu bukan, apa
saja sih yang termasuk tipe lembaga sosial? Kita semua pasti bertanya-tanya. Maka itu,
saya akan menjelaskan satu persatu. Sebelumnya, saya akan menjelaskan dahulu apa itu
pengertian dari lembaga sosial itu sendiri.
Lembaga Sosial merupakan lembaga yang mendasar yang berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia pada setiap individu maupun kelompok.
Tipe-tipe lembaga sosial dibagi menjadi 5. Yaitu, berdasarkan perkembangannya,
berdasarkan penyebarannya, berdasarkan nilainya, berdasarkan sudut penerimaan
masyarakat, dan berdasarkan fungsinya.
1) Berdasarkan Perkembangannya
Berdasarkan perkembangannya, lembaga sosial dibagi menjadi dua, yaitu Crescive
Institutions dan Enacted Instituitions. Berikut penjelasan singkatnya:
Crescive Institutions, merupakan suatu lembaga sosial yang bersifat sangat amat primer.
Lembaga sosial ini, tidak sengaja datang dan tumbuh dari adat istiadat yang diterapkan
di lingkungan sekitar masyarakat. Contoh dari lembaga ini adalah lembaga perkawinan,
lembaga Agama, dan hak waris.
2) Berdasarkan Penyebarannya
Berdasarkan penyebaran, lembaga sosial dibagi menjadi dua tipe pula. Yaitu, General
Institutions dan Restricted Institutions. Berikut penjelasannya:
General Institutions, merupakan suatu lembaga sosial yang telah dikenal sangat banyak
atau amat luas oleh masyarakat setempat pada pelapisannya. Contohnya, seperti
lembaga hukum, kemudian lembaga agama.
Restricted Institutions, merupakan lembaga yang diterapkan atau yang hanya dianut oleh
masyarakat tertentu saja, tidak semua masyarakat yang dapat menganut/menerapkan
lembaga sosial ini. Contohnya, seperti menganut lembaga Agama Islam, Protestan,
Katolik, Hindu, Budha, dan Konghuchu.
3) Berdasarkan Nilainya
Berdasarkan nilai, lembaga sosial ini dibagi pula menjadi dua tipe. Yaitu, Basic
Institutions dan Subsidiary Institutions. Berikut ini adalah penjelasan singkatnya:
Basic Institutions, merupakan suatu lembaga sosial yang dianggap amat sangat penting
untuk menjaga/memelihara, serta mempertahankan ketertiban di dalam masyarakat
setempat atau masyarakat luar. Misalkan, yang dianggap penting seperti keluarga,
sekolah atau pendidikan, dan adat istiadat.
5) Berdasarkan Fungsinya
Berdasarkan fungsi, lembaga sosial dibagi pula menjadi dua tipe. Yaitu, Operative
Institutions dan Regulative Institutions. Berikut penjelasan singkatnya:
Operative Institutions, yaitu suatu lembaga sosial yang berfungsi menghimpun tata cara
atau tujuan tertentu yang dapat diterima oleh masyarakat yang bersangkutan. Misalkan,
seperti pranata industri.
1. Lembaga Keluarga
Keluarga merupakan unit sosial yang terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas ayah,
ibu, dan anak-anaknya. Dalam keluarga, diatur hubungan antaranggota keluarga
sehingga anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi masing-masing. Keluarga
terbentuk dari sebuah perkawinan yang sah menurut agama, adat, dan pemerintah.
Konsep keluarga dari masa ke masa terus berubah. Konsep keluarga yang umumnya
terdiri atas orang tua dan anak saja, saat ini mulai bergeser. Keluarga dapat pula terdiri
atas anggota-anggota yang lebih luas, yakni kakek, nenek, paman, bibi, sepupu, dan
cucu. Selain itu, anggota-anggota keluarga tidak harus terikat pada garis keturunan
maupun hubungan darah yang sama. Banyak orang yang melakukan adopsi anak,
bahkan keluarga yang tidak terikat pernikahan sekalipun, menyebut diri mereka
keluarga.
Bentuk Keluarga
Berdasarkan Garis Keturunan
Patrilinear adalah keturunan sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
Matrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa ganerasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
Berdasarkan Pemukiman
Patrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan keluarga
sedarah suami.
Matrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan keluarga satu
istri
Neolokal adalah pasangan suami istri, tinggal jauh dari keluarga suami maupun istri.
Berdasarkan Kekuasaan
Patriakal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga
adalah dipihak ayah.
Matrikal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga
adalah pihak ibu.
Equalitarium adalah keluarga yang memegang kekuasaan adalah ayah dan ibu.
Fungsi Keluarga
Terdapat 5 fungsi keluarga dalam tatanan masyarakat, yaitu :
Fungsi Biologis
Untuk meneruskan keturunan
Memelihara dan membesarkan anak
Memberikan makanan bagi keluarga dan memenuhi kebutuhan gizi
Merawat dan melindungi kesehatan para anggotanya
Memberi kesempatan untuk berekreasi
Fungsi Psikologis
Identitas keluarga serta rasa aman dan kasih sayang
Pendewasaan kepribadian bagi para anggotanya
Perlindungan secara psikologis
Mengadakan hubungan keluarga dengan keluarga lain atau masyarakat
Fungsi Sosial
Mencari sumber-sumber untuk memenuhi fungsi lainnya
Pembagian sumber-sumber tersebut untuk pengeluaran atau tabungan
Pengaturan ekonomi atau keuangan
Fungsi Pendidikan
Penanaman keterampilan, tingkah laku dan pengetahuan dalam hubungan dengan
fungsi-fungsi lain.
Persiapan untuk kehidupan dewasa.
Memenuhi peranan sehingga anggota keluarga yang dewasa
Bentuk Perkawinan Menurut Jumlah Istri / Suami
1. Monogami
Monogami adalah suatu bentuk perkawinan / pernikahan di mana si suami tidak menikah
dengan perempuan lain dan si isteri tidak menikah dengan lelaki lain. Jadi singkatnya
monogami merupakan nikah antara seorang laki dengan seorang wanita tanpa ada
ikatan penikahan lain.
2. Poligami
Poligami adalah bentuk perkawinan di mana seorang pria menikahi beberapa wanita atau
seorang perempuan menikah dengan beberapa laki-laki.
1. Endogami
Endogami adalah suatu perkawinan antara etnis, klan, suku, kekerabatan dalam
lingkungan yang sama.
2. Eksogami
Eksogami adalah suatu perkawinan antara etnis, klan, suku, kekerabatan dalam
lingkungan yang berbeda. Eksogami dapat dibagi menjadi dua macam, yakni :
a. Eksogami connobium asymetris terjadi bila dua atau lebih lingkungan bertindak
sebagai pemberi atau penerima gadis seperti pada perkawinan suku batak dan ambon.
b. Eksogami connobium symetris apabila pada dua atau lebih lingkungan saling tukar-
menukar jodoh bagi para pemuda.
1. Cross Cousin
Cross Cousin adalah bentuk perkawinan anak-anak dari kakak beradik yang berbeda jenis
kelamin.
2. Parallel Cousin
Cross Cousin adalah bentuk perkawinan anak-anak dari kakak beradik yang sama jenis
kelaminnya.
Mas kawin adalah suatu tanda kesungguhan hati sebagai ganti rugi atau uang pembeli
yang diberikan kepada orang tua si pria atau si wanita sebagai ganti rugi atas jasa
membesarkan anaknya.
2. Matrilokal/Uxorilokal,
yaitu pasangan pengantin bertempat tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat istri.
3. Bilokal,
yaitu pasangan pengantin menetap secara bergantian di tempat kerabat suami dan
kerabat istri.
4. Neolokal,
yaitu pasangan pengantin bertempat tinggal di kediaman baru.
5. Avunkeelokal,
yaitu pasangan pengantin bertempat tinggal di rumah saudara laki-laki ibu/paman pihak
suami.
6. Natalokal,
yaitu pasangan pengantin tidak tinggal bersama, tetapi masing-masing menetap di
daerah kelahirannya.
7. Utralokal,
yaitu pasangan pengantin bebas menentukan tempat tinggal setelah menikah.
8. Kanon lokal,
yaitu kebiasaan bertempat tinggal dalam bentuk kelompok, termasuk dengan orang tua
kedua pihak.
STRUKTUR (SUSUNAN) KELUARGA
2. Lembaga Agama
Lembaga agama adalah lembaga yang mengatur kehidupan manusia dalam kaitannya
dengan kehidupan keagamaan. Semua agama sama-sama memisahkan antara baik dan
buruk, yang dibolehkan dan yang dilarang, atau kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
Ukuran baik dan buruk atau terlarang telah dirumuskan dalam ajarannya.
Keberadaan berbagai agama di Indonesia menunjukkan bahwa kehidupan beragama
cukup dinamis. Hal ini juga didukung adanya lembaga keagamaan. Lembaga keagamaan
adalah organisasi yang dibentuk oleh umat beragama dengan maksud memajukan
kepentingan keagamaan umat yang bersangkutan di dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup
keagamaan setiap umat beragama. Setiap agama di Indonesia memiliki lembaga
keagamaan, yaitu seperti berikut.
Islam : Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Kristen : Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI)
Katolik : Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI)
Hindu : Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI)
Buddha : Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi)
Khonghucu : Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin)
Unsur-unsur Agama
Beberapa ilmuwan seperti Light, Killer, dan Calhoun (1989), memusatkan perhatian pada
unsur-unsur dasar suatu agama, yaitu sebagai berikut.
1. Kepercayaan
Setiap agama pasti memiliki kepecayaan seperti percaya kepada Tuhan, nabi-nabi, dan
kitab.
2. Simbol
Setiap agama mengenal berbagai lambang atau simbol, baik itu berupa pakaian, ucapan,
tulisan maupun tindakan.
3. Praktek
Setiap ajaran agama yang ada memiliki praktek keagamaan seperti sholat, kebaktian,
puasa, semedi, dan lain sebagainya.
4. Pemeluk
Agama memiliki sejumlah pemeluk/ pengikut.
5. Pengalaman keagamaan
Setiap pemeluk agama memiliki beberapa bentuk pengalaman keagamaan
4. Lembaga Pendidikan
Menurut Undang-Undang No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Lembaga pendidikan adalah lembaga atau tempat berlangsungnya proses pendidikan
yang dilakukan dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku individu ke arah yang lebih
baik melalui interaksi dengan lingkungan sekitar. Lembaga pendidikan merupakan
lembaga yang bergerak dan bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan
terhadap anak didik.
Jenis-jenis lembaga pendidikan meliputi pendidikan formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan
nonformal adalah jalur pendidikan di luar jalur pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur
pendidikan keluarga dan lingkungan.
Fungsi Lembaga Pendidikan
1. Fungsi Manifes Lembaga Pendidikan
Menurut Horton dan Hunt (1996: 34-35), fungsi manifes pendidikan adalah
mempersiapkan anggota masyarakatuntuk mencari nafkah, mengembangkan bakat
perorangan demi kepuasan pribadi maupun bagi kepentingan masyarakat, melestarikan
kebudayaan, dan menanamkan ketrampilan yang perlu bagi partisipasinya dalam
berdemokrasi.
5. Lembaga Budaya
Lembaga budaya adalah lembaga publik dalam suatu negara yang berperan dalam
pengembangan budaya, ilmu pengetahuan, lingkungan, seni, dan pendidikan pada
masyarakat yang ada pada suatu daerah atau negara. Contoh lembaga budaya adalah
paguyuban seni dan budaya, organisasi konservasi lingkungan, masyarakat ilmiah, media
cetak dan elektronik.
6. Lembaga Politik
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasan dalam masyarakat yang
antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Dalam
politik, terdapat lembaga politik yang menangani masalah administrasi dan tata tertib
umum demi tercapainya keamanan dan ketenteraman masyarakat. Lembaga-lembaga
politik yang berkembang di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Lembaga-lembaga politik tersebut adalah seperti berikut.
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Presiden dan Wakil Presiden
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Mahkamah Agung (MA)
Pemerintahan Daerah
Politik merupakan kegiatan yang berkaitan dengan masalah kekuasaan. Kekuasaan
adalah kemampuan untuk memengaruhi pihak lain sehingga orang yang dikuasai mau
menerima dan mengikuti kehendak orang yang memiliki kekuasaan. Adanya kekuasaan
cenderung bergantung pada hubungan antara yang berkuasa dan yang dikuasai.
Kekuasaan selalu ada di dalam setiap masyarakat, baik yang masih sederhana maupun
yang kompleks susunannya.
Pengertian dan Ciri-ciri Bentuk Negara Kesatuan, Federasi, dan Konfederasi
Istilah bentuk negara dan bentuk kenegaraan sekilas tampak sama, namun sebenarnya
keduanya memiliki perbedaan makna. Bentuk negara memiliki sifat ikatan yang erat,
tidak mudah lepas, dan menggunakan UUD sebagai dasar ikatannya. Sedangkan bentuk
kenegaraan memiliki sifat ikatan yang tidak erat, mudah lepas, dan menggunakan
perjanjian sebagai dasar ikatannya.
Ada tiga macam bentuk negar a yang dikenal hingga kini, antara lain konfederasi,
federal, dan kesatuan. Berikut penjelasan tentang ketiga bentuk negara tersebut.
1. Kesatuan
Negara kesatuan merupakan negara yang pemerintah pusatnya memiliki kekuasaan
penuh dan memegang kedudukan tertinggi dalam pemerintahan. Pada negara kesatuan,
pemerintah pusat dapat melimpahkan wewenang kepada kabupaten, kota, atau satuan
pemerintahan lokal. Namun, pelimpahan wewenang ini tidak diatur dalam konstitusi,
melainkan diatur dalam undang-undang.
Sebagian kekuasaan pemerintah pusat dapat diberikan kepada daerah menurut hak
otonomi. Hal ini dikenal dengan istilah desentralisasi. Walaupun begitu, pemerintah pusat
tetap memegang kekuasaan tertinggi. Dengan begitu, pemerintah tetap memegang
kedaulatan, baik ke dalam maupun ke luar.
Keuntungan negara kesatuan di antaranya adalah terdapat keseragaman undang-
undang. Pada negara kesatuan, pemerintah membuat aturan yang menyangkut tentang
nasib daerah secara menyeluruh. Namun, apabila ada permasalahan yang timbul di
daerah, kemungkinan masalah tersebut akan lama ditangani karena harus menunggu
perintah dari pusat. Pemerintah pusat mengatur setiap penduduk secara langsung yang
ada di tiap-tiap daerah. Misal, pemerintah pusat memiliki wewenang untuk membuat
kurikulum pendidikan secara nasional, mengatur kepolisian daerah, menarik pajak dari
penduduk daerah, dan sebagainya.
Berikut ini ciri-ciri negara kesatuan.
1) Hanya terdapat masing-masing satu undang-undang dasar, kepala negara, dewan
perwakilan rakyat, dan dewan menteri.
2) Kedaulatan negara meliputi kedaulatan ke dalam dan kedaulatan ke luar yang
ditandatangani oleh pemerintah pusat.
3) Hanya memiliki satu kebijakan mengenai masalah ekonomi, sosial, politik, ekonomi,
budaya, pertahanan, dan keamanan.
Yang termasuk negara kesatuan contohnya Indonesia, Italia, Jepang, Belanda, dan
Filipina.
2. Federasi
Negara federasi merupakan negara yang di dalamnya terdapat pembagian kekuasaan
antara pemerintahan pusat dengan unsur-unsur kesatuannya (provinsi, negara bagian,
wilayah, kawasan, atau republik). Bentuk negara federasi sesuai untuk negara dengan
kawasan geografis yang luas, ketimpangan ekonomi yang cukup tajam, banyaknya
ragam budaya yang terdapat dalam negara tersebut.
Pada negara federasi, kedaulatan hanya ada di tangan pemerintah federal. Namun,
negara-negara bagian memiliki kekuasaan yang lebih besar dalam mengatur
penduduknya daripada kekuasaan pemerintah daerah yang terdapat di dalam negara
kesatuan. Kekuasaan negara bagian pada negara federasi diatur dalam konstitusi federal.
Ciri-ciri negara federasi
1) Kepala negara dipilih oleh rakyat dan bertanggung jawab terhadap rakyat.
2) Tiap-tiap negara bagian memiliki kekuasaan asli tetapi tidak memiliki kedaulatan.
3) Kepala negara mempunyai hak veto yang diajukan oleh parlemen.
4) Tiap-tiap negara bagian memiliki wewenang untuk menyusun undang-undang dasar
sendiri asalkan masih sejalan dengan pemerintah pusat.
5) Pemerintah pusat memiliki kedaulatan terhadap negara-negara bagian untuk urusan
luar dan sebagian urusan dalam.
Contoh negara dengan bentuk negara federasi yaitu Amerika Serikat, Malaysia, India, dan
Australia.
3. Negara Konfederasi
Negara konfederasi merupakan negara yang terdiri dari persatuan negara-negara yang
berdaulat. Tujuannya di antaranya adalah untuk mempertahankan kedaulatan dalam
negara konfederasi. Singapura dan Malaysia pernah membangun konfederasi pada tahun
1963 dengan tujuan di antaranya adalah sebagai tindakan antisipasi terhadap politik luar
negeri Indonesia pada pemerintahan Presiden Soekarno.
Segala peraturan yang berlaku dalam konfederasi hanya berlaku pada masing-masing
pemerintah, tidak berpengaruh terhadap warga negara. Hal ini berarti pemerintah tetap
berdiri sendiri dan berdaulat tanpa adanya campur tangan negara lain yang tergabung
dalam konfederasi meski pemerintah tersebut terikat dalam perjanjian.
Bentuk Pemerintahan
Monarki
Monarki adalah bentuk dari pemerintahan yang dipimpin oleh raja atau ratu sebagai
pemegang kekuasaan negara. Monarki juga termasuk bentuk dalam pemerintahan tertua
di dunia, lho. Setiap raja dan ratu ini memiliki julukannya masing-masing seperti di
Jepang, raja dipanggil dengan sebutan Kaisar, Brunei Darussalam dengan sebutan Sultan,
dan sebutan Yang di-Pertuan Agong di Malaysia.
2. Tirani
Sekilas, tirani sama seperti monarki yang kekuasaan negaranya dipegang oleh satu
orang, Squad. Tapi, tirani dijalankan dengan sewenang-wenang secara otoriter dan
absolut. Contoh negara yang pernah menjalankan bentuk tirani adalah Adolf Hitler di
Jerman dan Joseph Stalin dari Uni Soviet.
3. Aristokasi
Jika monarki dan tirani dipegang oleh satu orang, berbeda dengan aristokrasi yang
dipegang oleh beberapa orang, Squad. Orang-orang tersebut memiliki peranan penting
seperti halnya kaum cendikiawan. Pada tahun 1700-an, Prancis pernah menganut
aristokrasi dimana kekuasaan yang mereka miliki ditunjukkan untuk kepentingan
umum, lho.
4. Oligarki
Seperti aristokrasi, kekuasaan dalam oligarki juga dipegang oleh beberapa orang, Squad.
Tetapi, yang memiliki peranan dalam oligarki dibedakan berdasarkan kekayaan,
keluarga, ataupun militer. Negara yang pernah menganut bentuk oligarki salah satunya
adalah Afrika Selatan yang berakhir pada tahun 1994 ketika Nelson Mandela menjabat
sebagai presiden.
5. Demokrasi
Coba tebak, negara apa yang bentuk pemerintahannya demokrasi? Yap, salah satunya
adalah Indonesia! Dalam demokrasi, setiap warga negara memiliki hak setara dalam
mengambil keputusan. Oleh karena itu, kita juga mengenal istilah dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat yang dicetuskan oleh Abraham Lincoln. Karena memang, dalam
demokrasi pemegang kekuasannya adalah rakyat.
6. Teknokrasi
Tidak hanya politisi yang memiliki kekuasaan dalam suatu negara, ternyata pakar teknis
juga memiliki kesempatan untuk mengambil keputusan negara, lho. Yap, teknokrasi
adalah bentuk dari pemerintahan dimana pakar teknis mempunyai kekuasaan. Dalam
teknokrasi, para pengambil keputusan akan dipilih berdasarkan seberapa jauh mereka
menguasi bidang tertentu seperti insinyur, ilmuwan, dan profesional kesehatan.
7. Timokrasi
Timokrasi adalah bentuk dari pemerintahan dengan ideal tertinggi negara diatur oleh
para pemimpin yang memiliki kehormatan dan kelayakan, Squad. Timokrasi ini
merupakan lawan dari kepemimpinan yang berdasarkan kelas, keturunan, kekuasaan,
dan hak istimewa.
8. Kleptokrasi
Squad, ternyata ada, lho, bentuk dalam pemerintahan dimana pemegang kekuasaan
menggunakan posisinya untuk mencuri kekayaan negara atau korupsi. Mereka
mengambil pajak yang berasal dari rakyat untuk memperkaya kelompok tertentu atau
dirinya sendiri. Semakin massal tindak korupsi yang dilakukan pejabat publik, maka
negara tersebut semakin merujuk kepada kleptokrasi. Waduh, gawat, ya!
9. Oklokrasi
Oklokrasi terjadi saat negara dalam anarki massa dengan pemerintahan yang tidak legal,
Squad. Mereka memiliki kekuasaan senjata dalam jumlah besar, sehingga rakyat lain
menjadi takut. Pada tahun 1930-an, Amerika Serikat hampir masuk ke dalam kategori
ini dimana keluarga mafia mengendalikan negara secara ilegal dan inkonstitusional.
10. Plutokrasi
Ketimpangan antara yang kaya dan yang miskin sangat telihat pada plutokrasi, Squad.
Hal ini karena bentuk dalam pemerintahan tersebut disetir oleh orang-orang kaya yang
tercipta dari suatu kondisi ekstrem. Mereka tidak hanya menguasi sumber ekonomi dan
politik, tetapi juga sumber militer seperti senjata, dan lain-lain. Negara yang memiliki
sumber daya alam seperti minyak dan logam mulia berpotensi mengalami jenis
pemerintahan ini, lho. Karena pada umumnya, badan yang mengontrol sumber daya
tersebut ingin mempertahankan kondisi yang menguntungkan mereka.
TEORI OTORITAS MAX WEBER : (Legal, Traditional dan Kharismatik)
Sosiolog yang mengembangkan teori kepemimpinan atau otoritas adalah Max
Weber (1864 – 1920). Ia dilahirkan di Jerman dari sebuah keluarga kelas menegah. Ia
pernah menempuh pendidikan di Universitas Heidelberg. Karir akademik Weber semakin
meningkat ketika ia diangkat sebagai Professor Ekonomi di Univiersiras Freiburg tahun
1984. Karya monumentalnya yang dijadikan sebagai referensi kajian ilmu pengetahuan
sosial modern ialah “Etika Protestan dan Spirit Kapitalisme”.[1]
Weber mengembangkan tiga tipe otoritas dalam masyarakat. Pertama, otoritas legal
(Legal-Rational Authority) yaitu otoritas yang bersumber dari legalitas atau suatu
peraturan tertentu. Kedua, otoritas tradisional (Traditional Authority), yang otoritas yang
keabsahannya bertumpu pada adat istiadat. Ketiga, otoritas kharismatis (Charismatic
Authority) yaitu otoritas yang keabsahannya bersumber dari kharisma atau kualitas
istimewa yang dimiliki oleh seseorang yang diakui oleh orang lain. selebihnya akan
dipaparkan berikutnya.[2]
B. Macam-macam Otoritas
Sebelum mengurai macam-macam otoritas, perlu diketahui terlebih dahulu pengertian
dari otoritas itu sendiri. Otoritas adalah kemungkinan yang di dalamnya terdapat suatu
perintah untuk dipatuhi oleh seseorang atau kelompok tertentu. Karenanya, otoritas
merupakan bagian dari suatu relasi kekuasaan sekaligus mengandung unsur perintah
dan unsur kontrol.[3]
1. Otoritas Legal (Legal-Rational Authority)
Otoritas legal merupakan pemberian wewenang atau otoritas yang bersumber dari
hukum atau peraturan perundang-undangan. Model otoritas ini cenderung
mengutamakan birokrasi (politik dan ekonomi).[4] Model kepemimpinan semacam ini
biasanya diterapkan di negara-negara modern atau di kota-kota, badan hukum baik miliki
pribadi atau serikat. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan dalam struktur
birokrasi tersebut dipimpinan oleh seseorang yang memiliki kharismatik sehingga hasil
atau capaian cukup berbeda dan fleksibel.
2. Otoritas Traditional
Otoritas tradisional merupakan otoritas yang memiliki keabsahan berdasarkan
kesucian/kekudusan suatu tradisi tertentu yang hidup di tengah masyarakat. Sehingga
ketika seseorang taat dan patuh terhadap suatu peraturan atau pada suatu struktur
otoritas disebabkan karena kepercayaan mereka terhadap sesuatu yang bersifat
kontuinyu.[5]
Hubungan yang terjalin antara tokoh yang memiliki otoritas dan bawahan sejatinya
merupakan hubungan pribadi yang cenderung mengarah sebagai bentuk perpanjangan
hubungan kekeluargaan. Adanya kesadaran yang penuh antara pemimpin untuk
melaksanakan kewajibannya dan bawahan sebagai bentuk kesetiaan dan kecintaan
kepada pemimpinan.
3. Otoritas Kharismatik
Istilah kharisma digambarkan secara sosiologis oleh Weber yaitu sebagai suatu
pengakuan oleh para pengikut seorang pemimpin (leader) akan keistimewaannya.
[6]Weber kemudian memahami bahwa yang dimaksud dengan otoritas kharismatik
sebagai tipe kepemimpinan yang keabsahannya diakui oleh kualitas, keistimewaan,
keunggulan. Selain itu, otoritas kharismatik ditemukan pada pemimpin yang mempunyai
visi dan misi yang dapat mengispirasi orang.
Ciri-Ciri Lembaga Politik
Pada umumnya kita dapat dengan mudah mengenali sebuah lembaga politik dari
karakteristiknya. Berikut ini adalah karakteristik lembaga politik:
Berada dalam suatu wilayah yang ditempati dan dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat
dalam waktu tertentu. Kelompok masyarakat tersebut memiliki nilai-nilai sosial dan
norma-norma yang telah dipenuhi bersama
Terdapat perkumpulan politik yang terbentuk dengan sistem tertentu, atau yang disebut
dengan pemerintahan.
Setiap individu yang merupakan penduduk di wilayah tersebut diberikan wewenang
menjalankan tugas-tugas pemerintahan, baik dengan anjuran ataupun paksaan.
Suatu lembaga politik memiliki hak dan kewajiban yang berlaku hanya dalam batas
wilayah mereka saja, dan tidak berlaku di negara/ wilayah lain.
Fungsi Lembaga Politik di Indonesia
Setelah memahami apa itu lembaga politik, tentunya kita juga harus tahu apa fungsi
lembaga ini. Mengacu pada pengertian lembaga politik diatas, maka berikut ini beberapa
fungsi lembaga politik di Indonesia:
Bekerja sama untuk merumuskan norma-norma kenegaraan yang diwujudkan dalam
undang-undang dan disahkan oleh pemerintah.
Lembaga politik berperan meningkatkan pelayanan kepada khalayak masyarakat seperti
pendidikan, kesehatan, keamanan dan kesejahteraan.
Mempertahankan kedaulatan negara dari serangan fisik maupun ideologi serta
mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu terjadi serangan dari luar yang membuat gejolak
negara.
Lembaga politik berperan untuk menjaga stabilitas di suatu negara baik dalam bidang
ekonomi, hukum, pertahanan dan keamanan yang sewaktu-waktu dapat memicu konflik.
Memelihara kehidupan politk negara agar dapat mendorong peningkatan kesejahteraan
masyarakat.