Tujuan Umum :
• Peserta dapat mengidentifikasi fungsi , konstruksi , cara kerja sistem control ngine
• Peserta dapat mendiagnosa dan memperbaiki kerusakan elektris pada sistem
kontrol engine
Tujuan Khusus :
Peserta dapat ;
• Mengenal rangkaian-rangkaia sistem pengapian mobil
• Memahami cara kerja sistem-sistem pengapian
Waktu : 5 Jam
Deskripsi (Gambaran)
5000 – 25000 V
12 V
Keterangan :
1. Baterai
2. Kunci kontak
3. Koil pengapian
4. Kontak pemutus dan
kam
5. Kondensator
6. Pengurut
pengapian/distributor
7. Busi
Ciri-ciri:
• Pengendali saat pengapian menggunakan kontak pemutus
• Pengaturan maju/mundurnya saat pengapian menggunakan centrifugal
advancer dan vacuum advancer
• Pengurutan saat pengapian menggunakan distributor
• Tidak dilengkapi sensor-sensor listrik
Perbandingan motor 4 langkah 3 silinder dengan 6 silinder pada putaran 5000 rpm.
N 5000
Jumlahpengapian= xΖ = x3 = 7500/ menit
2 2 Jumlah pengapian = 15.000 / menit
60
Waktu pengapian = = 0,008det ik 60
7500 Waktu pengapian = = 0,004 det ik
15000
Waktu penutupan= 50% x 0,008= 0,004det ik
Waktu penutupan = 50% x 0,004 = 0,002 det ik
Daya pengapian sangat rendah saat putaran tinggi pada mesin 6 silinder
Arus yang mengalir besar (8 Amper) kemampuan besar erosi bunga api
pada kontak pemutus besar
Arus kecil (2 Amper) erosi akibat loncatan bunga api kecil daya pengapian
kurang.
Batas arus primer pengapian konvensioanal tidak boleh lebih dari 4 amper.
Kekuatan pegas
Pegas yang kuat Tuas ebonit cepat aus, timbul pantulan (prellung) pada
kontak pemutus,
• Regulasi sudut dwell minimum dan maksimum, pada putaran rendah agar koil
tidak panas (arus primer diregulasi mengalir tidak terlalu lama), sebaliknya pada
putaran mesin tinggi agar daya percikan busi tetap tinggi→sehingga pembakaran
sempurna (± 18% s/d 80%).
• Pembatas arus primer, sehingga arus primer maksimal selalu tetap (± 8A).
• Pemutus arus primer, atas dasar jumlah pulsa yang dikirim pengirim sinyal,
apabila kurang dari 10 pulsa/menit maka pemutus arus akan memberi informasi
kepada penguat sehingga darlington akan memutus arus primer.
• Pembatas putaran maksimal, pada saat motor berputar sudah mencapai
maksimum (6200 rpm) maka pembatas putaran memberitahu kepada penguat
supaya darlington tidak memutus arus primer lagi sehingga tidak terjadi induksi
tegangan tinggi pada koil.
Pada pengapian komputer, DLI dan DIS pemajuan saat pengapian berdasarkan
putaran engine dengan sensor rpm (Ne/CKP) dan penyesuaian terhadap beban
kendaraan dengan TPS (Trotle Position Sensor) atau MAP/PIM (Manifold Absolute
Pressure)
Ketika muncul sinyal G1 digunakan untuk menentukan saat pengapian, ECU akan
mengeluarkan sinyal IGT sebagai pemicu igniter.
Dari kombinasi Ne sinyal dan G sinyal ECU mengetahui silinder mana yang sedang
langkah kompresi sehingga IGT dikeluarkan ke igniter yang silindernya sedang akhir
langkah kompresi.
Ada pula sistem yang menggunakan satu buah sensor untuk menentukan kompresi
silinder 1 sebagai berikut:
1. magnet permanen
2. bodi sensor
3. inti besi sensor
4. kumparan
5. roda gigi dengan dibuang satu gigi sebagai referensi
Gambar sensor induktif dengan gigi referensi
Penentuan top silindernya dengan referensi setelah sinyal yang panjang adalah
posisi top silinder 1. Selanjutnya dengan menghitung jumlah gigi akan dapat
digunakan untuk menentukan pengapian silinder lainnya sesuai urutan pengapian /
firing order (FO).
Kondisi lain yang dipertimbangkan sebagai koreksi dari saat pengapian, seperti :
kondisi start, kondisi temperatur engine dingin, kondisi temperatur engine panas dan
ketika ada detonasi
1. busi
2. koil individual
3. throtle position sensor (TPS)
4. ECU
5. sensor temperatur
6. knok sensor
7. sensor rpm dan sensor top silinder 1
8. gigi-gigi untuk sensor
9. baterai
10. kunci kontak
Beban mesin dibaca dengan menggunakan TPS(Trotle Position Sensor) atau MAP
(Manifold Absolute Pressure) yang sinyalnya berupa tegangan analog.
MAP sensor terbuat dari Piezo Resistive, berfungsi untuk mengetahui tekanan udara
masuk yang akan menerjemahkan beban kendaraan.
Keterangan:
Kondisi-kondisi kerja tertentu digunakan untuk mengoreksi saat pengapian yang tepat
selama mesin beroperasi, diantaranya : Kondisi start, kondisi temperatur engine
dingin, kondisi temperatur engine panas dan ketika ada detonasi.
Pada kondisi ini putaran engine rendah ±300 rpm, maka temperatur hasil kompresi
masih rendah. Untuk mengatasi hal tersebut maka saat pengapian dibuat pada Titik
Mati Atas (0°PE), Tujuan dari penentuan saat pengapian tersebut adalah supaya
temperatur akhir kompresi tinggi, putaran lebih ringan dan tidak timbul detonasi.
Sensor start memanfaatkan sinyal dari kunci kontak terminal 50/ST yang dimasukkan
kedalam ECU. Besar tegangan yang dimasukkan ke ECU dirubah menjadi 5 volt oleh
sebuah DC-DC converter
Pada kondisi temperatur mesin yang masih dingin pembakaran campuran bahan
bakar dan udara memerlukan waktu lebih lama. Pada kondisi ini bahan bakar
dikondisikan lebih banyak karena untuk mengimbangi terjadinya pengembunan
kembali bahan bakar yang sudah dikabutkan dan agar campuran yang terbentuk
dalam keadaan mudah terbakar. Saat ini pengapian dimajukan ±5°PE sebelum TMA
dari kondisi normal (tabel dasar).
Pada kondisi ini waktu pemkaran relatif lebih pendek dari kondisi normal, karena
temperatur sudah panas, maka pengapian dimundurkan ±5°PE sebelum TMA dari
kondisi normal (tabel dasar).
ECT terletak pada blok engine dekat dengan selang menuju radiator, sensor ini
membaca temperatur air pendingin pada engine.
Pada temperatur 0ºC NTC mempunyai tahanan ± 5 KΩ, dan pada temperatur 80ºC
tahanan ± 250 Ω.
Ketika terjadi detonasi saat sensor kockingakan memberi informasi menuju ECU dan
saat pengapian akan dimundurkan beberapa derajat sampai tidak terdapat detonasi
lagi dan dijeda sebelum kembali ke saat pengapian yang semestinya.
Keterangan
1 = Piezoceramic
element
2 = Seismic mass
3 = Rumah sensor
4 = Baut pengencang
5 = Permukaan kontak
6 = Konektor
7 = Blok Silinder
V = Getaran
Sinyal knocking
Referensi :
1. Modul diklat mesin mobil PPPPTK BOE – VEDC Malang
2. Toyota Material Training
3. BOSCH Automotive Hand Book