Anda di halaman 1dari 29

1

LAPORAN PRAKTIKUM KOPERASI DAN KEMITRAAN AGRIBISNIS


DI KOPERASI PETERNAKAN BANDUNG SELATAN
DAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA VIII MALABAR
BIDANG PERMODALAN
KABUPATEN BANDUNG
PROVINSI JAWA BARAT

Disusun Oleh:

Disusun Oleh:
Muhammad Hilmy Fuadi
H0817063

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2018

i
2

LAPORAN PRAKTIKUM KOPERASI DAN KEMITRAAN AGRIBISNIS


DI KOPERASI PETERNAKAN BANDUNG SELATAN
DAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA VIII MALABAR
BIDANG KAJIAN PERMODALAN
KABUPATEN BANDUNG
PROVINSI JAWA BARAT

Disusun dan diajukan oleh:


Muhammad Hilmy Fuadi
H0817063

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Surakarta, Desember 2018

Mengetahui
Kepala Program Studi Agribisnis Dosen Penguji
Fakultas Pertanian UNS Praktikum Koperasi dan Kemitraan
Agribisnis

Nuning Setyowati, S.P., M.Sc. Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu M. S.
NIP. 198203252005012001 NIP. 19570104198003001

ii
3

INTISARI

Muhammad Hilmy Fuadi. 2018. Laporan Praktikum Koperasi dan


Kemitraan Agribisnis Di Koperasi Peternakan Bandung Selatan dan PT
Perkebunan Nusantara VIII Malabar Kabupaten Bandung Provinsi Jawa
Barat. Praktikum Koperasi dan Kemitraan Agribisnis dilaksanakan pada tanggal
13-15 November 2018 yang bertempat di Koperasi Peternakan Bandung Selatan
dan PT Perkebunan Nusantara VIII Malabar Kabupaten Bandung Provinsi Jawa
Barat. Koperasi adalah badan usaha yang dimiliki dan dikelola oleh anggotanya.
Koperasi bukanlah kumpulan modal, melainkan kumpulan orang-orang yang
mempunyai kepentingan yang sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
bersama. Tujuan diadakan Praktikum Koperasi dan Kemitraan Agribisnis adalah
mengetahui Permodalan yang diterapkan oleh Koperasi Peternakan Bandung
Selatan meliputi sumber modal, jenis dan jumlah modal, komposisi permodalan,
simpanan, pemanfaatan modal dan lain-lain. Metodologi yang digunakan meliputi
metode dasar, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. Metode dasar
dalam praktikum Koperasi dan Kemitraan Agribisnis ini adalah metode deskriptif
analitis. Metode pengumpulan data dengan teknik wawancara menggunakan
pertanyaan yang sudah disiapkan. Metode analisis data dengan dengan tabulasi
persentatif secara kualitatif. Hasil Praktikum Koperasi dan Kemitraan Agribisnis
yang telah dilaksanakan diperoleh kesimpulan bahwa Koperasi Peternakan
Bandung Selatan Pengalengan awal mulanya mendapatkan bantuan modal dari
pemerintah berupa seperangkat alat mesin pengolahan susu dan uang sebesar
Rp.250.000 dari bupati saat itu. Namun, modal utama berdirinya KPBS tetap dari
anggota . PTPN VIII Malabar didirikan oleh seorang Belanda K. A. R. Bosscha
yang modalnya berasal dari pemilik. Lalu setelah merdeka perkebunan tersebut
menjadi milik pemerintah dibawah BUMN.

iii
4

KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa
karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penyusun dapat
menyelesaikan Laporan Koperasi dan Kemitraan Agribisnis
dengan baik dan tepat
pada waktunya. Laporan ini disusun guna memenuhi tugas mata
kuliah Koperasi dan Kemitraan Agribisnis. Penyusunan laporan ini
tak lepas dari bantuan dan campur tangan berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Kepala Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Dosen Koperasi dan Kemitraan Agribisnis yang telah membimbing dan
mengarahkan kami dalam kuliah.
4. Segenap Manajer dan Karyawan Koperasi Peternakan Bandung Selatan
(KPBS) dan PTPN VII Malabar.
5. Segenap Co-Assisten yang telah membimbing kami baik dalam praktikum
maupun dalam penyusunan laporan ini.
6. Orang tua yang telah mendukung terselesaikannya laporan ini.
7. Teman-teman semua yang turut membantu penyusunan laporan ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan
laporan ini masih
jauh dari sempurna. Penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat
membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata,
penyusun
berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
5

Surakarta, Desember
2018

Penyusun

iv
6

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
INTISARI........................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................... v
I. PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Permasalahan ..................................................................................... 2
C. Tujuan dan Kegunaan ........................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI.......................... 4
A. Tinjaun Pustaka.................................................................................. 4
1. Koperasi ........................................................................................ 4
2. Permodalan ................................................................................... 6
B. Kerangka Teori................................................................................... 9
III. METODOLOGI....................................................................................... 10
A. Metode Dasar...................................................................................... 10
B. Metode Pengumpulan Data................................................................ 10
C. Metode Analisa Data.......................................................................... 10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 11
A. Kondisi Umum Koperasi dan Perusahaan Kemitraan........................ 11
1. Koperasi Peternakan Bandung Selatan.......................................... 11
2. PTPN VIII Malabar ...................................................................... 14
B. Kondisi Permodalan........................................................................... 15
1. Koperasi Peternakan Bandung Selatan.......................................... 15
2. PTPN VIII Malabar ...................................................................... 17
V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 18
A. Kesimpulan........................................................................................... 18
B. Saran..................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Koperasi merupakan badan usaha yang menganut asas kekeluargaan.
Koperasi sebagai suatu gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha
yang turut berperan serta dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Koperasi
khususnya di Indonesia masih perlu membangun dirinya dan dibangun
menjadi kuat. Pembangunan koperasi perlu difokuskan pada kemandirian
dengan tetap berdasarkan prinsip koperasi. Koperasi juga perlu didorong
untuk mewujudkan peranannya sebagai sokoguru perekonomian nasional.
Kemitraan agribisnis di Indonesia umunya menitikberatkan kemitraan
tersebut pada sektor pertanian. Kemitraan tersebut dapat berupa kerjasama
antara petani dengan perusahaan maupun dengan koperasi. Agribisnis
Indonesia merupakan lahan yang sangat subur bagi tumbuh dan
berkembangnya usaha yang menguntungkan karena pola kemitraan usaha
merupakan salah satu tuntutan objektif bagi keberadaan agribisnis.
Kalangan akademisi yang diharapkan banyak berperan adalah dari
kalangan perguruan tinggi. Sebagai salah satu perwujudan dari peran
perguruan tinggi maka mahasiswa sangat penting mengetahui bagaimana
perkembangan koperasi termasuk kemitraan yang dilakukan agar mahasiswa
mengetahui dasar dari permasalahan koperasi sehingga mahasiswa dapat
belajar dan memahami keadaan koperasi secara nyata. Praktikum koperasi
dan kemitraan agribisnis ini penting dilaksanakan untuk menambah
pengetahuan dan pengalaman mahasiswa tentang koperasi dan kemitraan
serta sebagai langkah perguruan tinggi dalam ikut serta memajukan koperasi.

1
2

B. Pemasalahan
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam laporan Praktikum
Koperasi dan Kemitraan Agribisnis ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana keadaan umum KPBS (Koperasi Koperasi Peternakan
Bandung Selatan) dan PTPN VIII Malabar?
2. Bagaimana kondisi mengenai permodalan KPBS (Koperasi Koperasi
Peternakan Bandung Selatan) dan PTPN VIII Malabar ?
C. Tujuan dan Kegunaan
Setiap kegiatan praktikum memiliki tujuan dan kegunaan masing-masing.
Adapun tujuan dan kegunaan praktikum Koperasi dan Kemitraan Agribisnis
adalah sebagai berikut:
1. Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengetahui keadaan umum KPBS (Koperasi
Koperasi Peternakan Bandung Selatan) dan PTPN VIII Malabar.
b. Mahasiswa dapat mengetahui kondisi mengenai permodalan KPBS
(Koperasi Koperasi Peternakan Bandung Selatan) dan PTPN VIII
Malabar.
2. Kegunaan
a. Bagi Koperasi dan Kemitraan
Bagi koperasi dan kemitraan praktikum ini berguna sebagai
sarana pertimbangan di dalam menentukan kebijaksanaan dalam
pengembangan koperasi. Praktikum ini dapat sebagai sarana dalam
menyampaikan pemikiran dari mahasiswa mengenai kondisi
organisasi koperasi dalam rangka mencapai perbaikan organisasi
koperasi, serta bagaimana permasalahan usaha yang dikembangkan
dalam koperasi dan kemitraan Agribisnis. Adanya praktikum ini juga
diharapkan dapat meningkatkan semangat pengurus dan anggota
koperasi dalam mengembangkan koperasi.
b. Bagi Fakultas Pertanian
Hasil praktikum ini diharapkan dapat mendukung kelengkapan
dalam penerapan kurikulum pendidikan pertanian. Bagi Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret, praktikum koperasi dan
3

kemitraan ini berguna untuk menambah arsip dan pengentahuan


tentang koperasi. Praktikum ini menunjukkan bahwa Program studi
Agribisnis, Fakultas Pertanian telah menjalankan program
Universitas yaitu UNS ACTIVE.
c. Bagi mahasiswa
Bagi mahasiswa praktikum koperasi dan kemitraan ini sangat
berguna untuk menambah pengetahuan tentang perkoperasian.
Praktikum ini bagi mahasiswa juga dapat menambah pengalaman
melihat secara langsung koperasi secara rill. Mahasiswa dapat
mengetahui lebih jauh tentang keadaan dan kondisi koperasi dan
kemitraan sebenarnya yang berkembang di masyarakat. Menambah
pengetahuan dan wawasan mahasiswa mengenai koperasi dan
kemitraan khususnya tentang pengorganisasian. Mahasiswa mampu
mensinergiskan antara teori yang telah diterima selama kuliah
dengan kenyataan di lapangan. Mahasiswa dapat memberikan
masukan, saran dan kritik demi kemajuan koperasi dan kemitraan.
Sekaligus sebagai syarat kelulusan mata kuliah Koperasi dan
Kemitraan Agribisnis.
d. Bagi pembaca
Menambah pengetahuan tentang koperasi dan kemitraannya.
Praktikum ini dapat pula mengetahui gambaran tentang
perkembangan koperasi terkini. Praktikum ini juga dapat berguna
sebagai sumber inspirasi pembaca ketika ingin mendirikan koperasi
atau bergabung menjadi anggota koperasi.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI


4

A. Tinjauan Pustaka
1. Koperasi

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau


badan hokum. Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan
atas asas kekeluargaan sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan perkoperasian. Pelaksanaan Good Cooperative
Governance merupakan salah satu upaya melindungi kepentingan organisasi
koperasi serta meningkatkan kepatuhan koperasi terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta nilai-nilai etika yang berlaku secara
umum pada koperasi dan usaha simpan pinjam (Wibowo,2017).
Koperasi merupakan wadah perekonomian rakyat untuk membangun
dan mengembangkan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya untuk meningkatkan ekonomi dan sosial, peran aktif dalam
upaya untuk mempertinggi kualitas kehidupan masyarakat dan pemperkokoh
perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian
nasional dan koperasi sebagai soko guru, Koperasi dikenalkan di Indonesia
oleh R. Aria Wiriatmaja di Purwokerto, Jawa Tengan pada 12 juli 1947,
pengerak koperasi di Indonesia mengadakan kongres koperasi pertama di
Tasikmalaya, tanggal dilaksanakan kongres ini kemudian ditetapkan sebagai
hari Koperasi Indonesia. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orang-seseorang atau badan hukum, koperasi yang melandaskan kegiatan
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus merupakan gerakan ekonomi rakyat
yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Banyaknya jenis koperasi
dibedakan menurut jenis kegiatan usaha koperasi; (1) Koperasi konsumen
dimana koperasi yang memenuhi kebutuhan sehari-hari anggotanya; (2)
Koperasi produsen dimana anggota koperasi yang menghasilkan produk
kemudian dipasarkan melalui koperasi; (3) Koperasi simpan pinjam yang
melayani kegiatan pinjam meminjam (Danajaya dan Widiarta, 2017).
Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu
secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi
4
5

ekonomi, sosial dan budaya bersama-sama melalui perusahaan koperasi


yang dimiliki bersama dan dikendalikan secara demokratis. Definisi tersebut
menunjukkan bahwa koperasi merupakan perkumpulan otonom dari orang-
orang secara sukarela yang mengakui, bahwa anggota yang mempunyai
corak ragam yang berbeda dan pada definisi tersebut menekankan ada 4
poin, yaitu koperasi otonom, berdiri sendiri, sejauh mungkin bebas dari
pemerintah dan perusahaan swasta. Koperasi adalah perkumpulan orang,
berarti bahwa koperasi memiliki kebebasan untuk mendefinisikan orang-
orang sesuai dengan ketentuan hukum yang dipilihnya. Orang-orang bersatu
secara sukarela, keanggotaan tidak boleh merupakan keharusan, anggota
harus bebas dalam batas tujuan-tujuan dan sumber daya koperasi, untuk
bergabung atau menanggulangi. Anggota memiliki kebutuhan yang sama,
berarti bahwa koperasi diorganisir oleh anggota-anggota untuk kemanfaatan
bagi diri sendiri dan mereka bersama (Supriyanto, 2015).
Koperasi mengutamakan kemakmuran masyarakat bukan
kemakmuran perorangan. Koperaasi dalam mewujudkan operasinya tak
henti-hentinya berusaha mengembangkan dan memberdayakan diri agar
tumbuh menjadi kuat dan mandiri sehingga mampu meningkatkan
kesejahteraan. Koperasi juga berusaha berperan nyata mengembangkan dan
memberdayakan tata ekonomi nasional yang berdasarkan asas kekeluargaan
dan demokrasi ekonomi Indonesia dalam rangka mewujudkan masyarakat
maju, adil, dan makmur. Pembangunan koperasi seharusnya diarahkan
kepada penguatan kelembagaan dan usaha agar koperasi berperan nyata
dalam perekonomian nasional dan global. Berbagai faktor penghambat
kemajuan koperasi dapat diatasi dengan cara dilakukan beberapa
pembaharuan hukum di bidang perkoperasian sesuai dengan tuntutan
pembangunan koperasi serta selaras dengan perkembangan tata ekonomi
nasional dan global (Sastrawidjaja, 2015).

Koperasi sebagai sistem perwakilan memungkinkan anggota individu


untuk memiliki satu hak suara pada keputusan organisasi. Gerakan koperasi
6

telah mendapat manfaat dari tren umum sejarah tenaga kerja, dan koperasi
telah berkontribusi pada berbagai bentuk bantuan timbal balik dan bantuan
keuangan yang mampu menyediakan anggotanya dan masyarakat. Ada
beberapa manfaat tentang mengembangkan pemahaman yang lebih dalam
tentang sifat entitas koperasi, khususnya tentang karakteristik saham
anggota koperasi termasuk perbedaan antara karakteristik kepemilikan
anggota dan karakteristik kepemilikan investor.Itu semua alasan mengapa
pemerintah memberikan bantuan khusus kepada komunitas koperasi untuk
memungkinkan mereka mencapai tujuan mereka dengan sukses. Masyarakat
diberi bantuan keuangan dengan harga lebih rendah. Pemerintah juga
memperluas lebih banyak jenis subsidi untuk komunitas koperasi yang bisa
memperkuat stabilitas keuangan dan pertumbuhan berkelanjutan di masa
depan (Hidayati, 2016).
2. Permodalan
Koperasi bukanlah badan usaha yang didirikan untuk wadah
menampung modal (bantuan) dari pihak ketiga, orang lain, atau pemerintah,
melainkan merupakan sebuah badan usaha yang mandiri yang didirikan
sebagai wadah untuk berkumpul dan bekerjasama dalam berusaha untuk
meningkatkan kemampuan ekonomi para anggotanya. Aturan mengenai
permodalan koperasi tidak diatur secara rinci seperti halnya pengaturan
modal dalam perusahaan akan tetapi, secara prinsip sangat jelas asal-usul
pengumpulan modal dalam koperasi seperti yang ditentukan dalam UU
Koperasi, antara lain terdiri dari modal sendiri (simpanan pokok, simpanan
wajib dan hibah) dan modal pinjaman (pinjaman dari anggota, pinjaman dari
koperasi lain, pinjaman dari Bank atau lembaga keuangan lainnya). Definisi
khusus mengenai simpanan pokok, simpanan wajib, dan hibah yang
dilakukan oleh para pendiri koperasi dan anggota koperasi tersebut, UU
Koperasi hanya merumuskan dalam bentuk uang. Artinya, penyertaan modal
dalam bentuk lain seperti harta benda, keahlian atau ketrampilan tidak dapat
dilakukan dalam permodalan koperasi (Kuswiratmo,2016).
7

Koperasi memerlukan modal yang akan digunakan untuk membiayai


seluruh kegiatan usahanya. Menurut Undang-Undang No. 25 tahun 1992
modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman atau modal
luar. Modal sendiri bersumber dari simpanan pokok anggota, simpanan
wajib, dana cadangan dan hibah. Modal pinjaman bersumber dari anggota,
koperasi lainnya dan atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya,
penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya dan sumber lain yang sah.
Perkembangan usaha koperasi sangat ditentukan oleh besar kecilnya dana
atau modal yang digunakan. Lebih lanjut dikatakan bahwa semakin
berkembangnya kegiatan usaha koperasi dewasa ini, maka semakin besar
dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan usaha
koperasi.Berkembangnya usaha yang dilakukan koperasi maka akan
memperbesar peluang koperasi dalam menghasilkan sisa hasil usaha (SHU)
yang maksimal (Pariyasa, 2014).
Salah satu tantangan yang dihadapi oleh manajemen kooperatif
adalah keputusan tentang struktur modal, dividen, dan investasi yang harus
digunakan secara efisien untuk memaksimalkan kekayaan koperasi, laba,
dan yang paling penting, manfaat anggota koperasi. Karakteristik khusus
perusahaan seperti struktur modal, dividen, dan investasi dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan dan profitabilitas. Sehubungan dengan
karakteristik spesifik perusahaan, manajer koperasi harus membuat
keputusan yang tidak berkontribusi terhadap kesulitan keuangan dan
kebangkrutan. Ini melibatkan pengambilan keputusan yang optimal
mengenai struktur modal, investasi strategis, dan dividen yang akan
berkontribusi untuk meningkatkan profitabilitas dan dengan demikian,
memaksimalkan manfaat anggota koperasi (Shamsuddin,2018).
Berdasarkan UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, modal
koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Dalam koperasi
modal dapat diperoleh dari modal mandiri atau modal sendiri, modal sendiri
tersebut berasal dari : (a) Simpanan pokok, adalah sejumlah uang yang sama
banyaknya dan wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi saat masuk
8

menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang
bersangkutan masih menjadi anggota, (b) Simpanan wajib, adalah sejumlah
simpanan tertentu yang tidak harus sama dan wajib dibayar oleh anggota
kepada koperasi pada waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak
dapat diambil selama yang bersangkutan masih menjadi anggota, (c)
Simpanan sukarela adalah simpanan yang dilakukan oleh pemilik dimana
dia secara sukarela menitipkan sejumlah uang kepada koperasi untuk
digunakan atau untuk membantu anggota lainnya yang sangat
membutuhkan, serta (d) Dana cadangan, adalah sejumlah uang yang
diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha. Dana cadangan digunakan untuk
emupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi, (e) Hibah,
adalah sumbangan pihak tertentu yang diserahkan kepada koperasi dalam
upayanya turut serta mengembangkan koperasi. Hibah tidak dapat dibagikan
kepada anggota selama koperasi belum dibubarkan. Sementara Modal
Pinjaman dapat berasal dari: (a) anggota, (b) koperasi lain, (c) bank dan
lembaga keuangan lainnya atau (d) penerbitan obligasi dan surat berharga
lainnya. Koperasi dapat berkembang dengan memupuk modal yang berasal
dari pernyertaan dalam rangka memperkuat kegiatan usaha koperasi
terutama yang berbentuk investasi modal penyertaan ikut menanggung
risiko (Inaryu, 2016).
Modal merupakan sejumlah dana yang akan digunakan untuk
melaksanakan usaha-usaha koperasi. Modal terbagi menjadi dua, yaitu
modal jangka panjang dan modal jangka pendek. Koperasi juga harus
mempunyai rencana pembelanjaan yang konsisten (Purnama, 2016).
9

B. Kerangka Teori
Menurut Rahardjo (2016) dalam sejarah perkembangan koperasi di
Indonesia, meski masihbersifat embrional, koperasi yang pertama kali lahir
adalah dalam bentuklembaga perkreditan rakyat, yaitu De Poerwokertosche
Hulp en SpaarbankDer Inlandsche Hoofden di Purwokerto pada tahun 1895,
atas prakarsa PatihAria Wiriaatmaja, yang mendapat dukungan dari atasannya,
AsistenResiden Purwokerto, E.Sieburg. Pembangunan koperasi merupakan
tugas pemerintah dan seluruh rakyat sesuai dengan perkembangan dan keadaan.
Kebanyakan negara maju, koperasi sudah menjadi bagian dari sistem
perekonomian. Negara berkembang yang mayoritas penduduknya sebagai
petani, koperasi memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan
sektor pertaniannya, mulai dari penyediaan input sampai dengan pemasaran
hasil produksi pertanian. Koperasi memiliki peranan penting dalam kegiatan
perekonomian, karena koperasi dinilai mampu memberikan berbagai kelebihan
kepada para anggota atau masyarakat yang memanfaatkan keberadaannya.
Menurut Prishardoyo (2016) Permodalan koperasi terdiri atas modal
sendiri, modal pinjaman, dan modal penyertaan. Modal sendiri adalah modal
yang berasal dari anggota menurut ketentuan koperasi. Modal sendiri meliputi
simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah. Modal pinjaman
adalah modal yang berasal dari pinjaman, baik dari anggota, koperasi lain,
bank, dan sumber-sumber lain yang sah. Modal penyertaan adalah investasi
yang berasal dari penanaman modal pemerintah atau swasta bukan anggota
(misalnya perseorangan, dan lainnya). Modal memegang peranan yang sangat
penting dalam menentukan keberlanjutan pengelolaan koperasi dan kemitraan.
Banyak koperasi di Indonesia yang kekurangan sumber modal. Masalah modal
erat hubungannya dengan pemerintah karena pemerintah mempunyai modal
yang cukup besar. Pemberian modal kepada koperasi-koperasi di Indonesia
dapat membantu koperasi dalam memperluas usahanya sehingga dapat
bertahan dan berkembang. Selain modal yang berasal dari pemerintah, orang
yang memiliki dana lebih pun menjadi sumber utama modal koperasi.
III. METODOLOGI
10

A. Metode Dasar

Metode dasar yang digunakan dalam laporan Praktikum Koperasi dan


Kemitraan Agribisnis ini adalah metode deskriptif analitis. Metode deskriptif
analitis dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian
(seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian
deskriptif analitis pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek
yang diteliti secara tepat.
B. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam praktikum Koperasi dan Kemitraan
Agribisnis ini dilakukan melalui teknik wawancara. Teknik wawancara atau
interview ini digunakan sebagai pengumpulan data primer, dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Wawancara dilakukan melalui tatap muka dengan narasumber yang berkaitan.
Data penunjang dapat diperoleh dari koperasi yang bersangkutan baik
mengenai sejarah masing-masing koperasi atau mengenai bidang kajian dari
praktikum.
C. Metode Analisis Data
Data kualitatif yang terkumpul kemudian dianalisis dengan tabulasi
persentatif, sehingga data yang diperoleh akan mudah dibaca dan memberikan
informasi yang lengkap dan akurat. Analisis tabulasi persentatif yaitu metode
analisis data dengan mengelompokkan data yang diperoleh sesuai dengan
kriteria masing-masing data sehingga data mudah dibaca dan dianalisis,
analisis tabulasi persentatif dilakukan secara kualitatif. Metode kualitatif yaitu
dengan menganalisis data deskriptif untuk memperoleh pemahaman dan makna
dalam mengembangkan teori dan menggambarkan realita yang kompleks.
11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


10
A. Kondisi Umum
1. Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS)

Koperasi Peternak Bandung Selatan Pengalengan atau yang


disingkat KPBS pengalengan merupakan sebuah koperasi yang
beranggotakan para peternak sapi perah  yang berada di
Kecamatan Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Koperasi ini yang berdiri
pada tahun 1969 merupakan koperasi berprestasi tahun 2007. Sepanjang
perjalanannya, koperasi ini juga telah mendulang serangkaian prestasi
nasional seperti penghargaan Koperasi Teladan Nasional (1982, 1984,
dan 1985), Koperasi Mandiri (1988), dan Tanda Kehormatan Bintang
Jasa Utama (1997). Bersama PT Frisian Flag, PT Ultra Jaya dan tiga
sentra produksi susu lainnya di Indonesia. KPBS Pangalengan bertekad
untuk mensukseskan swasembada susu di Indonesia. PT Ultra Jaya
merupakan mitra utama KPBS Pangalengan karena PT Ultra Jaya
membeli susu segar dari KPBS Pangalengan dan memberikan bantuan
pendanaan.
KPBS pangalalengan sudah sejak lama berdiri sejak zaman
Belanda namun pada waktu itu bukan koperasi tapi
Perusahaan peternakan sapi milik Belanda   yaitu  De Friesche Terp,
Almanac Van der Els dan Big man, untuk pemasaran produknya mereka
mendirikan BMC (Bandungche Melk Center) dan pada waktu
pendudukan Jepang perusahaan ini dan sapi-sapinya dipelihara oleh
warga setempat sebagai usaha keluarga. Pada bulan November 1949
petani membentuk koperasi dengan nama Gabungan Petani Peternak Sapi
Indonesia Pangalengan (GAPPSIP). Pada tahun 1965, GAPPSIP tidak
mampu menghadapi labilnya perekonomian Indonesia yang disebabkan
oleh politik, sehingga tata niaga persusuan sebagian besar diambil alih
oleh kolektor (tengkulak).

11
12

Beberapa tahun kemudian yaitu pada tanggal 22 Maret 1969,


Daman Danuwidjaja mendirikan koperasi yang diberi nama Koperasi
Peternakan Bandung Selatan Pangalengan, disingkat KPBS Pangalengan.
Barulah seminnggu kemudian tepatnya pada tanggal 1 April 1969 KPBS
Pangalengan secara resmi telah berbadan hokum. Hari jadi dari KPBS
Pangalengan juga ditetapkan pada tanggal 1 April 1969 yang mana
bersamaan dengan dimulainya REPELITA I. KPBS hanya mengelola
sapi perah pada saat itu.
Usaha peternakan sapi perah merupakan usaha yang rentan karena
susu merupakan produk yang cepat rusak. Ketergantungan pemasaran
produk kepada industri pengolahan susu menjadi kendala bagi koperasi
karena banyaknya susu yang rusak akibat dari alat proses pendingin
sangat terbatas. Pada tahun 1978 tokoh koperasi berunding bagaimana
cara untuk menanggulangi atau meminimalisir kerusakan pada susu dan
pada Rapat Anggota ditetapkan bahwa koperasi harus mencari
permodalan dan saat itu PT Ultra Jaya membantu dalam pembangunan
Milk Treatment. Anggota sepakat menanam saham cicilan 5 tahun Rp.
25/liter susu dan bisa dilunasi 2 tahun 8 bulan dengan dibantu kebijakan
pemerintahan Gustamil Arifin, impor sapi dari New Zealand. Dengan
adanya pabrik pemroses susu koperasi dapat meminimalisir kerusakan
susu disamping itu dengan bantuan MT maka pelayanan terhadap
anggota akan meningkat. dengan meningkatnya pelayanan terhadap
anggota secara otomatis akan meningkatkan jumlah anggota dan
kebutuhan sarana lain dalam pendukungan peternakan maka, pada tahun
1988 KPBS berhasil mendatangkan bibit sapi unggulan dari Selandia
Baru, Australia dan Amerika Serikat dengan bantuan kredit dari
pemerintah.
Pemasaran susu langsung pada konsumen menjadi cita-cita KPBS
maka untuk mencapai impianya para pengurus yang di motori oleh Aun
Gunawan terus berusaha dan bekerja keras untuk membuat industri
susu sendiri pada tahun 1997 KPBS memulai merintis pemasaran susu
13

langsung pada konsumen berupa susu pasteurisasi dengan kemasan dan


susu bantal dengan merek KPBS Pangalengan. Keragaman bisnis
koperasi   KPBS  menunjukan tingkat pelayanan yang prima terhadap
anggota  dimana hampir semua kebutuhan anggota dilayani oleh
koperasi  namun  hal yang menarik  adalah pelayanan terhadap
anggota  tidak semata pada aspek bisnis semata tapi  merupakan dedikasi
koperasi terhadap anggotanya, saat ini KPBS  Pangalengan  memiliki
jumlah  anggota sebanyak 5.031 yang tersebar di wilayah kerja koperasi
yang meliputi wilayah kecamatan Pangalengan, Pacet dan kecamatan
kertasari  kabupaten Bandung, pada tahun 2013  hasil dari pengolahan
koperasi skala besar koperasi ini mecatat sebagai koperasi dengan jumlah
omset kedua terbesar.
Peengembangan 5 tahun terakhir ini diantaranya koperasi
membangun unit simpan pinjam (bank) yang berbentuk PT. KPBS
mendatangi bank-bank konvensional yang akhirnya bermitra dengan BRI
dan jadilah nama Bank Pengkreditan Rakyar Bandung Selatan (BPR) dan
bias dikatakan bahwa bank ini berhasil. Nasabah dari BPR Bandung
Selatan sendiri ada 2 yaitu nasabah umum dan dari anggota koperasi.
Pelayanan pada BPR Bandung Selatan terdapat perlakuan yang berbeda
antara nasabah umum dan anggota diantaranya apabila nasabah
merupakan anggota dari koperasi maka bunga yang dibayarkan dari
anggota akan mmenjadi profit dan profit itu akan kembali lagi kepada
anggota dalam bentuk SHU atau Sisa Hasil Usaha. KPBS juga
meningkatkan produksi susu dalam bentuk unit usaha lalu ditingkatkan
menjadi PT Susu KPBS Pangalengan. PT Susu Pangalengan memiliki
beberapa produk yaitu Susu Pasteurisasi berbagai rasa, Keju Mozarella,
Butter Hewani, Ice Cream, Yoghurt, Dodol susu, Caramel, Kerupuk susu
dan masih banyak lagi. Koperasi juga sedang merintis Unit Pelayanan
Kesehatan menjadi Rumah Sakit yang dibantu oleh perkumpulan dokter
muda As-Syifa yang telah mendirikan 3 Rumah Sakit. Namun bukan
Rumah sakit umum yang akan didirikan melainkan RS BPJS karena di
14

Pangalengan tidak ada RS sehingga yang sakit harus ke Bandung kota


untuk berobat. Klinik KPBS memiliki pasien tidak kurang 200 pasien
setiap harinya. Pengelolaan limbah nantinya akan bekerjasama dengan
pihak ketiga. KPBS memiliki 6 dokter hewan yang tersebar di 3
kecamatan dan dari KPBS berniat untuk mendirikan dokter hewan
mandiri, dengan DKTA (Dana Kesejahteraan Ternak dan Anggota)
sekitar 4% dan juga ada Asuransi kesehatan dan jiwa.
KPBS Pangalengan menjadi koperasi yang mampu menjadi pelopor
dalam meningkatkan ekonomi anggota pada khususnya dan ekonomi
masyarakat pada umumnya.

2. PT Perkebunan Nusantara VIII Malabar


PTPN Malabar awal mulanya merupakan perusahaan perkebunan
milik seorang belanda yang bernama K. A. R. Bosscha. PTPN VIII
Malabar ini didirikan pada tahun 1896 di Pengalengan setelah Bosscha
belajar dari perkebunan teh pamannya Edward Julius Kerkhoven di
Sukabumi selama 11 tahun. Setelah Bosscha meninggal pada 1928
perkebunan tersebut menjadi milik pemerintah kolonial Belanda.
Perkebunan negara di Jawa Barat dan Banten berasal dari perusahaan
perkebunan milik pemerintah Belanda, yang ketika penyerahan
kedaulatan secara otomatis menjadi milik pemerintah Republik
Indonesia, yang kemudian dikenal dengan nama Perusahaan Perkebunan
Negara (PPN) Lama. Antara tahun 1957 – 1960 dalam rangka
nasionalisasi atas perusahaan-perusahaan perkebunan eks milik swasta
Belanda/Asing (antara lain : Inggris, Perancis dan Belgia) dibentuk PPN-
Baru cabang Jawa Barat.
Dalam periode 1960 – 1963 terjadi penggabungan perusahaan
dalam lingkup PPN-Lama dan PPN-Baru menjadi : PPN Kesatuan Jawa
Barat I, PPN Kesatuan Jawa Barat II, PPN Kesatuan Jawa Barat III, PPN
Kesatuan Jawa Barat IV dan PPN Kesatuan Jawa Barat V. Selanjutnya
selama periode 1963 – 1968 diadakan reorganisasi dengan tujuan agar
15

pengelolaan perkebunan lebih tepat guna, dibentuk PPN Aneka Tanaman


VII, PPN Aneka Tanaman VIII, PPN Aneka Tanaman IX dan PPN
Aneka Tanaman X, yang mengelola tanaman teh dan kina, serta PPN
Aneka Tanaman XI dan PPN Aneka Tanaman XII yang mengelola
tanaman karet. Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas
perusahaan, pada periode 1968 – 1971, PPN yang ada di Jawa Barat 3
diciutkan menjadi tiga Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) meliputi 68
kebun, yaitu : PNP XI berkedudukan di Jakarta (24 perkebunan),
meliputi perkebunan-perkebunan eks PPN Aneka Tanaman X, dan PPN
Aneka Tanaman XI; PNP XII berkedudukan di Bandung (24
perkebunan), meliputi beberapa perkebunan eks PPN Aneka Tanaman
XI, PPN Aneka Tanaman XII, sebagian eks PPN Aneka Tanaman VII,
dan PPN Aneka Tanaman VIII; PNP XIII berkedudukan di Bandung (20
perkebunan), meliputi beberapa perkebunan eks PPN Aneka Tanaman
XII, eks PPN Aneka Tanaman IX, dan PPN Aneka Tanaman X. Sejak
tahun 1971, PNP XI, PNP XII dan PNP XIII berubah status menjadi
Perseroan Terbatas Perkebunan (Persero).

Dalam rangka restrukturisasi BUMN Perkebunan mulai 1 April


1994 sampai dengan tanggal 10 Maret 1996, pengelolaan PT Perkebunan
XI, PT Perkebunan XII, dan PT Perkebunan XIII digabungkan di bawah
manajemen PTP Group Jabar. Sumber : www.pn8.co.id Selanjutnya
sejak tanggal 11 Maret 1996, PT Perkebunan XI, PT Perkebunan XII,
dan PT Perkebunan XIII dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara VIII
(Persero). 90% saham pemerintah Indonesia di PTPN VIII dialihkan ke
PTPN III dan menjadikan PTPN III sebagai holding BUMN Perkebunan.

B. Kondisi Bidang Permodalan


1. Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS)
Suatu usaha tidak dapat dijalankan tanpa adanya modal, begitupula
dengan koperasi. Permodalan dalam koperasi terbagi menjadi 2 sumber
modal yaitu modal internal dan modal eksternal. Modal internal terdiri
16

dari dana dari anggota, cadangan modal, uang kontan, pengendalian


piutang, pengendalian stok, biaya penyusutan, simpanan wajib kredit,
simpanan hari koperasi dan simpanan lain-lain. Modal eksternal terdiri
dari : andil, hutang dan sumber lain.
Sumber permodalan pada Koperasi Peternakan Bandung Selatan
(KPBS) Pengalengan berasal dari anggota dan bantuan pemerintah. Awal
mula berdirinya KPBS pada tahun 1969 KPBS sangat bergantung pada
pemerintah, melalui hubungan yang dijalin dengan baik oleh KPBS
dengan pemerintah, KPBS mendapatkan bantuan modal dari pemerintah
berupa seperangkat alat pengolahan susu dan uang sebesar Rp250.000,-
dari bupati. Permodalan tersebut digunakan untuk mengelola KPBS pada
awal berdirinya. Modal tersebut berkembang seiringnya waktu sampai
hingga saat ini.
Bantuan modal dari pemerintah bukanlah sumber modal utama
pada KPBS, sumber utama modal KPBS berasal dari anggota. Awal
mula berdirinya KPBS anggota tidak diwajibkan membayar simpanan
wajib karena pada saat itu masyarakat sekitar belum terlalu percaya
dengan koperasi oleh karena itu KPBS berusaha mendapatkan
kepercayaan masyarakat sekitar dengan menjadikan anggota koperasi
terlebih dahulu. Pengurus pada masa itu tidak digaji sepeser-pun, mereka
menghidupi dirinya dari sapi perah masing-masing, baru pada saat KPBS
mulai berkembang pengurus mulai mendapatkan gaji walaupun
jumlahnya masih sedikit.
Sumber modal yang dikelola terus berkembang sampai saat ini
modal yang berputar senilai 130 milyar rupiah dan total asset yang
dimiliki sebesar 500 milyar rupiah. Modal tersebut saat ini digunakan
untuk menjalankan operasional koperasi sehari-hari. Perusahaan yang
dikelola KPBS meliputi Bank Perkreditan Bandung Selatan atau BPR
Bandung Selatan yang melayani nasabah umum dan anggota koperasi,
selain itu KPBS juga mengelola PT Susu KPBS Pengalengan. PT Susu
Pangalengan memiliki beberapa produk yaitu Susu Pasteurisasi berbagai
17

rasa, Keju Mozarella, Butter Hewani, Ice Cream, Yoghurt, Dodol susu,
Caramel, Kerupuk susu dan masih banyak lagi. Koperasi juga sedang
merintis Unit Pelayanan Kesehatan menjadi Rumah Sakit yang dibantu
oleh perkumpulan dokter muda As-Syifa.
2. PT Perkebunan Nusantara VIII Malabar
PT Perkebunan Nusantara VIII adalah badan usaha perkebunan
yang berada di bawah naungan BUMN. PTPN VIII ini mengelola
perkebunan teh di lahan seluas 25.905,3 Ha. Lahan tersebut tersebar di 6
kabupaten yakni 2 pekebunan di Sukabumi, 2 perkebunan di Bogor, 3
perkebunan di Cianjur, 2 perkebunan di Subang, 12 perkebunan di
kabupaten Bandung dan kabupaten Bandung Barat dan 3 perkebunan di
Garut. Salah satu dari duabelas perkebunan di bandung terletak di
pengalengan yang dikenal dengan PTPN VIII Malabar.
PTPN VIII Malabar mengelola perkebunan teh dengan luas 2.002
Ha. PTPN VIII Malabar ini didirikan oleh seorang belanda yang peduli
terhadap kesejahteraan masyarakat pribumi yaitu K. A. R. Bosscha pada
tahun 1896. PTPN VIII Malabar terletak pada ketinggian 1.550 mdpl.
Produk yang dihasilkan oleh PTPN Malabar meliputi teh Walini yang
sudah memiliki produk the kelas dunia seperti Lipton dan Sara Lee.
Permodalan PTPN VIII awal mulanya dimilki oleh perseorangan
yaitu K. A. R. Bosscha. Sumber modal yang digunakan berasal dari
modal pemilik. Kemudian saat pemilik sudah meninggal pada tahun
1928 akibat serangan tetanus perkebunan teh ini dikelola oleh
pemerintah kolonial Belanda sampai akhirnya Indonesia merdeka lalu
menjadi perusahaan perkebunan negara dibawah naungan BUMN.
Adapun penyertaan nilai saham perusahaan afiliasi pada PTPN VIII
sebagai berikut: PT. Agro Medika Nusantara total saham 96,70% dengan
nilai Rp.23.500 juta, PT Sinkona Indonesia Lestari (PT SIL) total saham
33,63% dengan nilai Rp.10.793 Juta, PT Bio Undustri Nusantara
(BIONUSA) total saham 25% dengan nilai Rp.1.925 Juta, PT Rolas
Mandiri Nusantara total saham 10% dengan nilai Rp.3.000 Juta, PT
18

Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara total saham 7,07% dengan nilai


Rp..6.884 Juta, PT Riset Perkebunan Nusantara total saham 6% dengan
nilai Rp.6.307 Juta, Indoham GmbH total saham 5,6% dengan nilai
Rp.1.408 Juta, sehingga total nilai saham perusahaan afiliasi pada PTPN
VIII berjumlah Rp.53.817 Juta.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan praktikum Koperasi dan


Kemitraan Agribisnis di Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) dan PT
Perkebunan Nusantara VIII Malabar sebagai berikut :

1. Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS)


a. Koperasi Peternakan Bandung Selatan Pangalengan (KPBS)
Pangalengan merupakan koperasi yang beranggotakan peternak sapi
perah yang berada di Kecamatan Pangalengan, Bandung, Jawa Barat.
KPBS berdiri pada 1 April 1969, memiliki 5031 orang anggota yang
tersebar di tiga kecamatan  yaitu Pangalengan, Kertasari, dan Pacet.
Populasi Sapi Induk sejumlah 8300 ekor, KPBS Pangalengan mampu
memproduksi ± 85 ton susu setiap harinya. PT Frisian Flag Indonesia,
PT Ultra Jaya, dan PT Indolaktor merupakan mitra KPBS.
b. Koperasi Peternakan Bandung Selatan melakukan usaha-usaha dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat dengan
mendirikan PT Susu Pengalengan, BPR Bandung Selatan dan Klinik
kesehatan yang rencananya akan dikembangkan menjadi rumah sakit.
c. Sumber modal kerja yang diperoleh KPBS awal mulanya berasal dari
pemerintah berupa bantuan modal alat mesin pengolahan susu dan
19

uang sebesar Rp250.000,-. Akan tetapi modal utama berdirinya KPBS


berasal dari kepercayaan anggotanya.
2. PT Perkebunan Nusantara VIII Malabar
a. PTPN Malabar awal berdiri pada tahun 1989 oleh seorang Belanda
bernama K. A. R. Bosscha. Setelah Bosscha meninggal pada tahun
1928 perkebunan ini diambil alih oleh pemerintah kolonial Belanda
yang kemudian menjadi milik pemerintah Republik Indonesia setelah
merdeka. PT. Perkebunan Nusantara VIII Malabar adalah perkebunan
milik Negara yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 13
tahun 1996, seperti yang dinyatakan dalam akta Notaris Harun Kamil,
S.H.,No. 41 tanggal 11 Maret 1996 dan telah memperoleh pengesahan
dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan
C2-8336.HT.01.01.TH.96 18tanggal 8 Agustus 1996. Perusahaan ini
didirikan untuk menyelenggarakan usaha di bidang agro bisnis dan
agro industri, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya Perseroan.
Kegiatan usaha perusahaan meliputi pembudidayaan tanaman,
pengolahan/produksi, dan penjualan komoditi perkebunan teh, karet,
kelapa sawit, kina, dan kakao.
b. Permodalan PTPN VIIIawal mulanya dimilki oleh
perseorangan yaitu K. A. R.19Bosscha. Sumber modal yang
digunakan berasal dari modal pemilik. Kemudian saat pemilik
sudah meninggal pada tahun 1928 akibat serangan tetanus
perkebunan teh ini dikelola oleh pemerintah kolonial Belanda
sampai akhirnya Indonesia merdeka lalu menjadi perusahaan
perkebunan negara dibawah naungan BUMN. Adapun
penyertaan nilai saham perusahaan afiliasi pada PTPN VIII
berjumlah Rp.53.817 Juta.

B. Saran
20

Saran yang dapat diberikan dari kegiatan praktikum Koperasi dan


Kemitraan Agribisnis di Koperasi Peternakan Bandung Selatan dan PTPN
VIII Malabar sebagai berikut :
1. Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS)
Penyampaian materi oleh narasumber hendaknya lebih lengkap lagi
misalnya dengan menampilkan Power point untuk membantu dalam
penyampaian materi. Saran lain adalah sebaiknya kunjungan dilakukan dengan
melihat proses produksi ataupun perawatan dari ternak secara langsung,
sehingga mahasiswa dapat melihat secara langsung dan mengetahui cara
perawatan, produksi, pengemasan, hingga pendistribusian.
2. PT Perkebunan Nusantara VIII Malabar
Sebaiknya penyampaian materi dari narasumber dilakukan di suatu
tempat yang dapat dipakai untuk berdiskusi sehingga penyampaian materi
dapat lebih detail lagi tentang bab kajian dari tujuan praktikun ini. Sehingga
mahasiswa tidak perlu mencari- cari lagi materi kajian yang diperlukan lagi
dari sumber lain (internet).
21

DAFTAR PUSTAKA

Danajaya, Agung Nyoman dan Widiarta, Agus. 2017. Mekanisme Kredit


Koperasi Usaha Agribisnis Terpadu (Kuat) Subak Gulma di Desa Belayu
Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan. Jurnal Dwijenagro. Vol.7(2):
68-78
Hidayati, Nur et al. 2017. The Influence of Service Quality and Sense of
Belonging toward Member’s Participation in Co-operative Enterprise.
IOSR Journal of Business and Management. Vol.18(2):56-62
Inaryu, Melly. 2016. Kinerja Koperasi PRIMKOPPOL Resor Gunung Kidul.
Jurnal Maksipreneur. Vol. 5(2)
Kuswiratmo, Bonifasius Aji. 2016. Memulai Usaha Itu Gampang. Jakarta:
Visimedia.
Pariyasa, Bayu et al. 2014. Pengaruh Modal, Volume Dan Anggota Terhadap Sisa
Hasil Usaha Pada Koperasi Serba Usaha Kecamatan Buleleng. Jurnal
Bisnis dan Manajemen. Vol.4(1)
Prishardoyo, Bambang dkk. 2016. Pelajaran Ekonomi SMP kelas 2. Jakarta:
Grasindo
Purnama, Evan.2016. Permodalan Koperasi . Depok : Universitas Gunadarma.
Rahardjo, Dawam. 2016. Koperasi Sukses Indonesia. Jurnal MAKSIPRENEUR.
Vol. 1(1):1-20
Sastrawidjaja H. Man S. dan Richard C. Adam. 2015. Langkah Menuju
Konglomerasi Koperasi di Indonesia. Jurnal Ilmu Hukum. Vol.2 (2):209-
231.
Shamsuddin, Zelhuda et al. 2018. Capital Structure, Investment, Members Return,
and Performance: Some Malaysian Cooperative Evidence. Herald
NAMSCA 1 :927-931
Supriyanto, Agn. 2015. Tata Kelola Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan
Pinjam. Yogyakarta : CV. Andi Offset.
Wibowo, Martino, Subagyo A. 2017. Seri Manajemen Koperasi dan UKM.
Yogyakarta : Penerbit Deepublish.
22

LAMPIRAN
23

Foto Kelompok di KPBS Foto Produk KPBS

Foto Gedung KPBS Foto Gedung PTPN VIII Malabar

Foto Proses Produksi PTPN VIII Malabar Foto Produk Walini PTPN VIII Malabar

Anda mungkin juga menyukai