BAB III FSs
BAB III FSs
A. Pengkajian Fisioterapi
1. Anamnesisi
dapat dilakukan secara langsung kepada pasien. Pada kasus ini dilakukan
anamnesis dengan metode auto anamnesis yaitu mengadakan tanya jawab secara
a. Anamnesis umum
Anamnesis umum ini merupakan identitas pasien yang meliputi (1) nama, (2)
umur, (3) jenis kelamin, (4) agama, (5) pekerjaan dan (6) alamat. Pada Kasus ini
anamnesis yang didapatkan oleh penulis adalah pasien dengan nama Tn. Agus
Wiyono, usia 50 tahun, jenis kelamin Laki-laki, agama Islam, Pekerjaan sebagai
25
26
pegawai Dinas Perikanan di Semarang dan Alamat di Kebun Arum Selatan VII/15
Mranggen, Demak.
b. Anamnesis khusus
1) Keluhan utama
mencari pertolongan atau pengobatan. Pada kasus ini keluhan utama pasien adalah
dan gerakan memutar keluar sacara penuh karena nyeri saat di gerakkan.
ini riwayat penyakit sekarang pasien adalah ± sekitar 1 bulan yang lalu pasien
bersama temannya terjatuh dari sepeda motor. Pasien terjatuh dan tertimpa tubuh
tanggal 27 Desember 2012, pasien berobat ke RSUD Kota Semarang dan dirujuk ke
yang pernah dialami oleh pasien. Pada kasus ini pasien memiliki riwayat trauma
menyertai riwayat penyakit pasien saat ini. Pada kasus ini, pasien tidak memiliki
riwayat penyakit yang di derita dan menyertai riwayat penyakit pasien saat ini
5) Riwayat pribadi
Pasien adalah seorang kepala keluarga yang memiliki 2 anak dan bekerja di
Dinas Perikanan kota Semarang. Pasien senang jalan-jalan setiap pagi dan senang
bermain Volley
6) Riwayat keluarga
penyakit-penyakit yang bersifat menurun dari orang tua atau tidak, namun pada
7) Anamnesis sistem
gangguan yang menyertai, Kepala & Leher : Pasien tidak mengeluh kakku pada
leher atau pusing. Kardiovaskuler : Pasien tidak mengeluh nyeri dada atau dada
BAB pasien lancar dan terkontrol. Urogenitalis : BAK pasien lancar dan terkontrol.
Muskuloskeletal : 1) Pasien merasa keju pada bahu kiri, 2) Pasien tidak mampu
mengangkat lengan kiri ke arah samping, depan dan gerakan memutar secara penuh
secara penuh. Nervorum : Terkadang pasien merasa nyeri yang menjalar sampai
lengan atas.
28
2. Pemeriksaan fisik
pasien meliputi:
tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, temperatur, tinggi badan dan berat badan.
Pada kasus ini didapatkan hasil tekanan darah pasien: 130/90 mmHg, denyut nadi
pasien: 76 kali /menit, pernafasan pasien: 23 kali /menit, suhu tubuh pasien:
(tidak dilakukan pemeriksaan), tinggi badan : 165 cm dan berat badan : 65 kg.
b. Inspeksi
inspeksi statis : Kondisi umum pasien baik, kedua bahu nampak tidak simetris
(lebih tinggi sebelah kiri), inspeksi dinamis : Saat pasien menggerakkan lengan kiri
nampak tidak bisa penuh dan ekspresi wajah kesulitan saat di minta untuk
c. Palpasi
atau yang dikeluhkan oleh pasien. Informasi yang akan didapat dari melakukan
palpasi adalah tentang adanya nyeri tekan, tonus otot, suhu, bengkak, benjolan
dan tekstur kulit. Pada kasus ini diperoleh hasil : Adanya spasme otot sekitar sendi
bahu kiri terutama otot deltoideus dan otot supraspinatus. Adanya nyeri tekan pada
otot deltoideus anterior dan otot supraspinatus sebelah kiri. Tidak teraba adanya
1. Gerak aktif
diperoleh hasil pasien mampu menggerakkan lengan kiri secara aktif ke arah
abduksi, eksorotasi, endorotasi dan fleksi namun belum full ROM dan terasa
nyeri. Sedangkan gerakan kearah adduksi dan ekstensi secara aktif mampu
2. Gerak pasif
pasif dan rileks. Dari pemeriksaan ini diperoleh hasil pada gerakan fleksi dan
abduksi full ROM, dirasakan endfeel firm, ada nyeri dan gerakan ke arah eksorotasi
serta endorotasi tidak full ROM dirasakan endfeel kapsuler, ada nyeri.
pemeriksaan gerak aktif pada sendi bahu ke segala arah hanya saja pada
pemeriksaan gerak ini masih ditambah dengan tahanan secara isometrik oleh
terapis. Dari pemeriksaan ini diperoleh hasil Pasien mampu melawan tahanan dari
terapis saat menggerakkan lengan kiri namun dengan adanya rasa nyeri.
30
mampu memahami dan mengikuti intruksi yang di berikan terapis. Intra personal
pasien baik bila pasien mampu menerima keadaan dirinya saat ini dan mempunyai
semangat dan motivasi yang tinggi untuk sembuh. Interpersonal yang dimiliki
pasien baik, bila pasien mampu berkomunikasi dengan baik dan dapat mengikuti
aktifitas.
2. Aktifitas fungsional
3. Ligkungan aktivitas
g. Pemeriksaan spesifik
Pemeriksaan ini dilakukan secara pasif dimana posisi pasien tidur rileks.
Adapun gerakannya yaitu Backward glide of the humerus, Forward glide of the
Adapun hasil yang akan diperoleh dari pemeriksaan ini yaitu adanya
kekakuan sendi bahu dengan pola kapsuler atau yang sering disebut dengan frozen
shoulder. Dimana gerakan eksorotasi lebih terbatas dan terasa nyeri dibandingkan
humerus slide ke posterior, slide ke anterior dan slide ke caudal. Yang artinya
dimana gerak eksorotasi lebih terbatas dari abduksi, dan gerak abduksi lebih
terbatas dari endorotasi. Pada kasus ini di lakukan Joint play movement test dan
hasilnya positif.
menurunkan secara perlahan-lahan. Tes positif diperoleh jika pasien tidak dapat
menunjukan adanya ruptur pada rotator cuff namun pada kasus ini, pasien mampu
32
nyeri.
3) Apley test
tangan sisi kontra lateral melewati belakang kepala. Bila pasien tidak dapat
melakukan karena adanya nyeri maka ada kemungkinan terjadi tendinitis rotator
cuff. Pada pemeriksaan ini didapatkan hasil bahwa tangan pasien tidak mampu
4) Yergason test
Pasien pada posisi duduk dimana lengan pasien menempel sejajar dengan
tubuh dan siku fleksi 90º dengan lengan bawah pronasi. Pasien diminta
tahanan dari terapis. Jika terdapat nyeri gerak pada daerah sulkus bicipitalis, maka
tes menunjukan hasil positif dimana ini menunjukan adanya tendinitis bicipitalis.
(Magee, 2008). Pada kasus ini pasien tidak merasakan nyeri pada daerah sulkus
bicipitalis.
Pada kasus ini penulis menggunakan verbale diskriptive scale (VDS) yaitu
cara pengukuran derajat nyeri dengan tujuh nilai yaitu : nilai 1 tidak nyeri, nilai 2
nyeri sangat ringan, nilai 3 nyeri ringan, nilai 4 nyeri tidak begitu berat, nilai 5
nyeri cukup berat, nilai 6 nyeri berat, nilai 7 nyeri tak tertahankan.
33
Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan nyeri pada pasien tersebut seperti
TABEL 3.1
HASIL PEMERIKSAAN DERAJAT NYERI DALAM SKALA VDS
Keterangan Nilai
Nyeri Diam 3 (Nyeri Ringan)
Nyeri Gerak 6 (Nyeri Berat)
KET :
Nilai Keterangan
1 Tidak terasa nyeri
2 Nyeri sangat ringan
3 Nyeri ringan
4 Nyeri tidak begitu berat
5 Nyeri cukup berat
6 Nyeri berat
7 Nyeri tak tertahankan
pengukuran diantaranya letak goneometer yang merupakan aksis dari sendi bahu.
gerak sendi bahu ini dilakukan dalm bidang gerak frontal (F), sagital (S),
Adapun hasil yang diperoleh dari pemeriksaan ini seperti yang terdapat
TABEL 3.2
PEMERIKSAAN LINGKUP GERAK SENDI BAHU
Kanan Kiri
S 45 – 0 – 175 S 45 – 0 – 130
F 180 – 0 – 45 F 100 – 0 – 45
R(f=90) 90 – 0 – 80 R(f=90) 35 – 0 – 50
Ket :
akibat adanya keterbatasan lingkup gerak sendi dan nyeri yang dirasakan oleh
pasien. Pemeriksaan ini menggunakan alat ukur berupa Disability Index dari
Shoulde Pain and Disability Index (SPADI). Pada pemeriksaan ini pasien akan
diberi blangko yang di dalamnya berisi delapan aktivitas yang melibatkan sendi
bahu yang akan dinilai sesuai dengan tingkat kemampuan dan kesulitan yang
35
blangko Disability yang diberikan terapis dan diisi sesuai dengan aktivitas apa
yang mampu dilakukan pasien itu sendiri. Jika dua atau lebih kemampuan
fungsional tidak mampu dijawab pasien maka pemeriksaan ini tidak bisa
Semaikin tinggi nilai total berarti semakin tinggi tingkat kesulitan pasien
begitu juga sebaliknya, semakin rendah nilai total berarti semakin rendah tingkat
TABEL 3.3
Jumlah
TABEL 3.4
PEMERIKSAAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL
B. Diagnosis Fisioterapi
1. Impairment :
3. Participation Restriction :
C. Tujuan Fisioterapi
problematik yang dialami pasien dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
D. Pelaksanaan Fisioterapi
a. Persiapan alat
elektroda, kabel elektroda tidak boleh kontak dengan lantai, pasien ataupun
b. Persiapan pasien
Sebelum dilakukan terapi kita jelaskan terlebih dahulu tentang tujuan dan
diberikan tes sensibilitas dengan panas dan dingin, selain itu diperiksa daerah
39
yang akan diterapi bebas dari logam. Selanjutnya pasien diberi penjelasan terlebih
dahulu mengenai prosedur terapi dan penjelasan apabila pasien merasa kepanasan,
c. Pelaksanaan terapi
Setelah persiapan alat dan pasien telah selesai maka pelaksanaan terapi
dapat dimulai. Pasang emiter di daerah bahu samping atas, jarak antara emiter
dengan tubuh adalah ± 6 cm. Intensitas dinaikkan perlahan sesuai dengan toleransi
waktu ± 13 menit dan terapis harus tetap mengontrol keadaan pasien selama terapi
berlangsung.
2. Terapi manipulasi
terjadi merupakan keterbatasan gerak sendi pola kapsuler, pada kasus ini
pola kapsuler.
Posisi pasien berbaring terlentang, posisi terapis berdiri di samping sisi yang
akan diterapi.posisikan tangan pasien abduksi sampai pada batas maksimal yang
ventro cranial. Lengan bawah pasien rileks disangga lengan terapis, lengan bawah
terapis yang berlainan mengarahkan gerakan. Traksi diawali dengan grade I atau
grade II, kemudian dilanjutkan dengan traksi grade III. Traksi dilakukan secara
40
sampai grade II kemudian dilakukan traksi grade III lagi. Prosedur tersebut
Posisi pasien berbaring terlentang, posisi terapis berdiri di samping sisi yang
akan diterapi. Pelaksanaan tangan pasien posisikan abduksi sampai pada batas
(sedekat mungkin dengan axilla). Lengan bawah pasien dijepit dengan lengan
terapis kaki terpis dibuka lebar senyaman terapis kemudian lutut ditekuk. Dorong
caput humeri kearah antero medial. Tujuan pemberian terapi ini adalah untuk
posisinya paling dekat dengan pasien memegang caput humerus, tangan yang
kuat pada tubuh, kemudian posisi kaki terapis semi fleksi, badan terapis tegak
pada kemudian terapis mendorong caput humeri ke arah caudal dengan dorongan
dari siku terapis yang menempel pada tubuh terapis. Tujuan pemberian terapi ini
lengan atas, siku pasien diletakkan pada bahu terapis kemudian terapis mendorong
ke arah postero lateral. Tujuan pemberian terapi ini adalah untuk memperbaiki
tujuannya untuk menetralisir gaya kompresi yang ada pada sendi sehingga
kemudian secara perlahan dilepaskan dan istirahat ± 10 detik. Setiap satu arah
1. Terapi latihan
gerak sendi dan kekuatan otot serta mengurangi nyeri, modalitas yang digunakan
antara lain :
Posisi pasien berdiri menghadap meja dengan posisi trunk fleksi 90º dengan
lengan yang sehat berada di atas meja untuk menstabilkan badan dan lengan yang
sakit menggantung bebas dengan memegang sand bag. Posisi terapis berdiri
sakit ke segala arah dengan lingkup gerak sendi sebatas toleransi pasien. Ayunan
di lingkaran kecil dan perlahan-lahan membuat mereka lebih besar. Lakukan ini
42
selama satu menit atau dua pada satu waktu, istirahat, kemudian ulangi untuk total
dinding dengan lengan fleksi bahu 900, siku lurus dan jari-jari menyentuh dinding.
Kemudian tubuh diputar dengan posisi lengan tetap. Terapis berada di samping
lengannya sampai optimal dengan rasa nyeri masih bisa ditoleransi. Pengulangan
3. Edukasi
Edukasi yang diberikan pada pasien denga kondisi frozen shoulder antara
lain (1) pasien disarankan melakukan kompres panas dengan suhu hangat –
hangat kuku ± 15 menit pada bahu kiri untuk mengurangi rasa nyeri yang timbul,
(2) pasien dianjurkan agar tetap meggunakan lengan kiri dalam batas toleransi
pendular exercise di rumah dengan beban minimal dan dapat ditambah secara
bertahap, (4) latihan merambatkan jari lengan yang sakit ke dinding (wall
climbing exercise), (5) latihan dengan handuk, posisi lengan seperti huruf “S”
terbalik kedua lengan memegang handuk kemudian lengan kanan menarik ke atas
sampai lengan kiri tertarik, (7) latihan penguatan dengan prinsip Codman
pendular exercise yang dilakukan di dalam kolam atau bak mandi dengan
D. Evaluasi
tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan terapi dan tujuan
antara lain : (1) nyeri pada sekitar sendi bahu dengan VDS, (2) lingkup gerak
TABEL 3.5
HASIL EVALUASI DERAJAT NYERI DALAM SKALA VDS
Objek yang di T1 T4 T6
ukur 10 – 01 – 2013 17 – 01 – 2013 22 – 01 – 2013
Nyeri Diam 3 (Nyeri Ringan) 2 (Nyeri Sangat Ringan) 2 (Nyeri Sangat Ringan)
Nyeri Gerak 6 (Nyeri Berat) 4 (Nyeri tdk begitu Berat) 3 (Nyeri ringan)
TABEL 3.6
HASIL EVALUASI LINGKUP GERAK SENDI BAHU
Bidang yang di T1 T4 T6
ukur 10 – 01 – 2013 17 – 01 – 2013 22 – 01 – 2013
TABEL 3.7
HASIL EVALUASI KEMAMPUAN FUNGSIONAL
T1 T2 T3
No Jenis kegiatan
10-01-2013 17-01-2013 22-01-2013
E. Pembahasan
Pada kasus ini, teknologi intervensi yang dipilih oleh penulis adalah
stressor berupa energi elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus listrik bolak-
46
balik dengan frekuensi 2450 MHz dan panjang gelombang 12,25 centimeter.
(Sujatno,dkk 2002).
Efek fisiologis dan terapeutik dari micro wave diathermy (MWD) antara lain
(1) meningkatkan metabolisme sel-sel lokal ± 13% setiap kenaikan suhu 10C, (2)
Terapi Manipulasi
amplitudo kecil dan pasien tidak bisa mencegah gerakan yang terjadi, terapi
sendi normal dan mencapai LGS tanpa rasa nyeri dengan memperbaiki joint play
Nyeri dapat di kurangi dengan traksi intermetent (grade I dan II) secara
maksimal sesuai toleransi pasien dan saat traksi yang berikutnya tidak di lepas
dengan menggerakan humerus dari fossa glenoidalis. Latihan ini dapat membantu
mengurangi nyeri dengan traksi ringan dan gerak isolasi dan memberikan gerak
awal dari struktur sendi dan cairan synovial. Ketika pasien menahan tarikan,
(Kisner, 2007). Dosis ayunan dilakukan selama satu menit atau dua menit,
istirahat, kemudian ulangi selama 5 menit, 3 kali per hari (Reznik, 2011).
sampai 30 detik kemudian pengulangan 10 kali per sesi dan 3 kali sehari (Reznik,
2011).