SPPM Bab 1 10
SPPM Bab 1 10
TUJUAN ORGANISASI
Organisasi merupakan kumpulan orang yang memiliki kompetensi yang berbeda beda,
yang membangun saling ketergantungan di antara mereka untuk mewujudkan tujuan
bersama, dengan memanfaatkan sumber daya.
Pada dasarnya tujuan bersama yang ingin diwujudkan oleh organisasi adalah penciptaan
kekayaan, oleh karena itu organisasi dapat dikatakan sebagai institusi pencipta kekayaan
(wealth creating institution).
Sistem perencanaan dan pengendalian manajemen adalah suatu system yang digunakan
untuk merncanakan sasaran masa depan yang hendak dicapai oleh organisasi, merencanakan
kegiatan untuk mencapai sasaran tersebut, serta mengimplementasikan dan memantau
pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan.
Di dalam pendesainan sistem pada umumnya, berbagai faktor berikut ini perlu
dipertimbangkan:
1. Tidak ada desain sistem yang baik atau yang buruk, yang ada adalah apakah suatu
desain sistem sesuai (fit) dengan lingkungan bisnis yang dimasuki oleh perusahaan.
2. Lingkungan bisnis ibarat suatu teritorial, yang untuk menjelajahinya diperlukan suatu
peta. Peta yang menggambarkan lingkungan bisnis yang dimasuki oleh perusahan
disebut paradigm.
3. Setiap sistem terdiri atas dua komponen yaitu struktur dan proses. Struktur sistem
merupakan komponen-komponen yang berkaitan satu dengan lainnya yang secara
bersama-sama membentuk sistem. Proses sistem merupakan tahap tahap yang harus
dilalui untuk mewujudkan tujuan sistem.
4. Setiap sistem yang kita desain memerlukan kompetensi tertentu untuk menjalankan
sistem tersebut. Kompetensi untuk menjalankan SPPM disebut managerial skills.
1. Globalisasi ekonomi.
2. Teknologi informasi.
3. Strategyc quality management.
4. Revolusi manajemen.
Paradigma
Lingkungan bisnis yang telah berubah tersebut memerlukan paradigm baru untuk
menghadapinya. Paradigm adalah lensa yang kita gunakan untuk memandang dunia.
Paradigm baru yang berkembang dalam manajemen untuk memasuki lingkungan bisnis
global adalah:
Struktur SPPM
1. Struktur organisasi
2. Jejaring informasi
3. Sistem penghargaan
Proses SPPM
1. Perumusan strategi
2. Perencanaan strategic
3. Penyusunan program
4. Penyusunan anggaran
5. Pengimplementasian
6. Pemantauan
Managerial skill
Untuk menjalankan SPPm diperlukan tiga golongan managerial skill berikut ini:
1. Keterampilam dalam mengelola bisnis dan proses organisasional
2. Keterampilan dalam mengelola perubahan .
3. Keterampilan dalam mengelola sisi bayangan organisasi.
Untuk menjalankan SPPM yang telah didesain, manajer perlu kemampuan untuk:
1. Menciptakan bisnis.
2. Mendesain organisasi yang secara efektif memberikan layanan bagi bisnis pilihan.
3. Mengembangkan sekelompok manager dan pimpinan yang mengoordinasikan dan
memudahkan pelaksanaan proses bisnis dan proses organisasi.
Sisi bayangan suatu organisasi adalah factor-faktor yang berdampak, positif atau negatif,
terhadap produktifitas dan kulaitas kehidupan kerja organisasi secara substantive dan
sistematik, namun tidak dapat dijumpai dalam bagan organisasi, atau di dalam pedoman
organisasi, serta tidak dibicarakan di dalam forum organisasi.
Proses
Karakteristik
-Sistem perumusan strateg Lingkungan Bisnis
-Sistem Perencanaan Strategic
-Sistem Penyusunan Program
-Sistem Penyusunan Anggaran
-Sistem Pengimplementasian
-Sistem Pemantauan
Secara garis besar, globalisasi ekonomi ditandai dengan empat proses berikut ini :
1. Mobilitas
2. Keserentakan
3. Pencarian jalan bebas hambatan
4. Kemajemukan
1. Customer
2. Competition
3. Change
Berikut ini disajikan perbedaan logika produser dan logika customer menurut Rosabeth
Moss Kanter dalam bukunya yang berjudul World Class : Thriving Locally in The Global
Economy.
1. Produser berpikir bahwa mereka membuat produk. Customer berpikir bahwa mereka
membeli jasa.
2. Produser menginginkan untuk memaksimumkan pengembalian (return) atas sumber
daya yang mereka miliki. Customer memedulikan tentang apa-kah sumber daya
digunakan oleh produser untuk memberikan manfaaat bagi customer, bukan bagi
pemiliknya.
3. Produser khawatir tentang kekeliruan yang terlihat. Customer meninggalkan produser
karena kekeliruan yang tidak terlihat.
4. Produser berpikir bahwa teknologi mereka menciptakan produk. Customer berpikir
bahwa kebutuhan merekalah yang menciptakan produk.
5. Produser mengorganisasikan kegiatan untuk kenyamanan internal mereka. Customer
menginginkan kenyamanan mereka yang diutamakan.
PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN DALAM ZAMAN GLOBALISASI EKONOMI
1. Pusat tidak berkuasa penuh. Kompetesi dapat datang dari mana pun, begitu pula
dengan peluang.
2. Semua perusahaan, baik besar maupun kecil, akan menjadi perusahaan global dalam
operasi bisnis mereka. Pasar domestik tidak hanya dilayani oleh perusahaan-
perusahaan dalam negeri, namun dipenuhi kebutuhannya oleh perusahaan-perusahaan
luar negeri.
3. Perusahaan akan memfokuskan semua struktur dan proses sistem manajemen mereka
ke customer.
4. Oleh karena lingkungan bisnis global sangat turbulen ( sebagai akibat dari kompetesi
yang semakin tajam dan perubahan yang telah berubah), posisi kompetitif perusahaan
hanya dapat dicapai melalui improvement berkelanjutan terhadap sistem dan proses
yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan value bagi customer.
1. Komputer
2. Telekomunikasi
3. Peralatan elektronik kantor
1. Tren pergeseran dari hard automation technology ke teknologi informasi (sering kali
disebut pula dengan smart technology ).
2. Tren pergeseran ke knowledge- based works,
3. Tren pergeseran ke responsibility – based organization.
4. Perdagangan berjalan melalui jalan raya elektronik
5. Kekayaan lebih banyak dihasilalkan dari human assets daripada financial assets.
6. Kekayaan intelektual menjadi kekayaan perusahaan yang paling berharga.
PRINSIP- PRINSIP MANAJEMEN DALAM ZAMAN TEKNOLOGI INFORMASI
Prinsip- prinsip manajemen dalam zaman teknologi informasi dipengaruhi oleh dua
faktor:
1. Organisasi
2. Pengendalian
3. Sistem wewenang
Dampak Penyediaan Fasilitas Information Sharing Terhadap Prinsip
Manajemen
1. Batas vertikal – yaitu batas-batas antara tingkat atau jenjang manajer dalam
organisasi, sehingga memisahkan antara pemimpin dan pengelola dengan yang
dipimpin dan yang dikelola.
2. Batas horisontal – yaitu batas-batas antara fungsi dan disiplin.
3. Batas external – yaitu batas-batas antara organisasi dengan pemasok, customer, dan
badan pengatur.
4. Batas geografis – yaitu batas-batas antara bangsa, kultur, dan pasar.
PRINSIP- PRINSIP MANAJEMEN DALAM ZAMAN STRATEGIC QUALITY
MANAGEMENT
Oleh karena kualitas telah menjadi kepentingan manajemen puncak sampai dengan
karyawan, strategi yang dipilih perusahaan tidak lagi diarahkan untuk mengalahkan pesaing,
namun juga menghasilkan value terbaik bagi customer. Strategi yang dipilih bergeser
penekanannya, dari generic strategy dan grand strategy ke value based strategy.
Keunggulan Kompetitif
Untuk menyediakan value terbaik bagi customer, perusahaan melakukan kegiatan utama
sebagai berikut:
Berikut ini disajikan sejarah tiga revolusi besar yang berkaitan dengan manajemen.
Revolusi pertama terjadi pada waktu di Inggris, untuk pertama kalinya masyarakat
menerapkan pengetahuan (knowledge) ke dalam alat, produk, dan proses.(the application of
knowledge to tool, product and process ). Revolusi kedua terjadi di Amerika, dimulai pada
waktu F. W. Taylor memperkenalkan gerakan scientific management. Revolusi ketiga terjadi
sejak tahun 1945-an sampai sekarang. Di dalam pro-ses pembuatan produk terdapat tiga
faktor utama : alat, pekerjaan dan manajemen.
Prinsip-Prinsip Manajemen dalam Zaman Revolusi Manajemen
`Paradigma adalah lensa yang kita gunakan untuk memandang dunia. Paradigma
menentukan sikap kita yang menentukan tindakan kita terhadap sesuatu. Paradigma bisnis
adalah cara orang berpikir dan cara mereka melaksanakan bisnis. Pergeseran paradigma
terjadi melalui tiga tahap : normalcy,anomali, dan penggantian.
- Normalcy
Dalam tahap ini berdasarkan pengamatan karakteristik lingkungan bisnis yang dimaasuki
oleh berbagai perusahaan, dijumpai berbagai bukti yang bertentangan dengan asumsi
manajemen tentang lingkungan bisnis yang selama ini digunakan.
- Penggantian
Dalam tahap ini paradigma yang sebelumnya digunakan untuk running the
businessdiganti dengan paradigma baru –paradigma yang dibangun atas dasar karakteristik
lingkungan bisnis baru yang berhasil diamati.
Lingkungan bisnis yang telah berubah tersebut di atas memerlukan paradigma baru untuk
menghadapinya. Paradigma baru yang sedang berkembang (emerging paradigm) dalam
manajemen untuk menghadapi lingkungan bisnis global adalah :
KONSEP MINDSET
Mindset adalah sikap mental mapan (fixed mental attitude) yang dibentuk melalui
pendidikan, pengalaman dan prasangka. Mindset merupakan peta mental yang dipakai oleh
orang sebagai dasar untuk bersikap dan bertindak.
1. Paradigma
2. Keyakinan dasar
3. Nilai dasar
Paradigma adalah cara yang digunakan oleh seseorang di dalam memandang sesuatu.
Keyakinan dasar adalah kepercayaan yang dilekatkan oleh seseorang terhadap sesuatu.
Nilai dasar adalah sikap, sifat, dan karakter yang dijunjung tinggi oleh seseorang,
sehingga berdasarkan nilai-nilai tersebut tindakan seseorang dipandu.
Di muka telah disebutkan bahwa mindset seseorang menentukan sikapnya, dan sikap
seseorang menentukan tindakannya. Apa yang terjadi jika mindset personel secara individual
tidak sejalan dengan mindset organisasi? Ada tigi kemungkinan yang timbul :
1. Perumusan mindset
2. Pengomunikasian mindset
1. Trendwatching
2. Envisioning
3. Perumusan paradigma
4. Perumusan mindset
Trendwatching
Dalam tahap ini manajemen puncak melakukan pengamatan berbagai tren pemacu
perubahan yang akan terjadi di masa depan. Terdapat empat pemacu perubahan yang
berdampak terhadap lingkungan bisnis :
(1) globalisasi ekonomi,
(2) teknologi informasi,
(3) strategic quality management,
(4) Revolusi management.
Envisioning
Envisioning adalah kemampuan kita untuk menggambarkan dampak perubahan dalam
lingkungan bisnis yang diakibatkan oleh berbagai pemacu perubahan yang telah
diamati dalam trendwatching. Gambaran lingkungan bisnis masa depan sebagai akibat
tren pemacu perubahan tersebut di atas adalah :
1. Customer memegang kendali bisnis
2. Kompetisi menjadi tajam
3. Perubahan menjadi berubah
Perumusan paradigma
Perumusan mindset
Paradigma merupakan building block dasar, yang pertama kali harus diletakkan
dalam membangun kultur organisasi. Blok-blok bangunan yang harus diletakkan di atas
paradigma adalah keyakinan dasar (core beliefs), nilai dasar (core values), dan sistem
manajemen.
Paradigma, keyakinan dan nilai dasar organisasi yang dirumuskan dengan jelas dan
dikomunikasikan kepada seluruh personel organisasi, akan menjadi shared paradigm,
shared beliefs, dan shared values dalam diri setiap personel organisasi, sehingga
organisasi akan kohesif pdalam proses menuju ke masa depan.
Perilaku pribadi
Paradigma, keyakinan dan nilai dasar organisasi dikomunikasikan kepada seluruh
personel melalui proses internalisasi sistematik.
Perilaku operasional
Paradigma, keyakinan dan nilai dasar organisasi dikomunikasikan kepada seluruh
personel dengan memasukkan hal tersebut ke dalam peraturan, sistem dan prosedur,
serta keputusan resmi yang dibuat.
BAB 4
CUSTOMER VALUE MINDSET
Konsep Customer
Dalam bahasa Jepang, customer disebut dengan kata okyakusama yang artinya sama
maknanya dengan customer itu sendiri, dan tamu terhormat. Customer adalah siapa saja
yang menggunakan hasil pekerjaan seseorang atau suatu tim. Definisi ini mengandung
arti bahwa customer dapat bersifat internal maupun eksternal dipandang dari sudut
organisasi.
- Customer internal
Konsep customer internal diperkenalkan dalam perusahaan yang manajemennya
memandang bahwa proses pembuatan produk dan penyediaan jasa merupakan suatu
rangkaian rantai customer (customer chain).
- Customer eksternal
Customer eksternal disebut pula dengan customer akhir. Kedekatan perusahaan
dengan customer luar merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh perusahaan
yang menggunakan total quality management.
Customer value adalah selisih antara manfaat yang diperoleh customer dari produk dan
jasa yang dikonsumsinya dengan pengorbanan yang dilakukan oleh customer untuk
memperoleh manfaat tersebut. Oleh karena itu, formula customer value dapat dinyatakan
secara matematis sebagai berikut :
Dari formula customer value tersebut terlihat bahwa tanda yang digunakan untuk
menunjukkan peran hubungan dalam membentuk customer value adalah tanda perkalian
(*). Hubungan berkualitas (quality relationship) menjanjikan pelipatgandaan value yang
dibangun oleh produsen bagi customer.
Proses pemanfaatan produk dimulai dari usaha untuk mencari (find) produk yang
dibutuhkan oleh customer. Produk dapat dicari melalui kehadiran customer secara fisik di
pasar (market place), atau melalui teknologi informasi (cyberspace).
1. Pemesanan
2. Penerimaan barang
3. Pembayaran
Ketiga proses tersebut dilayani oleh produser melalui prosedur order penjualan,
prosedur pengiriman barang, dan prosedur penagihan (billing procedure). Setelah produk
dibeli, umumnya produk memerlukan transportasi untuk memindahkannya dari gudang
produsen ke lokasi pemakaian oleh customer.
Pada dasarnya produk merupakan satu ikat jasa yang disediakan untuk memuaskan
kebutuhan customer. Pandangan bahwa produk merupakan satu ikat jasa berakibat pada :
1. Produser bertanggung jawab atas penyediaan value pada setiap tahap proses
pemanfaatan produk, baik sendiri maupun bersama-sama dengan mitra bisnisnya.
2. Produser tidak mungkin memiliki kompetensi di dalam menyediakan keseluruhan jasa
yang berkaitan dengan produknya. Produser umumnya hanya memiliki core
competency tertentu untuk menyediakan jasa yang berkaitan dengan produknya.
3. Berdasarkan pada kenyataan pada butir 2 tersebut, produser yang menggunakan
paradigma customer value akan membangun hubungan kemitraan dengan produser
lain, untuk menyediakan qualityservices bagi customer. Dengan demikian, produk
sebagai ikat jasa hanya dapat dihasilkan dengan kualitas yang konsisten melalui kerja
sama organisasi dalam bentuk jejaring (organization network), yang diikat dengan
quality relationship.
Paradigma customer value strategy perlu diwujudkan ke dalam keyakinan dasar yang
kuat yang harus ditanamkan kepada seluruh personel organisasi, yaitu bahwa :
1. Bisnis merupakan suatu mata rantai yang menghubungkan pemasok dengan customer.
2. Customer merupakan tujuan pekerjaan.
3. Sukses merupakan hasil penilaian terhadap suara customer.
Nilai Dasar untuk Mewujudkan Paradigma Customer Value
Untuk mewujudkan paradigma customer value, perlu ditanamkan personal values yang
cocok dengan paradigma tersebut :
1. Integritas
2. Kerendahan hati
3. Kesediaan untuk melayani
Integritas adalah kemampuan seseorang untuk mewujudkan apa yang telah dikatakan
menjadi suatu realitas, dalam situasi apapun.
Kesediaan untuk melayani. Jika diyakini bahwa fokus usaha perusahaan adalah
customer –karena tanpa customer tidak ada alasan yang menopang keberadaan suatu
organisasi –maka salah satu personal values yang perlu dimiliki oleh setiap anggota
organisasi adalah kesediaan untuk melayani.
Struktur SPPM terdiri dari tiga komponen : struktur organisasi, jejaring informasi dan
sistem penghargaan. Customer value mindset diwujudkan ke dalam tiga komponen
struktur SPPM berikut ini :
Karena dalam lingkungan bisnis dalam kompetisi global telah mengalami perubahan
dramatis, yang ditandai dengan persaingan yang semakin tajam dan perubahan yang semakin
pesat, konstan, radikal, serentak, dan pervasif maka diperlukan paradigma improvement
berkelanjutan untuk menghadapinya.
Nilai Dasar untuk Mewujudkan, Paradigma Improvement Berkelanjutan
1. Struktur SPPM
2. Proses SPPM
Organisasi yang mampu memenuhi tuntutan knowledge workers tersebut adalah yang
memiliki karakteristik sebagai berikut :
Peran manajer. Continuous improvement mindset mengubah peran manajer yang semula
sebagai atasan yang bertanggung jawab untuk mempertahankan status quo dan
mengendalikan bawahannya, menjadi bertanggung jawab untuk menantang status quo dan
menjadi coach bagi personel lain untuk menjadikan pengetahuan yang dikuasai oleh
personel produktif.
OPPORTUNITY MINDSET
OPPORTUNITY MINDSET
Peluang (opportunity) adalah kondisi yang terbuka di masa depan yang belum pernah
dialami seseorang atau organisasi, yang berbeda dengan yang pernah atau yang sedang
dialami.dan yang mengandung ketidakpastian. Opportunity mindset adalah sikap mental
mapan yang senantiasa menggunakan kondisi masa depan, atau kondisi yang belum diketahui
sebelumnya sebagai suatu kondisi yang diharapkan untuk mengevaluasi kondisi yang
dihadapi kini.
Jika dibandingkan karakteristik orang yang memiliki problem solving mindset dengan
karakteristik orang yang memiliki opportunity mindset, terdapat perbedaan mencolok di
antara keduanya. Berikut perbedaaan karakteristik orang yang memiliki problem solving
mindset dengan karateristik orang yang memiliki opportunity mindset.
NO KARAKTERISTIK KARAKTERISTIK
ORANG MEMILIKI ORANG MEMILIKI
BUTIR PERBEDAAAN
PROBLEM SOLVING OPPORTUNITY
MINDSET MINDSET
1. Pemicu tindakan Penyimpanan kondisi Peluang masa depan
sekarang dari kondisi
normal
2 Dasar untuk membentuk Creating the future from Creating the future
masa depan the past from the future
3 Respons terhadap pemicu Reaktif Proaktif
Rencana strategik yang dihasilkan oleh tim penyusun rencana strategik dengan mindset
tersebut akan memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Rencana strategik akan berisi proyeksi ke depan berbagai cara yang dipandang normal
di masa lalu. Dalam persaingan yang tajam, setiap pesaing berusaha untuk
memuaskan kebutuhan customer melalui cara-cara inovatif, penyusunan rencana
strategik dengan cara ini menempatkan perusahaan pada posisi, lemah dan mediocre
dalam persaingan. Dalam lingkungan bisnis seperti itu, perusahaan yang tidak
melakukan improvement terhadap sistem yang digunakan untuk menghasilkan produk
dan jasa yang disediakan bagi customer akan kehilangan bisnisnya.
2. Rencana strategik yang berisi berbagai peluang bisnis masa lalu, bukan berbagai
peluang bisnis yang terbuka di masa depan.
3. Berbagai alternatif rangkaian tindakan yang dipilih dalam proses penyusunan rencana
strategik adalah alternatif tindakan yang berisiko kecil. Dan dalam bisnis, risiko kecil
berarti hasil ekonomi yang kecil pula.
Jika tim penyusun rencana strategik terdiri atas orang- orang yang memiliki
opportuny mindset, rencana strategik yang dihasilkan akan memiliki karakteristik sebagai
berikut :
1. Rencana strategik berisi prakiraan prospek bisnis yang akan terjadi di masa depan,
yang sejalan dengan perubahan lingkungan bisnis yang diperkirakan akan terjadi di
masa depan. Dengan demikian, rencana strategik berisi berbagai improvement
berkelanjutan terhadap sistem yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan value
bagi customer.
2. Rencana strategik berisi berbagai rangkaian tindakan yang digunakan untuk
menyongsong peluang bisnis masa depan.
3. Rencana strategik berisi rangkaian tindakan berisiko yang diperhitungkan dengan baik
(well-calculated risks)
Untuk membangun opportunity mindset dalam diri tim penyusun rencana strategik,
langkah-langkah berikut ini dapat ditempuh :
Bangunan opportunity mindset terdiri atas tiga bagian, paradigma, keyakinan dasar,
dan nilai dasar. Secara kesatuan, paradigma, keyakinan dasar, dan nilai dasar tersebut
membentuk opportunity mindset, yang menjadi peta pemandu bagi pemilik mindset tersebut
dalam memilih berbagai rangkaian tindakan bermasa depan.
Paradigma Peluang
Keyakinan Dasar
Nilai Dasar
1. Keberanian
2. Keterbukaan
3. Ketidakpuasan kreatif
Keterbukaan. Keterbukaan terhadap sesuatu yang baru merupakan nilai yang perlu
dijunjung tinggi oleh tim penyusun rencana strategik, untuk menjadikan diri mereka
senantiasa mampu membaca setiap perubahan yang terjadi dalam lingkungan yang
mereka hadapi.
Emotional discontent adalah perasaan negatif seseorang yang timbul sebagai akibat tidak
terpenuhi keinginannya. Creative discontent adalah perasaan positif seseorang dalam
menghadapi keadaan tidak terpenuhi keinginannya.
1. Recruitment personel yang memiliki keyakinan dasar dan nilai dasar yang diperlukan
untuk membentuk komponen opportunity mindset.
2. Memasukkan keyakinan dan nilai dasar yang menjadi komponen opportunity mindset
ke dalam kriteria pemilihan personel yang akan diberi tanggung jawab pada posisi
manajerial.
3. Mengomunikasikan keyakinan dasar dan nilai dasar opportunity mindset ke seluruh
personel organisasi melalui personal behavior –perancangan dan implementasi sistem
untuk mewujudkan keyakinan dan nilai dasar tersebut.
Melatih Kemampuan Tim untuk Trendwatching
Manajemen puncak sering kali salah mengira bahwa setiap orang yang menduduki posisi
manajerial dengan sendirinya akan memilki kemampuan untuk trendwatching. Oleh karrena
itu, dalam membentuk tim ad hoc penyusun rencana strategik, anggota tim biasanya diambil
dari manajemen puncak.
Envisioning adalah perumusan visi perubahan masa depan yang akan diwujudkan melalui
tindakan- tindakan sekarang.
BAB 7
EMPLOYEE EMPOWERMENT
Knowledged Workers
1. Manajer yang bertanggung jawab untuk menjadikan karyawan berdaya, dalam arti
karyawan dapat dipercaya, dan diandalkan oleh manajer untuk mengambil
keputusan yang sebelumnya dilaksanakan oleh manajer.
2. Karyawan yang bertanggung jawab untuk menjadikan dirinya berdaya, dalam arti
dapat menumbuhkan kepercayaan manajer bahwa ia dapat dipercaya untuk
melaksanakan pengambilan keputusan yang sebelumnya tidak pernah
dilakukannya.
Mindset pemberdayaan karyawan terdiri atas paradigma pemberdayaan karyawan,
keyakinan dasar, dan nilai-nilai dasar yang melandasi pemberdayaan karyawan.
SPPM
Employee
Empowerment
mindset
Nilai Dasar
Kejujuran dan kerendahan hati
Keyakinan dasar yang dimiliki oleh oleh para manajer untuk mewujudkan mindset
pemverdayaan karyawan adalah.
1. Kejujuran
2. Kerendahan hati
Dua keyakinan dasar yang perlu dibangun dalam diri karyawan untuk memperoleh
kepercayaan dari manajer adalah :
Lima nilai dasar yang perlu dijunjung tinggi oleh karyawan agar ia dapat dipercaya
oleh manajer dan teman sekerja lain dalam tim kerja adalah : kejujuran, keberanian,
integritas, mental berlimpah, dan kesabaran dalam mewujudkan visi.
Terdapat empat perubahan organisasi masa depan yang dilandasi oleh Mindset
pemberdayaan karyawan :
Karyawan bertanggung jawab atas kinerja pengetahuan, oleh karena itu, kualitas
karyawan merupakan penentu produktivitas pengetahuan untuk memproduksi produk dan
jasa bagi kepuasan kebutuhan customers.
BAB 8
TIM
Definisi tim. Tim adalah kumpulan orang yang berdasarkan keahlian masing-masing
yang bersifat saling melengkapi, bekerja sama untk mewujudkan tujuan tertentu bersama.
Tujuan tim. Tim dibentuk untuk mewujudkan tujuan tertentu. Ada tim yang dibentuk
untuk pengembangan produk, pengembangan sistem, improvement terhadap kualitas,
penyelesaian masalah, atau perekayasaan kembali sistem yang digunakan untuk melayani
customer.
Masa kerja tim. Masa kerja tim dapat dibagi menjadi dua : sementara, dan permanen.
Tim yang memiliki masa kerja permanen adalah tim yang dibangun sebagai bagian
permanen dari struktur organisasi perusahaan. Tim sementara adalah tim yang dibentuk
untuk mewujudkan tujuan- tujuan jangka pendek, dan akan segera dibubarkan begitu
tujuan tim sudah tercapai.
Keanggotaan tim. Keanggotaan tim dapat bersifat fungsional atau lintas fungsional. Tim
fungsional beranggotakan orang-orang dengan keahlian sama,baik yang diperoleh dari
pendidikan, maupun dari pengalaman.Tim lintas fungsional beranggotakan orang dari
berbagai fungsi, dan dengan berbagai keahlian.
Definis. Tim lintas fungsional adalah sekelompok personel yang berasal dari berbagai fungsi
atau disiplin dalam organisasi, berusaha bersama-sama mewujudkan tujuan tim.
Keanggotaan tim lintas fungsional. Tim lintas fungsional beranggotakan berbagai personel
yang memiliki keahlian tertentu di bidangnya.
Pemimpin tim lintas fungsional. Tim lintas fungsional dipimpin oleh seorang manajer yang
sering kali disebut dengan case manajer. Case manajer memegang kepemilikan sistem, dan
bertanggung jawab untuk :
Case manajer merupakan titik kontak tunggal (single point of cantact) bagi customer, baik
internal maupun external.
Terdapat empat keyakinan dasar yang perlu ditanamkan dalam diri setiap personel
tentang cross-functional approach :
1. Kerja sama
2. Mental berlimpah
3. Kerendahan hati
Kerja sama. cross-functional approach hanya akan terwujud jika anggota organisasi
menjunjung tinggi nilai kerja sama.
Mental berlimpah. Mental berlimpah adalah kemampuan jiwa seseorang dalam menerima
keberhasilan, kelebihan, keberuntungan dan penghargaan yang diperoleh orang lain.
Kerendahan hati. Kerendahan hati menjadikan orang mampu menerima kehadiran orang
lain dalam bekerja, dan mampu membangun kerja sama dengan orang lain dalam mencapai
tujuan bersama.
1. Cross-Functional organization
2. Sistem penghargaan tim lintas fungsional
Proses SPPM terdiri atas enam tahap : perumusan strategi, perencanaan strategik penyusunan
program, penyusunan anggaran, implementasi dan pengendalian. Cross-Functional Mindset
diwujudkan ke dalam tahap-tahap proses sistem pengendalian manajemen berikut ini :
Struktur sistem adalah komponen-komponen yang berkaitan satu dengan yang lainnya
yang secara bersama-sama membentuk suatu sistem. Setiap komponen dalam struktur
memiliki fungsi tertentu untuk mencapai tujuan sistem. Struktur sistem yang sehat adalah
struktur yang setiap komponennya didesain sesuai dengan tuntutan lingkungan bisnis yang
akan diterapi sistem tersebut.
Struktur Organisasi
Jejaring Informasi
Sistem Penghargaan
Oleh karena itu, jika kita membawa perusahaan ke dalam lingkungan tersebut, dengan
struktur organisasi yang berfokus ke kepentingan produser (bukan customer), yang sarat
dengan pengendalian (bukan inovasi), dan yang didesain untuk mempertahankan status quo,
maka kelangsungan hidup organisasi akan terancam, karena desain struktur organisasinya
tidak sesuai dengan lingkungan bisnis yang dimasuki oleh perusahaan.
Begitu pula jika misalnya kita memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, yang
menuntut organisasi memiliki karakteristik : cepat, fleksibel, terpadu dan inovatif, namun kita
mendesain organisasi hierarkhis fungsional dengan jenjang yang tinggi. Meskipun organisasi
tersebut dijalankan oleh manajer yang smart, menggunakan balanced scorecard dalam
perencanaan strategik, dan menggunakan activity-based budgetingdalam sistem penyusunan
anggaran, organisasi tersebut tidak akan mampu berfungsi dengan baik dalam lingkungan
bisnis turbulen tersebut. Hal yang sama akan terjadi apabila misalnya perusahaan sudah
mendesain struktur organisasi, jejaring informasi, dan sistem penghargaan yang sesuai
dengan tuntutan lingkungan bisnis global, namun masih menggunakan proses SPPM, seperti
functional- based budgeting, dan strateginya masih difokuskan pada usaha untuk
mengalahkan pesaing, maka tujuan untuk menjadikan organisasi sebagai institusi pencipta
kekayaan tidak akan berhasil.
BAB 10
STRUKTUR ORGANISASI
Penilaian kinerja dilakukan dengan menetapkan ukuran kinerja setiap tipe pusat
pertanggungjawaban tersebut. Karakteristik yang sangat menonjol dalam ukuran kinerja yang
digunakan untuk mengukur kinerja pusat pertanggungjawaban adalah semua ukuran kinerja
berupa ukuran keuangan. Biaya, pendapatan, laba, return on investment atau residual income
merupakan ukuran kinerja yang secara luas digunakan untuk mengukur kinerja pusat
pertanggungjawaban.
Ada empat tren yang berdampak mendasar terhadap pendekatan pengorganisasian modal
manusia :
Terdapat dua kelemahan berkaitan dengan organisasi matriks. Pertama, tujuan yang
dicapai oleh manajer produk / proyek bukan improvement terhadap sistem, namun untuk
mengelola sistem yang telah ada, untuk secara sederhana menyelesaikan krisis, dan
mendorong komunikasi lintas fungsional. Kedua, meskipun manajer produk/ proyek maasih
berbagi sumber daya, fasilitas dan peralatan, serta manajer dapat mulai bersaing satu sama
lain untuk memperebutkan sumber daya, dan gagal bekerja sama untuk mengoptimumkan
kinerja untuk semua customer.
Telah banyak usaha yang ditempuh untuk mencari alternatif pengorganisasian modal
manusia, selain dengan pendekatan fungsional hierarkis. Usaha-usaha tersebut dibagi menjadi
dua kelompok berikut ini :
Komite. Komite dibentuk untuk menyediakan forum komunikasi, koordinasi dan partisipasi.
Jika digunakan semestinya, komite menyediakan badan koordinasi yang memandu tim ad
hoc untuk memastikan bahwa pekerjaan berbagai tim ad hoc dalam mencapai seluruh tujuan
organisasi sesuai satu dengan yang lainnya.
Customer internal. Pendekatan ini mendorong personel untuk memandang bahwa proses
berikutnya adalah customer. Berdasarkan pandangan ini, personel didorong untuk
menyelesaikan masalah yang timbul dalam fungsinya, dan tidak melemparkan masalah
tersebut ke proses berikutnya.
Pendekatan ini menyadari adanya sistem lintas fungsional, dan mendefinisikan kembali
peran dan tanggung jawab manajer berdasarkan kesadaran tersebut. Pendekatan kepemilikan
sistem terdiri atas tiga sistem :
Customer-Driven Innovation
1. Penerimaan order
2. Pengiriman order
3. Akuntansi khusus
4. Customer service