2EA16250 Dikonversi
2EA16250 Dikonversi
BIAYA KUALITAS
2.1. Kualitas
memperhitungkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan pada produk atau
jasa tersebut.
12
13
rekayasa, produksi, dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang
berikut:
elemen-elemen dari sekian banyak definisi kualitas yang ada, sebagai berikut:
Berdasarkan ketiga elemen di atas, kualitas adalah usaha yang dilakukan oleh
selalu berubah dan dinamis, melalui produk, jasa, proses, dan lingkungan yang
dihasilkan.
2.1.2. Jenis-jenis Kualitas
kualitas yang lebih baik. Kualitas rancangan yang lebih tinggi biasanya
produk tersebut cocok untuk digunakan. Sebuah produk yang dibuat tepat
sebagaimana didesain sejak awal adalah produk yang baik, dan produk
bahwa mutu kesesuaian harus menerima tekanan yang lebih besar. Hal ini
kesesuaiannya jelek karena suatu kegagalan yang melekat pada suatu standar
kerja tertentu, maka harus ada penyelidikan mengapa standar kerja tidak diikuti
dan harus diambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa hal tersebut tidak
1. Kinerja (Performance)
2. Estetika (Aesthetics)
4. Keunikan (Features)
5. Reliabilitas (Reability)
6. Durabilitas (Durability)
produk.
7. Tingkat kesesuaian (Quality of Conformance)
produk mengandung cacat desain yang parah, maka produk tersebut tidak
yang lain.
Sebuah produk tidak perlu secara mutlak mutunya terbaik, yang terpenting
dimanfaatkan. Selain sifat fisik, konsumen juga mencari harga yang wajar,
memperhatikan harga.
2. Ekonomi
3. Awet
Pemakai mengharapkan agar produk itu terbuat dari bahan yang awet dan
4. Aman
5. Mudah digunakan
6. Mudah Dibuat
Hal ini berkaitan dengan biaya produksi. Produk tadi harus terbuat dari
mungkin.
7. Mudah dibuang
1995:15- 16):
pencapaian tujuan.
pelanggan.
produk tersebut.
kekuatan operasi.
peningkatan kualitas.
menyukseskan proyek.
Memberi sumber daya, motivasi, dan tujuan yang diperlukan oleh tim
hasil.
yang dilakukan karena mungkin atau telah dihasilkan suatu barang yang
kualitas.
membantu membuat dan melacak perubahan, metode ini ada dalam bahasa jalur
produksi: tingkatan kecacatan atau mode kegagalan, tidak dipaparkan secara
spesifik atau semacamnya. Juran menyadari bahwa standar seperti itu tidaklah
dari segi keuangan tetapi juga menciptakan tujuan dari suatu program kualitas;
biaya- biaya yang dihubungkan semata-mata hanya dengan produk yang cacat
produk cacat.
terjadi karena adanya atau kemungkinan adanya kualitas produk yang rendah.
adalah biaya yang timbul karena mungkin atau telah terdapat produk yang buruk
kualitasnya.
kegiatan yang berhubungan dengan kualitas antara lain (Hansen dan Mowen,
2004:443):
kegiatan penilaian.
kualitas yang buruk (kualitas yang buruk memang telah terjadi). Kegiatan
kegagalan eksternal.
produk baru.
c. Pelatihan (Trainning)
praktek)
e. Perolehan data kualitas dan analisa (Quality data acquisition and analysis)
produk dan bahan baku. Ada beberapa biaya yang termasuk di dalam
tangan konsumen.
mengukur.
karena barang yang cacat yang secara ekonomi tidak dapat diperbaiki atau
digunakan.
digunakan.
d. Downtime
Biaya yang dikeluarkan karena fasilitas, peralatan, dan tenaga kerja yang
e. Yield losses
Biaya proses yang lebih rendah yang bisa dicapai melalui proses
tidak sesuai dapat dipakai dan apakah yang sebaiknya dilakukan atas
yaitu:
produk yang cacat, instalasi yang keliru, atau petunjuk yang tidak sesuai
d. Allowances
untuk dijual seperti barang bekas dan untuk pemberian hadiah yang dibuat
adanya.
2.2.3. Informasi Biaya Kualitas
kelompok.
program.
sesungguhnya terjadi saat ini. Daftar biaya kualitas yang sesungguhnya terjadi
keuangannya.
2. Daftar tersebut menunjukkan distribusi biaya kualitas setiap kelompok
kelompok.
a. Pendekatan Tradisional
tingkat kualitas yang dapat diterima yang disebut acceptable quality level
akan diproduksi dan dijual. Sebagai contoh, jika AQL ditentukan sebesar
4%. Dalam kasus ini, lot produk atau produksi berjalan dan mempunyai
masa lalu.
Standar kerja yang mengharuskan produk atau jasa yang diproduksi dan
merupakan
standar yang mungkin saja tidak tercapai sepenuhnya. Namun, banyak
bukti yang menunjukkan bahwa standar tersebut dicapai dengan hasil yang
efektif. Perlu diperhatikan juga bahwa konsep kerusakan nol ini juga
meningkatkan kualitas.
gambaran bagi manajer perusahaan dalam mengelola biaya kualitas yang ada di
a. Pandangan Tradisional
dan biaya penilaian (control cost) dengan biaya kegagalan internal dan
eksternal (failure cost). Apabila control cost meningkat maka failure cost
akan menurun. Sepanjang penurunan biaya failure cost lebih dari kenaikan
rusak dalam hal ini yang akan meningkatkan control cost tidak dapat lagi
konseptual dan praktikal tidak diketahui alasan mengapa posisi biaya total
Gambar 2.1
Sumber : R.A. Supriyono, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk Teknologi Maju dan
Globalisasi, Yogyakarta : BPFE, 2002, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, hal 385.
Dalam pandangan ini tingkat optimal biaya kualitas terjadi jika tidak ada
produk rusak (zero defect). Model cacat nol (zero defect model)
menyatakan bahwa dengan mengurangi unit cacat hingga nol maka akan
dengan cara yang berbeda dengan yang dilakukan menurut sudut pandang
tradisional.
Menurut Hansen dan Mowen (2004:447), terdapat tiga perbedaan dari kedua
Terdapat empat jenis kemajuan yang dapt diukur dan dilaporkan antara lain
(Supriyono, 2002:402-411):
atau tidak sehingga perusahaan bisa mengurangi biaya yang timbul karena
Biaya Penilaian:
Biaya tetap:
Inspeksi bahan Rp 40.000,00 Rp 56.000,00 Rp 16.000,00 L
Penerimaan produk 20.000,00 30.000,00 10.000,00 L
Penerimaan proses 60.000,00 54.000,00 6.000,00 R
Jumlah Rp 120.000,00 Rp 140.000,00 Rp 20.000,00 L
Sumber : R.A. Supriyono, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk Teknologi Maju dan
Globalisasi, Yogyakarta : BPFE, 2002, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, hal 404.
2. Laporan biaya kualitas trend satu periode
kualitas yang sesungguhnya terjadi pada tahun ini dan biaya kualitas yang
tersebut adalah laporan biaya kualitas trend satu periode karena periode
yang digunakan satu tahun. Keunggulan laporan biaya kualitas trend satu
trend satu periode yaitu laporan ini hanya menilai trend jangka pendek
laporan biaya kualitas trend satu periode dapat dilihat pada tabel 2.2:
Tabel 2.2
Laporan Kinerja Biaya Kualitas Trend Satu Tahun
PT. Cintanusa
Laporan Kinerja: Biaya Kualitas, Trend Satu Tahun
Tahun 1993
Biaya Penilaian:
Biaya tetap:
Inspeksi bahan Rp 40.000,00 Rp 62.500,00 Rp 22.500,00 L
Penerimaan produk 20.000,00 38.300,00 18.300,00 L
Penerimaan proses 60.000,00 62.400,00 2.400,00 L
Jumlah Rp 120.000,00 Rp 163.200,00 Rp 43.200,00 L
Kegagalan internal:
Biaya variabel: Rp 90.000,00
Sisa 60.000,00 Rp 86.000,00 Rp 4.000,00 R
Pengerjaan kembali 70.000,00 10.000,00 L
Jumlah Rp 150.000,00 Rp 150.000,00 Rp 6.000,00 L
Kegagalan eksternal:
Biaya tetap: Rp 50.000,00
40.000,00 Rp 66.000,00
Keluhan pelanggan Rp 16.000,00 L
Biaya Variabel: 30.000,00
36.000,00
Garansi (jaminan) 4.000,00 R
32.800,00
Reparasi 2.800,00 L
Jumlah Rp 120.000,00 Rp 134.800,00 Rp 14.800,00 L
Keterangan:
# Penjualan sesungguhnya untuk tahun 1992 dan tahun 1993 besarnya sama yaitu Rp 5.000.000,00
Sumber : R.A. Supriyono, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk Teknologi Maju dan
Globalisasi, Yogyakarta : BPFE, 2002, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, hal 406.
3. Laporan trend biaya kualitas
biaya kualitas yaitu perusahaan dapat memantau trend biaya kualitas yang
penurunan biaya kualitas yang stabil sampai mencapai target yang telah
ditetapkan.
diharapkan jika standar sama dengan tingkat penjualan periode ini. Contoh
laporan biaya kualitas jangka panjang dapat dilihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3
Laporan Kinerja Jangka Panjang
PT. Cintanusa
Laporan Kinerja Jangka Panjang
Tahun 1993
Biaya Penilaian:
Biaya tetap:
Inspeksi bahan Rp 40.000,00 Rp 20.000,00 Rp 20.000,00 L
Penerimaan produk 20.000,00 - 20.000,00 L
Penerimaan proses 60.000,00 15.000,00 45.000,00 R
Jumlah Rp 120.000,00 Rp 35.000,00 Rp 85.000,00 L
Kegagalan internal:
Rp 90.000,00
Biaya variabel:
60.000,00
Sisa Rp - Rp 90.000,00 R
Pengerjaan kembali - 60.000,00 L
Jumlah Rp 150.000,00 Rp 0 Rp 150.000,00 R
Sumber : R.A. Supriyono, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk Teknologi Maju dan
Globalisasi, Yogyakarta : BPFE, 2002, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, hal 412.