Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MENGKUR KELANGKAAN SDA


Mata Kuliah : Ekonomi Sumber Daya

Dosen Mata Kuliah :


Revnussa Oktoberry, SE., MM

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Nama NIM
Monica Oktaviani 1930202050 19
Nini Karlina 1930302050 47
Ririn Kabes 1930302050 29
Wenny Awalina 1930202050 25

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (P.IPS)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat
dan taufik – Nya kepada kita semua sehingga pemakalah dapat menyusun makalah
yang berjudul “MENGKUR KELANGKAAN SDA”. Shalawat serta salam semoga
senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW., para sahabatnya,
keluarganya dan sekalian umatnya hingga akhir zaman.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mohon saran dan kritik yang bersifat membangun
untuk menyempurnakan pembuatan makalah selanjutanya.
Mudah – mudahan makalah ini dapat berguna khusnya bagi penulis dan
umumnya bagi kita semua yang membacanya.

Palangkaraya, Maret 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Mengukur Kelangkaan Sumberdaya Alam........................................................................3
B. Pengukuran Ekonomis Terhadap Kelangkaan...................................................................6
a. Biaya Produksi...........................................................................................................6
b. Harga Barang Sumberdaya Alam ..............................................................................9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan......................................................................................................................14
B. Saran................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

3
BAB  I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Ilmu ekonomi merupakan cabang ilmu sosial yang mempelajari berbagai
perilaku pelaku ekonomi terhadap keputusan-keputusan ekonomi yang dibuat.
Ilmu ini diperlukan sebagai kerangka berpikir untuk dapat melakukan pilihan
terhadap berbagai sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan
manusia yang tidak terbatas.
Salah satu aspek krusial dalam pemahaman terhadap sumber daya
alam adalah memahami juga kapan sumber daya tersebut akan bukan hanya
konsep ketersediaannya yang harus kita pahami, melainkan juga konsep
pengukuran kelangkaan sumber daya alam. aspek kelangkaan ini menjadi sangat
penting karena dari sinilah kemudian muncul persoalan bagaimana mengelola
sumber daya alam yang optimal.
Masalah sumber daya timbul karena adanya ketidakseimbangan antara
sumber daya yang tersedia dengan kebutuhan manusia yang terus meningkat.
Ada empat masalah yang berkaitan dengan keberadaan sumber daya, yaitu
masalah kependudukan dengan lingkungan hidup, masalah produktivitas lahan
dan manusia, masalah kualitas lingkungan dan masalah penyebaran sumber daya.
Dengan kekayaan bumi yang dimiliki oleh suatu Negara, dan dengan
semakin banyaknya penduduk suatu negaratersebut yang akan terus memakai
aatau menggunakan sumber daya yang ada maka dibutuhkan pengukuran yang
tepat agar tidak terjadi kelangkaan sumnerdaya alam di Negara tersebut. Ataupun
dengan memikirkan bagaiman mengganti sumberdaya yang sudah langka atau
akan habis dengan mencari penemuan –penemuan baru agar tidak terjadi
kesulitan atau ketidaksejahteraan dalan masyarakat suatu Negara dikarenakan
adanya kelangkaan sumberdaya alam.

4
B. Rumusan masalah.
1. Bagaimana cara mengukur kelangkaan sumer daya alam?
2. Bagaimana cara melakukan Pengukuran Ekonomi Terhadap Kelangkaan?

C. Tujuan Penulisan.
1. Untuk melihat bagaiman cara mengukur kelangkaan sumberdaya alam.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan pengukuran ekonomi
terhadap kelangkaan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mengukur Kelangkaan Sumberdaya Alam


Terdapat kelompok optimis dan kelompok pesimis mengenai persediaan
sumber daya alam. Dengan adanya dua kelompok pemikiran itu telah dirasakan
perlunya untuk meneliti lagi manakah diantara kedua kelompok pemikir itu yang
pendapatnya dapat diterima. Dengan kata lain kita perlu mengadakan pengukuran
tentang jumlah persediaan sumber daya alam. Namun demikian tidak mudah bagi
para ahli ekonomi untuk mengetahui apakah sumber daya alam yang ada itu
masih banyak jumlahnya dalam arti kuantita atau volume tertentu
Ahli geologi dengan ilmu dan alat yang mereka miliki lebih mampu dalam
mengukur kuantita atau volume batu bara yang tersedia dalam bumi. Demikian
pula ahli pertanahan lebih tau mengetahui tanah mana yang masih subur  serta
berapa luasnya dan sebagainya. Namun demikian ahli ekonomi dengan peralatan
analisis yang mereka miliki juga harus dapat mengetahui masih banyak atau
tinggal sedikit  sumber daya alam tertentu itu tersedia didalam bumi atau
dipermukaan bumi ini, walaupun tidak dapat menentukan volume atau jumlahnya
secar pasti dalam ukuran tertentu. Sering ahli ekonomi hanya mengatakan sumbr
daya alam itu langka atau tidak dan kelangkaa ini lebih bbrarti kelangkaan
ekonomi bukan kelangkaan fisik.
Dan arti dari langka itu yakni keadaan dimana  jumlah barang yang diminta
lebih bnyak daripada jumlah barang yang ditawarkan atau yang tersedia. Alam
kaitanyya dengan sumber daya alam, persediaan itu diharapkan pada tingkat
konsumsi sumber daya alam pertahun untuk memperkirakan berapa lama lagi
jumlah persedian tersebut akan dapat dikonsumsi untuk menopang kehidupan
manusia.

6
Persedian sumber daya alam kita artikan sebagai volume sumberdaya alam
yang sudah diketahui dan dapat diambil dengan mendatangkan keuntungan pada
tingkat biaya produksi  dan tingkat harga tertentu. Missal sejak Indonesia
baru  merdeka sudah diketahui bahwa Indonesia memiliki pasir besi dipantai
selatan Jawa  Tengah, namun statistic mengenai pasir besi belum sempurna dan
kita tidak mengetahui berapa persediaan pasir besi tersebut. Baru setelah tahun
1970-an dengan adanya nilai ekonomi karena Jepang sanggup membeli
pasir  besi tersebut, maka pasir besi tersebut bernilai sebagai sumberdaya alam
dan perlu diperhitungkan ketersediaannya. Demikian pula batu dan pasir sebelum
digunakan sebagai bahan bngunan belum mempunyai nili dan jumlah yang ada
belum diketahui persediaaanya. Selanjutnya persediaan dapt ditingkatkan  baik
dengan penemuan deposit baru ataupun dengan teknologi baru yang dapat
mengubah sumber daya alam yang tidak ekonomis menjadi sumber daya alam
yang ekonomis. Sayangnya memang sulit untuk mengetahui volume fisik, lokasi
maupun kualitas sumber daya alam secara tepat, sehingga sulit pula untuk
menentukan derajat kelangkaann sumber daya alam tersebut.
Untuk mengetahui lanka atau tidaknya sumber daya alam dibumi ini, para
ahli konomi menggunakan berbagai cara atau alat pengukur dalam bidang
ilmunya, yaitu dengan melihat harga barang sumber daya alam dan nilai sewa
ekonomis atau economic rent.
Sekali lagi yang dimaksud dengan persediaan sumber daya alam disini
adalah sumber daya alam yang sudah diketahui adanya secara geologis dan ia
sudah mempunyai nilai ekonomis.
Gambar 1.1 dibawah memperlihatkan apa yang dimaksud dengan istilah
persediaann “semberdaya alam”. Sesungguhnya segala sesuatu yang ada didalam
dan diatas bumi yang bukan buatan manusia disebut sumberdaya alam.
Sumberdaya alam ini ada yang sudah diketahui dan ada yang belum diketahui.
Yang belum diketahui dibedakan menjadi sumber daya alam yang tidak
dimengerti sama sekali dan yang secara hipotesis dan spekulatif diketahui.

7
 Jadi gambar 1.1 menunjukan bahwa semakin ke kiri letak sumberdaya alam
dalam kotak-kotak itu semakin tinggi derajat kepastian geologis sumberdaya
alam tersebut, dan semakin keatas letak sumberdaya alam itu dalam kotak-kotak
tersebut semakin tinggi derajat kelayakan ekonominya. Atas dasar pengertian
tersebut maka yang dimaksud dengan persediaan (reserve = stock) sumberdaya
alam yang sudah mempunyai nilai ekonomis dan sudah diketahui secara
geologis. Memang dari persediaan sumberdaya alam itu derajatnya masih
dibedakan lagi menjadi sumberdaya alam yang dapat ditunjukan secara geologis
dan lebih tinggi lagi derajatnya sebagai persediaan bila sumberdaya alam ini
sudah dapat diukur. Dari derajat manfaat konominya sumber daya alam dapat
dibedakan kedalam sumberdaya alam yang ekonomis, sub ekonomis, dan
ekonomis.
Gambar 1.1
Total sumber daya alam
diketahui Belum diketahui

Ekonomi

persediaan
Sumberdaya
hipotesis dan Tidak dimengerti
Sub- spekulatif.
ekonomi

Bahan/ Ambang potensi Ekonomi

8
material tidak Ambang mineralogy barang-barang di bumi lainnya
ekonomis

B. Pengukuran Ekonomi Terhadap Kelangkaan


a. Biaya Produksi
Baik ekonomi klasik (Ricardo) maupun Neo Klasik (Jevons) melihat
bahwa peningkatan biaya produksi berhbungan dengan semakin berkurangnya
persediaan sumberdaya alam. Memeang barang sumberdaya alam sudah terus
menerusdiambil dari bumi ini. Banett dan Morse telah meneliti pola
perkembangan biaya produksi untuk komoditi ekstraktif sepanjang sejarah
perkembangan industry di amerika serikat.
         Banett dan Morse memulai studinya dengan melihat pada doktrin Klasik
tentang tentang meningkatnya kelangkaan ekonomis atas sumberdaya alam.
Pada umumnya orang percaya bahwa sumberdaya alam secara ekonomis
memang langka, dan dengan berkembangnya waktu, sumberdaya alam itu
menjadi semakin langka, dan ini akan mengganggu kehidupan manusia dan
pertumbuhan ekonomi. Namun dalam studi Barnett dan morse itu dikemukakan
bahwa teori klasik megenai meningkatnya kelangkaan sumberdaya alam itu
tidak dapat diterima, kecuali dalam hal yag sangat terbatas atau tertutup.
        Barnett dan Morse membuat hipotesis tentang kelangkaan sumber daya
alam yaitu bahwa sumberdaya alam itu semakin langka bila:
a) Biaya riil persatuan output meningkat terus selama periode
pengambilan.
b) Biaya komoditi yang dimbil relative lebih tinggi daripada biaya
produksi komoditi lain.
c) Harga komoditi yang diambil relative lebih tinggi daripada harga
komoditi lain.

9
Atas data yang tersedia mereka menolak hipotesis yang diberikan tadi,
karena ternyata harga riil dan biaya produksi rill semakin menurun dari tahun
ketahun sejak 1870 sampai tahun 1957, kecuali dalam hal komoditi kehutanan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sumberdaya alam itu tidak semakin langka.
Namun Kerry Smith memperbaharui data yang dipakai oleh Barnett dan Morse
dengan menggunakan data sampai tahun 1972 dan menemukan bahwa ada
sedikit kecendrungan kenaikan harga relative produk pertanian, kenaikan harga
yang berfluktuasi untuk komoditi kehutanan, tetapi ada kecendrungan
penurunan harga yang berarti untuk barang-barang logam dan bahan bakar
minyak.
Ada beberapa alasan mengapa sumber daya alam tidak menjadi semakin
langka ialah:
a) Karena adanya barang subtitusi bagi sumber daya alam yang terus
menerus diambil dan semakin sedikit jumlahnya dengan sumberdaya
alam yang masih berlimpah adanya . sebagai contoh ialah alumunium
menggatikan copper, biji-bijian menggantikan daging, plastic
menggantikan kulit, dan serat sintatis menggantikan serat alami.
b) Karena adanya penemuan baru dengan dipakainya metode eksplorasi
baru, seperti metode geofisik, geokemis dan satelit.
c) Karena adanya peningkatan dalam impor mineral dan metal dari
Negara  lain. Dengan adanya perbaikan dibidang transportasi telah
memungkinkan daerah-daerah yang jauh dr lokasi sumberdaya alam
mampu bersaing secara ekonomis.
d) Karena adanya peningkatan pengetahuan teknik yang berguna bagi
eksplorasi, pengambilan dan pengangkutan sumberdaya alam, sehingga
produksi dapat bersifat besar-besaran dan biaya produksi satuan dpat
ditekan .

10
e) Adanya kemungkinan pemakiaian ulang (recycling) sebagai missal
konsumsi Amerika serikat yang berasal dari barang bekas adalah: besi
37%, tembaga 20% alumunium 10%, nikel 35%.
Disamping itu Barnett dan Morse juga menyatakan bahwa dalam sejarah
Amerika Serikat, setiap generasi selalu meninggalkan warisan utuk generasi
berikkutnya yaitu keadaan tersedianya sumber daya alam dengan kemampuan
produksi yang semaki baik. Hal ini memnag dihasilkan oleh adanya akumulasi
pengetahuan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dapat
mengimbangi peningkatan biaya produksi karena semakin berkurangnya
sumber daya alam. Namun itu semua bukan karena kebetulan , tetapi karena
adanya desakan untuk kemajuan pengetahuan, campur tangan pemerintah, serta
perubahan mekanisme yang sifatnya menempel dalam sisitim perekonomian
dan masyarakat yang ada.
Sebenarnya Barnett dan Morse mengajukan dua macam hipotesis, yaitu
hipotesis kuat dan hipotesis lemah. Hipotesis kuat menyatakan bahwa biaya riil
per satuan barang-barang ekstraktif akan meningkat dengan berkembangnya
waktu karena adanya keterbatasan dalam jumlah maupun kualitas sumberdaya
alam. Sedangkan hipotesis lemah menyatakan bahwa meningkatnya kelangkaan
sumberdaya alam cenderung meningkatkan biaya produksi riil, tetapi
peningkatan ini lebih cepat daripada kekuatan yang akan menekan kenaikan
biaya karena adanya perubahan teknik dan kekuatan ekonomi lainnya.
Tabel dibawah ini menunjukan bahwa semua jenis komoditi  ekstraktif
mengalami penurunan biaya produksi, kecuali untuk komoditi kehutanan ada
bukti kenaikan biaya produksi antara 1870-1900 dan 192, masing-masing
dengan indeks biaya 59 dan 100. Dari data pada table tersebut apakah dapat
disimpulkn bahwa sumberdaya alam tidak semakin langka atau justru ada
pengambilan sumberdaya alam mulai dari yang rendah kualitasnya baru
kemudian diikuti dengan yang semakin tingg kualitasnya? Jawabanya dalah
“tidak”. Hal tersebut diatas memang dapat terjadi karena selama periode

11
tertentu telah terjadi pula penemuan persediaan sumberdaya alam lewat
eksplorasi maupun karena adanya perubahan teknologi dan keuntungn dari
skala ekonomi (economics of scale). Pekembangan teknologi sangat menyolok
dibidang sumberdaya mineral, khususnya banyak mesin mesin yang
menggantikan tenaga manusia, dan justru banyak pula capital dan tenaga kerja
yang menggantikan sumber daya alam maupun ada saling membagi antara
berbagagai sumberdaya alam itu sendiri.
Karena adanya perubahan teknologi dan keuntungn dari skala ekonomi
(economics of scale). Pekembangan teknologi sangat menyolok dibidang
sumberdaya mineral, khususnya banyak mesin mesin yang menggantikan
tenaga manusia, dan justru banyak pula capital dan tenaga kerja yang
menggantikan sumber daya alam maupun ada saling membagi antara
berbagagai sumberdaya alam itu sendiri.
Table 1.2
Indeks Biaya Satuan Komoditi Ekstraktif di Amerika Serikat 1870-1957
Tahun Pertanian Mineral Hasil Seluruhnya
hutan
1870- 132 210 59 134
1900 100 100 100 100
1929 61 47 90 60
1957

1929 = 100
Sumber: Batnett and Morse, scarcity and growth 1963
b. Harga Barang Sumberdaya alam
      Kelangkaan sumberdaya alam dapat dilihat dari harga barang sumberdaya
yang semakin meningkat maupun dilihat dari “royalty” atau “rent”. Rent adalah
harga bayangan satu satuan barang sumberdaya dalam persediaan (stock). Bila
seseorang tertarik pada “kelangkaan”maka “rent” lebih tepat sebagai
alat  pengukurnya. Namun bila seseorang berminat untuk mengetahui banyaknya

12
pengorbanan dalam memperoleh barang sumberdaya alam, maka harga lebih tepat
sebagai indikatornya karena harga sudah mencakup biaya produksi dan rent.
Selanjutnya karena rent sulit untuk diamati maka “harga”” lebih banyak dipakai
sebagai indicator baik untuk melihat kelangkaan maupun pengorbanan guna
menghasilkan barang sumberdaya alam. Table 1.3 memperlihatkan kecenderungan
harga yang relative naik turun, namun relative tetap dalam jangka panjang
khusunya untuk barang-barang ekstraktif, pertanian. Untuk mineral ada
kecenderungan harga turun, sedangkan kehutanan dan perikanan mengalami
kenikan harga dalam jangka panjang.dengan melihat angka-angka harga itu
tampaknya dapat disimpulkan bahwa kelangkaan sumberdaya alam itu tidaka akan
terjadi, kecuali untuk komoditi kehutanan. perikanan dan beberapa mineral saja.
Walaupun demikian V. K Smith mengemukakan bahwa laju penurunan harga
barang sumberdaya itu semakin mengecil. Hal ini memberikan pengertian kepada
kita bahwa keadaan sumberdaya alam semakin langka.
       Bagaimana dengan perkembangan harga minyak anatara tahun1970dan tahun
1980-an. Harga minyak yang melonjak tinggi adalah karena kekuatan pasar dari
sisi produsen (OPEC). Namun bila sumberdaya alam non-minyak saja yang
diperhatikanmasih juga dapat disimpulkan adanya kelangkaansumberdaya lam
antara tahun 1969-1979.
       Jadi tampaknya harga-harga barang sumberdaya mineral memiliki pola
pekembangan haga seperti huruf  “U”, yaitu mula-mula tinggi kemudian menurun
lalau naik lagi. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya penemuan baru dan
kemajuan teknologi yang berakibat menekan biaya produksi dan royalty. Setelah
itu penemuan baru semakin sulit dan biaya produksi juga tidak dapat turun terus,
sehingga harga-harga akannaik kembali. Karena penemuan baru dan
perkembangan teknologi mempengaruhi tingkat harga maka kedua hal tersebutjug
mempengaruhi royalty secara tidak langsung. Tetapi harga tau rent selalu
mengalami penyimpangan karena harga-harga yang diharapkan dimasa yang akan
datang sngat mempengaruhi harga saat ini dan rent.

13
Table 1.3
Harga riil beberapa barang sumberdaya non-minyak (mineral) 1969-1979
Mineral 1969 1979
Tembaga ($/pound) 0,45 0,40
Besi ($/pound) 10,09 10,61
Batuan fosfat ($/pound) 5,23 8,20
Seng ($ 0.14/pound) 1,62 3,24
Belerang ($/ton) 0,14 0,16
Alumunium ($/pound) 25,5 25,9
Emas ($/oz) 38,98 131,26

Sumber: Fisher, A,C, op. cit


        Seperti halnya dengan para pakar lain, Brown dan Field juga mempelajari dan
membandinkan alat analisa tersebut dan mencari mana yang terbaik diantara
ketiganya untuk mengetahui langka atau tidaknya persediaanya sumberdaya ala
itu.
       Brown dan Field mengatakan bahwa semua cara yaitu biaya produksi per
satuan, harga barang sumberdaya alam dan nilai sewa ekonomis memiliki
kelemahanya sendiri –sendiri dan mereka menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Biaya rata-rata atau biaya persatuan yang dipakai oleh Barnett dan Morse
dalam mengukur kelangkaan sumberdaya lam merupakan indicator yang
meragukan karena hal-hal berikut:

14
a) Dalam dunia yang berkembang terus, biaya rata-rata tidak tepat
digunakan untuk mengukur kelangkaan yang semakin meningkat
karena tingkat teknologi berkembang terus.
b) Bahwa biaya persatuan tidak memperhitungkan biaya-biaya
pengambilan sumberdaya dimasa datang sebagai akibat dari
meningkatnya kelangkaan itu sendiri.
c) Biaya persatuan tidak dapat menjadi indeks pengukur yang tepat,
karena biaya pengambilan dimasa datang tidak dapat diprhitungkan
disini.
d) Biaya persatuan tidk mencerminkan keadaan semakin berkurangnya
sumberdaya alam.
e) Biaya persatuan merupakan alat pengukur yang kurang tepat.
2. Bahwa harga barang sumberdaya relative lebih baik daripada biaya
persatuan sebagai pengukur kelangkaan sumberdaya alam karena:
a) Harga rill barang sumberdaya lebih melihat kedepan dan
mencerminkan adanya biaya yang diharapkan dimasa datang baik
untuk eksplorasi, penemuan maupun pengambilan.
b) Kemajuan teknologi mengalihkan tanda-tanda kelangkaan sumberdaya
alam yang ditunjukan oleh harga riil barang sumberdaya. Sebagai misl
pada akhir abad ke XIX kayu menjadi langka, tetapi kemajuan
teknologi telah dapat menjamin kestabilan harga barang.
c) Harga riil tidak menunjukan adanya kecenderungan semakin
langkanya sumberdaya alam yang memiliki sumberdaya pengganti
(subtitusi)
d) Harga riil sumberdaya dapat meningkat ataupun menurun, yang berarti
menunjukan adanya kelangkaan atau berkurangnya kelangkaan,
tergantung pada harga mana yang dipakai untuk membuat harga indeks
(price deflator). Oleh karea itu hargabarang sumberdaya alam juga
merupakan alat pengukur yang kurang jelas.

15
3. Nilai sewa dari sumberdaya alam (rental rent) atau niali sumberdaya alam
ditempatnya. Merupakan alat pengukur yang ketiga terhadap kelangkaan
sumberdaya alamnilai sewa ini lebih dapat menggambarkan kelangkaan
sumberdaya alam daripada dua cara yang disebut sebelumnya. Nilai sewa
(economic rent) sumberdaya alam pada umumnya meningkat dalam
beberapa puluh tahun yang terakhir, tetapi biaya produksi dan harga barng
justru menurun, khusunya untuk kayu.

Namun demikian ada beberapa keberatan terhadap alat pengukur ini,


diantaranya yaitu:
a) Sayangnya sulit untuk mendapatkan data niali sewa ekonomis dari
sumberdaya alam, karena nilai sewa sumberdaya alam itu tidak praktis
dalam jangka pendek.
b) Nilai sewa lebih memperkirakan kelangkaan sumberdaya alam yang
semakin meningkat dalam arti ekonomi, tetapi berkurangnya sumberdaya
alam secara fisik belum tentu sejalan dengan kenaikan nilai sewa
sumberdaya alam sebagai cermin dari kelangkaan ekonomis.

Selanjutnya masih ada kelemahan lain yang dimiliki oleh harga barang
sumberdaya alam dan scarcity rent sebagai berikut:
a) Sebagian sumberdaya alam diusahakan untuk memenuhi kepentingan umum,
sehingga harga pasar tidak mencerminkan penilaian yang sesungguhnya
terhadap sumbedaya alam itu.
b) Tidak ada “future market”untuk sumberdaya alam, sehingga tingkat harga
dimasa yang akan datang hanya ditentukan oleh harapan saja (expectation)
c) Sumberdaya alam mempunai aspek barang public, yang
pengkonsumsinyatidak harus mengeluarkan orang yang tidak sanggup
membayar (exclision principle tidak berlaku), dan kalu barang itu

16
dikonsumsi tidak mengurangi yang tersedia untuk dikonsumsi orang lain
(rivalry in consumption tidak berlaku), sehingga harga pasar kurang dapat
mewakili.

Selanjutnya kebenaran dari alat pengukur ini perlu dikaji bagaimana ketelitian
dari alat pengukur tersebut. Pendekatan dengan  biaya produksi maupun scarcity
rent harus mengingat kondisi pasar yang ada, khusunya apakah mekanisme pasar
sapat bekerja secara sempurna , tidak ada eksternalitas (externality), dan tidak ada
campur tangan pemerintah.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mengukur kelangkaan ekonomi dapat mengunakan beberapa cara yaitu:
dengan melihat harga barang sumber daya alam dan nilai sewa ekonomis atau
economic rent.
2. Kemudian pengukuran ekonomi terhadap kelakaan dapat diukur dengan
menggunakan Pendekatan dengan biaya produksi, maupun scarcity rent.
3. Pendekatan secara fisik maupun secara ekonomis sama-sama memiliki
kelemahan. Pendekatan fisik tidak memiliki kepastian mengenai besarnya
persediaan, sedangkan pendekatan secara ekonomis memiliki kelemahan yaitu
bila mekanisme pasar tidak bekerja secara sempurna. Oleh karena itu masih
suitbuntuk memastikan kondisi dari sumberdaya alam itu, apakah msh
melimpah atau sudah langka adanya.

B. Saran.
1. Kita sebagai manusia sudah semestinya untuk menjaga lingkungan kita
dengan baik dan menggunakan sumberdaya alam sebaik mungkin agar
mahluk hidup di dunia ini dapat menikmati sumberdaya alam yang dikaruniai

17
oleh Allah SWT, agar tidak terjadi kelangkaan sumberdaya alam yang akan
menyulitkan semua mahluk hidup didunia ini.
2. Pemerintah harus bias membuat kebijakan-kebijakan yang dapat menjaga dan
melestarikan alam ini agar tidak ada individu atau kelompok-elompok tertentu
yang mengeksplorasi alam untuk kepentingan pribadi maupun kelompoknya.

DAFTAR PUSTAKA

http://hmjiespuinjkt.blogspot.com/2012/12/kelangkaan-sda-dan-pengukuran-
ekonomi_19.html Di Akses pada tanggal 6 maret 2020 pukul 14:05

Ocroberry, R. 2016. Ekonomi SDM dan Alam. Palangkaraya.

18

Anda mungkin juga menyukai