Refarat Glaukoma
Refarat Glaukoma
PENDAHULUAN
Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.1 Kelainan ini
ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai oleh pencekungan diskus
optikus dan pengecilan lapang pandang. Pada glaukoma akan terdapat melemahnya
fungsi mata dengan terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa
ekstravasasi (penggaungan/ cupping) serta degenerasi papil saraf optik, yang dapat
berakhir dengan kebutaan.1,2,3
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologi
Sudut filtrasi merupakan bagian yang penting dalam pengaturan cairan bilik
mata. Sudut ini terdapat di dalam limbus kornea. Limbus adalah bagian yang
dibatasi oleh garis yang menghubungkan akhir dari membrane descement dan
membrane Bowman. Akhir dari membrane Descement disebut garis Schwalbe.1,3,7
Limbus terdiri dari 2 lapisan yaitu epitel dan strima. Epitelnya 2 kali ketebalan
epitel kornea. Di dalam stroma terdapat serat-serat saraf dan cabang akhir dari
arteri siliaris anterior.6,8
Bagian terpenting dari sudut filtrasi adalah trabecular, yang terdiri dari :
1. Trabekula korneoskleral
Serabutnya berasal dari lapisan stroma kornea, menuju ke belakang
mengelilingi Schlemm untuk berinsersi pada sclera
2. Trabekula uveal
2
Serabutnya berasal dari lapisan dalam stroma kornea, menuju ke scleral
spur (insersi dari m. silliaris) dan sebagian ke m. silliaris meridional.
3. Serabut yang berasal dari akhir membrane descement (garis Schwalbe)
Serabut ini menuju ke jaringan pengikat m. silliaris radialis dan sirkularis.
4. Ligamentum pektinatum rudimenter
Ligamentum ini berasal dari dataran depan iris menuju ke depan trabekula9
3
Gambar 2.2 Fisiologi aliran humor aqueous
4
B. Glaukoma
1. Definisi
2. Epidemiologi
World Health Organization (WHO) tahun 2002 mengungkapkan bahwa
glaukoma merupakan penyebab kebutaan paling banyak kedua dengan prevalensi
sekiar 4,4 juta (sekitar 12,3% dari jumlah kebutaan di dunia). Pada tahun 2020
jumlah kebutaan akibat glaukoma diperkirakan meningkat menjadi 11,4 juta.
Prevalensi glaukoma juga diperkirakan meningkat, dari 60,5 juta pada tahun 2010
menjadi 79,6 juta pada tahun 2020.4 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007, prevalensi glaukoma di Indonesia adalah 4,6%.5
Glaukoma sudut terbuka adalah bentuk glaukoma yang paling sering
dijumpai, sekitar 0,4-0,7% orang berusia >40 tahun dan 2-3% orang berusia >70
tahun diperkiran menderita glaukoma sudut terbuka.1
5
3. Etiologi11
Glaukoma terjadi karena peningkatan tekanan intraokular yang dapat
disebabkan bertambahnya produksi humor aqueous oleh badan sillier ataupun
berkurangnya pengeluaran humour aqueous di daerah sudut bilik mata atau di
celah pupil.
4. Faktor Risiko12
Beberapa faktor resiko yang dapat mengarah pada glaukoma adalah :
1. Tekanan darah rendah atau tinggi
2. Fenomena autoimun
3. Degenerasi primer sel ganglion
4. Usia diatas 45 tahun
5. Riwayat glaukoma pada keluarga
6. Miopia atau hipermetropia
7. Pasca bedah dengan hifema atau infeksi
Sedangkan beberapa hal yang memperberat resiko glaukoma adalah :
1. Tekanan bola mata, makin tinggi makin berat
2. Makin tua usia, makin berat
3. Hipertensi, resiko 6 kali lebih sering
4. Pekerja las, resiko 4 kali lebih sering
5. Riwayat keluarga dengan glaukoma, resiko 4 kali lebih sering
6
6. Merokok, resiko 4 kali lebih sering
7. Miopia, resiko 2 kali lebih sering
8. DM, resiko 2 kali lebih sering
5. Patofisiologi13
Sudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada
keadaan fisiologis bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata.
Berdekatan dengan sudut ini didapatkan trabecular meshwork, kanal Schlemm,
biji sclera, garis Schwalbe dan jonjot iris. Pada sudut filtrasi terdapat garis
Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan membrane desement, kanal
Schlemm yang menampung cairan mata kesalurannya.
Sudut filtrasi berbatas dengan akar iris berhubungan dengan sclera kornea dan
disini ditemukan scleral spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan
merupakan batas belakang sudut filtrasi serta tempat insersi otot siliar
longitudinal. Trabekular meshwork mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang
mempunyai dua komponen yaitu badan siliar dan uvea.
7
6. Klasifikasi
Klasifikasi glaukoma berdasarkan etiologinya : 12
1. Glaukoma Primer6
Glaukoma dengan etiologi tidak pasti, dimana tidak didapatkan
kelainan yang merupakan penyebab glaukoma. Glaukoma ini didapatkan
pada orang yang telah memiliki bakat bawaan glaukoma, seperti :
a. Gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau susunan anatomis
bilik mata menyempit
b. Kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata depan (goniodisgenesis),
berupa trubekulodisgenesis, iridodisgenesis dan korneodisgenesis dan
yang paling sering beripa trabekulodigenesis dan goniodisgenesis.
8
Glaukoma primer bersifat bilateral yang tidak selsalu simetris dengan
sudut bilik mata tertutup ataupun terbuka, pengelompokkan ini berguna
untuk penatalaksanaan dan peneitian.
9
yang biasanya sulit dideteksi karena terdapat kompensasi dari
mata sisi sebelahnya.
Sakit kepala
Sakit mata
Adanya halo/pelangi disekitar lampu
Riwayat penyakit mata seperti mata merah, gangguan lapang
pandang, katarak, uveitis, retinopati diabetic, oklusi vascular
dan trauma
Riwayat penyakit dahulu seperti operasi mata
Riwayat penggunaan obat seperti antihipertensi atau steroid
topical
Riwayat keluarga menderita glaukoma, miopi, penyakit CVS,
DM, migraine, Hipertensi, vasospasme.
Pemeriksaan yang diperlukan pada pasien yang dicurigai
glaukoma kronis adalah :1,6
pemeriksaan visus
pemeriksaan pupil untuk melihat reflex cahaya langsung dan tak
langsung
pemeriksaan Marcus Gunn Pupil untuk melihat defek pupil
aferan relative
pemeriksaan gonioskopi untuk menunjukkan tidak ada tanda
glaukoma sekunder
perimetri untuk memeriksa lapang pandang perifer dan sentral
pemeriksaan TIO dengan tonometri. Diduga glaukoma jika TIO
>21mmHg atau ada perbedaan 5mmHg antara kedua mata.
pemeriksaan diskus optikus dapat ditemukan tanda
penggaungan yang khas yaitu pinggir temporal menipis, adanya
ekskavasi melebar dan mendalam tergaung, tampak bagian
pembuluh darah di tengah papil tidak jelas, tampak pembuluh
darah seolah-olahh menggantung di pinggir dan terdorong
kearah nasal, dan jika tekanan cukup tinggi akan terlihat pulsasi
arteri.
10
b. Glaukoma Sudut Tertutup (Glaukoma Akut)
11
2. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang diketahui penyebab TIO
meningkat atau karena manifestasi dari keadaan/penyakit lain. Glaukoma
sekunder dapat disebabkan oleh :12
Glaukoma pigmentasi
Sindrom eksfoliasi
Akibat kelainan lensa (fakogenik)
Akibat kelainan traktus uvea
Sindrom iridokorneoendotelial (ICE)
Trauma
Pascaoperasi
Glaukoma neovaskular
Peningkatan tekanan episklera
Akibat steroid
3. Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital timbul saat lahir atau dalam tahun pertama
dengan gejala klinis :1,13
mata berair berlebihan
peningkatan diameter kornea (buftalmos)
kornea berawan karena edema epitel, terpisah atau robeknya
membrane descement
fotofobia sehingga bayi tidak tahan sinar matahari dan menjauhi sinar
dengan menyembunyikan mata
peningkatan tekanan intraocular
peningkatan kedalaman kamera anterior
pencekungan diskus optikus
12
4. Glaukoma Absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma
(sempit/terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola
mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut dapat
ditemukan :6
Kebutaan total
Mata lelah
Kornea keruh
Bilik mata dangkal
Papil atrofi dengan ekskavasi glaukomatosa
Mata keras seperti batu
Nyeri periorbita
Timbul penyulit berupa neovaskularisasi iris
7. Diagnosis
1. Anamnesis14
Anamnesis pada pasien ditanyakan spesifik pada
a. Keluhan Utama
b. Keluhan Tambahan
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Glaukoma primer sudut terbuka : penurunan ketajaman
penglihatan progresif, sakit kepala, sakit mata, halo/pelangi
disekitar lampu.3,6
Glaukoma primer sudut tertutup : penurunan ketajaman
penglihatan mendadak, nyeri hebat periorbita, pusing, mual
muntah, mata merah, bengkak, berair, halo/pelangi disekitar
lampu.1,12
13
Glaukoma sekunder : keluhan mengarah pada penyakit/keadaan
lain yang dapat menjadi penyebab peningkatan TIO.12
Glaukoma kongenital : mata berair berlebihan, bola mata
membesar, silau, bayi tidak tahan sinar matahari dan menjauhi
sinar dengan menyembunyikan mata.1,13
Glaukoma absolut : kebutaan total, mata lelah, mata keras
seperti batu, nyeri periorbita.6
d. Riwayat Penyakit Dahulu6
Riwayat penyakit mata seperti mata merah, gangguan lapang
pandang, katarak, uveitis, retinopati diabetic, oklusi vascular
dan trauma
Riwayat penyakit dahulu seperti operasi mata
Riwayat penyakit sistemik hipertensi, DM, penyakit CVS
e. Riwayat Penyakit Keluarga6
Glaukoma, miopi, penyakit CVS, DM, migraine, Hipertensi,
vasospasme.
f. Riwayat Pengobatan6
Antihipertensi dan steroid topical
g. Riwayat Alergi
14
Reflex cahaya pupil dapat poitif atau negative.
e. Lensa
Bisa keruh dan adanya iris shadow
3. Pemeriksaan Penunjang6,13,15
15
Satu telunjuk mengimbangi tekanan sedangkan telunjuk
lain menekan bola mata.
- Tonometri Schiotz
16
kanan penderita. Kelopak mata dibuka lebar dengan bantuan jari
pemeriksa dan perlahan tonometer diletakkan di atas kornea.
Tonometer Schiotz kemudian diletakkan di atas
permukaan kornea, sedangkan mata yang lainnya berfiksasi
pada satu titik. Jarum tonometer akan menunjuk pada suatu
angka di atas skala. Iap angka pada skalai disediakan pada tiap
tonometer. Apabila dengan beban 5,5gr (standar) terbaca angka
3 atau kurang, perlu diambil beban 7,5 atau 10 gr. Untuk tiap
beban memiliki kolom tabel tersendiri
- Tonometer aplanasi
b. Gonioskopi
18
Dapat dinilai besar atau terbukanya sudut :
i. Derajat 0, bila tidak terlihat struktur sudut dan terdapat kontak,
kornea dengan iris, disebut sudut tertutup
ii. Derajat 1, bila tidakterlihat ½ bagian trabekulum sebelah
belakang, dan garis Schwalbe terlihat disebut sudut sangat
sempit. Sudut sangat smpit sangat mungkin menjadi sudut
tertutup
iii. Derajat 2, bila sebagian kanal Schlemm terlihat disebut sudut
sempit sedang kelainan ini mempunyai kemampuan untuk
tertutup
iv. Derajat 3, bila bagian belakang kanal Schlemm masih terlihat
termasuk scleral spur, disebut sudut terbuka. Pada keadaan ini
tidak akan terjadi sudut tertutup
v. Derajat 4, bila badan siliar terlihat, disebut sudut terbuka
c. Oftalmoskopi
Oftalmoskopi adalah pemeriksaan ke mata bagian dalam dengan
memakai alat yang disebut oftalmoskop. Dengan oftalmoskop dapat
dilihat saraf optic di dalam mata dan akan dapat ditentukan apakah
tekanan bola mata telah mengganggu saraf optic. Saraf optic dapat
dilihat secara langsung. Warna serta bentuk dari mangkok saraf optic
pun dapat menggambarkan ada atau tidak ada kerusakan akibat
glaukoma yang sedang diderita.
Kelainan pada pemeriksaan oftalmoskopi dapat dilihat :
i. Kelainan papil saraf optic
Saraf optic pucat atau atrofi
Saraf optic bergaung
19
ii. Kelainan serabut retina, serat yang pucat atau atrofi akan
berwarna hijau
iii. Tanda lainnya seperti perdarahan peripapilar
20
e. Tes Provokasi
i. Tes minum air
Penderita disuruh berpuasa, tanpa pengobatan selama 24
jam. Kemudian disuruh minum 1L air dalam 5 menit. Lalu
tekanan intraocular diukur setiap 15 menit selama 1,5 jam.
Kenaikan 8 mmHg atau lebih, dianggap mengidap glaukoma.
ii. Pressure Congestive test
Pasang tensimeter pada ketinggian 50-60mmHg, selama 1
menit. Kemudian ukur tensi intraokularnya. Kenaikan 9 mmHg
atau lebih mencurigakan, sedang bila bila lebih dari 11 mmHg
pasti patologis.
iii. Kombinasi tes air minum dengan pressure congestive test
Setengah jam setelah tes minum air dilakukan pressure
congestive test. Kenaikan 11mmHg dianggap mencurigakan,
sedangkan kenaikan 39mmHg atau lebih pasti patologis.
iv. Tes steroid
Diteteskan larutan deksametason 3-4 dd gt 1, selama 2
minggu. Kenaikan TIO 8 mmHg menunjukkan glaukoma
f. Pachymetry
Pachymetry adalah suatu tes untuk mengukur ketebalan dari
kornea. Setelah mata diberikan anestesi, ujung dari pachymeter
disentuhkan dengan ringan pada permukaan depan mata (kornea).
Ketebalan kornea pusat dapat mempengaruhi pengukuran tekanan
intraocular. Kornea yang lebih tebal dapat memberikan pembacaan
tekanan mata yang tinggi secara salah dan kornea yang lebih tipis
dapat memberikan pembacaan tekanan yang rendah secara salah.
Lebih jauh, kornea-kornea tipis mungkin adalah suatu faktor risiko
tambahan untuk glaucoma
21
8. Diagnosa Banding12
Glaukoma akut :
- Uveitis anterior
- Keratitis
- Ulkus Kornea
Glaukoma kronis :
- Katarak
- Kelainan refraksi
- Retinopati diabetes/ hipertensi
- Retinitis pigmentosa
9. Penatalaksanaan
1. Terapi Medikamentosa1,3,6,7
Prinsip dari tatalaksana glaukoma adalah untuk menurunkan tekanan
intraocular.
22
a. Beta blockers
Farmakodinamik : Menurunkan produksi humor aqueous
Reduksi TIO: 20-25%
Efek Samping : Toksisitas kornea, reaksi alergi, bronkospasme,
bradikardi, depresi, impotensi
Kontraindikasi : PPOK (nonselektif), asma (nonselektif), gagal
jantung kongestif, bradikardia, hipotensi, blok jantung lebih dari
derajat I
Contoh Obat :
Timolol larutan 0,25% dan 0,5%; gel 0,25% dan 0,5%; 1-2x/hari,
12-24 jam
Betaksolol larutan 0,5%; suspensi 0,25%; 2x/hari, 12-18 jam
Levobunolol larutan 0,25% dan 0,5%; 1-2x/hari, 12-24 jam
Metipranolol 0,3%
23
c. Agonis alfa adrenergic
Farmakodinamik :
Non-selektif : memperbaiki aliran aqueous
Selektif : menurunkan produksi aqueous humor, menurunkan
tekanan vena apisklera atau meningkatkan aliran keluar
uveosklera
Reduksi TIO : 20-25%
Efek Samping : Injeksi konjungtiva, reaksi alergi, kelelahan,
somnolen, nyeri kepala
Contoh obat :
Brimonidine 0,2% 2x/hari, 8-12 jam
Apraclonidine 1% dan 0,5%; jangka pendek
e. Analog prostaglandin
Farmakodinamik : meningkatkan aliran keluar uveosklera atau
trabecular
Reduksi TIO : 25-33%
Efek Samping : cystoid macular edema (CME), injeksi konjungtiva,
peningakatan pertumbuhan bulu mata, hiperpigmentasi periokular,
perubahan warna iris, uveitis, kemungkinan aktivasi virus herpes
Kontraindikasi : macular edema, riwayat keratitis herpes
24
Contoh obat :
Latanoprost, 0.005%, 1X/hari, 24-36 jam
Travoprost, 0.004%, 1X/hari, 24-36 jam
Bimstoprost, 0.03%, 1X/hari, 24-36 jam
Unoprostone, 0.15%, 1X/hari, 12-18 jam
f. Obat lainnya :
Dipivefrine, larutan 0,1%, 2/hari, 12-18 jam; adrenergic;
meningkatkan keluarnya aquos humor melalui saluran uveo-
sklera
g. Gabungan tetap
Timolol/dorzolamide, 0,5%/2%, 2/hari, 12 jam
Timolol/latanoprost, 0,5%/0.005%, 1X/hari, 24 jam
h. Neuroprotektor
Obat neuroprotektif dimasukkan kedalam kelompok berikut :
Anti radikal bebad
Obat anti eksitotoksik
Anti apoptosis
Obat anti radang
Faktor neurotrofik
Metal ion chelators
Ion channel modulators
Terapi gen
2. Terapi Bedah
Indikasi terapi bedah :
25
Tidak tersedia obat yang diperlukan
Kontraindikasi :
26
Sumbatan pupil pada glaukoma sudut tertutup dapat
ditatalaksana dengan membentuk komunikasi langsung antara kamera
okuli anterior dan posterior yang menghilangkan perbedaan tekanan
di antara keduanya. Hal ini dapat dicapai dengan laser neodinium :
YAG atau argon (iridotomi perifer) atau dengan tindakan iridektomi
perifer. Cincin laser membakar iris perifer sehingga
mengkontraksikan stroma it is, membuka kamera okuli anterior secara
mekanis.
Indikasi :
Glaukoma sudut tertutup
Mata yang lain dimana mata yang satu telah terserang
glaukoma akut
Sudut sempit
Penutupan sudut sekunder dengan sumbatan pupil
Glaukoma sudut terbuka dengan sudut sempit
Kontraindikasi :
Edema kornea
Bilik mata depan dangkal
c. Bedah drainase1
Tindakan bedah untuk membuat jalan pintas dari mekanisme
drainase normal, sehingga terbentuk akses langsung humor aqueous
dari kamera anterior ke jaringan subkonjungtiva atau orbita dapat
dibuat dengan trabekulotomi atau insersi selang drainase.
Trabekulektomi adalah prosedur yang paling sering dilakukan.
Komplikasi trabekulektomi adalah kegagalan fibrosis pada jaringan
episklera menutup jalur drainase yang baru. Biasanya terjadi pada
pasien berusia muda, berkulit hitam dan pasien yang pernah menjalani
bedah drainase atau tindakan bedah lain yang melibatkan jarngan
episklera. Terapi ajuvan dengan antimetabolite biasanya fluorourasil
dan mitomisin berguna untuk memperkecil risiko ini.
27
Apabila trabekulektomi tidak efektif, dapat dilakukan
penanaman suatu selang silicon untuk membentuk saluran keluar
permanen humor aqueous.
Jenis operasi lainnya yaitu sklerostomi, goniotomi,
viskokanalostomi untuk menatalaksana glaukoma kongenital dimana
terjadi sumbatan drainase humor aqueous di bagian dalam jaringan
trabecular.
d. Siklodestruktif1,6
TIO diturunkan dengan cara merusak epitel sekretorik dari
badan siliar. Kegagalan terapi medis dan bedah dapat menjadi
pertimbangan untuk dilakukannya destruksi korpus siliaris dengan
laser atau bedah untuk mengontrol tekanan intraocular. Metode yang
digunakan adalah : krioterapi, diatermik, utrasonografi frekuensi
tinggi, terapi laser neodinium : YAG termal mode atau laser diode.
3. Edukasi12
a. Pasien tidak boleh minum sekaligus banyak, karena dapat menaikkan
tekanan
b. Memberitahu keluarga bahwa kepatuhan pengobatan sangat penting
untuk keberhasilan pengobatan glaukoma
c. Memberitahu pasien dan keluarga agar pasien dengan riwayat
glaukoma pada keluarga untuk memeriksakan matanya secara teratur
10. Komplikasi6
Glaukoma absolut
Kebutaan total
Neovaskularisasi iris
28
C. Kegawatdaruratan Glaukoma
Glaukoma primer sudut tertutup atau glaukoma akut merupakan kondisi
kegawatdaruratan oftalmologik. Insidensi pada populasi berusia diatas 60 tahun adalah
1 : 1000.
Faktor risiko: bilik mata depan dangkal akibat bulbus okuli yang pendek,
pertumbuhan lensa, kornea yang kecil, tebalnya iris.12
Keluhan yang dirasakan adalah :
Rasa sakit atau nyeri hebat periorbita
Peningkatan TIO berpengaruh terhadap saraf kornea (N. Opthalmicus atau
cabang pertama N. Trigeminus) untuk menyebabkan timbulnya nyeri tumpul.
Nyeri dapat menjalar ke pelipis, kepala bagian belakang, dan rahang melalui tiga
cabang dari N. trigeminus dimana dapat menutupi asalnya dari okular,
Mual dan muntah, nyeri kepala
Terjadi karena iritasi pada N. Vagus dan dapat menstimulasi gangguan pada
abdomen. Gejala ini dapat mendominasi sehingga pasien tidak menyadari adanya
gejala local.
Penurunan visus mendadak
Pasien menyadari adanya pandangan gelap dan adanya halo/pelangi
disekeliling cahaya sebelum timbulya serangan. Pasien menyadari adanya
pandangan gelap dan adanya halo/pelangi disekeliling cahaya sebelum timbulya
serangan
Mata merah dan berair.
Pemeriksaan oftalmologis12
a. Visus menurun
b. TIO meningkat
c. Konjungtiva bulbi : hyperemia kongesti, kemosis dengan injeksi sillier, injeksi
konjungtiva
d. Edema kornea
e. Bilik mata depan dangkal
f. Pupil mid-dilatasi, reflex pupil negative
29
Penatalaksanaan12
a. Pasien tidak boleh minum sekaligus banyak, karena dapat menaikkan tekanan
b. Pertolongan pertama adalah menurunkan TIO secepatnya dengan memberikan
serentak obat-obat yang terdiri dari :
1. Asetasolamid HCl 500mg, dilajutkan 4 x 250mg/hari
2. KCl 0,5gr 3x/hari
3. Timolol 0,5%, 2x1 tetes/hari
4. Tetes mata kombinasi kortikosteroid + antibiotic 4-6 x 1 tetes sehari
5. Terapi simptomatik
Konseling dan Edukasi12
a. Memberitahu keluarga bahwa kepatuhan pengobatan sangat penting untuk
keberhasilan pengobatan glaukoma
b. Memberitahu pasien dan keluarga agar pasien dengan riwayat glaukoma pada
keluarga untuk memeriksakan matanya secara teratur
30
Daftar Pustaka
1. Vaughan DG, EVA RP, Asbury T., Oftalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika.
Jakarta. 2000.
2. American Health Assistance Foundation. How The Build Up of Aqueous Humor Can
Damage The Optic Nerve 2000; available at :
http://www.ahaf.org/glaucoma/about/understanding/build-up-of-aqueous.html, 2000.
3. Kanski J J. Atlas Bantu Oftalmologi. Hipokrates. Jakarta. 1992.
4. World Health Organization. Glaucoma; available at : http://who.int. 2002.
5. Riset Kesehatan Dasar. 2007.
6. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2001.
7. Epstein, DL. Chandler and Grant’s Glaucoma 3 ed. Philadelphia : Lea & Febiger, 1986.
8. Ilyas S, Tanzil M, Salamun, Azhar Z. Sari Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta. 2000.
9. Ilyas, Sidarta. Atlas Ilmu Penyakit Mata. Sagung Seto. Jakarta. 2001.
10. Ilyas, Sidarta. Dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta. 2000.
11. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes Oftalmologi ed 9. Jakarta. EMS. 2005.
12. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 5 tahun 2014 tentang Panduang Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta. Depkes RI. 2014.
13. Wijaya Nana. Ilmu Penyakit Mata. Abadi Tegal. Jakarta. 1993.
14. Gleadle, Jonathan. At A Glance : Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta EGC
Medical Series. 2005.
15. Ilyas, Sidarta. Glaukoma ed 3. Jakarta. Sagung Seto. 2007.
31