Anda di halaman 1dari 82

BAB I

LARUTAN

Substansi kajian bab 1, terdiri dari 3 bagian :


1. Larutan
2. Derajat Keasaman Larutan (pH)
3. Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

1
1. LARUTAN

Pendahuluan
Hampir semua proses kimia berlangsung dalam larutan, sehingga penting
untuk memahami sifatnya. Larutan adalah sesuatu yang penting bagi makluk
hidup. Kita tidak dapat menggunakan makanan yang kita makan maupun udara
yang kita hirup bila tidak berbentuk larutan. Tumbuhan mengambil mineral dari
tanah melalui akar dalam bentuk larutan.
Setelah mempelajari pokok bahasan ini, diharapkan para mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan pengertian campuran , larutan dan tipe larutan
2. Menjelaskan cara menyatakan konsentrasi suatu larutan
3. Menentukan konsentrasi suatu larutan
4. Membandingkan sifat koligatif larutan elektrolit dan non elektrolit yang
konsentrasinya sama
5. Menemukan hubungan jumlah partikel zat terlarut dengan sifat koligatif
larutan elektrolit encer dan non elektrolit

CAMPURAN DAN LARUTAN

Bila dua atau lebih zat murni dicampur satu dengan yang lain sedemikian
rupa sehingga zat-zat penyusun tersebut masih dapat dipisah-pisahkan lagi
dengan cara fisik maka diperoleh campuran. Secara fisik dapat dibedakan 2
macam campuran, yaitu campuran homogen (serba-sama) dan campuran
heterogen (serba-neka). Suatu campuran disebut serba-sama bila campuran
hanya terdiri dari atas satu fase, artinya tidak ada bidang pemisah yang
memisahkan penyusun campuran.
Bila campuran terdiri atas lebih dari satu fase, maka campuran semacam
itu disebut campuran serba-neka. Pada campuran serba-neka ini ada bidang

2
yang memisahkan penyusun campuran. Contoh : minyak dengan air, udara yang
berdebu, air yang keruh, dan sebagainya.
Dalam suatu campuran yang serba-sama, jumlah dari salah satu
komponen dapat jauh lebih banyak dibanding dengan komponen yang lainnya.
Sifat campuran akan berupa simpangan-simpangan kecil dari sifat murni
komponen yang berlebihan. Komponen yang berlebihan disebut pelarut dan
yang lainnya disebut zat terlarut, sehingga campuran ini disebut sebagai larutan.
Dengan demikian , larutan terdiri atas zat terlarut (solute) dan zat pelarut
(solvent).
Larutan dapat digolongkan ke dalam elektrolit dan non elektrolit
berdasarkan daya hantar listriknya. Elektrolit dapat berupa senyawa ion atau
senyawa kovalen yang mengandung ion-ion yang bergerak bebas, sehingga
dapat menghasilkan arus listrik melalui larutan.
Meskipun larutan dapat mengandung banyak komponen, tetapi pada
tulisan ini hanya dibahas larutan yang mengandung dua komponen atau yang
biasa disebut sebagai larutan biner. Contoh dari larutan biner dapat dilihat pada
tabel 1.

Tabel 1. Contoh larutan biner


Zat terlarut Pelarut Contoh
Gas Gas Udara
Gas Cair Oksigen dalam air, air soda
Gas Padat Hydrogen dalam platina, hidrogen
dalam paladium
Cair Cair etanol dalam air
Cair Padat Raksa dalam tembaga
Padat Padat Tembaga dalam emas, Kuningan
(Cu/Zn), solder (Sn/Pb)
Padat Cair Gula dalam air

Kimiawan juga membedakan larutan berdasarkan kemampuannya melarutkan


zat terlarut, yaitu :
a. Larutan jenuh (saturated solution), yaitu larutan yang
mengandung jumlah maksimum zat terlarut di dalam pelarut, pada suhu
tertentu

3
b. Larutan takjenuh (unsaturated solution), keadaan dimana titik
jenuh belum tercapai yaitu larutan yang mengandung zat terlarut lebih sedikit
dibandingkan kemampuannya untuk melarutkan.
c. Larutan lewat jenuh (supersaturated solution), yaitu larutan
yang mengandung lebih banyak zat terlarut dibandingkan yang terdapat di
dalam larutan jenuh.

PROSES PELARUTAN
Proses pelarutan berlangsung dalam tiga tahap berbeda. Tahap 1 adalah
pemisahan molekul pelarut, tahap 2 adalah pemisahan molekul zat terlarut.
Kedua tahap ini memerlukan energi untuk memutuskan ikatan antar molekulnya,
dengan demikian tahap ini adalah tahap endoterm. Pada tahap 3 molekul pelarut
dan molekul zat terlarut bercampur. Tahap ini dapat bersifat eksoterm atau
endoterm. Kalor pelarutan ∆Hpelarutan mengikuti rumus Hukum Hess.
∆Hlarutan = ∆H1 + ∆H2 + ∆H3
Jika tarik-menarik zat terlarut-pelarut lebih kuat dibandingkan tarik-menarik
pelarut-pelarut dan tarik-menarik zat-terlarut-zat terlarut, maka proses pelarutan
yang akan berlangsung proses eksoterm (∆H arutan < 0). Jika interaksi zat terlarut-
pelarut lebih lemah dibandingkan interaksi pelarut-pelarut dan interaksi zat
terlarut-zat terlarut, maka prosesnya endoterm (∆H larutan > 0).
Kelarutan merupakan ukuran banyaknya zat terlarut yang akan melarut
dalam pelarut pada suhu tertentu. Pada umumnya, kelarutan padatan akan
meningkat dengan meningkatnya suhu, walaupun proses pelarutan padatan
tersebut merupakan proses eksoterm maupun endoterm. Sebagai contoh proses
pelarutan CaCl2 adalah proses eksoterm dan proses pelarutan NH 4NO3
endoterm, namun kelarutan kedua senyawa tersebut akan meningkat dengan
naiknya suhu. Sedangkan kelarutan gas dalam air biasanya akan menurun
dengan naiknya suhu.

4
KONSENTRASI LARUTAN

Sifat suatu larutan, misalnya manisnya larutan gula, asinnya larutan


garam, kepekatan suatu larutan, sangat bergantung pada susunan atau
komposisi zat penyusunnya . Bagi larutan, komposisi umumnya dinyatakan
sebagai konsentrasi yaitu banyaknya zat terlarut yang ada pada sejumlah
tertentu larutan. Walaupun hanya tiga satuan konsentrasi yang paling lazim
digunakan yaitu persen massa, molaritas dan molalitas, pada tabel 2 diberikan
beberapa cara menyatakan konsentrasi .

Tabel 2. Cara menyatakan konsentrasi


Lambang Nama Definisi
Gram zat terlarut
%w Persen berat/massa --------------------- x 100
gram larutan

liter zat terlarut


%v Persen volume -------------------- x 100
liter larutan

gram zat terlarut


%w/v Persen berat/volume ------------------------ x 100
ml larutan

mol zat terlarut


M Molar ------------------
liter larutan

mol zat terlarut


m Molal -------------------
kg pelarut

ekivalen zat terlarut


N Normal ------------------------
liter larutan

massa rumus zat terlarut


F Formal -----------------------------
liter larutan

mol zat terlarut

5
x Fraksi mol -------------------------------
mol pelarut + mol zat terlarut

milligram zat terlarut


ppm Part per million -------------------------
(bagian per sejuta) kg larutan

Bagaimana konsentrasi larutan , jika larutan tersebut diencerkan ?


Pengenceran suatu larutan berarti penambahan pelarut ke dalam suatu larutan.
Pengenceran menyebabkan konsentrasi larutan makin kecil. Perubahan
molaritas dapat dihitung melalui persamaan :
V1M1 = V2M2,
dimana V1M1 ; keadaan sebelum pengenceran,
V2M2 : keadaan setelah pengenceran.

Sebagai contoh : 100 ml larutan NaOH 3 M ditambah air sebanyak 200 ml, maka
konsentrasi larutan setelah diencerkan adalah :
V 1 M1 = V 2 M2
100. 3 = 300.M2
M2 = 300/300
=1
Jadi konsentrasi larutan setelah pengenceran = 1 M.
Selain pengenceran, perubahan konsentrasi dapat terjadi karena
beberapa larutan yang sejenis dicampurkan. Konsentrasi larutan yang seperti ini
dapat dihitung sebagai berikut :

Vcamp . Mcamp = V1M1 + V2M2 + V3M3 + …

Sebagai contoh : 20 ml 0,1 M NaCl dicampur dengan 80 ml 0,5 M NaCl.


Konsentrasi campuran tersebut adalah
Mcamp = 20 . 0,1 + 80 . 0,5 / 100
= 42/100
= 0,42 M

6
Jadi konsentrasi campuran sebesar 0,42 M.

LARUTAN IDEAL
Larutan yang mengikuti hukum Raoult disebut larutan ideal. Larutan dari
zat pelarut A dan zat terlarut B dikatakan ideal jika tarikan antara A-B sama
dengan tarikan antara A-A dan B-B, sedangkan kalor pelarutan, H(l) = 0.
Lihat gambar 1. Kurva larutan ideal
Hukum Raoult menyatakan bahwa tekanan uap suatu komponen yang
menguap dalam larutan sama dengan tekanan uap komponen murni dikalikan
dengan fraksi mol komponen yang menguap dalam larutan, pada suhu yang
sama. Jika zat terlarut dan pelarut merupakan komponen volatil (mudah
menguap, artinya mempunyai tekanan uap yang dapat diukur, maka tekanan uap
larutan adalah jumlah dari tekanan parsial masing-masing komponen. Secara
matematis, persamaan dari hukum Raoult dituliskan sebagai- berikut :
pA = pAo . xA
pB = pBo . xB
pt = p A + p B
= pAo . xA + pBo . xB
dimana :
pA = tekanan uap A di atas larutan = tekanan parsial A
pB = tekanan uap B di atas larutan = tekanan parsial B
pAo = tekanan uap A murni
pBo = tekanan uap B murni
pt = tekanan total
xA = fraksi mol A
xB = fraksi mol B

Pada kenyataannya jarang terdapat larutan ideal dan pada umumnya larutan
menyimpang dari keadaan ideal (hanya sedikit larutan yang memenuhi hukum
Raoult). Larutan yang tidak memenuhi hukum Raoult disebut larutan non ideal.

7
LARUTAN NON IDEAL
Jika tarikan antara A-B, lebih besar dari tarikan A-A dan B-B, maka proses
pelarutan adalah eksoterm dan H(l)  0, sehingga tekanan uap larutan lebih kecil
dibandingkan dengan tekanan yang dihitung dengan hukum Raoult.
Penyimbangan dari hukum Raoult ini disebut penyimpangan negatif (lihat
gambar 2)
Sebaliknya jika tarikan A-B lebih lemah maka H(l)  0. , maka proses pelarutan
adalah endoterm. Sistem berada pada tingkat energi yang lebih tinggi setelah
terjadi interaksi dibandingkan sebelumnya, oleh karena itu diperlukan hanya
sedikit kalor untuk penguapan. Pada setiap suhu, tekanan uap lebih besar dari
tekanan yang dihitung menurut hukum Raoult. Penyimpangan dari hukum Raoult
ini disebut penyimpangan positif (lihat gambar 3).
a.
P02
P01

b. 0
P2

P01

c. 0
P2

P01

d.
P01
P02

e. P01

P02

8
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN NON ELEKTROLIT

Beberapa sifat penting larutan bergantung pada banyaknya partikel zat


terlarut dalam larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel zat terlarut.
Hukum Raoult merupakan dasar dari empat macam sifat larutan encer yang
disebut sifat koligatif atau sifat kolektif sebab sifat-sifat tersebut bergantung pada
banyaknya partikel zat terlarut yang ada, apakah partikel tersebut atom, ion atau
molekul. Kata koligatif berasal dari kata Latin colligare yang berarti berkumpul
bersama, karena sifat ini bergantung pada pengaruh kebersamaan (kolektif)
semua partikel dan tidak pada sifat dan keadaan partikel. Yang perlu diingat
bahwa hukum Raoult hanya berlaku untuk larutan yang relatif encer (larutan
dengan konsentrasi ≤ 0,2 M)

9
Keempat sifat koligatif yaitu :
1. penurunan tekanan uap (p )
2. kenaikan titik didih (tb )
3. penurunan titik beku (tf )
4. tekanan osmosis (  )

1. Penurunan tekanan uap jenuh pelarut oleh zat terlarut (∆P)


Apabila suatu zat cair (sebenarnya juga untuk zat padat) murni
dimasukkan ke dalam suatu ruangan tertutup maka zat itu akan menguap
sampai ruangan itu jenuh. Pada keadaan jenuh itu terdapat kesetimbangan
dinamis antara zat cair (padat) dengan uap jenuhnya. Tekanan yang
ditimbulkan oleh uap jenuh itu disebut tekanan uap jenuh.
Tekanan uap suatu zat cair murni, tergantung pada kecenderungan
molekul-molekulnya untuk meninggalkan permukaan cairan. Apabila dalam
zat cair murni tersebut ditambahkan zat terlarut non volatil (tidak memiliki
tekanan uap yang dapat diukur), garam misalnya, maka gerak molekul zat
cair murni dalam upayanya meninggalkan permukaan cairan akan terhalangi
oleh molekul-molekul garam. Akibatnya perubahan bentuk cair menjadi uap
dari zat cair akan mengalami penurunan dibandingkan jika zat cair tersebut
dalam keadaan murni atau dikatakan tekanan uap jenuh air selalu lebih besar
daripada tekanan uap jenuh larutan garam (P o> P)
Pada tahun 1887 Francois Raoult seorang kimiawan Perancis
menyatakan secara kuantitatif hubungan antara penurunan tekanan uap
suatu zat cair murni dengan komposisi larutannya dengan rumus sebagai
berikut :
P = Po. xA
dimana
P = tekanan uap jenuh larutan
Po= tekanan uap jenuh pelarut murni,
xA = fraksi mol pelarut.

10
Dari rumus di atas, dapat diturunkan suatu rumus untuk menghitung
penurunan tekanan uap larutan :
∆P = Po – P
= Po – Po.xA
= Po(1-xA)
= Po. xB
xB = fraksi mol zat terlarut
Untuk larutan yang sangat encer nB <<< nA, sehingga nA + nB ≈ nA,
rumus di atas menjadi
∆P = Po. nB/nA
n = massa / Mr
maka persamaan tersebut dapat digunakan untuk menghitung berat rumus
(Mr )zat terlarut

2. Kenaikan Titik Didih Larutan (∆ Tb)


Tahukah saudara, bila kita ingin cepat melunakkan daging dengan cara
perebusan , ke dalam air perebusan kita tambahkan sejumlah tertentu
garam ? Mengapa hal ini bisa kita lakukan ?
Titik didih larutan adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh larutan sama
dengan tekanan atmosfer (tekanan yang dikenakan pada permukaan cairan).
Seperti yang kita ketahui, titik didih normal air = 100 oC, yang berarti bahwa
pada tekanan udara luar 1 atm, air akan mendidih pada suhu 100 oC. Tetapi
bila ke dalam air murni tersebut ditambahkan garam, maka pada suhu 100 oC
larutan tersebut belum mendidih. Untuk mendidihkan larutan garam
diperlukan suhu yang lebih tinggi dari 100 oC, karena adanya molekul-molekul
garam akan menghalangi penguapan molekul-molekul air, sehingga pada
suhu tersebut tekanan uapnya belum mencapai tekanan udara luar, untuk
mencapainya diperlukan suhu yang lebih tinggi. Hal inilah yang mendasari,
mengapa agar kita lebih cepat dalam melunakkan daging ke dalam air
perebusan kita tambahkan sejumlah tertentu garam.

11
Selisih antara titik didih air murni dengan titik didih larutan disebut
kenaikan titik didih (∆ Tb).

∆ Tb = titik didih larutan – titik didih pelarut

Kenaikan titik didih yang disebabkan oleh 1 mol zat terlarut dalam 1000 g
pelarut ( konsentrasi sebesar 1 molal) mempunyai harga tetap yaitu harga K b
= tetapan kenaikan titik didih molal. Harga K b bergantung pada jenis pelarut,
misal Kb air = 0,52oC, Kb alcohol = 1,19oC, Kb asam asetat = 3,07oC, Kb
benzena = 2,53oC .
Jadi
∆ Tb = m Kb

m = konsentrasi molal zat terlarut= wB/MB. 1000/wA


Seperti halnya penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih larutan dapat
juga dipakai untuk menentukan berat rumus (M B) suatu zat terlarut..

3. Penurunan Titik Beku Larutan (∆Tf)


Pernahkan sdr menaburkan garam pada sebongkah es batu ? Apa yang
terjadi? Es batu tersebut akan meleleh. Mengapa demikian ? Karena garam
dapat menurunkan titik beku air. Apabila kita tambahkan zat terlarut baik yang
volatil maupun non volatil ke dalam suatu pelarut murni , maka titik beku
larutan lebih rendah daripada titik beku pelarut murni. Selisih antara titik beku
larutan dengan titik beku pelarut murni disebut penurunan titik beku larutan
((∆ Tf).

∆ Tf = titik beku pelarut – titik beku larutan

Tetapan penurunan titik beku molal (K f) bergantung pada jenis pelarut.


Misal Kf air = 1,86oC, Kf asam asetat = 3,57oC, Kf benzena = 5,07oC, Kf

12
sikloheksana = 20,0oC . Dan hubungan antara tetapan penurunan titik beku
molal dengan penurunan titik beku larutan dapat dinyatakan sebagai berikut :

∆ Tf = m Kf

m = konsentrasi molal zat terlarut= wB/MB. 1000/wA


Kf = penurunan titik beku molal pelarut

Seperti halnya data kenaikan titik didih , data penurunan titik beku dapat juga
digunakan untuk menentukan Mr zat terlarut.

4. Tekanan Osmose Larutan ( π)


Banyak proses kimia dan biologi yang bergantung pada aliran molekul
pelarut secara selektif melewati membrane berpori dari larutan encer ke
larutan yang lebih pekat. Sebuah corong (osmometer) yang bagian bawahnya
ditutup dengan selaput yang bersifat semi permeable diisi dengan larutan
gula, kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air, maka akan
terjadi perpindahan air dari wadah ke dalam corong/ permukaan larutan gula
pada corong perlahan-lahan naik. Perpindahan air ke dalam osmometer
dapat dicegah dengan menggunakan suatu gaya dengan menaruh beban di
atasnya. Gaya yang diperlukan untuk mengimbangi desakan air ke atas
(sehingga aliran air ke dalam osmometer dapat dicegah) disebut tekanan
osmotic larutan. Sebagai contoh larutan glukosa 20% mempunyai tekanan
osmotik sekitar 15 atm.
Oleh van’t Hoff, hubungan antara tekanan osmotic dengan konsentrasi
larutan dinyatakan dengan rumus serupa dengan persamaan gas ideal:
π V = n.R.T
π = n/V. R.T
π = M.k.T

dimana M = n/V = mol/L

13
k = R = tetapan gas umum yang besarnya 0,082 L.atm/mol K
T = suhu yang dinyatakan dalam Kelvin
Dua buah larutan yang tekanan osmotiknya sama disebut isotonic.
Secara teoritis, keempat sifat koligatif tersebut dapat digunakan untuk
menentukan massa molekul relatif suatu zat. Tetapi pada praktiknya, hanya
penurunan titik beku dan tekanan osmosis yang digunakan sebab keduanya
menunjukkan perubahan yang paling mencolok.

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ELEKTROLIT

Larutan asam, basa dan garam menunjukkan turun titik beku, naik titik
didih yang abnormal, artinya titik beku dan titik didih yang ditentukan
berdasarkan eksperimen (diukur) lebih besar bila dibandingkan dengan titik
beku dan titik didih yang ditentukan menurut rumus (dihitung). Hal ini disebabkan
karena elektrolit terurai menjadi ion-ionnya sehingga partikel-partikel di dalam
larutan bertambah banyak, gaya elektrostatik berpengaruh, sehingga kation
anion akan saling tarik menarik. Dengan demikian turun titik beku dan naik titik
didih larutan menjadi lebih besar.
Sebagai contoh misalnya elektrolit A mengion sebagai berikut :
A ↔ nB
Bila derajat ionisasi A = α dan jumlah molekul A mula-mula a molekul, maka
pada kesetimbangan terdapat :
A ↔ nB
(a-aα)mol n.aα mol ion

zat A yang tidak terion = (a-aα)mol


zat B yang terbentuk = n.aα mol ion
banyak zat sesudah ionisasi = (a-aα) + n.aα

i = perbandingan banyaknya zat sesudah dan sebelum ionisasi = [(a-aα) +


n.aα ] / a

14
i = 1 + (n-1)α
i disebut factor van’t Hoff
Karena sifat koligatif dipengaruhi oleh banyaknya partikel zat terlarut,
maka untuk larutan elektrolit berlaku :
∆ Tf = m Kf . i
∆ Tb = m Kb .i
π = MRTi
Soal-soal latihan
1. Tekanan uap jenuh air pada 100 oC adalah 760 mm Hg. Berapakah
tekanan uap jenuh larutan glukosa 10% pada 100 oC ? Ar C = 12, H = 1, O
= 16
2. Tentukan titik didih dan titik beku larutan 32 gram belerang, S 8, dalam 400
gram asam asetat. Asam asetat murni mendidih pada 188,5 oC dan
membeku pada 16,6oC pada tekanan 1 atm. Kb asam asetat = 3,1 oC, Kf =
3,6oC. Ar S = 32
3. Urea digunakan untuk mencairkan salju di jalan raya pada musim dingin.
Larutan jenuh urea dalam air mengandung 44% massa urea. Tunjukkan
dengan perhitungan apakah urea dapat mencairkan salju dengan suhu
-30oC ? Kf air = 1,86oC.
4. Larutan 5 gram suatu zat dalam 500 ml larutan mempunyai tekanan
osmotik sebesar 38 cm Hg pada 27 oC. Tentukan massa molekul relatif zat
itu.
5. Satu gram MgCl2 dilarutkan dalam 500 gram air. Tentukanlah titik didih,
titik beku dan tekanan osmose larutan itu pada 25 oC jika derajat ionisasi =
0,9. Kb air = 0,52oC, Kf air = 1,86oC, Ar Mg = 24, Cl = 35,5.

Daftar Pustaka
Chang, R. 2003. Kimia Dasar, Konsep-konsep Inti Jilid 2, 3rd Ed. (Alih Bahasa :
Suminar Setiati Achmadi). Jakarta : Erlangga
Kasmadi IS dan Gatot Luhbanjono. 2003. Kimia Dasar II. Semarang : UNNES
Press

15
PROSES PEMBUATAN ICE CREAM kelapa muda

1. Tujuan : Menghasilkan produk berdasarkan kemampuan mahasiswa


dalam mengaplikasikan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa
tentang penurunan titik beku larutan

2. Pengantar : Pada proses pembuatan ice cream diperlukan suhu di bawah


titik beku air. Untuk mendapatkan suhu di bawah titik beku air, dilakukan

16
dengan jalan mencampurkan garam dapur ke dalam bongkahan es yang
digunakan sebagai media dalam membekukan ice cream yang dibuat.

3. Alat dan bahan :

a. Alat : Bak pendinginan lengkap dengan wadah aluminium , pengaduk,


panci stainless steel, serutan kelapa muda.

b. Bahan : 1000 ml santan dari 1 buah kelapa, 4 lembar daun pandan, 200
gram gula halus, ½ sdt garam, 3 sdm maizena (larutkan dalam air), w2
butir kuning telur (kocok sebentar) , 1 butir kelapa muda (serut halus)

4. Prosedur kerja

a. Santan, gula, garam, daun pandan dan maizena masak sampai


mendidih

b. Kecilkan api, lalu masukkan kocokan telur pelan-pelan dan tambahkan


kelapa muda serut, aduk rata.

c. Setelah dingin, keluarkan daun pandannya, tuangkan ke dalam wadah


aluminium, lalu masukkan ke dalam bak pendinginan yang telah berisi
es batu dan garam dapur.

d. Putar wadah aluminium, sampai diperoleh tekstur es krim yang halus


dan lembut.

PROSES PEMBUATAN MANISAN PALA

1. Tujuan : Menghasilkan produk berdasarkan kemampuan mahasiswa


dalam mengaplikasikan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang
tekanan osmose dan membuat larutan dengan berbagai konsentrasi larutan

2. Pengantar : Pada sebagian besar bahan pangan, khususnya makanan segar


merupakan bahan pangan yang tidak mempunyai daya simpan yang lama. Agar
bahan pangan tersebut masih dapat di konsumsi dalam waktu yang relatif lama,

17
maka dilakukanlah proses pengawetan bahan. Ada beberapa cara alami yang
dapat digunakan untuk mengawetkan bahan pangan, antara lain dengan
penambahan garam atau gula dengan konsentrasi yang cukup tinggi. Proses
pengawetan bahan pangan dengan penambahan gula seperti pembuatan
manisan, selai, jeli merupakan contoh dari penerapan tekanan osmotik. Gula
dalam jumlah banyak dapat membantu membunuh bakteri yang menyebabkan
botulisme, sebab sel bakteri yang berada dalam larutan gula konsentrasi tinggi,
air intrasel akan cenderung untuk bergerak keluar dari sel bakteri ke larutan yang
lebih pekat lewat osmosis. Proses ini disebut crenation, menyebabkan sel
mengkerut dan tak berfungsi lagi.
3.Alat dan bahan :

a. Alat : Pisau, Baskom plastic, Peniris, Plastik pengemas

b. Bahan : Buah pala yang agak tua, Lar garam 3%, Lart natrium bisulfit
0.035%, larutan gula 65o Brix (650 gr gula + 350 ml air), pewarna
makanan hijau

4. Prosedur kerja

a. Setelah dipetik, buah pala dibiarkan semalam. Selanjutnya buah


dikupas, dicuci, dan direndam dalam larutan garam selama 1 jam.
Buah diangkat dan dicuci dengan air bersih sambil digosok-gosok.
Kemuadian buah disayat menurut selera ( misal dibentuk seperti kipas,
atau bunga)

b. Buah direndam dalam larutan natrium bisulfit selama 10 menit, dibilas


hingga bersih dan ditiriskan.

c. Setelah itu, buah direndam dalam larutan gula selama semalam, laqlu
diangkat. Larutan gula dididihkan sampai agak kental lalu didinginkan.
Buah direndam kembali sampai manisnya meresap, lalu tiriskan dan
dikemas.

18
PROSES PEMBUATAN IKAN PINDANG

1. Tujuan : Menghasilkan produk berdasarkan kemampuan mahasiswa


dalam mengaplikasikan pengetahuan dan pemahaman tentang tekanan
osmosis.

2. Pengantar : Ada tiga manfaat orang membuat pindang, yaitu : supaya ikan
tahan lama (awet), memberikan nilai tambah pada ikan, dan pengolahan
ikan yang mempunyai rasa khas. Ikan merupakan bahan pangan yang
bergizi tinggi dan sebagai sumber protein hewani yang banyak digemari.
kandungan protein ikan sekitar 205 yang mudah dicerna dan mengandung
semua asam-asam amino esensial yang dibutuhkan oleh tubuh. Karena
kandungan protein ini dan kadar air yang cukup tinggi (sekitar 70%),
daging ikan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan berbagai
jazad renik, sehingga ikan mudah busuk. Kerusakan ikan disebabkan oleh
rangkaian perubahan yang terjadi pada ikan mati, terutama disebabkan
oleh kerja enzim dan bakteri. Pertama, enzim-enzim yang pada waktu
ikan hidup digunakan antara lain untuk proses pencernaan makanan yang
diperlukan untuk keperluan hidup ikan tersebut, setelah ikan itu mati, tetap
bekerja tetapi sekarang merombak jaringan-jaringan ikan sendiri, yang
disebut proses otolisis. Otolisis ini akan mengakibatkan perubahan cita-
rasa, tekstur dan kadang-kadang warna ikan. Karena isi sel mencair,
maka daging ikan menjadi lembek. Yang kedua, jika ikan mati, bakteri
yang berada pada permukaan ikan, insang dan isi perut dan usus, cepat
sekali berkembang biak dan menyerang daging ikan, apalagi bila
ditambah dengan bakteri yang berasal lingkungan sewaktu penanganan
pasca panen (dari kapal, lantai/wadah yang kotor, air pencuci, dll). Bakteri
pembusuk merombak protein ikan menjadi senyawa-senyawa yang lebih
sederhana, diantaranya timbul senyawa yang mengandung sulfur seperti
indol, skatol, merkaptan yang berbau busuk. Sebelum berbau busuk, ikan-
ikan (khususnya ikan-ikan laut) mengalami bau anyir yang disebabkan
timbulnya zat tri metil amin. Peningkatan jumlah bakteri juga
menyebabkan terjadinya lendir pada kulit dan insang. Daya awet ikan

19
sebenarnya bergantung pada dua faktor, yaitu kadar garam dan kadar air
yang dikandung ikan. Garam yang ditambahkan pada pembuatan pindang
pertama-tama bertindak sebagai pengawet dan kedua mengubah rasa
ikan sehingga rasanya sedikit asin. Penggaraman dengan NaCl
merupakan proses kimiawi, dimana produknya berubah, baik fisis maupun
kimiawi, seperti perubahan rasa, bau dan warna. Garam dapat
mengawetkan antara lain karena :

a. Garam mengakibatkan tekanan osmotik yang tinggi, sehingga


menyebabkan plasmolisis sel jazad renik.

b. garam menarik air dari bahan makanan sehingga air yang


diperlukan oleh jazad renik untuk berkembang biak berkurang
(biasanya bakteri tidak dapat berkembang biak pada bahan
makanan dengan kadar air kurang dari 10%). Juga air dari jazad
renik keluar, sehingga jazad renik mati.

c. Ion klor dapat membunuh jazad renik

d. Perebusan dengan air garam akan membunuh jazad renik


pembususk dengan segera sehingga proses pembusukan tertahan.

3. Alat dan bahan :

a. Alat : Periuk dari tanah liat / panci ’ presssure cooker’, anyaman bambu
sebagai sarangan, plastik pengemas, tungku pemanas, kantung
semen yang telah dicuci.

b. Bahan : Ikan segar yang sudah dicuci bersih , bisa juga dibuang insang
dan isi perutnya; Air ledeng, garam (untuk pindang setengan asin kira-
kira 10-15% dari berat ikan)

4. Prosedur kerja

a. Ikan yang telah dicuci bersih, dimasukkan ke dalam periuk yang telah
diberi anyaman bambu / panci pressure cooker. Disusun sedemikian rupa,

20
sehingga ikan tersusun secara berlapis-lapis. Untuk ikan kecil , supaya tidak
hancur, untuk masing-masing ikan dapat diberi pelapis daun bambu.Tiap
lapisan diberi garam sesuai takaran yang dikehendaki. Untuk mendapatkan
bau dan rasa yang sedap, dapat ditambahkan asam sitrun dan bawang
putih yang telah dihaluskan kira-kira 2% dari banyaknya garam. Atau
ditambah bumbu lain seperti serai, daun salam dan lainnya.

b. Setelah tersusun secara rapi diberi air kira-kira 1/3 dari isis periuk yang
dipergunakan. Lapisan paling atas ditaburi garam , lalu ditutup dengan
kertas semen.

c. Lamanya perebusan pertama sekitar 6-8 jam (untuk ikan kecil sekurang-
kurangnya 4 jam.

d. Selama proses pemasakan, air yang berada pada periuk akan bertambah
banyak. Oleh karena itu harus dikeluarkan sedikit demi sedikit. Setelah
ikannya matang, diadakan proses penajinan, yaitu mengeluarkan air
rebusan dari periuk. Air yang dikeluarkan ditampung untuk diolah menjadi
kecap atau petis.

e. Setelah itu dilakukan proses pengganggangan, yaitu memanaskan ikan hasil


perebusan, dengan api kecil tetapi merata, selama 2-3 jam. Selesai
pengganggangan, dilakukan pengemasan.

Daftar Pustaka
Apandi M dan Hardhy LT .1985. Ikan Pindang. Jakarta : Widya Karya
Pratama.

Fachrudin, Lisdiana. 1998. Membuat Aneka Manisan. Yogyakarta : Kanisius.

21
2. DERAJAT KEASAMAN LARUTAN ( pH )

Pendahuluan
Pada bagian 1, anda telah mempelajari tentang larutan dan sifat-sifatnya.
Dalam bab ini, anda akan mempelajari tentang menentukan derajat keasaman
suatu larutan yang biasanya disebut pH. Salah satu cara menentukan pH larutan
adalah menggunakan indicator. Ada beberapa macam indicator dan ada
beberapa cara untuk menentukan dan mempertahankan pH suatu larutan yang
semuanya akan anda pelajari pada bab ini. Selain itu anda juga akan
mempelajari prinsip analisis kuantitatif dengan cara titrasi.

22
Dengan mempelajari bab ini, anda diharapkan dapat :
1. memahami tentang derajat keasaman larutan:
2. Menentukan pH suatu larutan dengan indicator
3. Menghitung pH larutan jika diketahui konsentrasinya
4. Menyimpulkan hubungan antara besarnya harga pH terhadap kekuatan
asam atau basa
5. Menghubungkan kekuatan asam-basa dengan derajat ionisasi dan
tetapan kesetimbangan ionisasinya
6. Menyimpulkan reaksi asam dengan basa berdasarkan data hasil
percobaan
7. Menggunakan konsep mol, konsentrasi dan volume larutan untuk
perhitungan kimia pada reaksi dalam larutan
8. Merancang dan melakukan percobaan untuk titrasi asam-basa
9. Menentukan pH larutan buffer
10. Menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam tubuh makluk hidup dan
kehidupan sehari-hari
11. Menentukan pH garam yang dapat terhidrolisis dalam air melalui
perhitungan
12. Membuat kurva titrasi asam-basa dan menentukan titik ekivalennya

KESETIMBANGAN IONISASI AIR


Air merupakan elektrolit yang sangat lemah. Persamaan ionisasinya dapat
ditulis sebagai berikut :
H2O ↔ H+ + OH-
Dengan menggunakan persamaan hukum kesetimbangan, maka pada suhu
tetap
[H+] [OH-]
K = ------------------
[H2O]

23
Dalam larutan yang encer, konsentrasi H 2O sangat besar dibandingkan dengan
banyaknya H2O yang terionisasi. Oleh karena itu konsentrasi H 2O dapat
dianggap konstan.
K [H2O] = [H+][OH-]
Atau
Kw = [H+][OH-]
Kw = tetapan ionisasi air yang pada suhu 25 oC = 1. 10-14
Sehingga
10-14 = [H+][OH-]
[H+]2 = [OH-]2 = √ 10-14
= 10-7 mol / liter
Arrhenius menyatakan bahwa asam adalah zat yang menambah [H +]
dalam lar air sedangkan basa adalah zat yang menambah [OH -] dalam larutan
air, reaksi asam-basanya disebut reaksi netralisasi. Sedangkan Bronsted-Lowry
mengemukakan teorinya sbb : asam adalah senyawa yang dapat memberikan
proton, sedang basa adalah senyawa yang dapat menerima proton, reaksi asam-
basanya disebut reaksi protolisis. Untuk membedakan suatu larutan itu bersifat
asam atau basa digunakan indikator asam basa, seperti kertas lakmus, lar PP,
metil jingga, metil merah,dsb.

KONSEP pH

Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh ahli kimia Denmark, Sorensen


(1909). Hubungan antara [H+] dengan pH adalah
pH = -log[H+]
yang kemudian diperluas, mencakup
pOH = -log[OH-]
pKa = -log Ka
pKb = -log Kb

24
ASAM KUAT DAN BASA KUAT
Asam kuat dan basa kuat terurai sempurna di dalam larutan air, sehingga
[H+] dan[OH-] sama dengan konsentrasi zat terlarut.
Kekuatan asam dapat ditentukan dari harga pH, sedangkan kekuatan
basa dapat ditentukan dengan harga pOH.
Untuk asam kuat ,
pH = -log[H+]
Sedangkan untuk basa kuat, pH larutan basa dihitung dari
pOH = -log[OH-] ,
karena pH + pOH = pKw , maka pH larutan dapat ditentukan.
Yang perlu diingat pH dalam lingkungan asam < 7 dan dalam lingkungan
basa > 7, sehingga untuk [H +] lebih besar dari 10 -7 M , [H+] yang berasal dari air
dapat diabaikan, sedangkan jika [H +] ≤ 10-7 M, maka [H+] yang berasal dari
ionisasi air juga diperhitungkan. Digunakan persamaan kuadrat sebagai berikut :
{H+}2 – Ca {H+} – Kw = 0

ASAM LEMAH DAN BASA LEMAH


Untuk asam lemah, jumlah molekul HA yang mengion sangat sedikit
(harga tetapan ionisasinya sangat kecil), karena itu konsentrasi HA dapat
dianggap tidak mengalami perubahan (sama dengan konsentrasi semula),
sehingga dari persamaan ionisasi asam lemah HA
HA ↔ H+ + A-
[H+][A-]
Ka = -------------
[HA]

karena [H+] = [A-] dan [H+] <<< [HA], maka

[H+]2
Ka = --------
[HA]

misal konsentrasi asam lemah mula-mula = Ma

25
[H+]2 = Ka . Ma

atau
[H+] =  Ka. Ma

Ka = tetapan konstanta asam lemah

Dengan cara yang sama untuk basa lemah,


[OH-] = Kb. Mb
Kb = tetapan konstanta basa lemah

LARUTAN BUFFER

Larutan buffer adalah larutan yang terdiri dari asam lemah atau basa
lemah dan garamnya , dimana kedua komponen itu harus ada. Larutan ini
berfungsi untuk menahan agar tidak terjadi perubahan pH ketika terjadi
penambahan sedikit asam atau sedikit basa.
pH larutan penyangga bergantung pada Ka asam lemah atau Kb basa lemah
serta perbandingan konsentrasi asam dengan konsentrasi basa konjugasi atau
konsentrasi basa dengan konsentrasi asam konjugasi dalam larutan tersebut.
a. Larutan penyangga dari asam lemah dan basa konjugasinya
[H+] = Ka x [asam]/[garam]
pH = pKa – log a/g
dengan Ka = tetapan ionisasi asam lemah
a = jumlah mol asam
g = jumlah mol basa konjugasinya
b. Larutan penyangga dari basa lemah dan asam konjugasinya
[OH-] = Kb x [basa]/[garam]
pOH = pKb – log b/g
dengan Ka = tetapan ionisasi asam lemah
a = jumlah mol asam

26
g = jumlah mol basa konjugasinya

HIDROLISIS GARAM
Beberapa jenis garam mengalami hidrolisis dalam air. Komponen garam
(kation atau anion) yang berasal dari asam lemah atau basa lemah terhidrolisis
membentuk ion H+ atau ion OH-. Jika hidrolisis menghasilkan ion H+ maka larutan
bersifat asam, sedangkan jika menghasilkan ion OH - maka larutan bersifat basa.
Hidrolisis garam sebenarnya adalah reaksi asam-basa Bronsted-Lowry,
komponen garam yang berasal dari asam atau basa lemah merupakan basa
atau asam konjugasi yang relatif kuat dapat bereaksi dengan air, sedangkan
komponen garam yang berasal dari asam atau basa kuat merupakan basa atau
asam konjugasi yang relatif lemah tidak dapat bereaksi dengan air.
1. Garam dari asam kuat dan basa kuat
Garam dari asam kuat dan basa kuat tidak terhidrolisis, oleh karena itu,
larutan tetap bersifat netral (pH = 7).
2. Garam dari asam lemah dan basa kuat
Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat mengalami
hidrolisis parsial dalam air. Hidrolisis menghasilkan ion OH - sehingga
larutan bersifat basa (pH > 7)
Reaksi hidrolisis bmerupakan reaksi kesetimbangan. Meskipun hanya
sebagian kecil dari garam itu yang mengalami hidrolisis, tetapi cukup
untuk mengubah pH larutan. Tetapan kesetimbangan dari reaksi hidrolisis
disebut tetapan hidrolisis (Kh)
Kh = [OH-]2 / [garam]
[OH-] = √ Kh. Mgaram
Harga Kh dapat dikaitkan dengan tetapan ionisasi asam lemah (K a) dan
tetapan kesetimbangan air (Kw)
Ka x K h = K w
Kh = Kw/Ka
Jadi
[OH-] = √ Kw/Ka . Mgaram

27
3. Garam dari asam kuat dan basa lemah
Garam yang terbentuk dari basa lemah dan asam kuat mengalami
hidrolisis parsial dalam air. Hidrolisis menghasilkan ion H + sehingga
larutan bersifat asam (pH < 7)
Sama seperti halnya persamaan pada garam yang terbentuk dari asam
lemah dan basa kuat, maka tetapan hidrolisis (K h)
Kh = [H+]2 / [garam]
[H+] = √ Kh. Mgaram
Harga Kh dapat dikaitkan dengan tetapan ionisasi asam lemah (K a) dan
tetapan kesetimbangan air (Kw)
Kb x K h = K w
Kh = Kw/Kb
Jadi
[H+] = √ Kw/Kb . Mgaram

4. Garam dari asam lemah dan basa lemah


Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah mengalami
hidrolisis total dalam air, karena baik anion maupun kation dari garam
yang terbentuk terhidrolisis dalam air. Sifat larutan bergantung pada
kekuatan relatif asam dan basa yang bersangkutan. Jika asam lebih
lemah daripada basa (Ka < Kb), maka anion akan terhidrolisis lebih
banyak dan larutan akan bersifat basa, jika basa lebih lemah daripada
asam (Kb < Ka) , kation yang terhidrolisis lebih banyak dan larutan akan
bersifat asam. Sedangkan jika asam sama lemahnya dengan basa (Ika =
Kb), larutan akan bersifat netral. Adapun pH larutan, secara kuantitatif
sukar dikaitkan dengan harga Ka dan Kb maupun dengan konsentrasi
garam. pH larutan yang tepat hanya dapat ditentukan melalui pengukuran.
Namun untuk perhitungan secara teoritis dapat ditentukan dengan
persamaan berikut :
[H+] = √ Kw . Ka/Kb

TITRASI ASAM-BASA

28
Pada prinsipnya zat yang mempunyai sifat asam atau basa dapat
ditentukan kadarnya dengan asidi-alkalimetri atau biasa disebut titrasi
volumetri.
Proses titrasi ini berdasarkan atas reaksi penetralan antara asam dan basa
membentuk garam dan air.

Asam + Basa  Garam + Air

Walaupun reaksi di atas adalah reaksi penetralan , tetapi garam yang


dihasilkan tidak selalu bersifat netral. Sifat asam basa dari larutan garam
tergantung pada kekuatan relatif asam-basa penyusunnya.
Suatu analisis disebut volumetri bila dalam analisis itu dilakukan
pengukuran volume dari larutan yang konsentrasinya diketahui, yang diperlukan
untuk bereaksi dengan volume tertentu konstituen yang diperiksa. Proses
penentuan volume larutan standar yang bereaksi dengan sevolume tertentu
larutan lain yang konsentrasinya dicari, disebut proses titrasi. Larutan yang
konsentrasinya telah diketahui dengan tepat disebut larutan standar/ larutan
baku. Dalam prakteknya proses titrasi dikerjakan sebagai berikut :
Larutan standar yang volumenya diketahui dengan tepat, ditempatkan
dalam labu erlenmeyer. Larutan yang dicari konsentrasinya ditempatkan dalam
sebuah buret. Setelah larutan dalam labu erlenmeyer diberi larutan indikator,
larutan dalam buret dibiarkan menetes secara teratur. Tetesan dari buret
dihentikan, jika kedua larutan telah bereaksi sempurna (yang terlihat dari
perubahan warna larutan). Volume titran diamati. Lakukan proses titrasi ini
secara duplo, untuk melihat perbedaan rata-rata angka awal dengan angka akhir
titrasi.
Pada semua cara penentuan kadar zat secara volumetri, hal yang sangat
menentukan adalah mengetahui dengan tepat peristiwa kapan reaktan tepat
habis dengan pereaksi (titik ekivalen titrasi). Oleh karena kebanyakan reaksi
volumetri, titik ekivalen tidak dapat terlihat oleh si pengamat, maka diberikan

29
indikator. Titik dimana indikator mulai menunjukkan perubahan warna yang stabil
, maka proses titrasi diakhiri (titik akhir titrasi) . Diharapkan titik akhir titrasi
berimpit dengan titik ekivalen, namun pada prakteknya sulit untuk tercapai,
sehingga pada proses titrasi selalu ada kesalahan titrasi. Oleh karena itu, agar
kesalahan titrasi tidak terlalu besar, diperlukan indikator yang paling cocok, dan
diperlukan ketelitian pada penentuan titik akhir titrasi.

Standardisasi Larutan
Suatu larutan yang kadarnya akan ditentukan dengan proses titrasi dapat
langsung ditetapkan dengan larutan standar primer atau larutan standar
sekunder yaitu larutan yang telah ditera konsentrasinya dengan larutan standar
primer. Contoh larutan standar primer : larutan (COOH) 2 , larutan Na2B4O7,
larutan K2Cr2O7, larutan KIO3.
Contoh larutan standar sekunder : larutan NaOH, larutan HCl, larutan Na 2S2O3.

Perhitungan kadar dalam titrasi


Jumlah ekivalen zat yang dititrasi = jumlah ekivalen zat titran
Atau
V1 . N1 = V2 . N2
Indikator asam-basa
Salah satu cara untuk menentukan pH suatu larutan adalah dengan
menggunakan indikator asam-basa. Suatu indikator akan mengalami perubahan
warna dengan berubahnya pH. Lakmus adalah suatu zat warna tumbuhan yang
dapoat digunakan untuk membedakan suatu asam dari suatu basa secara
kualitatif, karena lakmus tidak peka terhadap perubahan pH yang kecil.
Indikator yang digunakan dalam titrasi asidi-alkalimetri adalah asam-asam
organik atau basa-basa organik yang sangat peka terhadap perubahan pH yang
kecil. Indikator tersebut mempunyai warna yang berbeda antara bentuk senyawa
utuh dan bentuk senyawa terurainya.
Asam indikator dan kesetimbangannya dapat ditulis :
HI ↔ H+ + I-

30
Bentuk utuh bentuk terdisosiasi
(warna asam) (warna basa)
tetapan disosiasi untuk reaksi di atas
KI = [H+][I-] / [HI]

Warna indikator ditentukan oleh perbandingan [HI] dengan [I -]


Maka : Ki / [H+] = [I-] / [HI] = bentuk warna basa/ bentuk warna asam
Bila [H+] = Ki , maka [I-] = [HI] berarti 50% indikator berada dalam keadaan asam
dan 50% dalam keadaan basa.
Kemampuan mata kita
Campuran 99% merah dan 1% kuning , terlihat merah
Campuran 100% merah dan 0% kuning, terlihat merah
Menurut pengalaman :
Bila [I-] / [HI] < 0,1 terlihat indikator sempurna dalam bentuk asam
Bila [I-]/[HI] > 10 terlihat indikator sempurna dalam bentuk basa
Antara 0,1 dan 10 , kita peroleh warna antara.

Trayek pH indikator
Bila diasumsikan bahwa kedua batas itu ditunjukkan oleh perbandingan
[I-]/[HI] < 0,1 dan > 10, maka ditemukan
Ki / [H+] = [I-] / [HI] = 1/10 atau [H+] = 10 Ki indikator dalam bentuk asam
Ki / [H+] = [I-] / [HI] = 10/1 atau [H+] = 1/10 Ki indikator dalam bentuk basa
Jadi indikator berubah warna antara :
[H+] = 10 Ki dan [H+] = 1/10 Ki
atau dinyatakan dengan pH, antara :
pH = pKi ± 1
jarak antara pH dimana terjadi perubahan warna indikator disebut interval
perubahan warna indikator atau trayek pH indikator.

31
Tabel 3. Trayek pH indikator
Nama Perubahan warna Trayek pH
1,3,5 trinitrobenzena Tak berwarna – jingga 12,0 – 14,0
Indigo karmin Biru – kuning 11,4 – 13,0
Alizarin kuning Biru – kuning 10,0 – 12,0
Timolphtalein Kuning – merah 9,3 – 10,5
Phenolphtalein Tak berwana - merah 8,3 – 10,0
Fenol merah Kuning – merah 6,4 – 8,0
Bromtimol biru Kuning – biru 6,0 – 7,6
Brom kresol ungu Kuning - ungu 5,2 – 6,8
Lakmus Merah – biru 4,5 – 8,3
Metil merah Merah – kuning 4,4 – 6,2
Bromkresol hijau Kuning – biru 3,8 – 5,4
Kongo merah Biru – merah 3,0 – 5,0
Metil jingga Merah-jingga 3,1 – 4,4
2,6-dinitrofenol Tak berwarna – kuning 2,0 – 4,0
Timol biru Merah – kuning 1,2 – 2,8
Kuning – biru 8,0 – 9,6
Metil violet Kuning – violet biru 0,2 – 2,0
Violet biru - violet 5,0 – 6,0

KURVA TITRASI
Jika suatu asam atau basa dititrasi , setiap penambahan pereaksi akan
mengakibatkan perubahan pH. Suatu grafik yang diperoleh dengan mengalurkan
pH terhadap volume pereaksi yang ditambahkan disebut kurva titrasi. Kurva ini
berbentuk sigmoid. Titik ekivalen dapat langsung dinyatakan dengan kurva
tersebut.
Sebagai contoh pada titrasi dari 50 ml larutan 0,1 M HCl dengan larutan
0,1 M NaOH. Pada saat penambahan NaOH belum mencapai 50 ml, larutan
akan mempunyai kelebihan asam. Sedangkan bila volume basa yang
ditambahkanj lebih besar dari 50 ml maka larutan akan kelebihan basa. Adapun
bila pada setiap penambahan larutan basa dihitung harga pHnya, akan diperoleh
data sebagai tabel 3.

Tabel 3. Data penambahan larutan NaOH pada 50 ml larutan HCl


Volume Larutan NaOH (ml) pH
0,0
10,0
20,0

32
30,0
40,0
45,0
46,0
47,0
48,0
49.0
50,0
51,0
52,0
...

Proses titrasi ini bila dinyatakan dalam bentuk grafik seperti tertera pada gambar
4.Grafik perubahan pH pada titrasi asam kuat dengan basa kuat.
Dengan cara yang sama dapat dilakukan juga untuk asam kuat-basa lemah dan
untuk basa kuat – asam lemah, sehingga diperoleh kurva seperti pada gambar 5
dan 6.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad , H. 1990. Penuntun Belajar Kimia Dasar , Kimia Larutan. Bandung :
Jurusan Kimia, FMIPA ITB
Chang, R. Kimia Dasar, Konsep-konsep Inti jilid
Pikir, S. 1995. Kimia Dasar. Surabaya : Airlangga University Press
Sastrawijaya, T. 1994. Materi Pokok Kimia Dasar II Modul 1 – 9. Jakarta : Dirjen
Dikdasmen,Depdikbud

SOAL-SOAL LATIHAN
1. Etiket pada botol asam klorida tertulis HCl (Mr = 36,5), Kerapatan
1,18 gr/ml, w/v 35%.
a. Hitung kemolaran larutan ini?
b. Berapa ml HCl ini diperlukan untuk membuat 500 ml larutan 4 M
2. Sebanyak 50 ml larutan NaCl 0,1 M dicampur dengan 50 ml larutan
CaCl2 0,2 M. Tentukan kemolaran ion Cl- dalam campuran ini?

33
3. Suatu larutan dibuat dengan cara melarutkan H 2SO4 100%
sebanyak 80 gram dalam 120 gram air mempunyai berat jenis 1,303 gr/ml.
Hitung :
a. persen berat
b. kemolaran
c. kemolalan
d. fraksi mol
4. Sebanyak 4,0 gram NaOH dilarutkam dalam air sehingga diperoleh
100 ml larutan.
a. Tentukan kemolaran larutan tsb
b. Sebanyak 10 ml larutan tsb dipindahkan ke dalam botol,
berapakah kemolaran larutan dalam botol?
c. Berapa gram NaOH yang terdapat dalam 10 ml larutan tsb
d. Berapa ml harus ditambahkan ke dalam 100 ml larutan
sehingga menjadi 0,05 M
5. Hitunglah pH dari larutan-larutan berikut :
a. Larutan 3,7 gram Ca(OH)2 dalam 10 liter air
b. Satu ml H2SO4 0,1 M dilarutkan dalam 1 liter air
6. Hitunglah pH campuran kedua larutan berikut :
a. 100 ml lar H2SO4 0,004 M + 100 ml lar HCl 0,012 M
b. 100 ml lar HCl 0,02 M + 100 ml lar CH 3COOH 0,02 M, Ka
CH3COOH = 1x10-5
7. Sebanyak 50 ml lar HCl 0,1 M ditetesi dengan lar NaOH 0,1 M.
Hitunglah pH pada saat :
a. sebelum penambahan NaOH
b. volume lar NaOH yang ditambahkan 25 ml
c. volume lar NaOH yang ditambahkan 50 ml
d. volume lar NaOH yang ditambahkan 100 ml
8. Berapa ml lar NaOH yang pHnya 12 harus dicampur dengan 100
ml lar H2SO4 yang pHnya 3 supaya pH campuran menjadi 11?

34
9. Lima puluh mililiter larutan NH 3 0,1M dicampurkan dengan 50 ml
larutan HCl 0,1 M . Tentukan pH campuran (Kb NH3 =1,8.10-5)
10. Berapa gram kristal NH4Cl diperlukan untuk membuat 500 ml
larutan dengan pH=5? Ar H = 1, N = 14, Cl = 35,5, Kb NH 3 = 1,8.10-5

PROSES PEMBUATAN NATA DE COCO

1. Tujuan : Mengenalkan dan memberikan pemahaman kepada


mahasiswa tentang pembuatan larutan dengan derajat keasaman tertentu serta
aplikasinya pada pembuatan bahan makanan

2. Pengantar : Nata de coco merupakan salah satu produk yang


amat digemari baik oleh anak-anak maupun orang dewasa sebagai campuran
minuman segar. Produk ini terbuat dari air kelapa dengan derajat keasaman yang
amat rendah ( pH < 2 ) serta dibantu oleh bakteri Acetobacter xylinum. Nata hanya
akan terbentuk bila suasana amat asam.

35
3. Alat dan bahan :

a. Alat : Panci email, pengaduk, saringan, wadah plastik, pisau, talenan, ember,
kompor, kertas koran sebagai penutup wadah plastik, tali pengikat koran.

b. Bahan : air kelapa yang telah disaring 2 liter, asam cuka glasial 30 ml, gula
pasir 60 gram, pupuk ZA 1 gram, cairan bibit Acetobacter xylinum 0,5 liter.

4. Prosedur kerja

a. Air kelapa dipanaskan, ditambahkan ke dalamnya gula pasir, asam cuka glasial
dan pupuk ZA. Pendidihan dilakukan sampai volume air kelapa tinggal 4/5nya.
b. Setelah dingin, tuang ke dalam wadah plastik masing-masing sebanyak 400 ml.
c. Tambahkan ke dalamnya masing-masing 100 ml cairan bibit Acetobacter
xylinum. Tutup wadah dengan kertas koran dan diikat. Diamkan selama 2 minggu.
d. Setelah dipanen, nata dipotong berbentuk kubus kecil-kecil. Tampung dalam
ember plastik, rendam dengan air selama 3 hari, setiap hari dilakukan penggantian
dengan air yang bersih. Setelah perendaman selesai, cuci bersih.
e. Siapkan larutan gula (bisa ditambah esence dan pewarna) , didihkan. Nata
yang sudah dipotong-potong, masukkan kedalamnya dan direbus sampai
mendidih.
f. Pengemasan dapat digunakan plastik pengemas atau gelas/cup plastik.

Daftar Pustaka

Nugroho, M.A. Memanfaatkan Limbah Air Kelapa. Suara Merdeka Minggu . Pebruari
1999. h. VIII

Palungkun , R. 1993. Aneka Produk Olahan Kelapa. Jakarta : Penebar Swadaya.

3. KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Pendahuluan
` Pernahkan sdr menambahkan sedikit demi sedikit gula ke dalam segelas
air ? Apa hasil pengamatan saudara ? Kalau sdr perhatikan dengan seksama,
maka akan terlihat, mula-mula kristal gula akan larut, tetapi dengan semakin
banyaknya kristal gula yang ditambahkan, maka kristal gula tersebut tidak dapat
larut lagi. Istilah kelarutan (s) digunakan untuk menyatakan jumlah maksimum
zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu zat pelarut / larutan. Kelarutan
bergantung pada jenis pelarut.

36
Setelah selesai pembelajaran diharapkan para mahasiswa mampu :
1. Menyebutkan factor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat
2. Menghubungkan tetapan hasil kali kelarutan dengan tingkat kelarutan
atau pengendapannya
3. Menghitung kelarutan elektrolit yang sukar larut berdasarkan harga Ksp
dan sebaliknya
4. Memperkirakan terbentuknya endapan berdasar harga Ksp dan
membuktikannya dengan percobaan
5. Menjelaskan pengaruh ion sejenis terhadap kelarutan suatu zat dan
penerapannya
6. Menjelaskan hubungan harga Ksp dengan pH

PENGERTIAN KELARUTAN (S) DAN HASIL KALI KELARUTAN (KSP)

Dalam larutan jenuh yang mengandung kristal zat padat tak larut terdapat
kesetimbangan antara zat padat dan larutannya. Khusus untuk elektrolit (garam
atau basa), kesetimbangan itu terjadi antara zat padat dengan ion-ionnya.
Misalnya pada larutan jenuh AgCl terdapat kesetimbangan antara AgCl padat
dengan ion Ag+ dan ion Cl- dalam larutan.
AgCl (s) ↔ Ag+(aq) + Cl-(aq)
Tetapan kesetimbangan dari kesetimbangan antara garam atau basa yang
sedikit larut disebut tetapan hasil kali kelarutan (K sp)
Ksp = [Ag+][Cl-]
Secara umum, persamaan kesetimbangan larutan garam A xBy yang sedikit larut
adalah sebagai berikut :
AxBy (s) ↔ x Ay+(aq) + yBx-(aq)

Ksp = [Ay+]x [Bx-]y

Ksp DAN REAKSI PENGENDAPAN

37
Ksp adalah nilai maksimum dari ion-ion yang dapat berada dalam larutan.
Jika hasil kali konsentrasi ion-ionnya (Q = quotient reaksi) melampaui harga
Ksp , maka sebagian ion-ion akan bergabung membentuk endapan. Jadi kita
dapat meramalkan terjadi atau tidaknya endapan dengan membandingkan harga
Q campuran dengan nilai Ksp dengan ketentuan sebagai berikut :

Jika Q < Ksp , larutan belum jenuh


Jika Q = Ksp, larutan tepat jenuh
Jika Q > Ksp, terjadi pengendapan

PENGARUH ION SENAMA

Marilah kita perhatikan kembali larutan jenuh AgCl. Apakah yang akan
terjadi jika ke dalam larutan jenuh itu kita tambahkan larutan AgNO 3 atau larutan
KCl ? Dalam larutan jenuh AgCl terdapat kesetimbangan antara AgCl padat
dengan ion-ion Ag+ dan ion Cl-.
AgCl (s) ↔ Ag+(aq) + Cl-(aq)
Penambahan larutan AgNO3 atau KCl akan memperbesar konsentrasi ion Ag +
atau ion Cl- dalam larutan. Sesuai dengan azas Le Chatelier tentang pergeseran
kesetimbangan, penambahan konsentrasi ion Ag + atau ion Cl- akan menggeser
kesetimbangan ke kiri. Akibat dari pergeseran ini, jumlah AgCl yang larut akan
berkurang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ion senama akan
memperkecil kelarutan .

SOAL_SOAL LATIHAN
1. Zat ada yang mempunyai Ksp kecil dan ada pula yang mempunyai Ksp
besar. Apa artinya ?
2. Terangkan mengapa jika ke dalam larutan jenuh PbCl 2 dituangi larutan
NaCl terjadi endapan ?
3. Kelarutan L(OH)2 = 10-2 mol/liter. Berapa mol L(OH)2 dapat larut dalam 1
liter larutan 0,1M NaOH?

38
4. Bila ditentukan Ksp Ca(OH)2 pada suatu suhu= 4.10-12, berapakah pH
larutan jenuh Ca(OH)2 pada suhu tersebut .
5. Diketahui Ksp PbCl2=2,5.10-4. 100ml larutan Pb(NO3)2 0,1 M direaksikan
dengan larutan 100 ml 0,1 M NaCl. Apakah pada reaksi tersebut akan
terjadi endapan ? Beri penjelasan.
6. Hitunglah harga hasil kali kelarutan perak fosfat yang tiap liternya terlarut
1 mol. Diketahui Ar Ag=108, P=31,O=16, H=1

PROSES PEMBUATAN PATI BIJI DURIAN

1. Tujuan : mengaplikasikan pengetahuan dan pemahaman


mahasiswa tentang kelarutan dan meningkatkan daya guna biji buah-buahan
dan aplikasinya, memperoleh sumber pangan baru sebagai alternative
pengganti serealia atau umbi-umbian, menciptakan peluang usaha baru,
yang sekaligus dapat membuka peluang kerja.

2. Pengantar : Pati biji buah-buahan adalah sari dari hasil


ekstraksi biji buah-buahan menggunakan air, kemudian diendapkan dan
endapan yang diperoleh dikeringkan. Pati merupakan homopolimer glukosa

39
dengan ikatan α –glikosidik. Perbandingan amilosa (pati yang mempunyai
struktur rantai C-lurus) dan amilopektin (pati yang mempunyai struktur rantai
C-bercabang) sangat berpengaruh pada sifat pati yang dihasilkan. Pati yang
mengandung amilopektin tinggi, akan menghasilkan gel yang bersifat lengket
dan elastis dibandingkan pati yang mengandung amilopektin rendah.
Beberapa sifat pati yang mengandung amilopektin tinggi apabila dibuat
sebagai bahan baku produk pangan adalah sebagai berikut :

a. pada pembuatan krupuk, dapat menghasilkan krupuk yang lebih


renyah

b. pada pembuatan cake/ roti, dapat menghasilkan roti/ cake lebih


empuk

c. Pada pembuatan biskuit, menghasilkan biskuit yang lebih renyah

d. Pada pembuatan dodol, dapat menghasilkan dodol lebih elastis

e. Pada pembuatan bubur, dapat menghasilkan bubur yang lebih


pulen.

3.Alat dan bahan :

a. Alat : blender, saringan halus/kain, ember plastik, pengaduk, oven, ayakan

b. Bahan : biji durian, air, larutan pemutih,

4. Prosedur kerja

a. Biji durian di sortasi, dipilih yang baik, kemudian di kupas. Dicuci hingga
bersih

b. Setelah dihancurkan kasar atau diiris tipis, biji dihancurkan basah dengan
blender.

c. Hasil penggilingan kemudian disaring.

d. Filtrat hasil saringan diendapkan, sampai diperoleh endapan dan cairan


yang jernih.

40
e. Campuran tersebut didekantir/ disiling dan dilakuykan
pencucian menggunakan air bersih beberapa kali sampai diperoleh filtrat
yang jernih.

f. Residu yang kental kemuadian dicampur dengan larutan


pemutih dan dikeringkan

g. Pati yang sudah kering, diayak, agar diperoleh tepung pati yang
seragam ukuran partikelnya

h. Tepung pati durian sipa digunakan sebagai bahan baku produk


olahan

Daftar Pustaka
Purnomo Y dan Winarti S. 2006. Olahan Biji Buah. Surabaya :Trubus
Agrisarana

BAB II
KIMIA KOLOID

Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita menemui beberapa zat yang
sukar digolongkan sebagai larutan atau suspensi. Contoh zat-zat semacam
santan, debu, asap, kopi instan, hairspray, dan paduan logam atau aliase. Zat-

41
zat semacam itu dalam ilmu kimia disebut sistem koloid. Banyak proses di alam
ini yang berkaitan dengan sistem koloid, seperti pembentukan delta di daerah
muara sungai, halimun yang muncul di pagi hari, asap pada proses pembakaran,
dsb. Selain itu , dalam bidang industri, banyak proses pembuatan berbagai
produk yang didasarkan pada sistem koloid ini, misalnya kosmetika, obat-obatan,
keramik, plastik, tekstil, pangan dan insektisida. Oleh karena itu mengingat
betapa pentingnya peranan sistem koloid dalam kehidupan, maka bagian ini
perlu dipelajari secara tersendiri.
Isetelah pembelajaran diharapkan para mahasiswa dapat :

1. Mengelompokkan campuran yang ada di lingkungannya ke dalam suspensi


kasar, larutan dan system koloid

2. Mendiskripsikan macam-macam koloid berdasarkan zat terdispersi dan fasa


pendispersinya

3. Melalui kajian pustaka, brosur atau media elektronik dapat mendiskripsikan


penggunaan system koloid di industri kosmetik, makanan dan rumah tangga

4. Mengamati dan menjelaskan hasil pengamatan tentang efek Tyndall, dan Gerak
Brown

5. Memperagakan proses penjernihan air dengan cara menambahkan koagulan

6. Menjelaskan koloid liofil dan liofob serta perbedaan sifat keduanya dengan
contoh yang ada di lingkungan
7. Memperagakan pembuatan koloid dengan cara kondensasi dan disperse

8. Membuat shampoo (contoh zat pengemulsi) sebagai salah satu


alternative pembelajaran menggunakan pendekatan CEP

9. Mengidentifikasi jenis koloid yang mencemari lingkungan

MATERI PEMBELAJARAN

SISTEM KOLOID

42
Istilah koloid pertama kali digunakan oleh Thomas Graham pada tahun
1861 untuk menyatakan larutan yang tak dapat menembus lapisan
semipermeable.

Perbedaan antara larutan, koloid dan suspensi dapat dirangkum dalam tabel 4.

Tabel 4. Perbedaan antara larutan, koloid dan suspensi

Larutan Koloid Suspensi


Ukuran partikel ‹1 mµ 1 – 100 mµ ›100 mµ
Jumlah fasa satu dua dua
Jenis campuran Campuran Antara homogen Campuran
homogen dan heterogen heterogen
Penyaringan :
Biasa Tak terpisah Terpisah
Ultra Tak terpisah Terpisah Terpisah
Pengendapan Tak terpisah
Gravitasi Tak mengendap Mengendap
Ultra Tak mengendap Mengendap Mengendap
sentrifuge Tak mengendap ? Keruh
Penampilan Jernih ? ?
Efek Tyndall Tak terlihat Lambat Tak berdifusi
Difusi Cepat Ada Tak teramati
Gerak Brown Mungkin ada

Jika suatu larutan tersusun dari komponen-komponen zat terlarut dan


pelarut , maka suatu system koloid juga tersusun dari dua komponen yaitu fasa
terdispersi (fasa yang tersebar halus) dan fasa pendispersi . Semua jenis zat
dapat berada dalam bentuk koloid, kecuali gas dengan gas sebab akan selalu
membentuk campuran yang homogen, kecuali apabila kedua gas tersebut dapat
saling bereaksi. Dengan demikian dikenal 8 macam system koloid sebagaimana
tercantum dalam tabel 5.

Tabel 5. Sistem dispersi koloid

Fasa Fasa Nama koloid Contoh


terdispersi pendispersi
Gas Cair Buih Busa sabun
Gas padat Busa padat Batu apung, karet busa
Cair gas Aerosol cair Kabut, awan, hairspray
Cair cair Emulsi Susu

43
Cair padat Emulsi padat Keju, mentega, mutiara
Padat gas Aerosol padat Asap
Padat cair Sol Cat, kanji, sol emas
Padat padat Sol padat Paduan logam, kaca
berwarna, gelas rubi,
porselin

 Buih/busa
Untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih seperti sabun, detergen
dan protein.
 Emulsi
Syarat terjadinya emulsi adalah kedua zat tidak saling melarutkan
Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator) yaitu zat
menyebabkan terjadinya emulsi.
Contoh :
a. Sabun mengemulsi minyak dalam air
b. Kasein dalam susu
c. Kuning telur dalam mayonase
Ada 2 macam emulsi yaitu :
Minyak dalam Air (M/A) : santan, susu dan lateks
Air dalam Minyak (A/M) : minyak bumi, minyak ikan, mayonase
Minyak di sini diartikan semua zat cair yang tidak bercampur dengan air.
 Gel
Merupakan koloid yang setengah kaku (antara padat dengan cair), dapat
terbentuk dari sol yang zat terdispersinya mengadsorpsi mediumnya
sehingga koloid menjadi agak padat.

Koloid dalam industri


Digunakan koloid karena merupakan cara yang baik untuk menyajikan
suatu campuran dari zat-zat yang tidak saling bercampur secara
homogeny dan stabil (pada tingkat makroskopis).

44
SIFAT KOLOID

1. Efek Tyndall

Gejala terlihatnya berkas cahaya apabila diarahkan ke dalam suatu medium


yang mengandung partikel-partikel koloid disebut efek Tyndall. Hal ini
pertama kali diterangkan oleh John Tyndall (1820-1893) seorang ahli fisika
Inggris. Efek Tyndall sehari-hari dapat kita jumpai, missal di pagi hari yang
berkabut, sinar matahari menembus kabut terlihat berkasnya. Hal ini terjadi
karena kabut berupa koloid dengan air sebagai fasa terdispersi dan udara
sebagai fasa pendispersinya. Karena tiap-tiap partikel butiran halus air
menyebarkan cahaya matahari yang menimpanya maka tampaklah berkas
cahaya yang melewatinya. Di malam hari pada jalan yang berdebu, berkas
nyala lampu mobil dapat terlihat dengan jelas, karena disebarkannya cahaya
lampu oleh partikel-partikel debu yang disinarinya, lampu mobil pada malam
hari yang berkabut, sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang
berasap, berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi
hari yang berkabut.

Gambar 7 . Efek Tyndall

2. Gerak Brown

45
Pada 1827 Robert Brown (1773-1858) sewaktu meneliti asap, menemukan
sebuah gejala bergeraknya partikel-partikel kecil menurut garis lurus yang
patah-patah. Gerakan ini berlangsung terus menerus tiada henti dan
berlangsung pada kecepatan tetap. Gerakan ini akan tampak jelas bila
diamati dengan mikroskop ultra. Gerak sembarang dari partikel koloid dalam
medium pendispersi ini disebut gerak Brown. Gerak ini juga membuktikan
teori kinetic molekul, karena gerak ini akibat tabrakan antara partikel-partikel
koloid dengan molekul-molekul fasa pendispersi. Gerak Brown akan makin
hebat, jika partikel-partikel koloid makin kecil. Dengan adanya gerak Brown
memungkinkan koloid untuk berdifusi meski jauh lebih lambat dibandingkan
dengan larutan sejati. Gerak Brown terjadi sebagai akibat tumbukan yang
tidak seimbang dari molekul-molekul medium terhadap partikel koloid.
Semakin tinggi suhu maka semakin cepat pula gerak Brown.
Gerak Brown merupakan faktor yang menstabilkan koloid karena dengan
gerak Brown maka partikel koloid akan bergerak terus sehingga dapat
mengimbangi gravitasi akibatnya partikel koloid tidak mengalami
pengendapan (sedimentasi).

Gambar 8. Gerak Brown

3. Elektroforesis

Partikel-partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik karena partikel


koloid mempunyai muatan. Partikel koloid yang bermuatan negative akan
menuju ke anoda (elektroda positif) dan sebaliknya partikel koloid yang
bermuatan posistif akan menuju katoda. Gejala ini disebut elektroforesis.
Pada peristiwa elektroforesis, partikel-partikel koloid akan dinetralkan
muatannya dan digumpalkan di bawah elektroda.

46
Gambar 9. Elektroforesis

4. adsorpsi

Peristiwa penyerapan pada permukaan suatu zat disebut adsorpsi.


Penyerapan ion-ion pada permukaan partikel koloid sehingga partikel koloid
menjadi bermuatan Suatu system koloid mempunyai kemampuan untuk
mengadsorpsi, sebab zat-zat dalam bentuk koloidal memiliki permukaan yang
sangat luas.

Sol Fe(OH)3 dalam air mengadsopsi ion positif sehingga bermuatan positif,
sedangkan sol As2S3 mengadsorpsi ion negatif sehingga bermuatan negatif.
Muatan koloid juga merupakan faktor yang menstabilkan koloid, disamping
gerak Brown. Karena bermuatan sejenis maka partikel-partikel koloid saling
tolak-menolak sehingga terhindar dari pengelompokkan antar sesama partikel
koloid itu. (Jika partikel koloid itu saling bertumbukan dan kemudian bersatu,
maka lama-kelamaan dapat terbentuk partikel yang cukup besar dan akhirnya
mengendap).

Gambar 10. Peristiwa adsorpsi

47
Contoh adsopsi :
- Pemutihan gula tebu, zat warna pada tebu diadsopsi sehingga
putih bersih
- Obat norit mengobati sakit perut, obat norit bahan dasarnya adalah
karbon aktif, di dalam usus besar membentuk koloid yang dapat
mengadsopsi gas atau zat warna.
- Penjernihan air, menambahkan tawas dapat mengadsorpsi zat
warna pada air kotor.
5. Koagulasi

Apabila muatan koloid dilucuti maka kestabilan akan berkurang dan dapat
menyebabkan koagulasi atau penggumpalan koloid. Pelucutan muatan koloid
dapat terjadi pada sel elektroforesis atau jika elektrolit ditambahkan ke dalam
sistem koloid. Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit terjadi sebagai
berikut. Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif. Sedangkan
koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif. Ion tersebut
membentuk selubung lapisan kedua. Apabila selubung kedua lapisan itu
terlalu dekat maka selubung itu akan menetralkan muatan koloid sehingga
terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya tarik menariknya
dengan partikel koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi.

Koagulasi dapat dlakukan dengan 3 cara yaitu :


a. Mekanik : pengadukan, pemanasan atau
pendinginan
b. Penambahan elektrolit : misalnya asam
format yang ditambahkan pada lateks
c. Pencampuran larutan koloid yang
berlawanan muatan.
Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari, antara lain :
pembentukan delta di muara sungai, karet dalam lateks digumpalkan dengan
asam format, lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan oleh ion
Al3+ dari tawas, asap/debu dari pabrik dapat digumpalkan dengan alat
koagulasi listrik dari Cottrell.

48
6. Koloid pelindung

Suatu koloid dapat distabilkan dengan menambahkan koloid lain yang disebut
koloid pelindung. Koloid pelindung ini akan membungkus atau melapisi
partikel zat terdispersi sehingga tidak dapat mengelompok.
Koloid pelindung ini akan membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid yang
dilindungi.

Contoh :
Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah
pembentukan kristal besar es atau gula
Cat atau tinta dapat bertahan lama karena menggunakan koloid pelindung
Zat-zat pengemulsi seperti sabun, detergen.

7. Dialisa

Pada pembuatan system koloid dalam air sering terdapat ion-ion yang
mengganggu kestabilan koloid tersebut., sehingga ion-ion ini perlu
dihilangkan dengan suatu proses yang disebut dialisa. Koloid dimasukkan ke
dalam suatu kantong yang terbuat dari selaput semipermeabel. Selaput ini
dapat melewatkan air dan ion-ion tetapi tak dapat melewatkan partikel koloid.
Jika kantong ini dimasukkan ke dalam air (dialiri air), maka ion-ion akan
menembus selaput, sedang partikel koloid tetap berada dalam kantong.

Dalam proses ini sistem koloid dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid,
lalu kantong koloid itu dimasukkan ke dalam bejana berisi air mengalir.
Kantong koloid tersebut dari selaput semipermeable, yaitu selaput yang dapat
melewatkan partikel-partikel kecil, seperti ion-ion atau molekul sederhana,
tetapi menahan koloid. Dengan demikian ion-ion keluar dari kantong dan
hanyut bersama air.
Contohnya adalah proses cuci darah bagi penderita gagal ginjal.

49
Gambar 11. Proses Dialisis

8. Koloid liofil dan liofob


Koloid liofil, yaitu koloid yang menarik mediumnya akibat adanya gaya Van
der walls atau ikatan hidrogen sehingga sulit dipisahkan atau sangat stabil.
Jika mediumnya air disebut koloid hidrofil (suka air).
Contohnya sabun, detergen, agar-agar, kanji dan gelatin.
Koloid liofob, yaitu koloid yang tidak menarik mediumnya sehingga cenderung
memisah, akibatnya tidak stabil. Bila mediumnya air disebut koloid hidrofob
(tidak suka air).
Contohnya : sol belerang, sol Fe(OH)3, sol logam.
Tabel 6. Perbandingan sifat sol hidrofil dan sol hidrofob
Sol Hidrofil Sol Hidrofob
1. Mengadsorpsi mediumnya 1. Tidak mengadsorpsi mediumnya
2. Lebih mantap dan kental 2. Tidak mantap dan tidak kental
3. Tidak mudah digumpalkan 3. Mudah digumpalkan
penambahan elektrolit penambahan elektrolit
4. Viskositas lebih besar daripada 4. Viskositas hampir sama dengan
mediumnya mediumnya
5. Bersifat reversible 5. Bersifat ireversible
6. Efek Tyndall lemah 6. Efek Tyndall lebih jelas

PEMBUATAN KOLOID

Ada dua cara pembuatan system koloid, yaitu :

1. Cara dispersi

50
Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan busur
bredig.
a. cara mekanik
Cara untuk menghaluskan partikel-partikel suspensi menjadi partikel-
partikel yang berukuran koloid secara mekanik (penggilingan atau
penggerusan untik zat padat serta pengadukan atau pengocokan untuk zat
cair) atau cara kimia. Setelah diperoleh kehalusan yang dikehendaki, partikel-
partikel tersebut didispersikan ke medium pendispersi.

Contoh :
Sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang
bersama-sama dengan sesuatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian
mencapur serbuk halus itu dengan air.
b. cara peptisasi
cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari
suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat
pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid. Istilah
peptisasi dikaitkan dengan peptoisasi yaitu proses pemecahan protein
(polipeptida) yang dikatalis oleh enzim pepsin.
Dengan kata lain cara disperse dengan menggunakan suatu zat kimia
disebut peptisasi. Partikel endapan yang kasar dipecah menjadi partikel
koloid dengan penambahan suatu elektrolit Suatu koloid sulfide akan
terbentuk jika gas hydrogen sulfide (H 2S) dialirkan pada endapan nikel
sulfide (NiS). Endapan aluminium hidroksida (Al(OH) 3 akan berubah menjadi
suatu sol jika ditambahkan aluminium klorida (AlCl 3). Agar-agar dipeptisasi
oleh air, nitroselulosa oleh asetson, karet oleh bensin,

c. cara busur bredig


Untuk membuat disperse koloid dari logam, terutama Pt dan Au, dapat
dilakukan dengan cara busur Bredig. Dua kawat logam yang berfungsi
sebagai elektroda dicelupkan ke dalam air, kemuadian diberi loncatan listrik

51
diantara kedua ujung kawat. Sebagian dari logam akan mendebu ke dalam
air dalam bentuk partikel koloid yang halus.

Logam yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektroda yang


dicelupkan dalam medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrikd di antara
kedua ujungnya. Mula-mula atom- atom logam akan terlempar kedalam air
lalu atom-atom tersebut mengalami kondensasi sehingga membentuk partikel
koloid. Jadi cara brosur bredig merupakan gabungan cara dipersi dan cara
kondensasi.

Gambar 12. Busur Bredig


2. Cara kondensasi

Cara ini merupakan kebalikan dari cara disperse yaitu partikel larutan diubah
menjadi partikel besar yang berukuran koloid yang dapat dilakukan dengan
cara penurunan kelarutan atau cara kimia.

Penurunan kelarutan dilakukan cara mengganti pelarut. Misal kita akan


membuat koloid dari zat A dalam medium pendispersi air. Zat A tidak larut
dalam air, tetapi dapat larut dalam alcohol. Maka larutan A dalam alcohol kita
teteskan ke dalam air sambil dikocok atau diaduk. Alkohol dan air akan
bercampur dengan baik, sedangkan zat A akan memisah sebagai partikel-
partikel koloid. Cara lain untuk menurunkan kelarutan dengan cara
pendinginan, sebab kelarutan zat biasanya berbanding lurus dengan suhu.

Cara kondensasi yang paling sering dilakukan adalah cara kimia, sebagai
berikut :

52
a. Reaksi redoks

Sol belerang dapat dibuat dengan mengalirkan gas H 2S ke dalam larutan


SO2

2 H2S + SO2 → 2 H 2O + 3 S

b. Reaksi hidrolisis

Sol Fe(OH)3 dibuat dengan menambahkan larutan FeCl 3 ke dalam air


mendidih, maka segera terjadi hidrolisa.

FeCl3 + 3 H2O → Fe(OH)3 + 3 HCl

c. Reaksi pengenceran

Sol As2S3 dibuat dengan mengalirkan gas H 2S ke dalam larutan asam


arsenit yang encer.

2 H3AsO3 + 3 H2S → As2S3 + 6 H2O

KOLOID ASOSIASI
Berbagai jenis zat seperti sabun dan detergen larut dalam air tetapi tidak
membentuk larutan, melainkan koloid. Molekul sabun atau detergen terdiri atas
bagian yang polar (disebut kepala) dan bagian yang nonpolar (disebut ekor)
yaitu gugus hidro karbon.
Kepala sabun adalah gugus hidrofil (tertarik ke air) sedangkan gugus
hidrokarbon bersifat hidrofob ( takut air). Jika sabun dilarutkan dalam air, maka
molekul molekul sabun akan mengadakan asosiasi karena gugus nonpolar
(ekor) saling tarik menarik, sehingga terbentuk partikel koloid.
Daya pengemulsi sabun dan detergen juga disebabkan oleh aksi yang sama.
Gugus nonpolar dari sabun akan menarik partikel kotoran (lemak) dari bahan
cucian kemudian mendispersikannya kedalam air.
Sebagai bahan pencuci, sabun dan detergen bukan hanya berfungsi sebagai
pengemulsi tetapi juga sebagai penurun tegangan permukaan. Air yang

53
mengandung sabun atau detergen mempunyai tegangan permukaan yang lebih
rendah sehingga lebih mudah meresap pada bahan cucian.

KEGUNAAN KOLOID
Di lingkungan kita banyak terdapat sistem koloid, baik yang alami ataupun
buatan manusia. Sistem itu ada yang menguntungkan dan ada pula yang
merugikan manusia. Dengan pengetahuan tentang sistem koloid, kita dapat
menghindari atau mengurangi hal yang merugikan dan memanfaatkan hal
menguntungkan.
Tabel 7. Contoh Kegunaan koloid dalam kehidupan sehari-hari

Nama koloid jenis koloid Kegunaan koloid


Buih Gas dalam Sabun, shampoo, deterjent,
cairan minyak pelumas , bir
Busa padat Gas dalam Arang aktif, batu apung
padatan
Emulsi cairan dalam Susu, kosmetika, mayones, obat-
cairan obatan
Emulsi padat Cairan dalam Keju
padatan
Aerosol Cair/padat Spray
dalam gas
Sol Padatan dalam Cat, air kopi
cairan
Sol padat Padatan dalam Kaca berwarna, kuningan, monel,
padatan patri

 Mengurangi polusi udara


Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya
dapat diatasi dengan menggunakan alat pengendap cottrel. Asap
pabrik sebelum meningggalkan cerobong asap dialirkan melaui ujung-
ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan yang tinggi
( 20.000 sampai 75.000 volt). Ujung-ujung yang tajam akan
mengiyonkan molekul-molekul di udara. Ion-ion tersebut akan
diadsorbsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya

54
partikel bermuatan itu akan tertarik dan di ikat pada elektroda yang
lainnya.
 Penggumpalan lateks
Lateks adalah sistem koloid, karet dalam air yang berupa sol
bermuatan negatif. Bila ditambahkan ion positif atau asam format
maka lateks menggumpal dan dapat dibentuksesuai cetakan.
 Membantu pasien gagal ginjal
Darah banyak mengandung partikel koloid, seperti sel darah merah,
sel darah putih, dan anti bodi. Orang yang ginjalnya tidak mampu
mengeluarkan senyawa beracun dari darah seperti urea dan kreatin
disebut gagal ginjal. Orang ini dapat dibantu dengan cara dianalisis,
yaitu mengisap darahnya dan dialirkan kedalam alat yang disebut alat
cuci darah. Sehingga urea dan kreatin serta ion-ion laintertarik keluar.
Darah yang telah bersih dimasukan kembali kedalam tubuh penderita.
 Penjernihan air bersih
Pengolahan air bersih didasarkan pada sifat-sifat koloid yaitu
koagulasi dan adsobsi sungai atau air sumur yang keruh mengandung
umpur koloidal, zat warna, zat pencemar. Bahan-bahan yang
diperlukan untuk pengolahan air adalah tawas (aluminium sulfat),
pasir, klorin atau kaporit, kapur tohor dan karbon aktif. Tawas berguna
untuk menggumpalkan lumpur koloidal sehingga lebih mudah disaring.
Tawas juga membentuk koloid AI (OH)3 yang dapat mengadsorbsi.
Zat – zat warna atau azat –zat pencemar seperti detergen atau
pestisida. Apabila tingkat kekeruhan air yang diolah terlalu tinggi maka
digunakan karbon aktif disamping tawas. Pasir berfungsi sebagai
penyaring. Klorin atau kaporit berfungsi sebagai pembasmi hama
(sebagai desinfektan) sedangkan kapur tohor berguna untuk
menaikkan pH yaitu untuk menetralkan keasaman yang terjadi karena
penggunaan tawas.
Pengolahan air bersih di perkotaan pada prinsipnya sama dengan
pengolahan air sederhana seperti yang dijelaskan di atas.

55
Mula-mula air sungai dipompakan ke dalam bak prasedimentasi. Di
sini lumpur dibiarkan mengendap karena pengaruh gravitasi. Lumpur
dibuang dengan pompa, sedangkan air selanjutnya dialirkan ke dalam
bak ventury. Pada tahap ini dicampurkan tawas dan gas klorin
(perklorinasi). Pada air baku yang kekeruhan dan pencemarannya
tinggi, perlu dibubuhkan karbon aktif yang berguna untuk
menghilangkan bau, warna, rasa dan zat organik yang terkandung
dalam air baku. Dari bak ventury air baku yang telah dicampur dengan
bahan-bahan kimia, dialirkan ke dalam accelator. Di dalam bak
accelator ini terjadi proses koagulasi, lumpur dan kotoran lain
menggumpal membentuk flok-flok. Flok-flok ini akan mengalami
sedimentasi secara gravitasi. Selanjutnya air yang sudah setengah
bersih dialirkan ke bak saringan pasir. Pada saringan pasir, sisa-sisa
flok akan tertahan. Dari bak pasir diperoleh air yang sudah hampir
bersih. Air yang sudah cukup bersih ini ditampung dalam bak lain yang
disebut siphon, dimana ditanbahkan kapur unutk menaikkan pH dan
gas klorin untuk mematikan hama. Dari bak siphon, air yang sudah
memenuhi standar air bersih selanjutnya dialirkan ke dalam reservoir,
kemudian ke konsumen. Berikut ini adalah bagan pengolahan air
bersih di perkotaan.
 Sebagai deodoran
Keringat biasanya mengandung protein yang dapat menimbulkan bau
bila diuraikan oleh bakteri yang banyak terdapat di tempat basah,
seperti ketiak. Bila di tempat itu diberi deodoran, bau tersebut dapat
berkurang atau hilang, karena deodoran mengandung alumunium
klorida untuk mengkoagulasi protein dalam keringat. Endapan protein
ini dapat menghalangi kerja kelenjar keringat sehingga keringat dan
protein yang dihasilkan berkurang.
 Sebagai bahan makanan dan obat
Ada bahan makanan atau obat berwujud padat sehingga tidak enak
dan sulit ditelan. Tambahan lagi, zat ini tidak larut dalam cairan. Untuk

56
mengatasinya, zat itu dikemas dalam bentuk koloid sehingga mudah
diminum, contohnya susu encer.
 Sebagai bahan kosmetik
Ada berbagai bahan kosmetik berupa padatan, tetapi lebih baik bila
dipakai dalam bentuk cairan. Untuk itu biasanya dibuat koloid dalam
pelarut tertentu.
 Bahan pencuci
Sabun sebagai bahan pembersih karena dapat mengemulsi minyak
dalam air. Sabun dalam air terion menjadi Na+ dan ion asam lemak.
Kepala asam lemak yang bermuatan negatif larut dalam air,
sedangkan ekornya larut dalam minyak. Hal ini menyebabkan tetesan
minyak larut dalam air.

Sumber Pustaka :

Kasmadi , IS dan Gatot L. 2005. Kimia Dasar 2. Semarang : UNNES Press

www.google.com/koloid

SOAL_SOAL LATIHAN

1. Kelompokkan larutan berikut ke dalam suspensi, larutan dan koloid dan


beri penjelasan

a. alcohol
b. larutan gula
c. air sungai
d. larutan susu
e. larutan sabun
f. sirup
2. Sebutkan fase terdispersi dan fasa pendispersi dari :

a. karet busa
b. asap
c. kaca berwarna

57
d. mutiara
e. kabut
3. Deskripsikan penggunaan system koloid di bidang kosmetik, makanan
dan rumah tangga

4. Bagaimana sifat partikel koloid bila diberi cahaya ?

5. Bagaimana cara menentukan bahwa partikel koloid mempunyai muatan?

6. Apa yang menyebabkan partikel koloid tidak stabil ?

7. Bagaimana cara mengkoagulasikan partikel koloid dan apa manfaatnya?

8. Buat diagram proses penjernihan air dan jelaskan prosesnya?

9. Identifikasikan koloid liofil dan liofob?

10. Bagaimana proses pembuatan koloid berikut ?

a. sol belerang
b. sol Fe(OH)3
c. sol As2S3
d. agar-agar
e. emulsi minyak dengan air
11. Identifikasikan dan jelaskan jenis koloid yang mencemari lingkungan !

PEMBUATAN SHAMPO

1. Tujuan :

Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang sistem


koloid dengan memproduksi shampo sebagai salah satu jenis zat pengemulsi

2. Pengantar :

58
Emulsi adalah koloid yang terjadi antara fasa terdispersi dan fasa
pendispersinya adalah zat cair. Misalnya, minyak dengan air, milk dan lain-lain.
Jika tetes-tetes minyak digojog dengan dalam air diperoleh emulsi minyak – air.
Sebaliknya jika tetes-tetes air digojog dalam minyak diperoleh emulsi air-
minyak. Untuk mendapatkan emulsi agar tahan lama, harus diberi zat
pengemulsi atau emulgator, seperti : sabun, deterjen, gelatin, dan lain-lain.
Fungsi dari emulgator adalah menurunkan tegangan muka cairan, hingga tidak
mudah bergabung lagi.

Deterjen adalah zat kimia yang mempunyai daya pembersih kotoran


terutama kotoran yang bercampur dengan minyak, yang melekat pada pakaian,
tangan, rambut, alat dapur, lantai dan benda-benda yang lain. Seperti sabun
mandi, sabun cuci, sabun colek, sabun bubuk dan shampoo termasuk deterjen
yang mempunyai daya pembersih.

Jika rambut yang kotor dicuci dengan air saja, kotoran yang melekat
pada rambut tidak akan hilang. Tetapi bila air itu ditambah dengan deterjen /
shampoo dapat membersihkan kotoran yang melekat bersama minyak pada
rambut dan kulit kepala. Hal ini disebabkan gugus polar yang terdapat dalam
shampoo akan mengikat air yang juga bersifat polar, sedangkan gugus non
polarnya akan mengikat minyak yang bersifat non polar. Setelah air dan minyak
bercampur dengan shampoo terjadilah gabungan antara air-shampo-minyak.
Bila gabungan air-shampo-minyak yang ada pada rambut digosok-gosok
dengan tangan, maka akan terjadi pemecahan molekul-molekul minyak dan
terjadilah campuran yang sangat homogen antara minyak dan air. Dengan
kata lain, daya pembersih dari shampo (deterjen) disebabkan oleh
terbentuknya emulsi antara minyak dengan air.

3. Alat dan bahan :

a. Alat :

1) Baskom stainless yang digunakan untuk mencampur semua bahan

59
2) Pengaduk kayu
3) Timbangan teknis
4) Gelas ukur
5) Thermometer
6) Kompor
7) Botol pengemas plastik
b. Bahan :

1) Texavon EVR 200 gr


2) Sodium Lauril sulfat 20 gr
3) Natrium bikarbonat 15 gr
4) Nipagin 5 gr
5) Aquades 200 cc
6) Garam dapur 10 gram
7) Parfum 5 cc
8) Pewarna kuning secukupnya

4. Prosedur kerja

a. Menimbang dan mengukur volume bahan-bahan pembuat


shampoo sesuai takaran.

b. Tuangkan 150 ml aquades ke dalam baskom dan dipanaskan


sampai dengan suhu 50oC. Sisa aquades digunakan untuk pembilas
tempat bahan.

c. Masukkan berturut-turut Sodium lauril sulfat (SLS), Natrium


bikarbonat, nipagin dan garam dapur sambil diaduk sampai homogen.

d. Masukkan Texapon EVR yang berbentuk pasta, sambil terus


diaduk.

e. Setelah homogen, larutan diangkat dari api dan didinginkan sampai


suhu 30oC.

60
f. Masukkan zat pewarna dan parfum sambil terus diaduk hingga
homogen

g. Pengemasan ke dalam botol plastic

Daftar Pustaka

Ajar Permana. 2002. Membuat shampoo skala rumah tangga, skala


menengah. Yogyakarta : Puspa Swara

Hartono Hdw. 1990. Mencari Uang Dengan Mudah dan Halal. Jakarta :
Depatemen Informasi Obat

Kusoro Siadi. 2005. Aneka Shampo. Ketrampilan Hidup Berbasis Kimia


Hijau Life Skill KBK SMA. Semarang : Program SP4 Jurusan Kimia
FMIPA UNNES

PROSES PEMBUATAN SUSU KEDELAI

1. Tujuan: Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang


salah satu bahan pangan yang merupakan sistem koloid cair-cair

2.Pengantar :

61
Ada 2 macam emulsi yaitu :
Minyak dalam Air (M/A) : santan, susu dan lateks
Air dalam Minyak (A/M) : minyak bumi, minyak ikan, mayonase
Minyak di sini diartikan semua zat cair yang tidak bercampur dengan air.
Susu kedelai merupakan salah satu contoh bahan makanan yang
tergolong emulsi, karena merupakan sistem dengan fasa terdispersi zat cair
yang tidak bercampur dengan air dengan medium pendispersinya berupa air.

3.Alat dan bahan :

a. Alat : Panci, Kompor, Saringan plastic, Gilingan, Saringan kain, Corong,


Pengaduk , Timbangan
b. Bahan : Kedelai, Gula pasir, Garam dapur, Soda kue, Esence, Air bersih

4.Prosedur kerja

a. Kedelai dicuci dengan air bersih dan direndam selama 12 jam


b. Kedelai dikukus selama 30 mnt, campurkan 0,5 g soda kue untuk setiap
250 g kedelai
c. Dinginkan, kupas kulit arinya, kemudian dicuci
d. Giling kedelai dengan menambahkan air sehingga diperoleh bubur
kedelai, tampung dalam panic
e. Bubur dimasak sampai mendidih selama 15 mnt
f. Dengan menambahkan air bersih dengan perbandingan 1 : 8
g. Saring dengan saringan plastic kasar, kemudian dengan saringan kain
yang bersih
h. Filtrat yang dihasilkan ditambahkan gula pasir, essence, garam sesuai
yang diinginkan
i. Susu kedelai yan g dihasilkan dikemas dalam kantung plastic ( Botol /
Gelas )

BAB III

KINETIKA KIMIA

Pendahuluan

Kinetika kimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari laju reaksi dan
mekanisme reaksi serta faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

62
Pada umumnya reaksi –reaksi berlangsung dengan laju yang berbeda-
beda . Ada reaksi yang berlangsung sangat cepat, misalnya reaksi penetralan
asam oleh basa, reaksi peledakan dinamit / pembakaran petasan. Ada pula
reaksi yang berlangsung lambat seperti reaksi antara logam Magnesium dengan
air, bahkan sangat lambat seperti reaksi perkaratan besi. Reaksi yang
berlangsung sangat cepat dan sangat lambat sukar diamati. Untuk dapat
menyatakan cepat/lambatnya suatu reaksi dikemukakan konsep laju reaksi.
Bagian dari ilmu kimia yang membahas laju reaksi dinamakan kinetika kimia.

Setelah selesai pembelajaran, diharapkan para mahasiswa dapat :

1. Menuliskan ungkapan laju reaksi


2. Menjelaskan persamaan laju reaksi dan orde reaksi serta penentuannya.
3. Menentukan orde reaksi berdasarkan data percobaan
4. Menentukan orde reaksi berdasarkan mekanisme reaksi
5. Membaca grafik kecenderungan orde reaksi
6. Merancang percobaan dan menentukan variable tetap (kontrol) dan
variable bebas (manipulasi)
7. Menyimpulkan pengaruh konsentrasi, suhu, katalis dan luas permukaan
bidang sentuh pada laju reaksi berdasarkan data hasil pengamatan
8. Membedakan diagram energi potensial dari reaksi kimia baik yang
menggunaakan katalisator maupun tidak
9. Menjelaskan pengaruh luas permukaan bidang sentuh terhadap laju
reaksi dalam kehidupan sehari-hari
10. Menjelaskan penggunaan katalis dalam industri kimia

PENGERTIAN LAJU REAKSI


Laju reaksi (v) menunjukkan besarnya perubahan konsentrasi pereaksi
atau hasil reaksi dalam satu satuan waktu.
Ada dua pengertian dari laju reaksi yaitu laju rata-rata dan laju seketika.
Laju rata-rata menyatakan perubahan konsentrasi yang terjadi pada selang
waktu tertentu

63
Dalam reaksi : A  B

V = - d[A]/dt
= + d[B]/dt
= mol/l.det = Molar/det

Dimana V = laju reaksi rata-rata


[A] = konsentrasi A (mol.L-1)
[B] = konsentrasi B (mol.L-1)
t = waktu
(lihat gambar 13)
Untuk reaksi yang lebih kompleks dimana terdapat lebih dari satu zat pereaksi,
misalnya : A + 3B → 2C + 2D , laju reaksinya dapat dinyatakan sebagai
berikut :
V = - ∆ [A]/ ∆t = laju menghilangnya A
V = - ∆ [B]/ ∆t = laju menghilangnya B
V = ∆ [C]/ ∆t = laju pembentukan C
V = ∆ [D]/ ∆t = laju pembentukan D
Hubungan antara laju reaksi ini diberikan oleh persamaan :
- ∆ [A]/ ∆t = - 1/3∆ [B]/ ∆t = 1/2 ∆ [C]/ ∆t = ½ ∆ [D]/ ∆t

Contoh soal :
Untuk reaksi A + 3B → 2C + 2D. Setelah reaksi berjalan selama 2 menit
didapatkan [A] yang mula-mula sebesar 0,01 mol/L menjadi 0,0082 mol/L. Hitung
laju reaksinya !
Jawab : ∆t = 2 menit ∆ [A] = (0,0082 – 0,01) mol/L = - 0,0018 mol/L
V = - ∆ [A]/ ∆t = -(-0,0018) M / 2 menit = 0,9.10 -3 M.menit-1

64
Laju reaksi seketika (sekejap) menyatakan laju reaksi pada saat tertentu ,
missal suatu reaksi memerlukan waktu 60 detik, berapa laju reaksi pada detik ke
10 ? Laju reaksi seketika tidak sama besar dari waktu ke waktu. Pada awal
reaksi laju ini paling besar, selama reaksi berlangsung laju reaksi terus
berkurang sampai akhirnya mencapai harga nol.
(lihat gambar 14)
Pengukuran laju reaksi yang tidak terlampau cepat dapat dilakukan
dengan beberapa cara . Untuk mengamati perubahan konsentrasi dapat
dilakukan baik secara fisik maupun secara kimia. Pengukuran perubahan
konsentrasi secara kimia dapat dilakukan dengan cara volumetric maupun
gravimetric.
Teknik penentuan secara fisika yang banyak digunakan adalah :
1. Dengan mengamati perubahan tekanan jika hasil reaksi salah satu
komponennya berupa gas, kemajuan reaksi diikuti dengan mengamati
jika salah satu komponen pereaksi atau hasil reaksi berada di suatu
daerah spectrum tertentu.
2. Mengamati hantaran/ besaran potensial listrik dengan jalan mengikuti
perubahan sifat kelistrikan dari system yang diamati.
3. Mengikut sifat fisika lain seperti perputaran sudut bidang polarisasi, cara
kromatografi, dsb

65
Gambar 13. Konsentrasi sebagai fungsi waktu
Gambar 14. Laju reaksi sebagai fungsi waktu

HUKUM LAJU
Seperti yang diketahui, reaksi sangat ditentukan oleh konsentrasi zat yang
bereaksi. Makin besar konsentrasi zat yang direaksikan makin cepat pula
reaksinya. Akan tetapi , hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi zat
dapat bermacam-macam. Ada reaksi yang berlangsung dua kali lebih cepat jika
konsentrasi pereaksi dinaikkan dua kali dari konsentrasi sebelumnya, tetapi ada

66
pula suatu reaksi yang lebih cepat empat kali bila konsentrasi pereaksi dinaikkan
dua kali, dan seterusnya.
Persamaan yang menghubungkan laju reaksi dengan konstanta laju dan
konsentrasi reaktan disebut hukum laju (rate law). Hukum laju ini digunakan
untuk menghitung laju reaksi jika kita mengetahui harga k, m dan n.
Untuk reaksi yang mengikuti persamaan aA + bB → C + D secara
matematis hukum lajunya berbentuk :

V = k [A]m[B]n

Pangkat-pangkat pada faktor konsentrasi dalam persamaan laju disebut


orde reaksi (reaction order) atau tingkat reaksi terhadap zat yang bersangkutan.
Jadi m adalah orde reaksi untuk A dan n adalah orde reaksi untuk B, sehingga
orde reaksi total = m+n.
Bila m berharga 2, reaksi merupakan reaksi orde kedua terhadap A dan
bila n = 1, reaksi merupakan reaksi orde pertama terhadap B sehingga orde
reaksi total = 3.
Perlu diingat bahwa tidak ada hubungan antara pangkat dari konsentrasi
(m dan n) dengan koefisien a dan b karena harga m dan n seperti pada contoh
diatas didapatkan dari hasil eksperimen, tetapi bisa saja secara kebetulan harga
m dan n sama dengan koefisien reaksi. Dengan kata lain, persamaan laju tidak
dapat langsung ditentukan secara stoikiometri reaksi tetapi ditentukan melalui
percobaan.
Faktor dalam persamaan diatas (k) disebut tetapan laju reaksi. Faktor
tersebut merupakan sifat khas dari suatu reaksi dan hanya tergantung pada
suhu, sedangkan satuan k tergantung dari orde reaksi.

PENENTUAN HUKUM LAJU SECARA PERCOBAAN.


Jika suatu reaksi hanya melibatkan satu reaktan, hukum laju dapat
ditentukan dengan mudah dengan mengukur laju awal reaksi sebagai fungsi
konsentrasi reaktan. Contoh : laju menjadi dua kali lipat bila konsentrasi reaktan

67
dilipatduakan, maka reaksinya adalah orde pertama , jika laju menjadi empat kali
bila konsentrasi dilipatduakan, maka reaksinya adalah orde kedua dalam
reaktan.
Untuk reaksi yang melibatkan lebih dari satu reaktan, kita dapat
menentukan hukum laju dengan mengukur ketergantungan laju reaksi terhadap
konsentrasi masing-masing reaktan. Metode ini disebut juga metode isolasi,
sebab laju reaksi ditentukan dengan jalan salah satu reaktan konsentrasinya
dibuat tetap, sedangkan konsentrasi reaktan yang lain dibuat berubah (misal
diduakalikan) dan kita catat sebagai fungsi dari konsentrasi reaktan tersebut.
Jadi, dari ketergantungan yang teramati, kita bisa menentukan orde dalam
reaktan tersebut.
Contoh : Reaksi nitrogen monoksida dengan hidrogen pada 1280 oC adalah
2NO(g) + 2H2(g) → N2(g) + 2H2O(g)
Dari data yang dikumpulkan pada suhu tersebut, gtentukan hokum laju dan
hitunglah konstanta lajunya.
Percobaan [NO] M [H2] M Laju awal(M/det)

1 5,0 . 10-3 2,0 . 10-3 1,3 . 10-5


2 10,0 . 10-3 2,0 . 10-3 5,0 . 10-5
3 10,0 . 10-3 4,0 . 10-3 10,0 . 10-5

Jawab :
Dianggap bahwa hukum laju memiliki bentuk :
V = k [NO]m[H2]n
Percobaan 1 dan 2 menunjukkan bahwa bila kita lipatduakan [NO] pada [H 2]
tetap, laju reaksinya menjadi empat kali lipat. Jadi reaksinya adalah orde kedua
dalam NO. Percobaan 2 dan 3, menunjukkan bahwa melipatduakan [H 2] pada
[NO] tetap, akan melipatduakan lajunya, maka reaksinya adalah orde satu dalam
H2. Hukum lajunya adalah
V = k [NO]2[H2]

68
Jadi orde reaksinya = 3
Konstanta laju dihitung menggunakan data salah satu percobaan
5,0 . 10-5
k = ---------------------------------------
(10,0 . 10-3)2. (2,0 . 10-3)

= 2,5 . 10-2 /M2.det

MEKANISME REAKSI
Reaksi kimia biasanya tidak merupakan reaksi satu tahap , tetapi
berlangsung dengan beberapa tahap reaksi. Reaksi peruraian HI menjadi H 2 dan
I2 berlangsung karena adanya tumbukan antara 2 molekul HI. Benturan itu
demikian kuatnya, artinya energi molekul demikian besarnya, sehingga benturan
mengakibatkan terjadinya suatu bentuk transisi H 2I2 . Tahap berikutnya terjadinya
peruraian H2I2 menjadi molekul H2 dan I2 . Kedua tahap reaksi itu dapat ditulis
sebagai berikut.

Pada tahap I tumbukan yang terjadi seketika melibatkan 2 partikel maka


reaksi tersebut dinamakan bimolekuler, dan membentuk senyawa transisi H 2I2.
Tahap II merupakan peruraian H 2I2 menjadi H2 dan I2, dan ini merupakan reaksi
unimolekuler sebab untuk berlangsungnya reaksi hanya melibatkan satu partikel
saja yaitu senyawa transisi H2I2. Apabila tumbukan yang terjadi seketika
melibatkan tiga partikel maka reaksi dinamakan trimolekuler atau termolekuler.
Tahap-tahap reaksi yang terjadi mulai dari reaktan sampai terbentuknya
produk dinamakan mekanisme reaksi.Jadi peruraian molekul HI menjadi H2 dan
I2 mempunyai mekanisme reaksi yang terdiri dari dua tahap.Tahap 1
berlangsung jauh lebih lambat daripada tahap 2,dan tahap yang lambat itu
merupakan tahap penentu reaksi artinya laju reaksi keseluruhan ditentukan oleh

69
tahap reaksi yang lambat sehingga persamaan laju reaksi peruraian HI dapat
dinyatakan oleh persamaan :

V =k [HI]2

yang menyatakan bahwa reaksi orde-2 terhadap HI.

Peruraian NO2Cl menjadi NO2 dan Cl2 berlangsung dengan mekanisme


berikut ini.
I. NO2 Cl → NO2 + Cl
II. NO2Cl + Cl → NO2 + Cl2
Reaksi tahap I berlangsung jauh lebih lambat daripada tahap II sehingga
tahap I merupakan tahap penentu reaksi , karena itu laju reaksi dapat dinyatakan
dengan persamaan :
V = k [ NO2Cl]
atau dapat dikatakan bahwa reaksi orde-1 terhadap NO2Cl .
Seandainya reaksi tahap II berlangsung jauh lebih lambat daripada tahap I
sehingga tahap II menjadi tahap penentu reaksi, maka persamaan laju reaksi
dapat dinyatakan sebagai berikut :
V= k [ NO2Cl ][Cl]
Karena [Cl] = [NO2Cl]/[NO2] maka persamaan itu menjadi,
V = k’ [NO2Cl]2 / [NO2)]
Jadi dapat disimpulkan bahwa mekanisme reaksi , mana tahap yang lambat dan
mana tahap yang cepat , menentukan orde reaksi.

ORDE REAKSI
Hukum laju memungkinkan kita untuk menghitung laju reaksi dari
konstanta laju dan konsentrasi reaktan. Hukum laju dapat juga dikonversi
menjadi persamaan yang memungkinkan kita untuk menentukan konsentrasi
reaktan di setiap waktu selama reaksi berlangsung.
Reaksi Orde-1

70
Reaksi orde satu adalah reaksi yang lajunya bergantung pada konsentrasi
reaktan dipangkatkan satu.
Untuk reaksi : A → B , bila reaksi itu orde-1 maka berlaku :

Untuk waktu sesaat maka


Misalkan semula [ A] = a dan setelah reaksi berlangsung selama waktu t
terdapat x mol / l zat A yang bereaksi maka pada saat itu [A] = (a-x).Integrasi
persamaan di atas dapat diperoleh

Persamaan di atas berlaku untuk reaksi orde-1. Laju reaksi dapat terlihat dari
besarnya harga tetapan laju reaksi (k). Bila suatu reaksi menunjukan harga k
besar maka reaksi itu berlangsung dengan cepat. Sebaliknya bila kecil maka
reaksi berlangsung lambat.
Selain itu laju reaksi juga dapat terlihat dari waktu paruh ( t ½ ) yaitu waktu
yang diperlukan untuk mereaksikan setengah dari jumlah reaktan semula.
Semakin kecil waktu paruh, semakin cepat laju reaksi. Waktu paruh dapat
ditentukan dengan mengingat bahwa pada saat t = t ½ maka x = ½ a, sehingga
dari persamaan di atas dapat diperoleh

t ½ = 0,693 /k

Orde suatu reaksi dapat berupa bilangan bulat maupun pecahan. Di


bawah ini beberapa contoh dari reaksi orde pertama, kedua, ketiga, dan berorde
pecahan.

Reaksi orde pertama :


2N2O5 (g)→ 4NO2 (g) + O2 (g)

v = k (N2O5)

71
Reaksi orde kedua :
H2O2 (Aq) + 2HI(c) → 2H2O(c) + I2 (Aq)
v = k (H2O2) (HI)

Reaksi orde ketiga :


2NO (g) + O2 (g) → 2NO2 (g)
v = k (NO)2 (O2)

Reaksi berorde satu setengah :


CHCl3 (g) + Cl2 (g) → CCl4 (g) + HCl (g)
v = k (CHCl3) (Cl2)½

Di samping reaksi yang berorde seperti tersebut di atas Anda juga akan
mengenal reaksi berorde nol biasanya berupa reaksi heterogen yang
berlangsung pada permukaan logam atau reaksi foto kimia yang terkatalisis .

PENENTUAN ORDE REAKSI MENGGUNAKAN GRAFIK


Gambar 15. Reaksi ORDE NOL
Gambar 16. Reaksi orde 1
Gambar 17. Reaksi orde 2

72
TEORI TUMBUKAN

Molekul-molekul selalu dalam keadaan bergerak, oleh karena itu selalu


terjadi tumbukan antar molekul. Namun demikian tidak semua tumbukan akan
mengakibatkan terjadinya reaksi . Tumbukan yang dapat mengakibatkan
terjadinya reaksi (tumbukan efektif) adalah tumbukan yang terjadi diantara
molekul –molekul yang cukup besar energinya dan harus pada posisi yang tepat.
Pada suhu tertentu, molekul-molekul walaupun dari senyawa yang sama,
tidak mempunyai energi yang sama. Sejumnlah kecil molekul mempunyai energi
yang sangat kecil, sedang sebagian kecil lainnya mempunyai energi yang sangat

73
besar bila dibandingkan dengan molekul-molekul yang lain. Karena hanya
tumbukan antara molekul yang cukup besar energinya saja yang mempunyai
peluang dapat mengakibatkan reaksi, maka hanya sebagian kecil saja
tumbukan molekul menghasilkan reaksi karena walaupun energinya cukup
besar, namun tumbukannya tidak pada posisi yang tepat, sehingga tidak
menghasilkan reaksi.
Dengan demikian, jika konsentrasi reaktan diperbesar, maka molekul
berada dalam keadaan lebih berdesakan sehingga frekuensi terjadinya
tumbukan dengan posisi yang tepat semakin besar dan reaksi akan berlangsung
semakin cepat.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI :


1. Jenis reaktan
Tiap senyawa mempunyai sifat-sifat kimia tertentu, ada yang inert ada
pula yang reaktif. Hal ini jelas akan berpengaruh terhadap laju reaksi.
2. Jenis produk
Reaksi kimia umumnya bukan merupakan reaksi satu tahap, tetapi terdiri
dari beberapa tahap reaksi. Tahap-tahap yang dilalui suatu reaksi disebut
mekanisme reaksi. Laju keseluruhan reaksi ditentukan oleh tahap reaksi
yang paling lambat.
3. Konsentrasi reaktan
Hubungan kuantitatif antara konsentrasi dan laju reaksi dinyatakan dalam
rumus atau hukum laju reaksi berikut :
Dari persamaan reaksi : mA + nB  pC + qD
V = k. [A]x [B]y
Berdasarkan teori tumbukan, reaksi berlangsung sebagai hasil tumbukan
antar partikel pereaksi,sehingga jika konsentrasi reaktan diperbesar, maka
molekul berada dalam keadaan yang lebih berdesakan sehingga frekuensi
terjadinya tumbukan semakin besar.
4. Suhu

74
Bila suhu dinaikkan, maka jumlah molekul yang mempunyai energi cukup
besar untuk melangsungkan reaksi juga semakin banyak. Jadi bila suhu
dinaikkan maka semakin banyak jumlah molekul yang berpeluang
menghasilkan reaksi . Laju reaksi umumnya akan naik dua kali lebih cepat
bila suhu dinaikkan 10oC. Jadi bila suhu dinaikkan 30 oC lebih tinggi dari
suhu semula, maka laju reaksi akan naik 8 kali lebih cepat dari laju
semula.
Reaksi kimia berlangsung karena pemecahan ikatan molekul reaktan dan
pembentukan ikatan yang baru pada molekul produk. Pembentukan
produk biasanya diawali dengan pembentukan senyawa transisi (senyawa
yang berenergi tinggi ) terlebih dahulu. Untuk membentuk senyawa
transisi diperlukan sejumlah energi , energi itulah yang disebut dengan
energi aktivasi yaitu energi minimum yang diperlukan agar reaksi dapat
berlangsung. Hubungan antara tetapan laju reaksi dengan suhu
ditunjukkan oleh persamaan Arhenius :
K1 Ea 1 1
Ln --------- = ----- (----- - ------)
K2 R T2 T1

Dimana : K1 = tetapan laju pada suhu T1


K2 = tetapan laju pada suhu T2
Ea = energi aktivasi

5. Luas permukaan sentuhan


Pada campuran pereaksi yang heterogen, reaksi hanya terjadi pada
bidang batas campuran/bidang sentuh. Semakin besar bidang sentuh,
reaksi akan berlangsung lebih cepat.
6. Katalisator
Katalis dapat membentuk ikatan dengan molekul-molekul produk untuk
membentuk senyawa transisi. Bila senyawa transisi itu bereaksi lebih
lanjut maka ikatan dengan katalis terlepas . Katalisator berperan

75
mengubah mekanisme reaksi dengan membuat tahap reaksi yang
memiliki Ea rendah.
Ada 2 macam katalis yaitu katalis homogen dan heterogen. Berikan
contoh penggunaan katalis dalam industri?

SOAL_SOAL LATIHAN
1. Pembuatan amoniak menurut proses Haber Bosch dapat dinyatakan
dengan persamaan reaksi :
N2 (g) + 3H2 (g)  2NH3 (g)
a. Tuliskan laju reaksi untuk masing-masing pereaksi dan produk ?
b. Pada suhu dan tekanan tertentu laju reaksi terhadap N 2 sebesar
2,0.10-4 mol/l.det. Hitung berapakah laju reaksi terhadap H 2 dan laju
reaksi terhadap NH3 ?
2. Laju reaksi 2A (g) + 3 B 2 (g)  A2B2 (g) diikuti dengan mengukur perubahan
konsentrasi A dalam interval waktu tertentu
Waktu (detik) [A] mol.L-1
0 0,1
10 0,08
20 0,065
Tentukan laju reaksi rata-rata gas A pada setiap interval waktu percobaan ?
Nyatakan juga laju reaksi A2B2 pada setiap interval waktu percobaan tersebut
?
3. Reaksi antara Nitrogen oksida dan gas klorin
2 NO (g) + Cl2 (g)  2 NOCl (g)
mempunyai persamaan laju reaksi v = k.[NO] 2 [Cl2]
a. Nyatakan orde reaksi totalnya
b. Bagaimana perubahan laju reaksi bila konsentrasi NO dan
konsentrasi Cl masing-masing diperbesar 2 kali
c. Bagaimana perubahan laju reaksi bila konsentrasi NO diperbesar 2
kali sedangkan [Cl] tetap
4. Berikut data percobaan untuk reaksi
A2 (g) + 2C(g)  2AC (g)

76
Percobaan [NO] Molar [Br2] Molar Laju awal
pembentukan NOBr
(Molar/detik)
1 0,1 0,1 12
2 0,1 0,2 24
3 0,2 0,1 48
4 0,3 0,1 108

a. Nyatakan orde reaksi terhadap NO dan Br2


b. Tulis persamaan laju reaksinya
c. Tentukan harga K dan satuannya
d. Tentukan laju reaksinya bila [NO] dan [Br2] masing-masing 0,3 M
5. Setiap kenaikan 10oC percepatan reaksi menjadi 2 kali lebih cepat. Suatu
reaksi pada suhu 30oC lajunya 0,2 Molar/detik. Bila suhunya dinaikkan
menjadi 100oC berapakah laju reaksinya ?
6. Reaksi berikut : H2 (g) + Br2 (g)  2 HBr (g), pada [H 2] tetap, kenaikan
[Br2] empat kali semula mengakibatkan kenaikan laju reaksi menjadi dua kali
semula. Bila [H2] dinaikkan dua kali semula pada [Br 2] tetap, maka laju reaksi
menjadi dua kali semula. Bagaimanakah persamaan laju reaksinya ?
7. Reaksi : 2 NO + Br2  2NOBr, berlangsung dengan 2 tahap reaksi berikut
ini
Tahap 1. NO + Br2  NOBr2
Tahap 2. NOBr2 + NO  2 NOBr
Bagaimanakah persamaan laju reaksi bila
a. Tahap 1 berlangsung jauh lebih lambat daripada tahap 2
b. Tahap 1 berlangsung dengan cepat dan merupakan reaksi
kesetimbangan, sedangkan tahap 2 berlangsung lambat
8. Bagaimana persamaan kecepatan untuk :
2A + B  A2B3
bila mekanisme reaksi sbb :
2A  A + A (cepat)
A + B  AB (lambat)
2AB + B  A2B3 (cepat)

77
9. Berikan contoh-contoh reaksi yang menggunakan katalis dan sebutkan
apa katalisnya !
10. Mengapa tidak setiap tumbukan menghasilkan reaksi ? Jelaskan !
11. Pembuatan amoniak menurut proses Haber Bosch dapat dinyatakan dengan
persamaan reaksi :
N2 (g) + 3H2 (g)  2NH3 (g)
a. Tuliskan laju reaksi untuk masing-masing pereaksi dan produk ?
b. Pada suhu dan tekanan tertentu laju reaksi terhadap N 2 sebesar
2,0.10-4 mol/l.det. Hitung berapakah laju reaksi terhadap H 2 dan laju reaksi
terhadap NH3 ?
12. Laju reaksi 2A (g) + 3 B 2 (g)  A2B2 (g) diikuti dengan mengukur
perubahan konsentrasi A dalam interval waktu tertentu
Waktu (detik) [A] mol.L-1
0 0,1
10 0,08
20 0,065
Tentukan laju reaksi rata-rata gas A pada setiap interval waktu percobaan ?
Nyatakan laju reaksi A2B2 pada setiap interval waktu percobaan tersebut ?
13. Reaksi antara Nitrogen oksida dan gas klorin
2 NO (g) + Cl2 (g)  2 NOCl (g)
mempunyai persamaan laju reaksi v = k.[NO] 2 [Cl2]
a. Nyatakan orde reaksi totalnya
b. Bagaimana perubahan laju reaksi bila konsentrasi NO dan
konsentrasi Cl masing-masing diperbesar 2 kali
c. Bagaimana perubahan laju reaksi bila konsentrasi NO diperbesar 2
kali sedangkan [Cl] tetap
14. Berikut data percobaan untuk reaksi
A2 (g) + 2C(g)  2AC (g)
Percobaan [NO] Molar [Br2] Molar Laju awal
pembentukan NOBr
(Molar/detik)
1 0,1 0,1 12
2 0,1 0,2 24
3 0,2 0,1 48

78
4 0,3 0,1 108

a. Nyatakan orde reaksi terhadap NO dan Br2


b. Tulis persamaan laju reaksinya
c. Tentukan harga K dan satuannya
d. Tentukan laju reaksinya bila [NO] dan [Br2] masing-masing 0,3 M
15. Setiap kenaikan 10oC percepatan reaksi menjadi 2 kali lebih cepat. Suatu
reaksi pada suhu 30oC lajunya 0,2 Molar/detik. Bila suhunya dinaikkan
menjadi 100oC berapakah laju reaksinya ?
16. Reaksi berikut : H2 (g) + Br2 (g)  2 HBr (g), pada [H 2] tetap, kenaikan
[Br2] empat kali semula mengakibatkan kenaikan laju reaksi menjadi dua kali
semula. Bila [H2] dinaikkan dua kali semula pada [Br 2] tetap, maka laju reaksi
menjadi dua kali semula. Bagaimanakah persamaan laju reaksinya ?
17. Reaksi : 2 NO + Br2  2NOBr, berlangsung dengan 2 tahap reaksi berikut
ini
Tahap 1. NO + Br2  NOBr2
Tahap 2. NOBr2 + NO  2 NOBr
Bagaimanakah persamaan laju reaksi bila
a. Tahap 1 berlangsung jauh lebih lambat daripada tahap 2
b. Tahap 1 berlangsung dengan cepat dan merupakan reaksi
kesetimbangan, sedangkan tahap 2 berlangsung lambat
18. Bagaimana persamaan kecepatan untuk :
2A + B  A2B3
bila mekanisme reaksi sbb :
I. 2A  A + A (cepat)
II. A + B  AB (lambat)
III. 2AB + B  A2B3 (cepat)
19. Berikan contoh-contoh reaksi yang menggunakan katalis dan sebutkan
apa katalisnya !
20. Mengapa tidak setiap tumbukan menghasilkan reaksi ? Jelaskan !

79
Daftar Pustaka

Achmad, H, dkk. 1994. Materi Pokok Kimia Dasar II. Jakarta : Depdikbud, Ditjen
Dikdasmen Proyek Peningkatan Mutu Guru SLTP Setara D III

Achmad , H. 1991. Larutan. Penuntun Belajar Kimia Dasar Tahap Persiapan


Bersama ITB, Bandung.

80
Brady, J.E. 1990. General Chemistry, New York : John Wiley and Sons.

Chang, R. 2003. Kimia Dasar, Konsep-konsep Inti Jilid 2, 3rd Ed. (Alih Bahasa :
Suminar Setiati Achmadi). Jakarta : Erlangga

Kasmadi IS dan Gatot Luhbanjono. 2005. Kimia Dasar II. Semarang : UNNES
Press

Petrucci , RH. 1987. Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2, 4th Ed
(Alih Bahasa : Suminar Achmadi). Jakarta : Erlangga.

Pikir, S. 1995. Kimia Dasar. Surabaya : Airlangga University Press.

Sukarna, M. 2003. Kimia Dasar II. Technical Cooperation Project for


Development of Science and Mathematics Teaching for Primary and
Secondary Education in Indonesia (IMSTEP) . Yogyakarta : UNY, JICA

www.google.com/koloid

PROSES PEMBUATAN ……..

7. Tujuan :

8. Pengantar :

9. Alat dan bahan :

a. Alat :

81
b. Bahan :

4. Prosedur kerja

Daftar Pustaka

82

Anda mungkin juga menyukai