Puji syukur terpanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan
karunia-Nya karena laporan kerja praktek yang berjudul “ Analisa pompa pada
unit pengolahan air bersih di PPSDM Migas Cepu Kabupaten Blora, Jawa
Tengah” dapat kami selesaikan dengan tepat pada waktunya.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Kerja Praktek (KP) merupakan salah satu mata kuliah di Jurusan Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Adhi
Tama Surabaya (ITATS), sebagai sarana untuk latihan mengembangkan dan
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah. Selain itu
dengan kerja praktek akan diperoleh gambaran yang jelas tentang berbagai hal
yang berkaitan dengan berbagai masalah, khususnya masalah pengaturan sistem
di tempat kerja praktek. Kerja Praktek adalah kegiatan mahasiswa yang
dilakukan di masyarakat maupun di perusahaan untuk mengaplikasikan ilmu
yang diperoleh dan melihat relevansinya di dunia kerja serta mendapatkan umpan
balik dari perkembangan ilmu pengetahuan dari masyarakat maupun melalui
jalur pengembangan diri dengan mendalami bidang ilmu tertentu dan aplikasinya.
1.2 Tujuan
Maksud dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah sebagai syarat kelulusan
mata kuliah Kerja Praktek di Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS). Adapun
tujuan kerja praktek sebagai berikut :
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
1.3 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Minyak Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam
kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa cair atau padat, termasuk
aspal, lilin mineral, atau ozokerit, dan bitumin yang diperoleh dari proses
penambangan, tetapi tidak termasuk batu bara atau endapan hidrokarbon lain
yang berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan yang tidak berkaitan dengan
kegiatan usaha dan minyak bumi (Kep MenLH Nomor 128 Tahun 2003).
langsung dari produk dasarnya. Limbah minyak bumi yang dihasilkan usaha atau
kegiatan minyak, gas dan panas bumi atau kegiatan lain yang menghasilkan
limbah minyak bumi merupakan limbah bahan berbahaya dan beracun yang
memiliki potensi menimbulkan pencemaran dan atau kerusakan lingkungan.
Limbah minyak terdiri atas bermacam-macam senyawa, di antaranya berupa
hidrokarbon ringan, hidrokarbon berat, pelumas, dan bahan ikutan dalam
hidrokarbon (Shaheen, 1992). Pada umumnya, limbah minyak bumi pada
kegiatan usaha minyak dan gas bumi atau kegiatan lain bersumber dari (PP No
101 Tahun 2014): 1. Proses pemurnian dan pengilangan minyak bumi
menghasilkan gas atau LPG, naptha, avigas, avtur, gasoline, minyak tanah atau
kerosin, minyak solar, minyak diesel, minyak bakar atau bensin, residu, pelarut
(solvent), wax, lubricant dan aspal.
hidrokarbon pada
rantai makanan
Fitoplankton Mematikan Keterblakangan Tak diketahui
bagian Kemungkinan
sel,kerusakan akumulasi
membrae sel hidrokarbon pada
rantai makanan
Organisme Daerah Tumpahan Batas tumpahan Kemungkinan
Terdekat jarak terjauh
kerusakan
Alga Mematikan Penggantian Tak diketahui
spesies asli Kemungkinan
dengan akumulasi
perlawanan hidrokarbon pada
spesies asing rantai makanan
Tanaman tinggi Mematikan Kerusakan Tidak diketahui
lingkungan
bertahap karena
akumulasi minyak
dalam sedimen
Sumber : savage et.al.1997
Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas
serta Panas Bumi adalah batas kadar dan jumlah unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang ke lingkungan dari usaha
dan/atau kegiatan minyak dan gas serta panas bumi. limbah dalam bentuk cair
yang dihasilkan oleh usaha dan/atau kegiatan di bidang minyak dan gas serta
panas bumi yang dibuang ke lingkungan. Semua air limbah yang berasal dari
pencucian, tumpahan, selokan dan tetesan-tetesan minyak yang berasal dari
tangki dan area kerja, dan air hujan yang bersinggungan langsung dengan semua
bahan baku produk antara, produk akhir dan produk sampingan atau limbah yang
berlokasi dalam wilayah kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi
fasilitas darat harus di olah sebelum di buang ke badan sungai.
Tabel 2. 2 Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Eksplorasi dan Produksi Migas dari
Fasilitas Darat (On-Shore) Baru.
Pada dasarnya minyak tidak bisa larut dalam air, sehingga minyak mudah
dipisahkan dari peraiaran, suatu instalasi harus membuat unit pemisah minya-air
untuk mengumpulkan dan memisahkan minyak berat. Khusus untuk minyak berat
memiliki densitas yang hampir sama dengan air, sehingga sulit untuk diapungkan
dan membutuhkan pengolahan khusus (Huisman 1997). Pengurangan atau
penghilangan dampak negatif yang ditimbulkan oleh minyak dapat diproses
melalui pengolahan khusus. Pengolahan yang sering dipakai yaitu :
1. Keunggulan
Potensial untuk penanganan bahan-bahan terlarut
Efektif untuk pembuangan minyak bebas dan terapung
Pengoprasianya mudah dan ekonomis
2. Kelemahan
Kurang efisien untuk membuang emulsi minyak
Tidak bisa membuang minyak terlarut
Tidak bisa membuang butiran minyak yang lebih besar dair 20
ppm
ini menggunakan prinsip Hukum Stokes yang memanfaatkan gaya gravitasi dan
perbedaan berat jenis untuk memisahkan air dari minyak dan pengotor padat
lainnya, sehingga pengotor padat akan tersuspensi di bagian bawah alat dan
minyak akan mengapung di atas air. Tingkat pemisahan globul minyak dari air
oleh API Oil Water Separator mencapai 150 ppm. API Oil Water Separator
dapat digunakan pada area yang luas dengan konstruksi yang sederhana dan tidak
memerlukan perawatan khusus sehingga biaya perawatannya rendah.
menjadi satu dan meluncur ke atas permukaan air, plate juga berfungsi untuk
mempersingkat jarak tempuh partikel minyak di dalam fase air sehingga
pembentukan lapisan minyak dapat lebih cepat dan juga mengatur alirannya
agar lebih laminer.
BAB III
PROFIL PPSDM MIGAS CEPU
Alamat Perusahaan : Jalan Sorogo Nomor 1, Cepu 58315 Kabupaten Blora Jawa
Tengah. Telp. (0296) 421888
Email : informasi@pusdiklatmigas.com
Website : http://www.pusdiklatmigas.esdm.go.id/
3.2.1. Visi
3.2.2. Misi
Pada tahun 1893 oleh Mr. Andrian Stoop, pengeboran pertama dilakukan
dengan kedalaman pertama 94 m dengan produksi 4m³ perhari di Gelur pada
tahun 1897 dengan kedalaman 239-295 dengan produksi 20m³ per hari (sebanyak
7 sumur). Minyak mentah yang dihasilkan diolah di kilang Cepu. Sebelum
perusahaan di Cepu dan Wonokromo terpusat di Jawa Timur, namun pada
perkembangan usaha diperluas meliputi lapangan minyak Kawengan,Wonocolo,
Ledok, Nglobo, Semanggi dan Lusi.
Pada tahun 1961 berdasarkan UU No. 19/1960 dan UU No. 44/1960 maka
didirikan tiga perusahan yaitu :
Pada tahun 1963 biro minyak berubah menjadi direktorat Minyak dan Gas
Bumi (DGMB). Didalam organisasi DGMB terdapat bagian laboratorium untuk
persiapan penelitian dalam industri perminyakan di Indonesia.Menteri
Perindustrian dan perdagangan menginstruksikan agar DGMB meningkatkan
kemampuannya dalam aspek teknis minyak dan gas bumi. Untuk keperluan diatas
maka dibentuk kepanitiaan yang terdiri dari unsur –unsur pemerintah, Pertamin,
Permina dan Permigan. Panitia mengusulkan agar dibentuk badan yang bergerak
dalam bidang riset dan pendidikan minyak dan gas bumi.
harus berhenti beroperasi karena semua tangki penuh. Pada tahun 1979
spesifikasi yang diterapkan pemerintah lebih tinggi, sehingga pemasaran produksi
Cepu lebih sulit.
Sesuai Peraturan Menteri No. 13 tahun 2016 tentang organisasi dan tata
kerja kementrian energi dan sumber daya mineral, Pusdiklat Migas Cepu berubah
nama menjadi Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak Dan Gas
Bumi (PPSDM).
Ditinjau dari segi teknis maupun ekonomis, maka lokasi tersebut cukup stategis
karena adanya beberapa faktor yang mendukung antara lain :
a) Bahan Baku
Sumber bahan baku berasal dari Kawengan, Ledok, Nglobo, dan
Semanggi yang dioperasikan oleh Pertamina Operasi Produksi EP Cepu
serta Wonocolo yang merupakan pertambangan rakyat.
b) Air
Sumber air yang berasal dari sungai Bengawan Solo yang berdekatan
dengan Kilang sehingga kebutuhan air baik untuk proses pengelolaan
maupun untuk air minum lebih mudah terpenuhi.
c) Trasportasi
Letak kilang tidak jauh dari kereta api maupun jalan-jalan raya yang
Menghubungkn kota-kota besar sehingga dapat memperlancar distribusi
dari hasil produksi.
d) Tenaga Kerja
Letak Kilang berada tidak jauh dari kota-kota pendidikan sehingga mudah
untuk memperoleh atau mendatangkan tenaga-tenaga kerja yang terdidik
dan terampil. Ditinjau dari segi teknis maupun ekonomis, maka lokasi
tersebut cukup stategis karena adanya beberapa faktor yang mendukung
antara lain :
e) Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan cukup memadai meskipun peralata sarananya sudah
cukup tua. Misalnya saja kilang, laboratorium, dan bengkel.
3.6.1 BagianTataUsaha
a) Program khusus-khusus
Mendidik dan melatih tenaga kerja didalam kelas kerja praktek dan
lapangan kerja berupa :
b) Jenis kursus
1. Eksplorasi/produksi/pemboran
2. Proses dan aplikasi
3. Teknik umum
4. Menajemen dan Pemasaran
5. Teknologi linkungan
6. Keselamatan dan kesehatan kerja
c) Tingkat Kursus
1. Operator
2. Asisten Supervisior
3. Manager
berasal dari 38 negara berkembang antara lainb Afrika,Amerika latin, dan Asia.
Program diganti dengan program CLMV,syah tahun 1998.
a. Laboratorium Simulator
b. Laboratorium Vibrasi
c. Laboratorium Welding
d. Laboratorium Mekanik Kimia Minyak
e. Laboratorium Fisika
f. Laboratorium Instrumentasi
g. Laboratorium Eksplorasi
h. Laboratorium Produksi
i. Laboratorium Fire Safety
j. Laboratorium Lindungan Lingkungan
k. Mini Plan pengolahan Minyak
l. Mekanika Tanah
m. Sarana Ibadah dan lain-lain
a. Lapangan Golf
b. Lapangan Sepak Bola
c. Lapangan Tenis
d. Rumah Sakit
e. Sarana Ibadah
BAB IV
METODE DAN PELAKSANAAN
Lokasi :
PPSDM MIGAS CEPU, Jl. Sorogo No 1, Kampungbaru , Karangboyo ,
Cepu, Kabupaten Blora
Waktu : 01 Agustus 2019 – 31 Agustus 2019
BAB IV
PROSES PRODUKSI PPSDM MIGAS CEPU
Minyak mentah yang diolah di PPSDM Migas Cepu berasal dari lapangan
Kawengan dan Ledok. Setelah dikurangi kandungan airnya,minyak mentah
dikirim ke kilang untuk ditampung didalam tanki. Disini akan dibiarkan selama
beberapa hari agar air yang masih terkandung didalamnya dapat terpisahkan
secara gravitasi. Minyak mentah merupakan campuran (mixed crude) dari
sebagian besar HHPO dan sebagian kecil dan sebagian kecil dari LPPO yang
telah memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan, terutama menghilangkan
kotoran-kotoran seperti garam. Heat exchanger adalah peralatan yang digunakan
untuk pemanasan awal, sebelum minyak mentah dipanaskan didalam furnace dan
juga berfungsi untuk menghemat bahan bakar pada furnace. Sedangkan
sedangkan bahan bakar yang digunakan adalah solar untuk HE 01 dan media
pemanas residu untuk HE 02 dan HE 03. Dan kemudian barulah pemanasan di
lakukan di dalam furnace,dengan bahan bakar fuel gas dan fuel oil dengan
bantuan steam atomizing.
suhu 250˚C, suhu masuk crude oil kedalam HE-1 adalah suhu kamar(30˚C),dan
akan keluar pada suhu 80˚C untuk menuju ke HE-2 dan HE-3 hingga keluar HE
dengan suhu sekitar 110˚C.Media pemanas dari HE-2 dan HE-3 adalah residu
yang didapat dari bottom produk stipper C-5 dengan suhu operasi 285˚Cdan
keluar pada suhu 200˚C
Dari evaporatorterjadi pemisahan antara uap dan cairan,uap akan keluara dari
puncak akan langsung masuk fraksinator,sedangkan cairan fraksi berat akan
keluar ke dasar kolom stripper residu.Di sini terjadi proses pemisahan secara
fisika antar fraksi berat dan fraksi ringan. Crude oil masuk pada bagaian tengah
kolom pemisah pada suhu 325˚C. Didalam kolom tersebut pemisahan dibantu
dengan adanya steam stripping (dengan suhu 170˚C dan tekanan 1,25 kg/cm²),
dan pemanasan ,maka senyawa hidrokarbon yang telah pada titik didihnya akan
berubah menjadi fase uap dan yang belum teruapkan akan tetap menjadi
cairan.Fraksi ringan keluar sebagai hasil atas kolom pemisah pada suhu 320˚C
dan tekanan 0,26 kg/cm² sedangkan fraksi berat akan keluar sebagai hasil bawah
pada suhu 295˚C.
fraksinasi yang keluar dari kolom fraksinasi C-1 uap pertasol dengan suhu
125˚C.Kemudian uap pertasol dialirkan menuju kolom fraksinasi C-2 dan
dengan bantuan steam diinjeksikan akan diperoleh hasil berupa pertasol
2/CA pada puncak kolom fraksinasi C-2. Pertasol CA yang berupa uap
tersebut akan diembunkan didalam kondensor (CN-1/2/3/4) dan akan
didinginkan kembali dengan menggunakan box cooler (BC-3/6),dan
selanjutnya akan dipisahkan dengan menggunakan separator S1,dan
hasilnya akan ditampung didalam tangki.Dari tangki penyimpanan
sebagai pertasol 2 /CA digunakan sebagai refluk pada menara kolom
fraksinasi C-2 dengan bantuan pompa refluk P-100 7/8.Sedangkan sisa
uap yang tidak dikondensor final CN-5-12,lalu didinginkan dalam cooler
CL-3/4 dan selanjutnya akan dipisahkan airnya dengan mengunakan
separator S-3 dan selanjutnya hasilnya akan ditampung didalam tanki
114/115/116/117.
Hasil samping dari kolom fraksinasi C-2 berupa pertasol CB, kemudian
didinginkan didalam separator S-4 pada suhu 40˚C, dan akan ditampung
tanki.Hasil dasar dari kolom fraksinasi C-2 yaitu naptha kemudian menuju ke
kolom separator C-9 dan akan mengalir ke cooler untuk didinginkan dan akan
menuju ke separator untuk dipisahkan kandungan airnya.Tetapi ada juga dari
sebagian produk dari pertasol CB dan naptha digunakan sebagai refluk pada top
menara C-1.
Proses ini bertujuan untuk mengubah fase uap dan juga fase cair yang
dilanjutkan dengan pendinginan untuk menurunkan temperatur produk.Hasil
pemisahan kolom fraksinasi yang berupa uap dimasukan kedalam kondensor,
sedangkan yang berupa cairanakan dimasukkan kedalam cooler. Kondensor
berfungsi unntuk mengembunkan uap hidokarbon sehingga berupa fase manjadi
cairan.Sedangkan cooler digunakanuntuk mendinginkan produk-produk sebelum
masuk kedalam tangki penampungan.Keduanya menggunakan air yang berasal
5.2 Laboratorium
b. Laboratorium Instrumentasi
1. Definisi Kalibrasi
Suatu tindakan yang dilakukan, pada kondisi tertentu, yang menghasilkan
hubungan antara harga hasil pengukuran dengan harga acuan standar.
Tujuan: Hasil pengukuran dari suatu alat ukur sesuai dengan akurasi dan
jangkauan disain awalnya pada kondisi lingkungan tertentu.
2. Macam – Macam Kalibrasi
- Kalibrasi Pressure Gauge
Tekanan operasi normal proses berada pada 25% s/d 75% dari skala.
Jika skala terlalu kecil:
5.3 Utilitas
Utilitas merupakan bagian yang menyediakan bahan pembantu atau
sarana penunjang demi lancarnya proses pengolahan minyak mentah pada
unit kilang, yang meliputi :
Unit Water Treatment berfungsi untuk mengolah air dari sumber air
(Bengawan Solo) untuk keperluan air minum, air pendingin, air umpan boiler dan
air untuk pemadam kebakaran. Air yang digunakan untuk keperluan tersebut
mempunyai standar tertentu sehingga memerlukan tahap pengolahan yang
berbeda-beda.
1. Proses sedimentasi.
Proses ini merupakan proses secara alami di bak segaran. Air yang
dipompa dari RPKS I menuju bak segaran, yaitu kolam terbuka untuk
menampung air baku dan berfungsi sebagai penyedia air pemadam
kebakaran dan bak cadangan apabila kebutuhan air bersih meningkat atau
bak YAP sedang tidak beroperasi, dengan mengoperasikan unit CPI. Air
baku ke bak segaran dan air secara mengalami pengendapan partikel-
partikel.
2. Inspeksi
Uji air dilakukan untuk memastikan kualitas air sebelum masuk unit CPI,
meliputi kadar pH antara 7,5-9,5, Total Alkalinity < 100, Total Hardness
< 1.
3. Koagulasi
Air dari bak segaran dipompa ke unit CPI. Proses ini merupakan proses
yang sama seperti pada bak YAP, tetapi proses ini dilakukan pada unit
CPI (Corrugated Plate Interceptor), yang merupakan peralatan pengolahan
air yang berbentuk kerucut dan terbuat dari plat baja. Di dalamnya
terdapat alat bergelombang yang bertujuan untuk memperluas
permukaan.Di dalam unit ini dipasang fiber glass dengan menambahan
koagulan berupa tawas.
4. Flokulasi
Proses ini juga sama seperti pada proses yang berada pada bak YAP, yaitu
proses terbentuknya gumpalan flok, sehingga membentuk inti flok yang
lebih besar dan membawanya mengendap.
5. Sedimentasi
Di sini juga merupakan proses pengendapan lumpur yang dihasilkan,
kemudian lumpur ini ikut keluar melalui pipa blow down.
6. Klarifikasi
Proses ini merupakan proses penjernihan yang berupa proses
penggabungan antara proses sedimentasi, koagulasi, dan flokulasi. Proses
ini dilakukan dengan memperbesar konsentrasi flok dan recycle sludge.
Untuk memperbesar flok dilakukan dengan memberikan kontak yang baik
Sebagian air untuk industri digunakan jga untuk air minum tetapi dengan
menambah proses dari proses-proses yang telah ada dari proses air industri,
diantaranya adalah :
a. Disinfektasi
Proses disinfektasi yaitu proses pembunuhan kuman yang bersifat patogen
(penyebab penyakit). Proses ini dilakukan pada proses pengolahan air
minum. Didalam air selalu hidup jasad renik, ada yang dapat
menimbulkan penyakit pada manusia dan ada juga yang diperlukan oleh
manusia, tetapi jasad renik yang dapat menimbulkan penyakit pada
manusia harus dihilangkan dengan jalan disinfektasi sebelum digunakan.
HOCl(l) H+ + OCl-
2. Membantu pengendapan.
1. Air baku
3. Air produk
c. Distribusi
Selanjutnya air dari Bak Air Minum didistribusikan ke tempat-
tempat yang membutuhkan dengan menggunakan pompa centrifugal multi
a. Ketinggian tempat
b. Kebutuhan air
d. Macam keperluan
Boiler yang digunakan di PPSDM Migas Cepu adalah boiler tipe Fire
Tube WANSON dengan kapasitas produksi 6,6 ton/jam.
A. Bagian-bagian Ketel
1. Lorong Api
Memiliki bentuk lekuk dengan tujuan :
- Mencegah terjadinya pemuaian
- Menambah luas pemanas
- Efisiensi panas
2. Superheater
Yaitu sebagai pemanas lanjut pada fase ke dua.
3. Burner
Berfungsi untuk menyemprotkan bahan bakar agar berbentuk kabut.
4. Ignition Spark / Busi
Sebagai penyalaan awal dari pneumatic gas pembakaran LPG.
5. Refactory / Batu Tahan Api
Untuk membelokan panas hasil pembakaran ke arah tube pada fase
pemanasan ke dua.
6. Blower
Untuk menghasilkan udara dari pembakaran.
7. Dumper
Yaitu untuk mengatur udara masuk ke ruang bakar.
8. Modutrol
Yaitu untuk mengatur perbandingan udara dengan bahan bakar.
9. Stack / Cerobong / Chimmey
Fungsi :
Macam-macam Appendages :
a) Pelat Nama
Yaitu memuat spesifikasi peralatan
b) Level Indikator
Mengetahui tinggi rendahnya permukaan air di dalam ketel.
c) Pressure Gauge
Mengetahui tekanan uap di dalam ketel.
d) Man Hole & Hand Hole
Sebagai lalu lalang orang pada waktu pembersihan ketel.
e) Blow Down Valve
- Membuang endapan lumpur atau air dalam ketel.
- Mengatur level air.
- Mengosongkan level air dalam ketel.
f) Safety Valve
Membuang tekanan berlebih dalam ketel.
5.3.5 Fire Safety & K3LL (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindungan
Lingkungan) PPSDM Migas
pegawai biasa
2. Tugas Non Rutin
- Melaksanakan pelayanan pemadam api dan keselamatan kerja di
luarPPSDM Migas
- Melakukan penyelidikan terhadap kecelakaan kerja yang sama
- Menanamkan kesadaran kepada semua pegawai akan pentingnya
pencegahan kebakaran dan keselamatan kerja
- Melakukan kampanye keselamatan kerja kepada para pegawai
3. TugasDarurat
- Memberikan Pertolongan dan penanggulangan terhadap terjadinya
kecelakaan kerja.
- Memadamkan api jika terjadi kebakaran baik di lingkungan PPSDM
MIGAS maupun di luar.
BAB V
EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR
LIMBAH DALAM MEMISAHKAN MINYAK DAN LEMAK
DI PPSDM MIGAS CEPU
Air dari hasil pengolahan air limbah akan di uji berdasarkan parameter-
parameter tertentu sesuai dengan ambang batas yang diijinkan berdasarkan
peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.19 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air
Limbah bagi usaha dan/atau kegiatan minyak dan gas serta panas bumi.
tersebut akan mengalir melalui parit air limbah. Setelah terkumpul , air limbah
melewati pintu air dan masuk ke unit pengolahan air limbah. Debit air limbah
yang terkumpul dari kilang miyak 450 m3/hari. Secara fisik kandungan minyak
dalam air limbah berupa partikel bebas berukuran besar (150 µm ), ukuran
menengah (30-150 µm) ,dan ukuran kecil (30 µm). Selain itu minyak dapat
berbentuk emulsi yang sukar dipisahkan dengan cara gravitasi. Unit pengolahan
yang digunakan adalah berupa suatu unit perangkap minyak (oil catcher) tipe
American Petrolium Institut (API) 1 dan Corrugated Plate Interceptor (CPI),
American Petrolium Institut (API) 11. Perangkap minyak (oil catcher) tersebut
berfungsi untuk memisahkan kandungan minyak yang terdapat dalam air limbah.
Pada tahap pertama ini digunakan unit oil catcher tipe American
Petrolium Institut 1 (API 1) berupa bangunan IPAL yang memiliki banyak sekat
air dan minyak yang dapat dipisahkan. Bak yang digunakan berbentuk persegi
dengan dimensi 6m x 3m x 1,5 m dan memiliki kapsitas sebesar 80 m3/jam. Bak
yang terbuat dari beton yang dapat menahan air , tidak korosif , dan kompatibel
dengan limbah .
Sitem atau prinsip kerja dari unit oil catcher API 1 adalah berdasarkan
perbedaan gaya berat antara minyak dan air dimana berat jenis (SG) minyak lebih
kecil dari jenis air , sehingga prinsip operasi yang yang digunakan adalah flotasi
dimana pencemaran dalam air limbah ( minyak diapungkan terlebih dahulu).
Minyak tersebut dialirkan menuju bak penampung minyak (oil collector) untuk
dipompa menuju tangki slop atau tangki timbun residu. Minyak yang berada
ditangki slop kemudian dijual sebagai bahan bakar pembuatan batu gamping dan
bahan pengawet kayu. Sedangkan air yang berada dibawah minyak akan mengalir
ke suatu saluran yang berada dibagian bawah sekat antara bak I dan bak II.
Kemudian air kan masuk ke bak II dan selanjutnya keluar sebagai effluent. Air
effluent dari unit masih mengandung sedikit minyak sehingga harus diolah pada
unit selanjutnya yakni unit CPI.
1. Unit distilasi
Unit destilasi pada tangki separator ini gunanya untuk memisahkan air
dengan level minyak sebagai hasil produk akhir. Separator dilengkapi
dengan level water control yang berfungsi untuk mengeluarkan air
secara otomatis.
2. Drain tangki
Drain tangki yang berisi air hasil pemompaan unit API dan CPI pada
waktu pembersihan bak tersebut.
3. Perawatan kilang
Perawatan kilang dilakukan dalam 1-2 tahun sekali. Dalam
perawatan ini limbah dihasilkan dari pencucian peralatan. Sebagaian
limbah cair dihasilkan dari unit distilasi , karena pengolahan minyak
berlangsung terus-menerus sehingga limbah cair yang dihasilkan selalu
ada.
Karakteristik air olahan dari hasil unit pengolah limbah cair Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) menghasilkan karakteristik atau parameter
buangan dimana karakteristik Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan
kemampuan unit pengolah limbah harus mampu menghasilkan treated water yang
mengacu pada persyaratan yang ditetapkan oleh keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP – 1815/MENLH/ 5/ 2014
dengan kadar minyak maksimum 20 mg/liter.
Air buangan dari sisa unit proses yang akan masuk ke IPAL (API 1)
berasal dari 2 sumber yaitu :
1. Kilang minyak
Limbah cair yang berada dikawasan kilang minyak PPSDM Migas
berasal dari kegiatan proses produksi minyak. Jumlah volume limbah
cair kilang minyak 450 m3/hari.
2. Boiler Plant
Limbah cair berupa air pendingin , air bekas pencucian softener dan air
buangan blow down semuanya dibuang ke parit dan dialirkan dalam unti
pengolahan air limbah sebelum dibuang ke sungai Bengawan Solo.
Limbah cair dari kedua unit proses tersebut masuk pada IPAL (API 1) dan
selanjutnya effluent dari (API 1) ini di olah oleh (CPI).
Spesifikasi :
Kapasitas = 803/jam
Panjang = 6 m
Lebar = 3 m
Kedalaman = 1,5
Debit tertinggi (Q) = 12,06 m3/jam
Konsentrasi :
Vh = Vs = 0,27
= 7,5 x 10-5 m/det
R = = = 0,6 m
N Re = = 68,18 > 50
Dari hasil diatas ,maka efisiensi dan kinerja instalasi pengolahan air
limbah API 1 ,dapat berjalan cukup baik dalam menisihkan minyak yang berada
didalam limbah cair tersebut,ini dapat dilihat dari perhitungan efisiensi
penyisihan minyak yaitu 85,53%
Pemisah minyak dalam air limbah dipengaruhi oleh debit air limbah dan
bilangan freude. Bilangan freude menggambarkan pengaruh grafitasi dalam aliran
air syaratnya yaitu >10-5, maka semakin lambat aliran horizontal makin besar
pengaruh grafitasi terhadap aliran dan akan menimbulkan tolakan air jenis baru.
Hal ini sangat bertentangan dengan bilangan Reynold dimana makin lambat akan
semakin baik yaitu <50 (huisman,1997). Apabila dilihat dari tabel diatas maka
bisa dilihat debit aktual lebih kecil pada debit desain. Sehingga dalam hal ini
akan berpengaruh terhadap Bilangan Reynold dan Bilangan Freude. Berdasarkan
hasil perhitungan bilangan Reynold tidak memenuhi 68,18 > 50 dan hasil
perhitungan Bilangan Freude tidak memenuhi syarat. Bilangan Freude yang
disyaratkan adalah lebih besar dari 1 x 10-5 dan dari hasil perhitungan Bilangan
Freude API 1 sebesar 9,56 x 10-10 sehingga hal tersebut menyebabkan aliran
menjadi tidak stabil dan dapat mempengaruhi proses pemisahan minyak sehingga
masih dihasilkan effluent minyak yang tinggi dan tidak sesuai yang diharapkan.
Unit oil Catcher tipe CPI merupakan perangkap minyak berupa bak beton
yang dilengkapi dengan pelat sejajar yang dibuat bergelombang dan dipasang
dengan kemiringan 40 . Dengan desain tersebut unit CPI mampu memisahkan
minyak dengan ukuran dibawah 50 µm . Dimensi bak pada unit CPI adalah 12 m
x 8m x 4m dan kapasitas oprasinya sebesar 200 m3/jam. Unit oil catcher type
corrugated plate Interceptor (CPI) dapat dilihat pada gambar
Air limbah yang diproduksi dari unit pengolahan minyak bumi , tanki
penimbunan minyak bumi, instalasi penyaluran minyak bumi, dan proses treating
pada awalnya diproses pada alat perangkap minyak tipe API (American
Petroleum Institute ) alat perangkap minyak ini berfungsi untuk menurunkan
kadar minyak dalam air limbah sehingga beban proses berikutnya tidak terlalu
berat. Prinsip dasar dari alat perangkap minyak ini adalah perbedaan densitas
dimana debit air limbah yang diproduksi oleh unit pengolahan minyak bumi
dibuat kecepatan aliranya menjadi kecil dengan merubah penampang saluran dari
kecil menjadi besar sehingga kecepatan aliran menjadi lambat. Hal ini
dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada partikel-partikel butiran minyak
untuk mengapung ke atas permukaan. Selanjutnya minyak yang telah mengapung
disalurkan ke tempat penampung untuk dipompakan ke tempat lain air limbah
yang telah keluar dari alat merupkan bak penampung air limbah dengan ukuran
lebar = 1800 mm , panjang = 5400 mm, kedalaman = 6000m. Ditengah bak
penampung ini ditempatkan dinding penyekat antara saluran buangan. Pada
dinding penyekat ini ditempatkan shell yang dipasang miring ke atas dengan
kemiringan 45 . Shell tersebut dari pelat bergelombang dengan ketebalan 3 mm
yang disusun membentuk suatu paket dekan dimensi :
Pada saat air limbah melalui shell maka partikel-partikel minyak yang
mempunyai diameter butiran kecil akan mempunyai kecepatan pengapungan
yang kecil akan diberi kesempatan untuk mengapung di dalam shell, jarak antara
plate satu dengan plate yang lain sangat kecil maka partikel-partikel minyak
Kemudian alat perangkap minyak model (CPI) ini dilengkapi dengan uap
air pemanas yang tujuannya untuk menurukan viscositas dan densitas minyak
yang terlarut, pemanasan ini akan memperbesar beda densitas antar minyak dan
air sehingga kecepatan pengapungan ini akan membantu pemisahan minyak dan
air limbah. Disamping itu fungsi dari steam pemanas ini adalah untuk memecah
emulsi yang komponen minyak dan airnya sangat sulit dipisahkan secara fisika.
Selanjutnya air limbah yang telah diproses dari CPI (Corrugated Plate Inceptor)
akan diolah lebih lanjut pada perangkap minyak model API untuk menurunkan
kadar minyak dan lemak air limbah agar sesuai dengan baku mutu. Setelah sesuai
dengan baku mutu maka air limbah siap untuk dibuang ke badan air, yaitu sungai
Bengawan Solo.
- Panjang = 5400 mm
- Lebar = 1800 mm
- Kedalaman = 6000 mm
- Jumlah bak = 4 buah
- Jumlah shell tiap bak = 2 buah
- Panjang shell = 1500 mm
- Lebar shell = 800 mm
- Tinggi shell = 1700 mm
- Sudut kemiringan shell = 45
- Jumlah plate shell = 60 buah
- Jarak antar plate = 22 mm
Spesifikasi :
Panjang = 5400 mm
Lebar = 1800 mm
Dalam = 6000 mm
Jumlah bak = 4 buah
Jumlah shell tiap bak = 2 buah
Panjang shell = 1500 mm
Lebar shell = 800 mm
Tinggi shell = 1700 mm
Sudut kemiringan shell = 45
Konsentrasi :
Ro = x g x d2
= 45,534 = 46 plate
c) Perhitungan luas efektif dalam separator
Luas yang tersedia dalam separator (As) = N x L x W
= 8m x 1,5m x 0,8m
= 9,6 m2
Luas yang tersedia dalam separator (As) = As cos
= 9,6 m2
= 6,788 m2
Perbandingan luas pemisah minyak yang dibutuhkan dengan efektif
adalah
Luas yang dibutuhkan = 3,414 m2
Luas efektif yang tersedia di separator = 6,788 m2
Perbandingan luas yang dibutuhkan dengan luas efektif adalah
= 50,3%
= 26,83 <50
Rise Velocity 3,45 x 10-5 9,81 x 10-4 m/detik Lebih besar pada
(kec.pengapungan) Kondisi aktual
karena debit air
limbah influent
yang masuk ke
unit CPI kecil.
Sehingga nilai
Ro tinggi
Diameter partikel 0,188 mikron 0.188 mikron Memenuhi
Minimum
Efisiensi 100 % 80% Tidak memenuhi
penyisihan minyak nilai bilangan
freude kurang
dari ketentuan
kondisi desain
Dari tabel diatas , dapat diketahui bahwa Pemisah minyak dalam air
limbah dipengaruhi oleh debit air limbah dan bilangan freude. Bilangan freude
menggambarkan pengaruh grafitasi dalam aliran air syaratnya yaitu >10 -5, maka
semakin lambat aliran horizontal makin besar pengaruh grafitasi terhadap aliran
dan akan menimbulkan tolakan air jenis baru. Hal ini sangat bertentangan dengan
bilangan Reynold dimana makin lambat akan semakin baik yaitu <50
(huisman,1997). Apabila dilihat dari tabel diatas maka bisa dilihat debit aktual
lebih kecil pada debit desain. Sehingga dalam hal ini akan berpengaruh terhadap
Bilangan Reynold dan Bilangan Freude. Berdasarkan hasil perhitungan bilangan
Reynold memenuhi 26,83 < 50 dan hasil perhitungan Bilangan Freude telah
memenuhi syarat. Bilangan Freude yang disyaratkan adalah lebih besar dari 1 x
10-5 dan dari hasil perhitungan Bilangan Freude CPI sebesar 2.642 x 10-5 telah
memenuhi syarat. Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi penyisihan minyak
dalam waktu tinggal 5,80 jam sudah mencapai 80 % dapat dilihat bahwa efisiensi
dan kinerja Instalasi pengolahan limbah cair PPSDM Migas Cepu bekerja cukup
optimal dalam menyisihkan minyak dan lemak yang terkandung dalam limbah
cair.
Pada tahap unit oil catcher yang kedua tipe American Petrolium Institut 2
(API 2) berupa bangunan IPAL yang memiliki banyak sekat air dan minyak yang
dapat dipisahkan. Bak yang digunakan berbentuk persegi dengan dimensi 10 m x
9,5 m x 2 m dan memiliki kapsitas sebesar 700 m3/jam. Bak yang terbuat dari
beton yang dapat menahan air , tidak korosif , dan kompatibel dengan limbah,
pengolahan API 2 ini sejak zaman belanda .
Sitem atau prinsip kerja dari unit oil catcher API 2 adalah berdasarkan
perbedaan gaya berat antara minyak dan air dimana berat jenis (SG) minyak lebih
kecil dari jenis air , sehingga prinsip operasi yang yang digunakan adalah flotasi
1. Outlet CPI
Konsentrasi limbah cair yang sudah diolah di Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) CPI masih tinggi sekitas 15,9 mg/liter. Karena baku
API 2 mengolah air limbah effluent dari CPI dan air limbah power plant.
Prinsip kerja API 2 sama dengan API 1. Perbedaanya adalah pada API 1 tidak
dilengkapi dengan alat penggaruk minyak (skimmer) minyak yang berada
dipermukaan langsung melimpah menuju tangki penampung minyak sedangkan
pada API 2 dilengkapi alat penggaruk minyak untuk kemudian dialirkan ke
tangki penampungan minyak.
Seperti pada unit API 1 dan CPI minyak yang berada di atas permukaan
air pada API 2 akan dialirkan menuju tangki penampung minyak, dan kemudian
dipompa ke tangki slop. API 2 hanya sebagai unit pertahana terakhir sebelum
dibuang menuju badan air Bengawan Solo. Effluent dari unit API 2 mengandung
minyak dengan kadar minyak kurang dari 20 mg/l.
Spesifikasi :
Konsentrasi :
R = = = 0,67 m
N Re = = 3,66 < 50
5.4.5 Pembahasan
Pemisah minyak dalam air limbah dipengaruhi oleh debit air limbah dan
bilangan freude. Bilangan freude menggambarkan pengaruh grafitasi dalam aliran
air syaratnya yaitu >10-5, maka semakin lambat aliran horizontal makin besar
pengaruh grafitasi terhadap aliran dan akan menimbulkan tolakan air jenis baru.
Hal ini sangat bertentangan dengan bilangan Reynold dimana makin lambat akan
semakin baik yaitu <50 (huisman,1997). Apabila dilihat dari tabel diatas maka
bisa dilihat debit aktual lebih kecil pada debit desain. Sehingga dalam hal ini
akan berpengaruh terhadap Bilangan Reynold dan Bilangan Freude. Berdasarkan
hasil perhitungan bilangan Reynold telah memenuhi 3,66 < 50 dan hasil
perhitungan Bilangan Freude telah memenuhi syarat. Bilangan Freude yang
disyaratkan adalah lebih besar dari 1 x 10-5 dan dari hasil perhitungan Bilangan
Freude API 1 sebesar 5,49 x 10-6 sehingga hal tersebut menyebabkan aliran
menjadi tidak stabil dan dapat mempengaruhi proses pemisahan minyak.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
1. Perlu adanya pemeliharaan yang teratur dan kontinyu di setiap unit yang
ada dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah , API 1, CPI , API 2 guna
untuk memperpanjang umur pengoprasian.
2. Perlu adanya pemisah antara saluran air hujan dan limbah cair dari proses
produksi kilang.
3. Perlu adanya sistem saluran tertutup untuk limbah cair dari proses
produksi minyak tersebut. Instalasi Pengolahan Air Limbah dari masing-
masing unit sebaiknya diberi atap agar aliran air tetap stabil pada saat
musim hujan.
4. Untuk penanganan limbah sludge yang berada di waste water treatment
agar bisa ditangani lebih lanjut supaya tidak mencemari badan air.
DAFTAR PUSTAKA