3
3.11 Rapihkan alat.
3.12 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan dalam dokumen medis.
INFANT WARMER
4
INFEKSI HIV PADA BAYI
5
INFEKSI HIV PADA BAYI
6
INFEKSI HIV PADA BAYI
RNA HIV (+) RNA HIV (-) RNA HIV (+) RNA HIV (-)
7
INFEKSI HIV PADA BAYI
4 dari 4
Keterangan :
Diagnosis infeksi HIV ditegakkan dengan :
1. Pemeriksaan analisis RNA HIV positif 2 kali berturut – turut dengan selang satu bulan.
2. Serologi antiHIV positif pada usia diatas 18 bulan.
8
MANEJEMEN LAKTASI
Di tetapkan
TANGGAL TERBIT Direktur Rumah Sakit
SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
Proses pemberian ASI secara efektif yang merupakan minuman yang dipilih untuk semua
PENGERTIAN
neonatus,termasuk klien kurang bulan dan memiliki manfaat nutrisi imunologis dan psikologis.
Menajemen laktasi dilakukan oleh dokter,perawat dan bidan sesuai dengan prosedur yang
KEBIJAKAN
ditentukan.
1. Persiapan alat.
1.1 Payudara ibu klien.
1.2 ASI.
1.3 Botol susu.
1.4 Air panas.
1.5 Susu formula jika tidak ada ASI dan orang tua sudah menandatangani persetujuan
pemberian susu formula.
2. Persiapan klien.
2.1 Menjelaskan pada orang tua klien tentang tindakan yang akan dilakukan (lihat SPO
informed consent).
2.2 Anjurkan pemberian ASI dini dan eksklusif.
3. Pelaksanaan.
PROSEDUR
3.1 Cuci tangan.
3.2 Persiapan alat.
3.3 Jaga privasi.
3.4 Pemberian ASI oleh ibu langsung.
3.4.1 Anjurkan ibu untuk cuci tangan terlebih dahulu dan membersihkan area areola
mamae dengan waslap hangat atau dengan air bersih tanpa menggunakan sabun.
3.4.2 Jika ibu sudah siap pindahkan klien ke gendongan ibu, pastikan klien digendong
dalam posisi yang nyaman :
3.4.2.1 Kepala klien tersanggah oleh lengan atas ibu.
3.4.2.2 Bendongan dibuka supaya ada kontak antara kulit ibu dengan kulit klien.
3.4.2.3 Hadapkan muka klien ke payudara ibu lalu sentuh pipi klien dengan
putting ibu.
9
MANEJEMEN LAKTASI
3.4.2.4 Perhatikan bahwa telinga dan lengan klien berada pada satu garis lurus
untuk memastikan posisi menyusui sudah benar.
3.4.2.5 Sanggah payudara dengan empat jari tangan dan ibu jari pada bagian atas
payudara.
3.4.2.6 Awasi agar payudara ibu tidak menutupi hidung klien.
3.4.2.7 Susukan kedua payudara secara bergantian selama 10-15 menit pada
setiap payudara.
3.4.2.8 Setelah selesai tepuk punggung klien secara perlahan sampai bersendawa.
3.4.2.9 Bersihkan areola dan putting susu ibu dengan kapas basah.
3.4.2.10 Anjurkan ibu cuci tangan kembali.
3.5 Pemberian ASI atau susu formula dengan menggunakan botol susu :
3.5.1 Persiapan ASI :
3.5.1.1 Ambil ASI dari lemari pendingin.
3.5.1.2 Masukkan ASI kedalam botol susu sesuai dengan kebutuhan klien yang
telah Ditetapkan dokter spesialis anak.
3.5.1.3 Siapkan kom berisi air panas untuk merendam botol susu yang berisi ASI.
3.5.1.4 Jika ASI sudah hangat, ASI siap diberikan kepada klien.
3.5.2 Persiapan susu formula :
3.5.2.1 Masukkan air hangat kedalam botol susu sesuai dengan kebutuhan klien
yang ditetapkan dokter spesialis anak.
3.5.2.2 Masukkan susu formula dengan perbandingan sesuai air yang disiapkan,
satu sendok takar susu diencerkan dalam 30 cc air hangat.
3.5.2.3 Susu formula sudah siap diberikan kepada klien.
3.5.3 Gendong bayi dengan posisi yang nyaman dimana kepala bayi berada di atas lengan
atas perawat dan jari-jari perawat menahan bokong bayi dengan kuat.
3.5.4 Cek kehangatan susu dengan cara tuangkan ke punggung tangan.
3.5.5 Pastikan mulut bayi terbuka dan masukkan nipple botol susu kedalam mulut bayi.
3.5.6 Ketuk-ketuk botol susu untuk merangsang bayi menghisap nipple botol susu, jika
sudah menghisap hentikan ketukan dan jika berhenti menghisap ketuk kembali.
3.5.7 Perhatikan bahwa telinga dan lengan klien berada pada satu garis lurus untuk
memastikan posisi menyusui sudah benar.
3.5.8 Jika sudah selesai tepuk-tepuk punggung bayi secara perlahan-lahan agar bayi
sendawa.
3.6 Atur kembali posisi klien senyaman mungkin.
3.7 Cuci tangan.
3.8 Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan.
UNIT TERKAIT NICU dan NIFAS
10
PERAWATAN TALI PUSAT
Di tetapkan
SPO TANGGAL TERBIT Direktur Rumah Sakit
11
ASUHAN METODE KANGGURU
SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
Merupakan bentuk interaksi orang tua dan kliennya, dimana ibu menggendong kliennya
PENGERTIAN dengan kontak kulit dan kulit pada posisi vertikal, kepala di atas atau diantara payudara
selama 20 menit atau lebih.
12
3.7 Posisikan klien di dada ibu atau ayah.
3.7.1 Klien diantara payudara ibu.
3.7.2 Kepala menoleh ke salah satu sisi
Posisi “kaki kodok” dan buat klien senyaman mungkin.
3.8 Pertahankan posisi ini dengan menggunakan bantuan gendongan klien. Tepi kain
menggendong bagian atas harus dibawah telinga klien.
Minta ibu atau ayah untuk memakai pakaian bagian atasnya kembali
RSUD R.A.A
2 dari 2
TJIKRONEGORO
3.9 Memantau Neonatus :
3.9.1 Setelah klien dipindahkan dengan baik ke orang tuanya, tanda vital dan
status oksigenasi klien harus dipantau dan penyesuaian dibuat berdasarkan
klien.
3.9.2 Klien harus dikembalikan ke inkubator jika terdapat tanda stress yang
menetap, termasuk takipnea, takikardi, ketidak stabilan suhu atau
desaturasi oksigen.
3.9.3 Lama waktu memeluk klien secara individual minimal 2 jam atau
bergantung pada keadaan neonatus dan kenyamanan klien.
3.10 Cuci tangan.
3.11 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
PERINA dan NIFAS
UNIT TERKAIT
13
IKTERUS NEONATORUM
SPO
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
Ikterus adalah warna kuning dikulit, konjungtiva dan mukosa akibat penumpukan
bilirubin dalam serum. Sedangkan hyperbillirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi
PENGERTIAN bilirubin serum yang menjurus kearah terjadinya kernikterus atau enselopati bilirubin bila
kadar bilirubin tidak dikendalikan.
1. Untuk mengobati hyperbilirubinemia.
2. Untuk mencegah tingginya kadar hiperbilirubin dalam darah menjalar dan menganggu
TUJUAN
saraf otak klien neonatus.
Pemeriksaan ikterus neonatus dilakukan oleh dokter spesialis anak, dokter, dan perawat
KEBIJAKAN
sesuai prosedur yang telah ditentukan.
1. Persiapan alat
1.1 Rekam medik klien.
1.2 Set pemeriksaan fisik.
2. Persiapan klien
Menjelaskan pada orang tua klien tentang tindakan yang akan dilakukan (lihat SOP
informed consent).
3. Pelaksanaan
3.1 Cuci tangan.
3.2 Persiapan alat.
3.3 Pemeriksaan TTV.
3.4 Dokter spesialis anak melakukan pemeriksaan penunjang :
3.4.1 Kadar bilirubin serum (total, direk, indirek).
3.4.2 Darah tepi lengkap dan gambaran apusan darah tepi.
3.4.3 Penentuan golongan darah dan faktor Rh dari ibu dan klien.
3.4.4 Pemeriksaan kadar enzim G6PD.
3.4.5 Uji fungsi hati (USG hati), uji fungsi tiroid, uji urine terhadap
galaktosemia.
3.4.6 Pada kejadian sepsis dilakukan kultur darah, urine, IT ratio, CRP.
PROSEDUR
3.5 Pertimbangan terapi sinar pada :
3.5.1 NCB – SMK sehat, kadar bilirubin total lebih dari 12mg/dl
3.5.2 NKB – sehat, kadar bilirubin total lebih dari 10mg/dl
3.6 Pertimbangan transfusi bila kadar bilirubin indirek lebih dari 20mg/dl.
3.7 Rapihkan alat
3.8 Cuci tangan
3.9 Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan dalam dokumen medis.
UNIT TERKAIT Rawat jalan, Rawat Inap, UGD,PERINA
14
SPO
PENGGUNAAN PULSE OXYMETRI
RSUD R.A.A
TJIKRONEGORO
1 dari 1
Di tetapkan
TANGGAL TERBIT Direktur Rumah Sakit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
Alat yang digunakan untuk mengukur kadar oksigen dalam darah (SPO2), saat ini dilengkapi
PENGERTIAN
juga dengan pengukur detak jantung (Heart rate) klien.
TUJUAN Mengetahui kadar oksigen dalam darah klien.
Pemeriksaan menggunakan oxymetri dilakukan dokter spesialis anak, dokter, perawat dan bidan
KEBIJAKAN
sesuai prosedur yang telah dilakukan.
1. Persiapan alat
1.1 Probe deteksi pulse oxymetri
1.2 Alat pengukur oxymetri
2. Persiapan alat
Menjelaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan (lihat SOP informed consent).
3. Pelaksanaan
3.1 Cuci tangan.
3.2 Persiapan alat.
3.3 Tekan tombol on/off.
3.4 Bersihkan dan keringkan lokasi tempat penempelan sensor.
3.5 Tempelkan sensor (sejajar antara lampu dan elemen).
3.6 Tunggu sampai lampu sensor berwarna hijau.
3.7 Mengobservasi posisi probe, perfusi jaringan, serta adanya iritasi dari kulit tempat probe
di pasang setiap tiga jam.
3.8 Koreksi perfusi jaringan yang buruk (vasokontriksi, hipotermi atau hipovolemik).
PROSEDUR 3.9 Jauhkan sensor oxymetri dari cahaya seperti sinar matahari, sorotan lampu, ataupun alat-
alat yang menyebabkan panas lainnya.
3.10 Catat hasil observasi di lembar pencatatan.
3.11 Rapihkan alat.
3.12 Cuci tangan.
3.13 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan dan catat hasil pemeriksaan.
UNIT TERKAIT PERINA, UGD, OK, Rawat Inap, IPSRS
15
16
SPO
PEMBERIAN INJEKSI VITAMIN K PADA BAYI BARU LAHIR
22
SPO
PENGGUNAAN INKUBATOR
1 dari 2
Di tetapkan
STANDAR TANGGAL TERBIT Direktur Rumah Sakit
PROSEDUR
OPERASIONA
L Dr. TOLKHA AMARUDDIN, M.Kes,Sp.THT,KL
NIP. 19750307 200902 1 002
PENGERTIAN Penghangat klien yang menggunakan sumber radiasi panas berupa elemen heater
untuk mendapatkan kelembaban udara dalam box basinet klien sesuai yang
diinginkan.
TUJUAN 1. Untuk menghangatkan dan mempertahankan suhu normal klien (36,50C –
37,50C).
2. Untuk mencegah hipotermi.
KEBIAJAKAN Menghangatkan klien dalam incubator dilakukan oleh dokter, dokter spesialis,
perawat dan bidan sesuai prosedur yang telah ditentukan.
1. Persiapan alat
1.1 Inkubator.
1.2 Aquabidest.
1.3 Set laken lengkap (laken dan guling klien yang berbentuk angka 0 dan nest).
1.4 Kain penutup incubator.
1.5 Cairan desinfektan.
1.6 Waslap.
2. Persiapan klien
Menjelaskan pada orangtua klien tentang tindakan yang akan dilakukan (lihat
SOP informed consent).
3. Pelaksanaan
3.1 Cuci tangan.
3.2 Persiapan alat.
3.3 Persiapan incubator :
3.3.1 Pastikan incubator dalam keadaan bersih, jika belum dibersihkan
dengan menggunakan cairan desinfektan.
PROSEDUR 3.3.2 Ini chamber incubator sampai batas maksimal yang ditentukan.
3.3.3 Pasang laken pada bed incubator.
3.3.4 Pasang nest dan guling diatasnya.
3.3.5 Tekan tombol on/off pada incubator.
3.3.6 Atur suhu sesuai umur dan berat klien (lihat table).
3.3.7 Hangatkan incubator sebelum digunakan minimal 15 menit.
3.4 Lepas semua pakaian klien terkecuali popok (ganti popok jika kotor).
3.5 Cek suhu incubator dengan cara masukkan tangan melalui jendela incubator.
3.6 Letakkan klien kedalam incubator, atur posisi klien senyaman mungkin dan
pasang tali nest dengan rapih.
3.7 Pasang probe suhu pada perut kiri klien.
3.8 Tutup inkubator secepat mungkin, jaga pintu atau jendela incubator selalu
23
SPO
PENGGUNAAN INKUBATOR
24
SPO
PENYIMPANAN ASI
25
SPO
PENGGUNAAN TIMBANGAN BAYI
26
SPO
TETANUS NEONATOTUM
27
SPO
RESUSITASI NEONATUS
28
SPO
RESUSITASI NEONATUS
29
SPO
RESUSITASI NEONATUS
RSUD R.A.A
3 dari 3
TJIKRONEGORO
mengganggu didagu.
7.1.2.4 Tekan sungkup dengan jari tangan. Jika terdengar udara keluar da
sungkup, perbaiki perlengkapan sungkup. Kebocoran yang paling umu
antara hidung dan pipi.
7.1.2.5 VTP menggunakan balon sungkup diberikan selama 30 detik deng
kecepatan 40-60 kali/menit ~ 20-30 kali/30detik.
7.1.2.6 Pastikanlah bahwa dada bergerak naik turun tidak terlalu tinggi seca
simetris.
7.1.2.7 Lakukan penilaian VTP setelah 30detik.
7.2 VTP+Kompresi dada
Apabila setelah tindakan VTP selama 30 detik, frekuensi jantung < 60 detik ma
lakukan kompresi dada yang terkoordinasi dengan ventilasi selama 30 detik deng
kecepatan 3 kompresi : 1 ventilasi selama 2 detik. Kompresi dilakukan dengan 2 ibu ja
atau jari tengah_telunjuk / tengah_manis. Lokasi kompresi ditentukan deng
menggerakan jari sepanjang tepi iga terbawah menyusur keatas sampai mendapatk
sifoid, Letakan ibu jari atau jari-jari pada tulang dada sedikit diatas sifoid. Berika
topangan pada bagian belakang bayi. Tekan sedalam 1/3 diameter anteroposterior dada.
7.3 Intubasi
Intubasi endotrakea dilakukan pada keadaan berikut :
7.3.1 Ketuban tercampur mekonium & bayi tidak bugar
7.3.2 Jika VTP dengan balon & sungkup tidak efektif
7.3.3 Membantu koordinasi VTP & kompresi dada
7.3.4 Pemberian epinefrin untuk menstimulasi jantung
7.3.5 Indikasi lain : sangat premature & hernia diafragmatika
7.4 Gambaran tahapan resusitasi neonatus lihat bagan terlampir.
7.5 Rapihkan alat.
7.6 Cuci tangan.
7.7 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
UNIT TERKAIT NICU, OK, VK, IPSRS, NIFAS
30
SPO
HIPOGLIKEMIA PADA NEONATUS
SPO
HIPOGLIKEMIA PADA NEONATUS
GD < 47 mg/dl
1. Koreksi secara IV bolus dekstros 10% 2 1. Nutrisi oral/entrasi segera : ASI atau
ml/kg OO IVFD, Dekstrose 10% minimal PASI, maks 100ml/kg/hari (hari
60 ml/kg/hari (hari pertama) dengan GIR pertama).
6-8 mg/kg/menit. 2. Bila ada kontra indikasi minum oral atau
2. Oral tetap diberikan bila tidak ada kontra enteral OO
indikasi.
31
GD < 47 mg/dl GD < 16 mg/dl GD 36 - 47 mg/dl
Ulang GD tiap 2-4 jam, 15 menit sebelum jadwal minum berikut, sampai 2 kali
berturut – turut sampai normal.
32
Tatalaksana umum sindrom gawat nafas
PROSEDUR
Sesak , sianosis (-) Sianosis (+), sesak (+)
Observasi
Perburukan
33
3.7.1 Kepala : dengan menggunakan telapak tangan usap kepala bayi dari puncak sampai
kepala bagian leher kemudian kembali lagi ke puncak kepala sebanyak 6 kali (satu kali
gerakan 2x5 detik).
3.7.2 Bahu : dengan jari tangan kanan dan kiri usap kedua belah bahu dari pertengahan
punggung ke pangkal lengan kemudian kembali ke pertengahan sebanyak 6 kali.
3.7.3 Punggung : dengan jari-jari kedua tangan usaplah dari leher ke pantat lalu kembali ke
leher sebanyak 6 kali.
Kaki : dengan dua jari tangan usaplah kedua kaki secara bersamaan dari pangkal paha
ke pergelangan kaki kemudian kembali lagi ke pangkal paha
sebanyak 6 kali.
3.7.4 Lengan : dengan jari tangan usapkan kedua lengan secara bersamaan dari pangkal
bahu ke pergelangan tangan kemudian kembali ke pangkal bahu sebanyak 6 kali
SPO
PIJAT BAYI
34
SPO
MEMASANG OGT ( ORAL GASTRIC TUBE )
35
2.5. Persiapan klien
2.5.1.Memberikan mengenai tindakan prosedur serta tujuan dari tindakan yang akan
SPO
MEMASANG OGT ( ORAL GASTRIC TUBE )
dilakukan
2.5.2.Mengatur posisi klien supkinasi
2.6. Prosedur pelaksanaan
2.6.1.Mencuci tangan dengan cara yang baik dan benar
2.6.2.Berikan salam teraupetik kepada klien
2.6.3.Jelaskan tindakan yang akan dilakukan beserta tujuannya ( termasuk rasa tidak
nyaman yang kemungkinan yang akan dialami klien ketika tindakan berlangsung )
2.6.4.Atur klien dengan posisi supkinasi
2.6.5.Pasang handuk pada dada klien letakan tissue wajah pada jangkaun klien
2.6.6.Pasang perlak pengawas dan bengkok disamping telinga klien
2.6.7.Untuk menetukan insersi OGT minta klien rileks dan bernafas normal
2.6.8.Bersihkan area sekitar mulut menggunakan tissue
2.6.9.Pasang stetoskop pada telinga
2.6.10. Ginakan sarung tangan steril
2.6.11. Ukur panjang selang yang akan dimasukan dengan menggunakan :
2.6.11.1. Metode tradisional
Ukur jarak dari tepi mulut kedaun telinga bawah dan proksesus xiphoideus
pada sternum
2.6.1.1.2. Metode hanson
Mula mula tandai %)cm pada selang kemudian lakukan pengukuran
dengan metode trandisional. Selang yang akan dimasukan adalah pada
pertengahan antara 50 cm dan tandan tradisional.
Beri tanda pada panjang selang yang sudah diukur.
.6.12.Masukan selang dimulut yang sudah ditentukan
.6.13.Lanjutkan memasang selang sepanjang mulut. Jika terasa agak tertahan putarlah
selang dan jangan dipaksakan untuk masuk.
2.6.14. Lanjutkan memasang selang sampai memasukan nasofaring. Sertelah melewati
nasofaring ( 3-4) kalau perlu anjurkan klien untuk menekuk dan menelan jikan
perlu sedikit diberi air minum.
2.6.15. Jangan memaksa selang untuk masuk. Jika ada hambatan atau klien tersedak
sianosis hentikan mendorong selang. Periksa posisi selang dibelakng tenggorokan
dengan menggunakan tonge spatel dan senter
2.6.16. Jika telah selesai memasang OGT, sampai ujung yang telah ditentukan, anjurkan
untuk pasien bernafas normal dan rileks.
2.6.17. Periksa letak selang dengan :
2.6.17.1. Memasang spuit pada ujung OGT, memasang bagian
difragma.stetokop padaperut dikuadran kiri atas klien (lambung)
kemudian suntikan 5-10 udara bersama dengan auskultasi abdomen.
2.6.17.2. Aspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi lambung.
SPO
MEMASANG OGT ( ORAL GASTRIC TUBE )
36
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
3 dari 3
RSUD R.A.A
TJIKRONEGORO
2.6.18 Viksasi selang OGT dengan plester dan hindari penekanan pada hidung dengan
cara:
Potong 5 cm plester belah jadi 2 sepanjang 2,5 cm pada salah satu
ujungnya memasang ujung yang tidak dibelah pada batang hidung klien
dan silangkan plester pada selang yang keluar dari hidung.
2.6.1 8.1 Tempelkan ujung selang OGT pada baju klien dengan maemasang
plester pada ujung dan penitikan pada baju klien.
2.6.19 Evaluasi setelah terpasang OGT
2.6.20 Rapikan alat alat
2.6.21 Cuci tangan
2.6.22 Dokumentasi hasil tindakan pada catatan perawat.
37
38