Anda di halaman 1dari 35

ASFIKSIA NEONATORUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Jl. Jenderal Sudirman KM.2 –


Email. rsu.indah@yahoo.com –
Telp. (0765) 552008 – Bagan Batu -
RIAU
Ditetapkan
Direktur
PROSEDUR TETAP

Dr.Fredy Sukamto
Pengertian Asfiksia Neonaforum adalah kegagalan nafas secara spontan dan
teratur pada bayi baru lahir.
Prinsip dasar :
 Asfiksia merupakan penyebab kematian neonatal dab
kecacadan
 Asfiksia perinatal dapat terjadi selama antepartum,intra partum
maupun post partum
 Ditandai dengan :
- bayi tidak bernapas atau napas megap-megap
- denyut jantung <100x/menit
- kulit sianosis, pucat
- tonus otot menurun
 untuk diagnosis asfiksia tidak perlu menunggu nilai APGAR
Tujuan  menangani asfiksia Neonatorum
 mengurangi angka kematian dan kecacadan pada neonatus
Kebijakan Ditetapkan pada semua bayi baru lahir dengan asfiksia
neonatorum
Prosedur 1. Lakukan langkah Resusitasi (lihat bagan resusitasi)
2. Kolaborasi dokter dalam pemberian terapi medikamentosa
3. Beri oksigen bila perlu atau bayi masih sianosis saturasi
oksigen yang ditunjukkan oleh oksimetri belum mencapai
target sesuai usia bayi. Kurangi sampai batas terendah secara
bertahap.
4. Perawatan dan pemantauan pasca resusitasi :
- Bayi dirawat di ruang perinatologi bukan dirawat gabung,
untuk pemantauan keadaan pasca asfiksia
- Pantau keadaan umum bayi, frekuensi jantung, frekuensi
dan irama nafas, saturasi oksigen dengan alat oksimetri,
tangis bayi, kesadaran, produksi urin dan suhu bayi
- Jaga kehangatan bayi, masukkan bayi pasca resusitasi di
incubator atau cuvis sesuai berat badan dan masa gestasi
bayi.
- Periksa kadar gula 4 jam pasca resusitasi
- Perhatian khusus diberikan pada waktu malam hari
5. Mencatat tindakan resusitasi
- Kondisi bayi saat lahir
- Tahapan resusitasi yang telah dilakukan
- Waktu antara lahir dengan memulai pernapasan
- Pengamatan klinis selama dan sesudah tindakan resusitasi
- Hasil tindakan resusitasi
- Bila resusitasi gagal, apa kemungkinan penyebab
kegagalan
- Nama-nama tenaga kesehatan yang melakukan tindakan
resusitasi
6. Yakinkan bayi mampu minum dan mempunyai refleks hisap
dan telan setelah keadaan bayi stabil tanpa oksigen dengan
pemberian ASI dan menetek pada ibu
7. Bila bayi fidak dapat langsung menetek dan masih memakai
oksigen berikan ASI perah dengan pipa lambung
8. Bila bayi tidak dapat menerima asupan dengan pipa lambung
sekaligus, pasang jalur infus dan beri cairan infus D10% sesuai
dosis
rumatan
9. Konseling pada keluarga
- Bila resusitasi berhasil : beritahu ibu dan keluarga tentang
keadaan bayi, serta ditundanya untuk dilakukan IMD dan
rawat gabung
- Bila resusitasi gagal : beri dukungan emosional pada
keluarga terutama orangtua bayi

-
Unit terkait R. VK, Perinatologi, IGD, OK
MANAJEMEN BBLR
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Jl. Jenderal Sudirman KM.2 –


Email. rsu.indah@yahoo.com –
Telp. (0765) 552008 – Bagan
Batu - RIAU
PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur

Dr.Fredy Sukamto
Pengertian Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
kurang dari 2500 gram, tanpa memandang masa gestasi.
 Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 24 jam setelah
lahir
Pemeriksaan fisik
 Berat lahir kurang dari 2500 gram
- Untuk BBLR kurang bulan
Tanda Prematuritas:
- Tulang rawan telinga belum terbentuk
- Masih terdapat lanugo
- Reflek-reflek masih lemah
- Alat kelamin pada perempuan lalium mayus belum
menutup labium minus, pada laki-laki belum terjadi
penurunan testis dan kulit testis rata (rugae testis belum
terbentuk)
- Untuk BBLR kecil untuk masa kehamilan
Tanda janin tumbuh lambat:
- Tidak dijumpai tanda prematuritas
- Kulit keriput
- Kuku lebih panjang
Tujuan 1. Mengurangi kematian pada BBLR
2. Mencegah komplikasi atau efek lanjutan pada BBLR
3. Penanganan secara tepat pada BBRL
Kebijakan 1. Semua bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram
2. Semua perawat,bidan,Sp A maupun Sp OG untuk melakukan
manajemen BBLR
Prosedur 1. Medikamentosa :
Pemberian vitamin K1 : injeksi 1 mg/IM sekali pemberian
2. Mempertahankan suhu ketat
- Keringkan badan bayi segera setelah lahir
- Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang kering dan
hangat
- Gunakan salah satu cara menghangatkan dan
mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit dengan
kulit, KMC, Infant warmer, incubator atau ruangan hangat (
sesuai tabel 1 yang terlampir)
Table 1. Cara menghangatkan bayi
Cara Petunjuk Penggunaan
Kontak kulit - Untuk semua bayi
- Untuk menghangatkan bayi dalam waktu
singkat, atau menghangatkan bayi hipotermi
( 32-36,4oC) apabila cara lain tidak
mungkin dilakukan
KMC - Untuk menstabilkan bayi dengan berat
badan < 2500g, terutama direkomendasikan
untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan
berat badan <1800g
- Tidak untuk bayi sakit berat( sepsis,
gangguan napas berat )
- Tidak untuk ibu yang menderita penyakit
berat yang tidak dapat merawat bayinya

Cara Petunjuk Penggunaan


Infant - Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat
warmer 1500g atau lebih
- Untuk pemeriksaan awal bayi, selama
dilakukan tindakan, atau menghangatkan
kembali bayi hipotermi
Incubator - Penghangatan berkelanjutan bayi dengan
berat < 1500g yang tidak dapat dilakukan
KMC
Heat - Plastic yang digunakan untuk menyelimuti
Shield tubuh bayi premature dengan berat
<1000g, selama dilakukan tindakan untuk
mengurangi evaporasi
Head - Digunakan pada mayoritas bayi karena
Coverings kepala bayi merupakan permukaan tubuh
( topi ) yang paling luas kehilangan panas
Ruangan - Untuk merawat bayi dengan berat > 2500g
hangat yang tidak memerlukan tindakan
diagnostic atau prosedur pengobatan
- Tidah untuk bayi sakit berat ( sepsis,
gangguan napas berat )

- Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan


dingin
- Ukur suhu tubuh sesuai jadwal pada tabel 2
- Table 2. Pengukuran Suhu Tubuh
Bayi Bayi
Keadaan Bayi Bayi
sangat keadaa
bayi sakit kecil
kecil n baik
Frekuensi
Tiap 2 Tiap 12 Tiap 6 Sekali
pengukura
jam jam jam sehari
n

3. Jaga potensi jalan napas


- Bebaskan jalan napas dengan menjaga bersihan jalan nafas
- Beri oksigen dengan nasal/binasal kanul 0,5-1ltr/mnt
4. Nilai segera kondisi bayi tentang tanda vital bayi seperti
pernapasan , denyut jantung, warna kulit dan aktifitas, serta
saturasi oksigen
5. Mencegah infeksi dengan ketat
- Prinsip pencegahan infeksi nosokomial dengan mencuci
tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
- Pemberian Antibiotika
6. Pengawasan nutrisi / ASI( lihat PROTAP PEMBERIAN
NUTRISI PADA BBLR)
6.1 Bayi sehat
 Reflek hisap dan telan baik, biarkan menyusu ke ibunya
setiap 2jam karena mudah letih dan malas minum pantau
pemberian minum
 Reflek hisap dan telan kurang, tambahkan ASI dengan pipet
atau sonde

6.2 Bayi sakit


 Bayi dengan gangguan nafas, kejang dan ganguan minum
pasang IV line :
- Hanya berikan cairan IV (D10%) selama 24 jam
 Mulai berikan minum peroral pada hari ke 2 atau segera
setelah bayi stabil. Anjurkan pemberikan ASI apabila ibu ada
dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap menyusu
 Apabila masih sakit (gangguan nafas,kejang) berikan ASI
peras melalui pipa lambung
 Berikan 8 kali dalam 24 jam, bila masih tampak lapar berikan
tambahan ASI
 Biarkan bayi menyusu tanpa batuk atau tersedak
7. Pantau perkembangan kondisi bayi dan tanda tanda bahaya
selama menyusu seperti malas menghisap/tidak dapat menelan
langsung/sesak/biru/hipotermia berat hentikan pemberian
minum, oksigenasi,motivasi keluarga
8. Pemantauan
8.1 Kenaikan berat badan dan pemberian minum setelah 7
hari (dengan kenaikan berat badan 20-30gram/hari)
8.2 Tanda kecukupan pemberian ASI
 Kencing minimal 6 kali dalam 24 jam
 Bayi tidur terlelap
 Peningkatan BB setelah 7 hari pertama sebanyak 20 gram
setiap hari
9. Periksa pengeluaran ASI
10. Beri dukungan emosional kepada ibu dan anggota keluarga
lainnya
11. Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak
memungkinkan, biarkan ia berkunjung setiap jam kunjung atau
jam meneteki

Unit Terkait INSTALASI MATERNAL-PERINATAL


SEPSIS NEONATORUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Jl. Jenderal Sudirman KM.2


– Email.
rsu.indah@yahoo.com –
Telp. (0765) 552008 – Bagan
Batu - RIAU

Tanggal terbit Ditetapkan


Direktur
Prosedur Tetap

Dr.Fredy Sukamto
Pengertian Sepsis Neonatal adalah sindroma klinis dari penyakit sstemik akibat
infeksi selama satu bulan pertama kehidupan.
Penyebabnya : bakteri, virus, jamur, dan protozoa
Faktor Resiko
Risiko Mayor Risiko Minor
1. Ketuban pecah > 24 jam 1. Ketuban pecah > 12 jam
2. Ibu demam saat intrapartum 2. Ibu demam saat intrapartum
o
suhu> 38 C > 37,5oC
3. Korioamnionitis 3. Nilai APGAR Score rendah
4. Denyut jantung janin menetap pada menit ke-1 < 5, dan
160 x/menit menit ke-5 <7
5. Ketuban berbau 4. Bayi berat lahir sangat
rendah (BBLSR) < 1500gram
5. Usia kehamilan < 37 minggu
6. Kehamilan ganda
7. Keputihan pada ibu
8. Ibu dengan infeksi saluran
kemih
Pemeriksaan fisis
1. Keadaan umum
1.1 suhu tubuh tidak stabil
1.2 letargi atau lunglai, mengantuk atau aktivitas kurang
1.3 malas minum sebelumnya minum dengan baik
1.4 iritabel atau rewel
1.5 kondisi memburuk secara cepat dan dramatis
2. Gastrointestinal
2.1 muntah, diare, perut kembung, hepatomegali
2.2 tanda mulai muncul pada hari ke empat
3. Kulit
3.1 perfusi kulit berkurang, sianosis, pucat, ptekie, ruam,
sklerem,ikterik
4. Kardiopulmonal
4.1 takipnu, distres respirasi ( merintih, retraksi)takikardi, hipotensi
5. Neurologis
5.1 iritabilitas, penurunan kesadaran, kejang, penurunan
kesadaran, kejang, ubun – ubun membonjol, kaku kuduk sesuai
dengan meningitis
6. pemeriksaan penunjang
6.1 leukositosis/leukopeni
6.2 trombositopeni
Tujuan Menurunkan angka mortalitas dan morbiditas bayi dengan sepsis
neonatorum
Kebijakan Menangani kasus sepsis neonatorum secara holistic berdasar ilmu
kedokteran berbasis bukti (evidence based medicine)
Prosedur 1. Pasang jalur IV dan berikan cairan IV dengan dosis rumatan
2. Jangan memberi minum bayi selama 12 jam pertama
3. Ambil sampel darah dan kirim ke laboratorium untuk pemeriksaan
darah rutin (termasuk rasio batang: segemen), gula darah, elektrolit
serta kultur dan sensitivitas.( bila fasilitas tersedia)
4. Bila bayi kejang, opistotonus, atau ubun-ubun besar membonjol :
4.1 Lakukan pungsi limbal segera sesudah pengambilan darah( bila
fasilitas tersedia) untuk mengetahui jumlah sel, pengecatan Gram,
kultur dan sensivititas.
4.2 Mulai manajemen untuk meningitis.
5. Bila kadar haemoglobin kurang 12 g/dl (hematokrit kurang dari
36%), beri transfusi darah.
6. Bila bayi tidak menderita meningitis, beri antibiotic lini 1, sesuai
dengan pedoman yang ada. Tunggu hasil laboratorium seperti darah
lengkap dan nilai kondisi bayi secara ketat tiap hari untuk melihat
perkembangannya.
7. menjaga patensi jalan napas dan pemberian oksigen untuk mencegah
hipoksia
8. beri nutrisi secara bertahap bila keadaan umum bayi mulai stabil
9. Setelah selesai pengobatan antibiotika, amati bayi selama 24 jam
berikutnya:
9.1 Bila bayi tetap baik selama pengamatan 24 jam dan minum
dengan baik serta tidak dijumpai masalah lain yang memerlukan
perawatan di rumah sakit, maka bayi dapat dipulangkan. Bila
dijumpai lagi tanda infeksi, maka ulangi lagi manajemen
infeksi/sepsis
Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal
ANEMIA
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Jl. Jenderal Sudirman KM.2


– Email.
rsu.indah@yahoo.com –
Telp. (0765) 552008 – Bagan
Batu - RIAU

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur
Prosedur Tetap

Dr.Fredy Sukamto
Pengertian Anemia adalah kadar haemoglobin atau hematokrit di bawah normal.
Tujuan 1. Mencegah terjadinya anemia
2. Menangani anemia
Kebijakan Anemia merupakan kasus yang harus segera ditangani
Prosedur Anemia karena pendarahan yang sedang berlangsung atau riwayat
pendarahan.
1. Hentikan pendarahan
2. Berikan cairan infuse dengan 20 ml/kg selama satu jam pertama
3. Berikan K1 1 mg IM sekali, pada saat masuk tanpa memandang apakah
bayi telah diberi Vitamin K1 pada saat lahir atau tidak.
4. Bila ada tanda syok (pucat, akral teraba dingin, denyut jantung lebih
dari 180 x/menit, kesadaran menurun) berikan infuse NaCL 0,9% dan
riager taktat dengan dosis 10 ml/kgbb diberikan selama 10 menit dan
dapat diulang sekali lagi sesudah 20 menit tanda syok masih berlanjut,
berikan transfuse darah segera menggunakan golongan darah O,
Rhesus negatif.
5. Ambil sampel darah pemeriksaan haemoglobin dan hemtokrit serta
golongan darah dan reaksi silang bila belum dikerjakan. Bila
haemoglobin kurang dari 12 g/dl (hematokrit kurang dari 26%),
berikan transfuse darah.
6. Periksa tanda vital, bila bayi sudah stabil, selanjutnya berikan cairan
sesuai kebutuhan harian.
Pucat dengan riwayat pendarahan atau tanpa pendarahan.
1. Bila ada pucat disertai gejala syok (pucat, akral teraba dingin, denyut
jantung lebih dari 180 x/menit, kesadaran menurun) naikkan tetesan
infuse menjadi 20 ml/kg dalam 1 jam.
2. Apabila belum terpasang infus, segera lakukan infuse dengan dosis 20
ml/kg dalam 1 jam.
3. Bila haemoglobin kurang dari 12g/dl atau hematokrit kurang dari 26%
beri transfusi darah.
Unit terkait SMP Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal
Unit BDRS
INFEKSI TALI PUSAT
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Jl. Jenderal Sudirman


KM.2 – Email.
rsu.indah@yahoo.co
m – Telp. (0765)
552008 – Bagan Batu
- RIAU

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur
Prosedur Tetap

Dr.Fredy Sukamto
Pengertian Infeksi tali pusat adalah infeksi pada tali pusat atau jaringan kulit di
sekitar tali pusat
Tujuan Menangani bayi dengan infeksi tali pusat
Kebijakan Diterapkan pada semua bayi yang mengalami infeksi tali pusat
Prosedur Infeksi Tali Pusat Lokal Atau Terbatas
1. Bersihkan tali pusat menggunakan larutan anti septik (iodium povidon
2,5%) dengan kain kasa yang bersih.
2. Olesi tali pusat dan daerah sekitarnya dengan larutan antiseptik
(iodium povidon 2,5%) delapan kali sehari sampai tidak nanah lagi
pada tali pusat.
3. Anjurkan ibu melakukan ini kapan saja bila memungkinkan.
Infeksi Tali Pusat Berat Atau Meluas
1. Ambil sampel darah dan kirim ke laboratorium untuk pemeriksaan
kultur dan sensitivitas.
2. Berikan kloksasilin peroral sesuai selama 5 hari
3. Cari tanda-tanda sepsis. Bila ada, tangani pasien sesuai Protop Sepsi
Neonatorum.
4. Lakukan perawatan umum seperti dijelaskan untuk infeksi tali pusat
local atau terbatas.
Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi

Maternal-Perinatal
MUNTAH DAN/ATAU DISTENSI ABDOMEN
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Jl. Jenderal Sudirman KM.2


– Email.
rsu.indah@yahoo.com –
Telp. (0765) 552008 – Bagan
Batu - RIAU
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap

Dr.Fredy Sukamto
Pengertian 1. Muntah adalah pengeluaran isi lambung yang bukan regurgitasi
2. Distensi Abdomen adalah bertambahnya lingkar perut, sehingga
dinding perut lebih tinggi daripada dinding dada.
Tujuan 1. Mengelola bayi dengan muntah
2. Mengelola bayi dengan distensi abdomen
Kebijakan Dilakukan pada semua bayi dengan muntah dan/atau distensi abdome.
Prosedur 1. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan dan dapatkan informasi
tambahan sebagai berikut untuk menentukan kemungkinan diagnosis
2. Pada anamnesis tanyakan hal-hal berikut ini:
- Apakah muntah terjadi sejak pertama kali minum atau beberapa
saat kemudian?
- Tenggang waktu antara pemberian minum dan muntah.
- Macam muntahan (berbuih, berwarna hijau atau bercampur darah)
- Apakah mekonium sudah keluar?
- Apakah puting susu ibu lecet?
- Riwayat persalinan, kelahiran dan jumlah air ketuban
- Riwayat perdarahan ante partum;
- Jika didapatkan darah dalam cairan lambung, tanyakan apakah
sudah mendapat vitamin K1 dan adakah perdarahan di bagian tubuh
lainnya?
3. Pada pemeriksaan fisik cari tanda-tanda berikut ini:
- Distensi abdomen dan nyeri tekan (bayi menangis ketika
abdomennya ditekan dengan lembut)
- Anus maperforate.
- Hipersalivasi
4. Manajemen Umum
- Pasang pipa lambung
- Jika pipa lambung tidak bisa masuk, dan bayi tersedak dan muntah
segera setelah menelan pipa; bayi kemungkinan mengalami atresia
esofagus atau fistula trakheo-esofageal yang membutuhkan
tindakan bedah segera. Konsultasikan segera ke SMF Bedah.
- Jika pipa lambung bisa masuk, pastikan bahwa pipa tersebut
berada di dalam lambung dan isaplah cairan isi lambung,
kemudian biarkan ujung pipa terbuka
- Jika tampak sakit berat (misalnya layuh, letargi) atau berat lahir <
2500 gram atau umur kehamilan < 37 minggu, pasang jalur
intervena dan berikan cairan dosis rumatan.
5. Penyebab muntah yang belum diketahui
- Pasang jalur intervena beri cairan dosis rumatan
- Jangan berikan apapun melalui mulut selama 12 jam.
- Jika bayi tidak memiliki tanda lain kecuali muntah setelah periode
12 jam.
 Pasang pipa lambung dan beri ASI peras selama 24 jam
Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal
POTENSIAL TERINFEKSI
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Jl. Jenderal Sudirman KM.2


– Email.
rsu.indah@yahoo.com –
Telp. (0765) 552008 – Bagan
Batu - RIAU
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap

Dr.Fredy Sukamto
Pengertian Bayi baru lahir dari ibu yang mengalami infeksi intrauterin, demam
yang dicurigai infeksi berat selama proses persalinan atau ketuban pecah
lebih 18 jam sebelum persalinan (KPD)
Tujuan Melakukan tindakan pencegahan sepsis pada bayi yang tampak sehat
pada saat lahir
Kebijakan Semua kasus bayi dengan potensial terinfeksi merupakan kasus yang
harus segera ditangani mengingat kemungkinan terjadinya sepsis pada
bayi yang tampak sehat pada saat lahir.
Prosedur 1. UMUM
- Bila bayi berumur lebih 3 hari (tanpa melihat umur kehamilan),
tidak perlu penanganan.
- Beritahu ibu tentang tanda tanda sepsis dan nasehati ibu untuk
membawa bayinya jika salah satu tanda sepsis muncul
- Bila bayi berumur 3 hari atau kurang, amati bayi untuk
gejala/tanda sepsis.
- Bila ada gejala/tanda sepsis, ambil sampel darah bayi, dan kirim
ke Laboratorium untuk pemeriksaan kultur dan tes sensitivitas.
- Kelola bayi sesuai Protap Sepsis.
2. Bayi dengan umur kehamilan 35 minggu atau lebih, atau berat lahir
2000 gram atau lebih.
a. Infeksi intrauterin, atau ibu demam, dengan/tanpa KPD
 Ambil sampel darah, beri antibiotika seperti pemberian untuk
kemungkinan besar sepsis
 Bila hasil kultur negatif, dan bayi tidak menunjukkan tanda-
tanda sepsis hentikan antiobiotika
 Bila hasil kultur positif atau kapan saja timbul tanda-tanda
sepsis, obati sebagai kemungkinan besar sepsis
 Bila kultur tidak dapat dilakukan, dan bayi tidak menunjukkan
tanda sepsis hentikan antibiotik setelah 5 hari
 Amati bayi selama 24 jam setelah antibiotika dihentikan
- Bila bayi dalam keadaan baik, dan tidak ada tanda yang
memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat
dipulangkan.
- Beritahu ibu tentang tanda-tanda sepsis dan nasehati ibu
untuk membawa bayinya jika salah satu tanda sepsis muncul
b. KPD tanpa infeksi intrauterin atau demam yang dicurigai infeksi
 Tidak perlu antibiotik
 Amati tanda sepsis setiap 4 jam selama 48 jam.
- Bila hasil kultur negatif, dan bayi tidak menunjukkan tanda-
tanda sepsis setelah 48 jam, dan tidak ada gejala yang
memerlukan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.
- Beritahu ibu tentang tanda-tanda sepsis dan nasehati ibu
untuk membawa bayinya jika salah satu tanda sepsis muncul
 Bila hasil kultur positif atau kapan saja timbul tanda-tanda
sepsis, obati sebagai kemungkinan besar sepsis.
 Bila kultur darah tidak diperiksa, amati bayi selama 3 hari lagi.
Bila bayi dalam keadaan baik, bayi dapat dipulangkan.

3. Bayi dengan umur kehamilan kurang dari 35 minggu, atau berat lahir
kurang dari 2000 gram.
 KPD, infeksi intrauterin, atau demam curiga infeksi
a. Ambil sampel darah, beri antibiotika seperti pemberian untuk
kemungkinan besar sepsis.
b. Bila kultur darah negatif dan bayi tidak ada tanda-tanda sepsis
- Bila ada KPD tanpa infeksi intrauterine atau demam,
hentikan antibiotika setelah 3 hari.
- Bila ibu menderita infeksi intrauterin atau demam, hentikan
antibiotika setelah 5 hari.
c. Bila hasil kultur positif atau kapan saja timbul tanda-tanda
sepsis, obati sebagai kemungkinan besar sepsis.
d. Bila kultur tidak dapat dilakukan, dan bayi tidak menunjukkan

Unit terkait Instalasi Maternal Perinatal


APNEA PADA NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Jl. Jenderal Sudirman KM.2


– Email.
rsu.indah@yahoo.com –
Telp. (0765) 552008 – Bagan
Batu - RIAU
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
Dr.Fredy Sukamto
Pengertian Apnea adalah henti napas selama 20 detik atau lebih, atau sebagai satu
episode singkat dengan disertai bradikarida (denyut jantung < 80
kali/menit), sianosis sentral atau pucat.
Tujuan 1. Memberikan bantuan napas dna rangsang taktil setiap neonatus yang
mengalami apnea.
2. Memberikan pengobatan untuk merangsang pusat napas.
Kebijakan Setiap kasus apne pada neonatus ditanagni oleh petugas yang terampil
berdasar ilmu kedokteran berbasis bukti
Prosedur 1. Rangsang taktil
2. Jika tidak ada respon, lakukan VTP dengan oksigen 40%
3. Bila gagal gunakan CPAP
4. Jaga saluran napas bagian atas
5. Pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab apnu
6. Terapi tergantung penyebab apnu
7. Terapi untuk kelahiran kurang bulan berikan :
- Aminofillin 6 mg/kgBB selanjutnya 2 mg/kg/8 jam
8. Apnu berulang bayi dipuasakan
9. Bila gagal rujuk bayi ke NICU ( bila fasilitas tersedia)
9. Pantau ketat vital sign minimal umur 1 minggu atau 5 hari setelah
serangan apnu berakhir

Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan Anak


Instalasi Maternal-Perinatal
FOTOTERAPI (TERAPI SINAR)
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Jl. Jenderal Sudirman KM.2


– Email.
rsu.indah@yahoo.com –
Telp. (0765) 552008 – Bagan
Batu - RIAU
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap

Dr.Fredy Sukamto
Pengertian Fototerapi (terapi sinar) adalah terapi menggunakan sinar fluorosean
dengan panjang gelombang tertentu dan waktu tertentu yang dimaksud
untuk menurunkan kadar Bilirubin.
Tujuan Menurunkan kadar bilirubin indirek sampai pada kadar yang tidak
memerlukan fototerapi lagi
Kebijakan Melakukan fototerapi pada semua bayi dengan ikterus neonatorum dan
kadar bilirubin indirek lebih tinggi dari batas tertentu.
Prosedur Persiapan alat fototerapi :
1. Pastikan penutup atau pelindung pada posisi yang tepat hal ini untuk
mencegah agar bayi tidak terluka bila tiba-tiba lampu pecah, serta
melindungi dari bahaya sinar ultraviolet.
2. Hangatkan ruangan dimana unit itu berada sehingga suhu di bawah
lampu 280C – 300C
3. Nyalakan tombol unit dan periksa apakah seluruh lampu fluoresean
menyala dengan baik.
4. Ganti lampu fluoresens bila terbakar atau mulai berkedip-kedip
5. Catat tanggal kapan lampu mulai dipasang dan pastikan diurasi total
penggunaan lampu
6. Ganti lampu setiap 1000 jam atau setelah penggunaan 3 bulan,
walaupun lampu masih menyala
7. Gunakan kain dan boks bayi, atau incubator dan letakkan tirai putih
mengelilingi area sekeliling unit tersebut berada untuk memantulkan
kembali sinar sebanyak mungkin ke arah bayi
Cara melakukan fototerapi
1. Letakkan bayi di bawah lampu terapi sinar
a) Bila berat badan bayi 2000 gram atau lebih, letakkan bayi dalam
keadaan telanjang di boks bayi. Letakkan bayi yang lebih kecil di
inkubator.
b) Tutup mata bayi dengan penutup, pastikan penutup mata idak
menutupi lubang hidung. Jangan gunakan plester untuk fiksasi
penutup
2. Letakkan bayi sedekat mungkin dengan lampu sesuai dengan
petunjuk atau manual dan pabrik pembuat unit
3. Diusahakan permukaan tubuh seluas-luasnya terpapar sinar.
4. Ubah posisi bayi tiap 3 jam
5. Pastikan bayi diberi minum :
a) Anjurkan ibu untuk memberi minum setiap diperlukan, paling
tidak setiap 3 jam.
b) Pindahkan bayi dari unit fototerapi selama diberi minum dan
lepaskan penutup mata
c) Tidak diperlukan untuk menambah atau mengganti ASI dengan
air, dekstrosa atau PASI
d) Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu cara alternatip pemberian minum.
Naikkan volume pemberian ASI peras dalam sehari (10-15% dari
kebutuhan rumatan sehari, mungkin sampai 25%) atau dengan
menambah 25 ml/kg susu selama bayi di bawah lampu terapi
sinar. Jika masukan cairan tidak mencukupi, diberikan cairan per
infus.
6. Bila bayi menerima cairan IV, naikkan jumlah volume cairan 10%
selama bayi di bawah lampu terapi sinar
7. Bila bayi menerima cairan IV atau diberi minum melalui pipa
lambung, tidak perlu dipindahkan dari lampu terapi sinar.
8. Timbang bayi setiap hari dan awasi penurunan BB akibat kehilangan
air secara evaporasi atau diare, terutama pada bayi prematur.
9. Feses bayi mungkin akan keluar dan berwarna kuning saat bayi
menerima terapi sinar. Kondisi ini tidak memerlukan terapi khusus.
10. Hentikan fototerapi saat orang tua mengunjungi bayinya dan
membuka pelindung mata untuk memudahkan interaksi alami antara
orang tua dan bayi.
11. Lanjutkan pengobatan dan pemeriksaan lain:
a) Bayi dipindahkan dari unit terapi sinar hanya untuk prosedur yang
tidak dapat dilakukan selama di bawah lampu terapi sinat.
b) Bila bayi menerima oksigen, matikan lampu saat memeriksa bayi
untuk mengetahui sianosis sentral.
12. Pantau suhu tubuh bayi dan suhu udara sekitar bayi setiap 3 jam.
Untuk bayi dalam indikator, thermistor probe harus dilindungi dari
sinar.
13. Periksa kadar bilirubin serum tiap 12 jam :
- Hentikan fototerapi ketika kadar bilirubin turun di bawah kadar
indikasi dilakukan fototerapi atau 15 mg/dl.
14. Bila kadar bilirubin serum mendekati nilai untuk dilakukan transfusi
tukar, lakukan transfusi tukar (lihat protap Transfusi Tukar). Bila
tersedia fasilitas untuk transfuse tukar.
15. Bila bayi kecil (berat lahir < 2500 gram dan umur kehamilan < 37
minggu) atau sepsis, hentikan fototerapi setelah 3 hari.
16. Bila ada Kecurigan Ikterus hemolitik atau ikterus ditemukan pada
hari pertama, hentikan fototerapi setelah 4 hari.
Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal
RESUSITASI NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Jl. Jenderal Sudirman


KM.2 – Email.
rsu.indah@yahoo.com –
Telp. (0765) 552008 – Bagan
Batu - RIAU

Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur

Dr.Fredy Sukamto
Pengertian Tindakan resusitasi adalah tindakan bantuan napas pada bayi baru lahir
menggunakan prinsip dasar resusitasi ABCD
Memastikan saluran napas terbuka
1. Meletakkan bayi dalam posisi yang benar
2. Mengisap mulut, kemudian hidung, kalau perlu trakea
3. Bila perlu, masukkan pipa endotrakeal (ET) untuk memastikan
pernapasan terbuka
Memulai pernapasan
1. Lakukan rangsangan taktil untuk memulai pernapasan
2. Bila perlu memakai ventilasi tekanan positif (VTP) menggunakan
sungkup dan balon atau pipa ET dan balon
Mempertahankan sirkulasi darah
1. Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada
Memberikan obat-obatan sesuai indikasi
1. Bila perlu menggunakan obat-obatan untuk mempertahankan sirkulasi
darah
Tujuan 1. Memberikan rangsangan dan bantuan napas pada bayi baru lahir dengan
asfiksia
2. Mempertahankan kelangsungan pemberian oksigen dan sirkulasi darah
Kebijakan 1. Tindakan resusitasi merupakan dan bantuan napas pada bayi baru lahir
dengan asfiksia
2. Tindakan resusitasi pada bayi baru lahir harus dilakukan oleh tim yang
terkoordinasi dan yang telah ditunjuk
3. Penanggung jawab resusitasi neonatus dari masing-masing tim harus
diketahui
4. Perlu pelatihan secara periodik terhadap anggota tim sehingga tercapai
perawatan bayi yang efektif dan terkoordinasi
Prosedur c. Peralatan intubasi
- Laringoskop dengan daun lurus (miller) no. O ( premature) dan
no. 1 ( dewasa)
- Lampu cadangan dan baterai untuk laringoskop
- Pipa endotracheal dengan diameter no. 2,5; 3,0; 4,0 mm
- Stilet
- Gunting
- Plester atau alat fiksasi pipa ET
- Kapas alkohol
- Alat pendeteksi CO2 atau kapnograf
- Sungkup laring ( pilihan )
d. Obat-obatan
- Epinefrin 1 : 10.000 ( 0,1 mg/dl )
- Spuit 3ml/ 10 ml
- Cairan kristaloid Isotonik (NaCL 0,9% atau RL) untuk
penambah volume – 100 atau 250 ml
- Dextrose 10% 250ml
- Larutan NaCL 0,9%untuk membilas
e. Perlengkapan kateterisasi umbilikal
- Sarung tangan steril
- Gunting
- Larutan antiseptik
- Plester umbilical
- Kateter umbilical 3,5F, atau 5F
- Treeway stopcock
- Plester umbiical
- Kateter umbilikal 3,5F, atau 5F
- Treeway stopcock
- Spuit 1,3, 5, 10, 20, dan 50 ml
- Jarum ukuran 25, 21, 18 atau alat penusuk lain tanpa jarum
f. Lain – lain
- APD
- Infant warmer
- Alas resusitasi yang keras
- Jam / stopwatch
- Kain hangat
- Stetoskop neonatus
- Plester ½ inchi atau ¼ inchi
- Oropharengeal airway (0, 00 dan ukuran 000)
- Kantung plastik makanan untuk bayi prematur
g. Persiapan ruangan
- Set suhu ruangan antara 28oC – 30oC
- Nyalakan infant warmer sebelum persalinan dipimpin
- Siapkan dan cek peralatan dalam kondisi siap pakai

h. Persiapan petugas
- Petugas cuci tangan, lalu memakai APD
- Setiap persalinan hendaknya dihadiri 1 orang yang terlatih
resusitasi dan 1 orang asisten
- Untuk persalinan gemeli dihadiri 2 tim terlatih, 1 tim terdiri
dari 2 orang
1. Penatalaksanaan
a. Penilaian awal
- Menanyakan riwayat perinatal yang relevan : umur gestasi, cairan
ketuban, jumlah bayi, faktor resiko lain
- Memeriksa kelengkapan peralatanr
- Mendiskusikan rencan dan membagi peran anggota tim
- Bayi lahir lakukan penilaian awal. Cukup bulan?, bernapas atau
menangis?, tonus baik? Bila jawaban ketiganya “YA” maka
lakukan perawatan rutin yaitu berikan kehangatan, bersihkan
jalan napas bila perlu, keringkan badan bayi, rawat gabung
bersama ibunya, sambil terus di evaluasi. Bila jawaban salah
satunya adalah “TIDAK” , lanjutkan kelangkah awal
b. Langkah awal ( blok A/ airway) untuk membebaskan jalan
napas dan memulai resusitasi
- Hangatkan bayi dengan menyelimutinya dengan handuk dan
menempatkannya dibawah pemancar panas dimeja resusitasi
- Posisikan kepala bayi untuk membuka jalan napas. Bebaskan jalan
napas bila diperlukan bila ada mekonium denga penghisapan
trachea
- Keringkan badan bayi dengan handuk atau selimut yang telah
dihangatkan
- Singkirkan kain basah
- Rangsang bayi dengan menggosok punggung bayi atau menepuk
punggung bayi
- Lakukan selama 30 detik
- Evaluasi pernapasan dan frekuensi jantung
• Bila bayi tidak bernapas ( apnu atau megap – megap ) atau
frekuensi jantung dibawah 100 dpm beranjak ke blok B (sisi
kiri pada diagram)
• Bila bayi bernapas tetapi mengalami kesulitan atau tampak
sianotik terus – menerus beranjak ke blok B ( sisi kanan )
c. Blok B ( Breathing )
- Panggil bantuan orang kedua yang bertugas memasang
oksimeter nadi, mengawasi frekuensi jantung dan suara napas
dengan stetoskop
- Pilih sungkup sesuai ukuran
- Pastikan jalan napas bersih, hisap mulut dan hidung untuk
memastikan tidak ada sumbatan
- Posisikan kepala bayi sedikit tengadah atau posisi menghidu
- Posisikan diri penolong ditepi tempat tidur
- Lakukan VTP dengan balon mengembang sendiri dan sungkup,
- Mulai memompa dengan tekanan inspirasi dimulai dari 20
cmH2O, dengan frekuensi 40 sampai 60 napas permenit.
Dengan irama :
Napas .................. dua................tiga
( remas ) ( lepas.................). Ucapkan yang keras
- Menilai kenaikkan frekuensi jantung dan saturasi oksigen
setelah 5-10 kali tarikan napas pertama
- Menilai gerakan dada dan suara napas bilateral

- Bila FJ dibawah 100 dpm lakukan langkah koreksi SR IBTA yaitu


Sungkup melekat rapat Reposisi jalan napas Isap mulut dan
hidung Buka mulut Tekanan dinaikkan Alternatif jalan napas
- Meminta menilai suara napas bilateral dan gerakan dada
- Melakukan VTP efektif selama 30 detik
- Evaluasi frekuensi jantung, pernapasan dan saturasi oksigen
- Pertimbangkan untuk memasan pipa orogastrik jika ventilasi
dilanjutkan.
- Bila frekuensi jantung tetap dibawah 60 dpm, beranjak ke Blok C
d. Blok C ( Circulation )
 Kompresi dada
- Bila FJ < 60 dpm lakukan kompresi dada berkoordinasi
dengan VTP
- Memanggil bantuan
- Lakukan dengan menggunakan tehnik 2 ibu jari ( lebih dipilih
) atau dua jari dengan menekan sepertiga bawah sternum
- Kedalaman ±1/3 diameter antero posterior dada
- Frekuensi 30 ventilasi ditambah 90 kompresi dada ( 1:3 )
- Hitungan satu...dua...tiga...pompa...............dst
 Intubasi Endotracheal
- Dilakukan oleh petugas yang berkompeten
yaitu spesialis anak terlatih, dokter anestesi
atau perawat anestesi, ataupun dokter umum
yang terlatih.
- Indikasi : bila ada mekonium lakukan inubasi lebih
awal, bila VTP tidak menghasilkan perbaikkan
klinis, bila ada
- indikasi khusus seperti bayi sangat prematur,
pemberian surfaktan, dicurigai hernia
diafragmatika
- Letakkan bayi dengan posisi kepala sedikit
ekstensi
- Stabilkan kepala bayi dengan tangan kanan.
Oksigen aliran bebas harus diberikan selama
prosedur.
- Masukkan daun laringoskop di atas sebelah kanan
lidah, tekan lidah ke sisi kiri mulut, teurs
masukkan lagi daun laringoskop sampaiujungnya
di valekula, tepat di bawah lidah.
- Angkat daun sedikit, mengangkat lidah sehingga tidak
menghalangi pandangan untuk memvisualisasikan daerah
faring. Pada waktu mengangkat daun, naikkan seluruh daun
dengan menekan ke atas searah dengan pegangan
laringoskop.
- Visualisasikan glottis dengan memberikan tekanan ke bawah
pada krikoid
- Masukkan pipa endoktrakheal dengan ukuran yang sesuai
menggunakan tangan kanan lewat sisi kanan mulut.
- Fiksasi pipa ET dengan tangan kanan, dan keluarkan
laringoskop dengan tangan kiri.
- Lakukan prosedur tersebut dalam 20 detik saja, bila dalam 20
detik pipa endoktrakheal belum berhasil dimasukkan, lakukan
vetilasi dengan balon dan sungkup sampai keadaan bayi stabil
dan lanjutkan memasang pipa ET kembali
 Evaluasi
- Setelah minimal 45-60 detik kompresi dada, evaluasi
frekuensi jantung, pernapasan dan saturasi oksigen
- Bila frekuensi jantung <60 dpm, apnu pertimbangkan untuk
melangkah ke blok D

e. Blok D ( Drug )
Indikasi :
- Denyut jantung tetap < 60 kali/menit setelah dilakukan VTP
selama 30 detik dilanjutkan kompresi dada bersama VTP
selama 30 detik.
Cara pemberian
1. Dapat diberikan melalui pipa ET dan vena umbilikalis
2. Melalui pipa ET, suntikkan epinefrin langsung melalui pipa
ET, kemudian didorong ke paru-paru dengan melakukan
VTP.untuk dosis 0,5 – 1 mL/kg
3. Melalui v. umbilikalis:
o Pasang tali umbilical secara longgar di sekitar dasar tali
pusat.
o Isi kateter 3,5F/5F dengan salin normal
o Potong tali pusat secara steril dengan skalpel di bawah
klem 1- 2 cm di atas garis kulit
o Masukkan kateter ke v. umbilikalis dengan arah ke atas
menuju ke jantung, sedalam 2-4 cm sampai darah
mengalir.
o Suntikkan epinefrin sesuai dosis (0,1 – 0,3 ml/kg BB
larutan 1:10.000, kemudian diikuti injeksi salin normal
0,5-1 ml
o Bila dalam 30 detik denyut jantung tidak meningkat > 60
kali/menit, ulangi pemberian setiap 3 sampai 5 menit
o Bila bayi tampak lemah dan ada bukti ada perdarahan,
pikirkan kemungkinan hipovolemia dan asidosis metabolik

f. Penanganan hipovolemia akut


1. Cairan yang direkomendasikan adalah cairan kristaloid
isotonik (salin normal, ringer laktat, darah golongan O) dan
pemberian paling mudah melalui vena umbilikalis (boleh
diberikan secara intra osseus)
2. Berikan dosis awal 10 ml/kg BB, bila belum ada perbaikan
ulangi pemberian 10 ml/kg BB
g. Penanganan asidosis metabolik
1. Pemberian natrium bikarbonat terlalu awal berbahaya. Jangan
berikan natrium bikarbonat, sebelum dilakukan ventilasi yang
adekuat pada paru-paru.
2. Setelah semua langkah resusitasi dilakukan dan belum ada
perbaikan, berikan natrium bikarbonat dengan dosis 2 mEq/kg
BB (4 ml/kg BB larutan 4,2%)
3. Cara pemberian: melalui v. umbilikalis aliran darahnya baik,
diberikan secara lambat (tidak lebih dari yang 1
mEq/kg/menit)
h. Menilai frekuensi jantung, pernapasan dan saturasi oksigen
setiap 30 detik selama resusitasi dilakukan
i. Selanjutnya lihat algoritma resusitasi
j. Merencanakan perawatan pasca resusitasi ( lihat protap
manejemen pasca resusitasi )
- Lanjutkan evaluasi dan monitoring
- Bayi tidak langsung rawat gabung
Komunikasi secara efektifdengan orangtua bayi
PEMBERIAN NUTRISI PADA BBLR
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Jl. Jenderal Sudirman


KM.2 – Email.
rsu.indah@yahoo.com –
Telp. (0765) 552008 – Bagan
Batu - RIAU

PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan


Direktur

Dr.Fredy Sukamto
Pengertian Pemberian nutrisi pada BBLR adalah memberikan asupan nutrisi yaitu
ASI yang sesuai dengan BB dan usia Pada bayi BBLR
Pemberian nutrisi dibedakan sesuai kondisi bayi yaitu sehat dan sakit
Tujuan - Mempertahankan BB pada BBLR
- Memberikan nutrisi yang tepat sesuai umur dan kondisi bayi.
Kebijakan - Dilakukan pada semua bayi BBLR
- Dilakukan oleh Sp.A, Dokter Umum/ bidan/perawat yang terlatih
Manajemen BBLR
Prosedur 1. ASI merupakan pilihan utama
2. Apabila bayi mendapatkan ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang
cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai
kemampuan bayi mengisap
3. Frekuensi pemberian :
- BB 1000g – 1500g : 10-12X pemberian
- BB 1500g – 2000g : 8 – 10 X pemberian
4. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik
20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2x/minggu
5. Jumlah cairan dan ASI serta cara pemberiannya :

Table 1. Jumlah cairan yang dibutuhkan bayi (ml/kg)


Umur ( hari )
Berat
1 2 3 4 5+
>1500g 60 80 100 120 150
<1500g 80 100 120 140 150
 Bayi sehat : langsung menyusu pada ibu bila reflek isap baik,
bila reflek isap kurang bagus maka ASI bisa diperas dan
diberikan dengan salah satu alternative cara pemberian minum

Table 2. Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit berat 1750 –
2500g
Umur ( hari )
Pemberian
1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan IV ( tetes
5 4 3 2 1 0 0
mikro/menit )
Jumlah ASI tiap 3 jam (
0 6 14 22 30 35 38
ml/kali )
 Cara pemberian minum dengan ASI peras melalui pipa
lambung. Apabila bayi sudah stabil dan reflek hisap sudah kuat
maka bayi bisa langsung menyusu.

Table 3. Jumlah ASI untuk bayi sehat berat 1500 -1749g


Umur ( hari )
Pemberian
1 2 3 4 5 6 7
Jumlah ASI tiap 3 jam ( 12 18 22 26 30 33 35
ml/kali )
 Cara pemberian minum : ASI bisa diperas dan diberikan dengan
cara cangkir/sendok. Bila resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (
tersedak atau batuk ), berikan minum dengan pipa lambung.
 Bila bayi telah dapat minum dengan baik maka bisa langsung
menyusu
Table 4. Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit berat 1500 –
1749g.
Umur ( hari )
Pemberian
1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan IV ( tetes
4 4 3 2 2 0 0
mikro/menit )
Jumlah ASI tiap 3 jam (
0 6 13 20 24 33 35
ml/kali )
 Cara pemberian minum : gunakan pipa lambung sampai bayi
menunjukkan kondisi stabil dan reflek hisap dan telan berfungsi
dengan baik.

Table 5. Jumlah ASI untuk bayi sehat berat 1250 -1499g


Umur ( hari )
Pemberian
1 2 3 4 5 6 7
Jumlah ASI tiap 3 jam ( 10 15 18 22 26 28 30
ml/kali )
 Cara pemberian minum : ASI peras melalui pipa lambung,
kemudian lanjut dengan cangkir/sendok. Bia reflek hisap dan
telan baik bisa langsung menyusu.

Table 6. Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit berat 1250 –
1499g.
Umur ( hari )
Pemberian
1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan IV ( tetes
3 3 3 2 2 0 0
mikro/menit )
Jumlah ASI tiap 3 jam (
0 6 9 16 20 28 30
ml/kali )
 Cara pemberian minum : ASI peras dengan pipa lambung sampai
kondisi stabil minum membaik dilanjut dengan cangkir atau
sendok, atau menyusu langsung.

Table 7. Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit berat


<1250g
Umur ( hari )
Pemberian
1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan IV ( tetes
4 4 3 3 2 2 0
mikro/menit )
Jumlah ASI tiap 3 jam (
0 0 3 5 8 11 15
ml/kali )
 Cara pemberian minum : tidak tergantung kondisi beri ASI peras
dengan pipa lambung mulai hari ketiga

Unit terkait R. PERINATOLOGI


MEMERAS ASI
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Jl. Jenderal Sudirman


KM.2 – Email.
rsu.indah@yahoo.com –
Telp. (0765) 552008 – Bagan
Batu - RIAU

PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan


Direktur

Dr.Fredy Sukamto
PENGERTIAN Memeras ASI adalah suatu cara menyiapkan nutrisi untuk menyukupi
kebutuhan nutrisi pada bayi yang mengalami masalah/gangguan minum,
seperti BBLR sakit ( hipotermia, gangguan napas, hiperbilirubinemia ),
bayi dengan kelainan congenital ( labio palatoskizis)
Tujuan - Mencegah tersedak atau aspirasi
- Memenuhi kebutuhan kalori/ nutrisi pada bayi khususnya BBLR
sakit
Kebijakan Untuk ibu yang memilki bayi BBLR/BBLSR sakit atau kelainan
congenital
Prosedur 1. Persiapan Ibu
- ASI sudah keluar
- Psikis ibu
- Personel higien
- Mencuci tangan
2. Persiapan perawat
- Cuci tangan
- Memakai APD
3. Persiapan ruang
- Ruang bersih
- Privasi tercukupi
- Bila kurang privasi bisa menggunakan ruang laktasi
4. Persiapan alat
- Breastpump ( bila tersedia )
- Botol steril
- Waslap
- Waskom air hangat
- Handuk kecil
5. Cara memeras
- Siapkan ruang dengan privacy yang terjaga
- Ibu menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan
- Ibu dan perawat mencuci tangan dengan 6 langkah
- Bersama memulai kegiatan dengan membaca basmalah
- Basuh payudara sampai putting susu ibu dengan waslap yang telah
dibasahi dengan air hangat, sambil bersihkan putting susu ibu serta
beri pijatan ringan pada daerah yang terjadi bendungan ASI
- Setelah dirasa bersih keringkan dengan handuk kering
- Tempelkan breastpump dan mulai memeras ASI tamping di botol
steri sampai jumlah yang diinginkan.
- Bila tidak terdapat fasilitas breastpump lakukan secara manual
yaitu ajarkan ibu memeras dari bagian luar atas dan bawah dari
uting susu menuju ke putting susu sampai ASI keluar. Tamping
ASI dalam botol steril.
- Bila jumlah yang dibutuhkan telah terpenuhi segera tutup botol
yang berisi ASI tersebut lalu berikan pada bayi sesuai kondisi dan
umur bayi.
- Basuh payudara dengan waslap basah untuk membersihkan sisa
ASI yang menempel
- Bila tidak langsung diberikan simpan dalam freezer
- Anjurkan ibu untuk memeras ASI tiap 4-5 jam
- Bersihkan peralatan dan ruangan
- Ibu dan perawat mencuci tangan
- Bersama – sama membaca hamdalah
- Beri nama, tanggal dan jam pada botol ASI untuk mengetahui
masa basinya

Unit terkait R. Perinatologi, R. Maternal


MENYIAPKAN ASI
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Jl. Jenderal Sudirman


KM.2 – Email.
rsu.indah@yahoo.com –
Telp. (0765) 552008 – Bagan
Batu - RIAU

PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan


Direktur

Dr.Fredy Sukamto
PENGERTIAN Menyiapkan ASI adalah cara yang benar untuk menyiapkan ASI yang
telah di bekukan
Tujuan - Mengetahui masa basi ASI
- Agar protein yang terkandung dalam ASI tidak pecah
Kebijakan - Orang tua
- Dr Sp.A, perawat dan bidan
Prosedur 1. Persiapan Alat
- Waskom berisi air hangat
- Feeding cup/cangkir
2. Persiapan Perawat
- Cuci tangan
- Memakai APD
3. Persiapan Ruangan
- Ruang steril/bersih
4. Cara penyimpanan
- Perawat cuci tangan
- Memakai APD
- Membaca basmalah
- Masukkan ASI peras dalam botol steril
- Masukkan botol yang berisi ASI peras tersebut kedalam freezer
- ASI mampu bertahan bila :
Tempat Tahan Masa basi
ASI peras langsung 6 jam -
diberikan
Freezer satu pintu 3 – 4 bulan Setelah di
cairkan/dihangatkan
tahan 4 jam, sisa
buang
Lemari es/ 3 – 4 hari Setelah
pendingin dicairkan/hangatkan
tahan 4 jam

5. Prosedur penyiapan
- ASI yang dikeluarkan dari freezer atau lemari pendingin, bila
tidak beku tuang dalam wadah secukupnya
- Lalu bersama wadah tersebut rendam dalam Waskom air hangat
- Berikan pada bayi sesuai kebutuhan dan kondisi bayi, serta
menggunakan alternative cara pemberian minum
- Bila sisa ASI harus dibuang
- Bersihkan peralatan
- Melepas APD
- Cuci tangan
- Membaca hamdalah
- Tulis pada lembar status rekam medis bayi
Unit terkait R. PERINATOLOGI
PEMBERIAN SUSU FORMULA
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Jl. Jenderal Sudirman


KM.2 – Email.
rsu.indah@yahoo.com –
Telp. (0765) 552008 –
Bagan Batu - RIAU
PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur

Dr.Fredy Sukamto
Pengertian Melakukan pemberian cairan berupa susu buatan kepada bayi.
Susu formula diberikan atas indikasi :
 ASI >2 x 24jam belum keluar
 Ibu mengalami gangguan kesehatan pasca persalinan, seperti ibu
eklampsia, HPP dengan anemia berat, ibu koma
 Ibu menderita sakit berat sehingga tidak bisa merawat bayi, seperti Ca
Mamae
 Ibu meninggal
 Bayi premature sakit yang perlu perawatan
 Bayi belum BAK > 24 jam
 Bayi setelah 24 jam febris
Tujuan • Untuk mencegah terjadinya dehidrasi pada bayi.
• Agar pemberian cairan dapat terkontrol.
• Agar tidak ada keluhan dari orang tua dan keluarga.
• Agar tindakan dapat dilakukan dengan baik dan benar.
Kebijakan - Mengacu pada standar operasional asuhan kebidanan dan
keperawatan.
- Kebijakan rumah sakit
Prosedur 1. Persiapan alat :
- Cangkir susu yang sudah disterilkan
- Sendok kecil
- Tissue
2. Persiapan bayi :
- Orang tua dan keluarga diberitahu maksud dan tujuan dilakukan
tindakan
- Orang tua dan keluarga dijelaskan tentang langkah langkah
tindakan yang akan dilakukan.
3. Pelaksanaan
- Petugas mencuci tangan dan mengeringkan dengan menggunakan
tissue.
- Setelah botol susu dilakukan pemrosesan alat,botol susu diisi
kembali dengan susu baru yang dilarutkan.
- Jika akan diberikan kepada bayi berikan dengan menggunakan
botol pengukur sesuai dengan takaran yang dibutuhkan oleh bayi.
- Kemudian susu dipindahkan kedalam cangkir dan diberikan
kepada bayi dengan menggunakan cawan..
- Beri alas tissue dibawah leher bayi.
- Masukkan kedalam mulut bayi secara perlahan-lahan disesuaikan
dengan penghisapan bayi.
- Tunggu hingga susu tertelan seluruhnya sampai habis yang
berada dimulut bayi.
- Setelah selesai Bayi diangkat untuk dilakukan penepukan pada
punggung bayi secara perlahan-lahan selama 5 menit agar bayi
bersendawa.
- Selama pemberian pasi lakukan observasi terhadap bayi.
- Hentikan pemberian pasi bila :
- Reflek hisap lemah.
 Bayi muntah.
 Bayi kembung.

 Bayi tidak dapat BAB dalam 24 jam.


- Selesai memberikan minum tulis pada status bayi jumlah susu
yang masuk atau yang sudah dihabiskan oleh bayi.
- Untuk pemberian disesuaikan dengan lembar pemberian minum
pada bayi
Unit terkait R. PERINATOLOGI
TERAPI OKSIGEN
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Jl. Jenderal Sudirman KM.2


– Email.
rsu.indah@yahoo.com –
Telp. (0765) 552008 – Bagan
Batu - RIAU

PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan


Direktur

Dr.Fredy Sukamto
PENGERTIAN Terapi oksigen adalah penambahan tekanan partial oksigen pada udara
inspirasi, dimana suplemen oksigen sangat diperlukan oleh bayi dengan
masalah pernapasan
Indikasi Terapi Oksigen :
- Gangguan napas yang berasal dari penyakit paru atau diluar paru
- Apnea pada premature
- Meresorpsi pneumothorak pada Bayi Cukup Bulan
- Hiperoksia tes
Terapi Oksigen :
- Aliran Intermitten
- Aliran Kontinyu, ada 2 yaitu :
1. Aliran tinggi “ High Flow “ : aliran > 3 liter/ menit
2. Aliran rendah “ Low Flow “ : aliran < 3 liter/menit

TUJUAN - Mencegah atau menghilangkan hipoksia jaringan


- Mengurangi kerja otot pernapasan
- Mengurangi kerja otot jantung
KEBIJAKAN Sesuai indikasi
PROSEDUR 1. Cek Perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan :
 Sumber oksigen
 Alat yang dipakai untuk pemberian oksigen :
a. Non invasive :
- Enclosure : incubator dan sungkup ( head box )
- Masker
- Menaruh sumber oksigen di dekat wajah bayi
b. Semi invasive :
- Kanula nasal
- Kanula binasal
- Kateter nasoparing
2. Beri aliran dan alat yang dipakai sesuai kondisi bayi dan penyakit
bayi
3. Weaning oksigen bila :
- Cyanosis hilang
- Saturasi oksigen 88-93%
- Tidak ada grunting, retraksi intercosta, Nafas cuping hidung
4. Turunkan konsentrasi dan aliran sesuai kondisi bayi
5. Pantau terus saturasi oksigen, vitalsign, kondisi bayi dan scoredown
bayi
UNIT TERKAIT R. PERINATOLOGI
PEDOMAN PEMBERIAN CAIRAN PADA BBLR
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Jl. Jenderal Sudirman KM.2


– Email.
rsu.indah@yahoo.com –
Telp. (0765) 552008 – Bagan
Batu - RIAU

PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan


Direktur

Dr.Fredy Sukamto
PENGERTIAN Pemberan cairan adalah penatalaksanaan pemberian cairan melalui IV
line sesuai kebutuhan dan kondisi bayi
TUJUAN - Mencegah dehidrasi dan edematous pada bayi
- Untuk pemenuhan elektrolit dan mineral
- Pemenuhan kalori / glukosa
KEBIJAKAN Sesuai indikasi dan kondisi bayi
PROSEDUR 1. Pantau kondisi bayi
2. Pasang IV line
3. Lakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui kebutuhan cairan
dan elektrolit yang diperlukan
4. Glukosa / kalori :
- BB < 1500gram
Hari 1 : pasang Infus D5%
Hari 3 : pasang Infus D51/4NS atau KaEN 4B
- BB >1500gram
Hari 1 : pasang Infus D10%
Hari 3 : pasang Infus D51/4NS atau KaEN 4B
- Pantau kadar glukosa
5. Natrium :
- Pertahankan Na : 135 -145 mEq/l
6. Kalium :
- Pertahankan K : 3.5 – 5 mEq/l
7. Pastikan pemberian cairan dan elektrolit sesuai BB dan umur bayi
8. Gunakan infuse pump untuk pemantauan tetesan
9. Lakukan penurunan pemberian cairan bila kondisi bayi stabil, tidak
gangguan nafas dan bayi sudah mulai minum banyak
10. Periksa elektrolit sesuai kondisi dan kebutuhan
11. Dokumentasikan pada lembar pemberian cairan
UNIT TERKAIT , R. PERINATOLOGI
ALGORITMA RESUSITASI NEONATUS

Yang tetap
Cukup bulan? bersama ibu

Bernapas atau menangis?


Perawatan rutin :
Lahir

I Tonus baik?  Berikan kehangatan


I  Bersihkan jalan napas
 Keringkan
I
Tidak  Evaluasi
I

I Hangatkan, bersihkan jalan napas bila


I perlu,keringkan, rangsang Tidak
I

I Tidak
Fj dibawah 100 dpm, Sulit bernapas atau
30 detik megap-megap, atau apnu sianosis menetap?
I

I Ya Ya
I
VTP, monitor Spo Bersihkan jalan napas monitor Spo2
I

60 detik (VTP20-30/30 dtk) Pertimbangkan CPAP

Tidak
Fj di bawah 100dpm?

Ya

Lakukan langkah koreksi Perawatan pasca


ventilasi resusitasi

Tidak
Fj di bawah 60dpm?

Ya Target Spo2
Pertimbangkan intubasi kompresi 1 menit 60%-65%
dada kordinasikan dengan VTP
2menit 65%-70%

3 menit 70%-75%

Lakukan langkah 4 menit 75%-80%


Fj di bawah 60dpm?
koreksi ventilasi
5 menit 80%-85%
Intubasi bila dada
Ya 10 menit 85%-95%
tak berkembang

Epinefrin IV
Pertimbangkan

 Hipovolemia
 pneumotoraks

sumber : AHA, 2012


IKTERUS NEONATORUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Jl. Jenderal Sudirman KM.2


– Email.
rsu.indah@yahoo.com –
Telp. (0765) 552008 – Bagan
Batu - RIAU

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur
Prosedur Tetap

Dr.Fredy Sukamto
Pengertian Ikterus neonatorum adalah diskolorisasi pada kulit atau organ lain
akibat penumpukan bilirubin. Keadaan ini disebabkan oleh produksi
bilirubia yang berlebih, ekskresi berkurang atau campuran antara
keduanya.
Tujuan Mengatasi ikterus neonatorum pada neonatusmenurut penyebabnya
dengan segera
Kebijakan Menangani semua kasus ikterus pada neonatus menurut penyebabnya
dan dilakukan berdasar ilmu kedokteran berbasis bukti.
Prosedur Manajemen awal
1. Mulai dengan terapi sinar
2. Ambil sampel darah bayi untuk pemeriksaan kada bilirubin
- Tentukan apakah bayi memiliki salah satu factor risiko (lahir <
2500 gram atau umur kehamilan < 37 minggu, hemolisis atau
sepsis)
- Bila kadar bilirubin serum di bawah kadar yang memerlukan
terapi sinar, (lihat table indikasi terapi sinar) hentikan terapi
sinar.
- Bila kadar bilirubin serum sesuai atau diatas kadar yang
memerlukan terapi sinar, lanjutkan terapi sinar
3. Bila ada riwayat ikterus hemolisis, atau inkompatibilitas factor Rh
atau golongan darah ABO pada kelahiran sebelumnya :
- Ambil sampel darah bayi dan ibu dan periksa kadar
haemoglobin, golongan darah bayi dan tes Coombs.
- Bila faktor Rh & golongan darah ABO bukan merupakan
penyebab dari hemolisis, atau bila ada riwayat keluarga definisi
G6PD, lakukan pemeriksaan G6PD
- Rencanakan tindak lanjut untuk jangka panjang karena risiko
masalah perkembangan bayi
Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal

TABEL Terapi Ikterus berdasarkan kadar bilirubin serum


Terapi sinar Transfusi tukara
Usia Bayi Sehat Faktor Risiko Bayi Sehat Faktor Risiko
Mg/dl mol/l Mg/dl mol/l Mg/dl mol/l Mg/dl mol/l
Hari 1 Setiap ikterus yang terlihatb 15 260 13 220
Hari 2 15 260 13 220 19 330 15 260
Hari 3 18 310 16 270 30 510 20 340
Hari 4
20 340 18 290 30 510 20 340
Dst
a Lihat Prosedur Transfusi Tukar
b. Ikterus yang terlihat pada tubuh pada ari 1 kehidupan perlu diteri dengan terapi sinar sesegera
mungkin. Jangan menunda terapi sinar sampai diperoleh hasil pemeriksaan kadar bilirubin
TABEL Diagnosis banding ikterus
Temuana
Riwayat Pemeriksaan Penyelidikan atau diagnosis Diagnosis
lain yang diketahui yang
mungkin
 Ikterus tidak timbul  Ikterus berat  Hb < 13 g/dl (Ht < 40%)  Ikterus
saat lahir, tapi  Pucat  Tes Coombs (+) hemolitik
timbul < 24 jam  Edema  Inkompatibilitas Golongan
 Pucat saat lahir menyeluruh Darah ABO atau Faktor
 Faktor Rh atau  Bayi laki-laki Rinesus antara ibu dan bayi
inkompatibilitas (penemuan  Pemeriksaan G6PD (+)
golongan daah ABO pendukung
pada kelahiran hanya untuk
sebelumnya defisiensi G6PD
 Riwayat defisiensi   
G6PD, ikterus,
anemia, pembesaran
hati dan limpa
Waktu timbul 2-5 hari  Ikterus berat Ikterus pada
 Bayi kecil prematuritas
(kurang dari
2500 gram saat
kelahiran, atau
lahir sebelum 37
minggu
kehamilan)
Waktu timbul 2-7 hari  Serious Sepsis Ikterus yang
Jaundice berkaitan
dengan sepsis
 Waktu timbul  Serious Tes Coombs (+) Bilirubin
ikterus hari ke-2 Jaundice ensefalopati
atau lebih cepat  Kejang (kernikterus)
 Waktu timbul  Opistotonus
ensefalopati hari 3-7
 Diagnosis akhir dan
terapi serious
jaundice
* Diagnosis pada lajur sebelah kanan tidak dapat dilakukan bila daftar temuan yang dicetak
tebal tidak ada. Temuan yang ada tidak menjamin diagnosis. Diagnosis dapat ditegukkan bila
ditemukan daftar temuan yang digaris bawah. Temuan yang lain hanya merupakan pendukung
untuk menegakkan diagnosis, tapi bila tidak ditemukan belum tentu menyingkirkan diagnosis
ini.
PENANGANAN HIPERTERMIA PADA NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Jl. Jenderal Sudirman


KM.2 – Email.
rsu.indah@yahoo.com –
Telp. (0765) 552008 –
Bagan Batu - RIAU

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur
Prosedur Tetap
Dr.Fredy Sukamto
Pengertian Hipertermia adalah suhu tubuh lebih dari 37,50C
Tujuan a. Mencegah dan mengatasi hipertermia pada neonatus
b. Menstabilkan termoregulasi pada bayi
Kebijakan Hipertermia pada neonatus ditangani dengan cara ilmu kedokteran
mutakhir dan berbasis bukti
Prosedur Bila suhu diduga karena paparan panas yang berlebihan:
1. Bila bayi tidak pernah diletakkan di dalam alat penghangat:
 Letakkan bayi di dalam suhu lingkungan yang normal (25-280C)
 Lepaskan sebagian atau seluruh pakaiannya bila perlu
 Periksa suhu aksiler setiap jam sampai dicapai suhu dalam batas
normal
 Bila suhu sangat tinggi (> 390C), bayi di kompres atau dimandikan
selama 10 sampai 15 menit dalam air yang suhunya 40C lebih
rendah dari suhu tubuh bayi. Jangan menggunakan air dingin
atau air yang suhunya lebih rendah dari 40C dibawah suhu bayi.
2. Bila bayi pernah diletakkan di bawah pemancar panas atau inkubator;
 Kurangi pengatur suhu alat penghangat. Bila bayi di dalam
inkubator, buka inkubator sampai suhu dalam batas normal;
3. Lepas sebagian atau seluruh pakaian bayi selama 10 menit kemudian
beri pakaian lagi sesuai dengan alat penghangat yang digunakan
4. Periksa suhu bayi setiap jam sampai suhu dalam batas normal
5. Periksa suhu inkubator atau pemancar panas setiap jam dan sesuaikan
pengatur suhu
Bila bukan karena paparan panas yang berlebihan:
1. Terapi untuk Kemungkinan besar Sepsis;
2. Letakkan bayi di lingkungan suhu normal (25 – 280C);
3. Lepas pakaian bayi sebagian atau selutuhnya bila perlu;
4. Periksa suhu bayi setiap jam sampai dicapai suhu tubuh dalam batas
normal.
5. Bila suhu sangat tinggi (lebih dari 390C), bayi di kompres atau
dimandikan selama 10-15 menit dalam air yang suhunya 40C lebih
rendah dari suhu tubuh bayi. Jangan menggunakan air dingin atau air
yang suhunya lebih rendah dari 4oC dibawah suhu bayi.
Manajemen lanjutan suhu lebih dari 37,5oC
1. Yakinkan Bayi mendapat cukup cairan atau minuman:
 Anjur ibu untuk menyusi bayinya. Bila bayi tidak dapat disusui,
beri ASI peras dan gunakan cara alternatif pemberian minum.
 Bila terdapat tanda dehidrasi (mata atau ubun ubun besar cekung,
elastisitas kulit berkurang, lidah dan membrane mukosa kering),
tangani untuk dehidrasi
1. Periksa kadar glokuso darah, bila < 45 mg/dl (2.6 mmol/l), tangani
untuk hipoglikemia
TABEL Klasifikasi Suhu tubuh abnormal
Temuana
Riwayat Pemeriksaan Klarifikasi
 Bayi terpapar dengan  Suhu tubuh 32oC – 36,4oC Hipotermia
suhu lingkungan yang  Gangguan napas sedang
rendah  Denyut jantung kurang dari 100 kali per
 Waktu timbulnya menit
kurang dari 2 hari  Malas minum
 Letargi
 Bayi terpapar dengan  Suhu tubuh kurang dari 32oC Hipotermia berat
suhu lingkungan yang  Tanda lain Hipotermia sedang
rendah  Kulit teraba keras
 Waktu timbulnya  Napas pelan dan dalam
kurang dari 2 hari
 Tidak terpapah dengan  Suhu tubuh berfluktuasi antara 36oC – 39oC Suhu tubuh tidak
dinin atau panas yang  Sedang berada di suhu lingkungan stabil stabil (lihat
berlebihan  Fluktuasi terjadi sesudah periode suhu stabil dugaan sepsis)
 Bayi berada di  Suhu tubuh lebih dari 37,5oC Hipertermia
lingkungan yang sangat  Suhu tubuh lebih dari 37,5oC
panas, terpapar dengan  Tanda dehidrasi (elastisitas kulit berkurang,
matahari, berada di mata dan ubun-ubun besar cekung, lidah
dalam inkubator, atau dan membrane mukosa kering)
pemancar panas  Malas minum
 Frekuensi napas lebih dari 60 kali per menit
 Denyut jantung lebih dari 160 kali per menit
 Letargi
 Iritabel
MANAJEMEN PASCA RESUSITASI BAYI ASFIKSIA
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Jl. Jenderal Sudirman KM.2


– Email.
rsu.indah@yahoo.com –
Telp. (0765) 552008 – Bagan
Batu - RIAU
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap

Dr.Fredy Sukamto
Pengertian Bayi dengan asfiksia yang telah dilakukan resusitasi memerlukan
perawatan suportif dan berkelanjutan, pengawasan dan evaluasi
diagnostic yang sesuai. Bayi yang memerlukan resusitasi berisiko
membutuk setelah tanda-tanda vitalnya kembali normal. Program
resusitasi pada bayi baru lahir mengacu pada 3 tahap perawatan pasca
resusitasi barkut ini perawatan rutin, suporitif dan berkelanjutan.
Tujuan Mengelola bayi asfiksia pasca-resusitasi
Kebijakan Bayi dengan asfiksia yang telah dilakukan resusitasi memerlukan
perawatan suportif dan berkelanjutan, pengawasan dan evaluasi
keadaan klinis bayi.
Prosedur 1. Bayi masuk keruang Perinatologi untuk observasi selanjutnya
2. Pantau vital sign seperti respirasi rate, frekuensi jantung, suhu dan
saturasi oksigen
3. Bila terjadi kejang karena hipoksi lakukan penanganan kejang (
lihat SOP Penanganan Kejang)
4. Pantau kadar gula darah untuk menganisipasi hipoglikemia ( lihat
SOP Penangana Hipoglikemia )
5. Bila terjadi apnu ulangan lakukan penatalaksanaan apnu ( lihat
SOP Apnea )
6. Jaga bayi agar tetap hangat : letakkan bayi di incubator.
7. Beri nutrisi bila kondisi bayi sudah stabil
Unit terkait Instalasi Maternal-Perinatal

Anda mungkin juga menyukai