Bab 8 Klasifikasi Massa Batuan
Bab 8 Klasifikasi Massa Batuan
8.2 Pendahuluan
Klasifikasi masa batuan dibuat agar terjadi komunikasi yang baik antara
engineering geologist, miner maupun mine designer maka perlu adanya satu
bahasa yang bisa dimengerti oleh semua pihak. Satu bahasa ini dikenal sebagai
klasifikasi batuan, tetapi yang paling sering dipakai adalah RMR, Q-system dan
Laubscher system. Dengan adanya klasifikasi batuan ini maka data-data dari
engineering geologist dapat dimanfaatkan semaksimum mungkin oleh mine
designer dan miner dapat mengantisipasi kondisi tambangnyan akan dihadapi.
Klasifikasi masa batuan merupakan suatu metode dengan beberapa
parameter, dimana keluarannya berupa pengelompokan batuan dengan kondisi
yang relative sama. Hal ini dilakukan mengingat kondisi batuan yang sangat
beragam (heterogen), sehingga untuk dapat menyelesaikannya perlu dibuat suatu
kelas-kelas massa batuan untuk menentukan kondisi batuan yang memiliki
karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan pengelompokannya.
Data-data yang dikumpulkan engineering geologist harus dapat
dipresentasikan dalam suatu system tertentu sehingga dapat dimengerti oleh
mine planner ataupun pengguna lainnya yang berhubungan dengan batuan.
Klasifikasi batuan ini dapat digunakan untuk menentukan kestabilan tambang
terbuka.
C. Spacing Of Discountinous
Bidang lemah dalam istilah geologi bisa berupa sesar (fault), kekar (joint) dan
Lipatan (Bedding) yang harus menerus. Kemenerusan joint mempunyai
panjang lebih besar dari bukaan atau lebih panjang dari 3 m. Bisa juga
dikatakan menerus jika kurang dari 3m tetapi dipisah oleh joint lain.
RMR menentukan rating berdasarkan jarak antar joint yang paling dominant
(Goodman, 1989). Batas terbesar dari jarak antar joint yang dipakai dalam
RMR yaitu > 2 m dengan rating 20, sedangkan batas terendah < 60 mm
dengan rating 5.
Pengukuran di lapangan harus representative terhadap daerah yang akan
diteliti. Keterdapatan di alam biasanya terdiri dari beberapa set joint, sehingga
agak sulit dalam menentukan jarak antar joint. Jika hal ini terjadi maka diambil
kondisi yang paling dominant atau beberapa model joint tersebut tetap diukur
jaraknya dan dirata-ratakan.
D. Condition Of Discountinous
Kondisi bidang lemah mempunyai peranan yang penting dari suatu masa
batuan di lokasi tambang. Kondisi bidang lemah dalam RMR digambarkan
dengan sifat permukaan, kemenerusan dan separasi dari bidang lemah,
keterlapukan dari bidang lemah itu sendiri serta pengisinya.
Kondisi bidang lemah sangat dipengaruh oleh batuan pembentuk asal. Batuan
yang masih segar biasanya sangat baik, dengan sifat permukaan yang sangat
kasar, joint tidak menerus dan tidak ada separasi dan belum terlapukkan
sama sekali.
E. Ground Water
Air tanah mempunyai pengaruh yang besar pada kelakukan masa batuan.
Adanya air yang mengisi joint akan meningkatkan tekanan hidrostatis
sehingga mempengaruhi desain tambang. Dengan demikian kondisi air tanah
harus dideskripsikan dengan benar.
Penentuan rating pada RMR system dilakukan dengan beberapa cara antara
lain dengan melihat aliran per 10 m panjang tunnel, tekanan air yang terdapat
pada joint dan kondisi umum dari suatu massa batuan.
Tabel 8.2
Joint Adjusment Rating for Joints (Romana 1980)
Tabel 8.3
Joint Adjusment Rating for Method of Excavation Slope
Tabel 8.5
Tentative Description of SMR Classes (Romana 1985)
Tabel 8.6
Bobot Numerik Maksimum untuk Parameter Klasifikasi RMS (Selby,1980)
Batuan utuh 20 18 14 10 5
Pelapukan 10 9 7 5 3
Jarak kekar 30 28 21 15 8
Orientasi Kekar 20 18 14 9 5
Lebar kekar 7 6 5 4 2
Kemenerusan 7 6 5 4 1
kekar
Aliran air tanah 6 5 4 3 1
Sangat Kuat Sedang Lemah Sangat
kuat lemah
Bobot total 100-91 90- 70-51 50-26 <26
71
Dengan menggunakan batasan bahwa RMR lebih besar dari 20 dan tinggi
lebih dari 20 m, Hall (1985) memberikan persamaan untuk menduga kemantapan
sudut lereng penggalian untuk jalur kereta api di Afrika Selatan.
Sudut lereng = 0.65 RMR + 25
Menurut Roberts (1988) bila RMR lebih besar dari 40, kemantapan lereng
akan dikontrol oleh orientasi dan kekuatan bidang kontak kekar. Sedangkan bila
RMR lebih kecil daripada 30, kelongsoran dapat terjadi pada sembarang orientasi
kekar.
Orr (1992) menggunakan hubungan RMR dan RMS untuk membuat grafik
RMR dengan sudut lereng yang mantap. Selanjutnya dia membuat persamaan
sudut lereng mantap sebagai fungsi dari RMR, pada kondisi antara 20 dan 80.
Table 8.7
Bobot dan Klasifikasi Geomorphic Rock Mass Strength (Selby,1980)
Kelas 1 2 3 4 5
Parameter Sangat kuat Kuat Sedang Lemah Sangat lemah
Kekuatan 100-60 60-50 50-40 40-35 35-10
batuan utuh r : 20 r : 18 r : 14 r : 10 r:5
Schmidt
Hammer
Pelapukan Tak lapuk Agak lapuk Lapuk Sangat lapuk Total lapuk
r : 10 r:9 r:7 r:5 r:3
Jarak kekar >3m 3-1 m 1-0,3 m 300-500 mm < 50 mm
r : 30 r : 28 r : 21 r : 15 r:8
Orientasi Sangat Menguntungkan Sedang, Tak Sangat tak
kekar menguntungkan miring sedang horizontal, menguntungkan. menguntungkan
curam searah searah lereng hamper Sedang, miring curam tak
lereng, kekar tegak tak searah searah lereng
saling kunci (batu lereng
r : 20 r : 18 keras) r:9 r:5
r : 14
Lebar kekar <0.1 mm 0.1-1 mm 1-5 mm 5-20 mm > 20 mm
r:7 r:6 r:5 r:4 r:2
Kemenerusan Tak ada, Beberapa Menerus Menerus, isian Menerus, isian
Kekar menerus menerus tak ada tipis tebal
r:7 r:6 isian r:4 r:1
r:5
Aliran air Kering Sangat kecil Kecil < 25 Sedang 25-125 Besar > 125
lt/men/m2 lt/men/m2 lt/men/m2
r:6 r:5 r:4 r:3 r:1
Bobot total 100-91 90-71 70-51 50-26 < 26
Tabel 8.8
Deskripsi RMR
RMR Kelas Deskripsi
< 20 V Batuan sangat buruk
21-40 VI Batuan buruk
41-60 III Batuan sedang
61-80 II Batuan baik
> 80 I Batuan sangat baik