Anda di halaman 1dari 53

i

HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal penelitian dengan judul “Gambaran Karakteristik pada Pasien Cedera

Kepala Di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Yogyakarta” ini telah disetujui untuk

diseminarkan pada:

Hari :

Tanggal :

Jam :

Pembimbing I Pembimbing II

Teguh santoso, M.Kep., Ns1 Erika Nurwidiyanti, M.Kep., Ns


NIDN. 05. 210387.02 NIK.
ii

HALAMAN PENGESAHAN

Proposal berjudul “Gambaran Karakteristik pada Pasien Cedera Kepala Di Unit

Gawat Darurat Rumah Sakit JIH Yogyakarta” ini telah disahkan dan disetujui

untuk dilaksanakan, pada:

Hari :

Tanggal :

Jam :

Penguji I
(………………………...)

Penguji II
(………………………...)

Penguji III
(………………………...)

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Sarjana Keperawatan

Dwi Agustiana Sari. S.Kep., Ns., M.Kep


NIK. 42.020885.02
iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya, sehingga peneliti dapat menyeleseikan karya tulis ilmiah
yang berjudul” Gambaran Karakteristik pada Pasien Cedera Kepala Di Unit
Gawat Darurat Rumah Sakit JIH Yogyakarta”, dalam rangka memenuhi
persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana ilmu keperawatan pada STIKES
Guna Bangsa Yogyakarta.
Dalam penyusunan proposal ini, peneliti telah mendapatkan banyak arahan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Teguh santoso, S. Kep., Ns., M. Kep. Selaku pembimbing I yang telah
banyak memberikan bimbingan, saran, dan kritik selama penyusunan
proposal ini.
2. Erika Nurwidiyanti, S. Kep., Ns., M. Kep. Selaku pembimbing II yang telah
banyak memberikan bimbingan, saran dan kritik selama penyusunan proposal
ini.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna. Atas
kekurangan dan kesalahan dalam proposal ini, penulis mohon maaf. Demi
kebaikan proposal ini, penulis mengharapkan semoga proposal ini bermanfaat
bagi semua pihak.

Yogyakarta, 14 februari 2020

Penulis
iv

DAFTAR ISI

Halaman judul................................................................................................... i

Halaman pengesahan........................................................................................ ii

Halaman persembahan ..................................................................................... iii

Kata pengantar ................................................................................................. iv

Daftar isi........................................................................................................... v

Daftar tabel....................................................................................................... vi

Daftar gambar................................................................................................... vii

Daftar lampiran................................................................................................. viii

Daftar singkatan................................................................................................ Ix

Intisari............................................................................................................... x

Abstrak.............................................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.......................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian........................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian......................................................................... 5

E. Keaslian Penelitian......................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 10

A. Tinjauan Teori............................................................................... 12

B. Kerangka teori................................................................................ 36

C. Kerangka konsep penelitian........................................................... 37


v

BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 28

A. Jenis dan rancangan penelitian...................................................... 28

B. Tempat dan waktu penelitian......................................................... 28

C. Populasi dan sampel....................................................................... 28

D. Variabel dn definisioperasional..................................................... 29

E. Instrumen penelitian...................................................................... 29

F. Teknik pengumpulan data.............................................................. 29

G. Uji validitas dan reabilitas............................................................. 30

H. Teknik analisa data........................................................................ 30

I. Rencana jalannya penelitian.......................................................... 32

J. Etika penelitian.............................................................................. 34

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 35
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Colombia University Departement of Neurology tahun 2015, menjelaskan ced

era kepala merupakan salah satu penyebab kecacatan dan kematian yang paling se

ring ditemui pada orang dewasa. Cedera kepala terbagi menjadi cedera kepala ring

an, sedang, dan berat. Contoh dari cedera kepala ringan seperti benjolan (memar),

sedangkan cedera kepala sedang sampai berat biasanya disertai adanya gegar otak,

luka dalam atau terbuka, ada patah tulang di tengkorak, atau ada perdarahan dari

dalam dan terjadinya kerusakan otak. Cedera kepala bisa terjadi dimanapun sepert

i di jalan, di luar rumah ataupun di tempat bekerja. Cedera kepala yang sering dite

mui biasanya akibat dari kecelakaan lalu lintas yang mana hal tersebut menimbulk

an cedera. Salah satunya adalah cedera di bagian kepala yang disebut cedera kepal

a. Cedera kepala adalah cedera yang terjadi di daerah kulit kepala, tulang tengkora

k, otak dan jaringan yang ada dibawahnya serta pembuluh darah yang di kepala

Undang-undang nomor 22 tahun 2009 menerangkan kecelakaan lalu lintas me

rupakan suatu kejadian di jalan yang tidak di perkirakan dan tidak disengaja yang

melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan

adanya korban baik manusia maupun kerugian harta benda. Global Status Report

Safety tahun 2018 menjelaskan lebih dari 90% kecelakaan lalu lintas dapat menga

kibatkan kematian dan kecacatan, Sehingga mortalitas akibat kecelakaan lalu linta

s setiap tahunnya mencapai 1,35 juta dan jumlah morbiditas sebanyak 50 juta.
2

Di Indonesia, Korp lalu lintas (Korlantas) Polri tahun 2018 menyampaikan da

ta kecelakaan lalu lintas yang terjadi di indonesia dalam empat tahun terakhir, jum

lah kecelakaan lalu lintas semakin meningkat. Jumlah kecelakaan lalu lintas tahun

2014 mencapai 88.897 peristiwa, di tahun 2015 mencapai 96.073 peristiwa, kemu

dian terjadi peningkatan di tahun 2016 sekitar 106.591 peristiwa, tetapi di tahun 2

017 jumlah kecelakaan lalu lintas mengalami penurunan menjadi 104.327 peristiw

a, kemudian di tahun 2018 kembali mengalami kenaikan lagi mencapai 107.968 p

eristiwa. Jumlah mortalitas korban akibat kecelakaan lalu lintas sebanyaak 30.000

orang per tahun dan jumlah morbiditasnya sebanyak 20.000 orang per tahun. Daer

ah Istimewa Yogyakarta, Direktoral lalu lintas (Dirlantas) Polda DIY pada tahun 2

018 mencatat terjadi penurunan secara kuantitas angka mortalitas kecelakaan di w

ilayah DIY dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Pada tahun 2016 jumlah mortal

itas mencapai 463 orang. Kemudian pada tahun 2017 mengalami penurunan menc

apai 442 orang. Sementara hingga bulan November 2018 jumlah mortalitas kecela

kaan lalu lintas sekitar 373 korban dan jumlah morbiditasnya sebanyak 23 korban.

Hampir setiap tahun sekitar 1,35 juta orang meninggal karena kecelakaan lalu

lintas. Diantaranya 20 sampai 50 juta lebih orang mengalami cedera tidak fatal, mi

salnya menderita kecacatan. Faktor resiko kecelakaan lalu lintas ini di karenakan

kelalaian manusia, kecepatan mengemudi, pengaruh alkohol, tidak menggunakan

helm, sabuk pengaman, infrastruktur jalan yang tidak aman dan penegakan hukum

lalu lintas yang tidak memadai (WHO, 2018).

World Health Organization (WHO) tahun 2018, menjelaskan karakteristik ce

dera kepala akibat kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab utama kematian teruta
3

ma pada anak-anak dan remaja usia 5-29 tahun dan laki-laki lebih sering terlibat d

alam kecelakaan lalu lintas hampir 73% dari pada perempuan. Kejadian ini di kare

nakan laki-laki lebih sering beraktivitas di luar rumah seperti bekerja. Setelah kor

ban kecelakaan lalu lintas tiba di rumah sakit di kategorikan menurut tingkat kepa

rahanya yaitu cidera kepala ringan dengan kriteria Glasglow Coma Scale (GCS) s

kala 3 sampai 15, cedera kepala sedang dengan kriteria GCS skala 9 sampai 12, da

n cedera kepala berat dengan kriteria GCS skala lebih dari 3 sampai 8 (National H

ealth Service, 2018).

Upaya pemerintah dalam mencegah atau mengurangi jumlah mortalitas dan m

orbiditas akibat kecelakaan lalu lintas dengan program sepuluh strategi yaitu kend

araan motor dibatasi kecepatannya maksimum 30 km/jam pada jalan yang banyak

dilalui pejalan kaki, Blood Alchohol Control (BAC) pada pengemudi kendaraan

maksimal 0,05 gr/dl dan pada pengemudi berusia muda maksimum 0,02 gr/dl, me

ngeluarkan peraturan undang-undang sistem pemakaian helm dan jenis helm sesua

i umur, menetapkan peraturan untuk fasilitas tempat duduk anak-anak, pemakaian

pakaian terang atau ketentuan headlamp atau reflector pada sepeda wajib dinyalak

an pada siang hari, memasang rambu-rambu APILL, bundaran, polisi tidur,

diadakan penerangan lampu jalan, pada orang dewasa mengemudi bertanggung ja

wab untuk jangka waktu yang ditetapkan serta membatasi mengemudi pada mala

m hari, diadakan pelatihan penanganan kegawat daruratan, dan pengawasan

pemakaian helm pada anak-anak (Kemenhub, 2015).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2018 menjelaskan selain

upaya pencegahan kecelakaan lalu lintas ada juga Upaya pencegahan jatuh yang
4

komprehensif dan beragam seperti pencegahan jatuh pada lansia dan anak-anak.

Strategi penceghan pada lansia bias meliputi penyaringan dalam lingkungan hidup

untuk resiko jatuh, intervensi klinis untuk mengidentifikasi faktor resiko seperti

peninjauan dan modifikasi obat, penggunaan pelindung pinggul untuk mereka

yang beresiko jatuh, program kelompok seperti latihan senam Tai chi atau

pelatihan keseimbangan dan kekuatan otot yang dinamis, alat bantu sesuai

kebutuhan untuk mengatasi gangguan fisik dan sensorik. Pencegahan pada anak-

anak seperti intervensi yang efektif merekayasa keamanan peralatan bermain, dan

prodduk furniture, pemasangan pelindungan jendela, dan pendidikan untuk

pelatihan individu, masyarakat dalam perawatan pediatric agar tidak terjadi jatuh.

Dalam penanganan pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas dan evak

uasi ke Rumah sakit tidak dikenakan biaya. Biaya yang ditimbulkan ditanggung ol

eh pemerintah kota Yogyakarta. Biaya tindakan medis dan perawatan di Rumah sa

kit bagi pasien yang tidak mempunyai jaminan kesehatan ditanggung oleh pemeri

ntah kota Yogyakarta yang dibatasi selama 24 jam pertama. Cedera akibat kecelak

aan lalu lintas sangatlah membutuhkan biaya yang besar, sehingga menyebabkan

kerugian ekonomi yang cukup besar baik individu, keluarga dan negara. Terutama

pada kasus kecelakaan lalu lintas Kerugian ini untuk membiayai perawatan dan pr

oduktifitas mereka terutama yang mengalami kematian dan kecacatan. Kecelakaan

lalu lintas lebih dari 90% terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan men

engah (WHO, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Hendro, B., & Sefty, R. (2017) didapatkan has

il penelitian dengan sample sebanyak 38 orang. Cedera kepala akibat kecelakaan l


5

alu lintas paling tinggi di kelompok produktif usia kurang dari 20 tahun sebanyak

17 orang (44,7%), kelompok jenis kelamin laki-laki sebanyak 29 orang (76,3%), k

elompok Pendidikan SD sebanyak 8 (21,1%), kelompok pekerjaan PNS sebanyak

3 orang (7,9%), dari tipe kecelakaan roda dua sebanyaak 24 orang (63,2%) dari tin

gkat keparahan cedera kepala ringan sebnayak 20 orang (52,6%), cedera kepala se

dang sebanyak 18 orang (47,4%), dari dissorientasi sedang sebanyak 11 orang (28,

9%), disorientasi ringan sebanyak 27 orang (71,1%). Analisa bivariat menggunaka

n Uji Chi-Square.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 19 Oktober sampai 19

November 2019, dengan pengambilan data dari rekam medis selama enam bulan

terakhir terhitung dari bulan Mei 2019 sampai Oktober 2019 di Unit Gawat Darur

at Rumah sakit JIH Yogyakarta. Peningkatan jumlah kasus cedera kepala yang

sudah ditangani sebanyak 113 kasus, diantaranya cedera kepala ringan sebanyak

102 kasus, cedera kepala sedang sebanyak 3 kasus dan cedera kepala berat sebany

ak 8 kasus belum diketahui karakteristik umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

dan jenis pekerjaannya. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian terhadap Gambaran karakteristik pada pasien cedera kepala

di Unit Gawat darurat Rumah sakit JIH Yogyakarta.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah

dari penelitian ini adalah “ Bagaimana gambaran karakteristik pada pasien cede
6

ra kepala yang menjalani perawatan di Unit Gawat Darurat Rumah sakit JIH Y

ogyakarta?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengidentifikasi gambaran karakteristik pada pasien cedera kepala di Unit

Gawat Darurat Rumah sakit JIH Yogyakarta.

2. Tujuan khusus

a) Mengidentifikasi karakteristik pasien cedera kepala dari faktor usia?

b) Mengidentifikasi karakteristik pasien cedera kepala dari jenis

kelamin?

c) Mengidentifikasi karakteristik pasien cedera kepala dari jenis

pekerjaan?

d) Mengidentifiksi karakteristik cidera kepala dari tingkat pendidikan?

e) Mengidentifikasi karakteristik penyebab cedera kepala?

f) Mengidentifikasi karakteristik pasien cedera kepala dari tingkat

keparahan berdasarkan nilai Glasglow Come Scale (GCS)?

D. Manfaat penelitian

1. Bagi pendidikan keperawatan


7

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan bahan kepustakaan progra

m studi sarjana keperawatan Stikes Guna Bangsa Yogyakarta.

2. Bagi instalasi layanan keperawatan rumah sakit

Dapat menambah informasi untuk pelayanan kesehatan mengenai karakte

ristik pasien cedera kepala terutama akibat kecelakaan lalu lintas dan me

njadi panduan bahan dalam pembaruan manajemen cedera kepala.

3. Bagi masyarakat

Mampu menambah informasi mengenai gambaran karakteristik pasien ce

dera kepala terutama akibat kecelakaan lalu lintas. Dan dapat mengurangi

angka kejadian morbiditas dan mortalitas.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat dijadikan referensi untuk melakukan penelitian lanjutan berupa me

lakukan penambahan jumlah responden, luas area penelitian dan gambara

n penelitian yang akan diteliti tentang gambaran karakteristik pada pasien

cedera kepala di Unit Gawat Darurat Rumah sakit JIH Yogyakarta.


8

E. Keaslian penelitian

Penelitian dengan judul gambaran karakteristik pada pasien cedera kepala di Unit Gawat Darurat Rumah sakit JIH Yogyakarta. B

elum pernah dilakukan, namun ada beberapa penelitian yang terkait dengan gambaran karakteristik pada pasien cedera kepala di antar

anya dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Keaslian penelitian


No Nama & Tahun Judul penelitian Metode, populasi Hasil penelitian Persamaan & perbedaan
penelitian dan sampel
1. Hendro, B., & S Hubungan Cedera Desain Cross sectio Hasil penelitian ini bahwa cedera kepal Persamaan:
efty. R. (2017) Kepala dengan Dis nal. a tertinggi di kelompok usia kurang da Variable bebas (cedera kepal
orientasi pada Pasie Jumlah populasi 38 ri 20 tahun sebanyak 17 responden (44, a)
n Kecelakaan lalu li responden 7%), kelompok jenis kelamin laki-laki Menilai karakteristik pasien
ntas di IGD RS Bha Teknik sampling: sebanyak 29 responden (76,3%), kelo (umur, jenis kelamin, Pendidi
yangkara Manado Accidental samplin mpok Pendidikan SD sebanyak 8 kan, pekerjaaan, tipe kecelak
g reponden (21,1%), kelompok pekerjaa aan, tingkat keparahan).
Analisa bivariat n PNS sebanyak 3 responden (7,9%), d Menggunakan uji Chi-
dengan uji Chi- ari tipe kecelakaan roda dua sebanyaak Square
Square 24 orang (63,2%) dari tingkat keparaha
Instrument: lembar n Cedera kepala Ringan sebnayak 20 Perbedaan:
observasi dan responden (52,6%), cedera kepala seda Variable terikat (Disorientasi
lembar kuesioner ng sebanyak 18 responden (47,4%), da pasien), jumlah responden
ri disorientasi sedang sebanyak 11 oran 113 responden, Teknik sampl
g responden sebanyak 27 responden (7 ing total sampling, tempat pe
1,1%). Nilai signifikan P= 0,002 nelitian Rs JIH Yogyakarta,
dengan demikian probabilitas lebih waktu penelitian 2019,
kecil dari 0,05 (0,001<0,05)) maka HI analisa univariat
diterima atau ada hubungan antara
cedera kepala dengan disorientasi.

No Nama & Tahun Judul penelitian Metode, populasi, Hasil penelitian Persamaan & Perbedaan
9

peneliti dan sampel


2. Mustarhfiroh., Hubungan antar Metode: Hasil penelitian ini menjelaskan Persamaan:
Sonny, G,. & D a Glasgow Com Bersifat analiti Cedera kepala akibat kecelakaan Variabel bebas (cedera kepala)
iana, N. (2018) a Scale dan Ting k, lalu lintas paling tinggi di kelom Menilai karakteristik jenis kelami
kat Mortalitas pa pendekatan poto pok produktif usia 31 sampai 42 n dan umur, tingkat keparahan dan
da pasien cedera ng lintang. tahun sebanyak 26,67% dan may Teknik sampling digunakan Total
kepala dengan L Jumlah populasi oritas berjenis kelamin laki-laki sampling, menggunakan uji Chi-
esi Perdarahan S 30 responden sebanyak 70% dari keseluruhan Square, instrument lembar
ubarachnoi Teknik subjek poenelitian termasuk kate observasi
sampling gori cedera kepala ringan sebban
total sampling. yak 23,33%, cedera kepala sedan Perbedaan:
Analisa bivariat g 33,3% dan cedera kepala seban Variable terikat (GCS dan Tingkat
dengan uji Chi- yak 43,34%. Nilai signifikan P= mortalitas), Tempat penelitian Rs
Square 0,003 (P<0,05) maka HI JIH Yogyakarta, waktu penelitian
Instrument data diterima atau ada hubungan 2019, analisa univariat, jumlah
rekan medi, saling mempengaruhi dengan sampel 113 responden
dengan lembar derajat 99% atau dengan standar
observasi error 0,01 antara GCS dan
tingkat mortalitas.
3. Satria, B. A. P. Gambaran Metode: desain Hasil penelitian ini menunjukkan Persamaan:
(2016) penanganan kuantitatif non bahwa dalam penanganan waktu Variabel bebas (cedera kepala)
pasien cedera eksperimental, tanggap pasien cedera kepala Mengambarkan karakteristik umur,
kepala di Instalasi dengan rancangan kategori 25 responden wajtu jenis kelamin, Pendidikan, pekerjaan
Gawat Darurat deskriptif. tanggap 1 menit, lama penanganan Instrument: Data rekam medis
RSU PKU Jumlah populasi: masih 30 menit 5 orang (20%), dengan lembaar observasi.
Muhammadiyah 25 responden umur <25 tahun, responden laki- Metode penelitian deskriptif.
Bantul Teknik sampling: laki 18 orang (72%), kegawatan Desain kuantitatif non-eksperiment
Nonprobability ringan 18 orang (72%), lama kerja Analisa univariat dengan uji Chi-
sampling dengan paling banyak >5tahun 9 orang, square.

No Nama & Tahun Judul penelitian Metode, populasi, Hasil penelitian Persamaan dan perbedaan
penelitian dan sampel
10

jenis convenience waktu definitive 6 menit sebanyak Perbedaan:


sampling. 8 orang (32%). Meneliti variabel terikat
Analisa univariat (penanganan pasien cedera kepala)
dengan uji Chi- Tempat penelitian RS JIH
Square yogyakarta
Instrumen lembar Waktu penelitian tahun 2019
observasi Teknik sampling total sampling,
jumlah populasi sebanyak 113
responden.
4. Rila, P. R. Karakteristik Metode: Kecelakaan lalu lintas tertinggi Persamaan:
(2016) penderita cedera deskriptif dengan pada kelompok usia 16-24 tahun Variabel bebas (cedera kepala)
kepala akibat desain case series (44,8%)jenis kelamin laki-laki Instrumen: Data rekam medis,
kecelakaan lalu Jumlah populasi: (79%), agama islam (63,8%), metode deskriptif, Teknik sampling
total sampling, dengan uji Chi-
lintas yang 105 orang pendidikan tidak sekolah
Square
rawat inap di Teknik sampling: (58,1%), Pekerjaan
RSUD H. Adam total sampling pelajar/mahasiwa Perbedaan:
Malik Medan Analisa bivariat (41,9%),tingkat keparahn ringan Analisa univariat
Tahun 2014- dengan uji Chi- (46,7%), tingkat keparahan berat Variabel terikat pasien cedera
2015 Square, mhann (77,8%), adapun perbedaan kepala akibat kecelakaan lalu
whitney, dan secara bermakna lama rawataan lintas yang rawat inap.
Kruskal wallis rata-rata dengan tindakan medis Waktu penelitian 2016
Instrumen: lembar (P=0,000), lama rawataan rata- Tempat di RS JIH Yogyakarta
observasi rata dengan keadaan pulang Jumlah sampel 113 responden,
(0,000), tingkat keparahaan analisa univariat
sewaktu pulang (P= 0,034)
5. Ida, S., & Wita, Hubungan Jenis penelitian Kategori akselerasi (29,3%), Persamaan:
E. (2015) mekanisme cidera deskriptif korelatif, deselerasi (39,0%), deformasi Variable bebas (cedera kepala)
dan usia dengan Teknik sampling: T (31,7%), tingkat usia dewasa Dengan uji Chi-Square, instrumen
nilai GCS pada eknik Purposive (39,0%), dewasa tua (46,3% dan la lembar observasi.

No Nama & Tahun Judul penelitian Metode, populasi, Hasil penelitian Persamaan dan perbedaan
penelitian dan sampel
11

Pasien cidera Sampling lansia (14,6%). Dari mekanisme Perbedaan:


kepala di Ruang Jumlah sampel 46 didapat Nilai P=0,03 (P=<0.05) Variabel terikat (mekanisme cidera
IGD Rumah sakit responden berarti ada hubungan mekanisme dan usai dengan nilai GCS)
umum DR. Analisa univariat cedera kepala dengan nilai GCS Teknik sampling total sampling, ju
Achmad Mochtar dan bivariat pasien cedera kepala. Dari usia mlah responden 113 response
Bukit Tinggi Dengan uji Chi- didapat nilai P=0,004 (P=<0,05) Tahun penelitian 2019, temapt di
Square berarti ada hubungan antara usia RS JIH Yogyakarta, analisa
Instrumen dengan nilaai GCS pasien cedera univariat
wawancara dan kepala. waktu definitive 6 menit
lembar observasi sebanyak 8 orang (32%).
12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori

1. Cedera kepala

a. Definisi cedera kepala

Cedera kepala adalah suatu cedera yang terjadi pada kulit kepala,

tulang tengkorak, otak dan jaringan yang ada dibawahnya, serta pembuluh

darah yang ada di kepala (Colombia University Departement of Neurology,

2015). Cedera kepala adalah gangguan pada fungsi otak yang normal yang

dapat terjadi dari benjolan, pukulan, atau sentakan ke kepala, kekuatan

rotasi, goncangan dari ledakan atau penentrasi cedera kepala (Brain Injury

Assosiation of Michigan International, 2017)

b. Karakteristik faktor resiko pada cidera kepala

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2018 menjelaskan

karakteristik risiko cedera kepala antar lain:

1) Usia

Usia merupakan salah satu faktor utama risiko jatuh terutama pada usia

produktif usia 5-19 tahun dan usia. Hal ini dipengaruhi juga oleh alkohol,

narkoba, dan kehidupan social remaja, atau dewasa yang tidak

bertanggung jawab. Risiko jatuh juga dapat terjadi pada orang tua, hal ini

dikarenakan perubahan fisik, kognitif dan yang terkait dengan penuaan.


13

2) Jenis kelamin

Di suatu kelompok umur dan wilayah, kedua jenis kelamin yang

berisiko jatuh. Pada cedera kepala yang sering mengalami risiko jatuh

adalah jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan.

3) Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktivitas atau kegiatan yang dilakukan sehari hari oleh

penderita. Pada tingkat pekerjaan cedera kepala sering disebabkan

karena salah penggunaan alkohol atau penggunaan narkoba

4) Pendidikan

Secara umum Pendidikan diartikan sebagai segala upaya yng

direncanakan untuk mempengaruhi usia baik individu, kelompok, atau

masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh si

pelaku pendidik (Notoatmodjo, 2015).

c. Epidemiologi cedera kepala

Cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu

penyebab kematian terbesar di dunia dengan presentasi 18,2% juta

penduduk dari 100.000 populasi (WHO, 2018). Di negara India dari 22%

kematian dari 2068 kasus cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas yang

terdiri dari cedera kepala ringan, sedang hingga berat (Agrawal et. all,

2016).

Di Indonesia untuk prevalensi cedera kepala lebih dari 70% lebih

banyak dialami oleh laki-laki dibandingkan dengan perempuan, hal ini

karenakan aktifitas dan pekerjaan laki-laki lebih beresiko terutama pada


14

pekerjaan sebagai sopir, lebih dari 30% diderita pada usia produktif yaitu

usia 15-24 tahun, serta lebih dari 32% pekerjaan masih berstatus pelajar

atau mahasiswa. Kelompok pelajar memiliki mobilitas yang tinggi

dikarenakan aktifitas dan pergaulan pada remaja kurang akan kesadaran

ketertiban lalu lintas. Tingkat pendidikan yang rendah juga cenderung

meningkatkan prevalensi cedera kepala (Simanjuntak, F., Ngantung, D. J.,

& Mahama, C. N., 2015).

d. Anatomi kepala

1) Kulit kepala (Skalp)

Kulit kepala merupakan suatu lapisan kulit dan jaringan subkutan

yang melapisi dan melindungi kubah tengkorak serta mempunyai

banyak jaringan neurovaskular yang rawan sehingga mudah perdarahan

saat terjadi laserasi (TeacMe Anatomy, 2018).

2) Tengkorak (Skull)

Tengkorak adalah struktur kepala yang mendukung wajah dan

membentuk rongga untuk melindungi otak, tulang tengkorak dibagi

menjadi dua kelompok yaitu tulang tengkorak yang dikenal sebagai

calvarium serta dasar tengkorak dan tulang wajah. (TeachMe Anatomy,

2018.)

3) Meninges

Menurut penulis buku Treuting, P. M., Dintzis, S. M., & Montine,

K. S., (2017) meninges adalah suatu organ yang berbentuk lapisan yang

menutupi jaringan otak dan sumsum tulang belakang.


15

Menurut TeachMe Anatomy (2019) meninges terdiri dari tiga

lapisan yaitu:

a) Durameter

Durameter adalah lapisan paling luar yang tebal, rachno, tidak

dapat dibendung, terletak di bawah tulang tengkorak dan tulang

tengkorak.

Durameter terdiri dari dua lapisan jaringan ikat:

(1) Lapisan periosteal yang berfungsi melapisi tulang tengkorak

bagian di permukaan

(2) Lapisan meningeal merupakan lapisan satu-satunya yang

terletak di kolom vertebra.

b) Arakhnoid

Arakhnoid adalah lapisan yang terletak di bagian tengah

meninges, tepatnya di bagian bawah durameter. Di bawah rachnoid

ada lapisan sub rachnoid yang mengandung cairan serebrospinal

berfungsi untuk meredam otak.

c) Piameter

Piameter adalah lapisan yang terletak dibawah ruang sub

rachnoid, yang berbentuk tipis dan melekat pada otak dan sumsum

tulang belakang. Ini merupakan satu-satunya penutup yang

mengikuti kontur otak.

4) Otak

Menurut Mayfieldclinic (2018), Otak adalah organ yang terdiri dari

tiga pon yang berfungsi mengendalikan semua fungsi tubuh,


16

menangkap inforamasi dari luar dan mengatur esensi pikiran dan jiwa.

Otak terdiri tiga bagian yaitu:

a) Otak besar (Cerebrum)

Otak besar adalah bagian otak yang paling besar yang meliputi

belahan otak kanan dan otak kiri. Otak besar berfungsi untuk

menangkap sentuhan, penglihatan, dan pendengaran. Cerebrum di

bagi menjadi empat lobus yaitu:

(1) Lobus frontal berfungsi sebagai aktivitas motorik sepertifungsi

intelektual, fungsi fisik, dan emosi

(2) Lobus parietal berfungsi sebagai proses input sensori, sensasi

posisi, sensasi raba, tekan dan suhu ringan.

(3) Lobus oksipital berfungsi sebagai penerima informasi dan

menagkap warna, refleks visual.

(4) Lobus temporal berfungsi sebagai input perasa, pendengaran,

pengecap, penciuma, dan proses memori.

b) Otak kecil (cerebellum)

Otak kecil adalah otak yang terletak di bawah otak besar yang

berfungsi untuk mengkoordinasikan gerakan otot.

c) Batang otak (Brainstem)

Batang otak adalah sebagai pusat yang menghubungkan otak

besar dan otak kecil ke sumsum tulang belakang. Batang otak

berfungsi mengatur pernafasan, detak jantung, suhu tubuh, sikluis

bangun, tidur, pencernaan, bersin, muntah, batuk, dan menelan.


17

5) Cairan cerebrospinal

Menurut Neuropathology tahun 2016 menjelaskan cairan

cerebrospinal (CSF) adalah cairan yang diproduksi dari darah arteri

melalui pleksus koroid dari ventrikel lateral dan keempat diproses

melalui kombinasi difusi, pinositosi, dan transfer aktif. Pada orang

dewasa cairan cerebrospinal diproduksi sekitar 600-700 ml per hari.

Cairan cerebrospinal di serap melintasi vili arkhnoid ke dalam

sirkulasi vena dan jumlah yang signifikan mungkin juga mengalir ke

pembuluh linfatik di rongga kranial dan kanal sumsum tulang

belakang. Cairan cerebrospinalis berfungsi untuk mempertahankan

fungsi normal saraf seperti untuk nutrisi dan pengaturan lingkungan

kimia susunan saraf pusat.

e. Penyebab cedera kepala

Menurut Brain Injury Association of America (BIAA) tahun 2018

menjelaaskan Penyebab cedera kepala secara umum yaitu salah satunya

dikarenakan kecelakaan kendaraan bermotor, juga dapat disebabkan hal

lain seperti jatuh dari air terjun, serangan fisik, cidera olahraga atau

rekreasi, sindrom bayi terguncang, luka tembak, cedera ditempat kerja,

kekerasan dalam rumah tangga.

Menurut penelitian Awolei, A. C., Mallo, N. T. S., & Tomuka. D

(2016) penyebab cedera kepala bisa dari berbagai sumber yaitu penyebab

paling utama adalah kecelakaan lalu lintas, kekerasan benda tumpul,

pembunuhan, luka tembakan.


18

f. Patofisiologi cedera kepala

Menurut penulis buku Price, S. A., & Wilson, L. M., tahun 2013

menjelaskan bahwa cedera kepala merupakan jaringan otak yang rusak

akibat adanya trauma atau benturan benda atau serpihan tulang yang

menembus jaringan otak hingga robek, yang diakibatkan suatu pengaruh

kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak dan akhirnya oleh efek

percepatan perlambatan pada keterbatasan otak pada kompartemen yang

kaku. Cidera kepala juga biasa menyebabkan kram, karena suatu adanya

penumpukan cairan yang terlalu berlebihan pada jaringan otak, sehingga

edema otak bisa menyebabkan peningkatan intra kranial yang disebut

herniasi dan penekanan pada batang otak.

g. Klasifikasi cedera kepala

1) Menurut Montefiore Neurosurgery tahun 2013 menjelaskan

berdasarkan dari mekanisme cedera kepala di bagi menjadi dua yaitu:

a) Cedera kepala terbuka

Cedera kepala terbuka sering di sebut juga luka tembus yang terjadi

saat kulit kepala dan lapisan durameter ditembus benda asing atau

tulang fragmen tengkorak retak. Contoh: luka terbuka pada

tempurung kepala, dan cedera tertembus.

b) Cedera kepala tertutup

Cedera kepala tertutup adalah cidera dimana kulit kepala tetap dalam

keadaan tertutup dan utuh, tidak ada penetrasi pada durameter yang
19

akibatkan tumbukan benda asing. Contoh: gegar otak, perdarahan

dalam kepala di bagian otak, kerusakan pada otak.

2) Menurut Colombia University Departement of Neurology tahun 2015

cedera kepala berdasarkan berdasarkan typenya adalah:

a) Gegar otak

Gegar otak adalah bagian kepala yang cedera yang

mengakibatkan hilangnya kesadaran atau kewaspadaan secara cepat

selama beberapa menit atau beberapa jam setelah kejadian trauma.

b) Patah tulang tengkorak

Patah tulang tengkorak adalah suatu bagian tulang tengkorak

yang patah atau putus akibat dari kejadian trauma. Patah tulang

tengkorak dibagi menjadi empat yaitu:

(1) Fraktur tengkorak linear

Fraktur tengkorak linear adalah adanya suatu patah pada

tulang linear, tetapi tulang tidak ada yang bergerak.

(2) Fraktur tulang tengkorak yang tertekan

Fraktur tulang tengkorak yang tertekan biasanya tidak disertai

adanya luka di kulit kepala, tetapi bagian tengkorak ini tenggelam

atau masuk ke dalam karena akibat trauma

(3) Fraktur tengkorak diastatic

Fraktur tengkorak diastatik adalah suatu patah yang terjadi di

daerah sepoanjang garis jahitan di tengkorak, biasanya garis

jahitan normal akan melebar dan sering terjadi pada bayi baru

lahir atau bayi cukup usia.


20

(4) Fraktur tengkorak basiliar

Fraktur tengkorak basiliar merupakan jenis fraktur yang

paling serius, biasanya disertai tanda gejala memar di mata dan

belakang telinga serta hidung dan telinga keluar cairan bening

akibat robekan dibagian penutup otak.

c) Hematoma intracranial (ICH)

Hematoma intracranial adalah suatu gumpalan yang ada di

daerah sekitar dan di dalam otak. Ada beberapa jenis ICH meliputi

sebagai berikut:

(1) Hematoma epidural

Hematoma epidural merupakan gumpalan darah yang

terjadi dan terbentuk di bawah tengkorak, tetapi di atas dura,

lapisan keras yang mengelilingi otak.

(2) Hematoma subdural.

Hematoma subdural merupakan gumpalan darah yang

terbentuk di bawah tengkorak, dan di bawah dura, tetapi di luar

otak.

(3) Kontusio atau hematoma intra serebral

Kontusio atau memar adalah suatu luka memar yang terjadi

pada otak dan menyebabkan pembengkakan serta peradarahan di

dalam otak dimana dikarenakan akibat pukulan. Perdarahan

yang terjadi di sekitar dalam otak sering disebut juga dengan

perdarahan intraparenchymal.
21

(4) Cedera akssonal difus (DAI)

Cedera aksonal difus merupakan cedera yang sering umum

terjadi karena guncangan bolak balik di otak, biasanya terjadi

pada kecelakaan mobil, akibat jatuh atau terguncang syndrome

bayi. Cedera difus ringan sering disebut dengan gegar otak.

3) Menurut Brain Injury Assosiation of America (BIAA) tahun 2018,

menjelaskan untuk mengetahui nilai berat atau ringannya cedera kepala

dalam menilai perkembangan atau kesadaran cedera kepala dapat

menggunakan Glasglow Coma Scale (GCS) dengan memperhatikan

respon penderita terhadap rangsang dan memberikan nilai pada respon

tersebut. Respon yang perlu di perhatikan tersebut meliputi membuka

mata, respon verbal (bicara), dan respon motorik (gerakkan). Nilai

terendah yaitu skor 3 dan nilai tertinggi yaitu skor 15. Untuk menilai

Glasglow Coma Scale (GCS) dapat dilihat pada table 1. berikut:

4)

Tabel. 1 Skala Glasgow Come Scale (GCS)


Tes Respon Nilai
Membuka mata (E) Membuka mata 4
Membuka mata mengikuti perintah 3
Membuka mata terhadap nyeri 2
Tidak membuka mata dengan rangsangan 1
Respon verbal (V) Orientasi baik dan mampu berkomunikasi 5
Tampak bingung 4
Kata-kata tidak sesuai 3
Tidak mengucap kata, hanya suara 2
mengerang 1
Tidak ada suara dengan rangsangan apapun
Respon motorik (M) Menuruti perintah 6
Mengetahui tempat rangsangan nyeri 5
Menolak rangsangan nyeri pada anggota 4
gerak 3
22

Menjauhi rangsangan nyeri (fleksi) 2


Ekstensi spontan 1
Tidak ada reaksi dengan rangsangan nyeri

Sumber: Brain Injury Assosiation of America (2018).

Menurut Brain Injury Assosiation of America (BIAA) tahun 2018,

berdasarkan nilai GCS tersebut dapat digolongkan pembagian dari

tingkat keparahan cedera kepala sebagai berikut:

a) Cedera kepala Ringan

(1) GCS (13-15).

(2) Kehilangan kesadaran singkat beberapa detik atau menit.

(3) Amnesia pasca trauma kurang dari 1 jamHasil pemeriksaan

otak kepala normal.

b) Cedera kepala sedang

(1) GCS (9-12).

(2) Hilangnya kesadaran selama 1-24 jam.

(3) Amnesia pasca trauma 1-24 jam dari cedera kepala.

(4) Hasil pemeriksaan otak kepala ada yang tidak normal.

c) Cedera kepala berat

(1) GCS (3- 8).

(2) Kehilangan kesadaran atau koma selama lebih dari 24 jam.

(3) Amnesia pasca trauma lebih dari 24 jam setelah cedera kepala.

(4) Hasil pemeriksaan otak kepala ada yang tidak normal.

h. Komplikasi cedera kepala


23

Menurut National Health Service (NHS) tahun 2018 menjelaskan

komplikasi cedera kepala meliput

1) Infeksi

Infeksi terjadi karena terjadi patah pada tengkorak yang merobek

lapisan sel tipis yang mengelilingi otak, sehingga kuman dengan mudah

masuk dan menyebabkan infeksi.

2) Syndrome pasca gegar otak

Syndrome pasca gegar otak merupakan gejala jangka panjang setelah

mengalami gegar otak karena cedera kepala.

3) Gangguan kesadaran

Gangguan kesadaran adalaah cedera kepala yang parah sampai

memasuki gangguan kesadaran.

Gangguan kesadaran cedera kepala meliputi yaitu:

a) Koma

Suatu keadaan dimana tidak ada tanda-tanda tidak bangun dan

tidak sadar.

b) Keadaan vegetative

Suatu keadaan dimana seseorang dalam keadaaan bangun tetapi

tidak sadar.

c) Keadaan kesadaran minimal.

Suatu keadaan yang memperlihatkan kesadaran tetapi hanya

minimal atau tidak konsisten.

4) Kerusakan otak
24

Suatu keadaan cedera kepala yang parah dan merusak otak dengan

beberapa cara, contohnya kerusakan otak pada peningkatan tekanan

kranial dan peningkatan epilepsi.

Menurut penulis buku Andra, S. W., & Yessie, M. P tahun 2013

komplikasi cedera kepala meliputi:

a) Epilepsi pasca trauma

Epilepsi pasca trauma adalah suatu keadaan kejang yang terjadi

dibeberapa waktu setelah otak itu mengalami cedera karena

benturan atau trauma di kepala.

b) Afasia

Afasia adalaah hilangnya kemampuan dalam menggunakan Bahasa

akibat terjadi cedera pada area bahasa di otak.

c) Apraksia

Apraksia adalah Ketidakmampuan atau kelemahan dalam

mengingat serangkaian Gerakan atau kejadian.

d) Agnosis

Agnosis adalah suatu kelainan dimana penderita mampu melihat

dan merasakan sebuah benda tetapi tidak mampu menghubungkan

fungsi atau peran normal benda tersebut.

e) Amnesia

Amnesia adalah hilangnya sebagian atau seluruh kemampuan untuk

mengingat kejadian yang baru saja dialami atau kejadian yang

sudah lama dialami.

f) Fistel karotis-kavernosus
25

Biasanya ditandai dengan trias gejala yaitu eksoftalmus, kemosis,

dan bruit orbita, yang bias timbul cepat atau beberapa hari setelah

kejadian.

g) Diabetes insipidus

Disebabkan oleh kerusakan traumatic pada tangkai hipofisis,

sehingga terjadi penghentian sekresi hormone antideuretik.

h) Kejang pasca trauma

Biasanya terjadi dalam 24 jam pertama, minggu pertama, atau

lanjut setelah satu minggu. Kejang segera tidak merupakan

presdisposisi untuk kejang berkelanjutaan, sedangkan kejang dini

menunjukkan risiko yang meningkat untuk kejang lanjut dan harus

dipertahankan dengan antikonvulsan.

i) Keebocoran cairan serebrospinal

Kebocoran ini dikarenakan rusaknya leptomeningen dan sering

terjadi 2-6% pada pasien cedera kepala tertutup.

j) Edema serebral dan herniasi

Penyebab paling umum dari peningkatan TIK (Tekanan

Intrakranial) edema terjadi 72 jamsetelah cedera kepala. Perubahan

TD (Tekanan Darah), frekuensi nadi, pernafasaan tidak teratur,

merupakan gejala klinis peningkatan TIK.

k) Defisit neurologis dan psikologis

Tanda awal terjadinya penurunan fungsineurologis seperti

perubahan tingkat kesadaran, nyeri kepala hebat, mual/muntah

proyektil (tanda dari peningkatan TIK).


26

2. Kecelakaan lalu lintas

a. Pengertian kecelakaan lalu lintas

Menurut pasal 229 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia nomor

22 tahun (2009) kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa yang tidak di

duga dan tidak disengaja yang melibatkan kendaraan atau tanpa pengguna

jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan atau keruigian harta

benda. Sedangkan dalam pasal 93 ayat 1 Peraturan Pemerintahan nomor 43

Tahun 1993 tentang prasarana jalan raya dan lalu lintas menjelaskan,

kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan raya yang tidak

disangka-sangka dan tidak sengaja melibatkan korban manusia atau

kerugian harta benda. Jadi dapat disimpulkan bahwa kecelakaan lalu lintas

merupakan suatu kejadian bertabrakan kendaraan bermotor atau dengan

benda lain yang tidak disangka-sangka baik sengaja ataupun tidak disengaja

yang terjadi di jalan raya yang dapat menyebabkan korban jiwa ataupun

kerugian harta benda.

b. Faktor penyebab kecelakaan lalu lintas

Menurut Humas Polres Bantul tahun 2013 faktor menyebabkan

kecelakaan lalu lintas adalah:

1) Faktor manusia

Faktor manusia adalah merupakan faktor yang paling dominan

dalam kecelakaan lalu lintas, karena manusia sebagai pemakai jalan


27

yang merupakan unsur utama terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Beberapa faktor manusia yang dapat diketahui sebagai berikut:

a) Pelanggaran rambu-rambu lalu lintas.

b) Kurangnya kesadaran dalam mentaati peraturan lalu lintas.

c) Kelalaian dalam memperhatikan keselamatan dirinya dan orang

lain dalam berkendara.

d) Mengendarai kendaraan yang ugal-ugalan.

e) Mengantuk.

f) Mengkonsumsi minuman beralkohol saat berkendara.

2) Faktor kendaraan

Faktor kendaraan adalah merupakan sebagai alat utama yang

dipergunakan oleh manusia yang berupa kendaraan. Berikut beberapa

faktor yang dapat diketahui adalah:

a) Kurangnya perawatan teknis kendaraan baik pemilik atau

pengemudi.

b) Kondisi teknik kendaraan yang tidak layak jalan.

c) Kurangnya fasilitas dalam kendaraan.

d) Kurangnya pengawasan mengenai kelayakan dan ijin beroperasi

kendaraan.

e) Belum adanya standarisasi untuk pengunaan spare part kendaraan

oleh regulator.

f) Pengguna kendaraan yang tidak sesuai dengan ketentuan seperti

kelebihan muatan.

3) Faktor jalan
28

Faktor jalan adalah merupakan sarana berlalu lintas yang

mendukung terselenggaranya transportasi jalan raya yang seharusnya

dibangun dan dipelihara sehingga dapat memenuhi standard keamanan.

Beberapa faktor penyebab kecelakaan yang disebabkan oleh faktor jalan

adalah:

a) Daerah rawan kecelakaan belum ditangani dengan baik.

b) Kontruksi dan geometril jalan yang kurang sempurna.

c) Buruknya kondisi jalan rusak, berlubang dan jembatan.

d) Akses yang tidak terkontrol atau dikendalikan.

e) Kurangnya rambu-rambu lalu lintas, alat penerangan jalan, marka

jalan, dan alat pemberi isyarat lalu lintas serta pengaman bagi

pengguna jalan.

4) Faktor cuaca

Faktor cuaca yang kurang baik dapat mempengaruhi terjadinya

kecelakaan lalu lintas. Berikut beberapa faktor lingkungan yang dapat

menjadikan kecelakaan lalu lintas yaitu:

a) Kondisi medan yang terdapat banyak pepohonan atau kondiai

cuaca yang berkabut dapat mengurangi atau, mengganggu

pandangan pengemudi.

b) Lalu lintas campuran antara kendaraan cepat dengan kendaraan

lambat.

c) Geometri jalan yang banyak menikung, menanjak, jalan licin, jalan

menurun.

c. Tempat terjadinnya cedera kepala


29

Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Tahun 2018

berdasarkan tempat terjadinya cedera dikelompokkan menjadi beberapa

yang meliputi:

1) Jalan raya (jalan yang dilalui kendaraan)

2) Rumah dan lingkungannya (Indoor maupun Outdoor)

3) Sekolsh dsn lingkungannya (dalam kelas maupun halaman kelas)

4) Tempat bekerja (tempat kerja responden yang berupa ruangan atau

bangunan tertutup atau terbuka termasuk halamannya: contoh pabrik,

pertokoan, perkantoran, pasar, pelabuhan, dan lain-lain)

5) Lainnya seperti perairan atau sungai atau laut, sawah, lading, hutan,

tambang dan lain-lain.


30

B. Kerangka teori

Penyebab cedera kepala: Cedera kepala Karakteristik cedera


1. Jatuh dari air terjun kepala
2. Serangan fisik
Klasifikasi cedera kepala
3.3. Kecelakaan lalu lintas
4. Kecelakaan ditempat kerja
5. Jatuh dari ketinggian
6. Cidera Olahraga atau rekreasi
Tingkat keparahan cedera kepala
4. Kekerasan dalam Rumah tangga berdasarkan GCS:
5. Syndrome bayi terguncang 1. Cidera kepala rinhan (GCS: 13-15)
6. Luka tembak 2. Cidera kepala sedang (GCS: 9-12)
3. Cidera kepal berat (GCS: 3-8)

Komplikasi cedera kepala

Gambar 1. Kerangka teori cedera kepala


Sumber: Aji, K. B. S., Harnen, A., & Suharyanto. (2017), Agrawal et. all (2016), Andra, S.W., & Yessi, M. P.(2013), Awolei, A. C., Mallo, N. T.
S., & Tomuka, D (2016), BIAA (2018), BIAMI (2019), Colombia University Departement of Neurology (2015), Mayfield clinic (2018),
Montefiero Neurosurgery (2013), TeachMe (2018).
31

C. Kerangka konsep penelitian

Penyebab cedera kepala: Karakteristik pasien


cedera kepala:
1. Kecelakaan lalu lintas
2. Kecelakaan ditempat kerja Cedera kepala 1. Usia
3. Jatuh dari ketinggian 2. Jenis kelamin
4. Cidera olahraga atau 3. Jenis pekerjaan
rekreasi 4. Tingkat
Pendidikan
5. Penyebab
cedera kepala

Tingkat keparahan cedera kepala


berdasarkan nilai GCS:
1. Cidera kepala ringan (GCS 13-15)
2. Cidera kepala sedang (GCS 9-12)
3. Cidera kepala berat (GCS 3-8)

Keterangan:

= Diteliti

= Diteliti

Gambar 2. Kerangka konsep penelitian


Sumber: Awolei, A. C., Mallo, N. T. S., & Tomuka, D. (2016), Brain Injury Assosiation
of America (2018), Brain Injury Assosiation of Michigan (2017), Colombia University
Departement of Neurology (2015).
32

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis dan rancangan penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini adalah non-eksperiment berupa

penelitian deskriptif analitik yang dimaksudkan untuk memaparkan gambaran

suatu fenomena nyata di dalam masyarakat (Notoatmodjo, 2012). Pendekatan

pada penelitian ini menggunakan cross sectional yang dimaksudkan adalah

pengukuran terhadap data variabel bebas atau variabel terikat yang dilakukan

serentak pada waktu yang sama. Deskripsi suatu kejadian atau peristiwa

dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada data factual dan

fenomena yang sajikan apa adanya tanpa ada manipulasi data (Nursalam,

2017). Penelitian disini menggambarkan suatu karakteristik pasien cedera

kepala di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit JIH Yogyakarta.

B. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit JIH Yogyakarta pada tanggal 01

Oktober 2019-01 November 2019.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah suatu wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti


33

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2019).

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien cedera kepala di Unit Gawat

darurat Rumah sakit JIH Yogyakarta dengan jumlah 113 populasi selama 6

bulan terhitung dari bulan Mei 2019 sampai dengan bulan Oktober 2019,

yang tercatat di rekam medis.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik populasi yang

dipilih dengan cara tertentu sehingga dapat mewakili populasinya.

Penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Teknik total sampling

adalah teknik pengambilan sampel dimana kesluruhan jumlah populasi di

jadikan sampel semuanya (Sugiyono, 2019). Peneliti untuk mengetahui

perhitungan jumlah sampel yang telah diketahui jumlahnya dengan taraf

kesalahan 1%, 5%, dan 10% dengan menggunakan rumus Isaac dan

Michael (Sugiyono, 2019) yaitu:

Gambar 1. Rumus Isaac dan Michael

λ². N. P. Q
S=
d² (N 1) + λ². P. Q

Keterangan:

S = Jumlah sampel

λ² = Chi kuadrat, dengan derajat kebebasan (dk) = 1, taraf kesalahan 1%,

5%

dan 10%
34

d = Perbedaan antara rata-rata populasi dan sampel = 5% = 0,05

N = Jumlah populasi

P = Peluang benar (0,5)

Q = Peluang salah (0,5)

3. Besar sampel:

λ². N. P. Q
S=
d² (N 1) + λ². P. Q

3,841 X 113 X 0,5 X0,5


S= = 87,489
(0,05) ² X (113 - 1) +3,841X 0,5 X 0,5

Jadi, penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan taraf kesalahan

5% dengan jumlah populasi 87,489. Sehingga sampel pada penelitian ini

berjumlah 113 responden.

4. Kriteria sampel penelitian

Menurut penulis buku nursalam tahun 2017, kriteria sampel dapat

dibedakan menjadi dua bagian yaitu inklusi dan ekslusi. Karakteristik

responden dalam penelitian ini sesuai dengan kriteria:

a. Inklusi

Inklusi adalah suatu kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh

setiapanggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Kriteria

inklusi dalam penelitian ini yaitu: Pasien dengan diagnosis cedera

kepala di Unit Gawat Darurat Rumah sakit JIH Yogyakarta pada bulan

Mei 2019 sampai bulan Oktober 2019 yang tercatat pada buku catatan

rekam medis pasien.


35

b. Ekslusi

Ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil

sebagai sampel. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini yaitu: Pasien

cedera kepala di Unit Gawat Darurat Rumah sakit JIH Yogyakarta

yang rekam medisnya tidak lengkap untuk data usia, jenis kelamin,

tingkat Pendidikan, jenis pekerjaan, penyebab cedera kepala, dan

tingkat keparahan berdasarkan nilai Glasgow Coma Scale (GCS).

D. Variabel dan definisi operasional

1. Variabel penelitian

Menurut penulis buku sugiyono tahun 2019, variabel penelitian

adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Penelitian ini terdiri dari

satu variabel yaitu cedera kepala (Variabel bebas).

2. Definisi operasional

Menurut penulis buku sugiyono tahun 2019, definisi operasional

adalah definisi terhadap variabel berdasarkan konsep teori yang

bersifat operasional agar variabel tersebut dapat diukur dan diuji.

Untuk skaala data dalam penelitian ini adalah ordinal dan nominal.

Definisi operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2

berikut:
36

Tabel 2. Definisi operasional


Variabel Definisi Alat ukur Skala Kategori
Usia Lama waktu Catatan Ordinal 1. Usia 0-10
hidup mulai rekam 2. Usia 11-20
dari lahir medis 3. Usia 21-30
sampai 4. Usia 31-40
pengambilan 5. Usia 41-50
data dilakukan 6. Usia 51-60
7. Usia 61-70
8. Usia >70

Jenis Ciri-ciri Catatan Nominal 1. Laki-laki


kelamin seksual yang rekam 2. Perempuan
dimiliki medis
responden dan
dibagi menjadi
laki-laki dan
perempuan
berdasrakan
karakteristik
fisiologis
Tingkat Pendidikan Catatan Ordinal 1. Tidak sekolah
Pendidikan formal terakhir rekam 2. TK/Paud
yang telah medis 3. SD/sederajat
dicapai oleh 4. SMP/sederajat
responden 5. SMA/ sederajat
6. Akademi/Perguruan
Tinggi

Jenis Apa yang Catatan Nominal 1. Tidak bekerja


pekerjaan dilakukan oleh rekam 2. Pelajar/Mahasiswa
penderita medis 3. PNS/TNI/POLRI/
sehari-hari BUMN/BUMD
dalam mencari 4. Swasta/Wiraswasta
nafkah, 5. Ibu Rumah tangga
sebelum 6. Lain-lain (Petani,
menderita Sopir, Buruh,
cedera kepala Pedagang, Tukang
ini sampai becak, dll)
sekarang

Penyebab Serangkaian Catatan O 1. kecelakaan lalu


cedera kegiatan atau rekam lintas
kepala kondisi yang medis rdinal 2. Jatuh dari ketinggian
dapat / benturan
menimbulkan 3. Kecelakaan ditempat
cedera kepala kerja
37

4. Kekerasan dalam
Rumah tangga
5. Syndrome bayi
Terguncang
Variabel Definisi Alat ukur Skala Kategori
Tingkat Suatu Catatan Ordinal 1. Cedera kepala
keparahan klasifikasi rekam ringan (13-15)
berdasar yang medis 2. Cedera kepala
nilai menunjukkan sedang (9-12)
Glasgow derajat 3. Cedera kepala berat
Coma keparahan (3-8)
Scale yang telah
(GCS) ditetapkan
melalui skala
pengukuran
tingkat
kesadaran
seseorang
seperti ringan,
sedang, berat

Sumber: Nursalam (2017), dan Brain Injury Assosiation of America (2018)

E. Instrumen penelitian

Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan dalam

penelitian untuk mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik (cermat, lengkap, dan sistematis) sehingga lebih mudah

diolah (Sugiyono, 2019). Instrumen penelitian disini yang akan digunakan

pada penelitian ini yaitu lembar observasi atau checklist gambaran

karakteristik pada pasien cedera kepala (Nursalam, 2017).

Bentuk pengumpulan sampel pada penelitian ini adalah lembar

observasi atau checklist adalah suatu pengukuran berdasarkan kategori

system yang dilakukan peneliti untuk mengobseravsi suatu peristiwa atau

kejadian perilaku dari subjek (Nursalam, 2017). Dengan data demografi

yang meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, factor penyebab,


38

tingkat keparahan berdasarkan GCS. Lembar observasi yang akan

digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut:

Tabel 3. Lembar observasi studi Rekam medis di Rumah sakit JIH Yogyakarta
Lembar Observasi Studi Rekam Medis
Di Rumah sakit JIH Yogyakarta

Berilah tanda centang (√) pada kotak yang telah disediakn sesuai dengan jawaban anda:
No. Responden:

A. Data Demografi
1. Jenis kelamin :

a) Laki-laki
b) Perempuan

2. Pendidikan :
a) Tidak sekolah
b) TK/ Paud
c) SD/sederajat
d) SMP/sederajat
e) SMA/sederajat
f) Pendidikan tinggi

3. Umur :
a) 0-10
b) 11-20
c) 21-30
d) 31-40
e) 41-50
f) 51-60
g) 61-70
h) >70

4. Pekerjaan :
a) Tidak bekerja
b) Pelajar/Mahasiswa
c) PNS/TNI/POLRI/BUMN/BUMD
d) Swasta/Wiraswasta
e) Ibu Rumah tangga
f) Lain-lain (Petani, sopir, buruh, pedagang, dll)

5. Penyebab cedera :
a) kecelakaan lalu lintas
b) Jatuh dari ketinggian
c) kecelakaan ditempat kerja
39

d) kekerasan dalam Rumah tangga


e) syndrome guncangan bayi

6. Tingkat keparahan berdasarkan nilai GCS :


a) Cidera kepala ringan (13-15)
b) Cidera kepala sedang (9-12)
c) Cidera kepala berat (3-8)

Sumber: Nursalam (2017) & Riset Kesehatan Dasar (2018)

F. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekataan kepada subjek dan

prose pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2017). Data yang dikumpulkan pada penelitian ini

antara lain:

1. Data primer

Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari objek

penelitian (Nursalam, 2017). Data primer pada penelitian ini yang

akan dilakukan ini adalah karakteristik pada pasien cedera kepala.

Data primer tersebut akan diperoleh melalui lembar observasi yang

akan diisi dari pengambilan data dari rekam medis.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil dari pihak lain tetapi

masih bersangkutan dengan responden yang akan diteliti (Sugiyono,

2019). Dalam penelitian ini data sekunder mengambil dari wawancara

dan pengambilan data dari penanggung jawab Unit Gawat Darurat di

Rumah sakit JIH Yogyakarta.


40

G. Uji validitas dan reabilitas

Menurut penulis buku Sugiyono tahun 2019, dalam penelitian

kuantitatif untuk mendapatkan data yang valid, reliabel dan obyektif.

Peneliti melakukan penelitian menggunakan instrument yang valid dan

reliabel, serta dilakukan pada sampel yang mendekati jumlah populasi dan

pengumpulan serta analisis data yang dilakukan dengan cara yang benar.

Penelitian ini tidak menggunakan instrument penelitian yang memerlukan

uji validitas dan reabilitas. Alat yang digunakan untuk pengumpulan data

hanya lembar kertas buku dan pulpen serta data dari rekam medis. Alat-

alat tersebut tidak mempengaruhi kualitas hasil dari penelitian yang akan

diteliti.

H. Teknik analisa data

1. Teknik pengolahan data

a. Editing (pemeriksaan ulang atau penyuntingan)

Melakukan pemeriksaan kembali lembar observasi yang telah

diisi melalui data rekam medis untuk melihat kelengkapan data yang

diambil peneliti.

b. Coding (pemberian kode)

Coding dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan

kode pada setiap data yang tgermasuk adalam kategori sama. Kode

adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka-angka atau huruf-


41

huruf yang meberikan petunjuk, atau identitas pada suatu informasi

atau data yang akan dianalisa.

Adapun koding pada penelitian ini meliputi:

1) Usia

0-10 diberikan kode (1), 11-20 diberikan kode (2), 21-30

diberikan kode (3), 31-40 diberikan kode (4), 41-50 diberikan

kode (5), 51-60 diberikan kode (6), 61-70 diberikan kode (7), >70

diberikan kode (8).

2) Jenis kelamin

Laki-laki diberikan kode (1) dan perempuan diberikan kode (2)

3) Pendidikan

Tidak sekolah dibeerikan kode (1), TK atau Paud diberikan kode

(2), SD atau sederajat diberikan kode (3), SMP atau sederajat

diberikan kode (4), SMA atau sederajat diberikan kode (5),

Perguruan tinggi diberikan kode (6).

4) Pekerjaan

Tidak bekerja diberikan kode (1), Pelajar atau mahasiswa

diberikan kode (2), PNS atau TNI atau POLRI atau BUMN atau

BUMD diberikan kode (3), swasta atau wiraswasta diberikan

kode (4), Ibu Rumah tangga diberikan kode (5), lain-lain (petani,

sopir, buruh, pedagang, dll) diberikan kode (6).

5) Faktor penyebab
42

Kecelakaan lalu lintas diberikan kode (1), jatuh dari ketinggian

atau benturan diberikan kode (2), kecelakaan ditempat kerja

diberikan kode (3), kekerasan dalam Rumah tangga diberikan

kode (4), sindrom bayi terguncang diberikan kode (5).

6) Tingkat keparahan berdasarkan nilai GCS

Cidera kepala ringan (13-15) diberikan kode (1), cidera kepala

sedang (9-12) diberikan kode (2), cidera kepala berat (3-8)

diberikan kode (3).

c. Tabulasi

Tabulasi adalah mengelompokkan data ke dalam suatu table

tertentu menurut sifat-sifat yang telah dimilikinya. Pada tahap ini

table harus selesei diproses secepatnya sehingga dapat segera

disusun ke dalam suartu pola format yang telah direncanakan.

d. Entry data (memasukkan data)

Memasukkan data yang telah dilakukan pengkodean dan dipilah

serta dilakukan analisa data

e. Cleaning (pembersihan atau merapikan data)

Membersihakn data dengan cara melihat data yang dimasukkan

sudah benar atau belum sesuai kode yang telah diberikan.

2. Analisa data

1) Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk menjelaskan dan mendiskripsikan

karakteristik setiap responden dan tingkat pengetahuan responden

tentang kegawatdaruratan dan tingkat keparahan cedera kepala


43

menggunakan media lembar observasi. Analisa univariat yang

digunakan adalah mean dan standart deviation. Data akan disajikan

dalam bentuk tabel dan hasil analisis berbentuk distribusi frekuensi.

Analisis univariat dalam penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan

untuk menjelaskan karakteristik responden meliputi Usia, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaandan GCS. Data karakteristik tersebut

akan dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan Chi Square.

Pada penelitian ini tidak menentukan uji bivariat karena dalam

penelitian ini semua variabel berbentuk kategori dan akan disajikan

dalam bentuk frekuensi atau presentase seperti umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, dan tingkat keparahan berdasarkan nilai GCS.

I. Rencana jalannya penelitian

Kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data yang dibutuhkan

pada penelitian ini melalui beberapa tahap yaitu sebagai berikut:

1) Tahap perencanaan

a) Menentukan judul penelitian yang kemudian dikonsulkan dengan

pembimbing I dan pembimbing II yaitu Gambaran karakteristik

pada pasien cedera kepala di Unit Gawat Darurat.

b) Menentukan tempat penelitian yaitu Rumah Sakit JIH Yogyakarta

c) Mengumpulkan literature dan sumber-sumber sebagai bahan

materi penelitian.

d) Melakukan bimbingan dan revisi atau perbaikan isi serta materi

yang ada dalam proposal penelitian dengan pembimbing II.


44

e) Mengurus surat studi pendahuluan di LitBang STIKES Guna

Bangsa Yogyakarta

f) Menetapkan asisten penelitian yang terdiri dari 1 mahasiswa dari

STIKES Guna Bangsa Yogyakarta

g) Mempersiapkan instrument penelitian yang diadopsi dari rekam

medis Rumah Sakit JIH Yogyakarta.

h) Melakukan studi pendahuluan di Rumah Sakit JIH Yogyakarta

pada tanggal 19 Oktober 2020.

i) Melakukan bimbingan proposal penelitian secara utuh dengan

pembimbing I dan pembimbing II serta melakukan revisi atau

perbaikan isi dari proposal penelitian.

j) Seminar proposal dengan judul “gambaran karakteristik pada

pasien cedera kepala di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit

Yogyakarta.

k) Melakukan revisi atau perbaikan proposal sesuai dengan masukkan

tim penguji dan pembimbing.

l) Mengajukan permohonan izin penelitian yang akan dilaksanakan

pada bulan maret 2020.

2) Tahap pelaksanaan

a) Mengumpulkan responden penelitian dengan jumlah sampel 60

responden di Rumah Sakit Yogyakarta

b) Memperkenalkan diri kepada responden

c) Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian

d) Meminta ketersediaan izin rekam medis untuk pengumpulan data


45

e) Melakukan pengecekan kembali lembat observasi yang telah diisi

f) Memberikan penghargaan berupa buah tangan kepada pihak yang

telah berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan

3) Tahap akhir

a) Melakukan tabulasi data.

b) Melakukan pengolahan data menggunakan SPSS statistic dan

melihat uji validitas dan reabilitas dengan uji Chi Square.

c) Menyusun hasil penelitian dan konsultasi denganembimbing.

d) Melakukan revisi atau perbaikan isi dari hasil penelitian.

e) Mengadakan seminar

f) Melakukan revisi atau perbaikan hasil seminar.

g) Konsultasi dengan pembimbing.

h) Membuat naskah publikasi.

i) Pengumpulan hasil penelitian dan naskah publikasi.

J. Etika penelitian

Semua penelitian yang berkaitan dengan manusia sebagai objek yang

harus diperhatikan dan ditaati pada etika penelitian yang telah ditetapkan.

Penelitian yang dilakukan harus memenuhi dan berdasarkan pada aturan

etik penelitian yaitu adanya persetujuan dari responden (potter & perry,

2005).

Beberapa etika penelitian yang harus diperhatikan yaitu:

1. Kerahasiaan (Confidentiality)
46

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subjek

peneliti telah dijamin kerahasiaannya (Setiadi, 2007). Penelitrian ini

menggunakan data primer dan sekunder. Data tersebut diambil sesuai

yang tercatat di rekam medis dan wawancara kepada penanggung

jawab Unit Gawat Darurat Rumah sakit JIH Yogyakarta. Peneliti

dalam penulisan data menggunakan inisial dan tidak diketahui oleh

pihak siapapun kecuali peneliti.

2. Kejujuran

Kejujuran merupakan prinsip untuk mengatakan yang

sebenaarnya untuk menghundari agar tidak melakukan kebohongan

pada responden. Kejujuran tidak hanya berimplikasi pada perawat

yang harus berkata jujur tetapi juga membutuhkan adanya sikap

positif dalam memberikan informasi yang berhubungan dengan situasi

pasien yang sebenarnya (Potter & Perry, 2005). Peneliti menjelaskan

hal yang sebenarnyaterkait dengan alur penelitian, tujuan dan juga

manfaat dari penelitian yang akan dilakukan mengenai gambaran

karakteristik pada pasien cidera kepala di Unit gawat Darurat Rumah

sakit JIH Yogyakarta

3. Non-Malafisien

Non-Malafisien adalah memberikan standar minimal yang harus

dicapai oleh peneliti (Potter & Perry, 2005). Penbeliti ini tidak

membahayakan responden penelitian karena data yang digunakan

adalah data primer dan sekunder yang sudah tercatat di rekam medis.
47

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal et. all. (2006). Outcame in 2068 patient of head injury: Experience at a
level 1 trauma centre in India. Asian J Neurosurg. 2016 Apr-jun;11(2):
143-145. Doi: 10.4103/1793-5482.145081
American Assosiation of Neurological Surgion. (2019). Neurosurgical Condition
and Treatment Trauma Brain Injury.
Audrey. D., Rachel. T., & Udo. K. (2009). Head Injury. Oxford England. ISBN:
978-0-19-921822-6,0199218116
Awolei, A. C., Mallo, N. T. S., & Tomuka. D. (2016). Gambaran Cedera kepala
yang menyebabkan kematian di Bagian Forensik dan Medikolegal RSUD
Prof. Dr. R. D. Kandaou periode Juni 2015-Juli 2016. Jurnal e-Clinic
(eCI):4(2):1-5
Brain Injury Assosiation of America. (2018). Brain injury.
http://www.biausa.org/brain-injury//about-brain-injury. Diakses pada
tanggal 23 Januari 2020
Colombia University Departemen of Neurology. (2015). Neurology.
http://www.colombianeurology.org/neurology/staywell/documenr.php?
id=33918. Diakses pada tanggal 23 Januari 2020
https://www.aans.org/Patient/Neurosurgical-Condition-and
Treatment/Traumatic-Brain-Injury. Diakses pada tanggal 23 Januari 2020
Humas Polres Bantul. (2013). Faktor penyebab kecelakaan lalu lintas.
http://humaspolresbantul.blogspot.com/2013/05/faktor-penyebab-
kecelakaan-lalu-lintas.html. Diakses pada tanggal 02 Februari 2020
Ikhda, U., Bintari, R. K., Dewi, K. N., & Respati, S. D. (2017). Buku Ajar
Keperawatan Gawat Darurat pada Kasus Trauma. Jakarta: Salemba
Medika.
Kementrian Perhubungan Republik Indonesia. (2017). Strategi Kemenhub untuk
kurangi angka kecelakaan sepeda motor. http://news.detik.com/berita/d-
3052196/ini-10-strategi-kemenhub-untuk-kurangi-angka-kecelakaan-
sepeda-motor. Diakses pada tanggal 23 Jnauari 2020
Korp Lalu Lintas. (2018). POLDA DIY Catat 373 kasus kematian Akibat
kecelakaan. http://yogya.inews.id/berita/polda-diy-catat-373-kasus-
kematian-akibat-kecelakaan-sepanjang-2018. Diakses pada tanggal 23
januari 2020
48

LakarestaDps. (2016). Pengertian Kecelakaan Lalu Lintas.


https://lakarestadps.wordpress.com/2016/01/07/pengertian-kecelakaan-
lalu-lintas/. Diakses pada tanggal 25 Januari 2020
Mayfieldclinic. (2018). Anatomy Brain. https://mayfieldclinic.com/pe-
anatbrain.htm. Diakses pada tanggal 28 Januari 2020
Morton, G. P., Fontaine, D., Hudak, M. C., Gallo, M. B. (2008). Keperawatan
Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik. Vol 1. Edisi 8. Jakarta: EGC
National Health Service (NHS). (2018). Severe Head Injury.
http://www.nhs.uk/condition/severe-head-injury/.Diakses pada tanggal 23
Januari 2020
Neuropathology. (2016). Cairan Serebospinal (CSF). http://neuropathology-
web.org/chapter14.chapter14CSF.html. Diakses pada tanggal 28 Januari
2020
Northeastern University. (2010). Nutraumatic Brain Injury.
http://bouve.Northeastern.edu/nutraumaticbraininjury/what-is-tbi/severity-
of-tbi/ Diakses pada tanggal 23 Januari 2020.
Notoatmodjo. (2011). Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Renik
a Cipta.
Notoatmodjo. (2012). Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Renik
a Cipta
Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawata
n. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2016). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Me
dika.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Fundamental of Nursing. Concept, Process,
and Practice. 4th Edition. Mosby: Year Book. Terjemahan oleh Y. asih,
dkk. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, proses, dan
praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, CV.
Teachme Anantomy. (2018). Anatomy Head Osteology Skull.
http://teachmeanatomy.info/head/osteology/skull/ Diakses pada tanggal 25
Januari 2020
Treuting, P M., Dintzis, S. M., & Montine, K. S. (2017). Comparative anatomy
and Histology: A mouse, Rat and humas atlas. Academic press. New York.
Hal. 277.
Undang-undang Nomor 22. (2009). Lalu lintas Dan Angkutan Jalan Raya.
http://www.bantuhukum.or.id/web/implementasi-undang-undang-nomor-
22-tahun-2009-tentang-lalu-lintas-dan-angkutan-jalan-raya-/. Diakses pada
tanggal 23 Januari 2020
World Health Organization (WHO). (2018). Falls. https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/falls/ Diakses Januari 2020

Anda mungkin juga menyukai