Anda di halaman 1dari 44

WAHID,HASAN,MELDI

Bab 4

PREFERENSI UTILITAS DAN PILIHAN KONSUMEN

Teori preferensi dipergunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan bagi konsumen.


Misalnya konsumen memiliki beberapa pilihan maka konsumen dengan sumber daya yang
terbatas harus memilih berbagai alternatif sehingga utilitas atau nilai guna yang diperoleh
mencapai optimal. Pertama kali istilah utilitasguna yang diperoleh mencapai optimal.
Pertama kali istilah utilitas ini dipergunakan oleh Jeremy Bentham (1748-1832), walaupun
ahli lain tahu hubungan antara nilai barang (value of goods) dan utilitas dari barang yang
dikonsumsi. Adam smith dalam karya terkenalnya The wealth of nation membedakan antara
nilai guna (value in use) dan nilai tukar (value in exchange) dengan contoh terkenalnya
paradoks air dan intan. Air memiliki harga yang rendah (nilai tukar) karena jumlahnya
berlimpah, tetapi memiliki nilai guna yang tinggi karena jumlahnya yang langka, tetapi
memiliki nilai guna yang rendah.

Umumnya terdapat dua pendekatan yaitu secara kardinal dan ordinal. Teori Utilitas
Ordinal menyatakan tak dapat diukur sebagaimana yang biasa dilakukan terhadap harga dan
jumlah tetapi dapat diranking (order) utilitasnya berdasarkan barang yang berbeda-beda. Jadi
dapat dikatakan utilitas dari suatu barang lebih besar, lebih kecil atau sama dengan barang
lain. Sedangkan Teori Utilitas Kardinal menyatakan utilitas dapat diukur secara pasti.

Berkenan dengan hal di atas, ahli ekonomi Italia Wilfredo PARETO menyatakan
fondasi dari teori perilaku konsumen modern tidaklah berdasarkan pendekatan kardinal,
karena konsumen tak dapat menghitung dengan pasti nilai utilitasnya, tetapi hanya dapat
meranking tingkat kesukaannya (preferensi). Konsumen dapat menyatakan lebih suka barang
A dibanding B tetapi tak dapat menyatakan misalnya tingkat kepuasan A = 6 utilitas,
sedangkan B = 5 utilitas.

Sebenarnya barang yang dikonsumsi oleh konsumen bertujuan untuk mendapatkan


layanan (service) dari barang tersebut dibandingkan kebutuhan akan barang itu sendiri.
Dengan demikian kita dapat menganalisis baik untuk barang tahan lama maupun barang
biasa. Asumsi yang dipakai adalah setiap konsumen memiliki informasi yang lengkap dalam
mengambil keputusan, sehingga keputusan yang diambil benar-benar rasional. Walau
demikian asumsi ini tidaklah perlu terlalu ketat untuk mendapatkan teori permintaan. Karena
syarat untuk menurunkan fungsi permintaan dari kurva indeferen adalah: 1) konsumen
menyadari keberadaan suatu barang (mau mengkonsumsi); 2) konsumen memiliki reaksi
misalnya dia lebih menyukai satu barang dibandingkan barang lain (konsumen memiliki
prefrensi yang rasional); 3) konsumen memiliki pendapatan untuk memberikan reaksi yang
penting terhadap pasar.

A. PENDEKATAN SECARA KARDNAL

Pendekatan secara kardinal menganggap bahwa nilai guna atau tingkat kepuasan
dapat diukur secara pasti. Misalkan jika seseorang menkonsumsi suatu barang maka tingkat
kepuasannya dapat diketahui untuk setiap jumlah barang. Secara tabel diperlihatkan pada
contoh berikut :

TABEL 4.1 Utilitas dari barang yang Dikonsumsi

Jumlah Barang dikonsumsi Total Utility (TU) Marginal Utility (MU)

1 5 5

2 8 3

3 12 4

4 15 3

5 17 2

6 18 1

7 18 0

8 17 -1

Dari tabel di atas diperlihatkan bahwa tingkat kepuasan dapat diukur secara pasti.
Padahal dapat dimaklumi sangat sulit dilakukan. Karena itu pendekatan secara kardinal
kurang dapat diterima.
Utilitas

F (TU)

7 Q

GRAFIK. 4.1. Utilitas dari Barang yang Dikonsumsi

Secara empiris dapat dimengerti bahwa semakin banyak jumlah yang dikonsumsi
tingkat kepuasannya semakin kurang. Misalnya jika kita menkonsumsi es krim maka pada
tingkat tertentu akan dicapai tingkat kepuasan maksimum/jenuh (saturation point) tetapi
berapa nilai kepuasannya untuk setiap es yang dikonsumsi tak dapat diukur secara pasti.
Walau demikian konsep ini dapat pergunakan. Misalnya jika kita ingin mengadakan bazaar
kita dapat menentukan harga jual es krim pada tingkat pemakaian sepuasnya, tanpa
perpotongan waktu. Misalnya kita memprakirakan jika seseorang memakan es krim tanpa
henti rata-rata hanya sanggup 7 buah (contoh di atas) maka kita dapat menjual dengan harga
lebih besar dari 7 buah.

Dari tabel di atas (kolom 3) dapat diketahui bahwa niali guna (utility) mempunyai
pola penambahan yang menurun (diminishing return). (sebelumnya perlu diketahui istilah
MU yaitu: tambahan utilitas yang disebabkan tambahan jumlah barang yang dikonsumsi atau
ᵟTU/ᵟQ).

Bagaimana cara pengukuran utilitas secara kardinal?. Salah satu cara mengukur
utilitas adalah dengan membuat skala (score). Misalkan kita memberi skor sangat bahagia
(+1), cukup bahagia (0), dan tidak bahagia (-1). Untuk lebih jelasnya dapat kita ikuti ilustrasi
berikut (Hirschleifer, Jack: Price Theory and Applications,p:63).
TABEL 4.2 Tingkat Pendapatan dan Kebahagiaan

Pendapatan Responden (%)

(Rp juta) Sangat Bahagia Cukup Bahagia Tidak Bahagia Skor

<3 14 55 31 -0,17

3 - 3,99 21 63 16 0,05

4 - 4,99 27 61 12 0,15

5 – 5,99 26 64 10 0,16

6 – 6,99 24 65 10 0,14

7- 7,99 29 60 10 0,20

8 - 9,99 29 63 7 0,22

>10 38 54 8 0,33

Catatan : Angka Skor dihitung melalui (kolom (2) – (5)/100)

Dari tabel di atas jika kita ubah dalam grafik maka kita dapatkan grafik yng hampir
sama dengan Grafik 4.1. Dari nilai skor kita dapat menduga bagaimana hubungan pendapatan
dengan tingkat kebahagiaan. Nilai di atas nol berarti responden merasa Bahagia.

B.PENDEKATAN SECARA ORDINAL

Pendekatan secara ordinal adalah pengukurn dengan membuat ranking dari tingkat
preferensi (rank ordering of preference). Menurut pendekatan ini tingkat pendekatan
kepuasan tidak dapat diukur secara mutlak tetapi hanya dengan memperbandingkan di antara
berbagai jumlah barang yang dikonsumsi. Dari pendekatan ini dikenal kurva indefern
(indifference curve), yaitu: kurva yang menggambarkan tingkat kepuasan yang sama untuk
berbagai kombinasi barang yang dikonsumsi . semakin tinggi letak indifference curve maka
semakin tinggi tingkat kepuasannya, demikian sebaliknya semakin rendah letak kurva
indeferen (semakin ke kiri bawah) maka semakin rendah pula tingkat kepuasannya. Sebagai
ilustrasi dapat kita lihat contoh berikut:
Qy

1 1

3 6 10 15 Qy

Jika kita gambarkan maka kurva I1>IO sedangkan kurva I2<I0. Perhatikan disini
selalu ada prinsip pertukaran, artinya jika jumlah x yang diminta naik maka jumlah Y yang
diminta akan turun. Hal ini semata-mata karena asumsi tersirat anggaran yang tersedia
terbatas.

Qy

I1

I0

I2

Qx

Pada prinsipnya teori preferensi secara ordinal memiliki aksioma (dalil) yaitu:

1. Dalil perbandingan (axiom) of comparison), memperbandingkan beberapa preferensi


individu dengan asumsi setiap individu dapat menentukan pilihan dengan pasti dan
rasional.
2. Dalil transitiviti (axiom of transitivity), memperbandingkandi antara berbagai
preferensi dengan preferensi individu dengan asumsi setiap individu dapat
menentukan pilihan secara konsisten. Misal jika A lebih disukai dari B; B lebih
disukai dari C maka A harus lebih disukai dari C.

Dengan dalil ini diketahui bahwa setiap kurva indiferen (indifference curve) tidak
akan berpotongan. Misalkan jika terdapat dua kurva indiferen I dan II. Jika seorang
konsumen merasa kurva indiferen II lebih besar dari I maka dapat dinyatakan semua titik
pada kurva indiferen II lebih memuaskan dibandingkan I. Maka diketahui antara titik A dan
B memiliki kepuasan yang sama tetapi lebih tinggi dibandingkan titik C dan D. Di sini tidak
dapat dinyatakan bahwa C lebih tinggi dari A. Jika hal ini berlaku jika tidak menemukan
konsistensi. Jadi titik potong (E) haruslah diartikan ada hanya pada satu kurva indiferen,
bukan pada kedua kurva. Jadi dengan demikian kita bisa buktikan kurva indiferen tidak akan
berpotongan tetapi hanyalah merupakan persilangan yang tidak berhimpit (lihat Grafik 4.3.)

3. Kurva Indiferen tidak harus paralel, dalam peta indiferen di bawah kita mengetahui
bahwa masing – masing kurva mendekati pada jumlah x yang semakin banyak. Jarak
antara titik AB jauh lebih besar dibandingkan jarak CD. Hal ini tidak menjadi masalah
selama dalil @ dipenuhi. (Grafik 4.4.)
4. Banyak lebih disukai dari pada sedikit , banyak lebih disukai dibandingkan sedikit
(more is better/mib) merupakan alasan yang rasional untuk sebagian besar barang
yang dikonsumsi.

Asumsi ini menyebabkan kurva indiferen memiliki slope negatif dan cembung terhadap O,
jika kedua barang X,Y memenuhi syarat mib ini (kita dapat perhatikan pada bagian D) pada
Grafik 4.4 dapat diketahui kombinasi B, D lebih disukai dibanding kombinasi A.C.

QY QY

D B A B

C D

I C

A II
QX QX

C. MENGAPA KURVA INDIFEREN BERBENTUK CEKUNG?

Kurva indiferen berbentuk cekung terhadap titik asal memungkinkan untuk pilihan
yang konsisten. Jika suatu kurva berbentuk cembung maka tampak saperti gambar kondisi
yang optimum secara matematis adalah di titik A, (slope kedua kurva sama) tetapi sebenarnya
garis anggaran memotong juga titik D yang berada pada kurva indiferen yang lebih tinggi
(mib. Dalil 4) jadi jika kurva indiferen berbentuk cembung maka akan terjadi inkonsistensi,
menurut kondisi matematis di titik A, menurut dalil 4 di titik D.

QY

QX

GRAFIK 4.5 Kurva Indiveren tidak berbentuk Cembung terhadap titik asal

D. BARANG BAIK, BARANG BURUK DAN KURVA INDIFEREN

Sebagaimana dikemukan di muka kurva indiferen untuk menganalisis pilihan


konsumen di antara dua barang yang langka. Seorang konsumen dapat mengkonsumsi. Lebih
banyak barang yang baik dan mengurangi barang yang buruk.

Suatu barang dikatakan baik atau buruk adalah dilihat utilitas marjinalnya. Jika kita
mengkonsumsi suatu barang sampai tingkat tertentu, di mana utilitas marjinalnya telah
menjadi nol, maka barang tersebut dikatakan barang buruk, yang ditujukkan oleh peta kurva
indiferen yang lengkap sebagai berikut:
Sebagai contoh untuk daerah satu, dikatakan X adalah barang yang baik, sedangkan Y
adalah barang yang buruk. Hal ini disebabkan jumlah barang X yang dikonsumsi bertambah
terus, sehingga dapat dianggap MU selalu posotif. Sedangkan jumlah barang Y yang
dikonsumsi mengalami titik jenuh, sehingga dapat dianggap MU-Y adalah negatif.

I II

IV III

I = x barang baik (good goods)

Y barang jelek (bad goods)

II = x & Y barang jelek

III = x barang jelek

Y barang baik

IV = x & y barang baik

GRAFIK 4.6. Beberapa Kemungkinan Kurva Indiferen

E. TINGKAT BATAS SUBSTITUSI (MARGINAL RATE SUBTITUTION)

Tingkat Batas Subtitusi didefinisikan sebagai jumlah yang dapat ditukarkan untuk
mendapatkan tambahan 1 unit barang lain guna mencapai tingkat kepuasan yang sama. Dari
kurva indiferen kita dapatkan dua atau lebih kombinasi barang yang menghasilkan tingkat
kepuasan yang sama. Misal untuk meningkatkan kombinasi barang X maka diperlukan
pengurangan konsumsi barang Y, agar kurva indiferen tetap. Dengan demikian diketahui jika
barang X jumlahnya semakin banyak maka diperlukan penukaran yang semakin banyak
untuk mendapatkan tambahan 1 unit barang Y, sehingga akan didapatkan pola MRS yang
menurun. Jika misalnya kita memiliki banyak roti tetapi sedikit susu maka kita akan bersedia
menukar untuk sedikit susu dengan roti yang banyak untuk mencapai kepuasan yang sama
(satu kurva indiferen).

Secara matematis MRS dituliskan sebagai berikut:

MRS = -dy/dx (1)

Contoh:

Jika diketahui suatu kurva indiferen I merupakan kombinasi dari barang X & Y
sebagai berikut:

Qy

4 A

3 B

2 C

1 D

3 6 10 15 Qx

GRAFIK 4.7 Kurva Indiveren dan Tingkat Batas Substitusi

Dapat diketahui bahwa nilai MRS memiliki pola menurun sehingga dikatakan diminishing
marginal rate of substitution.

Jika persamaan MRS di atas ditulis ulang kita dapat menulisnya sebagai berikut:

MRS = dY/dX = dU/dX / dU/dX = MUX/MUY (2)

Persamaan (2) tersebut dapat dinyatakan bahwa tingkat pertukaran suatu barang
merupakan rasio Marginal Utility barang tersebut. Jika semakin banyak suatu barang maka
tingkat kepuasan barang yang terakhir (marginal utility) akan semakin rendah artinya dia
bersedia menukar dengan jumlah yang lebih besar (sehingga kepuasan yang dikorbankan
lebih besar) untuk mendapatkan barang lain. Nilai marjinal dari unit terakhir barang yang
dikorbankan akan semakin besar, hingga nilai marjinal kedua barang akan sama besarnya.
Jadi jika ada dua barang yang akan dipertukarkan maka jumlah barang yang memiliki Utilitas
Marjinal yang rendah akan dikurangi, dan jumlah barang yang memiliki Utilitas Marjinal
yang tinggi akan naik sehingga Utilitas Marjinal (bukan jumlah barang) akan sama.

F.GARIS ANGGARAN (BUDGET LINE)

Garis Anggaran didefinisikan sebagai dana yang tersedia untuk mengkonsumsi


sejumlah barang yang pada suatu tingkat harga tertentu. Jika dimisalkan terdapat dua barang,
X dan Y maka jumlah yang dapat dibeli untuk barang tersebut tergantung dari rasio harganya.
Sehingga slope dari garis anggaran merupakan rasio dari harga barang. Jika misalkan jumlah
uang yang dimiliki adalah M maka kita dapat menuliskannya sebagai berikut:

M = Px.(X) + Py.(Y) (3)

Jika misalkan dengan jumlah uang yang sama (M) maka jika salah satu barang ingin
ditingkatkan penggunaannya, barang yang lain harus dikurangi penggunaannya, sehingga:

dM=Px (+dX) + Py (-dY) (4)

Ɵ =Px (dX) – Py (dY)

dY/dX =PX/PY (5)

dY = perubahan jumlah barang Y yang dikonsumsi

dX = perubahan jumlah barang X yang dikonsumsi

Dm = perubahan jumlah uang yang dimiliki

Dari persamaan (4) tersebut kita dapatkan bahwa besarnya rasio perubahan jumlah
yang ingin dikonsumsi (tingkat MRS) adalah merupakan rasio harga dari barang tersebut.

Pergeseran dari garis anggaran ini dapat disebabkan oleh Pergeseran dari garis
anggaran ini disebabkan oleh perubahan tingkat pendapatan dan perubahan tingkat harga.
Jika tingkat pendapatan (M) berubah dan harga-harga tetap maka kedua garis anggaran
memiliki slope yang sama, sehingga garis anggaran lama akan paralel dengan garis anggaran
baru. Sedangkan jika tingkat harga yang berubah (misalkan harga barang x turun, pendapatan
dan harga barang y tetap) maka kurva akan berotasi dengan intersep yang sama.
Y Y

B Bˈ XA Bˈ B X

GRAFIK 4.8 GRAFIK 4.9


Garis Anggaran Jika Pendapatan Berubah Garis Anggaran jika Harga Barang X Berubah

G. KESEIMBANGAN KONSUMEN
Tingkat kepuasan konsumen yang ditunjukkan oleh kurva indiferen dapat terpenuhi
oleh sumber daya (garis anggaran) secara optimal jika slope kedua kurva tersebut sama
(kedua kurva bersinggungan).
Pada Grafik 4,10 diketahui bahwa titik A belum optimal karena berada dibawah garis
anggaran (artinya masih ada dana yang tersedia tidak dibelanjakan sehingga tingkat kepuasan
pada titik A lebih rendah, II<I2) tetapi titik C tidak terpenuhi karena berada di atas garis
anggaran (memang 13>12, tetapi untuk mencapainya dana yang ada tidak mencukupi).
Sehingga keseimbangan bagi konsumen adalah pada titik E, di mana dana yang ada
mencukupi dengan tingkat kepuasan sebesar I2.

GRAFIK 4.10 Keseimbangan Konsumen


Dari persamaan (3) dan (5) dapat diketahui bagi keseimbangan konsumen bahwa:

MRS = Mux/Muy = Px/Py (6)

= Mux/Px = Muy/Py =.........= Mun/Pn (7)

Dari persamaan (7) dapat dinyatakan bahwa satu rupiah yang dibelanjakan untuk barang x
harus memberikan kepuasan yang sama nilainya dengan satu rupiah untuk barang Y yang
dikonsumsi harus diperbanyak.

MUx/Px > MUy/Py = konsumsi barang X diperbanyak

MUx/Px < Muy/Py = konsumsi barang Y diperbanyak

Dengan mempergunakan Persamaan Lagrange akan didapatkan hasil yang sama, yaitu
dengan memaksimalkan utilitasnya:

Kendala Anggaran Y0 = p1q1 + p2q2 (8)

Fungsi Utilitas U = q1q2, (9)

Maka akan didapat:

V = f(q1,q2) +λ (Y0 – p1q2 – p2q2) (10)

Sehingga derivasi/turunan parsial pertamanya adalah:

ᵟV/ᵟq1 = f1 – λp1 = 0 (11)

ᵟV/ᵟq2 = f2 – λp2 = 0 (12)

ᵟV/ᵟλ = Y0 – p1q1 – p2q2 (13)

Dari persamaan 9.10, akan didapatkan: f1/f2 = p1/p2= λ, atau f1/p1 = f2/p2 = λ. Karena f1
dan f2 menunjukkan turunan dari utilitas maka f1 dan f2 dapat dikatakan sebagai marjinal
utilitas. Sedangkan P1 dan P2 adalah harga produk barang yang dikonsumsi. Di sini f1/f2
adalah MRS sedangkan λ diinterpretasikan sebagai utilitas marjinal dari pendapatan. Karena
utilitas marjinal barang yang dikonsumsi adalah positif, maka utilitas marjinal dari
pendapatan pun akan positif.
Contoh 4.1:

Sejumlah mahasiswa suatu universitas mempersiapkan diri untuk UAS tetapi hanya memiliki
waktu 6 jam. Tujuan belajar maha siswa ini untuk mendapatkan nilai rata-rata tertinggi untuk
tiga mata kulaih: ekonomi, matematika, statistika. Mahasiswa tersebut harus memutuskan
alokasi wajtu untuk ketiga mata kuliah. Berdasarkan prakiraan diperoleh hubungan waktu
yang dialokasikan dan nilai sebagai berikut:

Ekonomi Matematika Statistika


Jam Belajar Nilai Jam Belajar Nilai Jam Belajar Nilai

0 20 0 40 0 80

1 45 1 52 1 90

2 65 2 62 2 95

3 75 3 71 3 97

4 83 4 78 4 98

5 90 5 83 5 99

6 92 6 86 6 99

Pertanyaan:

1) Bagaimana mahasiswa di atas mengalokasikan waktunya?

2) Bagaimana penyelesaian 1) dihubungkan dengan ekuilibrium konsumen

Jawab:

1. Untuk memaksimalkan nilai rata-rata maka mahasiswa di atas mestilah menghitung


tambahan nilai yang mungkin mereka dapatkan jika mereka menaikkan jam
belajarnya. Ini dinamakan nilai marjinal. Misalkan dari 2 jam belajar maka mahasiswa
tersebut berhasil menaikkan nilai ekonomi sebesar 20 (65-45), statistika 5 (95-90).
Secara lengkap kita dapat ikuti tabel berikut:
Ekonomi Matematika Statistika
Jam Belajar Nilai Marjinal Jam Belajar Nilai Marjinal JamBelajar Nilai Marjinal
0 - 0 - 0 -

1 25 1 12 1 10

2 20 2 10 2 5

3 10 3 9 3 2

4 8 4 7 4 1

5 7 5 6 5 1

6 2 6 3 6 0

Dari tabel di atas kita dapatkan nilai marjinal yang sama untuk ketiga mata kuliah tersebut
yaitu sebesar 10. Jadi kita mesti mengalokasikan waktu 3 jam untuk ekonomi, 2 jam untuk
matematika, serta 1 jam untuk statistika, dengan total nilai (75+62+90) = 227 atau rata-
ratanya 75,66. Selain alokasi waktu ini akan menghasilkan nilai total yang lebih rendah!

2. Dari jawaban 1) sebenarnya secara tersirat diketahui tingkat harga yang berlaku adalah
sama, jadi kita dapat mengoptimumkan alokasi dengan mencari nilai marjinal yang sama.
Jika tingkat harga berbeda maka kita mesti menyesuaikan lagi nilai marjinal yang dipilih
tetapi tetaplah harus memenuhi dalil keseimbangan konsumen yaitu Mu/P sama untuk semua
barang.

Contoh4.2:

Sebagai ilustrasi penggunaan konsep lagrange dapat diikuti contoh berikut. Dimisalkan
UtilitasESKA terhadap dua barang yang dikonsumsi adalah U (X,Y) = X 1,5Y. Jika harga
barang X,Y dan pendapatan masing-masing adalah Rp 3, Rp 100, maka:

a. Tentukan jumlah barang yang dikonsumsi sehingga kepuasannya optimal


b. Dengan melengkapi tabel terlebih dahulu tunjukkanlah titik singgung dengan garis
anggaran yang tersedia!
Jawab:

a. Karena dalam teori preferensi ini kita memuaskan utilitas maka kita dapat ubah
contoh di atas dalam persamaan Langrange dengan kendala 100 = 3x + 4y. Jika kita
ubah kendala ini dalam persamaan implisit maka didapat 100-3x-4y, sehingga:

V = f(U) + λ(100 – 3X – 4Y):

ᵟV/ᵟX = 3/2 Y.X1/2 - 3λ

Di dapat λ = ½ Y.X1-2 (a)

ᵟV/ᵟX = 3/2 Y.X1,5 - 4λ

Di dapat λ= ¼ X1,5 (b)

ᵟV/ᵟλ = 100 - 3x – 4y (c)

Dari (a) dan (b) didapat =

4 (1,5 Y. X1/2) = 3X1,5

2Y = X1,5/X0,5

Y =½X (d)

Jika (d) disubtitusikan ke (C) maka didapat

λ = 100 – 3X – 4(1/2x)

Y = 10 dan X = 20

Tingkat utilitas yang diperoleh ESKA adalah

U = 20 1,5 . 10 = 891,25

(b) Dengan diketahui tingkat utilitas yang dinikmati ESKA 891 maka kita dapat
membuat kombinasi berbagai jumlah barang yang ingin dikonsumsi yaitu:

U (X,Y) = X1,5Y

C = 100 Px = Rp 3; Py = Rp 4
X Y U

20 10 891

10 17,5 550

30 2,5 417

33,33 0 191

0 25 25

15 13,75 794

13,33 15 741

Dari tabel di atas kita ketahui kombinasi X,Y = 20; 10 akan memberikan tingkat kepuasan
yang optimal.

25

13,75

10

I1 = 891

12 = 794

15 20 X

H. PERUBAHAN HARGA DAN KURVA PERMINTAAN

Sebagaimana dikemukakan pada sub bagian garis anggaran maka kita mengetahui
garis anggaran dapat berubah karena adanya perubahan tingkat harga. Jika hal ini terjadi
maka keseimbangan konsumen akan ikut berubah pula (pada sub bagian K kita akan
memecah efek perubahan harga menjadi efek substitusi dan efek pendapatan).
Jika dimisalkan terjadi perubahan harga barang X terus menerus (Px turun menjadi
P1,P2,P3,P4, di mana P1<P2<P3<P4) maka kita akan mendapatkan garis anggaran yang baru
yaitu BL1, BL2, BL3, BL4, dengan keseimbangan A->B->C->D. Garis yang melalui titik A
B C D tersebut dinamakan Price Consumption Curve (PCC). Dari PCC inilah diturunkan
Kurva Permintaan (karena PCC memperlihatkan perubahan jumlah barang yang diminta
sebagai akibat perubahan harga). Sebagai contoh pada tingkat harga barang X sebesar P1
maka jumlah yang diminta sebesar Qx 1, juka harga barang turun menjadi P2 maka jumlah
yang diminta akan naik menjadi Qx 2, jika harga turun lagi menjadi P3 jumlah yang diminta
naik menjadi Qx 3. (Variabel harga tidak tampak dalam garis PCC).

PCC : tempat kedudukan titik-titik yang menunjukkan keseimbanagan konsumen


sebagai akibat perubahan tingkat harga, dengan tingkat pendapatan tetap.

Qy

M PCC

Py

AB

I1 I2 C D

I3 I4

BL1 BL2 BL3 BL4

Qx1 x2 M x3 x4 M M M Qx

Px1 Px2 Px3 Px4


Px

Px1 A

Px2 B

Px3 C

Px4 D

f(d)

Qx1 Qx2 Qx3 Qx4 Qx

GRAFIK 4.11.Perubahan Harga dan Kurva Permintaan

Contoh : 4.3:

Misalkan diketahui anggarn yang tersedia sebesar 100 dan dialokasikan untuk barang X, dan
Y. Harga barang X dan Y masing-masing sebesar Rp 5 dan Rp 2. Jumlah barang X yang
sebesar 12. Jika harga barang X turun menjadi 4,3,2, dan 1, jumlah barang x yang diminta
menjadi 14, 18, 25, dan 40.

Pertanyaan :

Tunjukkanlah garis PCC serta kurva permintaannya, sertakan tabel sederhananya!.

Jawab :

Fungsi Permintaan

M = Px. X = Py, Y Px Qx

100 = 5X + 2Y ..........(a) X = 12, Y = 20 5 12

100 = 4X + 2Y ..........(b) X = 14, Y = 23 4 14

100 = 3X + 2Y ..........(c) X = 18, Y = 23 3 18


100 = 2X + 2Y ..........(d) X = 25, Y = 25 2 25

100 = X + 2Y ..........(e) X = 40, Y = 30 1 40

Qy

50

45

40

35

30 I4

25 I3
23 I2
22 I1
20
I0

15

10

Qx

` 5 10 12 14 20 25 33 40 50 100
Px

Qdx

12 14 18 25 40 Qdx

I. PERUBAHAN PENDAPATAN DAN KURVA ENGEL

Jika misalkan yang berubah adalah tingkat pendapatan konsumen (I1, I2, I3, I4,
di mana I1 < I2 < I3 < I4) maka kita akan mendapatkan garis anggaran baru yang paralel
dengan garis anggaran lama yaitu BL1, BL2, BL3, BL4 dengan ekuilibrium A1->B1->C1-
>D1. Garis yang melalui keseimbangan tersebut dinamakan Income Consumption Curve
(ICC).

ICC: Tempat kedudukan titik-titik yang menunjukkan keseimbanagan sebagai


akibat perubahan tingkat pendapatan dengan tingkat harga tetap.
.

Qy
BL I4

BL I3

BL I2
ICC
BL I1

D
C I4
B I3
A I2
I1

Qx

GRAFIK 4.12 Income Consumtion Curve

Contoh 4.4.:

Misalkan diketahui harga barang X dan Y masing – masing sebesar Rp 5 dan Rp 2. Jika
tingkat pendapatan Ali masing – masing sebesar Rp 100, Rp 150, Rp 200, dan Rp 300 maka
jumlah barang x yang diminta masing – masing sebesar 10, 16, 20, dan 30 unit.
Qy

- 150

- ICC

- 100
-
- D
-
-
- 75
- I4
-
-
-
- 50 C
- I3
- B
- 35
A I2
- 25
- I1
- 10

x x x x x x x x x

10 16 20 25 30 40 60 Qx
Pertanyaan:

Tunjukkanlah kurva ICC-nya serta elastisitas permintaan barang x terhadap


pendapatan, bagaimana kategori barang x !

Jawab:

M = 5X = 2Y

M X Y η.

100 10 25 1,15

150 16 35 0,78

200 20 50 1,00

300 30 75

η = (ᵟQ/ᵟM) X { (M1 = M2) / (Q1 + Q2)

karena nilai elastisitas barang X kecil maka kita bisa katakan barang X adalah barang
inferior.

ICC ini dapat didefinisikan pula sebagai perubahan jumlah barang yang diminta
karena perubahan pendapatan. Kurva ICC ini lazim dinamakn Kurva Engel, untuk
mengingatkan pada orang pertama yaitu Ernst Engel yang menyelidiki hubungan perubahan
pendapatan dengan jumlah barang yang diminta. Engel melihat jika barang yang diminta
adalah barang barang pertanian atau barang yang bersifat mudah rusak (perishable goods)
maka ICC-nya berpola A. Artinya adanya perubahan (kenaikan) pendapatan tidak diikuti
dengan perubahan jumlah barang yang diminta secara progresif/besar. Hal ini dapat
dimaklumi karena walaupun pendapatan seseorang misal naik 10 kali maka ia tidak akan
meningkatkan konsumsi berasnya sebesar 10 kali juga, sehingga di sini kita akan menemukan
elastisitas pendapatan terhadap permintaan untuk barang pertanian akan kecil/rendah.
Sedangkan jika barang yang diminta adalah barang industri maka pola ICCnya berpola B.
Artinya adanya perubahan (kenaikan) pendapatan diikuti dengan perubahan jumlah barang
yang diminta secara progresif. Hak ini dapat dimaklumi jika pendapatan konsumen naik
maka jumlah berang-barang elektronik yang dibeli akan meningkat demikian pula kebutuhan
barang mewah sangat seiring dengan kenaikan pendapatan.

I I

Q pertanian Q industry

GRAFIK 4.13.a.Kurva Engel untuk Barang Pertanian

GRAFIK 4.13.b.Kurva Engel untuk Barang Industri

Karena kurva Engel memperlihatkan hubungan antara pendapatan dan jumlah barang yang
diminta, maka sebenarnya kita dapat melihat hubungan antara kurva Engel dan Elastisitas
Permintaan – Pendapatan. Jika elastisitas permintaan terhadap pendapatan sebagai berikut:

η = (dQ/Q) / (dI/I), maka kita dapatkan klasifikasi sebagai berikut:

Nilai Elastisitas Klasifikasi Barang

η>1 Suferior/Normal

η<1 Inferior

η<0 Giffen

Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa nilai lastisitas permintaan – pendapatan dapat
negatif; naiknya pendapatan dalam beberapa kasus jumlah yang diminta akan berkurang.
Perlu diperhatikan di sini penggunaan klasifikasi “ suferior/normal, inferior, giffen “ semata-
mata hanya menerangkan elastisitas pendapatan suatu barang. Jadi bisa saja suatu barang
merupakan inferior bagi seseorang tetapi bagi yang lainnya merupakan barang normal.

J. KURVA ENGEL DAN KURVA PERMINTAAN

Sebagaimana kita ketahui bahwa kurva permintaan menerangkan jumlah barang x


yang dibeli, sehingga akibat perubahan harga dengan asumsi pendapatan dan harga barang
lain konstan. Sedangkan kurva engel menerangkan perubahan barang X yang dibeli dengan
asumsi harga barang x dan harga barang lain konstan. Maka kita dapat membuat hubungan
kurva Engel dan permintaan sebagaimana diperlihatkan oleh Grafik 4.4a dan 4.14b.

Grafik 4.14a menunjukkan dua kurva permintaan dengan dua tingkat pendapatan. Jika
harga barang X adalah px0, maka kenaikkan pendapatan dari I0 ke I1 menyebabkan
pergeseran dari titik P ke Q dengan jumlah barang x yang dikonsumsi naik dari X0 ke X1.
Keadaan ini juga ditunjukkan oleh kurva 4. 14b pergerakan dari P ke Q pada saat pendapatan
naik dari I0 ke I1 dan X naik dari X0 ke X1. Catatan di sini px adalah konstan sebesar px0.

K.EFEK SUBSTITUSI DAN EFEK PENDAPATAN

Jika misalnya terjadi perubahan harga barang X maka akan terjadi perubahan
ekulibrium konsumen. Perubahan ini dapat dipecah menjadi dua sebab yaitu karena substitusi
(efek substitusi) dan karena pendapatan (efek pendapatan).

Perhatikan Grafik 4. 15, sebagai ilustrasi jika harga barang x naik. Rasio tingkat harga
awal ditunjukan oleh slope garis anggaran LM, dan kondisi keseimbangan pada R pada kurva
indiferen I. Jika harga X naik maka garis anggaran bergeser menjadi LM dan keseimbangan
konsumen yang baru pada titik R pada kurva indiferen II dengan jumlah barang x yang
dikonsumsi X3. Efek totalnya adalah X1-X3.

Efek substitusi dari perubahan ini ditunjukkan oleh pergeseran x1-x2 (P ke Q). Pada
saat harga naik konsumen mengalami kerugian karena turunnya pendapatan riil; yang
ditunjukkan oleh pergeseran I1 ke I2. Jadi untuk mengkompensasi (mengganti kerugian) dari
naiknya harga maka konsumen perlu menyediakan tambahan uang agar kepuasannya tetap
pada I1 pada rasio harga yang baru. Secara grafik kompensasi ini ditunjukkan oleh ”tangent
garis anggaran fiktif” pada I1 (kurva kepuasan yang lama) tetapi memiliki slope (rasio harga)
yang sama dengan rasio harga yang baru (setelah kenaikan harga). Garis anggaran CC adalah
fiktif, dan memiliki slope I1, pada titik Q. Jadi efek substitusi di sini.

Ditujukan oleh pergeseran posisi keseimbangan yang lama (P) ke posisi


keseimbangan imajiner (Q). Dikatakan efek substitusi karena konsumen mencoba
mensubstitusikan dari barang yang relatif mahal ke barang yang relatif mura. Jika daya beli
tak berubah konsumen tentu akan menggeser dari barang yang mahal.
Efek Substitusi :

Perubahan jumlah yang diminta sebagai hasil perubahan harga relatif setelah dikompensasi (oleh
konsumen) perubahan pendapatan rilnya. Atau dapat dikatakan perubahan jumlah yang diminta
karena perubahan tingkat harga dimana perubahan ini masih sepanjang kurva indiferen yang
sama,dengan tingkat pendapatan konstan.

Qy

Q
R
P

I2 I1

C (Px0 < Px1)

X1 X2 M X1 M Qx
Px1 Px0
GRAFIK 4.15 Efek Substitusi dan pendapatan jika harga X Naik
Dari grafik di atas maka pergeseran dari titik imajiner Q ke keseimbangan yang baru R pada
12 dinamakan sebagai efek pendapatan. Karena garis anggaran CC’ dan LM’ pararel maka
pergeseran tersebut tidak mengubah harga relatif ( rasio harga sama ) ,tetapi hanya
pendapatan riilnya saja yang berubah.
Pendapatan riil turun sebagai hasil kenaikan Px. Penurunan jumlah yang diminta dari
X2 X3 sebagai akibat turunnya pendapatan riil (efek turunnya harga telah dihitung sebagai
efek substitusi).

Efek pendapatan dari perusahaan harga :

Perubahan jumlah yang diminta sebagai akibat perubahan pendapatan riil,dimana tingkat harga
dan tingkat pendapatan nominal tetap.
BL Px0

BL Px1

A
C
B
I2
11

X1 X2 X3 Qx

GRAFIK 4.16 Efek Substitusi dan Pendapatan Jika Harga X Turun (Px1<Px0)

Jika sekarang yang terjadi adlah tingkat harga x (Px) turun,maka kita dapat
menganalisisnya dengan cara yang sama. Pergeseran dari A ke B pada Grafik 4.16
menunjukkan efek substitusi (pada satu kurva indiveren,dengan tingkat pendapatan
tetap),sedangkan dari titik B ke C menunjukkan efek pendapatan (pada harga relatif yang
sama,dengan tingkat pendapatan/kurva indiferen yang berbeda).

L. BARANG NORMAL,INFERIOR,GIFFEN

Dengan analisis efek substitusi dan pendapatan di atas kita dapat menentukan apakah
suatu barang termasuk dlam kriteria barang normal/suferior,inferior,giffen.

Dikatakan barang normal jika jumlah yang di minta berhubungan lurus dengan
pendapatan riil. Turunnya harga berarti naiknya pendapatan riil dan ini berarti naiknya
jumlah yang diminta,vice versa (demikian sebaliknya).

Jika efek substitusi dan efek pendapatan berarah sama (positif) maka perubahan harga
(turun)barang X akan menyebabkan jumlah yang diminta naik tajam. Barang yang demikian
disebut : barang normal (Grafik 4.15 dan 4.16).
Dikatakan barang inferior jka jumlah barang yang diminta berhubungan lurus (namun
tidak kuat) dengan pendapatan rill, jadi turunnya harga akan menaikkan pendapatan rill tetapi
kenaikan jumlah yng diminta tidak terlalu besar.

Jika efek substitusi dan efek pendapatan berarah berlawanan dengan efek substitusi
lebih besar dari efek pendapatan maka jumlah yng diminta akan naik sedikit. Barang
demikian dinamakan barang inferior.(Grafik 4.17 dan 4.18).

Dikatakan barang giffen jika jumlah barang yang diminta berhubungan terbalik dengan
pendapatan. Jika harga barang x turun maka tingkat pendapatan rill akan naik tetapi jumlah
barang x yang diminta akan turun pula. Kasus ini menunjukkan fungsi permintaan pada
barang giffen berslope positif. Barang giffen ini umumnya merupakan barang-barang
berkualitas rendah atau barang kebutuhan pokok. Sebagai contoh pada konsumen yang tidak
mampu makan jagung merupakan makanan pokok.jika tingkat harga jagung turun maka
permintaan jagung juga akan turun karena konsumen menggantikannya dengan beras.

Qy Qy

BL Px0

BL Px1 BL Px0

Q BL Px1

e.s. P C

I2
A I2

R B

e.p. I1 (I2 > I1) e.p I1

X2 X3 X1 Qx X X3 X2 Qx
Jika efek substitusi dan efek pendapatan juga berlawanan arah dengan eek
pendapatan lebih besar dari efek substitusi maka jumlah barang yang diminta akan turun.
Barang demikian dinamakan barang giffen. Kasus ini termasuk langka (menyimpang dari
hukum permintaan) karena turunnya harga diikuti turunnya jumlah barang yang diminta
(Grafik 4.19 dan 4.20).

Kita dapat tuliskan ringkasan kedua efek tersebut terhadap ketiga jenis barang
turun(naik) sebagai berikut:

TABEL 4.2 Ringkasan Efek Substitusi dan Pendapatan Jika Harga Turun (Naik)

Tipe Barang Efek Substitusi Efek Pendapatan Efek Total

Normal Naik (Turun) Naik (Turun) Naik (Turun)

Inferior Naik (Turun) Turun (Naik) Naik (Turun)

Giffen Naik (Turun) Turun (Naik) Turun (Naik)

Qy

M
Py
C
Q I2

12

e.s. R B

e.p. I1 e.p e.s I1

X2 X1 X3 M M Qx X3 X1 X2
Px1 Px0
M. PERSAMAAN SLUTSKY
Persamaan slutsky adalah cara lain untuk melihat pengaruh perubahan harga
terhadap jumlah barang yang diminta. Slutsky tetap memperhatikan adanya dua efek yang
bekerja tetapi dengan pola yang agak bebrbeda.
Efek substitusi dikatakan jika terjadi perubahan permintaan yang dihubungkan
dengan terjadinyaperubahan pertukaran antara dua barang, sedangkan efek pendapatanjika
terjadi perubahan permintaan yang di hubungkan dengan daya beli
Perubahan harga ini dapat dianalisis melalui dua tahap yaitu:
(1)berputar (pivot); perubahan harga relative dan menyesuaikan pendapat nominal (money
income) dengan menganggap daya beli konstan, (2) berpindah (shift); penyesuaian dalam
daya beli dengan menganggap harga relative konstan.
Secara grafik dapat di perhatikan Grafik 4.21.
Misalkan harga barang X turun, sehingga garis anggaran berubah (berotasi vertikal,
menjadi lebih datar), dari BL1 ke BL2. Tahapan ini dapat di bagi menjadi dua: (1) pivot,
pergerakan di mana slope dari garis anggaran berubah (harga relatif) sedangkan daya beli di
anggap konstan, dan (2) pergarakan di mana slope tetap, tetapi daya beli berubah. Pemecahan
ini sebenarnya lebih merupakan hipotesis karena sebenarnya konsumen pada umumnya
hanyalah memperhatikan perubahan harga untuk kemudian menentukan jumlah yang di beli.
Tetapi dalam analisis bagimana perubahan pilihan konsumen, sanagatlah berguna
memperhatikan kedua analisis tadi.

Qx2

BL 1

X (x1,x2) z (z1,z2)

y (y1,y2)

shift BL 2

pivot Qx1
Bagimana pengertian ekonomi dari pivot (berputar) dan shift (bergeser) dari garis
anggaran dapat di perhatikan pada analisis berikut:

Di sini kita memiliki garis anggaran yang berslope sama (memiliki harga relative
sama), tetapi pendapata nominal (money income), yang di hubungkan dengan garis anggaran
akan berbeda yang di sebabkan intercept vertikal (perpotangan dengan sumbu Y) berbeda
juga. Jika konsumsi awal (X1,X2 tersebut dapat di capai. Ini berarti daya beli konsumen
tetap.

Berapa besar pendapatan nominal untuk dapat mengkomsumsi posisi X1? Jika m
adalah jumlah uang nominal yang harus di pertahankan untuk dapat mengkonsumsi X1,X2
ini sama artinya dengan pendapatan nominal yang di hubungkan dengan garis anggaran yang
berputar. Jadi pada X1,X2 itu dpat dipenuhi baik pada (P1,P2 m’), sehingga:

m' = P1’X1 + P2X2

m' = P1 X1 + P2X2

m'-m = (P'-P)X1

∆m = ∆P X1

Ini adalah rumus untuk garis anggaran yang berputar: dengan harga yang baru dengan
pendapatan berubah sebesar ∆m. pehatikan bahwa pada saat harga turun maka untuk menjaga
daya beli yang tetap pendapatan nominal konsumen harus dikurangkan sebesar ∆m.
pergerakan ini disebut sebagai efek substitusi. Hal ini menunjukan bagaimana konsumen
mensubtitusikan satu barang ke barang lain dimana daya beli tetap.

Jadi efek subtitusi adalah:

X1ˢ = X1(P,m) – X1(P,m)

Dengan demikian efek pendapatan (hanya sama dengan pendapatan berubah)’

X1ⁿ = X1(P',m) – X1(P1',m')


Contoh 4.6:

Misalkan diketahui fungsi permintaan:

Q1 = 10 + m/(10.pi)

Jika kondisi awal adalah m=120 dan p=3 maka didapatkan q1=14

Jika harga turun menjadi p=2 maka didapatkan q2=16

Jadi terjadi perubahan/kenaikan jumlah yang diminta 2 unit

Untuk menghintung efek substitusi harus diketahui terlebih dahulu jumlah perubahan
pendapatan yaitu:

∆m = x1. ∆p1 = 14 (2-3)

= -14

Jadi tingkat pendapatan yang di perlukan agar daya beli konstan

m = m + ∆mp = 120 – 14 = 106

Jika permintaan konsumen pada harga baru dengan tingkat pendapatan baru :

x1 (2,106) = 10 + 106/20 = 15,3

maka efek substitusinya :

X1ˢ = X1 (2,106) – X1 (3,120) = 15,3 – 14 = 1,3

Efek Pendapatan :

akan bergeser dari Y Melihat kenaikan pendapatan konsumen dari m' ke m, pada harga
konstan (P1' ,P2). Dalam grafik 4.21 akan bergeser dari (Y1,Y2) ke (Z,Z2)

= X1(p1',m) – X1 (p1',m')

Perubahan pendapatan pada harga konstan

x1 (p1', m) = x1(2,120)

x1(p1', m') = x1(2,106 = 0,7


Dari fungsi permintaan tersebut dapat di ketahui bahwa barang tersebut barang
normal, karena efek pendapatannya positif.

Kita dapat menurunkan persamaan slutsky dengan melihat kedua efek tersebut. Jadi
kita dapat tulis sebagai berikut.

δQt = δQ1 (14)

Qt = efek total

Qs = efek substitusi

Qi = efek pendapatan

Jika kita bagi persamaan (14) dengan δp didapat:

δQt/δP = δQs/δp + δQi/δp (15)

Jika suku terakhir dari persamaan (15) kita kalikan dengan

(δR/δR)(R/R)(δR = perubahan pendapatan riil) maka:

δQt/ δP = δQs/ δP + δQi/ δP (δR / δR) (R/R) (16)

jika persamaan (16) dikalikan P/q maka:

δQt/δP P/Q = δQs/δP P/Q + δQi/δP (δR/δR) (R/R) P/Q (17)

karena δR = -qδP (karena perubahan pendapatan riil sama dengan jumlah pendapatan yang di
belanjakan pada saat missal harga relative suatu barang (x) jatuh dimana pendapatan riil dan
lain-lain dianggap konstan /ceterisparibus), maka:

δQt/δP . P/Q = δQs/ δP.P/Q + δQi/ δP (-QδP)/δR. P/Q (18)

kita bisa tulis ulang persamaan (15) menjadi:

(δQt/Q)/(δP/P) = (δQs/Q)/(δP/P) – (PQ/R) (δQi/Q)/(δR/R) (19)

Persamaan di atas adalah identik dengan persamaan elastisitas dimana sisi kiri
menunjukan elastisitas permintaan terhadap harga total, Ƞt. Nilai ƞt ini dihitung berdasarkan
asumsi pendapatan nominal konstan tetapi pendapatan rilnya berubah .
Elastisitas permintaan terhadap harga ygng dihubungkan dengan efek substitusi (price
elasticity of demand associated with the substitution effect) dihitung berdasarkan pendapatan
pendapatan riil konstan dan dengan notasi Ƞt. PQ/R menunjukan persentase pendapatan yang
dibelanjakan untuk suatu barang sedangkan suku terakhir menunjukan koefisien elastisitas
permintaan terhadap pendapatan riil.kita dapat tuliskan secara sederhana sebagai berikut:

Ƞt = Ƞt - kȠt (20)

Persamaan di atas dinamakan persmaan slutsky yang menunjukan elastisitas permintaan


terhadap harga merupakan kombinasi dari dua hal yaitu: terhadap perubahan harga
relative,dan ditambah dengan fraksi bagian dari elastisitas permintaan terhadap pendapatan.

nilai Ƞt selalu negative, karena mengikuti hukum permintaan,sedang nilai k selalu positif
karena menunjukkan persentase pengeluaran dari pendapatan.

Kita dapat mengetahui apakah suatu barang tersebut barang normal (jika Ƞpositif) jika
Ƞt negatif dan nilai absolutnya besar.ini berarti efek pendapatan searah efek substitusi.

Jika barangnya barang inferior maka Ƞi akan negatif sehingga efek pendapatan akan bekerja
melawan arah dengan efek substitusi.

N. ELASTISITAS PEMINTAAN TERHADAP HARGA DAN SLOPE PCC

Pada bagian muka telah diketahui mengenai garis PCC yang merupakan garis
ekuilibrium karena adanya perubahan harga. Jika harga X turun dari P1→P2, maka jumlah X
yang dibeli naik dari M/Px → M/P1. Kita dapat mengetahui elastisitas permintaan suatu
barang melalui kurva PCC ini, yaitu dengan menggantikan sumbu Y dari barang Y (barang
lain) dengan sejumlah uang yang di olasikan untuk barang lain. Jika jumlah alokasi uang (M)
untuk barang lain brkurang, maka akan di dapatkan garis PCC berslope negative. Harga
barang X turun,sehingga total pengeluaran untuk barang X naik, sehingga dapat di katakana
elastisitas permintaan terhadap harga adalah elastis. Di sini dapat diartikan pengeluaran total
untuk barang x meningkat dikarenakan hubungan antara pengeluaran total dan elastisitas. Jika
garis PCC mendatar maka elastisitas permintaan terhadap harga adalah unitary (turunnya
tingkat harga yang tidak diikuti oleh naik/turunnya jumlah uang yang diolasikan untuk barang
lain). Jumlah barang x yang di beli tentu saja meningkat karena harga yang turun. Sedangka
jika garis PCC berslope positif maka elastisitas permintaan terhadap harga adalah inelastic
(turunnya tingkat harga barang x diikuti dengan naiknya uang yang di olasikan untuk barang
lain).jumlah barang x yang di beli tentu saja dapat meningkat,meskipun tidak dapat di
pastikan karena harus dibandingkan besarnya efek turunnya harga dengan turunnya jumlah
uang di keluarkan untuk harga barang x tersebut.

M1 M PCC

M2

PCC

M M Q untuk x (b) Qx
Px1 Px2

M2 PCC

M1

(c) M M
Px1 Px2
APPENDIKS
Dalam appendiks ini akan dilihat beberapa contoh penggunaan konsep utilitas dan
preferensi berkenaan dengan kehidupan ekonomi sehari-hari. Contoh tersebut meliputi
pemilihan investasi,poreferensi yang terungkap,penerapan tunjangan dan pendapatan bersih,
serta penawaran tenaga kerja.

1.Pemilihan investasi
Sebagai contoh penggunaan nilai utilitas adalah dalam pemilihan investasi, missal A & B.
Kedua investasi tersebut memiliki keuntungan yang diharapkan (expected profit) yang sama,
tetapi memiliki peluang keuntungan yang berbeda. Misalkan dapat diketahui pula
diperkirakan besarnya utilitas hidup masing-masing tingkat keuntungan.

I.Investasi A Investasi B
Net Profit Kemungkinan Net Profit Kemungkinan
1000 1/2 0 1/2
3000 1/2 4000 1/2
Expected Profit 2000 2000

II. Besarnya Nilai Guna (Utilitas) Pendapatan


Pendapatan Utilitas Marjinal Utilitas
0 1 -
1000 1 1
2000 1,8 0,8
3000 2,5 0,7
4000 3,0 0,5
III. Dari bagian II dapat diketahui nilai utilitas untuk setiap tingkat pendapatan, maka
Investasi A
Kemungkinan π Utilitas Kemungkinan π Utilitas
1/2 1000 1 1/2 0 0
1/2 3000 2,5 1/2 4000 3,0
Expected profit 2000 expected profit 2000
Expected utility 1,75 * Expected Utility 1,5
{1/2 (x) 1 + ½ (x) 2,5} {1/2 (x) 0 + ½ (x) 3,0}
Investasi mana yang akan dipilih?
Jika kondisi perekonomian buruk maka investasi A akan memberikan hasil lebih Rp
1000,tetapi jika perekonomian dalam keadaan baik maka investasi B akan memberikan hasil
lebih Rp 1000 (Rp 4000-3000). Pada umumnya kebanyakan investor memilih A disbanding
B karena nilai utilitas dari tambahan Rp 1000 lebih rendah dibandingkan utilitas yang hilang
karena Rp 1000. Perilaku ini umumnya dinamakan penghindar resiko.

2.Preferensi yang Terungkap


Preferensi yang Terungkap ditemukan oleh samuelson seorang doctor fisika yang
menekuni ekonomi dan merupakan pemenang hadiah nobel ekonomi I dan Amerika Serikat.
Dasar pemikirannya adalah penggunaan rasionalitas dalam pemilihan sesuatu.
Misalnya A lebih menyukai untuk tinggal di daerah dengan udara yang sejuk maka jika
A berad pada posisi A sebenarnya keadaan tersebut adalah bukanlah keinginan yang kuat.
Untuk itu A dapat mengkompensasikan dengan selisih upah. A hanya mau pada kondisi C1
jika tingkat upah adalah sebesar U1,tetapi A bersedia dibayar lebih murah sebesar U3 untuk
cuaca yang lebih baik yaitu pada C2.

Upah

U1 A

IB

U3

A IA

C1 C3 Kualitas cuaca

3. Tunjungan dan Pendapatan Bersih

Bagaimana penggunaan kurva indiferen jika kita menganalisis dampak pemberian


tambahan tunjangan kesehatan (asuransi) terhadap kepuasan pekerja,jika dimisalkan pekerja
memperoleh 2 tunjangan yana dapat dikombinasikan yaitu : asuransi kesehatan dan atau
pemberian tunjangan uang.
Misalkan garis anggaran awal adalah BB’ dengan dua pekerjaan I & II. Pola
preferensi dari pekerja tersebut masing-masing adalah pada titik E dan F. Jika pekerja II lebih
menyukai asuransi lebih banyak dibandingkan pekerja I. sekarang misalkan perusahaan
menaikkan tunjangan perawatan kesehatan sebesar BC, sehingga garis anggaran yang baru
adalah BCC. Sebenarnya bagi pekerja I akan lebih menyenangkan jika dia diberi tambahan
pendapatan sehingga titik kepuasannya berpindah dari C ke E dengan mengurangi jumlah
perawatan kesehatan yang diterimanya. Disini tampak ada semacam kecelakaan yang
muncul, jika para pekerja dapat saling tukar diantara mereka, maka hal tersebut dapat
diminimumkan.

Uang

I1ˈ

B C

I1

I1 Fˈ

F I2ˈ I2

Bˈ Cˈ Tunjangan kasahatan
4. Penawaran Tenaga Kerja

Orang bekerja umumnya untuk memperoleh uang meskipun juga menyukai waktu
senggang. Jadi baik pendapatan maupun waktu senggang adalah barang baik (good goods)
sehingga dapat digambarkan kurva indiveren antara waktu senggang dan pendapatan (lihat
barang baik dabn barang buruk).

Garis anggaran untuk pekerja tergantung dari tingkat upah. Jika missal tingkat upah
per jam adalah Rp72000. Jika dianalisis efek perubahan tingkat upah terhadap permintaan
waktu senggang maka dapa dipecah dalam efek substitusi dan efek pendapatan, yang bekerja
dengan arah yang berlawanan. Jika tingkat upah naik maka harga dari waktu senggang akan
naik,sehingga pekerja akan mengurangi jam waktu senggangdan menaikkan jam kerja tetapi
kenaikan pendapatan akan membuat pekerja meminta lebih banyak lagi waktu luang,jika
waktu luang tersebut barang normal. Ini adalah efek pendapatan. Pada tingkat upah yang
rendah maka efek substitusi akan mendominasi sehingga jumlah waktu luang yang diminta
akan lebih sedikit, dengan demikian jam kerja akan naik dan pada akhirnya kurva penawaran
tenaga kerja berslope positif. Tetapi pada tingkat upah yang lebih tinggi efek pendapatan
lebih besar dibandingkan efek substitusi dan didapatkan kurva penawaranberslope negative.
Inilah yang dikenal sebagai kurva penawaran terbalik. Kurva penawaran terbalik ini
merupakan suatu yang pasti, tetapi umumnya terbukti secara empiris.

Secara grafis dapat kita perhatikan sebagai berikut : jika tingkat upah naik maka garis
anggaran akan berotasi keatas dari BL1 ke BL2 ke BL3 dan seterusnya. Untuk barbagai
kurva indiveren kita dapatkan keseimbangan berada pada E0,E1,E2,E3, dan seterusnya. Pada
saat kenaikan upah yang menggeser BL1 ke BL2 maka pekerja mengurangi jam
mneganggurnya dari L1 menjadi L2. Dalam kasus ini maka efek substitusi lebih besar dari
efek pendapatan. Jika pekerja sudah semakin kaya, maka dia akan memiliki lebih banyak
waktu luang. Jadi missal jika tingkat upah naik menjadi Rp5000 (BL2), maka jam kerja
seseorang cenderung tidak bertambah dengan cepat, bahkan dapat berkurang. Jika tingkta
upah naik lagi misalnya Rp10000 per jam (BL4), maka barang kali para pekerja cendarung
akan mengurangi jam kerjanya. Jadi jika kita tarik garis dari titik-titik keseimbangan, maka
kita dapatkan garis penawaran tenaga kerja,yang ternyata sebagaimana dimuka dapat
berbentuk : bending supply curve

TABEL. Tingkat Upah dan Penawaran Jam Kerja


Tingkat Upah Penawaran Kerja (Jam) Waktu Luang(Jam)

Rp 3000 6 18

Rp 5000 10 14

Rp7500 12 12

Rp 10000 8 16

Pendapatan 224

180

I3 PCC

120 E2 E3

72 E1 I4 I4

I2 I

E0 I1

12 14 16 18 (24) Waktu luang


Tingkat upah

F (s) tenaga kerja

10000 E3

7500 E2

5000 E1

3000 E0

6 8 10 12 Jam kerja (24)

GRAFIK 4.25. Kurva Penawaran Tenaga Kerja

DAFTAR ISTILAH

Barang Buruk

Barang yang dinilai marjinal utilitasnya lebih kecil dari nol.

Barang Giffen

Barang yang sangat inferior.

Barang Inferior

Barang yang memiliki efek pendapatan yang negative. Artinya jika harga barang suatu
barang turun, maka jumlah barang yang diminta turun.

Barang Normal

Barang yang memiliki efek pendapatan yang positif. Artinya jika harga suatu barang turun
(berarti secara rill pendapatan naik) maka jumlh barang yang diminta naik.

Barang Line

Dana yang tersedia untul mengkonsumsi sejumlah barang pada suatu tingkta harga tertentu.
Efek Pendapatan

Perubahan alokasi barang trjadi setelah ada perubahan kurva indiveren (dari 11 ke 12)
sehingga ada perubahan tingkat kepuasan dan elokasi barang yang dikonsumsi.

Efek Substitusi

Perubahan alokasi barang yang terjadi hanyalah melalui satu kurva indiveren ( karena adanya
perubahan tingkat harga,tetapi bukan dianggap perubahan itngkat pendapatan) sehingga
masih berlaku tingkat kepuasan yang sama (orang yang hanya mengubah konsumsinya lebih
banyak pada barang yang lebih murah).

Engel Curve

Kurva yangmemperlihatkan hubungan jumlah barang yang diminta engan perubahan tingkat
pendapatan. , (kurva engel).

Fungsi Permintaan Dikompensasikan

Kurva permintan yang hanya memperhatikan efek substitusi saja.

Fungsi Permintaan Normal

Kurva permintaan yang memperhatikan efek perubahan harga tersebut melalui efek substitusi
dan efek pendapatan.

Good Goods

Barang yang dikonsumsi terus dengan anggapan nilai marjinal utilitasnya lebih besar dari nol
(masih memberikan kepuasan), (barang baik).

Income Consumption Curve

Kurva yang menunjukkan perubahan jumalh barang yang dikonsumsi (diminta) oleh
konsumen yang disebabkan oleh perubahan tingkat pendapatan konsumen. Dari kurva ini
dapat kita turunkan Kurva Engel, (Kurva Pendapatan Konsumen).

Indifference Curve

Kurva yang menggambarkan tingkat kepuasan yang sama untuk berbagai kombinasi barang
yang dikonsumsi, (kurva indiferen).
Keseimbangan Konsumen

Tingkta kepuasan konsumen yang maksimum (kurva indiferen yang tertinggi ) dengna
kendala garis anggaran tertentu. Cara memperoleh keseimbangan ini biasanya
mempergunakan Fungsi Lagrange.

Kurva Penawaran Terbalik

Merupakan kurva penawaran tenaga kerja diman pada tingkat upah yang demikian tinggi
maka penawaran tenaga kerja akan berkurang sehingga bentuk kurva penawarannya terbalik.

Nilai Guna (Utilitas)

Berkenaan dengan teori preferensi yaitu nilai kepusan atau manfaat dari suatu barang yang
dikonsumsi.

Nilai Tukar

Berkenaan dengan kelangkaan suatubarang yaitu tingkat harga dari suatu barang yang ingin
dikonsumsi (sebagai contoh adalah paradox yang terkenal antara air dan intan, intan nilai
gunanya terendah tetapi nilai tukarnya tinggi kaena jumlahnya langka).

Pendektan Kardinal

Pengukuran tingkat preferensi konsumen dengan mengasumsikan nilai gunanya dapat diukur
dengan pasti.

Pendekatan Ordinal

Pengukuran tingkat preferensi konsumen dengan membuat rangking dari tingkat preferensi
(rank order of preference), yang dikanal kemudian dengan kurva indiferen. Dibandingkan
dengan pendekatan cardinal maka pendekatan ordinal lebih banyak dipakai.

Persamaan Slutsky

Cara lain untuk melihat pengaruh perubahanharga terhadap jumlah barang yang diminta
tetapi dengan pola yang sama.
Preference

Menunjukan kesukaan konsumen dalam pemilihan berbagai kombinasi barang yang akan
dikonsumsi .

Preferensi yang Terungkap

Atribut suatu produk yang mendasari pilihan dari konsumen.

Price Consumption Curve

Kurva yang menunjukan perubahan jumlah yang dikonsumsi oleh konsumen yang
disebabkan oleh perubahan harga. Dari kurva ini dapat kita turunkan fungsi permintaan

Tingkat Batas Substitusi (dY/dX)

Jumlah yang dapat dipertukarkan (barang X) untuk mendapatkan tambahan 1 unit barang lain
(barang Y) untuk mencapai tingkat kepuasan yang sama.

Tingkat Batas Substitusi Menurun

Pola pertukaran barang X dan Y, dimana jika jumlah barang X semakin banyak maka untuk
mendapatkan 1 Unit barang Y diperlukan jumlah barang X yang semakin besar,sehingga
didapt dY/dX Menurun.

Anda mungkin juga menyukai