PENDAHULUAN
1
kadar air yang tinggi, sehingga bila tidak dipergunakan PVD dikhawatirkan bisa
terjadi penurunan, walaupun penurunan tanah sangat lama. Untuk mempercepat
penurunan tanah dipergunakan PVD untuk membantu disipasi air tanah.
Penurunan tanah merupakan masalah geoteknik yang sering ditemukan pada
kasus timbunan, terutama pada tanah lunak. Penurunan tanah pada konstruksi
teknik sipil akibat suatu proses konsolidasi pada tanah timbunan. Proses
konsolidasi merupakan suatu proses tanah yang jenuh air mengalami kompresi
akibat beban dalam suatu periode waktu, dimana kompresi berlangsung akibat
pengaliran air keluar dari pori – pori tanah disebut juga sebagai disipasi tekanan
air pori. Tanah merupakan suatu material dari partikel tanah padat, air, dan udara.
Pemberian beban pada tanah akan menyebabkan meningkatnya tegangan yang
bekerja pada tanah tersebut. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya volume
tanah sehingga akan menyebabkan terjadinya penurunan konsolidasi. Masalah
yang harus diperhatikan adalah penanggulangan terhadap penurunan yang besar
dan waktu yang diperlukan untuk penurunan karena tanah lunak memiliki
kerapatan rongga yang rendah.
Jika preloading konstruksi melampaui daya dukung kristis maka
kerusakan tanah akan terjadi dikarenakan pada umumnya lapisan tanah terdiri dari
sebagian besar butir-butir kecil yang memiliki koefisien permeabilitas yang kecil
dan kemampatan yang besar. Meskipun preloading tidak melampaui daya dukung
kristis, namun dalam jangka waktu yang lama maka besarnya penurunan akan
terus meningkat yang menyebabkan penurunan muka air tanah sehingga tanah
disekitar konstruksi akan naik atau turun yang dapat mengakibatkan kerusakan
disekitar konstruksi. Karena itu perlu diadakan perbaikan kondisi pada tanah
lunak. Penurunan dapat direduksi dengan meningkatkan kerapatan rongga. Salah
satu metode yang digunakan untuk memperbaiki karakteristik tanah adalah
dengan memasang prefabricated vertical drain. Dengan adanya PVD maka
waktu yang diperlukan untuk penurunan tanah akan menjadi lebih singkat.
Dalam analisis penurunan tanah berdasarkan observasi lapangan yaitu
Metode Asaoka (1978). Metode Asaoka adalah metode perhitungan secara grafis
dan hasilnya untuk menentukan settlement final yang terjadi pada lokasi yang
dianalisa. Besarnya prediksi penurunan tanah akibat suatu kasus timbunan
2
dianalisis dengan menggunakan prosedur observasi Asaoka yang diperoleh setelah
data penurunan didapatkan.
3
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulis adalah sebagai berikut;
1. Memberikan tambahan pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang
penerapan mata kuliah geoteknik terutama penggunaan PVD dengan
preloading sebagai metode perbaikan lapisan tanah lempung lunak.
2. Menunjukkan efektivitas penggunaan vertical drain dengan preloading di
dalam mempercepat konsolidasi dan juga menaikkan kekuatan lapisan
tanah.
3. Memberikan pengetahuan praktis bagi kita semua tentang metode perbaikan
tanah dengan menggunakan vertical drain dengan preloading.
4. Penelitian dapat dijadikan pertimbangan bagi pihak yang mencari solusi
alternatif dalam perbaikan tanah lunak pada suatu desain struktur.
4
5
BAB I : Pendahuluan
Berisi latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika
penelitian.
BAB II: Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi hal – hal yang dijadikan sebagai dasar dalam membahas
perbandingan penurunan tanah yang dihitung secara analitis.
BAB III : Metodologi Penelitian
Bab III berisi tentang metodologi penelitian yang akan dilakukan dalam
penelitian untuk menganalisis perbaikan tanah dengan menggunakan
PVD.
BAB IV : Pengumpulan dan Pengolahan Data
BAB IV berisi tentang hasil pengumpulan dan pengolahan data yang
telah diperoleh.
BAB V : Hasil dan Pembahasan
Bab V berisi tentang pembahasan hasil perhitungan penurunan tanah
lunak dengan metode asaoka. Hasil perhitungan kemudian akan
dibandingkan sehingga menghasilkan informasi yang berguna.
BAB VI : Penutup
Bab VI berisi tentang kesimpulan dari hasil analisa dan saran – saran
yang diberikan dari hasil – penelitian yang didapat.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanah
Tanah merupakan tempat berdirinya suatu konstruksi, baik konstruksi
bangunan gedung maupun konstruksi jalan. Jenis tanah tertentu dapat
menimbulkan masalah apabila tanah memiliki sifat – sifat yang buruk seperti daya
dukung yang rendah, kekuatan geser yang rendah kekuatan geser yang rendah dan
potensi kembang susut yang besar. Pekerjaan teknik sipil akan senantiasa
membutuhkan kajian tentang tanah. Hampir setiap pekerjaan selalu terkait dengan
tanah, baik ketika tanah akan digunakan sebagai tempat diletakkannya sebuah
struktur bangunan ataupun pada saat tanah digunakan sebagai bahan konstruksi
yang tersedia di lokasi pekerjaan.
Pengertian tanah secara umum dapat didefinisikan sebagai bahan material
yang terdiri dari butiran agregat berupa mineral padat yang tidak terikat secara
kimiawi satu sama lain. Tanah juga terdiri dari partikel – partikel padat itu sendiri
serta zat cair dan gas yang mengisi rongga – rongga kosong yang berada diantara
partikel – partikel padat tersebut.
Sifat – sifat dan perilaku tanah yang terjadi akan menjadi bahan
pertimbangan yang berarti dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu pekerjaan.
Tanah pada umumnya dapat dibagi menjadi empat kelas yaitu kerikil (gravel),
pasir (sand), lanau (silt), dan lempung (clay), berdasarkan ukuran partikel yang
paling dominan dari tanah tersebut (Das, 1994). Berdasarkan hasil penyelidikan
tanah ditemukan adanya lapisan tanah lunak (lempung).
Das (1994) menerangkan bahwa tanah lempung sebagian besar terdiri dari
partikel mikroskopis dan sub – mikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas bila
hanya dengan mikroskopis biasa) yang berbentuk lempengan – lempengan pipih
dan merupakan partikel – partikel dari mika, mineral – mineral lempung (clay
mineral), dan mineral – mineral yang sangat halus lainnya.
Tanah lempung sangat keras dalam kondisi kering dan bersifat plastis pada
kadar air sedang. Namun pada kadar air yang lebih tinggi lempung akan bersifat
lengket (kohesif) dan sangat lunak. Kohesif menunjukkan kenyataan bahwa
7
partikel – partikel itu melekat satu sama lainnya sedangkan plastisitas merupakan
sifat yang memungkinkan bentuk bahan berubah – ubah tanpa perubahan isi atau
tanpa kembali ke bentuk aslinya dan tanpa terjadi retakan – retakan atau terpecah
– pecah.
8
2. Permeabilitas rendah.
3. Kenaikan air kapiler tinggi.
4. Bersifat sangat kohesif.
5. Kadar kembang susut yang tinggi.
6. Proses konsolidasi lambat.
Tanah butiran halus khususnya tanah lempung akan banyak dipengaruhi
oleh air. Sifat pengembangan tanah lempung yang dipadatkan akan lebih besar
pada lempung yang dipadatkan pada kering optimum daripada yang dipadatkan
pada basah optimum. Lempung yang dipadatkan pada kering optimum relatif
kekurangan air, oleh karena itu tanah lempung mempunyai kecenderungan yang
lebih besar untuk meresap air sebagai hasilnya adalah sifat mudah mengembang
(Hardiyatmo, 1999). Partikel lempung dapat berbentuk seperti lembaran yang
mempunyai permukaan khusus. Karena itu, tanah lempung mempunyai sifat
sangat dipengaruhi oleh gaya – gaya permukaan.
9
beberapa karakteristik fisik. PVD dapat diartikan sebagai bahan yang difabrikasi
(Prefabricated) atau produk yang mempunyai karakteristik, yaitu:
1. Dapat dipasang vertikal pada lapisan tanah yang mampu memampat
(Compressible);
2. Dapat mengalirkan air pori tanah yang diserap oleh lapisan penyerap, dan;
3. Diartikan juga sebagai pengumpul air pori tanah yang disalurkan ke atas dan
ke bawah sepanjang PVD tersebut.
Gambar 2.1 Proses Angkut Material PVD dan PHD ke Lokasi Pekerjaan
2.2.1.2 Persiapan lantai kerja dan lapisan pasir (dilakukan pihak lain)
Lahan kerja diperlukan agar crane dapat bekerja dengan baik. Lantai kerja
harus bersih dari batu, kayu, bahan organik, atau benda-benda lainnya yang
menonjol ke permukaan tanah, khususnya jika benda itu tajam dan akar pohon
serta material organik lainnya harus dikeluarkan dari lahan.
10
Material pengisi yang digunakan dapat berupa tanah lumpur, tanah
lempung lunak, tanah lempung biasa ataupun kondisi tanah yang kompleks di
sekitar lokasi kerja. Material pengisi tidak boleh mengandung material organic
seperti jenis tanah OL, OH, dan Pt dalam sistem USCS serta tanah yang
mengandung daun-daunan, rumput-rumputan, akar, sampah (organic and articial
materials).
Lantai kerja juga harus memiliki kerataan permukaan dan kepadatan yang
cukup untuk menahan beban alat berat (crane PVD) sehingga tetap stabil (saat
bekerja diatasnya) serta terjaga dari jenuh air akibat hujan atau banjir. Kepadatan
timbunan lantai kerja yang disyaratkan minimal 90%.
Setelah lantai kerja siap, digelar lapisan pasir terpilih yang memiliki
permeabilitas baik setebal 50 cm. Lapisan pasir berfungsi sebagai jalur drainase
horisontal.
11
1. Tahap Pemancangan PVD
a. Area kerja akan dibagi kedalam panel – panel dengan ukuran (50×50) m.
b. Setiap ujung panel akan ditandai dengan menggunakan patok sebagai
acuan.
c. Untuk mengatur jarak (spacing) PVD, digunakan benang yang sudah
diberi tanda sesuai jarak PVD. Angkur plat digunakan sebagai penanda
posisi tiap PVD (Gambar 2.4).
d. Operator rig akan mengarahkan ujung madrel ke titik PVD yang sudah
ditandai dengan angkur plat. Material PVD akan dililitkan pada angkur
plat sepanjang 20 cm dan ujungnya akan ditarik kembali ke mandrel,
sampai angkur plat menempel di dasar mandrel (Gambar 2.5).
e. Mandrel yang berisi PVD akan diturunkan dengan bantuan tarikan sling
meter
dari crane dengan kecepatan hingga 15 /menit hingga mencapai
kedalaman rencana (Gambar 2.6).
f. Setelah mencapai kedalaman minimum yang telah ditentukan
sebelumnya, mandrel ditarik kembali dengan bantuan sling. Angkur plat
akan mengunci dirinya sendiri pada tanah dan akan menjaga agar PVD
tidak ikut tertarik saat mandrel naik. Jika PVD tercabut atau tidak
berhasil dipasang, akan dicoba kembali dengan radius 0,50 meter dari
titik semula.
g. Setelah mandrel ditarik, material PVD akan dipotong sepanjang 80 cm
dari permukaan tanah (Gambar 2.7)untuk selanjutnya dihubungkan ke
PHD.
h. Operator rig akan mengarahkan mandrel ke titik selanjutnya dan tahap 4
– 7 di ulang kembali (Gambar 2.8).
12
Gambar 2.3 Instalasi Pemancangan PVD
13
Gambar 2.5 Pemasangan Angkur Plat dengan Ujung PVD
14
Gambar 2.7 Memotong Ujung atas PVD diatas Permukaan Tan
15
2. Sambungan PVD
Karena panjang gulungan PVD yang terbatas, maka dilakukan
penyambungan material PVD, area sambungan yang di overlap kemudian di
staples secukupnya agar tidak lepas ketika dimasukkan ke dalam tanah. (Gambar
2.9).
16
2.2.1.4 Pemasangan PHD
PHD dipasang secara manual setelah PVD terpasang. PHD dipasang ke
arah terpendek agar air bisa dialirkan keluar dengan cepat. Pemasangan PHD
menggunakan pola 1 PVD : 1 PHD seperti yang ditunjukkan dalam (Gambar
2.11).
2. Sambungan PHD
Karena panjang gulungan PHD yang terbatas, maka dilakukan
penyambungan material PHD sebagai berikut:
a. Material PHD yang baru di-overlap ke material yang lama dengan cara
diselipkan pada bagian dalam sepanjang 10 cm.
b. Area sambungan yang di-overlap kemudian di ikat dengan lakban agar
terhubung dengan baik dan tidak mudah lepas.
17
Gambar 2.12 Penyambungan Material PVD dengan PHD
18
berat konstruksi yang akan dilaksanakan. Ada pula yang menentukan tinggi
timbunan sesuai dengan nilai penurunan, agar tanah timbunan tidak dibuang sia –
sia dan dapat dijadikan suatu pondasi sari suatu konstruksi.
Ketika beban ditempatkan pada awalnya beban tersebut akan didukung oleh
air pori sehingga terjadi tekanan air pori ekses. Karena tanahnya sangat tidak
permeabel, maka penurunan tekanan air pori ekses tersebut akan berkurang secara
perlahan karena air pori hanya mampu mengalir ke arah vertikal, sedangkan pada
arah horizontal pengalirannya sangat panjang sehingga kondisinya diabaikan.
Pada pemberian beban preloading, beban tersebut akan sepenuhnya didukung oleh
tanah dasar. Tanah dasar tersebut memungkinkan tidak dapat menanggung
keseluruhan beban pada kondisi sesungguhnya. Sementara, kondisi yang
diharapkan pada saat tanah menerima beban adalah tanah akan memasuki wilayah
plastis atau tidak mencapai kondisi failure. Untuk itu pemberian beban preloading
yang besar akan dibagi beberapa bagian, hal tersebut dilakukan dengan pemberian
beban secara bertahap (stepped preloading).
Besarnya beban preloading yang akan diberikan dapat ditentukan terlebih
dahulu, kemudian dibandingkan dengan tinggi timbunan atau beban yang mampu
diterima oleh tanah dasar yaitu Hkritis (Hcr). Apabila ternyata tinggi timbunan
sebagai beban preloading yang akan diberikan lebih besar dari pada Hcr, maka
timbunan tersebut harus diletakkan secara bertahap. Umumnya timbunan yang
dilakukan bertahap adalah timbunan di atas tanah lunak.
Perbaikan tanah lunak, beban preloading direncanakan melebihi berat dari
keseluruhan konstruksi yang akan didukung tanah tersebut. Hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengatisipasi pembebanan akibat struktur tersebut kelak
akan dilewati oleh kendaraan-kendaraan. Pembebanan tambahan (surcharge
loading) tersebut direncanakan berdasarkan berat kendaraan terberat dan kondisi
ekstrem yang direncanakan akan dilayanai oleh badan jalan tersebut. Beban
tambahan sementara dapat dihilangkan ketika penurunan diperkirakan telah
mencapai penyelesaian akhir. Oleh karena itu, air pori tambahan telah hilang,
yang tekanan air pori akhir sama dengan tekanan air pori sebelum dilakukan
pembebanan.
19
Dengan adanya preloading, maka partikel – partikel tanah akan semakin
padat dan jumlah butiran tanah yang saling menempel satu sama lain akan
semakin meningkat yang akan mengakibatkan shear strength. Hal ini berarti
bahwa pada saat pembebanan awal, tanah kohesif akan meningkatkan shear
strengthdan meningkatkan daya dukung terhadap compression yang lebih besar.
20
Penurunan tanah tersebut masih mengalami penurunan yang artinya sudah
tidak mengalami penurunan lagi. Namun data SP bisa dikatakan belum begitu
valid dikarenakan proses pemancangan yang salah atau kondisi material yang
tidak bagus sehingga mudah rusak atau bisa juga disebabkan tidak berfungsinya
SP dengan baik akibat ditempatkan di tempat yang tidak mewakili lokasi yang
akan dianalisis. Settlement plate (SP) dipasang di sisi kanan dan di sisi kiri
timbunan dengan pembacaan alat dilakukan setiap dua hari, dimana perharinya
dilakukan setiap pagi dan sore hari.
21
2. Penurunan Segera (immediate settlement), yaitu merupakan akibat dari
fenomena elastis tanah kering, basah, dan jenuh air tanpa adanya perubahan
kadar air.
3. Penurunan Sekunder (secondary consolidation), yaitu merupakan
pemampatan yang diakibatkan oleh adanya penyesuaian yang bersifat
plastis dari butir-butir tanah.
Bilamana suatu lapisan tanah lempung yang jenuh air yang mampu mampat
(compressible) diberi penambahan tegangan berupa timbunan (preloading)
diatasnya, maka penurunan (settlement) tanah tersebut akan terjadi dengan segera.
Koefisien rembesan lempung sangat kecil dibandingkan dengan koefisien
rembesan pasir sehingga penambahan tekanan air pori yang disebabkan
preloading akan berkurang secara lambat laun dalam waktu yang sangat lama.
Jadi untuk tanah lempung lembek, perubahan volume yang disebabkan oleh
keluarnya air dalam pori (konsolidasi) akan terjadi setelah penurunan segera.
Penurunan konsolidasi itu biasanya jauh lebih besar dan lebih lambat serta lama
jika dibandingkan dengan penurunan segera.
Dengan pengetahuan yang didapat dari analisis hasil uji konsolidasi
sekarang dapat dihitung penurunan yang disebabkan oleh konsolidasi primer
dilapangan dengan menganggap bahwa konsolidasi tersebut adalah satu dimensi.
22
Dengan menggunakan metode Asaoka, kebutuhan akan data – data tanah
tidak diperlukan dan hasil yang diperoleh cukup diandalkan. Metode observasi
Asaoka berdasarkan fakta bahwa penurunan konsolidasi satu dimensi terhadap
waktu dapat dituliskan dalam bentuk matematika sebagai berikut :
Sn = β 0 + ∑ βn Sn-1 ……………………………(Pers. 2.1)
Keterangan :
β0 = Jumlah penurunan
βn = Rasio dimensi
Untuk w = 1;
Maka menjadi,
Sn = β0 + βn Sn-1 ……………………………………(Pers. 2.2)
Persamaan dasar konsolidasi diturunkan menjadi persamaan diferensial
linier biasa oleh Asaoka (1978) untuk mendapatkan persamaan yang dapat
menentukan nilai penurunan pada interval waktu, seperti berikut yaitu :
ρj = − − ρ0 β1 ………………….(Pers. 2.3)
Dimana ρj adalah besarnya penurunan tanah pada waktu t = tj, dan koefisien
β0 dan βs (s = 1,2, .., n) adalah parameter yang tidak diketahui.
Pengukuran data penurunan tanah di lapangan dilakukan dengan
menggunakan instrumen settlement plate. Untuk memperoleh prediksi penurunan
akhir tanah, maka data – data penurunan harus dipilih, sehingga diperoleh nilai
penurunan ρ1, ρ2, ρ3, ….., ρn dengan interval waktu ∆t yang konstan seperti dilihat
pada Gambar 2.1. Kemudian nilai ρn (sumbu – y) dan nilai ρn-1 (sumbu – x) diplot
sehingga akan diperoleh titik – titik yang membentuk garis lurus. β0 adalah waktu
titik plot pertama dari regresi linear ρn dan ρn-1.
23
Gambar 2.14 Analisis Prediksi Penurunan Akhir Metode Asaoka (1978)
Sumber :
https://www.google.com/search?q=penurunan+timbunan+metode+asaoka&safe=strict
&rlz=1C1CHBF_enID872ID872&sxsrf=ACYBGNQxmhQAKzJxB20ZzUsNhcvFJyHX1A:15773
21414372&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwictuaUjNLmAhUJXisKHfXqAB8
Q_AUoAXoECAwQAw&biw=591&bih=562#imgrc=DHvyJjIbhx1KWM:
24
Penurunan akhir (ρf) adalah titik pertemuan antara garis ρn = ρn-1 (bersudut
45°) dengan trendline dari garis ρn vs ρn-1 sebenarnya. Setelah diperoleh
penurunan akhir (ρf) maka dapat dicari β1 yang merupakan kemiringan dari garis
ρn vs ρn-1 sebenarnya, yang memberikan hubungan, seperti berikut:
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Umum
Metodologi penelitian merupakan suatu sistem untuk memecahkan suatu
persoalan yang terdapat dalam suatu kegiatan penelitian. Metodologi penelitian
yaitu urutan – urutan pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu penelitian.
Sebelum menganalisa penurunan timbunan menggunakan preloading dan
PVD dengan metode asaoka berdasarkan hasil monitoring settlement plate pada
studi kasus, kita terlebih dahulu melakukan metode pengumpulan data.
26
1. Melakukan review studi kepustakaan seperti jurnal – jurnal terkait
penurunan timbunan menggunakan preloading dan PVD berdasarkan hasil
monitoring settlement plate.
2. Meninjau langsung ke lokasi proyek dan menentukan lokasi pengambilan
data yang akan diperlukan.
3. Pelaksanaan pengumpulan data – data dari pihak pelaksana (PT. Hutama
Karya). Data – data yang diperoleh, ialah data timbunan, data PVD dan data
PHD, data spesifikasi, data gambar rencana dan gambar lapangan dan data
hasil monitoring settlement plate.
4. Menganalisa menggunakan data – data untuk penurunan timbunan
menggunakan preloading dan PVD berdasarkan hasil monitoring settlement
plate dengan metode Asaoka dan membuat hasil pembahasan dan
kesimpulan.
27
3.4 Diagram Alir Penelitian
Dalam penelitian dan penulisan Studi Kasus ini perlu direncanakan dengan
diagram alir penelitian untuk memudahkan pelaksanaanya.
Mulai
Persiapan
Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data
Selesai
28
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
29
4.2 Lokasi Monitoring Settlement Plate
30
4.2.1 Lokasi Proyek
31
Gambar 4.4 Lokasi Penelitian Penurunan Timbunan Menggunakan preloading
dan PVD Berdasarkan Hasil Monitoring Settlement Plate dengan Metode Asaoka
32
c. PT. Eskapindo Matra
7. Jenis Konstruksi : Jenis konstruksi yang digunakan adalah Konstruksi
Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design and Build) dengan Lump Sum
Price.
8. Nilai Kontrak : Rp. 1.941.419.112.283
9. Waktu Pelaksanaan : 24 bulan
10. Waktu Pemeliharaan : 1096 hari
33
4.4 Data Teknis
4.3.1 Data Settlement Plate
34
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
35
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Dari hasil nilai penurunan (settlement) yang didapat pada grafik Asaoka
yaitu :
Kita perlu berhati – hati dalam menentukan data prealoading yang akan
dijadikan acuan dalam menghitung nilai penurunan (settlement) karena hasil yang
didapatkan akan berbeda.
2. Dari hasil perhitungan nilai penurunan (settlement), akan didapat waktu
yang diperlukan untuk mencapai derajat konsolidasi (U) 90%. Nilai penurunan
(settlement) yang sesuai dengan pembacaan terakhir dilapangan dan dicocokkan
dengan jumlah hari pada pembacaab settlement plate. Jika semua data yang ada
digunakan ada kemungkinan penurunan (settlement) yang terjadi dilapangan lebih
kecil jika dibandingkan dengan kondisi hasil prediksi metode Asaoka.
6.2 Saran
Dalam menganalisis nilai penurunan, perlu diperhatikan dalam pengambilan
nilai dari penurunan total (total settlement) agar hasil penurunan yang didapatkan
tidak lebih kecil dan sesuai kondisi aktual lapangan.
Perlu dikaji kembali (studi lanjutan) untuk mengetahui penurunan dengan
menggunakan preloading dan PVD dalam meningkatkan daya dukung tanah, kuat
geser lapisan tanah yang lebih besar dan mempercepat waktu konsolidasi.
36