Maf’ul min Ajlih yang dinashobkan ada lima,yaitu1: 1. Berupa Mashdar Apabila bukan mashdar maka tidak boleh dinashobkan sebagai maf’ul min ajlih,contohnya ك ال َّسم َِن َو ْال َع َس َل َ ( ِخ ْئ ُتsaya datang kepadamu karena (menginginkan) minyak samin dan madu).Susunan ini tidak dibenarkan karena lafazh العسلdan السمنbukanlah mashdar. Maka lafahz tersebut tidak boleh ditarkib sebagai maf’ul min ajlih. 2. Mashdar tersebut adalah mashdar qalbi (mashdar yang timbul dari hati/batin) Apabila bukan mashdar qalbi, maka tidak boleh dinashobkan menjadi maf’ul min ajlih, contohnya ك ق َِرا َء ًة ل ِْلع ِْل ِم َ ( خ ْئ ُتsaya dating kepadamu karena (untuk) membaca ilmu). Lafazh قراءةtidak di benarkan apabila dijadikan maf’ul min ajlih,karena membaca bukanlah perbuatan hati. 3. Antara mf’ul min ajlih dengan ‘amilnya harus memiliki zaman yang sama. Apabila zamannnya berbeda , maka tidak boleh dinashobkan sebaagai maf’ul min ajlih, contohnya ت ْال َي ْو َم َس َفرً ا َع ًذا ُ َ ( َت َه َّياsaya bersiap-siap hari ini untuk pergi besok). Lafazh ُ َْت َه َّي َتا َس َفرً اtidak boleh dinashobkan sebagai maf’ul min ajlih, karena antara bersiap-siap / ت yang menjadi ‘amilnya dengan bepergian/ َس َفرً اtidak terjadi dalam waktu yang sama. 4. Mashdar tersebut mejadi ‘illatnya fi’il yaitu sesuatu yang menyebabkan terjadinya perbuatan Apabila tidak ‘illatnya fi’il, maka tidak boleh dinashobkan sebagai maf’ul min ajlih, َ ( ِج ْئ ُتكsaya datang kepadamu dengan sebuah pukulan). Lafazh ضرْ بًا cntohnya ضرْ بًا َ pada contoh tersebut tidak menjadi ‘illatnya fi’il. Maka tidak dinashobkan sebagai maf’ul min ajlih, namun sebagai maf’ul muthlaq. 5. Antara fi’il dan maf’ul min ajlih harus memiliki fa’il yang sama Apabila antara keduanya berbeda , maka mashdar tersebut tidak boleh dinashobkan sebagai maf’ul min ajlih, contohnya َّاي َ ( ِج ْئ ُتك َم َح َّب َتsaya datang kepadamu,karena َ ك ِاي cintamu kepadaku). Lafazh محبتكtidak boleh di nashobkan sebagai maf’ul min ajlih, karena antara orang yang datang dan orang yang mencintai tidak sama.
1 Durmuji Ibrohim, Metode Praktis Belajar Ilmu Nahwu Ala Pesantren (Yogyakarta, CV. Pustaka Ilmu Group Yogyakarta, 2018), hlm 216 – 218.
Peran Generasi Millenial Dalam Meningkatkan Literasi Digital Untuk Menyemangati Hasrat Membuka Jendela Dunia Yang Semakin Maju Dalam Mewujudkan Indonesia Emas