Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas

segala nikmat dan rahmat- Nya sehingga kami dapat menyelesaikan kegiatan industri

kami serta dapat menyelesaikan laporan hasil kunjungan industri kami di PT Kimia

Farma ( Persero) Tbk, Plant Bandung.

Tak lupa pula, kami hanturkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing

kami yaitu Harningsih, S.Si., M.Sc dan Taufiq, S.Si.,M.Kes., Apt yang telah bersedia

meluangkan waktunya dalam membimbing kami di lahan serta semua pihak yang

membantu kami dalam penyusunan laporan ini.

Laporan ini kami susun dalam rangka penyempurnaan, peningkatan pengetahuan

serta keterampilan pendidikan di Akademi Farmasi Yamasi Makassar terutama dalam

bidang industri berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari kunjungan industri di PT

Kimia Farma ( Persero) Tbk, Plant Bandung.

Kami sadar bahwa dalam laporan yang kami susun ini masih terdapat banyak

kesalahan. Besar harapan kami atas segala saran dan kritik yang bersifat membangun

demi menyempurnakan laporan ini. Mohon maaf jika dalam penyusunan laporan ini

masih terdapat kesalahan serta jauh dari kata sempurna.

Makassar, September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar belakang dilaksanakannya PKL ..............................................3

2. Tujuan PKL ......................................................................................5

3. Tujuan Pembuatan Laporan...............................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Uraian Umum Industri .....................................................................7

2. Personalia ..........................................................................................9

3. bangunan dan Fasilitas......................................................................10

4. Produksi..............................................................................................13

5. Pengolahan Limbah Industri.............................................................14

BAB III URAIAN KHUSUS

1. Sejarah Singkat.................................................................................16

2. Visi & Misi.......................................................................................17

3. Pemaparan Tentang Industri PT Kimia Farma ( Persero) Tbk, Plant

Bandung.............................................................................................17

BAB IV PEMBAHASAN

1. Masalah Yang Ditemukan................................................................23

2. Alternative Pemecahan Masalah......................................................23


BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan ......................................................................................24

2. Saran.................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Di era globalisasi ini, teknologi sudah semakin berkembang tak

terkecuali dalam dunia kesehatan. Perkembangan ini memaksa para ahli terus

berinovasi dalam mengembangkan teknologi dalam dunia kesehatan salah

satunya adalah industri farmasi. Industri farmasi merupakan sarana dalam

melakukan pekerjaan kefarmasian terutama menyangkut pembuatan,

pengendalian mutu sediaan farmasi, pengadaan, penyimpanan,

pendistribusian dan pengembangan obat.

Praktek kerja lapangan merupakan sarana pengenalan lapangan kerja

dan informasi bagi mahasiswa sehingga dapat melihat, mengetahui, menerima

dan menyerap teknologi yang ada di industri. Praktek kerja lapangan

merupakan kegiatan akademik yang berorientasi pada bentuk pembelajaran

mahasiswa untuk mengembangkan dan meningkatkan tenaga kerja yang

berkualitas.

Selain itu, Praktek Kerja Lapangan mampu mengembangkan

kemampuan mahasiswa khususnya mahasiswa Akademi Farmasi Yamasi

Makassar. Sekaligus pembahasan materi yang dimilikinya. Dimana para

mahasiswa akan mendapatkan pengalaman di dunia usaha. Selain untuk

memenuhi kewajiban akademik, diharapkan kegiatan tersebut dapat menjadi

penghubung antara dunia industri dengan dunia pendidikan serta dapat


menambah pengetahuan tentang dunia industri sehingga mahasiswa akan

mampu mengatasi persaingan dalam dunia kerja.

Praktek kerja lapangan merupakan wujud aplikasi terpadu antara sikap,

kemampuan dan keterampilan yang diperoleh mahasiswa di bangku kuliah.

Pelaksanaan prkatek kerja lapangan di berbagai perusahaan dan instansi akan

sangat berguna bagi mahasiswa.

Praktek Kerja Lapangan merupakan wujud aplikasi terpadu antara

sikap, kemampuan dan keterampilan yang diperoleh mahasiswa dibangku

kuliah. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan diberbagai perusahaan dan

instansi akan sangat berguna bagi mahasiswa untuk dapat menimba ilmu

pengetahuaan, keterampilan dan pengalaman. Praktek Kerja Lapangan

merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan D3 akademi

farmasi yamasi Melalui Praktek Kerja Lapangan ini mahasiswa akan

mendapat kesempatan untuk mengembangkan cara berpikir, menambah ide-

ide yang berguna dan dapat menambah pengetahuaan mahasiswa sehingga

dapat menumbuhkan rasa disiplin dan tanggung jawab mahasiswa terhadap

apa yang ditugaskan kepadanya.

Mengingat sulitnya untuk menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan

berkualitas maka banyak perguruan tinggi berusaha untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia dengan cara meningkatkan mutu pendidikan

dan menyediakan sarana-sarana pendukung agar dihasilkan lulusan yang

handal.
Diploma Tiga akademi farmasi yamasi mewajibkan mahasiswanya

untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan, sehingga mahasiwa dapat

mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku perkuliahan ke dalam

lingkungan kerja yang sebenarnya.

2. Tujuan PKL

Dengan adanya Praktek Kerja Lapangan, diharapkan dapat dihasilkan

tenaga teknis kesehatan dibidang farmasi tingkat diploma yang mampu

bekerja dalam sistim pelayanan kesehatan.

Pelaksanaan PKL pada prinsipnya mempuyai tujuan sebagai berikut :

a. Meningkatkan, memperluas dan memantapkan keterampilan yang

membentuk kemampuan mahasiswa sebagai bekal untuk memasuki

lapangan kerja sesuai dengan kebutuhan program pendidikan yang

ditetapkan.

b. Mengenal kegiatan-kegiatan penyelenggaraan program kesehatan

masyarakat secara menyeluruh baik ditinjau dari aspek administrasi,

teknis maupun sosial budaya.

c. Menumbuh kembangkan dan menetapkan sikap etis, profesionalisme

dan nasionalisme yang diperlukan mahasiswa untuk memasuki

lapangan kerja sesuai dengan bidangnya.

d. Meningkatkan, memperluas dan memantapkan proses penyerapan

teknologi baru dari lapangan kerja sekolah dan sebaliknya.


e. Memperoleh masukkan dan umpan balik, guna memperbaiki dan

mengembangkan serta meningkatkan penyelenggaraan pendidikan

Akademi Farmasi Yamasi Makassar.

f. Memberikan kesempatan penempatan kerja kepada mahasiswa.

3. Tujuan Pembuatan Laporan

a. Peserta study tour akan mampu memahami, mamantapkan dan

mengembangkan pelajaran yang telah diperoleh di kampus dan

kunjungan industri.

b. Peserta study tour mampu mencari alternative pemecahan masalah

yang ditemukan pada kunjungan industri.

c. Mengumpulkan data guna kepentingan institusi pendidikan maupun

peserta didik yang bersangkutan.

d. Menambah pembendaharaan perpustakaan sekolah untuk menunjang

peningkatan pengetahuan peserta didik angkatan berikutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Uraian Umum Industri

Kesehatan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan

manusia sehingga menjadi prioritas dalam pembangunan nasional suatu

bangsa. Hal ini terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya

bangsa tersebut. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas maka akan

semakin meningkatkan daya saing bangsa dalam era persaingan global saat

ini.

Salah satu tujuan dari pembangunan nasional adalah pembangunan di

bidang kesehatan dengan mewujudkan dan meningkatkan derajat kesehatan

seluruh masyarakat Indonesia. Beberapa langkah kerja yang dilakukan

pemerintah dalam rangka pembangunan nasional di bidang kesehatan

meliputi tercukupinya ketersediaan obat, meratanya pendistribusian obat,

serta terjangkaunya harga obat oleh masyarakat. Oleh karena itu, pengadaan

dan produksi obat yang dalam hal ini dilakukan oleh industri farmasi akan

mempengaruhi ketersediaan obat yang dibutuhkan masyarakat.

Dalam era globlalisasi sekarang ini, dimana industri farmasi dituntut

untuk dapat bersaing dengan industri farmasi baik dalam maupun luar negeri

untuk dapat memperebutkan pangsa pasar dan memenuhi kebutuhan obat

bagi masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan

pemenuhan kebutuhan obat yang bermutu bagi masyarakat. Berdasarkan hal


tersebut, diperlukan pedoman bagi industri farmasi untuk dapat

menghasilkan produk yang bermutu yaitu dengan CPOB (Cara Pembuatan

Obat yang Baik).

Pada tahun 2006, pemerintah telah memperbarui CPOB ini, yang

kemudian lebih dikenal dengan CPOB Terkini atau cGMP (Current GMP).

Di sisi lain, pemberlakuan c-GMP bagi industri farmasi di Indonesia

ternyata membawa berbagai konsekuensi, salah satunya adalah

meningkatnya peran apoteker (pharmacist) di industri farmasi. Hal ini

tentunya harus diimbangi dengan kesiapan dan profesionalisme para

apoteker itu sendiri.

Dalam era perdagangan bebas dimana industri farmasi di Indonesia

akan bersaing dengan industri farmasi dari negara lain maka penerapan

CPOB saja belum cukup maka dari itu dituntut untuk memenuhi

persyaratan sistem mutu yang berlaku secara internasional, salah satunya

dengan mendapatkan sertifikat International Organization for

Standardization (ISO). Sertifikat ISO 9000 merupakan jaminan sistem

pengelolaan mutu dan memberikan kerangka kerja untuk pengolahan yang

efektif dan dengan seri ISO 9000 sekaligus merupakan promosi

pengembangan perdagangan. Sedangkan sistem manajemen lingkungan,

sistem ramah lingkungan yang menekankan pada dokumentasi dan

penerapannya sebagai bukti obyektif dari jaminan mutu diatur dalam seri

ISO 14000. Dengan memperoleh pengakuan ISO maka akan

meningkatkan kredibilitas perusahaan dalam hal kemudahan memasuk


Pasar bebas dan segaligus merupakan kemajuan perusahaan.
2. Personalia

Setiap industri hendaklah memiliki personil yang terkualifikasi dan

berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil tidak

dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindari resiko terhadap

mutu obat. Setiap industri harus memiliki struktur organisasi agar tugas dan

fungsi personil sesuai dengan seharusnya.

a. Organisasi, kualifikasi dan tanggung jawab

- Dalam struktur organisasi perusahaan , bagian produksi dan

pengawasan mutu hendaklah dipimpin oleh orang yang berbeda

dan tidak ada keterkaitan tanggung jawab satu sama lain.

- Kepala bagian produksi harus memperoleh pelatihan yang

memadai dan berpengalaman dalam pembuatan kosmetik.

Kepala bagian produksi bertanggung jawab dalam manajemen

produksi yang meliputi semua pelaksana kegiatan, peralatan,

personalia produksi, area produksi dan pencatatan

- Kepala bagian pengawasan mutu harus memperoleh pelatihan

yang memadai dan berpengalaman dalam pengawasan mutu. Ia

memiliki tanggung jawab penuh terhadap seluruh aspek

pengawasan mutu meliputi penyusunan, verifikasi dan

penerapan semua prosedur pengawasan mutu

- Hendaknya dijabarkan kewenangan dan tanggung jawab

personil-personil lain yang ditunjuk untuk menjalankan

pedoman CPKB.

11
- Hendaknya tersedia personil yang terlatih dalam jumlah yang

memadai, untuk melaksanakan supervisi langsung disetiap

bagian produksi dan unit pemeriksaan mutu.

b. Pelatihan

- Semua personil yang langsung terlibat dalam kegiatan

pembuatan harus dilatih dalam pelaksanaan pembuatan yang

baik. Perhatian khusus harus diberikan untuk melatih personil

yang bekerja dengan material yang berbahaya.

- Pelatikan CPOB harus dilakukan secara berkelanjutan.

- Cacatan hasil pelatihan harus dipelihara dan keefektifannya

harus dievaluasi secra periodik.

3. Bangunan dan Fasilitas

Bangunan dan fasilitas industri harus dipilih pada lokasi yang sesuai,

dirancang, dibagun dan dipelihara sesuai akidah dengan memastikan :

a. Upaya yang efektif harus dilakukan untuk mencegah

kontaminasi dari lingkungan sekitar dan hama.

b. Produk kosmetik dan produk perbekalan rumah tangga yang

tidak mengandung bahan berbahaya dapat menggunakan sarana

dan peralatan yang sama secara bergilir asalkan dilakukan

usaha pembersihan dan perawatan untuk menjamin agar tidak

terjadi kontaminasi silang dan resiko campur baur.

12
c. Garis pembatas, tirai plastik penyekat yang fleksibel berupa tali

atau pita dapat digunakan untuk mencegah terjadinya campur

baur.

d. Hendaknya disediakan ruang ganti pakaian dan fasilitasnya.

Toilet harus terpisah dari area produksi guna mencegah

terjadinya kontaminasi.

e. Apabila memungkinkan hendaklah disediakan area tertentu,

antara lain : Penerimaan material, pengambilan contoh

material, penyimpanan barang datang dan karantina, gudang

bahan awal. , penimbangan dan penyeraha, pengolahan,

penyimpanan produk ruahan, pengemasan, karantina sebelum

produk dinyatakan lulus, gudang produk jadi, tempat bongkar

muat, laboratorium, tempat pencucian peralatan.

f. Permukaan dinding dan langit-langit hendaknya halus dan rata

serta mudah dirawat dan dibersihkan. Lantai di area

pengolahan harus mempunyai permukaan yang mudah

dibersihkan dan disanitasi.

g. Saluran pembuangan air (drainase) harus mempunyai ukuran

memadai dan dilengkapi dengan bak kontrol serta dapat

mengalir dengan baik. Saluran terbuka harus dihindari, tetapi

apabila diperlukan harus mudah dibersihkan dan disanitasi.

13
h. Lubang untuk pemasukan dan pengeluaran udara dan pipa-pipa

salurannya hendaknya dipasang sedemikian rupa sehingga

dapat mencegah timbulnya pencemaran terhadap produk.

i. Bangunan hendaknya mendapat penerangan yang efektif dan

mempunyai ventilasi yang sesuai untuk kegiatan dalam

bangunan.

j. Pipa, fitting lampu, lubang ventilasi dan perlengkapan lain di

area produksi harus dipasang sedemikian rupa untuk mencegah

terjadinya ceruk yang sukar dibersihkan dan sebaiknya

dipasang di luar area pengolahan.

k. Laboratorium hendaknya terpisah secara fisik dari area

produksi.

l. Area gudang hendaknya mempunyai luas yang memadai

dengan penerangan yang sesuai, diatur dan diberi perlengkapan

sedemikian rupa sehingga memungkinkan penyimpanan bahan

dan produk dalam keadaan kering, bersih dan rapi.

1. Area gudang hendaknya harus memungkinkan pemisahan

antara kelompok material dan produk yang dikarantina.

Area khusus dan terpisah hendaklah tersedia untuk

penyimpanan bahan yang mudah terbakar dan bahan yang

mudah meledak, zat yang sangat beracun, bahan yang

ditolak atau ditarik serta produk kembalian.

14
2. Apabila diperlukan hendaknya disediakan gudang khusus

dimana suhu dan kelembabannya dapat dikendalikan serta

terjamin keamanannya.

3. Penyimpanan bahan pengemas / barang cetakan hendaklah

ditata sedemikian rupa sehingga masing-masing tabet yang

berbeda, demikian pula bahan cetakan lain tersimpan

terpisah untuk mencegah terjadinya campur baur

4. Produksi

Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang

kompeten. Penganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan

karantina, pengambilan sampel, penyimpanan,penandaan, penimbangan,

pengolahan, pengemasan dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan

prosedur atau instruksi tertulis bila perlu dicatat.

Adapun, hal-hal yang harus diperhatikan dalam produksi adalah

a. Pengadaan bahan awal

b. Pencegahan pencemaran silang

c. Penimbangan dan penyerahan

d. Pengembalian

e. Pengolahan

f. Kegiatan pengemasan

g. Pengawasan selama proses

h. Karantina produk jadi

i. Pengawasan mutu

15
j. Inspeksi diri dan audit mutu

5. Pengolahan Limbah Industri

Berbicara mengenai industri, tidak terlepas dari yang namanya limbah.

limbah industri jika tidak dilakukan penanganan yang tepat maka akan

membahayakan lingkungan disekitar industri tersebut. Pada umumnya limbah

industri kosmetik mengandung limbah B3, yaitu bahan berbahaya dan

beracun. Menurut PP 18/99 pasal 1, limbah B3 adalah sisa suatu usaha atau

kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang dapat

mencemarkan atau merusak lingkungan hidup sehingga membahayakan

kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk lainnya.

BAB III
16
URAIAN KHUSUS

PT. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT BANDUNG

III. 1 Sejarah Singkat

PT Kimia Farma (Persero) Tbk merupakan salah satu Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang kefarmasian, mulai dari

produksi bahan baku obat, produksi obat jadi, sampai pada pemasaran

yang meliputi Apotek dan Pedagang Besar Farmasi (PBF).

Pada tahun 1896, melalui akte notaris B.V. Houthuisen No. 12

tanggal 29 Juni 1896 di Bandung, didirikan sebuah pabrik kina oleh

pemerintah Hindia Belanda dengan nama Bandoengsche Kinine Fabriek

N. V, yang mula-mula hanya menghasilkan garam kina dari kulit kina.

Pengolahan pabrik kina ini kemudian diserahkan pada Indische

Combinatie Voor Chemische Industrie (Inschen) pada tanggal 14 Januari

1939 dan Inschen sendiri telah memiliki pabrik yodium di Watudakon

yang didirikan pada tahun 1926.

Pada tahun 1942 dalam perang dunia II, pabrik kina Bandung

dikuasai oleh angkatan darat Jepang yang diberi nama Rikuyun Kinine

Seizoshyo. Selama Jepang berkuasa pembuatan pil dan tablet kina masih

dilakukan, tetapi hasil kina tersebut diangkut ke Jepang dan sebagian lagi

dikirim ke tempat-tempat lain untuk kepentingan Jepang dalam perang di

Pasifik. Untuk keperluan dalam negeri, yaitu orang Indonesia, Jepang

hanya menyediakan hasil pabrik yang disebut tota kina, yaitu kina yang

17
belum dipisahkan dari alkaloid-alkaloid lainnya. Setelah Jepang dikalahkan

Sekutu pada tahun 1945, pabrik kina diambil alih oleh pemiliknya, yaitu

perusahaan swasta Belanda dengan nama Bandoengsche Fabriek N. V pada

tahun 1955, pabrik kina ini diserahkan pada Combinatie Voor Chemische

Industrie dengan akte Mr. R. Soewardi No. 47/1954 tanggal 3 November

1954.

Tahun 1958, berhubung adanya sengketa Irian Barat antara Indonesia

dan Belanda, maka semua perusahaan Belanda yang ada di Indonesia

dikuasai oleh pemerintah RI dengan membentuk Badan Pimpinan Umum

(BPU) berdasarkan PP No. 23 tahun 1958. Berdasarkan UU No. 86 tahun

1958, perusahaan di bawah BPU ini menjadi milik RI yang pelaksanaannya

diserahkan kepada Badan Nasionalisasi Perusahaan-perusahaan Belanda

(BANAS). Pada tahun 1960, pabrik kina diberi nama Perusahaan Negara

(PN) Farmasi dan Alat Kesehatan Bhinneka Kina Farma berdasarkan SP

Menkes No. 57/959/BPK/Kob tanggal 18 Juli 1960. Pada tahun 1961,

berdasarkan PP No. 85 tanggal 17 April 1961, namanya diubah menjadi

Perusahaan Negara Farmasi (PNF) dan Alat-alat Kesehatan Bhinneka Kina

Farma yang meliputi pabrik Yodium di Watudakon Mojokerto, Jawa

Timur.

Sekitar tahun 1969, berdasarkan PP No. 3 tanggal 25 Januari 1969, empat

PNF yaitu PN Radja Farma, PN Nakula Farma, PN Bhinneka Kina Farma

dan PN Sari Husada dilebur menjadi satu PN dengan nama Perusahaan

Negara Farmasi dan Alat-alat Kesehatan Bhinneka Kimia Farma. Keempat

18
perusahaan tersebut masing-masing menjadi satu unit dengan susunan

yaitu PNF Radja Farma (Jakarta) menjadi PNF Bhinneka Kimia Farma

Unit I Bidang Perdagangan, PNF Nakula Farma (Jakarta) menjadi PNF

Bhinneka Kimia Farma Unit II Bidang Produksi Jakarta, PNF Bhinneka

Kina Farma (Bandung) menjadi PNF Bhinneka Kimia Farma Unit III

Bidang Produksi Bandung, dan PNF Sari Husada (Yogyakarta) menjadi

PNF Bhinneka Kimia Farma Unit IV Bidang Produksi Yogyakarta.

Pada tahun 1971, berdasarkan PP No. 16 tahun 1971 dalam lembaran

negara RI No. 18 tahun 1971, PNF dan Alat-alat Kesehatan Bhinneka

Kimia Farma unit I sampai unit IV diubah menjadi PT (Persero) Kimia

Farma terhitung mulai bulan Agustus 1971 melalui Akte Notaris Sulaeman

Ardjasasmita tanggal 16 Agustus 1971 dan mengganti nama semua unit

perusahaan yaitu Unit I menjadi Unit Perdagangan, Unit II menjadi Unit

Produksi Jakarta, Unit III menjadi Unit Produksi Bandung, Unit IV

menjadi Unit Produksi Yogyakarta. Pada pertengahan 1974, PNF Sari

Husada (PT Kimia Farma Unit Produksi Yogyakarta) memisahkan diri dari

PT (Persero) Kimia Farma.

Tahun 1990, Unit Produksi Bandung menjadi tiga unit yaitu Unit

Formulasi Bandung, Unit Produksi Manufaktur Bandung, dan Unit

Produksi Manufaktur Watudakon. Pemisahaan unit ini diikuti dengan

penggabungan pabrik pil KB ke dalam Produksi Formulasi Bandung.

Pada bulan Juli 2002, dilakukan perubahan struktur organisasi

dimana Unit Produksi Formulasi Bandung, Unit Produksi manufaktur

19
Bandung, serta Unit Produksi Manufaktur Semarang bergabung menjadi

Plant Bandung. Begitu pula dengan Unit Produksi Jakarta dan Unit

Produksi Tanjung Morawa Medan bergabung menjadi Plant Jakarta.

Penggabungan ini dilakukan sebagai langkah efisiensi dan efektivitas

untuk meningkatkan kempetensi guna pengembangan perusahaan.

III.2. Visi dan Misi

Visi : Perusahaan farmasi utama di Indonesia dan berdaya saing di pasar

global.

Misi :

 Menyediakan, mengadakan dan menyalurkan sediaan

farmasi, alat kesehatan dan jasa kesehatan lainnya, yang

berkualitas dan bernilai tambah untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat.

 Mengembangkan bisnis farmasi dan jasa kesehatan lainnya

untuk meningkatkan nilai perusahaan bagi pemegang saham,

karyawan dan pihak lain yang berkepentingan, tanpa

meninggalkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.

 Mengembangkan SDM perusahaan untuk meningkatkan

kompetensi dan komitmen guna pengembangan perusahaan

serta dapat berperan aktif dalam pengembangan industri

farmasi nasional.

III.3. Pemaparan tentang PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung

20
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung merupakan salah

satu BUMN dalam bidang kesehatan yang memproduksi obat dengan

tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal.

Sebagai suatu industri yang memproduksi obat, maka seluruh aspek

CPOB harus diterapkan. Aspek-aspek tersebut meliputi personalia,

peralatan, bangunan, sanitasi dan hygiene, produksi, pengawasan mutu,

inspeksi diri, penanganan terhadap keluhan dan penarikan kembali

produk yang telah beredar serta dokumentasi.

Secara struktur organisasi, PT. Kimia Farma Plant Bandung telah

terstruktur dengan baik. Ada pembagian tugas yang jelas antara tiap

bagian dan seksi. Juga telah sesuai dengan peraturan CPOB bahwa

bagian produksi dan bagian pengawasan mutu dipimpin oleh seorang

yang berlainan yang tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang

lain.

Secara struktur organisasi, PT. Kimia Farma Plant Bandung telah

terstruktur dengan baik. Ada pembagian tugas yang jelas antara tiap

bagian dan seksi. Juga telah sesuai dengan peraturan CPOB bahwa

bagian produksi dan bagian pengawasan mutu dipimpin oleh seorang

yang berlainan yang tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang

lain.

21
22
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Masalah yang ditemukan

Selama kami mengikuti PKL Industri di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

Plant Bandung, ada beberapa hal yang kami hadapi diantaranya :

a. Waktu Kunjungan yang relatif singkat sehingga pengetahuan tentang

industry masih kurang.

b. Dalam proses kunjungan, tidak diperlihatkan proses produksi.

c. Dalam proses kunjungan kurangnya keterampilan yang kami dapatkan

karena tidak turut serta dalam proses produksi.

B. Alternatif Pemecahan Masalah

a. Waktu kunjungan hendaknya diperpanjang dengan memperbanyak

agenda dalam kunjungan.

b. Sebaiknya mahasiswa dapat turut andil dalam proses produksi salah

satu produk.

c. Sebaiknya pada saat kujungan diadakan pelatihan pelatihan terutama

yang berhubungan dengan CPOB ( Cara Produksi Obat yang baik )

agar mahasiswa lebih memahami lagi kegiatan-kegiatan yang dilakukan

dalam industry terutama dalam penerapan CPOB ( Cara Produksi Obat

yang baik ).

23
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

1. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung dalam kegiatan produksi

dan pengawasan mutunya telah melaksanakan CPOB dengan tujuan

untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi

persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan

penggunaannya.

2. Peran apoteker di industri farmasi adalah melakukan kegiatan managerial

baik dalam hal perencanaan dan pengendalian produksi, perencanaan dan

pengendalian bahan, pelaksanaan proses produksi, serta pelaksanaan

kegiatan pengawasan mutu yang menjamin mutu dari produk yang

dihasilkan.

V.2 Saran

a. Semoga Akademi Farmasi Yamasi Makassar, dapat meningkatkan kualitas

dalam melaksanakan PKL industi khususnya di PT. Kimia Farma (Persero)

Tbk Plant Bandung tahun mendatang.

b. Semoga para mahasiswa (i) Akademi Farmasi Yamasi Makassar yang akan

berkunjung lebih aktif dalam melakukan kunjungan industry terutama di

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung.

24
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2019, “Panduan PKL Industri Akfar Yamasi”. Akademi Farmasi


Yamasi : Makassar

Beby Amelia Rangkuti : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di PT.
Kimia Farma (Persero) Tbk.Plant Bandung, 2009

Peraturan Kepala badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.42.06.10.4556 tentang Petunjuk Operasional Pedoman
Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik. Jakarta : Menteri
Kesehatan RI

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1799/Menkes/Per/XII/2010 Tentang Industri Farmasi. Jakarta :
Menteri Kesehatan RI

LAMPIRAN

25

Anda mungkin juga menyukai