Oleh :
NIM : 408231037
Jurusan : Kimia
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2011
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Daftar Isi ii
Daftar Tabel iii
Daftar Gambar iv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 2
1.3. Pembatasan Masalah 3
1.4. Perumusan Masalah 3
1.5. Tujuan Penelitian 3
1.6. Manfaat Penelitian 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1. Bekicot 5
2.2. Kitin 6
2.2.1. Sifat-sifat Kimia Kitin 7
2.2.2. Kegunaan Kitin 9
2.3. Kitosan 10
2.4. Penentuan Derajat Deastilasi 11
2.5. Adsorbsi 12
2.5.1. Adsorbsi Fisika 12
2.5.2. Adsorbsi Kimia 12
2.6. Air Raksa (Merkuri) 14
BAB III METODE PENELITIAN 16
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 16
3.2. Alat dan Bahan 16
3.2.1. Alat 16
3.2.2. Bahan 16
3.3. Rancangan Penelitian 16
3.4. Prosedur Penelitian 16
ii
3.4.1. Pembuatan Larutan 16
3.4.2. Pembuatan Asorben Khitosan dari Cangkang Bekicot 17
3.4.3. Uji Derajat Deastilasi 18
3.4.4. Tahap Uji Adsorbsi 18
Diagram Alir 19
DAFTAR PUSTAKA 22
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2. Kandungan Kitin Pada Berbagai Jenis Hewan dan Jamur 7
Tabel 2.2.1. Spesifikasi Kitin Niaga 8
Tabel 2.3. Standar Mutu Kitosan 11
iv
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
Air raksa atau merkuri termasuk salah satu logam berat, dengan berat
molekul tinggi. Dalam kadar rendah, logam berat ini umumnya sudah beracun
bagi tumbuhan dan hewan, termasuk manusia. Beberapa logam berat lainnya
adalah magnesium (Mg), timbal (Pb), tembaga (Cu), kromium (Cr), dan besi (Fe).
Air raksa (Hg) diperlukan untuk pertumbuhan kehidupan biologis, tetapi dalam
jumlah berlebihan akan bersifat racun. Oleh karena itu, keberadaan logam berat
perlu mendapat pengawasan, terutama dari segi jumlah kandungannya di dalam
air. Air raksa dalam kondisi temperatur kamar berbentuk zat cair, bila terjadi
kontak dengan logam emas akan membentuk larutan padat. Larutan padat biasa
disebut amalgam, yaitu merupakan paduan antara air raksa dengan beberapa
logam (emas, perak, tembaga, timah, dan seng) (Noviardi,dkk. 2007).
Logam merkuri atau air raksa mempunyai nama kimia hydragyrum yang
berarti perak cair. Logam merkuri dilambangkan dengan Hg. Merkuri merupakan
salah satu unsur logam transisi dengan golongan IIB dan memiliki nomer atom
80, memiliki bobot atom 200,59 adalah satu-satunya logam yang berbentuk cair.
Merkuri merupakan elemen alami oleh karena itu sering mencemari lingkungan.
Kebanyakan merkuri yang ditemukan dialam terdapat dalam gabungan dengan
elemen lainnya dan jarang ditemukan dalam bentuk elemen terpisah. Merkuri dan
komponen-komponen merkuri banyak digunakan oleh manusia untuk berbagai
keperluan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bekicot
Phylum : Mollusca
Class : Gastropoda
Ordo : Pulmonata
Subordo : Stylommotophora
Famili : Achatinidae
Genus : Achatina
memiliki shell (atau hanya memiliki kecil yang sangat) disebut siput (Berthold,
1991).
Bekicot (Achatina fulica) hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan
pipih pada bagian ventral tubuhnya. Gastropoda bergerak lambat menggunakan
kakinya. Gastropoda darat terdiri dari sepasang tentakel panjang dan sepasang
tentakel pendek. Ujung tentakel panjang terdapat mata yang berfungsi untuk
mengetahui gelap dan terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai
alat peraba dan pembau. Gastropoda akuatik bernapas dengan insang, sedangkan
Gastropoda darat bernapas menggunakan rongga mantel. Bagian-bagian
morfologi gastropoda dapat meliputi tentakel dorsal, mata, kepala, tentakel, kaki
perut, sutura, apex dan ada yang mempunyai garis pertumbuhan pada
cangkangnya (Berthold, 1991).
2.2. Kitin
Kitin berasal dari bahasa Yunani yang berarti baju rantai besi, pertama
kali diteliti oleh Bracanot pada tahun 1811 dalam residu ekstrak jamur yang
dinamakan fungiue. Pada tahun 1823 Odins mengisolasi suatu senyawa kutikula
serangga Janis ekstra yang disebut dengan nama khitin. Kitin merupakan
6
Kitin merupakan zat padat yang tak berbentuk (amorphous), tak larut
dalam air, asam anorganik encer, alkali encer dan pekat, alkohol, dan pelarut
organik lainnya tetapi larut dalam asam-asam mineral yang pekat. Khitin kurang
larut dibandingkan dengan selulosa dan merupakan N-glukosamin yang
7
terdeasetilasi sedikit. Lihat tabel 2.2 Untuk mengetahui kandungan kitin pada
berbagai jenis hewan dan jamur.
Tabel 2.2. Kandungan Kitin Pada Berbagai Jenis Hewan dan Jamur
No Jenis Organisme Kandungan Khitin
1 Crustaceae:
a. Kepiting 70%
b. Lobster 60,5%
2 Molusca :
a. Kulit remis 70%
b. Kulit tiram 43%
3 Serangga:
a. Kecoa 18,4%
b. Lebah 27%
c. Ulat sutra 44%
4 Jamur
a. Aspergillus niger 42,0 %
b. Penicillium Chrysogenium
20,1 %
c. Saccharomyceae Cereviciae
2,9 %
d. Lactarius Vellereus
19,0 %
(Windholz, 1983).
2.2.1. Sifat Fisik-Kimia Kitin
Kitin merupakan padatan yang berbentuk amorf, tidak larut dalan air, asam
encer, alkali pekat maupun encer, alkohol dan pelarut-pelarut organik lainnya.
Tetapi kitin dapat larut dalam HCl,H2SO4 pekat, dan H3PO4. Untuk melarutkan
kitin tidak mudah, sehingga perlu disesuaikan konsentrasi pelarut yang sesuai
untuk melarutkan kitin. (Windholz, 1983).
Kitin merupakan bahan yang tidak beracun dan bahkan mudah terurai
secara hayati (biodegradable). Bentuk fisiknya merupakan padatan amorf yang
berwarna putih dengan kalor spesifik 0,373±0,03 kal/g/ C. Dan derajat rotasi
0
spesifik [α] 18+220C pada konsentrasi asam metanasulfonat 1,0%. Kitin hampir
D
tidak larut dalam air, asam encer dan basa, tetapi larut dalam asam format, asam
8
Sifat fisika dan kimia kitin diatas telah dijadikan bagian dalam spesifikasi
kitin niaga (Tabel 2.2.1).
Parameter Ciri-ciri
Kelarutan dalam:
(Muzzarelli, 1985).
1. Bidang Kedokteran
2. Bidang Industri
Aplikasi kitin dan kitosan sangat banyak dan meluas. Di bidang industri,
kitin, dan kitosan berperan antara lain sebagai koagulan poli elektrolit
pengolahan limba hcair, pengikat dan penyerap ion logam,
mikroorganisme, mikroalga, pewarna, residu pestisida, lemak, tanin, PCB
(Poliklorinasi Bifenil). Mineral dan asam organik, mediakromatografi
afinitas, gel dan pertukaran ion, penyalut berbagai serat alami dan sintetik,
pembentuk film dan membran mudah terurai, meningkatkan kualitas
kertas, pulp ,dan produksi tekstil.
3. Bidang Pertanian
2.3. Kitosan
10
Khitosan dapat membentuk kompleks (khelat) dengan ion logam berat dan
ion logam transisi terutama Cu2+, Ni2+, dan Hg2+, tetapi tidak dengan ion logam
alkali dan alkali tanah. Pada proses pengikatan logam tersebut, pengaturan pH
larutan perlu dilakukan (Mekawati,dkk. 2000). Lihatlah pada tabel 2.3. standar
mutu kitosan.
Parameter Nilai
11
Viskositas (cps)
(Windholz, 1983).
Derajat desetilasi dapat diukur dengan berbagai metode dan yang paling
lazim digunakan adalah metode garis dasar spektroskopi IR transformasi Fourier
(FTIR) yang pertama kali diajukan oleh Moore dan Robert pada tahun 1977.
Teknik ini memberikan beberapa keuntungan, yaitu relatif cepat, contoh tidak
perlu murni, dantingkat ketelitian tinggi dengan kisaran derajat deasetilasi contoh
yang luas, dibandingkan dengan teknik tritimetri dan metode spektoskopi lainnya.
Nilai yang digunakan untuk menghitung derajat deasetilasi sangat bergantung
pada nisbah pitaserapan yang digunakan untuk menghitungnya. Tiga nisbah yang
diajukan ialahA1655/A2867, A1550/A2878, dan A1655/A3450. Dua nisbah
pertama memberikan keakuratan pada % N asetilasi rendah, sedangkan
A1655/A3450 lebih akurat pada % N deasetilasi tinggi. % DD kitin dan kitosan
dapat dihitung sebagai berikut:
2.5. Adsorbsi
Pada adsorbsi fisika proses penyerapan dapat bersifat balik dan dilepaskan
kembali ke dalam pelarut. Adsorbsi dapat terjadi pada semua zat dan secara umum
dapat berlangsung pada suhu rendah sampai sedang.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap adsorbsi antara lain :
1. Sifat Adsorben.
Adsorben adalah suatu padatan berpori yang sebagian besar terdiri dari
unsur karbon bebas dan masing-masing berikatan secara kovalen,
sehingga faktor penting yang berhubungan dengan luas permukaan,
13
2. Perlakuan Serapan
3. Suhu
5. Waktu Singgung
Air raksa atau termasuk salah satu logam berat, dengan berat molekul
tinggi. Dalam kadar rendah, logam berat ini umumnya sudah beracun bagi
tumbuhan dan hewan, termasuk manusia. Beberapa logam berat lainnya adalah
magnesium (Mg), timbal (Pb), tembaga (Cu), kromium (Cr), dan besi (Fe). Air
14
Logam merkuri atau air raksa mempunyai nama kimia hydragyrum yang
berarti perak cair. Logam merkuri dilambangkan dengan Hg. Merkuri merupakan
salah satu unsur logam transisi dengan golongan IIB dan memiliki nomer atom
80, memiliki bobot atom 200,59 adalah satu-satunya logam yang berbentuk cair.
Merkuri merupakan elemen alami oleh karena itu sering mencemari lingkungan.
Kebanyakan merkuri yang ditemukan dialam terdapat dalam gabungan dengan
elemen lainnya dan jarang ditemukan dalam bentuk elemen terpisah. Merkuri dan
komponen-komponen merkuri banyak digunakan oleh manusia untuk berbagai
keperluan. Sifat-sifat kimia dan fisik merkuri membuat logam tersebut banyak
digunakan untuk keperluan ilmiah dan industri. Beberapa sifat tersebut adalah
sebagai berikut:
suhu kamar 250C dan mempunyai titik beku terendah dari semua
6. Pada fase padat bewarna abu-abu dan pada fase cair berwarna putih perak.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
16
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, mortal, cawan
porselin, ayakan ukuran 100 mesh, beaker glass, kaca arloji, erlenmeyer,
timbangan, AAS, FTIR, termometer, penangas, beaker gelas, pH meter, lumpang
dan alu, corong buchner, kertas Whatman, dan pengaduk, pengaduk stirer.
3.2.2. Bahan
Penelitian ini secara garis besar terdiri atas dua tahap, yaitu isolasi khitin
dari limbah cangkang bekicot, deasetilasi khitin menjadi khitosan.
Cangkang Bekicot
19
Kitin
Kitin
20
Padatan Basah
Kitosan
Kitosan
4. Uji Adsorbsi
Kitosan
- Ditambahkan pada 100 ml larutan HgCl2
0,1 M, dan diatur keasamannya dengan
21
- Disaring.
Filtrat Residu
Hasil Analisa
DAFTAR PUSTAKA
Underwood, A.L. dan Day, R.A., (2001), “Analisis Kimia Kuantitatif”, Edisi VI,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Windholz, (1983), Chitin and Chitosan, New Castle, N.Y University.
Yunizal dkk, (2001), “Ekstraksi Khitosan dari Kepala Udang Putih (Penaeus
merguensis)”. J. Agric. Vol. 21 (3), hal 113-117