Anda di halaman 1dari 21

EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN ACCELERATED LEARNING

BERBASIS EXPERIMENT PADA MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PESERTA


DIDIK PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X DI MA YASPIA GUBUG
A. Latar Belakang
Belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi antara guru dan peserta didik.
Proses belajar mengajar dapat dikatakan efektif jika komunikasi antara murid dan peserta
didik berjalan lancar, sehingga tujuan dari pembelajaran akan tercapai. Untuk
menciptakan situasi yang

menyenangkan, seorang guru harus mampu membangun

pembelajaran yang efektif bagi peserta didik. Strategi pembelajaran yang menyenangkan
dan variatif akan memberikan dampak positif bagi peserta didik, khususnya dalam hal
penguasaan materi. Berhasil tidaknya proses belajar mengajar tergantung ada tidaknya
interaksi timbal balik antara peserta didik dan guru. Interaksi pun tidak hanya pemberian
materi tetapi juga mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
MA Yaspia merupakan salah satu MA yang terdapat di wilayah Grobogan bagian
Barat. Sekolah ini memiliki sarana dan prasarana yang baik, namun ketuntasan peserta
didik terhadap pelajaran kimia belum merata artinya banyak anak yang mendapatkan
nilai kimia belum tuntas dan hanya sedikit anak yang mendapatlan nilai bagus. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi ketidaktuntasan peserta didik terhadap pelajaran
kimia, diantaranya anggapan mereka tentang pelajaran kimia yang menakutkan.
Ditambah dengan guru yang mengampu mata pelajaran kimia disana kurang
memaksimalkan fasilitas laboratorium yang ada.
Untuk mendapatkan situasi belajar yang lebih menyenangkan maka diperlukan
metode pembelajaran yang tepat sehingga proses pembelajaran tidak menjenuhkan
peserta didik. Salah satu metode pembelajaran yang menjadi solusi adalah metode
pembelajaran Accelerated Learning berbasis Experiment. Dalam Accelerated Learning
mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, cepat,
menyenangkan dan memuaskan, belajar dengan memecahkan masalah dan melakukan
kegiatan pembelajaran secara langsung sehingga peserta didik memiliki gambaran nyata
atas materi pelajaran kimia. Sebagaimana materi larutan elektrolit dan nonelektrolit
merupakan materi yang cukup sulit bagi peserta didik tingat SMA sederajat, dalam
kurikulum 2013 indikator yang harus dicapai peserta didik tentang materi larutan
elektrolit dan nonelektrolit diantaranya yaitu:
1. Merancang percobaan untuk menyelidiki sifat larutan berdasarkan daya

hantar

listriknya
2. Melakukan percobaandaya hantar listrik pada beberapa larutan.
3. Mengamati dan mencatat data hasil percobaandaya hantar listrik pada beberapa
larutan.
4. Menganalisis data hasil percobaan daya hantar listrik larutan elektrolit dan larutan
non-elektrolit.
5. Menyimpulkan sifat larutan berdasarkan daya hantar listrik larutan elektrolit dan
larutan non-elektrolit.
6. Menyimpulkan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion atau senyawa
kovalen polar
7. Mengkomunikasikan hasil percobaan larutan elektrolit dan nonelektrolit.
Dilihat dari banyaknya indicator yang harus dicapai peserta didik dan disesuaikan
dengan kurikulum yang ada, materi larutan elektrolit dan nonelektrolit dipilih sebagai
sasaran penelitian ini. Diterapkannya kurikulum 2013 yang banyak melibatkan
parsitipasi aktif peserta didik dan menggunakan metode pembelajaran aktif, membuat
guru harus selalu kreatif agar kompetensi inti yang diharapkan dapat tercapai secara
maksimal sehingga peserta didik bukan hanya mampu untuk mencapai kemampuan
kognitifnya saja melainkan juga kemampuan psikomotorik, afektif dan aspek sosial.
konsep dasar larutan sangat berhubungan dalam kehidupan sehari-hari manusia, oleh
karenanya diperlukan tehnik experiment agar membantu peserta didik untuk memahami
konsep larutan, baik larutan elektrolit maupun larutan non-elektrolit dan meningkatkan
motivasi belajar peserta didik yang pada akhirnya akan berdampak pada hasil belajar
peserta didik baik dalam hal kognitif, psikomotorik, afektif dan social sesuai kurikulum
2013 yang berlaku pada masa sekarang.
Berdasarkan latar belakang diatas menjadikan peneliti untuk melakukan penelitian
eksperimen. Adapun judul dalam penelitian ini adalah Efektifitas Metode Pembelajaran
Accelerated Learning Berbasis Experiment Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Peserta
Didik Pada Materi Pokok Larutan Elektrolit Dan Non-Elektrolit.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bagaimana Efektifitas Metode Pembelajaran Accelerated Learning Berbasis
Experiment terhadap motivasi dan hasil belajar peserta didik pada materi pokok larutan
elektrolit dan non non-elektrolit di MA Yaspia Gubug.
C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektifitas

Metode

Pembelajaran Accelerated Learning Berbasis Experiment terhadap motivasi dan hasil


belajar peserta didik pada materi pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit di MA Yaspia
Gubug.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi beberapa pihak yang terkait
mengenai efektifitas Metode Pembelajaran Accelerated Learning Berbasis Experiment
terhadap motivasi dan hasil belajar peserta didik pada materi pokok larutan elektrolit dan
non non-elektrolit di MA Yaspia Gubug yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Peserta Didik
a. Meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi lerutan elektrolit dan
non-elektrolit dengan mudah dan menyenangkan.
b. Meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan penerapan Metode
pembelajaran Accelerated Learning berbasis Experiment.
2. Bagi Pendidik
a. Memberikan informasi atau wacana tentang alternatif Metode pembelajaran
Accelerated Learning dengan Experiment sebagai salah satu referensi metode
pembelajaran yang bisa digunakan.
3. Bagi Sekolah
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan positif bagi pengembangan
sekolah, utamanya untuk peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah.
E. Sistematika Penulisan Proposal
JUDUL
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat Penelitian
E. Sistematika Penulisan Proposal
F. Kajian Pustaka
G. Kerangka Teoritik
1. Tinjauan tentang belajar, pembelajaran, dan hasil belajar
2. Motivasi Belajar
3. Pembelajaran Accelerated Learning
a. Metode Pembelajaran Accelerated Learning
b. Tujuan Accelerated Learning
c. Metode Experiment
d. Prinsip-Prinsip Accelerated Learning
4. Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit
H. Rumusan Hipotesis
I. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
2. Desain Penelitian
3. Populasi dan Sampel Penelitian.
4. Waktu dan Tempat Penelitian
5. Variabel

6. Teknik Pengumpulan Data


7. Teknik Analisis Data
F. Kajian Pustaka
Berangkat dari latar belakang dan pokok permasalahan yang ada, maka dalam kajian
pustaka ini peneliti akan mendiskripsikan beberapa karya yang relevansi dengan judul
penelitian efektifitas metode pembelajaran Accelerated learning berbasis experiment
terhadap motivasi dan hasil belajar peserta didik pada materi larutan elektrolit dan
nonelektrolit di MA Yaspia Gubug. Beberapa karya tersebut antara lain:
Pertama: jurnal Putu Sumardika, DB. Kt. Ngr. Semara Putra, Made Putra. e-Journal
MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun
2014) dengan judul: Penerapan Model Accelerated Learning Berbantuan Multimedia
Interaktif Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Peserta didik kelas Iv
Sdn. 13 Dauh Puri Denpasar. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas
belajar IPA melalui penerapan model accelerated learning berbantuan multimedia
interaktif dan meningkatkan hasil belajar IPA melalui penerapan model accelerated
learning berbantuan multimedia interaktif pada peserta didik kelas IV SDN. 13 Dauh
Puri Denpasar. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terjadi peningkatan rata-rata
persentase aktivitas belajar peserta didik pada siklus I sebesar 69,8% kategori Cukup
aktif, terjadi peningkatan sebesar 12,73% pada siklus II menjadi 82,53% kategori
Aktif. (2) terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik yaitu pada siklus I skor ratarata sebesar 69,32 dengan persentase 69,32% kategori Sedang, terjadi peningkatan
sebesar 12,5% pada siklus II menjadi rata-rata hasil belajar peserta didik sebesar 81,82
dengan persentase 81,82% kategori Tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan
penerapan model Accelerated Learning berbantuan multimedia interaktif dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA peserta didik kelas IV SDN. 13 Dauh Puri
Denpasar.
Kedua: jurnal Dw. Ayu Sri Handayani, I.B. Surya Manuaba dan Ni Nym. Ganing
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1
Tahun 2014) dengan judul: Metode Accelerated Learning Berbasis Eksperimen
Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Ipa Peserta didik Kelas V Sd Gugus V
Tampaksiring. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA
peserta didik yang mengikuti pembelajaran metode Accelerated Learning berbasis
Eksperimen dengan yang mengikuti pembelajaran konvensional pada peserta didik kelas
V SD gugus V Tampaksiring. Berdasarkan penelitian menunjukkan hasil belajar
kelompok eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran Accelerated Learning
1

lebih baik daripada kelompok kontrol yang menggunakan metode pembelajaran


Konvensional.
Ketiga: skripsi karya Yuyum Muawanah Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu :
Pengaruh Metode Accelerated Learning Terhadap Hasil Belajar Peserta didik Pada
Konsep Termodinamika. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh hasil belajar
IPA peserta didik yang mengikuti pendekatan Accelerated Learning yang bertempat di
SMA Negri 1 Sepatan, Tangerang. Berdasarkan penelitian menunjukkan pendekatan
pembelajaran Accelerated Learning berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik
dengan menunjukan nilai thitung 6,55 > ttabel 1,99.
Dari ketiga kajian pustaka yang relevan diatas, penelitian ini memiliki kesamaan dan
perbedaan. Persamaan dengan penelitian kajian pustaka tersebut adalah sama dalam
penggunaan metode pembelajaran Accelerated Learning. Perbedaan pada masing-masing
penelitian yakni, jika pada penelitian jurnal karya Putu Sumardika, DB. Kt. Ngr. Semara
Putra menggunakan multimedia dalam proses pembelajarannya yang dihubungkan
dengan hasil belajar, dalam penelitian ini berbasis experiment yang dihubungkan dengan
hasil belajar dan motivasi belajar peserta didik, dan pada pokok bahasan yang berbeda.
Kemudian, jurnal karya Dw. Ayu Sri Handayani, I.B. Surya Manuaba dan Ni Nym.
Ganing perbedaannya terletak pada variable bebasnya yaitu adanya pengaruh motivasi
peserta didik dalam penelitian ini. Ketiga yaitu perbedaan penelitian ini dengan skripsi
karya Yuyum Muawanah terletak pada adanya proses experiment dalam penelitian dan
dihubungkan dengan motivasi belajar peserta didik. Pada penelitian ini mencoba
mengkombinasikan antara metode pembelajaran Accelerated Learning berbasis
Experiment yang diterapkan pada peserta didik MA Yaspia Gubug kelas X pada materi
pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit dengan analisis penelitian menggunakan
eksperimen semu atau Quasy Experimen.
G. Kerangka Teoritik
1. Tinjauan tentang belajar, pembelajaran, dan hasil belajar
Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan. Jadi belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui
interaksi dengan lingkungan.

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun

meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang


saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.2

1
2

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm 36 - 37
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, hlm 57

Pembelajaran adalah suatu proses belajar dan mengajar yang dilakukan oleh
guru dengan peserta didik. Sebuah kegiatan pembelajaran harus mempunyai
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran, dan cara
yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai suatu tujuan pendidikan yang
dikenal dengan kurikulum.3
Prinsip kegiatan pembelajaran yang mampu memberdayakan seluruh potensi peserta
didik tertuang dalam enam pilar pendidikan universal yang telah dicanangkan oleh
UNESCO yaitu learning to know, learning to do, learning to be, learning to live
together, learning how to learn, and learning how to trough life. Berdasarkan enam
pilar tersebut, peserta didik di syaratkan mau dan mampu memperkaya pengalaman
belajarnya dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungan (learning to live
together) sehingga memiliki pemahaman dan pengetahuan (learning to know).
Kemampuan dan pengetahuan yang dimilikinya akan mampu menimbulkan
kepercayaan untuk berbuat (learning to do) dan menumbuhkembangkan potensi diri
peserta didik sehingga mampu menjadi pribadi yang utuh dan maksimal (learning to
be). Prinsip belajar peserta didik yang cenderung menghafal dan menerima informasi
dari guru harus diubah dan berganti menjadi prinsip belajar untuk menemukan konsep
dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul secara mandiri (learning how to
learn) serta diarahkan untuk memahami cara menjalani kehidupan (learning to
trought life).
Belajar dalam metode pembelajaran Accelerated learning memiliki prinsip bahwa:
a. Belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh. Belajar tidak hanya menggunakan
otak (sadar, rasional, memakai otak kiri), dan verbal), tetapi juga melibatkan
seluruh tubuh/pikiran dengan segala emosi, indera, dan sarafnya.
b. Belajar adalah berkreasi, bukan mengonsumsi. Pengetahuan bukanlah sesuatu
yang diserap oleh pembelajar, melainkan sesuatu yang diciptakan pembelajar.
Pembelajaran terjadi ketika seorang pembelajar memadukan pengetahuan dan
keterampilan baru ke dalam struktur dirinya sendiri yang telah ada. Belajar secara
harfiah adalah menciptakan makna baru, jaringan saraf baru, dan pola interaksi
elektrokimia baru di dalam sistem jaringan otak/tubuh secara menyeluruh.
c. Kerja sama membantu proses belajar mengajar. Semua usaha belajar yang baik
mempunyai landasan sosial. Kita biasanya belajar lebih banyak dengan
berinteraksi dengan kawan-kawan dari pada kita pelajari dengan cara lain yang
manapun. Persaingan di antara pembalajar memperlambat pembelajaran. Kerja
sama di antara mereka mempercepatnya. Suatu komunikasi belajar selalu lebih
baik hasilnya dari pada beberapa individu yang belajar sendiri-sendiri.
3

Mulyasa, E, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007), hlm 32-39

d. Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan. Belajar bukan


hanya menyerap satu hal kecil pada waktu secara linier, melainkan menyerap
banyak hal sekaligus. Pembelajaran yang baik melibatkan orang pada banyak
tingkatan secara simultan (sadar dan bawah sadar, mental, dan fisik) dan
memanfatkan seluruh saraf reseptor, indra, jalan dalam sistem total otak/tubuh
seseorang. Bagaimanapun juga, otak bukanlah prosesor berurutan, melainkan
prosesor paralel, dan otak akan berkembang pesat jika ia ditantangmelakukan
banyak hal sekaligus.
e. Belajar berasal dari mengerjakan hal itu sendiri (dengan umpan balik). Belajar
paling baik adalah belajar dengan konteks.
f.
Emosi positif sangat membantu pembelajaran. Perasaan menentukan kualitas
dan juga kuantitas belajar seseorang. Perasaaan negatif menghalangi belajar.
Perasaan positif mempercepatnya. Belajar yang penuh tekanan, menyakitkan dan
bersuasana muram tidak dapat mengungguli hasil belajar yang menyenangkan,
santai dan menarik hati.
Hasil belajar merefleksikan keleluasaan, kedalaman, dan kompleksitas dan
digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan teknik penilaian tertentu. BS
Bloom dalam Uno (2009: 35-39) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu:
1) Ranah kognitif, berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan kemampuan dan
kemahiran intelektual, meliputi ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi
dan kreativitas (Sugiharto, 2009)
2) Ranah afektif, yang berorientasi pada nilai dan sikap, meliputi pengenalan,
pemberian respon, penghargaan, pengorganisasian, dan pengalaman;
3) Ranah psikomotor, yang berhubungan dengan kemampuan fisik seperti
keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf, meliputi
peniruan, manipulasi, ketepatan gerakan, artikulasi dan naturalisasi.
2. Motivasi Belajar
Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang
ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dua
pendekatan yang digunakan untuk meninjau dan memahami motivasi yaitu motifasi
dipandang sebagai suatu proses dan menentukan karakteristik proses berdasarkan
petunjuk-petunjuk tingkah laku seseorang. Motifasi merupakan hal yang sangat
penting dalam upaya belajar dan pembelajaran dilihat dari segi fungsi dan nilainya
atau manfaatnya. Dalam uraian diatas menunjukkan, bahwa motifasi mendorong

timbulnya tingkah laku dan mempengaruhi serta mengubah tingkah laku. Fungsi
motifasi adalah:
a. Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan
b.

timbul suatu perbuatan misalnya belajar.


Motifasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk

c.

mencapai tujuan yang diinginkan.


Motifasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku
seseorang besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu

pekerjaan.4
3. Pembelajaran Accelerated Learning berbasis Experiment
a. Metode Pembelajaran Accelerated Learning
Cara belajar cepat memberi anda keterampilan unti esensial tentang cara
belajar cepat dan cara berpikir kreatif. accelerated Learning mengakui bahwa
masing-masing dari kita memiliki cara belajar pribadi pilihannya yang cocok
dengan karakter dirinya dan peserta didik dapat belajar dengan cara yang paling
alamiah basi diri peserta didik sendiri. Defenisi Accelerated Learning menurut para
pakar diantaranya yaitu:
1) Menurut Dr. George Lazanov
Accelerated learning adalah metode pembelajaran yang menciptakan proses
lingkungan dan pengajaran untuk memungkinkan peserta didik untuk bergerak
diluar membatasi kenyakinan dan kesalapahaman dan memanfaatkan potensi
tersembunyi mereka.
2) Menurut dae meier
Accelereted learning adalah salah satu cara belajar alamia yang diyakini mampu
menghasilkan tokoh orsinil dalam menghadapi era kesemerawutan. Karena
accelereted learning pada intinya adalah filisofi pembelajaran dan kehidupan
yang

mengupayakan

demekanisasi

dan

memanusiakan

kembali,

serta

menjadikan pengalaman bagi seluruh tubuh, pikiran, dan pribadi.


Accelerated learning : dipercepat, atau super adalah sebuah pendekatan
untuk pembelajaran yang telah dikembangkan melalui peningkatan pemahaman
ada tentang bagaimana otak manusia bekerja dan tentang kapasitas yang luar biasa
tertentu. Jadi accelerated learning dalah konsep belajar dengan menggunakan
seluruh kemampuan indrawi yang dimiliki oleh setiap orang sebagai piranti input
data dan memprosesnya (data proccesing) menurut cara kerja otak dan sistem
syaraf (Neuron) serta menyimpannya dalam memory storage otak yang memiliki
daya tampung luar biasa, tidak terbatas pada processing (cara berpikir) namun pada
penyimpanannya berikut pengaturan peletakannya diotak sehingga kita bisa
mengaksesnya kapan saja dengan mudah.
4

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm 105108

b. Tujuan Accelerated Learning


Adapun tujuan dari cara belajar cepat antara lain :
1) Melibatkan secara aktif otak emosional yang berarti membuat segala sesuatu
lebih mudah diingat.
2) Mensikronkan aktivitas otak kiri dan otak kanan.
3) Menggerakkan kedelapan kecerdasan sedemikian sehingga pembelajaran dapat
diakses oleh setiap orang dan sumber daya segenap kemampuan otak digunakan.
4) Memperkenalkan saat-saat relaksasi untuk memungkinkan konsolidasi seluruh
potensi otak berlangsung. Walaupun memahami sesuatu dan mengigatnya
merupakan hal yang berbeda, semua pembelajaran agar

bermanfaat perlu

disimpan dalam memori.


c. Metode Experiment

Apabila ilmuwan melakukan eksperimen mereka umumnya sedang

mencari informasi baru. Melalui metode eksperimen, peserta didik


dilatih menggunakan metode ilmiah, yaitu: melakukan pengamatan,
merumuskan
menguji

masalah

hipotesis

kesimpulan.

atau

atau

pertanyaan,

melakukan

menyusun

percobaan,

dan

hipotesis,
menarik

Penggunaan metode eksperimen mempunyai tujuan

agar peserta didik mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai


jawaban

atas

persoalan-persoalan

yang

dihadapinya

dengan

mengadakan percobaan sendiri. Juga peserta didik dapat terlatih


dalam cara berpikir ilmiah (scientific thingking). Melalui eksperimen
peserta didik menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang
sedang dipelajarinya.
Dengan melakukan eksperimen peserta didik akan menjadi lebih
yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari guru dan buku,
dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, dan
hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan peserta didik.
metode eksperimen ini paling tepat apabila digunakan untuk
merealisasikan

pembelajaran

dengan

pendekatan

inkuiri.

Pada

pelaksanaan eksperimen tersebut, untuk dapat memaparkan dengan


tepat tentang tujuan

percobaan tentu harus memahami variabel-

variabel yang terlibat.


Menurut Roestiyah (2008: 81) agar penggunaan metode eksperimen
itu efisien dan efektif, perlu pelaksana memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1) Dalam eksperimen

setiap

percobaan,

peserta
maka

didik

harus

mengadakan
jumlah

alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi peserta
didik.
2) Agar eksperimen tidak gagal dan peserta didik menemukan bukti
yang

meyakinkan
1

atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat


dan

mutu

bahan percobaan yang diguanakan harus baik dan bersih.

3) Kemudian dalam eksperimen peserta didik perlu teliti dan


konsentrasi

dalam

mengamati proses percobaan, maka perlu adanya waktu yang


cukup

lama

sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori


yang

dipelajari

itu.
4) Peserta didik dalam eksperimen sedang belajar dan berlatih maka
perlu

diberi

petunjuk

yang

jelas

sebab

mereka

disamping

memperoleh

pengetahuan,
pengalaman serta keterampilan juga kematangan jiwa dan sikap
perlu
diperhitungkan oleh guru dalam memilih objek eksperimen.
5) Perlu dimengerti juga bahwa tidak semua masalah

bisa

dieksperimenkan,
seperti

masalah

yang

mengenai

kehidupan

kejiwaan

beberapa

social

sgei
dan

keyakina manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya


suatu

alat,

sehingga masalah itu tidak bisa diadakan percobaan karena


alatnya belum ada.5

4. Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit


Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat.
Suatu larutan tersusun dari komponen pelarut yang jumlahnya banyak, serta
komponen zat terlarut yang jumlahnya sedikit.
Berdasarkan sifat listriknya, larutan dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Larutan Elektrolit
Larutan ini dapat menghantarkan arus listrik. Contohnya adalah larutan
garam dapur, larutan asam sulfat, air sungai dan air laut. Daya hantar listrik larutan
ini tergantung pada jenis dan konsentrasinya sehingga dapat dibedakan menjadi
elektrolit lemah dan elektrolit kuat. Elektrolit lemah memiliki daya hantar yang
lemah. Elektrolit kuat memiliki daya hantar yang kuat. Contoh elektrolit lemah
adalah asam cuka dan larutan amonia, sedangkan contoh dari elektrolit kuat:
5

Ariani Anggita Mawarsari, 2013, Skripsi Penerapan Metode Eksperimen Berpendekatan


Inkuiri Pada Materi Larutan Penyangga Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Sikap Ilmiah Peserta
didik. Semarang:UNNES. Halaman: 22.

1) larutan garam ion dalam air, seperti NaCl, KBr dan NaBr
2) lelehan senyawa ion yang tidak larut dalam air, seperti PbI2
3) larutan asam-asam mineral dalam air, seperti HCl
4) larutan basa dalam air, seperti NaOH dan KOH
b. Larutan Nonelektrolit
Larutan ini tidak dapat menghantarkan listrik. Contoh larutan nonelektrolit
yaitu larutan gula, larutan urea, larutan alkohol dan larutan glukosa.
Hantaran listrik melalui larutan dapat ditunjukkan oleh alat penguji seperti gambar
:

Jika larutan elektrolit bersifat elektrolit, lampu pada alat penguji akan menyala
atau terjadi perubahan seperti timbulnya gelembung gelembung gas. Bila berupa
larutan nonelektrolit, perubahan perubahan di atas tidak terjadi. Larutan
elektrolit kuat dapat membuat lampu menyala, tetapi larutan elektrolit lemah
hanya menimbulkan gelembung gelembung pada kedua elektrode.
Hantaran listrik melalui larutan diterangkan dengan teori ion yang
dikemukakan oleh Svante August Arrhenius (1859 1927) dari Swedia pada
tahun 1887. menurut Arrchenius, larutan elektrolit mempunyai ion ion yang
bergerak bebas. Keberadaan ion ion inilah yang akan menghantarkan arus. Ion
ion bergerak bebas karena zat zat nonelektrolit yang dilarutkan dalam air akan
terionisasi (terurai menjadi ion ion) yaitu ion positif (kation) dan ion negatif
(anion). Sedangkan, pada pelarutan zat zat nonelektrolit dalam air tidak akan
terjadi ion ion (zat nonelektrolit tidak terionisasi dalam air) sehingga tidak dapat
menghantarkan arus listrik.
Contoh : NaOH dalam air akan terurai menjadi ion ion dengan persamaan
reaksi :
NaOH(aq)

Na+(aq) +

OH-(aq)

Oleh karena itu, larutan NaOH bersifat elektrolit. Untuk lebih jelasnya,
penghantaran listrik dapat dilihat pada penghantaran melalui larutan HCl, seperti
terlihat pada gambar :
1

Dalam larutan HCl terurai menjadi ion H+ dan ion Cl- dengan reaksi ionisasi
sebagai berikut :
H+(aq) +

HCl(aq)

Cl-(aq)

Ion H+ akan bergerak ke katode, kemudian mengambil elektron dan berubah


menjadi gas hidrogen. Reaksinya sebagai berikut :
2H+(aq) +

2e-

H2(g)

Dan, ion Cl- ke anode, kemudian melepas elektron dan berubah menjadi gas
klorin. Reaksinya sebagai berikut :
2Cl-(aq)

Cl2(g)

+ 2e-

Dengan demikian terjadi aliran listrik secara terus menerus. Peristiwa ini
dinamakan elektrolisis dan secara lengkap reaksi elektrolisis larutan HCl dapat
ditulis sebagai berikut:
2H+(aq) +

2Cl-(aq)

H2(g)

+ Cl-(g)

Zat yang dapat menghasilkan ion, dalam larutan berupa senyawa ion atau
senyawa kovalen polar.
1) Senyawa Ion
Senyawa ion terdiri dari ion ion. Jika senyawa ini dilarutkan, ion ion dapat
bergerak bebas sehingga larutan dapat menhantarkan listrik. Namun, kristal senyawa
ion tidak dapat menghantarkan listrik sebab dalam bentuk kristal ion ion tidak dapat
bergerak bebas karena terikat sangat kuat, proses pelelehan dapat membebaskan ion
ion dalam kristal sehingga ion ionnya dapat kmbali bergerak bebas dan senyawanya
dapat menghantarkan listrik. Contoh larutan elektrolit yang berupa senyawa ion adalah
larutan NaCl.
2) Senyawa Kovalen Polar
1

Air merupakan pelarut polar sehingga antara molekul air dan molekul zat terlarut
yang polar terjadi tarik menarik yang cukup kuat sehingga dapat memutuskan salah
satu ikatan dan membentuk ion. Asam yang termasuk elektrolit jenis ini, contohnya
asam klorida (HCl). Lelehan senyawa kovalen polar tidak dapat menghantarkan listrik
karena lelehan tersebut terdiri atas molekul molekul netral.
Kekuatan elektrolit ditunjukkan oleh derajat ionisasi ().
= mol zat yang terurai
mol zat mula - mula
Untuk elektrolit kuat, = 1 (terionisasi sempurna)
Untuk nonelektrolit, =0 (tidak terionisasi)
Untuk elektrolit lemah, 0 < < 1 (terionisasi sebagian)6

H. Rumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitiantelah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh dari pengumpulan
data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan
masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.7
Hipotesis yang diajukan peneliti untuk menjawab rumusan masalah yaitu:
Ha = Ada efektifitas metode pembelajaran Accelerated Learning berbasis Experiment
terhadap motivasi dan hasil belajar peserta didik pada materi pokok larutan
elektrolit dan nonelektrolit di MA Yaspia Gubug di Grobogan.
Ho = Tidak ada efektifitas metode pembelajaran Accelerated Learning berbasis
Experiment terhadap motivasi dan hasil belajar peserta didik pada materi pokok
larutan elektrolit dan nonelektrolit di MA Yaspia Gubug di Grobogan.
I. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Jenis metode yang
digunakan adalah penelitian eksperimen semu atau quasy experimen yaitu suatu
desain eksperimen yang memungkinkan peneliti untuk mengendalikan variabel
6

Endang Susilowati. 2010. Chemistry 1, Solo: Bilingual. Halaman 77.


Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.64.

sebanyak mungkin dari situasi yang ada dengan tujuan untuk memperoleh informasi
yang dapat diperoleh melalui eksperimen sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol semua variabel.
Medote eksperimen semu ini dipilih karena tidak memungkinkannya
penyeleksian subjek secara acak, karena subjek secara alami telh terbentuk dalam
satu kelompok utuh (naturally formed intact group). Dalam penelitian ini memilih
dua kelompok subjk yang sudah ada kemudian memberikan perlakuan ekperimental.
Kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan metode Accelerated Learning
yaitu kelas Xc, kemudian yang dibeikan kelas control dengan menggunakan
pendekatan konvensional adalah kelas X d.
2. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan nonequivalent pretest-posttest kontrol group design.
Terdapat dua kelas yang akan menjadi objek penelitian yaitu kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Kedua kelas akan mendapatkan perlakuan yang berbeda. Pada kelas
eksperimen akan diberi perlakuan dengan metode pembelajaran Acccelerated
Learning berbasis Experiment. Sedangkan pada kelas kontrol akan diberi perlakuan
dengan metode pembelajaran konvensional. Sebelum diberikan perlakuan, kedua
kelas diberikan pretest yang sama untuk menguji bahwa kedua kelas berangkat pada
keadaan pengetahuan yang tidak berbeda. Desain penelitian disajikan dalam Tabel 1
berikut.
Tabel 1 desain penelitian
Kelas
Eksperimen
Kontrol

Kondisi awal
Preetest

Perlakuan
Accelerated

Kondisi akhir
Posttest

Preetest

Learning
Konvensional

Posttest

3. Waktu dan Tempat Penelitian


Dalam penelitian ini ruang lingkupnya meliputi:
1. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2016
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MA Yaspia Gubug di Grobogan
4. Populasi dan Sampel Penelitian.
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian.8 Populasi adalah kelompok
subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Sebagai suatu populasi,
kelompok subjek ini harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik bersama

Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid 1, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit


Fakultas Psikologi UGM, 1986), hlm. 62

yang membedakannya dari kelompok subjek lainnya. 9 Populasi yang digunakan oleh
peneliti adalah peserta didik kelas X MA Yaspia Gubug di Grobogan tahun ajaran
2016/2017.
Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti10. Penentuan
sampel menggunakan teknik cluster random sampling, yaitu memilih acak dengan
undian terhadap sampel dari populasi yang ada. Sampel dalam penelitian ini ada 2
kelas, dimana 1 kelas sebagai kelas eksperimen dan 1 kelas yang lain sebagai kelas
kontrol. Kelas eksperimen akan mendapatkan perlakuan menggunakan metode
pembelajaran Accelerated Learning berbasis Experiment, sedangkan kelas kontrol
akan mendapatkan perlakuan menggunakan metode pembelajaran konvensional.
Sebelum dilaksanakan pengundian kelas dilakukan uji homogenitas populasi untuk
memastikan keadaan populasi homogen agar teknik cluster random sampling dapat
dilakukan.
5. Variabel
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang terbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.Menurut Hatch dan Farhady dalam
Sugiyono, secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau
objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek
dengan objek yang lain. Jadi Variabel adalah obyek penelitian, atau apa saja yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006: 118)11. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel bebas, variabel terikat, dan variabel
kontrol.
Variabel bebas yaitu variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya
variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran
Accelerated Learning berbasis Experiment dan metode pembelajaran konvensional.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi
dan hasil belajar kimia materi pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas
eksperimen dan kelas kontrol MA Yaspia Gubug di Grobogan. Variabel kontrol
dalam penelitian ini adalah guru, jumlah waktu tatap muka, sumber belajar,
kurikulum, dan suasana ruang kelas dan laboratorium.
6. Teknik Pengumpulan Data
a. Metode tes

Saifudin azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm 77.

10

Arikunto, S, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.(Jakarta: Rineka cipta, 2006), hlm 131

11

Arikunto, S, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.(Jakarta: Rineka cipta, 2006), hlm 118

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes dalam penelitian ini merupakan tes
prestasi atau achievement test, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur
pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu12. Dalam penelitian ini, tes
digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif kimia peserta didik kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Metode tes yang digunakan adalah pretes dan postes.
Tes diberikan baik kepada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dengan tujuan
untuk mendapatkan data apakah terdapat perbedaan nilai antara kelas eksperimen
dan kelas control sebelum dan setelah perlakuan. Tes diberikan kepada kedua kelas
dengan alat tes yang sama. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk menguji
kebenaran hipotesis penelitian.
b. Metode Angket
Angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya
atau hal-hal yang responden ketahui. Angket yang digunakan dalam penelitian ini
bersifat langsung dan tertutup yaitu responden menjawab tentang dirinya dan
jawaban sudah disiapkan oleh peneliti sehingga responden tinggal memilih
jawabannya. Bentuk angket ini berupa skala bertingkat (rating scale). Hal-hal yang
tidak bisa diungkapkan secara langsung bisa dideteksi dari angket ini.
c. MetodeWawancara
Pada penelitian ini dilakukan wawancara terstruktur yang digunakan sebagai
teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui
dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam prakteknya selain
membawa instrument sebagai pedoman wawancara, maka pengumpul data juga
dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan amterial
lain yang dapat membantu dalam wawancara. Wawancara dilakukan untuk
mendapatkan data minat belajar peserta didik dalam mata pelajaran kimia, pokok
bahasan larutan elektrolit dan nonelektrolit, dan data motivasi belajar peserta didik.
Dari data wawancara yang diperoleh akan di cross-check dengan data angket dan
lainnya.
7. Teknik Analisis Data
Soal tes yang sudah diuji coba kemudian dianalisis yang meliputi tingkat
kesukaran, daya beda soal, validitas, dan reliabilitas.
a. Analisis Tingkat Kesukaran

12

Arikunto, S, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik., hlm 151

Tingkat kesukaran adalah angka yang menjadi indikator mudah sukarnya


soal. Soal yang baik adalah soal yang memiliki tingkat kesukaran seimbang,
artinya soal tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Bilangan yang
menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut tingkat kesukaran (difficulty
index). Besarnya tingkat kesukaran antara 0,00-1,00. Analisis ini untuk mengetahui
sebuah butir soal termasuk berkategori sulit, sedang, atau mudah. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan :
IK = Indeks kesukaran
JB = Jumlah peserta didik yang menjawab soal dengan benar
JS = Jumlah seluruh peserta didik 13
Kriteria indeks kesukaran soal disajikan dalam Tabel
Tabel 2 kriteria klasifikasi indeks kesukaran soal
Interval
0,0
0,00 0,30
0,31 0,70
0,71 0,99
1,00

Kriteria
Sangat sukar
Sukar
Sedang
Mudah
Sangat mudah

b. Analisis Daya Beda Soal


Daya beda soal dapat didefinisikan sebagai kemampuan butir soal untuk
membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi dengan testee yang
berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya beda soal menggunakan rumus:

Keterangan:
D= daya pembeda soal
BA = jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JA = jumlah peserta kelompok atas
JB = jumlah peserta kelompok bawah
13

Arikunto, S, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.(Jakarta: Rineka cipta, 2006), hlm 208

Klasifikasi indeks daya pembeda soal adalah sebagai berikut:


D = 0,00
: daya beda sangat jelek
D = 0, 00 0,20

: daya beda jelek

D = 0, 20 0,40

: daya beda cukup

D = 0, 40 0,70

: daya beda baik

D = 0, 70 1,00

: daya beda baik sekali

c. Analisis Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
keshahihan suatu instrument.Untuk mengetahui validitas perangkat tes digunakan
rumus korelasi product moment sebagai berikut:14

Keterangan:
rXY = koefisien korelasi antara variabel X dan Y N =
banyaknya peserta tes
X = jumlah skor item
Y = jumlah skor total item
XY= hasil perkalian antara skor item dengan skor total
X2 = jumlah skor item kuadrat
Y2 = jumlah skor total kuadrat
Dengan taraf signifikan 5%, apabila dari hasil perhitungan di dapat rhitung>
rtabel maka dikatakan butir soal nomor tersebut telah signifikan atau telah valid.
d. Analisis Reliabilitas
Reliabilitas digunakan untuk menunjukan bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul datakarena instrumen
tersebut sudah baik. Untuk perhitungan reliabilitas dalam penelitian ini digunakan
14

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002), hlm. 72

rumus sebagai berikut:15

Keterangan:
r11 = reliabilitas secara keseluruhan
p

= proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

= proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)

= banyaknya item

pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q


S

= standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varian) Rumus varians:
Setelah dihitung, kemudian hasil r11 yang didapat dibandingkan dengan

harga r product moment.Harga rtabel dihitung dengan taraf signifikansi 5% dan k


sesuai dengan jumlah butir soal. Jika r11> r tabel, maka dapat dinyatakan butir
soal tersebut reliabel.
e. Uji t independen
Jika Kai Kuadrat observasi t, sama atau lebih besar daripada harga kritik Kai
kudrat yang tercantum dalam tabel t,maka Hipotesa Alternatif (Ha) dierima,
artinya ada perbedaan dari faktor yang diselidiki. Adanya perbedaan tersebut
mengandung makna bahwa ada korelasi yang signifikan pada faktor yang kita
selidiki.
Jika Kai Kuadrat observasi t, lebih kecil daripada harga kritik Kai kudrat yang
tercantum dalam tabel t, maka Hipotesa Alternatif (Ha) ditolak atau Ho dierima,
artinya tidak ada perbedaan dari faktor yang diselidiki, maka tidak ada korelasi
yang signifikan pada faktor yang kita selidiki
Untuk varian sama gunakan formulasi berikut :

15

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002), hlm. 100

Dimana Sp :

KETERANGAN :
Xa = rata-rata kelompok a
Xb = rata-rata kelompok b
Sp = Standar Deviasi gabungan
Sa = Standar deviasi kelompok a
Sb = Standar deviasi kelompok b
na = banyaknya sampel di kelompok a
nb = banyaknya sampel di kelompok b
DF = na + nb -2

Daftar Pustaka

Anggita Mawarsari, Ariani. 2013, Skripsi Penerapan Metode Eksperimen Berpendekatan


Inkuiri Pada Materi Larutan Penyangga Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
Dan Sikap Ilmiah Peserta didik. Semarang:UNNES.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Azwar, Saifudin. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hadi,Sutrisno. 2004. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi
Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Indriasih, Aini ,dkk. Penerapan Quantum Teaching Melalui Strategi Grup Study
Berbantuan Modul Pada Pelajaran IPS di Kelas V SD 1 dan 6 Cendono Kecamatan
Dawe Kabupaten Kudus .
Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Susilowati. Endang 2010. Chemistry 1, Solo: Bilingual.

Anda mungkin juga menyukai