Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN PRAKTIKUM

Judul Praktikum : Mengukur Dioda


Matakuliah / Kode : Elektronika Dasar
Semester / SKS :2/2

Nama Praktikan / NIM : INDAH/5301418001


Kelompok :
Tanggal Praktikum :
Tanggal Penyerahan Laporan :

Dosen Pengampu : Drs.Suryono, M.t.,

Nilai :
FAKULTAS TEKNIK UNNES SEMARANG
LAB ELEKTRO Smt: 2 No: 1
Mengukur Dioda
Prodi: PTE Waktu: 2 SKS

A. Tujuan Praktikum:
Selesai melaksanakan kegiatan praktikum, saya dapat mengetahui apakah
dioda itu baik atau tidak. Serta dapat mengetahui kaki dari Anoda dan Katoda dan
juga dapat mengetahui jenis dioda PNP atau NPN.
B. Teori Dasar
Dioda adalah komponen elektronik yang terbuat dari unsur
semikonduktor. Bahan ini adalah silikon atau germanium. Dioda silikon
bekerja pada tegangan 0.6 VDC dan dioda germanium bekerja pada tegangan
0,2 VDC.
Contoh dioda : IN 4148, IN4002, IN 4003, dll.

Simbol Dioda adalah D, simbol gambarnya :

Sifat dioda :
• Jika diberi arah maju
(tegangan positif =>
anoda dan tegangan
negatif => katoda)
akan menghantarkan
arus dan sebaliknya,
•Jika diberi arah
mundur (tegangan
positif => katoda dan
tegangan negatif =>
anoda) tidak akan
menghantarkan arus.
Fungsi Dioda :
• Sebagai penyearah
• Sebagai pengaman rangkaian dari kemungkinan terbaliknya polaritas
C. Alat Dan Bahan Yang Dipedrlukan
1. Exsperimen board 1 buah
2. Multimeter 1 buah
3. Power Supply 1 buah
4. Kabel konektor secukupnya
5. Diode Germanium P-N 1 buah
7. Diode Silikon P-N 1 buah
D. Langkah Kerja
Putar batas ukur pada Ohmmeter X10 / X100
a. Probe merah => katoda, probe hitam => anoda.
- Jarum bergerak
( berarti dioda
dalam kondisi
BAIK).
- Jarum tidak bergerak
( berarti dioda dalam
kondisi
RUSAK/PUTUS).

b. Probe merah => anoda, probe hitam => katoda.


- Jarum tdk bergerak
( berarti dioda
dalam kondisi
BAIK).
- Jarum bergerak
(dioda dalam
kondisi
RUSAK/SHORT
)
E. Data Pengukuran
Hasil Pengukuran nilai Resistor
Posisi Probe ohm meter
Dioda Germanium Dioda Silikon
probe merah=> katoda
100 x 3 = 300 100 x 4 = 400
probe hitam=> anoda
probe merah=> anoda
∞ ∞
probe hitam=> katoda

F. Analisis Dan Pembahasan


 Pada probe merah yang disambungkan katoda dan probe hitam
anoda maka hasil pengukuran :
3 X 100 = 300Ω dan 4 X 100 = 400Ω
 Pada probe merah yang disambungkan anoda dan probe hitam
katoda maka hasil pengukuran tak terhingga.
G. Kesimpulan
 Jika diberi arah maju (tegangan positif => anoda dan tegangan
negatif => katoda) akan menghantarkan arus
 Jika diberi arah mundur (tegangan positif =>katoda dan tegangan
negatif => anoda) tidak akan menghantarkan arus.

LAPORAN PRAKTIKUM
Judul Praktikum : Karakteristik Diode P-N
Matakuliah / Kode : Elektronika Dasar
Semester / SKS :2/2

Nama Praktikan / NIM : INDAH/5301418001


Kelompok :
Tanggal Praktikum :
Tanggal Penyerahan Laporan :

Dosen Pengampu : Drs.Suryono, M.t.,

Nilai:

FAKULTAS TEKNIK UNNES SEMARANG


LAB ELEKTRO Smt: 2 No: 2
Karakteristik Diode P-N
Prodi: PTE Waktu: 2 SKS
A. Tujuan Praktikum
Selesai melaksanakan kegiatan praktikum, saya dapat Menggambarkan
kurva karakteristik dari diode P-N dan pengalaman menggunakan peralatan
ukur.
B. Teori Dasar
Kita mengenal hukum ohm yaitu:
E=I.R I=E/R R=I/E
Sehingga dapat disimpulkan:
- Tegangan dinyatakan dengan nilai volts disimbolkan dengan E atau V
- Arus dinyatakan dengan ampere, dan diberi simbol I
- Hambatan dinyatakan dengan ohms diberi simbol R
Besarnya daya pada suatu rangkaian dapat dihitung dengan rumus:
P = V . I atau P = I2 . R atau P = V2 / R
Dimana: P = daya, dengan satuan watt,
V = tegangan dengan satuan volt,
I = arus dengan satuan ampere.
Suatu diode yang diberi tegangan tertentu akan memiliki
tegangan diode (VD) dan arus diode (ID) yang saling
berhubungan sehingga membentuk karakteristik dari diode
tersebut. Karakteristik diode umumnya dinyatakan dengan
grafik hubungan antara tegangan pada diode (VD) dengan arus
yang melewatinya (ID) sehingga disebut karakteristik
tegangan-arus (V-I).
Secara teoritis, hubungan antara tegangan diode dan arus diode dinyatakan
oleh suatu
Persamaan:
ID = Is (e VD / ή vT – 1 )
dimana:
ID = arus diode, positif jika di dalam diode
arahnya dari anode ke katode IS = arus
mundur jenuh ( 10-8 s.d 10-14 A) VT=
tegangan kesetaraan suhu
ή = koefisien emisi, antara 1 – 2 dan untuk silicon
pada arus normal mendekati 2 e = bilangan natural =
2.
C. Alat dan Bahan yang Diperlukan
1. Exsperimen board 1 buah
2. Multimeter 1 buah
3. Power Supply 1 buah
4. Kabel konektor secukupnya
5. Diode Germanium P-N 1 buah
7. Diode Silikon P-N 1 buah
D. Langkah Kerja
1. Ambilah salah satu diode P-N germanium atau silicon, dan
menghubungkan seperti gambar rangkaian.
2. Merangkai seperti gambar, dimana V adalah pengatur tegangan DC,
sedangkan mA meter untuk mengukur arus DC.
3. Atur tegangan power supplai sebesar 6 Volt.
4. Catat penunjukan mA meter dan volt meter dan amati sesuai dalam
tabel 1.
5. Membalik hubungan diode, sehingga diberi tegangan balik (reverse
voltage) kemudian mengatur lagi VAA sebesar 6 Volt , Catat
penunjukan mA meter dan volt meter dan amati sesuai dalam tabel 2.
6. amati penunjukan mA meter dan mencatat pada tabel.
E. Data Pengukuran
S = sakelar/switch
R= resistor
A= Ampere meter
V= Volt meter
D= diode silicon/germanium
1. Dioda diberi tegangan forward
Tabel 1 : Hasil pengamatan pada saat tegangan Forwad
Jenis Dioda VAA ID V LED
Dioda Silikon 6 Volt 20,75 mA 5,4 V Mati
Dioda Germanium 6 Volt 17,5 mA 6V Mati
2. Dioda diberi tegangan reverse

Tabel 2 : Hasil pengamatan pada tegangan reverse


Jenis Dioda VAA ID V LED
Dioda Silikon 6 Volt 0 4,2 V Mati
Dioda Germanium 6 Volt 0 6V Mati
F. Analisi dan Pembahasan
Untuk menghitung jumlah ID pada tabel diatas menggunakan rumus

SK
× JP sehingga saat keadaan forward pada dioda silikon diperoleh I D
BU

25 10
sebesar × 8,3=20,25 mA dan tegangan ×5,4=5,4 V . Sedangkan
10 10

25
pada dioda Germanium diperoleh hasil sebesar ×7=17,5 mA dan
10

10
tegangan ×6=6 V .
10
G. Kesimpulan
 Pada saat forward bias besar hambatan tergantung pada besar
tegangan dan arus yang melewati dioda.
 Pada saat referse bias hambatan pada dioda sangat besar sehingga
arus yang mengalir menjadi sangat kecil.
 Pada saat dioda diberi forward bias maka dioda dapat mengalirkan
arus.
LAPORAN PRAKTIKUM

Judul Praktikum : Mengukur Tegangan Kerja Diode Zener


Matakuliah / Kode : Elektronika Dasar
Semester / SKS :2/2

Nama Praktikan / NIM : INDAH/5301418001


Kelompok :
Tanggal Praktikum :
Tanggal Penyerahan Laporan :

Dosen Pengampu : Drs.Suryono, M.t.,

Nilai
FAKULTAS TEKNIK UNNES SEMARANG
LAB ELEKTRO Mengukur Tegangan Kerja Smt: 2 No: 3
Prodi: PTE Diode Zener Waktu: 2 SKS
A. Tujuan Praktikum
Selesai melaksanakan kegiatan praktikum, saya dapat: Menggambarkan
kurva karakteristik dari diode Zener dan pengalaman menggunakan
peralatan ukur.
B. Teori Dasar
Kita mengenal hukum ohm yaitu: E=I.R
Sehingga dapat disimpulkan:
- Tegangan dinyatakan dengan nilai volts disimbolkan dengan E atau V
- Arus dinyatakan dengan ampere, dan diberi simbol I
- Hambatan dinyatakan dengan ohms diberi simbol R
- Besarnya daya pada suatu rangkaian dapat dihitung dengan rumus:
P = V.I atau P = I2. R atau P = V2 / R
Dimana :
P = daya, dengan satuan watt,
V = tegangan, dengan satuan volts
I = arus dengan satuan ampere
C. Alat dan Bahan yang diperlukan
1. Unit Karakteristik diode Zener 1 buah
3. Multimeter 1 buah
4. Power Supply 1 buah
5. Kabel konektor secukupnya
6. Diode Zener 12 V 1 buah
7. Diode Zener 7,5 V 1 buah

D. Langkah Kerja
a. Hubungkan rangkaian seperti gambar-1 dibawah ini.
b. Saat S terbuka, atur tegangan sumber VCC pada nol
c. Hubungkan saklar S, amati arus diode I pada mA meter, dengan
VAA tetap pada 0 Volt
d. Catatlah pada tabel dan buat grafik arus- tegangan dari hasil
pengamatan tersebut.
E. Data Pengukuran
V ( Volts) A ( mA)
No VAA ( Volt ) Kunin Kunin
Orange Orange
g g
1 0 volts 0 0 0 0
2 1 volts 0,7 1 0,075 0
3 2 volts 0,7 2 0,025 0
4 3 volts 0,7 2,9 0,475 0
5 4 volts 0,7 3,9 0,675 0
6 5 volts 0,7 4,9 0,9 0
7 6 volts 0,7 5,9 1,1 0,05
8 7 volts 0,7 6 1,3 0,25
9 8 volts 0,7 6,1 1,5 0,45
10 9 volts 0,7 6,1 1,7 0,65
11 10 volts 0,7 6,1 1,9 0,85
12 11 volts 0,7 6,1 2,129 1,05
13 12 volts 0,7 6,1 2,23 1,25

F. Analisis dan Pembahasan


Grafik pengukuran tegangan kerja zinner diode
G. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa Semakin besar tegangan nya maka semakin
besar juga arus yang dihasilkan.
LAPORAN PRAKTIKUM

Judul Praktikum : Mengukur Transistor Bipolar


Matakuliah / Kode : Elektronika Dasar
Semester / SKS :2/2

Nama Praktikan / NIM : INDAH/5301418001


Kelompok :
Tanggal Praktikum :
Tanggal Penyerahan Laporan :

Dosen Pengampu : Drs.Suryono, M.t.,

Nilai
FAKULTAS TEKNIK UNNES SEMARANG
LAB ELEKTRO Mengukur Transistor Smt: 2 No: 4
Prodi: PTE Bipolar Waktu: 2 SKS
A. Tujuan Praktikum
Selesai melakukan kegiatan praktikum, saya dapat : menentukan jenis
transistor PNP, dan NPN serta menentukan kaki transistor menggunakan
multimeter.
B. Teori Dasar
Transistor adalah termasuk komponen utama dalam elektronika.
Transistor terbuat dari 2 dioda germanium yang disatukan. Tegangan
kerja transistor sama dengan dioda yaitu 0,6 volt.

Transistor memiliki 3 kaki yaitu :


EMITOR (E)
BASIS (B)
COLECTOR (C)
Jenis transistor ada 2 yaitu :
1. Transistor PNP
2. Transistor NPN
Contoh transistor : C 828, FCS 9014, FCS 9013, TIP 32, TIP 31, C5149,
C5129, C5804, BU2520DF, BU2507DX, dll
Simbol dan bentuk transistor :
C. Alat dan Bahan yang Diprelukan
1. Unit Karakteristik diode Zener 1 buah
3. Multimeter 1 buah
4. Power Supply 1 buah
5. Kabel konektor secukupnya
6. Transistor PNP dan NPN 1 buah
D. Langkah Kerja
a) Menentukan Kaki Basis
Putar batas ukur pada Ohmmeter X10 atau X100.
Misalkan kaki transistor kita namakan A, B, dan C.
- Bila probe merah => kaki A dan probe lainnya => 2 kaki lainnya
secara bergantian jarum bergerak semua dan jika dibalik posisi
hubungnya tidak bergerak semua maka (kaki A)itulah kaki BASIS,
dan tipe transistornya PNP.
- Bila probe hitam => kaki A dan probe lainnya => 2 kaki lainnya
secara bergantian jarum bergerak semua dan jika dibalik posisi
hubungnya tidak bergerak semua maka (kaki A) itulah kaki BASIS,
dan tipe transistornya NPN.

b) Menentukan Kaki Colector NPN


Putar batas ukur pada Ohmmeter X1K atau X10K.
Bila probe hitam => kaki B dan probe merah => kaki C. Kemudian kaki A
(basis) dipegang dengan tangan tapi antar kaki jangan sampai terhubung
(atau disambung dengan R 10K dengan probe hitam ohm meter). Bila jarum
bergerak sedikit berarti kaki B itulah kaki COLECTOR. Jika kaki basis dan
colector sudah diketahui berarti kaki satunya adalah emitor.
c) Mengukur Transistor Dengan Multitester (Batas
ukur pada Ohmmeter X10 / X100) TRANSISTOR
NPN dan PNP
Tabel: Mengukur transistor PNP
Posisi probe ohm Kondisi Kondisi
No meter Transistor Transistor
1 Probe merah ---- basis Jarum bergerak Jarum
bergerak
Prob hitam----- emitor tidak menunjuk

Probe merah menunjuk nol


2 ---- basis Nol
Prob hitam-----kolektor
RUSAK
3 Prob hitam ---- basis Jarum
bergerak
Probe merah -----emitor Jarum tidak BAIK
menunjuk nol atau
4 Prob hitam ---- basis bergerak
Probe merah ---kolektor SORT
Prob
5 hitam ----- emitor Jarum SIRKUIT
bergerak
Probe merah ---kolektor Jarum tidak
menunjuk nol
6 Prob hitam----- kolektor bergerak
Probe merah ----- emitor
d) TRANSISTOR NPN
Tabel: Mengukur transistor NPN
Posisi probe ohm
No meter Kondisi Transistor Kondisi Transistor
1 Probe merah ---- basis
Prob ----
hitam - emitor Jarum tidak Jarum bergerak

Probe merah bergerak menunjuk nol


2 --- basis
Prob
hitam --- kolektor

Prob --- Jarum bergerak RUSAK


3 hitam - basis
Probe merah ---- emitor BAIK Jarum bergerak atau
tidak menunjuk
Prob --- nol
4 hitam - basis menunjuk nol
Probe merah
--- kolektor
Prob --- SORT
5 hitam -- emitor SIRKUIT
Probe merah
-- kolektor Jarum tidak Jarum bergerak
Prob
6 hitam ---- kolektor bergerak menunjuk nol
Probe merah ---- emitor
e) Percobaan Transistor Sebagai saklar

PERCOBAAN:
1. Buat rangkaian seperti pada gambar diatas. Dengan
Vcc = 6 Vdc, Rb=4K7, RC= 220 Ohm,
Transistor C1061 dan LED.
2. Setelah selesai merangkai dan dipastikan benar, sambung saklar S
sehingga lampu LED akan menyala.
3. Amati tegangan pada Ujung-ujung lampu, tegangan pada
Colektor ke Emitor (VCE), dan tegangan antara Emitor ke
Basis (VBE).
4. Ganti RB dengan ukuran 47K, 100K dan 1M Ohm. Dan amati
tegangan pada Ujung-ujung lampu, tegangan pada Colektor ke
Emitor (VCE), dan tegangan antara Emitor ke Basis (VBE) pada
masing-masing nilai resistor tersebut.
E. Data Pengukuran
Tabel : menentukan kaki transistor.

No Bentuk transistor Basis kolektor emitor tipe

1 A C B NPN

2 A CB NPN

3 Z
X Y NPN

Tabel : hasil percobaan mengukur transitor PNP

Posisi probe ohm Kondisi Kondisi


No meter Transistor Transistor
1 Probe merah ---- basis Jarum bergerak Jarum
bergerak
Prob hitam----- emitor tidak menunjuk

Probe merah menunjuk nol


2 ---- basis Nol
Prob hitam-----kolektor
RUSAK
3 Prob hitam ---- basis Jarum
bergerak
Probe merah -----emitor Jarum tidak BAIK
menunjuk nol atau
4 Prob hitam ---- basis bergerak
Probe merah ---kolektor SORT
Prob
5 hitam ----- emitor Jarum SIRKUIT
bergerak
Probe merah ---kolektor Jarum tidak
menunjuk nol
6 Prob hitam----- kolektor bergerak
Probe merah ----- emitor

Tabel: hasil percobaan mengukur transistor NPN


Posisi probe ohm
No meter Kondisi Transistor Kondisi Transistor
1 Probe merah ---- basis
Prob ----
hitam - emitor Jarum tidak Jarum bergerak

Probe merah bergerak menunjuk nol


2 --- basis
Prob
hitam --- kolektor

Prob --- RUSAK


3 hitam - basis
Jarum bergerak
Probe merah ---- emitor tidak menunjuk Jarum bergerak
Prob --- nol BAIK atau
4 hitam - basis menunjuk nol
Probe merah
--- kolektor
Prob --- SORT
5 hitam -- emitor SIRKUIT
Probe merah
-- kolektor Jarum tidak Jarum bergerak
Prob
6 hitam ---- kolektor bergerak menunjuk nol
Probe merah ---- emitor

Tabel : Transistor sebagai saklar (posisi switch OFF)


No. RB VCC V LED VCE VBE Keadaan LED
1 1K 6 Volt 0 0,2 0 Mati
0,2 0
2 2K2 6 Volt 0 0,2 0 Mati
3 4K7 6 Volt 0 0,2 0 Mati
4 100K 6 Volt 0 0,2 0 Mati
5 1M 6 Volt 0 0,2 0 Mati
Tabel : Transistor sebagai saklar (posisi switch ON)
No. RB VCC V LED VCE VBE Keadaan LED
1 1K 6 Volt 6 0 0,7 Mati
2 2K2 6 Volt 6 0 0,7 Mati
3 4K7 6 Volt 6 0,2 0,6 Mati
4 100K 6 Volt 6 0 0,5 Mati
5 1M 6 Volt 12 0 0,4 Mati

F. Analisis dan Pembahasan


Pada percobaan analisa transistor rangkaian common base,
tegangan input terdapat pada emitter dan tegangan outputnyapada
collector.
Jika kaki base – emitor dan kaki base – collector diberi bias maju,
maka transistor dalam keadaan saturasi. Jika kaki base – emitor dan kaki
base – collector diberi bias mundur, maka transistor dalam keadaan mati.
Jika kaki base – emitor diberi bias maju dan kaki base – collector diberi
bias mundur, maka transistor dalam keadaan aktif.
Karakteristik input suatu transistor bipolar menggambarkan kerja
yang sama dengan prinsip dioda. Karakteristik output menyatakan
hubungan antara tegangan collector – emitor (VCE) dan arus collector
(IC) untuk beberapa nilai arus base (IB) yang konstan. Sedangkan
karakteristik transfer menyatakan hubungan antara arus base (IB) dan arus
collector (IC) untuk tegangan collector – emitor (VCE) yang bernilai
konstan.
G. Kesimpulan
Dari praktikum yang sudah di lakukan kita dapat menyimpulkan
bahwa Sifat penguat common base yaitu osilasi input dan output tinggi
sebagai feedback lebih kecil, cocok sebagai pre-Amp karena mempunyai
impedansi input tinggi yang dapat menguatkan sinyal rendah, dapat
dipakai sebagai penguat frekuensi tinggi, dapat dipakai sebagai buffer atau
penyangga.

LAPORAN PRAKTIKUM
Judul Praktikum : Menghidupkan/Mematikan lampu dengan
cahaya
Matakuliah / Kode : Elektronika Dasar
Semester / SKS :2/2

Nama Praktikan / NIM : INDAH/5301418001


Kelompok :
Tanggal Praktikum :
Tanggal Penyerahan Laporan :

Dosen Pengampu : Drs.Suryono, M.t.,

Nilai
FAKULTAS TEKNIK UNNES SEMARANG
LAB ELEKTRO Menghidupkan/mematikan Smt: 2 No: 5
Prodi: PTE Lampu dengan Cahaya Waktu: 2 SKS

A. Tujuan Praktikum
Setelah melaksanakan kegiatan praktikum, saya dapat mengetahui cara
mematikan LED dengan menggunakan Cahaya.
B. Teori Dasar
AKLAR DENGAN LDR
Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) adalah salah satu
jenis resistor yang dapat mengalami perubahan resistansi apabila
mengalami perubahan cahaya. Besarnya nilai hambatan pada LDR (Light
Dependent Resistor) tergantung pada besar kecilnya cahaya yang diterima
oleh LDR itu sendiri. LDR merupakan sensor yang berupa resistor yang
peka terhadap cahaya. Biasanya LDR terbuat dari cadmium sulfida yaitu
merupakan bahan semikonduktor yang resistansnya berupah-ubah
menurut banyaknya cahaya (sinar) yang mengenainya. Resistansi LDR
pada tempat yang gelap biasanya mencapai sekitar 10 MΩ, dan ditempat
terang LDR
mempunyai resistansi yang turun
menjadi sekitar 150 Ω. Seperti
halnya resistor konvensional,
pemasangan LDR dalam suatu
rangkaian sama persis seperti
pemasangan resistor biasa.
Simbol LDR dapat dilihat seperti
pada gambar.
C. Alat dan Bahan yang diperlukan
1. Unit Karakteristik diode Zener 1 buah
3. Multimeter 1 buah
4. Power Supply 1 buah
5. Kabel konektor secukupnya
6. LDR 1 buah
D. Langkah Kerja
1. buat rangkaian seperti pada gambar
2. Hubungkan ke sumber baterey
3. Tutup LDR dan atur potensio agar LED menyala
4. Buka tutup LDR atur potensio agar
LED mati (bila sulit padam seter pake
lampu hp)
5. Amati dengan mengisi tabel berikut
E. Data Pengukuran
Tabel. SAKLAR DENGAN LDR (saat lampu menyala)

VCC V LED VCE VB Nilai Resistor RB


6 Volt 2 V 3,6 V 0,55 V 47K
6 Volt 0,5 V 4,4 V 0,2 V 100K
Tabel. SAKLAR DENGAN LDR (saat lampu mati)
VCC V LED VCE VB Nilai Resistor RB
6 Volt 0 4,3 V 0,6 V 47K
6 Volt 2V 2,6 V 0,5 V 100K
F. Analisis dan Pembahasan
Ketika keadaan ruangan terang, resistansi pada LDR sangat kecil..
bahkan lebih kecil dibandingkan dengan resistansi yang telah diatur pada
trimpot. Arus mempunyai karakteristik dominan mengalir pada hambatan
yang kecil dibandingkan hambatan yang besar. Analoginya seperti arus
yang bakal lebih deras mengalir pada sungai dengan batuan kerikil
dibandingkan sungai dengan batuan besar. Sehingga, arus akan dominan
mengalir melewati LDR, sedangkan arus pada resistor 150 ohm (kaki
collector)sangat sangat kecil bahkan dianggap nol. Pada kondisi inilah
transistor bekerja di daerah cut off (bekerja sebagai saklar terbuka).
Berbeda jika pada keadaan ruangan gelap. Resistansi pada LDR
akan sangat besar, sehingga tidak akan ada arus yang bisa mengalir
melewatinya. Pada kondisi ini, rangkaian yang tersambung dengan LDR
bisa kita anggap terputus dan tegangan diantara kaki collector dan emitter
(Vce = 0), jadi arus dari catuan (Vcc) sepenuhnya mengalir melewati
trimpot 1 (kaki collector) dan langsung ke relay sehingga lampu bisa
menyala. Pada kondisi ini transistor bekerja di daerah saturasi (bekerja
sebagai saklar tertutup).
G. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat saya simpulkan bahwa:
1. LDR adalah komponen elektronika yang dapat dijadikan sensor pada
pembuatan lampu otomatis.
2. Pada rangkaian lampu otomatis jika dalam kondisi gelap maka lampu akan
menyala dan pada kondisi terang maka lampu akan mati.

LAPORAN PRAKTIKUM
Judul Praktikum : Mengukur FET
Matakuliah / Kode : Elektronika Dasar
Semester / SKS :2/2

Nama Praktikan / NIM : INDAH/5301418001


Kelompok :
Tanggal Praktikum :
Tanggal Penyerahan Laporan :

Dosen Pengampu : Drs.Suryono, M.t.,

Nilai

FAKULTAS TEKNIK UNNES SEMARANG


LAB ELEKTRO Mengukur FET (Field Effect Smt: 2 No: 6
Prodi: PTE Transistor) Waktu: 2 SKS
A. Tujuan Praktikm
Selesai melaksanakan kegiatan praktikum, saya dapat mengukur FET dan
MOS pada transisor.
B. Teori Dasar
a) TEORI FET
Field Effect Transistor atau transistor efek medan atau
yang lebih dikenal dengan FET, adalah suatu komponen
semi konduktor yang bekerja berdasarkan pengaturan arus
dengan medan listrik. FET termasuk jenis komponen aktif.
FET disebut unifolar junction transistor atau UJT, karena
cara kerjanya hanya berdasarkan aliran pembawa muatan
mayoritas, sedangkan transistor yang telah dibahas
merupakanbipolar junction transistor atau BJT karena
bekerja berdasarkan aliran pembawa muatan mayoritas dan
minoritas.
Terdapat FET-FET untuk aplikasi daya rendah, daya
menengah, dan daya tinggi yang semuanya memiliki kemasan
yang menyerupai BJT. FET memiliki tiga buah terminal,
yaitu Source (sumber), Drain (buangan), dan Gate (gerbang).
Ketiga terminal ini dapat disetarakan dengan terminal emitor,
kolektor, dan basis pada sebuah BJT, namun terdapat beberapa
perbedaan yang cukup penting. Perbedaan terpenting dari sudut
pandang praktis, antara kedua kelompok ini adalah bahwa
hampir tidak ada arus yang mengalir menuju terminal gate sebuah FET.
Pada penggunaan normal, FET disambungkan di dalam rangkaian
dengan cara yang sama sebagaimana halnya sebuah BJT. Terminal
source adalah terminal yang paling negatif dan terminal drain adalah
yang paling positif. Ketika tegangan diberikan ke terminal gate, arus
yang disebut arus drain akan mengalir masuk melewati terminal drain
dan keluar melalui terminal source. Dibawah ini simbol FET, saluran N
(N - channel) dan saluran P (P - channel)
Dari keluarga transistor, kita mengenal
ada jenis BJT dan UJT. sedangkan FET
termasuk jenis UJT. Ada dua macam
FET, yaitu:
Junction Field Effect Transistor (JFET)
atau cukup dengan FET, dan Metal Oxide
Semiconductor FET (MOSFET)
Sedangkan MOSFET dapat dibedakan menjadi
 Depletion Enhancement MOSFET (DEMOSFET), dan
 Enhancement MOSFET (EMOSFET)

Kaki pin pada FET dan MOSFET


b) Rangkaian FET Sebagai saklar

c) Percobaan MOSFET Sebagai saklar

C. Alat dan Bahan yang Diperlukan


1. Power Suplay 1 buah
2. Multimeter 1 buah
3. Kabel konektor secukupnya
4. VGS 1 buah
5. Resistor 1k 1 buah
6. Resistor 50k 1 buah
7. Resistor 220ohm 1 buah
8. LED 1 buah
D. Langkah Kerja
1. Buat rangkaian seperti pada gambar diatas (gambar-a) Dengan VDD =
6 Vdc, RG1=1K, RD=220 Ohm, MOSFET K2700, potensio RG2 50K
dan LED.
2. Setelah selesai merangkai dan dipastikan benar, atur potensio RG2
pada kondisi minimum (0 ohm), seperempat putaran, setengah putaran
tiga perempat putaran dan putaran maksimum.
3. Amati tegangan pada Ujung-ujung lampu, tegangan pada D ke S
(VDS), dan tegangan antara G ke S (VGS) dan amati kondisi lampu
LED pada posisi RG2 minimum (0 ohm), seperempat putaran,
setengah putaran tiga perempat putaran dan putaran maksimum.
Masukkan hasil pengukuran tersebut pada tabel –a dibawah.
4. Ulangi Buat rangkaian seperti pada gambar-b, langkah poin 2,3 dan 4,
catat pada table-b.
E. Data Pengukuran
Tabel-a : MOSFET K4100 sebagai saklar.
NO RG2 VDD V LED VDS VGS Keadaan LED
1 Minimum 6 volt 2,3 0 5,9 Hidup
2 1/4 putaran 6 volt 2,3 0 4,2 Hidup
3 1/2 putaran 6 volt 0,1 7,2 2,3 Hidup
4 3/4 putaran 6 volt 0 7,2 0,8 Hidup
5 putaran Max 6 volt 0 7,2 0 Hidup

Tabel-b MOSFET K2662 sebagai saklar.


NO RG2 VDD V LED VDS VGS Keadaan LED
1 Minimum 6 volt 2,3 0 5,9 Hidup
2 1/4 putaran 6 volt 2,2 0 4,2 Hidup
3 1/2 putaran 6 volt 0,2 7,4 2,3 Mati
4 3/4 putaran 6 volt 0 7,4 0,8 Mati
5 putaran Max 6 volt 0 7,4 0 Mati
F. Analisis dan Pembahasn
Pada percobaan ini dilakukan pemberian besar nilai tertentu untuk vgs dan
kemudian mengubah nilai vds menggunakan potensiometer sehingga
keluaran Id dilihat setiap perubahan nilai vds.

G. Kesimpulan
Sama sebagaimana halnya sebuah BJT. Terminal source adalah
terminal yang paling negatif dan terminal drain adalah yang
paling positif. Ketika tegangan diberikan ke terminal gate, arus
yang disebut arus drain akan mengalir masuk melewati
terminal drain dan keluar melalui terminal source.

LAPORAN PRAKTIKUM
Judul Praktikum : Mengukur SCR
Matakuliah / Kode : Elektronika Dasar
Semester / SKS :2/2

Nama Praktikan / NIM : INDAH/5301418001


Kelompok :
Tanggal Praktikum :
Tanggal Penyerahan Laporan :

Dosen Pengampu : Drs.Suryono, M.t.,

Nilai

FAKULTAS TEKNIK UNNES SEMARANG


LAB ELEKTRO Mengukur SCR (Silicon Smt: 2 No: 7
Prodi: PTE Controle Rectifier) Waktu: 2 SKS
A. Tujuan Praktikum
Selesai melaksanakan praktikum saya dapat mengukur dioda
SCR (Silicon Controle Rectifier).
B. Teori Dasar
Prinsip Kerja Thyristor Thyristor berakar kata dari bahasa
Yunani yang berarti „pintu'. Dinamakan demikian barangkali
karena sifat dari komponen ini yang mirip dengan pintu yang dapat
dibuka dan ditutup untuk melewatkan arus listrik. Ada beberapa
komponen yang termasuk thyristor antara lain PUT (programmable
uni-junction transistor), UJT (uni-junction transistor), GTO (gate
turn off switch), photo SCR dan sebagainya. Namun pada
kesempatan ini, yang akan kemukakan adalah komponen-
komponen thyristor yang dikenal dengan sebutan SCR (silicon
controlled rectifier). Struktur Thyristor Ciri-ciri utama dari sebuah
thyristor adalah komponen yang terbuat dari bahan semiconductor
silicon. Walaupun bahannya sama, tetapi struktur P-N junction
yang dimilikinya lebih kompleks dibanding transistor bipolar atau
MOS. Komponen thyristor lebih digunakan sebagai saklar (switch)
ketimbang sebagai penguat arus atau tegangan seperti halnya
transistor.
Struktur dasar thyristor adalah struktur 4 layer PNPN seperti
yang ditunjukkan pada gambar diatas a. Jika dipilah, struktur ini
dapat dilihat sebagai dua buah struktur junction PNP dan NPN
yang tersambung di tengah seperti pada gambar diatas b. Ini tidak
lain adalah dua buah transistor PNP dan NPN yang tersambung
pada masing-masing kolektor dan base. Jika divisualisasikan
sebagai transistor Q1 dan Q2, maka struktur thyristor ini dapat
diperlihatkan seperti pada gambar berikut ini. Terlihat di sini
kolektor transistor Q1 tersambung pada base transistor Q2 dan
sebaliknya kolektor transistor Q2 tersambung pada base transistor
Q1. Rangkaian transistor yang demikian menunjukkan adanya
loop penguatan arus di bagian tengah. Dimana diketahui bahwa Ic
= b Ib, yaitu arus kolektor adalah penguatan dari arus base. Jika
misalnya ada arus sebesar Ib yang mengalir pada base transistor
Q2, maka akan ada arus Ic yang mengalir pada kolektor Q2. Arus
kolektor ini merupakan arus base Ib pada transistor Q1, Gambar:
visualisasi dengan transistor sehingga akan muncul penguatan
pada pada arus kolektor transistor Q1. Arus kolektor transistor Q1
tdak lain adalah arus base bagi transistor Q2. Demikian seterusnya
sehingga makin lama sambungan PN dari thyristor ini di bagian
tengah akan mengecil dan hilang. Tertinggal hanyalah lapisan P
dan N dibagian luar. Jika keadaan ini tercapai, maka struktur yang
demikian todak lain adalah struktur dioda PN (anoda-katoda) yang
sudah dikenal. Pada saat yang demikian, disebut bahwa thyristor
dalam keadaan ON dan dapat mengalirkan arus dari anoda menuju
katoda seperti layaknya sebuah dioda.

Gambar: Bentuk dari SCR dan posisi kaki-kaki- dari SCR.


C. Alat dan Bahan yang Diperlukan
1. Multimeter 1 buah
2. Rangkaian PCB
3. SCR
D. Langkah Kerja
Cara menentukan kaki-kaki SCR
1. Atur batas ukur Ohmmeter pada posisi X1 Ohm
2. Hubungkan probe hitam (kabel hitam) Ohm meter ke anoda dan
probe merah (kabel merah) Ohm meter ke katoda dan kemudian kaki
gate kita sentuhkan pada probe hitam maka jarum Ohm meter akan
menyimpang.
3. Hubungan dari probe hitam ke gate kemudian kita lepas, maka jarum
Ohm meter akan masih tetap menyimpang.
4. Lepas probe hitam dari Ohm meter maka Jarum Ohm meter akan
tidak menyimpang.
5. Ulangi langkah 1, 2 dan 3 Sekali lagi.
Dari langkah pengukuran 1, 2 dan 3 tersebut dapat di identifikasi:
1. Kaki SCR yang terhubung dengan probe hitam adalah kaki Anoda.
2. Kaki SCR yang terhubung dengan probe merah adalah kaki Katoda.
3. Kaki yang lain adalah gate.( bila kaki tersebut di hubungkan
ke kabel hitam jarum Ohm meter menyimpang dan bila kabel
tersebut dilepas jarum Ohm meter masih tetap menyimpang)
E. Data Pengukuran
Tabel 9-1. Hasil pengukuran SCR
No Posisi probe OHM meter Posisi jarum Ohm meter
1 Probe hitam ---- X
Prob merah ----- Y Tidak menyimpang
probe hitam ------- Z
2 Probe hitam ---- Y
Prob merah ----- X Menyimpang
probe hitam ------- Z
3 Probe hitam ---- Y
Prob merah ----- Z Menyimpang
probe hitam ------ X
4 Probe hitam ---- Z
Prob merah ----- Y Tidak menyimpang
probe hitam ------- X
5 Probe hitam ---- Z
Prob merah ----- X Menyimpang
probe hitam ------- Y
6 Probe hitam ---- X
Prob merah ----- Z Menyimpang
probe hitam ------- Y

F. Analisis dan Pembahasan


Saat prob menyambung dengan gate Jarum ohm tidak menyimpang dan
saat prob tidak menyambung dengan gate maka jarum menyimpang

G. Kesimpulan
1. Kaki SCR yang terhubung dengan probe hitam adalah kaki Anoda.
2. Kaki SCR yang terhubung dengan probe merah adalah kaki Katoda.
3. Kaki yang lain adalah gate.( bila kaki tersebut di hubungkan ke kabel
hitam jarum Ohm meter menyimpang dan bila kabel tersebut dilepas
jarum Ohm meter masih tetap menyimpang)
LAPORAN PRAKTIKUM

Judul Praktikum : Mengukur TRIAC


Matakuliah / Kode : Elektronika Dasar
Semester / SKS :2/2

Nama Praktikan / NIM : INDAH/5301418001


Kelompok :
Tanggal Praktikum :
Tanggal Penyerahan Laporan :

Dosen Pengampu : Drs.Suryono, M.t.,

Nilai
FAKULTAS TEKNIK UNNES SEMARANG
LAB ELEKTRO Smt: 2 No: 8
Mengukur TRIAC
Prodi: PTE Waktu: 2 SKS
A. Tujuan Praktikum
Selesai melaksanakan praktikum saya dapat mengukur dioda
TRIAC.
B. Teori Dasar
Struktur TRIAC sebenarnya adalah
sama dengan dua buah SCR yang
arahnya bolak-balik dan kedua gate-nya
disatukan. Simbol TRIAC ditunjukkan
pada gambar. TRIAC biasa juga disebut
thyristor bi-directional, bekerja mirip
seperti SCR yang paralel bolak-balik, Gambar - Simbol dan struktur Triac.
sehingga dapat melewatkan arus dua
arah, dengan demikian maka Triac dapat
digunakan untuk melakukan pensaklaran
dalam dua arah (arus bolak balik, AC).
Simbol dan struktur Triac adalah seperti
ditunjukan dalam Gambar di bawah.

Karena secara prinsip adalah ekivalen dengan dua buah SCR yang
disusun secara paralel dengan salah SCR dibalik maka Triac memiliki
sifat-sifat yang mirip dengan SCR. Gambar 6 adalah gambar
karakteristik volt-amper dan skema aplikasi dari Triac.
Gambar - Karakteristik dan skema aplikasi Triac.

Gambar - Bentuk dari dan posisi kaki-kaki- dari TRIAC.

C. Alat dan Bahan yang Diperlukan


1. Multimeter 1 buah
2. Rangkaian PCB
3. TRIAC
D. Langkah Kerja
Cara menentukan kaki-kaki TRIAC
1. Atur batas ukur Ohmmeter pada posisi X1 Ohm
2. Hubungkan probe hitam (kabel hitam) Ohm meter ke MT1 dan
probe merah (kabel merah) Ohm meter ke MT2 dan kemudian kaki
gate kita sentuhkan pada probe hitam maka jarum Ohm meter akan
menyimpang.
3. Hubungan dari probe hitam ke gate kemudian kita lepas, maka jarum
Ohm meter akan masih tetap menyimpang.
4. Lepas probe hitam dari Ohm meter maka Jarum Ohm meter akan
tidak menyimpang.
5. Ulangi langkah 1, 2 dan 3 Sekali lagI (catat hasil pengukuran)
6. Hubungkan probe hitam (kabel hitam) Ohm meter ke MT2 dan
probe merah (kabel merah) Ohm meter ke MT1 dan kemudian kaki
gate kita sentuhkan pada probe hitam maka jarum Ohm meter akan
menyimpang.
7. Hubungan dari probe merah ke gate kemudian kita lepas, maka
jarum Ohm meter akan masih tetap menyimpang.
8. Lepas probe hitam dari Ohm meter maka Jarum Ohm meter akan
tidak menyimpang.
9. Ulangi langkah 1, 2 dan 3 Sekali lagI (catat hasil pengukuran).
Dari langkah pengukuran 1, 2 dan 3 tersebut dapat di identifikasi:
1. Kaki TRIAC yang terhubung dengan probe hitam atau merah
dan saat di lepas Ohm meter masih menyimpang itu adalah kaki
gate.
2. Sedangkan kaki yang lain adalah MT1 atau MT2.
E. Data Pengukuran
Tabel 10-1. Hasil percobaan mengukur transistor TRIAC
No Posisi probe OHM meter Posisi jarum Ohm
meter
1 Probe hitam ---- X
Prob merah ----- Y Tidak menyimpang
Z ------ hubungkan probe hitam dan lepaskan lagi
2 Probe hitam ---- Y
Prob merah ----- X Menyimpang
Z ------ hubungkan probe hitam dan lepaskan lagi
3 Probe hitam ---- Y
Prob merah ----- Z Menyimpang
X ----- hubungkan probe hitam dan lepaskan lagi
4 Probe hitam ---- Z
Prob merah ----- Y Tidak menyimpang
X ----- hubungkan probe hitam dan lepaskan lagi
5 Probe hitam ---- Z
Prob merah ----- X Menyimpang
Y ----- hubungkan probe hitam dan lepaskan lagi
6 Probe hitam ---- X
Prob merah ----- Z Menyimpang
Y ----- hubungkan probe hitam dan lepaskan lagi

F. Analisis dan Pembahasan


 Pada saat menghubungkan probe hitam ohm meter ke x dan probe
merah ke ohm meter y dan kemudian kaki gate kita sentukan pada
probe hitam, jarum tidak menyimpang.
 Pada saat menghubungkan probe hitam ohm meter ke y dan probe
merah ke ohm meter x dan kemudian kaki gate kita sentukan pada
probe hitam, jarum menyimpang.
 Pada saat menghubungkan probe hitam ohm meter ke y dan probe
merah ke ohm meter z dan kemudian x kita sentukan pada probe
hitam, jarum menyimpang.
 Pada saat menghubungkan probe hitam ohm meter ke z dan probe
merah ke ohm meter y dan kemudian x kita sentukan pada probe
hitam, jarum tidak menyimpang.
 Pada saat menghubungkan probe hitam ohm meter ke z dan probe
merah ke ohm meter x dan kemudian y kita sentukan pada probe
hitam, jarum menyimpang.
 Pada saat menghubungkan probe hitam ohm meter ke x dan probe
merah ke ohm meter z dan kemudian y kita sentukan pada probe
hitam, jarum menyimpang.
G. Kesimpulan
4. TRIAC menghantar arus listrik dua arah.
5. Untuk dapat menghantarkan arus listrik, TRIAC memerlukan suplai
arusdengan besar tertentu pada gatenya.
6. Ada tiga kondisi TRIAC ketika menghantar arus listrik, yang
dipengaruhioleh besarnya arus gate.
7. Arus yang mengalir pada terminal M1 dan M2 searah dengan arah arus
gate.
LAPORAN PRAKTIKUM

Judul Praktikum : Melihat Bentuk Gelombang


Matakuliah / Kode : Elektronika Dasar
Semester / SKS :2/2

Nama Praktikan / NIM : INDAH/5301418001


Kelompok :
Tanggal Praktikum :
Tanggal Penyerahan Laporan :

Dosen Pengampu : Drs.Suryono, M.t.,

Nilai
FAKULTAS TEKNIK UNNES SEMARANG
LAB ELEKTRO Smt: 2 No: 9
Melihat Bentuk Gelombang
Prodi: PTE Waktu: 2 SKS
A. Tujuan Praktikum:
Selesai melaksanakan kegiatan praktikum, saya dapat Mengetahui
cara penggunaan Osiloskop untuk melihat dan memeriksa bentuk
gelombang dari output LFG atau suatu rangkaian
B. Teori Dasar
Sebagai alat ukur tunggal, Osiloskop atau CRO (Cathoda Ray
Oscilloscope) dapat digunakan untuk melihat/memeriksa bentuk
gelombang. Untuk dapat melihat gelombang, maka haruslah unit
rangkaian yang akan dilihat dihubungkan pada bagian yang hendak
diketahui tadi. Misalnya output dari LFG (Low Frequency Generator), dan
hubungannya sebagai berikut

C. Alat Dan Bahan Yang Diperlukan


1. Osiloskop (CRO)
2. Signal Generator (LFG)
3. Modul Rectifier (Penyearah)
4. Probe dan kabel penghubung
D. Langkah Kerja
8. Aturlah knop Focus, Intensity, Vertical Position, Horizontal Position,
Vertical Gain dan Horizontal Gain kira-kira setengah putaran
9. Aturlah knop AC bila ada
10. Aturlah knop Trigger Level pada kedudukan Auto
11. Aturlah knop Time/Div atau Sweep Freq pada kedudukan EXT
12. Hubungkan kabel sumber daya CRO ke stop kontak (periksalah
tegangan CRO)
13. Atur saklar power pada posisi ON
14. Tunggu beberapa detik, sampai terlihat titik terang pada layar CRO
15. Aturlah posisi Time/Div atau Sweep Freq pada sembarang posisi
hingga
16. titik tersebut berubah menjadi garis datar yang diam
17. Aturlah saklar bentuk gelombang pada LFG pada posisi bentuk sinus
18. Aturlah saklar Freq pada posisi 1x
19. Aturlah knop Fine/ Attenuation setengah putaran
20. Aturlah knop Att pada posisi 1x
21. Hubungkan output LFG ke Vertical input pada CRO
22. Hubungkan kabel power LFG ke stop kontak dan atur saklar Power ke
posisi ON
23. Pada layar CRO akan terlihat gelombang bentuk Sinus.
24. 16.Aturlah knop-knop pada CRO dan LFG, dan catat perubahan-
perubahan yang terjadi
25. 17.PINDAH/5301418001kan saklar bentuk gelombang LFG pada posisi
bentuk segi empat atau kotak maka pada layar CRO akan terlihat
gelombang bentuk kotak
26. 18.Lepaskan hubungan LFG dari CRO, dan gantilah LFG dengan
modul Rectifier untuk Penyearah Setengah Gelombang (Half wave
Rectifier) maupun Penyearah Gelombang Penuh (Full wave Rectifier)
seperti pada gambar berikut
E. Data Pengukuran

F. Analisis Dan Pembahasan


Pada percobaan ini kita menggunakan power supplay tetapi hanya
menggunakan output 8 V dan 12 V. percobaan terakhir ini untuk
menentukan frekuensi serta perioda ynag dihasilkan gelombang. Pertama
dengan output 8 V, panjang gelombnag yang dihasilkan 1,8 cm dengan 0,2
cm/dt. Sedangkan untuk output 12 V, panjang gelombang menjadi 2,2 cm.
kecepatan gelombang sama yaitu 0,2 cm/dt. Menggunakan TIME/DIV
yang sama yaitu 5 TIME/DIV.
G. Kesimpulan
1. Pengukuran tegangan dengan osiloskop dilakukan dengan mengamati
jumlah kotak dari atas kebawah yang dilalui oleh gelombang tersebut
dengan mengalikan dengan volt/div nya yang telah diatur sebelumnya.
2. Osiloskop merupakan alat ukur yang dapat menganalisis dan menampilkan
suatu gelombang AC,DC,dan lissajous pada layar.
3. Cara penggunaan osiloskop dengan baik yaitu dengan cara dikalibrasi atau
mengembalikan kearah nol sebelum memulai percobaan.
LAPORAN PRAKTIKUM

Judul Praktikum : Penggunaan OCL pengukuran Tegangan


Matakuliah / Kode : Elektronika Dasar
Semester / SKS :2/2

Nama Praktikan / NIM : INDAH/5301418001


Kelompok :
Tanggal Praktikum :
Tanggal Penyerahan Laporan :

Dosen Pengampu : Drs.Suryono, M.t.,

Nilai
FAKULTAS TEKNIK UNNES SEMARANG
LAB ELEKTRO Penggunaan Osiloskop Smt: 2 No: 10
Prodi: PTE Pengukuran Tegangan Waktu: 2 SKS
A.Tujuan Praktikum
Selesai melaksanakan kegiatan praktikum, saya dapat Mengetahui :
1.Mengetahui cara penggunaan CRO untuk mengukur tegangan AC
maupun DC.
2.Menghitung tegangan efektif dari besaran yang diukur dengan CRO dan
membandingkan dengan Voltmeter
B. Teori Dasar
Penggunaan CRO sebagai pengukur tegangan, sebelumnya CRO
tersebut harus ditera atau dikalibrasi. Seperti diketahui besaran yang diukur
CRO adalah besaran/ harga puncak ke puncak (peak to peak). Sedangkan
besaran praktis adalah dalam nilai atau harga efektif. Hubungan antara
kedua besaran nilai tersebut adalah sebagai berikut
1 Vp-p = 2 √ 2 Veff
= 2 x 1,414 Veff
1 Vp-p = 2 Vp
1 Vp = √ 2 Veff = 1,414 Veff
1 Veff = 1 √ 2 Veff Vp = 0,707 Vp
Kalibrasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu kalibrasi interal (tanpa
bantuan alat lain) dan eksternal (dengan bantuan alat lain, yaitu LFG) yang
hubungan peralatannya dapat digambarkan sebagai berikut

Kalibrasi Pengukuran Tegangan dan Frekuensi


C. Alat Dan Bahan Yang Diperlukan
1. Osiloskop (CRO)
2. Signal Generator (LFG)
3. Multimeter (AVO)
4. Probe dan kabel penghubun
D. Langkah Kerja
1. Operasikan LFG dan CRO
2. Atur saklar LFG pada bentuk Sinus
3. Atur saklar frekuensi pada x100 dan jarum penunjuk frekuensi pada 10 (1
kHz)
4. Pasang AVO pada output LFG dan atur Gain LFG sehingga tegangan
LFG 1 volt
5. Hubungkan output LFG ke Vertical input CRO atur saklar pada Vin 1
(terlihat Sinus)
6. Atur V/Div CRO pada kedudukan angka 1
7. Atur saklar ke EXT (akan terjadi garis tegak)
8. Atur Vertical Gain sehingga tingginya 2,828 kotak.(Setelah tercapai,
jangan diubah-ubah untuk setiap pengaturan, karena tegangan telah
terkalibrasi)
PENGUKURAN TEGANGAN
1. Atur gain (Fine) LFG supaya tegangan output menjadi 3V; 4,5V; 6V;
7,5V dan 9V
2. Ukur dan hitung tinggi (puncak ke puncak). Bila terlalu tinggi atur
V/Div pada posisi lebih besar dari 1
3. Lakukan pengukuran untuk 3V; 4,5V; 6V; 7,5V dan 9V
4. Catat hasil pengukuran pada tabel seperti berikut
E. Data Pengukuran
Teg.CRO Teg.eff Selisih
Teg. LFG Posisi V/Div (Vpp) (perhitungan) (Veff)
(Veff)
3V 2 9,6 3,36 0,36
4,5 V 2 14,4 5,05 0,8
6V 5 19 6,65 0,68
7,5 V 5 23 8,05 0,55
9V 5 27,5 9,63 0,63

F. Analisis Dan Pembahasan


Pada percobaan kali ini dapat diketahui bahwa pada saat tegangan LFG
rendah maka Vpp dan tegangan efektif pada CRO juga rendah dan
selisihnya kecil. Kemudian saat tegangan semakin besar maka Vpp dan
tegangan effektif pada CRO dan memiliki selisih yang besar.
F. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa CRO dapat digunakan untuk mengukur
tegangan yang dibaca dari grafik sinusoida, selain itu dari CRO dapat
diketahui nilai Vpp dan dapat mengetahui perbedaan antara gelombang.
LAPORAN PRAKTIKUM

Judul Praktikum : Penggunaan OCL pengukuran Frekuensi


Matakuliah / Kode : Elektronika Dasar
Semester / SKS :2/2

Nama Praktikan / NIM : INDAH/5301418001


Kelompok :
Tanggal Praktikum :
Tanggal Penyerahan Laporan :

Dosen Pengampu : Drs.Suryono, M.t.,

Nilai
FAKULTAS TEKNIK UNNES SEMARANG
LAB ELEKTRO Penggunaan Osiloskop Smt: 2 No: 10
Prodi: PTE Pengukuran Frekuensi Waktu: 2 SKS
A. Tujuan Praktikum
Selesai melaksanakan kegiatan praktikum, diharapkan mahasiswa dapat
Mengetahui cara penggunaan CRO untuk mengukur frekuensi secara langsung
maupun dengan cara Lissaoyous.
B. Teori Dasar
Jika akan mengukur frekuensi dari output LFG, maka output LFG
dihubungkan dengan Vertical input pada CRO, dan saklar ditempatkan pada
posisi AC. Agar gejala/gelombang dapat jelas diamati, amplitudo LFG diatur
disesuaikan dengan Vertical Gain atau V/Div yang dipakai
Selanjutnya frekuensi LFG diatur pada sembarang frekuensi, dan saklar
Time/ Div atau Sweep freq pada CRO diatur agar gejala/gelombang yang akan
diukur dapat jelas terbaca lebarnya.
Jika misalnya lebar periode gelombang yang terlihat pada CRO adalah X
div, sedangkan saklar/pengatur Time/Div pada posisi Y detik, maka besarnya
waktu T = X . Y detik. Dengan demikian, maka besarnya frekuensi dapat
dihitung , yaitu F = 1/T = 1/X.Y hertz.
C. Alat dan Bahan yang Diperlukan
1. Osiloskop (CRO)
2. Signal Generator (LFG)
3. Probe dan kabel penghubung
D. Langkah Kerja
KALIBRASI FREKUENSI (Cara eksternal)

1. Atur saklar frekuensi LFG pada x100 dan jarum penunjuk frekuensi 10 (1
kHz)
2. Hubungkan output LFG pada CRO
3. Atur saklar Time/Div CRO pada 1 ms atau Frequency pada 1 K
4. Atur Horizontal Gain sehingga lebar gelombang 1 periode menjadi 1 kotak.
(Bila sudah tercapai, jangan diubah-ubah karena frekuensinya sudah
terkalibrasi).
PENGUKURAN FREKUENSI SECARA LANGSUNG
1. Atur frekuensi LFG supaya frekuensi output menjadi 3 K; 5 K; 10 K; 25 K; 75
K
2. Ukur dan hitung frekuensi. Bila terlalu rapat, atur Time/Div pada posisi yang
lebih kecil dari 1 ms (atau perbesar Freq/Div lebih gesar dari 1 K)

PENGUKURAN FREKUENSI DENGAN LISSAOYOUS


3. Operasikan 2 buah LFG dengan output bentuk Sinus, masing-masing dengan
frekuensi 100 Hz dan tegangan yang sama.
4. Hubungkan LFG 1 pada V-in, dan LFG 2 pada H-in CRO dan atur saklar pada
posisi EXT
5. Atur frekuensi dan tegangan LFG 2 sehingga CRO menggambarkan bentuk
bulat bola (Artinya, frekuensi LFG 2 tepat sama dengan LFG 1, yaitu 100 Hz
dengan beda fasa dari 0 – 360 derajat)
6. Lakukan seperti langkah 3 untuk LFG 2 menjadi 150 Hz, 200 Hz dan 300 Hz.
Catat dan gambarlah bentuk LissaoyouS
7. Ulangi langkah 4 untuk LFG 2 = 100 Hz, dan LFG 1 diatur mulai dari 150 Hz,
200 Hz dan 300 Hz. Catat dan gambarlah bentuk Lissaoyous seperti pada tabel
berikut
E. Data Pengukuran
Tabel 12.1 tabel pengukuran frekuensi secara langsung
Freq LFG Lebar Posisi Freq (Hz) Selisih
(Hz) Gelombang Time/Div (Perhitunga (Hz)
1 Periode (Freq) n)
3000 3 0,1 ms 333,3 Hz +333,3 Hz
5000 2 0,1 ms 5000 Hz 0
10000 5 20 us 10000 Hz 0
25000 4 10 us 25000 Hz 0
75000 7 2 us 71428,6 Hz -3571,4 Hz

Tabel 12.2 tabel pengukuran frekuensi dengan lissaoyous untuk LFG


1 = 100 Hz, untuk LFG 2 = 100 Hz
Frek LFG 1 Frek LFG 2 Bentuk Lissaoyous Selisih

100 80 20

Tabel 12.3 tabel pengukuran frekuensi dengan lissaoyous untuk LFG


1 = 200 Hz, untuk LFG 2 = 400 Hz
Frek LFG 1 Frek LFG 2 Bentuk Lissaoyous Selisih

200 40 160

Tabel 12.4 tabel pengukuran frekuensi dengan lissaoyous untuk LFG


1 = 200 Hz, untuk LFG 2 = 100 Hz
Frek LFG 1 Frek LFG 2 Bentuk Lissaoyous Selisih
200 400 200

F. Analisis dan Pembahasan


Dari percobaan dapat diketahui bahwa pada pengukuran frekuensi
menggunakan CRO dapat diketahui nilai frekuensi yang didapatdari CRO
yang mengukur frekuensi yang berasal dari signal generator. Selain itu
dalam pengukuran frekuensi, jika menggunakan dua buah signa generator
maka pada frekuensi tertentu akan menampilkan lissaoyous yang memiliki
bentuk.
G. Kesimpulan
CRO dapat digunakan untuk mengukur frekuensi yang didapat dari signal
generator. Jika menggunakan dua signal generator maka pada CRO akan
menampilakan gambar bentuk lissaoyous dengan syarat hanya pada
frekuensi-frekuensi tertentu.
LAPORAN PRAKTIKUM

Judul Praktikum : PENYEARAH


Matakuliah / Kode : Elektronika Dasar
Semester / SKS :2/2

Nama Praktikan / NIM : INDAH/5301418001


Kelompok :
Tanggal Praktikum :
Tanggal Penyerahan Laporan :

Dosen Pengampu : Drs.Suryono, M.t.,

Nilai
FAKULTAS TEKNIK UNNES SEMARANG
LAB ELEKTRO Smt: 2 No: 12
PENYEARAH
Prodi: PTE Waktu: 2 SKS
A. Tujuan Praktikum
Selesai melaksanakan kegiatan praktikum, saya dapat Mengamati dan
memahami cara kerja beberapa rangkaian dioda sebagai penyearah.
B. Teori Dasar
Penyearah Setengah Gelombang
Penyearah setengah gelombang adalah rangkaian yang mengubah
tegangan AC menjadi tegangan DC. Sumber tegangan AC yang biasa
digunakan adalah transformator penurun tegangan (step down). Pada siklus
positif dari tegangan masukan, dioda akan dibias maju (forward bias) dan
pada siklus negatif dari tegangan masukan, dioda akan dibias mundur
(reverse bias).

D1
T1
2
1
220V R1

3
0

Gambar penyearah setengah gelombang


Tegangan yang muncul pada R1 merupakan tegangan DC berdenyut yang
memiliki nilai efektif

VM
Vrms= untuk VM= tegangan Maksimum.
√2
Percobaan Penyearah Gelombang Penuh
Pada gambar di bawah menunjukkan rangkaian penyearah gelombang
penuh. Pada siklus positif tegangan masukan, D2 dan D3 dibias maju dan
selama siklus negatif, dioda D1 dan D4 dibias maju. Arus yang mengalir
melalui tahanan beban memiliki arah yang sama kedua setengah siklus
tersebut.

3 D2
D1

T1
2 R1

220 V D3 D4
1

Gambar rangkaian penyearah Gelombang Penuh

Rangkaian filter digunakan untuk mengubah sinyal keluaran penyearah


setengah gelombang dan gelombang penuh menjadi tegangan DC yang
memiliki ripple kecil. Hal ini dapat diterapkan pada rangkaian sebelumnya
dengan menambahkan komponen berupa kapasitor yang dapat menyimpan
muatan ketika potensial naik dan melepaskan muatan pada saat potensial turun.

3 D2
D1

T1 C1
2 R1

220 V D3 D4
1

Gambar rangkaian penyearah dengan filter C


C. Alat dan Bahan yang Diperlukan
1 buah transformator step down
4 buah dioda silikon
1 buah resistor (4K7)
1 unit osiloskop + probe
2 buah kapasitor berorde mikrofarad
D. Langkah Kerja
a. Rangkaian Penyearah Setengah gelombang
1. Ukur tegangan puncak-ke-puncak (peak-to-peak) dari kumparan sekunder
transformator dengan cara menghubungkan probe negatif dari osiloskop
ke terminal 0 Volt dan probe positif ke terminal 12 Volt. Atur terlebih
dahulu tombol input coupling dari osiloskop pada posisi AC.
2. Bandingkanlah hasil pembacaan osiloskop dengan rating yang tertera
pada transformator. Apakah keduanya menunjukkan perbedaan ?
Mengapa hal itu dapat terjadi ? Lalu jenis tegangan apakah yang dibaca
oleh osiloskop dan jenis tegangan apakah yang tertera pada transformator
?
3. Susun dioda dan resistor seperti gambar-8, lalu hubungkan rangkaian
tersebut ke terminal transformator yang terdapat pada panel praktikum.
4. Ukurlah tegangan maksimum dari output rangkaian penyearah, yakni
tegangan antara titik 2 dan 3 pada gambar dengan input coupling dari
osiloskop pada posisi DC.
b. Rangkain Penyearah Gelombang Penuh
1. Ukur tegangan puncak-ke-puncak (peak-to-peak) dari kumparan
sekunder transformator dengan cara menghubungkan probe negatif dari
osiloskop ke terminal 0 Volt dan probe positif ke terminal 12 Volt. Atur
terlebih dahulu tombol input coupling dari osiloskop pada posisi AC.
2. Susun dioda dan resistor seperti gambar-8, lalu hubungkan rangkaian
tersebut ke terminal transformator yang terdapat pada panel praktikum.
3. Ukurlah tegangan maksimum dari output rangkaian penyearah, yakni
tegangan antara titik 2 dan 3 pada gambar dengan input coupling dari
osiloskop pada posisi DC.
c. Penyearah Gelombang Penuh dengan Filter
1. Ukur tegangan puncak-ke-puncak (peak-to-peak) dari kumparan
sekunder transformator dengan cara menghubungkan probe negatif
dari osiloskop ke terminal 0 Volt dan probe positif ke terminal 12
Volt. Atur terlebih dahulu tombol input coupling dari osiloskop pada
posisi AC.
Bandingkanlah hasil pembacaan osiloskop dengan rating yang tertera
pada transformator. Apakah keduanya menunjukkan perbedaan ?
Mengapa hal itu dapat terjadi ? Lalu jenis tegangan apakah yang
dibaca oleh osiloskop dan jenis tegangan apakah yang tertera pada
transformator ?
2. Susun keempat dioda, resistor, dan kapasitor berorde mikro Farad
( yang lebih rendah nilai kapasitansinya ) lalu hubungkan rangkaian
tersebut ke terminal transformator yang terdapat pada panel
praktikum. Biasanya kapasitor yang dipakai merupakan kapasitor
elektrolit. Perhatikan polaritas dari kapasitor yang bersangkutan.
Jangan sampai terbalik polaritasnya !!!
3. Ukurlah tegangan maksimum dari output rangkaian penyearah, yakni
tegangan antara titik 2 dan 0 dengan input coupling dari osiloskop
pada posisi DC.
4. Ubahlah input coupling dari osiloskop menjadi AC, lalu ukurlah
tegangan peak-to-peak dari output rangkaian penyearah. Tegangan
yang terukur disini adalah tegangan ripple dari rangkaian penyearah
yang bersangkutan.
5. Ulangi langkah 2 dengan menggunakan kapasitor berorde mikroFarad
( yang lebih tinggi nilai kapasitansinya ).
6. Ulangi langkah 3 dan 4.
LAPORAN PRAKTIKUM

Judul Praktikum : Pengaturan Tegangan


Matakuliah / Kode : Elektronika Dasar
Semester / SKS :2/2

Nama Praktikan / NIM : INDAH/5301418001


Kelompok :
Tanggal Praktikum :
Tanggal Penyerahan Laporan :

Dosen Pengampu : Drs.Suryono, M.t.,

Nilai
FAKULTAS TEKNIK UNNES SEMARANG
LAB ELEKTRO Smt: 2 No: 13
Pengaturan Tegangan
Prodi: PTE Waktu: 2 SKS
A. Tujuan Praktikum
Selesai melaksanakan kegiatan praktikum, saya dapat mengetahui cara
suatu pengaturan tegangan.
B. Teori Dasar
Pengaturan tegangan dapat dilakukan dengan menggunakan komponen
dioda zener yang bekerja pada daerah breakdown dengan karakteristik
sebagai berikut:
VIN = Vbreakdown menghasilkan Vout = VIN
VIN = Vbreakdown menghasilkan Vout = Vbreakdown
Untuk menetapkan daerah brakdown, dioda zener harus dipasang pada
posisi reverse.
a. Pengatur tegangan menggunakan zenner diode

b. Pengatur tegangan menggunakan zenner diode dan transistor


C. Alat dan Bahan yang Diperlukan
1 buah resistor 2K2
1 buah resistor 4K7
1 buah resistor 1K
1 buah diode zenner
1 buah transistoe tipe C1061
D. Langkah Kerja
a. Pengaturan tegangan menggunakan zenner diode
1. Susun rangkaian seperti pada gambar diatas, V in = 0-20 Volt, Dz=12V
2. Ukur tegangan pada dioda zener (VZ) dengan voltmeter untuk setiap
kenaikan tegangan pada catu daya (VIN).
Bandingkan tegangan yang diukur tersebut.
b. Pengaturan tegangan menggunakan zenner diode dan transistor
1. Susun rangkaian seperti pada gambar diatas, V in = 0-20 Volt, Dz=12V
2. Ukur tegangan pada output (V-emitor) dan tegangan pada catu daya (V-
kolektor).
3. Bandingkan tegangan yang diukur tersebut.
E. Data Pengukuran
a. Tabel pengamatan pengaturan tegangan menggunakan zenner diode

NO V-Input V-Otput
1 3 Volt  2,04 V
2 5 Volt  3,41 V
3 8 Volt  5,45 V
4 12 Volt  8,17 V
5 15 Volt  10,2 V
6 18 Volt  11,9 V
7 20 Volt  11,9 V
b. Tabel pengamatn pengaturan tegangan menggunakan zenner diode
dan transistor
NO V-Input V-Otput
1 3 Volt  2,19 V
2 5 Volt  3,97 V
3 8 Volt  6,65 V
4 12 Volt  10,2 V
5 15 Volt  11,3 V
6 18 Volt 11,3 V 
7 20 Volt  11,3 V
c. Tabel pengamatan percobaan pengaturan tegangan menggunakan
zener diode OPAMP dan Transistor
No RL (Penahan Beban) V-Output Arus Output
.
1 1K 9,49 V 9,59 µA
2 100K 9,49 V 95 µA
3 47K 9,49 V 202 µA
4 2K2 9,44 V 4,29 mA
5 1K 9,42 V 9,42 mA
6 220 ohm 9,38 V 42,6 mA
7 100 ohm 9,35 V 93,5 mA

F. Analisis dan Pembahasan


Pada percobaan dapat diketahui bahwa pada pengaturan tegangan dengan
zener terjadi Output tegangan yang lebih kecil daripada tegangan input
kemudian pada tegangan input di atas tegangan kerja dioda maka akan
menghasilkan tegangan dioda pada tegangan maksimumnya 12V.
Pada saat pengaturan tegangan dioda zenar dengan transistor diperoleh
data yang hampir sama dengan pengaturan tegangan hanya dengan
menggunakan dioda zenar,opamp dan transistor diperoleh data yang
hampir sama dengan pengaturan tegangan hanya dengan menggunakan
dioda zener. Kemudian pada tegangan menggunakan dioda zener, opamp
dan transistor diperoleh data yang menunjukan bahwa besar beban maka
besar juga pada tegangan output sehingga jika penahan beban semakin
kecil maka tegangan outputnya juga semakin kecil.
G. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa dioda zener dapat
digunakan untuk mengatur batas tegangan yang dapat dilalui, kemudian
jika digabuungkan dengan transistor memiliki hasil yang sama. Selain itu,
dengan menggunakan dioda zener, opamp, dan transistor yang mana
didalam rangkaianya terdapat penahan beban maka tegangan output
tergantung pada nilai penahan beban yang ada.
LAPORAN PRAKTIKUM

Judul Praktikum : Voltage Gain Tanpa Distorsi


Matakuliah / Kode : Elektronika Dasar
Semester / SKS :2/2

Nama Praktikan / NIM : INDAH/5301418001


Kelompok :
Tanggal Praktikum :
Tanggal Penyerahan Laporan :

Dosen Pengampu : Drs.Suryono, M.t.,

Nilai:
FAKULTAS TEKNIK UNNES SEMARANG
LAB ELEKTRO Voltage Gain Tanpa Smt: 2 No: 14
Prodi: PTE Distorsi Waktu: 2 SKS
A. Tujuan Praktikum
Selesai melaksanakan kegiatan praktikum, saya dapat mengetahui nilai
tegangan penguat membalik dan tegangan penguat tak membalik.
B. Teori Dasar
Penguat tak membalik (non-inverting amplifier) merupakan penguat sinyal
dengan karakteristik dasar sinyal output yang dikuatkan memiliki fasa yang
sama dengan sinyal input. Rangkaian penguat tak-membalik ini dapat
digunakan untuk memperkuat isyarat AC maupun DC dengan keluaran yang
tetap sefase dengan sinyal inputnya. Impedansi masukan dari rangkaian
penguat tak-membalik (non-inverting amplifier) berharga sangat tinggi dengan
nilai impedansi sekitar 100 MOhm.
Penguat membalik (Inverting Amplifier) merupakan penerapan dari
penguat operasional sebagai penguat operasional sebagai penguat sinyal
dengan karakteristik dasar sinyal output memiliki phase yang berkebalikan
dengan phase sinyal input. Pada dasarnya penguat operasional (Op-Amp)
memiliki faktor penguatan yang sangat tinggi (100.000 kali) pada kondisi
tanpa rangkaian umpan balik. Dalam inverting amplifier salah satu fungsi
pemasangan resistor umpan balik (feedback) dan resistor input adalah untuk
mengatur faktor penguatan inverting amplifier (penguat membalik) tersebut.
Dengan dipasangnya resistor feedback (RF) dan resistor input (Rin) maka
faktor penguatan dari penguat membalik dapat diatur 1 sampai 100.000 kali.
C. Alat dan Bahan yang Digunakan

1. Resistor 47K 2 buah


2. Multimeter 1 buah
3. Power Supply 1 buah
4. Kabel konektor secukupnya
5. AFG 1 buah
7. CRO 1 buah
D. Langkah Kerja
1. Susun rangkaian seperti pada gambar.
2. Masukkan sinyal AC pada Vi sebesar 10 mV pada frekuensi 1000Hz
3. Ukur dan amati bentuk sinyal Vin dan Vomenggunakan CRO (bentuk
Vo pada kondisi tanpa distorsi)
4. Gambarlah penguatan tanpa distorsi tersebut

Vout
AV = --------
Vin
E. Data Pengukuran
No Frek. (Hz) Vin (skl) Vout(skl) AV
1 20 12 V -0,5 V 0,0147
2 50 12 V 5,5 V 0,458
3 100 12 V 6V 0,5
4 500 12 V 6V 0,5
5 1000 12 V 6V 0,5
6 5000 12 V 6V 0,5
7 10000 12 V 6V 0,5
8 15000 12 V 6V 0,5
9 20000 12 V 6V 0,5
10 25000 12 V 6V 0,5
11 50000 12 V 6V 0,5
12 100000 12 V 6V 0,5
13 200000 12 V 6V 0,5
14 500000 12 V 6V 0,5
12 V 6V 0,5
F. Analisis dan Pembahasan
Dari percobaan dapat diketahui bahwa nilai V output
merupakan setengah dari V input yang diberikan dari signal

1
generator sehingga menghasilkan nilai AV yaitu .
2
G. Kesimpulan
Penguatan Distorsi yang terlihat dari rangkaian tersebut sebesar
0,5 dari Vin sebesar 12 V menjadi V out sebesar 6 V.

LAPORAN PRAKTIKUM
Judul Praktikum : OPERASIONAL AMPLIFIER
Matakuliah / Kode : Elektronika Dasar
Semester / SKS :2/2

Nama Praktikan / NIM : INDAH/5301418001


Kelompok :
Tanggal Praktikum :
Tanggal Penyerahan Laporan :

Dosen Pengampu : Drs.Suryono, M.t.,

Nilai:

FAKULTAS TEKNIK UNNES SEMARANG


LAB ELEKTRO OPERASIONAL Smt: 2 No: 15
Prodi: PTE AMPLIFIER Waktu: 2 SKS
A. Tujuan Praktikum
Selesai melaksanakan kegiatan praktikum, saya dapat mengetahui bentuk
sinyal input dan output beserta tegangan output dari suatu amplifier.
B. Teori Dasar
Suatu amplifier dapat dikatagorikan
operasional jika memenuhi tiga
karakteristik utama, yakni:
1. Very high gain (200.000 kali)
2. Very high input impedance
3. Very low output impedance
OpAmp umumnya terdiri atas tiga stage atau amplifier yang
dirangkai secara cascade. Ketiga stage itu masing-masing:
1.Differensitial amplifier
2.Voltage amplifier
3.Output amplifier
Differential amplifier memiliki respon frekuensi yang sangat lebar dan
input impedance yang sangat tinggi. Voltage amplifier memberikan
penguatan yang sangat tinggi dan output amplifier memberikan output
impedance yang sangat rendah sehingga dapat mengeluarkan arus listrik
yang besar terhadap beban.
Konfigurasi
Tidak seperti amplifier konvesional, OpAmp mempunyai dua terminal
masukkan, yakni: inverting input dan noninverting input yang masing-
masing ditandai dengan "+" dan "-".

1. Inverting Konfiguration
Jika signal dimasukkan di antara
terminal inverting input dan bumi
sementara terminal noninverting
input dibumikan maka signal
keluaran akan berlawanan fasa
dengan signal masukkan.
2. Noninverting Konfiguration
Sebaliknya jika signal dimasukkan
di antara terminal noninverting
input dan bumi sementara terminal
inverting input dibumikan maka
signal keluaran sefasa dengan signal
masukkan.
C. Alat dan Bahan yang Diperlukan
1. Resistor 2 buah
2. Multimeter 1 buah
3. Power Supply 1 buah
4. Kabel konektor secukupnya
5. Rangkaian PCB 1 buah
6. Amplifier 1 buah
D. Langkah Kerja
Inverting Amplifier
1. Buat rangkaian sebagaimana gambar-1
2. R1=2K2, Rf=1M
3. Beri masukan sinyal input
berupa sinus soida sebesar 0,5
Volt RMS

4. Atur penahan Rf mulai dari


1M sampe dengan 0 ohm
(sesuai tabel pengukuran)
5. Amati bentuk sinyal input dan outputnya
6. Amati tegangan AC outputnya
7. Buat kurva R-V sebagaimana tabel pengamatan.
Non Inverting Amplifier
1. Buat rangkaian sebagaimana
gambar-1, R1=2K2, Rf=1M
2. Beri masukan sinyal
input berupa sinus soida
sebesar 0,5 Volt RMS
3. Atur penahan Rf mulai
dari 1M sampe dengan 0
ohm (sesuai tabel
pengukuran)
4. Amati bentuk sinyak input dan outputnya
5. Amati tegangan AC outputnya
6. Buat kurva R-V sebagaimana tabel pengamatan
E. Data Pengukuran
Inverting Amplifier

V V Bentuk sinyal Bentuk sinyal


No Rf
input output Input ouput
 
1 0,5 V  1M  10V 

 
2 0,5 V   100K 10 V  

3  0,5 V  47K  4 V    

4  0,5 V 4K7   4 V    

10
5 1K   0,5V    
Volt 
 12
6 220   0V    
Volt
 12
7  100  0V    
Volt
 12
8  0  0V    
Volt
Non Inverting Amplifier

V V Bentuk sinyal Bentuk sinyal


No Rf
input output Input ouput
0,5
1 1M  10V     
volt 
 0,5
2  100K  10V    
Volt
 5
3  47K  10V    
Volt
 12
4 4K7   9V    
Volt
 12
5 1K   0V    
Volt
12
6 220   0V    
Volt 
12
7  100  0V    
Volt 
12
8  0  0V    
Volt 
F. Analisi dan Pembahasan
Dapat dilihat dari percobaan bahwa jika Rf semakin besar maka
menghasilkan V Output yang besar pula. Kemudian sebaliknya jika Rf
semakin kecil maka menghasilkan V Output yang semakin kecil pula.
G. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa pengaturan tegangan transistor berlaku pada
kaki kolektor pada Vout. Pengaturan sesuai dengan nilai Vin. Jika nilai
Vin besar maka nilai Vout akan lebih besar sebanyak n-kali lipat.

Anda mungkin juga menyukai