Anda di halaman 1dari 9

KESEIMBANGAN HIDUP

DIDUNIA DAN AKHIRAT

OLEH: TATIK SUWARTINAH, S.PD.I, M.PD.I


Kehidupan dunia dan akhirat
merupakan kehidupan yang saling
berkaitan. Keduanya harus
diperhatikan dan dipenuhi secara
seimbang. Kita tidak boleh
mementingkan kehidupan akhirat
dengan mengabaikan kehidupan
dunia ataupun sebaliknya. Dengan
menyeimbangkan kehidupan dunia
dan akhirat Allah akan memberikan
kesejahteraan dan kebahagiaan
dunia dan akhirat.
. Teks Hadits dan Arti

Bukanlah orang yang baik di antara kamu orang yang meninggalkan


kepentingan dunia untuk mengejar akhirat atau meninggalkan akhirat untuk
mengejar dunia sehingga dapat memadukan keduanya. Sesungguhnya kehidupan
dunia mengantarkan kamu menuju kehidupan akhirat. Janganlah kamu menjadi
beban orang lain. (H.R. Ibnu Asakir dari Anas dalam Kitab Tafsir al-Kasysyaf
jilid 4 hal.1670)
Nilai yang terkandung
Secara tekstual dari hadis yang pertama telah jelas bahwa kita harus
menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat karena kita tak
akan sampai pada akhirat jika tidak melewati dunia. Dunia
adalah tempat kita menanam kebaikan sedangkan di akhirat kita
akan memetik hasilnya jadi keberhasilan di akhirat juga tergantung
keberhasilan kita selama di dunia. Keberhasilan ini bukanlah yang
bersifat duniawi melainkan keberhasilan kita dalam mengatur
keseimbangan urusan dunia dan akhirat.
Nabi melarang sahabatnya untuk terus sibuk beribadah dan
melalaikan dunia karena manusia di dunia adalah makhluk hidup
yang memiliki karakteristik sendiri. Manusia butuh makan untuk
bertahan hidup. Apabila seseorang telah berkeluarga maka dia
mempunyai tanggung jawab akan kelangsungan hidup anggota
keluarganya dan ketika seseorang terlalu sibuk dengan kegiatan
beribadah maka tubuhnya akan kurang semangat dalam
mengerjakan hal lainnya. Sehingga ketika dia tidak bekerja dan
membuat keluarganya menjadi terlantar sama saja dia berdosa
karena tidak amanat. Nabi sendiri pun telah mencontohkan
bagaimana beliau beribadah namun tidak melupakan bekerja. Pada
waktu kecil beliau adalah seorang penggembala kambing dan ketika
sudah dewasa beliau adalah seorang pedagang.
Hadis dari sahabat Abdullah bin Amr bin Ash. Rasul bersabda, “Bukankah telah
dikabarkan kepadaku bahwasannya engkau berpuasa dan tidak pernah berbuka, serta
sholat? Berpuasalah dan berbukalah serta sholatlah dan tidurlah. Sesungguhnya bagi
tubuhmu ada haq atasmu. Sesungguhnya bagi kedua matamu ada hak atasmu, dan
sesungguhnya bagi istrimu ada hak atasmu”. (H.R. Bukhori dalam kitab Shahih
Bukhori jilid 3 hal.277)
Asbabul wurud
Latar belakang kemunculan hadis yang ke-dua tersebut adalah kisah sahabat
Abdullah bin Amru yang berpuasa setiap hari dan salat sepanjang malam hingga berita
tentangngnya sampai kepada Nabi yang kemudian nabi mengeluarkan hadis tersebut.
Kemudian ada lagi kisah tentang Abu Darda’ dan Salman yang diriwayatkan oleh
Abu Juhaifah. Hadis ini senada dengan hadis tersebut. Namun di dalam hadits itu
terdapat peerkataan Salman kepada Abu Darda’, (sesungguhnya
keluargamu [istrimu] memiliki hak atas kamu) lalu nabi SAW menyetujuinya dalam hal
tersebut. Kemudian terdapat lafal
(telah sampai [kabar] kepada nabi SAW bahwa aku berpuasa
terus menerus). Sebagaimana yang telah disebutkan bahwa orang yang menyampaikan
berita itu kepada nabi SAW adalah Amr bin Al Ash.
Sedangkan Imam Muslim dalam hadis lain meriwayatkan dengan redaksi
(ada bagian atasmu). Kemudian dalam riwayat al Ismaili dan imam Muslim
terdapat tambahan, (berpuasalah sehari dalam setiap
sepuluh hari dan bagimu pahala 9 hari).
Maksudnya:
Sesungguhnya bandingan kehidupan dunia hanyalah
seperti air hujan yang Kami turunkan dari langit, lalu
tumbuhlah dengannya tanam-tanaman di bumi dari jenis
yang dimakan oleh manusia dan binatang; hingga apabila
bumi itu menampakkan keindahannya dan berhias, dan
penduduknya menyangka bahawa mereka dapat
menguasainya (mengambil hasilnya), datanglah perintah
Kami menimpakannya di malam atau siang hari, lalu Kami
jadikan dia hancur-lebur, seolah-olah ia tidak ada sebelum
itu. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat keterangan
Kami satu persatu bagi kaum yang mahu berfikir. ( Yunus

Anda mungkin juga menyukai