Kehidupan dunia dan akhirat merupakan kehidupan yang saling berkaitan. Keduanya harus diperhatikan dan dipenuhi secara seimbang. Kita tidak boleh mementingkan kehidupan akhirat dengan mengabaikan kehidupan dunia ataupun sebaliknya. Dengan menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat Allah akan memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. . Teks Hadits dan Arti
Bukanlah orang yang baik di antara kamu orang yang meninggalkan
kepentingan dunia untuk mengejar akhirat atau meninggalkan akhirat untuk mengejar dunia sehingga dapat memadukan keduanya. Sesungguhnya kehidupan dunia mengantarkan kamu menuju kehidupan akhirat. Janganlah kamu menjadi beban orang lain. (H.R. Ibnu Asakir dari Anas dalam Kitab Tafsir al-Kasysyaf jilid 4 hal.1670) Nilai yang terkandung Secara tekstual dari hadis yang pertama telah jelas bahwa kita harus menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat karena kita tak akan sampai pada akhirat jika tidak melewati dunia. Dunia adalah tempat kita menanam kebaikan sedangkan di akhirat kita akan memetik hasilnya jadi keberhasilan di akhirat juga tergantung keberhasilan kita selama di dunia. Keberhasilan ini bukanlah yang bersifat duniawi melainkan keberhasilan kita dalam mengatur keseimbangan urusan dunia dan akhirat. Nabi melarang sahabatnya untuk terus sibuk beribadah dan melalaikan dunia karena manusia di dunia adalah makhluk hidup yang memiliki karakteristik sendiri. Manusia butuh makan untuk bertahan hidup. Apabila seseorang telah berkeluarga maka dia mempunyai tanggung jawab akan kelangsungan hidup anggota keluarganya dan ketika seseorang terlalu sibuk dengan kegiatan beribadah maka tubuhnya akan kurang semangat dalam mengerjakan hal lainnya. Sehingga ketika dia tidak bekerja dan membuat keluarganya menjadi terlantar sama saja dia berdosa karena tidak amanat. Nabi sendiri pun telah mencontohkan bagaimana beliau beribadah namun tidak melupakan bekerja. Pada waktu kecil beliau adalah seorang penggembala kambing dan ketika sudah dewasa beliau adalah seorang pedagang. Hadis dari sahabat Abdullah bin Amr bin Ash. Rasul bersabda, “Bukankah telah dikabarkan kepadaku bahwasannya engkau berpuasa dan tidak pernah berbuka, serta sholat? Berpuasalah dan berbukalah serta sholatlah dan tidurlah. Sesungguhnya bagi tubuhmu ada haq atasmu. Sesungguhnya bagi kedua matamu ada hak atasmu, dan sesungguhnya bagi istrimu ada hak atasmu”. (H.R. Bukhori dalam kitab Shahih Bukhori jilid 3 hal.277) Asbabul wurud Latar belakang kemunculan hadis yang ke-dua tersebut adalah kisah sahabat Abdullah bin Amru yang berpuasa setiap hari dan salat sepanjang malam hingga berita tentangngnya sampai kepada Nabi yang kemudian nabi mengeluarkan hadis tersebut. Kemudian ada lagi kisah tentang Abu Darda’ dan Salman yang diriwayatkan oleh Abu Juhaifah. Hadis ini senada dengan hadis tersebut. Namun di dalam hadits itu terdapat peerkataan Salman kepada Abu Darda’, (sesungguhnya keluargamu [istrimu] memiliki hak atas kamu) lalu nabi SAW menyetujuinya dalam hal tersebut. Kemudian terdapat lafal (telah sampai [kabar] kepada nabi SAW bahwa aku berpuasa terus menerus). Sebagaimana yang telah disebutkan bahwa orang yang menyampaikan berita itu kepada nabi SAW adalah Amr bin Al Ash. Sedangkan Imam Muslim dalam hadis lain meriwayatkan dengan redaksi (ada bagian atasmu). Kemudian dalam riwayat al Ismaili dan imam Muslim terdapat tambahan, (berpuasalah sehari dalam setiap sepuluh hari dan bagimu pahala 9 hari). Maksudnya: Sesungguhnya bandingan kehidupan dunia hanyalah seperti air hujan yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengannya tanam-tanaman di bumi dari jenis yang dimakan oleh manusia dan binatang; hingga apabila bumi itu menampakkan keindahannya dan berhias, dan penduduknya menyangka bahawa mereka dapat menguasainya (mengambil hasilnya), datanglah perintah Kami menimpakannya di malam atau siang hari, lalu Kami jadikan dia hancur-lebur, seolah-olah ia tidak ada sebelum itu. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat keterangan Kami satu persatu bagi kaum yang mahu berfikir. ( Yunus