BAB I
ILMU HADIS
Kompetensi Dasar :
Menjelaskan pengertian Ilmu Hadis, macam-macam Ilmu Hadis, faedah
mempelajari dan menyebutkan pengarang Ilmu Hadis
Indikator :
Siswa dapat ;
1. Menjelaskan pengertian Ilmu Hadis secara bahasa dan istilah
2. Menyebutkan macam-macam Ilmu Hadis
3. Menyebutkan faedah mempelajari Ilmu Hadis
4. Menyebutkan pengarang Ilmu Hadis
فعل أك تقري ور يف إلى النبي صلى اهلل عليو كسلم من قى و
وؿ أك و ً كل ما أ
يض ى ُّ
Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw baik berupa perkataan,
perbuatan dan persetujuan.
Pada definisi ini Hadis hanya sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw,
mengeluarkan sesuatu yang tidak disandarkan kepada selain Rasul. Sesuatu yang
3
tidak disandarkan kepada Nabi bukan Hadis seperti perkataan para Nabi terdahulu
atau perkataan para sahabat dan lain-lian. Namun penyandaran berita kepada Nabi
adakalanya secara lafdzi dan adakalanya secara hukmi. Penyandaran secara lafdzi
jelas maknanya yakni penyandaran kepada Nabi menggunakan kalimat yang
jelas, misalnya kata seorang perawi akau mendengar Rasul bersabda :…. Atau aku
melihat Rasul melakukan begini….dan seterusnya. Sedangkan penyandaran
secara hukmi seperti sahabat melakukan sesuatu Nabi melihat dan beliau diam
tidak melarang yang disebut dengan Hadis taqrîriy atau kata seorang sahabat di
antara sunah begini….dan seterusnya.
Dalam perkembangan berikutnya, Hadis tidak cukup diartikan sebagaimana di
atas, karena yang bisa menyaksikan atau mendengar berita itu hanya para sahabat
secara hapalan. Berita itu disampaikan kepada umat Islam generasi setelahnya
sampai pada masa pengkodifikasian. Hadis yang sampai kepada kita tidak cukup
berbentuk berita dari Nabi saw saja, akan tetapi harus disertai sanad dan
pentakhrijnya. Dengan demikian Hadis adalah gabungan berita dari Nabi saw
yang disebut dengan matan (isi berita) dan sandaran berita yang diterima yang
disebut dengan sanad. Jadi Hadis adalah gabungan dari matan dan sanad Hadis.
Untuk lebih jelasnya berikut akan dipaparkan pengertian sanad, matan, dan
mukharrij Hadis, karena unshur-unshur Hadis ini nantinya yang menjadi obyek
dalam pengertian Ulmu Hadis :
ؼ ًم ٍن
عر ي
قوانين يي ى
ً
علم ب ى حدهي ؟ ىو ه
ً
ُّ الحديث ؟ كما ىو علم
فما ىو ي
ِّ الرا ًكم كالٍ ىم ٍر ًك
م ًخاللًها ى
َّ حاؿ
Apa itu Ilmu Hadis ? Dan bagaimana definisinya? Dia adalah ilmu yang
mempelajari tentang qawanin atau kaedah-kaedah untuk mengetahui tentang
keadan perawi dan yang diriwayatkan.
Dua definisi di atas tidak ada perbedaan secara substansial, karena maksud sanad
dan matan yang menjadi obyek ilmu sama dengan al-râwiy dan al-marwiy. Sanad
adalah perawi dan matan adalah marwi (yang diriwayatkan). Dari definisi di atas
5
dapat dipahami bahwa Ilmu Hadis mempunyai beberapa kriteria yang lebih umum
yaitu sebagai berikut :
1. Ilmu, adalah pengetahuan yang bersifat ilmiah dan sistematis. Ilmu ini
mempelajari kaedah-kaedah yang merupakan kesimpulan dari
pengalaman penelitian para pakar ahli Hadis.
2. Qawânîn bentuk plural dari qânûn bisa diartikan kaedah-kaedah, dasar-
dasar dan perundang-undangan yang menyangkut keadaan sanad
ataupun matan. Kaedah-kaedah itu dijadikan pedoman dalam menilai
Hadis yang diterima dan Hadis yang tertolak. Misalnya, sanad yang
diterima adalah sanad yang shahih. Sanad shahih adalah sanad yang
muttashil (bersambung), adil, dhabith (kuat daya ingat), tidak ada syâdz
(keganjilan) dan illat (cacat) dan seterusnya. Matan Hadis shahih
adalah yang tidak ada keganjilan dan cacat dan seterusnya.
3. Keadaan sanad dan matan, siapa yang meriwayatkan dan apa yang
diriwayatkan. Bagaimana keadaan yang meriwayatkan dan bagaimana
keadaan yang diriwayatkan dan seterusnya.
Dengan demikian obyek pembahasan Ilmu Hadis sifatnya masih umum
yaitu meliputi siapa yang meriwayatkan, dari siapa ia meriwayatkan, apa yang
diriwayatkan dan bagaimana keadaan periwayatan tersebut. Siapa yang
menerima periwayatan Hadis, dari siapa ia menerima periwayatan Hadis dan apa
isi periwayatannya. Bagaimana keadaan atau sifat-sifat periwayatan, sifat-sifat
orang yang meriwayatkan Hadis, sifat-sifat orang yang menerima periwayatan
dan sifat-sifat materi periwayatan.
B. Macam-Macam Ilmu Hadis
Ilmu Hadis terbagi menjadi dua macam yaitu Ilmu Hadis Riwayah dan
Ilmu Hadis Dirayah. Untuk lebih jelasnya berikut akan dibahas masing-masing :
1. Ilmu Hadis Riwayah
Ada beberapa definisi yang ditampilkan di sini tentang Ilmu Hadis
Riwayah di antaranya menurut Dr.Muhammad `Ajâj al-Khathîb ialah :
1
`Ajaj al-Khathîb, al-Mukhtashar al-Wajîz fi `Ulûm al-Hadîts, h.7
6
Sementara itu Ibn al-Akfâniy yang dikutip oleh al-Qâsimiy dalam kitabnya
Qawâ‟id al-Tahdîts min Funûn Mushthalah al-Hadîts memberikan definisi
sebagai berikut :
ِّ أقو ًاؿ
النبي ً علم يشتى ًم يل على ً ِّ الخاص
نقل ى بالركاية ه ِّ علم الحديث
ً ضب ًطها كتحري ًر ً
ألفاظها ٍ كأفعالو كركايتًها ك ى
Ilmu Hadis yang khusus Riwayah adalah ilmu yang meliputi pemindahan
segala perkataan Nabi dan segala perbuatannya, periwayatan dan
kedhabithannya serta penguraian lafaz-lafaznya.
Sesuai dengan nama Ilmu Hadis Riwayah fokus pembahasan ilmu ini
adalah tentang periwayatan. Periwayatan berarti memindahkan berita apa
adanya tanpa merobah, tanpa menambah dan tanpa mengurang. Apa saja yang
datang secara periwayatan dari Nabi saw atau dari sahabat dan atau dari
tabi‘in baik berupa perkataan (qawliy), perbuatan (fi`liy), persetujuan
(taqrîriy), dan sifat-sifat Rasul (washfiy) adalah bagian pembahasan Ilmu
Hadis Riwayah tanpa membicarakan dan menilai bagaimana sifat-sifat atau
keadaan perawi dan matan. Tentunya kata periwayatan menyangkut siapa
yang menjadi periwayat (râwiy), dari siapa ia meriwayatkan (marwiy `anhu),
dan apa isi berita yang diriwayatkan (marwiy). Dengan demikian Ilmu Hadis
Riwayah hanya mempelajari periwayatan apa, siapa, dan dari siapa berita iu
diriwayatkan tanpa membahas keadaan perawi dan marwi yang menjadi
persyaratkan shahih atau tidaknya suatu periwayatan.
Contoh kongkritnya buku-buku Ilmu Hadis Riwayah seperti Buku Induk
Hadis Enam (الستة )الكتبyaitu :
و
بتحديث أك كإسناد ذلك الى من عي ًز ى
م إليو ي السنى ًة كنح ًوىا
ُّ نقل
ي
ذلك
كغير ى
إخبار ي ه
Memindahkan Sunnah dan sesamanya dan menyandarkannya kepada orang
yang membawa berita atau menyampaikan Sunnah tersebut dan atau
lainnya. 2
Jadi periwayatan adalah memindahkan berita yang diterima dari
seorang perawi kepada orang lain, disandarkaan kepada pembawa berita
atau yang menyampaikannya.
Orang pertama yang melakukan penghimpunan Ilmu Hadis Riwayah
atau sebagai pendirinya adalah Muhammad bin Syihâb al-Zuhriy berdasarkan
intruksi Khalifah `Umar bin `Abd al-`Azîz ( 99 – 101 H). Tujuannya
memelihara Hadis secara cermat dan berhati-hati dari segala kesalahan dalam
periwayatan, menyebar luaskannya kepada seluruh umat Islam, mengikuti
keteladanan Nabi, dan melaksanakan hukum-hukum Islam serta memelihara
etika-etikanya. Sedang faedahnya yang pokok adalah menjauhi kesalahan
dalam memindahkan periwayatan yang disandarkan kepada Nabi saw.
2
al-Suyuthi, Tadrîb …, h. 40
8
ً
كشركطها ً الر
كاية ِّ عرؼ منو حقيقةي ً ِّ الخاص ً
علم يي ى
بالدراية ه ِّ الحديث كعلم
ي
ً
كأصناؼ المركيَّات كما يتعلَّ يق ً
كشركطهم ًالركاة ً
ً كأحكامها
ُّ كحاؿ ً
كأنواعها
بً ىها
Ilmu Hadis khusus Dirayah adalah ilmu yang mempelajari tentang hakekat
periwayatan, syarat-syaratnya, macam-macamnya, hukum-hukumnya, kondisi
para perawi dan syarat-syaratnya, macam-macam yang diriwayatkan dan
sesuatu yang berkaitan dengannya. 3
Definisi lain dikemukakan oleh sebagian ulama sebagaimana yang
dikutip oleh Syeikh Thahir al-Jazâir al-Dimasyqiy dalam bukunya Tawjîh al-
Nazhar Ilâ Ushûl al-Atsar 1/792 bahwa Ilmu Hadis Dirayah adalah :
أحواؿ مت ون و
كسند ي الحديث ذيك قوانًٍي ىن تي ىح ُّد = يي ٍد ىرل بًها
ً علم
ي
كالمردكد
ي المقبوؿ
ي كالمقصود = أف ييعرؼي ف ىذانًك الموضوعي
Ilmu Hadis adalah ilmu yang memiliki beberapa kaedah yang dengan
kedah itu dapat diketahui keadaan matan dan sanad.
Itulah topik pembahasan Ilmu Hadis. Tujuan ilmu ini adalah mengetahui
mana Hadis yang makbul dan mana yang mardud.
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa pembahasan Ilmu Hadis
Dirâyah lebih diarahkan kepada sifat-sifat periwayatan baik yang
meriwayatkan (râwiy) maupun yang diriwayatkan (marwiy) dilihat dari segi
diterima atau ditolak. Sifat-sifat yang berkaitan dengan periwayatan seperti
hakekat periwayatan, syarat-syaratnya, macam-macamnya, hukum-hukumnya
3
`Ajâj al-Khathîb, al-Mukhtashar al-Wajîz fi `Ulûm al-Hadîts, h. 7
9
dan lain-lain. Di antara ulama Hadis ada yang menyebut nama lain bagi Ilmu
Hadis Dirâyah ini seperti Ilmu Hadis atau Ilmu Mushthalah al-Hadîts.
Ilmu Hadis Dirâyah fokusnya pada mempelajari pengetahuan (dirâyah)
Hadis baik dari segi keadaan periwayatan sanad maupun keadaan matannya,
apakah telah memenuhi persyaratan sebagai Hadis yang diterima atau
tertolak. Berbeda dengan Ilmu Hadis Riwayah fokusnya hanya pada
mempelajari periwayatan (riwâyah) dari Nabi atau sahabat dan atau tabi‘in
tanpa mempelajari sifat-sifatnya dari segi diterima atau tertolak, shahih atau
tidak, seperti mempelajari perkataan, perbuatan, persetujuan, dan sifat-sifat
Nabi. Siapa yang meriwayatkan berita itu, dari siapa ia meriwayatkannya, apa
isi berita yang diriwayatklan, dan tanpa mempelajari diterima (makbul) dan
tidaknya (mardud) suatu periwayatan.
Penghimpun Ilmu Hadis Dirâyah pertama adalah Al-Qâdhiy Abu
Muhammad al-Hasan bin Abd al-Rahman bin Khalad al-Ramahurmuziy ( w.
360 H). Tujuannya, menghimpun kaedah-kaedah yang berkaitan dengan
periwayatan Hadis baik para periwayat atau yang diriwayatkannya. Faedahnya
yang pokok adalah mengetahui mana periwayatan yang diterima (maqbûl )dan
mana yang tertolak (mardûd), mana Hadis shahih dan mana Hadis yang tidak
shahih.
Ilmu Hadis Dirayah mempunyai beberapa cabang di antaranya :
ًالركاة
1. علم تىوا ًريٍ يخ ُّ ىadalah ilmu tentang biografi atau sejarah hidup para
perawi Hadis, dari kelahiran, wafat, guru-gurunya, murid-muridnya,
tempat belajar dan lain-lain. Tujuan mempelajari Ilmu Tawârîkh al-
Ruwâh, adalah untuk mengetahui bersambung (muttashil) atau tidaknya
sanad suatu Hadis. Maksud persambungan sanad adalah pertemuan
langsung apakah seorang perawi itu bertemu langsung dengan gurunya
atau pembawa berita ataukah tidak. Semua itu dapat dideteksi melalui
Ilmu ini. Muttashil-nya sanad ini nanti dijadikan salah satu syarat
keshahihan suatu Hadis dari segi sanad.
Pertama kali orang yang sibuk memperkenalkan ilmu ini secara
ringkas adalah :
a. al-Bukhari (w. 256 H) kemudian Muhammad bin Sa`ad ( w. 230
H) dalam kitab ( الطبقاتThabaqât)
َّع ًػديٍل ً
2. ٍ ٍج ٍػر ًح كالتػ
عل يػم ال ى adalah ilmu tentang perawi yang memiliki sifat
adil (taqwa) dan dhabith (kuat daya ingat dan hapalannya) atau yang
tidak adil dhabith. Tujuan mempelajari Ilmu al-Jarh wa al-Ta`dil,
untuk mengetahui sifat atau nilai keadilan, kecacatan dan atau ke-
dhabith-an (kekuatan daya ingat) seorang perawi Hadis. Jika sifatnya
adil dan dhabith Hadisnya dapat diterima sebagai Hadis yang shahih
dan jika cacat tidak ada keadilan dan ke-dhabith-an maka Hadisnya
tertolak.
Di antara kitab yang yang berbicara ilmu ini adalah :
a. ( طبقات ابن سعد الزىرم البصرمThabaqât Ibn Sa`ad al-Zuhiy al-
Bashriy w.230 H) terdiri 15 jilid,
b. تواريخ ثالثة (Tawârîkh Tsalâtsah) dan التاريخ الكبير (al-Târîkh al-
Kabîr) oleh al-Bukhari ( w. 256 H),
c. ( التاريخTarîkh) ditulis oleh `Alî al-Madîniy ( w. 234 H),
d. (الجرح كلتعديلal-Jarh wa al-Ta`dîl) karya Ibn Hâtim,
e. (الثقاتal-Tsiqât) karya Ibn Hibbân,
4
Shubhî al-Shalih, `Ulûm al-Hadîts…, h. 110-111
11
Ilmu Nasikh Mansûkh untuk mengetahui salah satu proses hukum yang
dihasilkan dari Hadis dalam bentuk Nasikh Mansûkh dan mengetahui
alasan terjadi Nasikh Mansûkh.
Pertama kali yang menulis Nâsikh al-Hadîts wa Mansûkhuhu
adalah Ahmad bin Ishâk al-Dînariy (w. 318 H), Muhammad bin Bahr al-
Ashbahâniy ( w. 322 H), Hibat Allah bin Salâmah ( w. 410 H),
Muhammad bin Mûsa al-Hazimiy ( w. 584 H), dan Ibn al-Jauziy (w. 597
H). Buku-buku Nâsikh Mansûkh yang tenar antara lain ;
a. االعتبػار فػي الناسػخ كالمنسػوخ مػن اثثػار (al-I`tibâr fi al-Nâsikh wa al-
Mansûkh min al-Âtsâr) karya Abû Bakar Muhammad bin Mûsâ al-
Hâzimiy,
b.كالمنسوخ الناسخ (al-Nâsikh wa al-Mansûkh) karya Imam Ahmad, dan
c. سخٛدش إٌّـد٠دض احدبص٠( رجغTajrîd al-Ahâdîts al-Mansûkhah) karya Ibn al-
Jauziy.
6. علػػم ًعلىػ ًػل الحػػديث adalah ilmu tentang Hadis-Hadis yang cacat
tersembunyi kecuali setelah diadakan penelitian sehingga ditemukan
cacatnya. Ilmu `Ilal al-Hadîts adalah ilmu yang membahas tentang sebab-
sebab yang tersembunyi yang membuat kecacatan duatu Hadis, seperti
me-washal-kan Hadis yang munqathi`dan me-marfu`-kan Hadis yang
mauqûf dan lain-lain.
Tujuan memepelajari ilmu ini adalah untuk mengetahui siapa di antara
periwayat Hadis yang terdapat illat dalam periwayatannya, dalam bentuk
apa dan di mana `illat tersebut terjadi, dan pada sanad atau pada matan.
Di antara ulama yang konsen dalam ilmu ini adalah :
a. Ibn al-Madîniy ( w. 234 H) dalam bukunya ( العللal-`Ilal),
b. Ibn Abî Hatim (w. 227 H) dengan karyanya `( علػل الحػديثIlal al-
Hadîts),
c. al-Dâr Quthniy (w. 375 H) dengan karyanya العلػل الػواردة فػي األحاديػث
(al-`Ilal al-Wâridah fi al-Ahâdîts),
d. Ahmad bin Hanbal dengan karyanya ( العلػل كمعرفػة الرجػاؿal-`Ilal wa
Ma`rifat al-Rijâl),
e. al-Turmudzi dengan karyanya ( العلػل الكبيػرةal-`Ilal al-Kabîrah) dan
( العلل الصغيرةal-`Ilal al-Shaghîrah), dan lain-lain.
Untuk lebih memudahkan pemahaman dua ilmu di atas dan cabang-
cabangnya berikut ini diberikan gambaran dalam bentuk skema :
ILMU HADIS
13
RIWAYAH DIRAYAH
mempesyaratkan saksi dan berani disumpah. Hal ini dilakukan untuk menjaga
kebenaran berita yang diterima dan kemurnian syari`ah Islam.
Ilmu Hadis tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan
periwayatan Hadis dalam Islam. Timbulnya pokok-pokok atau dasar-dasar Ilmu
ini pada masa sesudah wafat Rasulillah saw, yakni ketika umat Islam benar-
benar merasa sangat perlu untuk mengumpulkan Hadis karena khawatir lenyap
dan hilang dari dalam dada umat Islam serta semakin luasnya pemalsuan Hadis.
Pada mulanya memang pembawa Hadis tidak dipersyaratkan adanya sanad
(sandaran penyampai berita), karena mereka saling mempercayai kejujurannya.
Akan tetapi setelah terjadinya konflik antar elit politik antara pendukung `Ali dan
Mu`awiyah, umat menjadi terpecah ke beberapa sekte, mulailah terjadi pemalsuan
Hadis (Hadis Mawdhû`), maka para ulama mempersyaratkan kepada siapa saja
yang mengaku mendapat Hadis harus disertai dengan sanad. Sebagaimana kata
Ibn Sîrin yang dikutip dari Shahîh Muslim :
ً الر ىج ً
بن
محمد ي َّ اؿ قاؿ ِّ ش ٍوا عن اإلسناد كفتَّ ي رت الفتنةي ىسألي ٍوا ىع ًن كلماَّ ى
ٍ ظه ى
ً
ىس ُّم ٍوا: قالوا،عت الفتنةي ٍ فلما كقى ٌ ، ((لى ٍم يكونػي ٍوا يسألي ٍو ىف عن اإلسناد:س ٍي ًريٍن
ظر إلى أىل البً ىد ًع ً ُّ أىل ً إلى ً
فييػ ٍؤ ىخ يذ حديثيػ يه ٍم كييػ ٍن ي،السنَّة فييػ ٍنظىير ى،لنىا رجالىكم
فالييػ ٍؤخ يذ حديثيهم اىػ
Ketika timbul fitnah mereka bertanya tentang sanad dan memeriksa para
perawinya. Muhammad bin Sirin berkata : “Semula mereka tidak bertanya
tentang isnad. Akan tetapi tatkala terjadi fitnah, para ulama berkata : “Sebutkan
kepada kami para pembawa beritamu”. Kemudian dilihat jika mereka ahli Sunah
diambilah Hadis mereka dan jika mereka ahli bid`ah maka Hadisnya
ditinggalkan. 5
Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa Hadis tidak diterima kecuali disertai
sanad, maka dapat disimpulkan bahwa pada saat itu telah timbul pembicaraan
periwayat mana yang adil dan mana yang cacat ( dalam perkembangan berikutnya
disebut `Ilmu al-Jarh wa al-Ta`dîl) , sanad mana yang terputus (munqathi`) dan
mana yang bersambung (muttashil), dan cacat (`illat) yang tersembunyi,
sekalipun dalam taraf yang sederhana karena pada masa itu masih sedikit sekali di
antara periwayat yang cacat keadilannya.
Kemudian Ilmu Hadis menjadi berkembang banyak seperti ketika ahli
Hadis membicarakan tentang daya ingat para periwayat (dhâbith) kuat apa tidak,
bagaimana metode menerima Hadis (tahammul) dan menyampaikan (adâ‟) Hadis,
nâsikh dan mansûkh, kata-kata yang sulit dipahami dalam Hadis (kemudian
disebut Ilmu gharîb al-Hadîts), dan lain-lain. Akan tetapi aktifitas seperti itu
5
al-Nawawiy ( w. 676 H), Shahih Muslim bi Syarh al-Nawawî…, Juz 1, Mukaddimah, h.
103
16
Pada abad ketiga ini pula telah lahir para penulis buku-buku Ilmu Hadis
dalam bentuk berdiri sendiri-sendiri secara terpisah-pisah dan belum menyatu
berdiri sendiri sebagai Ilmu Hadis yang utuh di antaranya :
4. al-Qadhiy `Iyâdh bin Musa al-Yahshubiy (w. 544 H)menulis العلم الى
ي
َّ الرىكاية كتىػ ٍقيًي يد ً أص ً
الس ىم ًاع ِّ وؿ ىم ٍع ًرفىة ي (al-Ilmâ` Ila Ma`rifah Ushul al-
Riwâyah wa Taqyîd al-Samâ`),
5. Abu `Amr Utsmân bin `Abd al-Rahman al-Syahrazûriy yang dikenal Ibn
al-Shalâh (w. 643 H) menulis kitab الحديث علوـ (`Ulûm al-Hadîts)
6. Zain al-Dîn Abd al-Rahîm bin al-Husayn al-`Irâqiy (w. 806 H) menulis
kitab الد ىرًر فً ٍي ًعل ًٍم اٍألىثىر
ُّ ٍم
نىظ ي (Nazhm al-Durar fî `Ilmi al-Atsar)
18
10. Muhammad Jamal al-Dîn al-Qâsimiy (w. 1332 H) menulis kitan قىواى ًعد
َّح ًديٍث
ٍ الت (Qawâ`id al-Tahdîts).
Rangkuman
GLOSARIUM
Hadis : berita yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw baik berupa
perkataan, perbuatan dan persetujuan
Ilmu Hadis : ilmu yang mempelajari tentang kaedah-kaedah (qawanin) untuk
mengetahui keadan perawi dan yang diriwayatkan.
Matan : Beberapa lafazh Hadis yang membentuk beberapa makna.
19
BAB II
CARA MENERIMA DAN MENYAMPAIKAN HADIS
(TAHAMMUL WA ADÂ’ AL-HADîTS)
Kompetensi Dasar :
Memahami beberapa cara penerimaan dan penyampaian Hadis
(Tahammul wa adâ’ al-Hadîts) dan lafal-lafal yang digunakan untuk
meriwayatan Hadis.
Indikator :
Siswa mampu ;
1. Menjelaskan macam-macam cara penerimaan riwayat Hadis
20
Berikut ini contoh Hadis yang masih lengkap sanad dan matannya dari
kitab Shahîh al-Bukhariy mari kita baca teks Hadis ini :
kepadaku, ً
سمع = ia mendengar dan ت ً
سم ٍع ي = aku mendengar . Menyampaikan
periwayatan disebut adâ‟ dan menerima periwayatan Hadis disebut dengan
21
ِ بطزيك مه طُ ُز
ق انتَح ُّم ِم ٍ أَ ْخ ُذ انحذيث َ تَهَمِّ ْي ًِ عه انشّيخ
Mengambil dan menerima Hadis dari seorang syeikh dengan cara tertentu dari
beberapa cara penerimaan. 7
Atau secara singkat dikatakan dalam Ilmu Mushthalah al-Hadis :
6
Majma` al-Lughah al-`Arabiyah, al-Mu`jam al-Wajîz, (Mesir : al-Hay‘ah al-`Âmmah li
Syu‘ûn al-Mathâbi` al-Amîrîyah, 1998), h. 172
7
M. `Ajâj al-Khathîb, al-Mukhtashar…, h. 87
22
Menurut mayoritas ulama anak kecil yang belum baligh boleh atau syah
menerima Hadis, asal sudah mumayyiz ( paham berkomunikasi ) Sebagaimana
yang dilakukan para sahabat dan tabi`in menerima periwayatan dari sahabat
yang masih kecil seperti Hasan Husain, Ibn `Abbas, dan lain-lain.8 Pendapat
yang kuat anak sudah mumayyiz artinya sudah terampil dalam berkomunikasi
dan mampu menjawab ketika ditanya sekalipun usianya di bawah 5 tahun. Ibnu
Katsir dalam bukunya al-Ba‟its al-Hatsits fi Ikhtishar „Ulûm al-Haîtis 1/13
mengungkapkan sebagai berikut :
Anak kecil dan orang kafir boleh saja tahammul baik dalam syahadah
maupun dalam menerima khabar, tetapi ketika adâ (menyampaikan periwayatan)
harus sudah baligh dan beragama Islam. Anak kecil ketika yang ikut hadir di
majlis sebelum berumur 5 tahun disebut al-Hudhûr dan setelah berusia tersebut
disebut al-Samâ‟(menerimna Hadis dengan cara mendengar). Dasarnya Hadis
Mahmud bin al-Rabî‘ di atas.
8
M. `Ajâ al-Khathîb, al-Mukhtashar…, h. 88
23
ًً و
.ين كىػ ىػو ابػ يػن أرب ػ ًع س ػن ى: كفػػي ركايػػة،ماع كالٍ يحضػػوًر ً الس ػَّ فرق ػان بػػين
ٍ جعليػوهي
فى ى
ػين الدابَّػ ًة كقػػاؿ بع ي.اظ بً ًس ػ ٌن التميي ػ ًزً كض ػبَّطىو بع ػ الٍح َّف ػ
أف ي ىف ػ ِّر ٌؽ بػ ى:ض ػهم ي ي
ً ت: كقاؿ بع الناس.كالحما ًر
كقػاؿ.ين ىسػنىةن السماعي إتَّ بع ىد العش ًر ى
َّ ينبغي ي
،ػدار فػي ذلػك كلِّػ ًو علػى التَّ ًم ٍييػ ًز كالم ي. ثىالثيػ ٍو ىف: كقػاؿ آخ يػرٍك ىف.عشر ه: بع ه
.ب لو ىس ىماعه ً ً ُّ الص ً فمتى كاف
بي يىػ ٍعقل يكت ى
Mereka membedakan antara sekedar hadir dan al-Samâ‟. Dalam satu
riwayat anak yang dapat diterima al-Samâ‟ adalah berusia 4 tahun, sebagian
hufazh mendefinisikan telah mencapai usia tamyîz (sudah pandai membedakan),
dan sebagian mereka, telah membedakan antara binatang dan keledai.
Sebagain ulama ulama tidak menerima al-Samâ‟ melainkan setelah berusia 20
tahun, sebagian berpendapat 10 tahun dan ulama lain berpendapat 30 tahun.
Intinya anak tersebut sudah mumayyiz , bila anak kecil telah mengerti dan
paham ditulis sebagai Samâ‟.
Cara atau metode Tahammul Hadis tidak dapat dipisah-pisahkan dari
Adâ‟, karena ibarat transaksi dua orang, keduanya harus ada. Metode tahammul
berarti juga metode adâ‟ dalam Hadis. Metode Tahammul dan Adâ Hadis ada 8
macam : yaitu metode al-Samâ` (mendengar), al-Qirâ‟ah (membaca), al-Ijâzah
(ijazah), al-Munâwalah (memperoleh catatan dari guru langsung), al-Mukâtabah
(menerima kiriman catatan dari seorang guru), al-I`lâm (pemberitahuan), al-
Washîyah (wasiat), dan al-Wijâdah (menemukan tulisan guru). Seblum masuk
pada pembahasan berikut ini gambaran secara global tentang metode tahammul
wa adâ‟ al-Hadis: Untuk membantu pemahaman dan ingatan berikut di bawah
ini dioberikan gambaran singkat dalam bentuk peta :
24
الس ىماع.
القراءة.2
َّ 1
الوجادة.8
اإلجازة.3
طرؽ التحمل
اإلعالـ.7 المكاتبة.4
كأداء االحديث
الوصية.6 المناكلة.5
ً لشخه أك أكثىػر
بركاية بع ً ىم ٍر ًكيَّاتًو و كسماحوي ً إ ٍذ يف
العالم
ى ي
Izin seorang alim kepada seorang murid atau lebih untuk meriwayatkan
sebagaian periwayatannya baik secara ucapan atau tertulis.9
Misalnya, ucapan seorang syeikh kepada muridnya : ― Aku ijazahkan
kepadamu untuk meriwayatkan dari padaku Shahîh al-Bukhârî.‖ Dalam
metode ijazah biasanya tidak dibacakan atau dibacakan sebagian saja dari isi
kitab tersebut. Metode Ijazah ini memiliki beberapa syarat, di antaranya
seorang murid ahli atau layak menerima Ijazah, adanya kemampuan
memahami apa yang diijazahkannya, dan naskah murid hendaknya
dipaparkan sesuai dengan aslinya.
4. Metode al-Munâwalah (pemberian)
Maksud metode ini adalah seorang Syeikh memberikan sebuah lembaran/
catatan/ sebuah kitab yang berisikan Hadis kepada muridnya tanpa ada perintah
meriwayatkan. Misalnya seorang Syeikh hanya mengatakan :
اعت ًى عػن ف و
ػالف ً
b. = ىػذا م ٍػن ىس ىػم ىIni dari apa yang saya dengar dari si
Fulan. Lantas diriwayatkan oleh muridnya.
9
M. `Ajâj al-Khathîb, al-Mukhtashar…, h. 92
26
ص وة ً ً ً ً
الحديث كتىػ ٍبل ٍيػغيوي لغيره بًصيى وغ ىم ٍخ ي
ص ٍو ى ركايةي
Meriwayatkan Hadis dan menyampaikannya kepada orang lain dengan
menggunakan bentuk kata tertentu.
Definisi lain dikemukakan dalam Ilmu Mushthalah al-Hadîts :
ً
إبالغيوي إلى الغي ًر:الحديث ً ٍ ىو تبلي يغ ال: األداء
أدائيوي أداءي
حديث ك ى ي
حدثنيَّ : فال يب يد يؿ،صيى ًغ اٍألى ىد ًاء
ً الحديث كما س ًمعوي حتَّى في
ى ى ى كييػ ىؤ ِّدم
10
Majma` al-Lughah al-`Arabîyah. Al-Mu`jam al-Wajîz, h. 10
28
ً
نيًق ىل عن،تختالؼ معنىاىا في اتصطالح نحوىا
سمعت أك ي ي بأخبىػ ىرني أك
َّ ،حدثني
،كحدثنا َّ :يخ في قولو َّ ظ
ً الش اَّتبً ٍع لف ى:اإلماـ أحم ىد أنو قاؿ
اىػ. كت تىػ ٍع يده، كأخبىرنا،كسمعت
ي
Adâ‟ adalah menyampaikan Hadis dan meriwayatkannya Sedangkan Adâ‟ al-
Hadîts adalah menyampaikan Hadis kepada orang lain dan meriwayatkannya
sebagainana ia mendengar sehingga dalam bentuk-bentuk lafal yang digunakan
dalam periwayatan. Tidak boleh lafal َّ
حدثني diganti dengan أخبػىرىني atau
ت
سمع ي atau persamaannya karena berbeda makna dalam istilah. Diriwayatkan
dari Imam Ahmad, ia berkata : Ikutilah lafalnya syeikh yang digunakan dalam
periwayatan pada perkataan َّ , حدثنا
حدثني َّ , ت
سمع ي, dan أخبرنا jangan
engkau lewatkan.
Dalam adâ‟ harus disebutkan ungkapan atau bentuk kata yang digunakan
penyampaian Hadis, karena ungkapan ini mempunyai makna tersendiri bagi para
peneliti Hadis yang menunjukkan validitasnya. Tidak boleh menggantikan
lambang-lambang periwayatan yang telah dipakai oleh guru-gurunya, tidak boleh
kata haddatsanâ diganti dengan akhbaranî dan seterusnya.
Mayoritas ulama Hadis, ulama Ushul, dan ulama Fikih sepakat bahwa
syarat-syarat penyampaian Hadis(Adâ‟ al-Hadîts) sebagai berikut :
1. Muslim (beragama Islam).
Orang kafir tidak diterima dalam menyampaikan Hadis sekalipun diterima
dalam tahammul. Dalam menerima Hadis bagi ortang kafir syah saja karena
hanya menerima tidak ada kekhawatiran kecurangan dan pendustaan, berbeda
dengan penyampaian.
2. Baligh (dewasa)
Pengertian dewasa maksudnya dewasa dalam berpikir bukan dalam usia
umumnya. Dewasa di sini diperkiraan berusia belasan tahun yang disebut
remaja dalam perkembangan anak. Usia remaja adalah usia kritis dalam
berpikir dan lebih konsisten dalam memelihara Hadis. Berbeda usia anak
kecil yang ditakutkan bohong. Anak kecil terkadang suka bohong, karena
tidak ada hukuman bagi anak kecil yang menyimpang. Kecuali jika milieu
sosial dan keluarganya terbina baik dengan pembiasaan kejujuran. Setelah
anak dewasa baharu ada penerapan hukum perintah dan larangan.
3. Aqil (berakal)
Syarat berakal sangat penting dalam penyampaian Hadis, karena hanya orang
berakallah yang mampu membawa amanah Hadis dengan baik. Periwayatan
seorang yang tak berakal, kurang akal, dan orang gila tidak dapat diterima.
29
4. `Adâlah (adil)
Adil adalah suatu sifat pribadi taqwa, menghindari perbuatan dosa (fasik)
dan menjaga kehormatan dirinya (murû‟ah). Sebagai indikatornya seorang
yang adil dapat dilihat dari kejujurannya, menjauhi dosa-dosa besar dan kecil,
seperti mencuri minum dan lain-lain. Tidak melakukan perbuatan mubah
yang merendahkan kehormatan dirinya, seperti makan di jalanan, kencing
berdiri dan bercanda yang berlebihan.
5. Dhâbith (kuat daya ingat)
Arti dhâbith adalah kemampuan seseorang dalam memahami dan mengingat
apa yang ia dengar. Seorang perawi mampu mengingat atau hapal apa yang ia
dengar dari seorang guru pada saat menyampaikan Hadis. Atau jika dhabith
dalam tulisan, tulisannya terpelihara dari kesalahan, pergantian, dan
kekurangan.
5) قاؿ لًى
ى = Si Fulan berkata kepadaku
عليػو ً
3) " ٍ " ح ٌدثنا ق ىػراء نة = Ia memberitkan kepada kami dengan membaca
di hadapannya.
c. Metode al-Ijâzah
Lambang ungkapan tahammul dalam metode Ijazah ini yang diperbolehkan
hanya ijazah kepada orang tertentu yang jelas identitasnya untuk
meriwayatkan Hadis tertentu, misalnya :
صحيح البخارل
ى ك
أج ٍزتي ى
“ = ىAku ijazahkan kepadamu kitab Shahîh al-
Bukhariy”.
Jika ijazah ditujukan kepada orang yang tidak jelas identitasnya
sekalipun kitab Hadisnya jelas atau orang yang akan diijazahi jelas tetapi
Hadisnya tidak jelas, tidak dapat diterima. Pada umumnya majlis metode al-
Simâ` dan al-Qira‟ah Hadisnya dibaca di majlis Syeikh, sedang dalam
metode Ijazah tidak dibacakan Hadisnya.
Beberapa lambang ungkapan adâ‟ al-Hadîs sebagai berikut ;
3) أخبرنػا إجػازنة
ى = Si Fulan memberitakan kepada kami dengan ijazah
(metode ijazah bercampur dengan metode al-Qira‟ah)
از لىػو م ٍػنإنَّ ىما يى ٍستى ٍح ًس ين اإلجازةي إذا كاف الٍ يم ًج ييز عالمان بما يي ًج ٍيػ يز كالٍ يم ىج ي
س ىحػاجتً ًه ٍم ً علم ًلم ىُ ًسػ ٍي ً ٍأىل ال
تأى يل لو ي َّ خيه يى ً أى ٍى ًل
ُّ العلم ألنَّها
توس هع كتىػ ٍر ه
اسً كح ىك ػاهي أبػػو العبَّػفجعلػػوي شػ ٍػرطنا فيهػػا ى ػك ى ض ػ يه ٍم فػػي ذلػ ى
كبػػال ىغ بع ي.إليه ػا
ى
32
ظ أبػو كق ى. الوليػد بػن بكػر الٍ ىمػالً ًكي عػن مالػك رضػي اهلل عنػو
ػاؿ الحػاف ي
اله ٌُنىاعػ ًة كفػي ش و
ػيء معػيَّ ون ت تجوز إتَّ لً ىمػاى ور بً ِّ ى
الصحيح أنَّػ ىها ت ي
ي :عي ىمر
.إسناده كاهلل أعلم
يى ٍش يكل ي
Sesungguhnya ijzaha dinilai bagus jika orang yang memberi ijazah
mengetahui materi yang diijazahkan dan orang yang menerima ijazah
tergolong ahli ilmu, karena ijazah itu kelonggaran dan kemurahan (dispensasi
) dilakukan ahli ilmu karena sangat dibutuhkan. Sebagian ulama yang
berahtihati demikian itu dijadikan syarat dalam ijazah. Abu al-Abbas al-
Walîd bin Bakar al-Mâlikiy mencerutakannya dari Malik. Al-Hafizh Abu
Umar berkata : Menurut pendapat yang shahih bahwa ijazah tidak
diperbolehkan kecuali bagi orang yang mahir melakukan dan pada sesuatu
yang ditentukan sehingga tidak sulit menyandarkannya.
Contoh periwayatan Ijazah dalam Kitab al-Sunan al-Shaghîr karya
al-Bayhaqiy 6/24 :
d. Metode al-Munâwalah
33
اض ػي أحم ػ يد بٍ ػ ين إسػػحا ىؽ ب ػ ًن بىػ ٍهلي ػ ٍووؿ حػ َّػدثىن ًي أبً ػ ٍي يمنى ىاكل ػةن ىع ػن ً حػ َّػدثنىا الٍ ىق
ً
البهلوؿ يعقوب ب ًن إسحا ىؽ ب ًن و بن ب ب ًن ىش ًريٍ و ً َّالٍ يمسي
يوسف يي ك ح كحدثنا
ش عػن أبػي يسػ ٍفيا ىف عػن جػاب ور ً ب بػ ًن شػريك عػن األى ٍع ىمػ ً َّنا ىج ِّد ٍم نا المسي
ػوء إنٌمػػا كػػاف ذلػػك الصػالةً إعػادةي كضػ و َّ ك فػػي ضػ ًح ى
ى ػيس علىػى ىمػ ٍن ى لػ ى: قػػاؿ
خلف رسوؿ اهلل صلى اهلل عليو ك سلم ضحكوا ى ً لوى ىُـ حين
ٍ
Memberitakan kepada kami al-Qadhiy Ahmad bin Ishak bin Bahlul,
memberitakan kepadaku aayahku secara munawalah dari am-Musayyab bin
Syarîk (pindah sanad) memberitkan kepada kami Yusuf bin Ya`qub bin Ishak bin
al-Bahlul memberitakan kepada kami kakek saya memberitakan kepada kami al-
Musayyab bin Syarik dari al-A‟masy dari Abu Sufyan dari Jabir berkata : “Tidak
ada atas orang yang tertawa dalam shalat mengulangi wudhunya. Sesungguhnya
demikian itu bagi mereka ketika tertawa di belakang Rasulillah saw” (HR. al-Dâr
Quthniy)
Kalimat : Memberitakan kepada kami al-Qâdhiy Ahmad bin Ishâq bin Bahlûl
memebritakan kepada kamu ayah saya secara munâwalah dari al-Musayyab bin
Syarîk
e. Metode al-Mukâtabah
Lambang ungkapan adâ‟ al-Hadîts, adakalanya dengan ungkapan yang
tegas, misalnya :
ػك بٍ ػ ًن عي ىم ٍي ػ ور قىػ ى
ػاؿ ً حػ َّػدثىػنىا مح َّم ػ يد بٍػػن ىكثًي ػ ور أى ٍخبػرنىػػا س ػ ٍفيا يف ىعػػن ىع ٍبػ ًػد الٍملًػ
ى ٍ ىى ي ى ي يى ى
ػاؿ
ػاؿ قىػ ى ػب إًلىػى ابٍنً ًػو قى ى ًً ً
ىح َّػدثىػنىا ىع ٍبػ يد ال َّػر ٍح ىم ًن بٍ يػن أىبػي بى ٍك ىػرةى ىع ٍػن أىبيػو أىنَّػوي ىكتى ى
ً ً ً رسػ ي
ص ػلَّى اللَّػػوي ىعلىٍيػػو ىك ىس ػلَّ ىم ىت يىػ ٍقضػػي ال ى
ٍح ىكػ يػم بىػ ٍػي ىن اثٍػنى ػ ٍػي ًن ىك يىػ ىػو ػوؿ اللَّػػو ى ىي
ضبىا يفٍ غى
Memberitakan kepada kami Muhammad bin Katsîr Memberitakan kepada
kami Sufyan dari Abdul Malik bin Umayr, ia berkata ; memberitakan
kepada kami Abdur Rahman bin Abi Bakrah dari ayahnya bahwa ia
menulis kepada anaknya berkata Rasulullah saw bersabda : Seorang
hakim tidak boleh memutuskan antara dua orang sedangkan ia sedang
marah” (HR. Abu Dawud).
f. Metode al-I’lâm
Lambang ungkapan adâ‟ al-Hadîts dengan menggunakan :
ً أ ٍعلىمنًى
شيخ ٍى بكذا ى = Syeikhku memberikan informasi kepadaku begini ..‖
محمد حدثَّن ًي محمػ يد ب يػن أبػي بكػ ًر بٍػ ًن ىحػ ٍزوـ عػن محم وػد و اىيم بٍ ين
أ ٍخبىػ ىرنىا إبر ي
: ػافً ت حارثػةى بػن النعم
ى سع ود ب ًن ىزر ىارةً عػن أـ ًى ى
ً شػ ًاـ بًٍنػ ً
ٍ بٍ ًن عبد الرحم ًن بٍ ًن
ػوـ ػ ي ا ػ ه ً
ب أػر ق ي ػاؿ إبػراىيم كت أىعلىمنػ ًي إتَّ سػمعت أبػاى ب ٍكػ ور ًُ بػ ًن ح و
ػزـ مثليػوي ق ى
ى ى ىى ي ٍ ى ي
ػمعت محمػ ىد ب ػ ًن أبػػي بك ػ ور يىقػ ىػرأ ب ًه ػا اىيم سػ ي ػاؿ إب ػر ي الجمعػ ًػة ًُ علىػ ىى المنب ػ ًر قػ ى
ي
ً
المدينة علىى المنبىر قاض علىى كىو يومئً وذ و
Berkata Ibrahim dan ia tidak memberi tahu kepadaku kecuali aku mendengar
Abu Bakat bin Hazm yang membecakannya pada hari Jumat…
g. Metode al-Washiyah
Bentuk ungkapan adâ‟ al-Hadîts :
35
h. Metode al-Wijâdah
Hukum periwayatan dengan wijâdah termasuk bab munqathi` (terputus
sanad), tetapi juga ada unshur muttashil. Bentuk ungkapannya :
1) ط و
فالف كذا ٌ كجدت بخ
ي = Aku dapatkan pada tulisan si Fulan begini.....,
2) ط و
فالف كذاى ٌ أت بخ
قر ي = Aku membaca pada tulisan si Fulan begini…...
13
al-Suyûthiy, Tadrîb al-Râwiy, Juz 2, h. 104
36
yang kami ingatkan pada akhir pembahasan ini. Jika demikiaan itu dan
sesamanya tidak didapatkan, katakanlah : Telah sa,mpai kepada saya dari si
Fulan bahwa ia menyebutkan begini begini.. Atau : Aku dapatkan pada
naskah kitab si Fulan dan sesamanya..Al-Syafi‟i dan segolongan ashhabnya
membritakan bolehnya mengamalkan metode ini (wijâdah).
Contoh metode wijâdah dalam kitab Sunan al-Bayhaqiy al-Kubrâ
2/11 sebagai berikut:
Rangkuman
5.
=dibacakan di hadapannya
Jelaskan perbedaan beberapa
حدثنا قًراءة عليو
ٍ lafal نadâ ٌ
ىal-Hadîts = memberitakan kepada kami
berikut ini menurut ulama
dengan cara membaca
mutaakhkhirin : du hadapannya
ًأجاز ل
حدثنى/ فالٌدهفثنا
3. al-Ijâzah ;
ح, ىخبرناى Si Fulan memberi ijazah kepadaku ح ٌدثىنا إجازةن
أ ى/ =ىخبرنى أ, أنبأنا/ أىنبأنىdan قاؿ لى
=memberitakan kepada kami dengan cara iazah
4. al-Munâwalah ; از لًى ً = نى ىاكلىIa memberikan kepadaku dan memberi
Tugas ٍ كأج ىنى ى
izin kepadaku
Jelaskan makna beberapa َّ =adâia yang
نا مناكلةنlafal
حدثى memberikan kepada dan
digaris bawahi kamijelaskan
secara munawalah
pula metode
yang digunakan dan dalam contoh Hadis berikut :
= أ ٍخبىػرنا يمناكلةن كإجازةنia memberikan kepada kami secara munawalah dan
ًى
قاؿ
ijazah ي بر ج ً
ن ب اهلل حدثنا شعبةي قاؿ أ ٍخبىػ ىرني عب يد اهلل ب ًن عبد الولي ًد ى
َّ قاؿ ٍ حدثنىا أبو َّ
ػب األنصػا ًر كآيػ
5. ةيal-Mukâtabah; ً ب الى َّي
ُّ إليماففالحهف قاؿ=آيكتىةي اٍى كسلمmenulis فالا هفعنأكالنبي صلى
اهلل عليوkepadaku س س ح ٌدثىينى
معت أنى ن
Si Fulan
ً
أخبرنى كتابةن =memberutakan kepadaku)البخارم أخرجوkitabah
dengan cara ( ًُ فاؽ بغ ي األنصار ً ِّالن
6. al-I`lâm ; شيخى بكذا ً = أ ٍعلىمنًىSyeikhku memberi tahu kepadaku begini
ٍ ى
GLOSARIUM
BAB III
MACAM-MACAM HADIS BERDASARKAN
JUMLAH PERAWINYA
Kompetensi Dasar :
Menjelaskan, pengertian, syarat-syarat , macam-macam dan contoh Hadis
mutawâtir serta menjelaskan pengertian dan klasifikasi Hadis âhâd
Indikator :
Siswa mampu :
1.Menjelaskan pengertian dan syarat-syarat Hadis Mutawâtir
2.Menyebutkan macam-macam Hadis Mutawâtir
3.Menyebutkan contoh Hadis Mutawâtir
4.Menjelaskan pengertian Hadis Âhâd
5.Menyebutkan klasifikasi Hadis Âhâd
6.Menyebutkan contoh Hadis Âhâd
A. Hadis Mutawâtir
1. Pengertian dan syarat-syarat Mutawâtir
Mutawâtir dalam bahasa Arab dari kata :
14
Al-Suyuthiy, Tadrîb al-Râwiy…, Juz 2, h. 255
15
Baharu diartikan wujudnya sesuatu setelah tidak ada atau diciptkan, tidak wujud dengan
sendirinya.
41
…...…...…………………
…….
..………………………
…………………………
……………..
..………………………
………………..………..
……….............................
..…………………………
…………………………
..………………………………
…………………………………
…………….
Lingkaran oval berisikan banyak titik-titik menunjukkan banyak orang
dalam suatu tingkatan. Mislanya Hadis diterima di kalangan sahabat sejumlah
banyak, di kalangan tabi‘in juga banyak, demikian juga di kalangan tabi‘ tabi‘in
dan generasi berikutnya. Banyaknya sampai tingkat tidak mungkin menurut
kebiasaan mereka sepakat bohong.
42
كؼ الٍ ىف ًقيػػوي ا ًإل ٍسػ ىف ىرائًينً ُّى بً ىهػػا أى ٍخبػرنىػػا أىبػو الٍحسػ ًن مح َّمػ يد بػػن أىبًػػى الٍمعػػر ً
ىٍي ىى ي ى ى ي ى ٍ ي
يم بٍ يػن السلى ًمى أىنٍػبأىنىػا أىبػو مسػلً وم إًبػػر ً
اى ُّ اعيل بن نيجي و
د أىنٍػبأىنىا أىبو عم ورك إًسم ً
ى ي ٍ ٍ ي ي ى ُّ ٍ ى ي ٍ ى ي ىٍ ٍ ى ي
ٍح ًمي ًػد بٍػ ًن ىج ٍع ىفػ ور ىع ٍػن يى ًزيػ ىد بٍػ ًن أىبًػى ً ً ً ً
ىع ٍبد اللَّو ىح َّدثىػنىا أىبيو ىعاص وم ىع ٍن ىع ٍبػد ال ى
ػوؿ اللَّػ ًػو - ػاؿ ىر يس ي ػب ىع ٍػن ىع ٍمػ ًرك بٍػ ًن ال ىٍولًي ًػد ىع ٍػن ىع ٍبػ ًػد اللَّ ًػو بٍػ ًن ىع ٍمػ ورك قى ى
ىحبًي و
ب ىعلىػػى يمتىػ ىع ِّم ػ ندا فىػلٍيىتىبى ػ َّػوأٍ ىم ٍق ىع ػ ىدهي ًمػ ىػن صػػلى اهلل عليػػو كسػػلم : -ىمػ ٍػن ىك ػ ىذ ى
النَّا ًر.
Dalam Sunan al-Turmudiîy 9/262 :
ػوؿ اهلل صػلى اهلل عليػو كسػلم يىػ ٍرف يػع ي ىديٍػ ًو فػػي
ػت رس ى ػاؿ رأي ي عػن أن و
ػس ق ى
)بياض إبٍطىٍي ًو (أخرجو مسلم ً ُّ
الدعاء حتى ييػ ىرل ي
Dari Anas ra berkata : Aku melihat Rasulullah saw mengangkat kedua
tangannya dalam berdo‟a sehingga terlihat keputih-putihan ketiaknya”. (HR
Muslim)
Dalam Hadis lain Nabi saw mengangkat kedua tangan ketika berdo‘a qunut
sebagaimana berikut :
16
Al-Suyuthiy, Tadrîb.. h. 258-259
17
Al-Mas‘ûdiy, Minhat al-Mughîts…., , h. 12
44
طر اإلنس ػػا يف إل ػػى ٍ أم الٍ ًيق ٍين ػ َّػي ال ػػذم يى،كرم
ُّ ضػ ػ َّ الضػ ػ ير ً الٍمت ػػواتًر يفيػ ػ يد
َّ الع ٍلػ ػ ىم ي ى ي
رد يد فً ػ ٍي بنفس ػ ًو كيػ ى
َّ ػف ت يتى ػ ً ػاى يد اٍألم ػر ً ػديق بػ ًػو تىص ػديقان جازم ػان ىكم ػن يشػ
ً التَّصػ
ٍى ى ٍي ى ٍ
المتواتر كلُّوي مقبػوتن كت ىحاجػةى ي لذلك كاف ى.ك الخبىػ ير الٍ يم ىتواتًر ف ىكذلً ى،تصديًٍقو
ً
ً أحواؿ رك
.اتو ً ث عن ً إلى الٍب ٍح
يى ى
Hadis mutawâtir memberi faedah ilmu dharûrîy (pengetahuan secara yakin)
yang mengharuskan manusia untuk membenarkan dengan mantap, saperti orang
yang melihat sesuatu secara langsung, dia tidak ragu membenarkannya. Oleh
karena itu mutawâtir seluruhnya diterima tidak perlu penelitian sifat-sifat para
perawnya.
Contoh mutawâtir yang mudah dipahami ; seperti pemberitaan tentang
adanya ka‘bah di Mekkah yang diberitakan banyak orang dari generasi ke
genarasi. Bagi sebagian orang yang belum pernah berangkat ke tanah suci
Mekkah al-Mukarramah tentu membenarkannya, karena banyaknya orang yang
memberitakannya. Berbeda jika yang memberitakannya tidak banyak, maka perlu
penelitian sifat-sifat pemberitanya sebagaimana nanti dalam Hadis Âhâd.
B. Hadis Âhâd
1. Pengertian
ط ال يٍمتواتًر
مالى ٍم يى ٍج ىم ٍع يشرك ى
Hadis yang tidak memenuhi beberapa persyaratan Hadis mutawâtir.
Jumlah periwayat Hadis âhâd tidak banyak seperti Hadis mutawâtir, ia
hanya diriwayatkan oleh satu, dua, tiga dan atau empat atau lebih tetapi tidak
mencapai mutawâtir. Hadis âhâd memberi faedah ilmu nazhariy, artinya ilmu
yang diperlukan pengamatan dan penelitian kembali, tentang sifat-sifat
kredibilitas perawinya. Hadis âhâd inilah yang memerlukan penelitian secara
cermat apakah para perawinya adil dhabith atau tidak, sanadnya muttashil
(bersambung) atau tidak, dan seterusnya yang nanti dapat menentukan tingkat
kualitas shahih, hasan, dan dha`if. Berbeda dengan Hadis mutawâtir, ia tidak perlu
diadakan penelitian sifat-sifat perawinya karena dengan jumlah banyak yang tidak
mungkin sepakat bohong itu sudah cukup dijadikan dalil kebenarannya.
Mayoritas ulama berpendapat, bahwa Hadis âhâd wajib diamalkan jika
memenuhi persyaratan shahih. Hadis âhâd memberi faedah zhann (dugaan kuat)
kebenarannya dan wajib diamalkan.
46
ػاد كلكػ ٍػن يقػػب ي الٍ ًع ٍلػ ىم ً اعػا يػ ٍنتى ًزعيػوي ًمػن العبػ ً ً
إف اهللى ت يىػ ٍقػبً ي الٍع ٍلػ ىم انٍتز ن ى
َّ
سػئًليوا ف
ى ت
ن ا ػ ه
َّ ج ا ػ س ك ءر اس ػَّ
ن ال ذ
ى ػ خ ات ا
ن عالم ق ً ب ػ ي لم إذا حتى ً بًىقب ً الع
لماء
ي ي ن ٍ ي يي ٍ ي َّ ٍ
) (أخرجو البخارم.ضلُّ ٍوا علم فضلُّ ٍوا كأى ى
فىأفٍػتىػ ٍوا بغي ًر و
Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu yang dicabut dari para hamba-Nya,
akan tetapi Dia mencabut ilmu dengan wafatnya para ulama. Sehingga ketika
sudah tidak tersisa seorang alim, manusia mengangkat para pimpinan yang
bodoh, mereka ditanya kemudian menjawab dengan fatwanya tidak didasari
ilmu, mereka sesat dan menyesatkan. (HR. Al-Bukhari)
Hadis di atas masyhûr di tingkat sahabat, karena diriwayatkan 3 orang
sahabat, yaitu Ibn `Amr, `Aisyah, dan Abu Hurayrah. Sedangkan pada sanad
di kalangan tabi`in lebih dari 3 orang. Hadis masyhur bisa jadi terjadi pada
satu atau dua tingkatan sanad saja atau pada seluruh tingkatan sanad.
Hukum Hadis masyhûr bergantung kepada hasil penelitian atau
pemeriksaan para ulama. Sebagain Hadis masyhûr ada yang shahih, sebagian
hasan, dan sebagian lagi ada yang dha`if, bahkan ada yang mawdhu`. Namun,
memang diakui, bahwa ke-shahihan Hadis masyhûr lebih kuat dari pada ke-
shahihan Hadis `azîz dan gharîb yang hanya diriwayatkan oleh satu atau dua
orang periwayat saja.
Dalam kitab Tawjîh al-Nazhar ila Ushûl al-Atsar karya al-Jazâiriy : 1/114
disebutkan
47
NABI SAW
A A A
B B B
C C C
D D D
b. Hadis `Azîz
Dari segi bahasa kata `Azîz berasal dari kata : ع َّػز ع ًّػزا فهػو ىع ًزيٍػ هػز
يىػ ًع ًُ ًُ ًُ ًُ ًُ ًُ ًُ ًُ ًُ ُّز yang berarti sedikit dan langka. Hadis dinamakan
`Azîz ( langka, sedikit, dan kuat ) karena sedikit periwayatnya atau langka
adanya.
Dari segi istilah definisinya, sebagai berikut :
49
طبقة كاحدةو
ط كلىو في و ً
ٍ ُّ يىو ىما ركاهي اثٍػنىاف ف ىق
Yaitu Hadis yang diriwayatkan dua orang saja sekalipun dalam satu
tingkatan sanad.
Maksud definisi di atas, bahwa Hadis `Azîz adalah Hadis yang
diriwayatkan oleh dua orang periwayat pada salah satu atau sebagian tingkatan
(thabaqât) sanad. Misalnya periwayat dua orang hanya di tingkatan sahabat
saja atau hanya pada tingkatan tabi‘in saja atau keduanya. Misalnya sabda
Nabi saw :
NABI SAW
JAMA’AH
50
NABI SAW
A A
B B
B
C C
C
D D
Sebuah Hadis dari Nabi diriwayatkan oleh 2 orang sahabat yakni A dan
A pada lingkaran pertama generasi sahabat, diriwayatkan oleh 2 orang
perawi pada lingkaran B da B, begitu seterusnya sampai dengan lingkaran D.
Pada denah di atas perawi 2 orang perawi pada seluruh jenjang (thabaqat)
sanad, tetapi hal ini tidak merupakan persyaratan, boleh saja dalam Hadis
Masyhur 2 orang pada sebagian jenjang sanad saja.
c. Hadis gharîb
Hadis yang seorang diri pada periwayatan atau seorang diri dalam
penambahan matan atau pada sanadnya.
Hadis gahrib atau fard ialah Hadis yang terdapat hanya seorang periwayat
dalam satu tingkatan sanad atau pada sebagian tingkatan sanad sedangkan
pada tingkatan yang lain lebih dari satu orang. Misalnya suatu Hadis diterima
di tingkatan sahabat hanya oleh seorang sahabat saja, sedangkan di kalangan
tabi‘in diriwayatkan dua orang dan di tingkat tabi‘ tabi‘in 3 orang. Hadis yang
seperti ini disebut Hadis Gharîb di kalangan sahabat, azîz di kalangan tabi‘in
dan masyhur di kalangan tabi‘ tabi‘in.
Gambaran Hadis Gharîb dalam bentuk denah :
NABI SAW
B.
ينفرد بًو عن را وك معيَّ ون أك خاص وة كأف ىَّ اد مقيَّ ندا بً ًج ىه وة
ماكا ىف اتنًٍفر ي
موصوؼ وُ بالثِّػ ىق ًة
ه ينفرد ًبو را وك
عن أىل بلى ود معيَّ ون أك ى
Hadis yang terjadi infirad (sendirian) pada satu sisi yang khusus, seperti
tersendiri dari sisi perawi tertentu atau penduduk negeri tertentu dan atau
sifat perawi tertentui.
Dengan demikian relativitas Hadis Gharîb Nisbî ini dibatasi pada 3 hal,
yaitu sebagai berikut :
1) Gharîb pada perawi tertentu
Periwayatan Hadis ini dibatasi dengan periwayat Hadis tertentu, misalnya
Hadis dari Sufyân bin `Uyaynah dari Wâ‘il bin Dawûd dari putranya Bakar
bin Wâ‘il dari al-Zuhriy dari Anas bahwa :
Hadis di atas hanya diriwayatkan oleh Dhamrah bin Sa`id dari Ubaydillah
bin `Abdillah dari Abî Wâqid. Di kalangan para periwayat yang tsiqah tidak
ada yang meriwayatkannya selain dia, maka disebut gharâbah dalam
kepercayaan (tsiqah).
3) Gharîb pada negeri tertentu
Sebutan nisbah bi al-balad diberikan kepada Hadis yang hanya
diriwayatkan oleh suatu penduduk tertentu sedang penduduk yang lain tidak
meriwayatkannya. Misalnya Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawûd dari
al-Thayâlisiy dari Hammam dari Abi Qatâdah dari Abi Nadhrah dari Abi
Sa`îd berkata :
يس ىر ً
ً بفاتحة الكتا
َّ ب كما تى أ ًيم ٍرناى أف نىػ ٍقرأى
Kami diperintah membaca Fatihah al-Qur‟an dan apa yang mudah dari al-
Qur‟an.
Al-Hakim berkata : ―Hanya penduduk Bashrah yang meriwayatkan Hadis
tersebut dari awal sanad sampai akhir.‖ Berdasarkan perkataan al-Hakim ini maka
Hadis di atas disebut Gharîb Nisbiy, karena ke-gharîb-annya itu dibatasi pada
ulama Bashrah saja yang meriwayatkannya, ulama dari negara lain tidak ada yang
meriwayatkannya.
Di antara penulis buku yang menyebut Hadis Gharîb adalah
ً
كحديث النه ًي بركاية زيادةو
ً فرد را وك كاح هد بركايتًو أك كالعز ييز كال ىف ٍر يد ما انٍ ى
فرض ً ً و ً تفر ىد ًالوتء كىبتً عن بي ًع
كحديث ى مر كى ع
ي ن اب عن ر دينا بن اهلل دي عب بو َّ و
كل حر أك و
عبد ِّ رسوؿ اهلل صلى اهلل عليو كسلم زكاةى الفط ًر من رمضا ىف على
قات بزياد ىة قولوه منً ِّمالك من الث تفر ىد
َّ المسلمين أنثى من و
ه ى ذكر أك ى
المسلمين
Hadis Azîz atau Fard adalah Hadis yang diriwayatkan oleh satu orang atau
dengan riwayat tambahan, seperti Hadis larangan jual beli dan hibah wala‟ (budak
yang telah dimerdekakan). Hadis ini diriwayatkan secara individu oleh Abdullah
bin Dinar dari Ibnu Umar dan seperti kewajiban zakat fithrah hanya diriwayatkan
oleh Malik dari kalangan orang tsiqah
54
ً ب اٍ ًإليم ً ً
اف تفرد بي كحديث يش ىع ً ٍ ى
يب َّإما فىػ ٍرهد مطل هق كإما فرهد ن ٍس ه
ثم الغر ي
بو أبو صالح عن أبي ىريرة ككحديث ىم ٍس ًح رسوؿ اهلل صلى اهلل عليو كسلم
ُصر ى ً ً َّ يدهً ض ًل رأسو و
ٍ أىل م
تفرد بو ي ٍ بماء غير فى ى
Gharîb (fard) adakalanya mutlak dan adakalanya Nisbiy. Hadis tentang
Syu‟ab al-Imân = Cabang-cabang iman hanya diriwayatkan oleh Abu Shaleh dari
Abu Hurairah sedang Hadis tentang menayapu kepala dengan air yang bukan
kelebihan dari tenagnnya hanya diriwayatkan oleh penduduk Mesir.
Ragam Hadis Gharîb adakalanya pada sanad dan matan, pada sanad saja dan
pada matan saja. Contohnya dapat dilhat pada keterangan di atas.
ً َّماؿ بالني
ات إنما األع ي
Sesungguhnya sahnya segala amal disertai dengan niat.
Hadis ini gharîb pada pokok sanad (di kalangan sahabat yaitu hanya Umar
bin al-Khathab saja yang meriwayatkanya) dan masyhur pada cabang sanad
(dikalangan tabi‘in dan tabi‘in).
Rangkuman
. GLOSARIUM
mutawâtir : Hadis yang diriwayatkan oleh segolongan orang banyak dari
segolongan orang banyak dari permulaan sampai akhir sanad
sehingga menurut kebiasaan diketahui tidak mungkin mereka
sepakat bohong dan Hadis macam ini tergolong yang didapatkan
melalui indra.
Âhâd : lawan Hadis mutawâtir, âhâd berarti individu, artinya para perawinya
tidak sebanyak periwayat mutawâtir .
Masyhur : Hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih sekalipun dalam
satu tingkatan sanad dan tidak mencapai derajat mutawâtir
Aziz : Hadis yang diriwayatkan dua orang saja sekalipun dalam satu tingkatan
sanad
Gharîb : Hadis yang seorang diri pada periwayatan atau seorang diri dalam
penambahan matan atau pada sanadnya
Ilmu dharûriy : ilmu seseorang harus membenarkan secara yakin seperti
seseorang melihat dirinya sendiri
Ilmu nazhariy : ilmu yang diperlukan pengamatan dan penelitian kembali,
misalnya tentang sifat-sifat kredibilitas perawinya
Thabaqat sanad : tingkatan atau generasi sanad seperti generasi sahabat disebut
thabaqat sahabat
57
BAB V
HADIS BERDASARKAN KUALITAS
SANAD
Kompetensi Dasar :
Menjelaskan pengertian, syarat-syarat, klasifikasi dan contoh Hadis shahih,
hasan, dan dha‘if.
Indikator :
Siswa mampu :
1. Menjelaskan pengertian, syarat-syarat, klasifiklasi dan contoh Hadis
Shahih
2. Menjelaskan pengertian, klasifikasi dan contoh Hadis Hasan
3. Menjelaskan pengertian Hadis Dha‘if
4. Menjelaskan Hadis Dha‘if berdasarkan gugur perawi dalam sanad dan
contohnya
5. Menjelaskan Hadis Dhaif berdasarkan cacat perawi dalam sanad dan
contohnya
Pada bab ini dibahas kualitas Hadis âhâd yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya. Karena jumlah periwayat sedikit belum memperkuat kebenaran
berita yang disampaikan. Oleh karena itu perlu didukung sifat-sifat periwayat dan
matannya yang kredibel, sehingga berita itu dapat diterima/makbul. Hadis âhâd
dilihat dari segi kualitasnya dapat terbagi menjadi Shahih Hasan dan Dha‘if.
Shahih berarti diduga kuat, bahwa benar-benar berita itu dari Nabi, Hasan berarti
diduga kuat bahwa berita itu benar dari Nabi dan Dha‘if diduga kuat bahwa ada
indikasi lemah berita itu dari Nabi. Tiga Hadis inilah yang akan menjadi topik
pembahasan pada bab ini.
Sebelum mengakhiri pembahasan berikit ini skema pembagian Hadis
dilihat dari kualitas sanad dan matan :
58
HADIS DILIHAT
DARI KUALITAS
SANAD DAN MATAN
لذاتو
لغيره
A. Hadis Shahih
1. Pengertian dan syarat Hadis Shahih
ح ً ً صح
صحا فهو صح ٍي ه
ًّ يص ُّح َّ
diartikan orang sehat dan benar. Dalam istilah Hadis shahih adalah :
ت سمع ي
ٍ = aku mendengar,
َّ / أخبىػ ىرنًى/ ثنى
أخبىػ ىرنا/ حدثنىا ً حدَّ =memberitakan kepadaku/kami
ً سػػليمان ًمػ ٍن أسػ، أف يكػػو ىف الػ َّػرا ًكم بالغػان يم ٍسػلمان عػػاقالن:فالعدالػةي
ػباب
ً الٍ ًفس ًق كخ
. ًوارـ الٍ يم يركءة ٍ ى
Dalam Akhbar al-Ahad fi al-Hadis al-Nabawi 1/32 disebutkan secara
rinci pengertian adil baik dalam bahasa maupun dalam riwayat :
60
ط فػػي األمػػوًر مػػن غي ػ ًر ُّ ػدؿ فػػي اللُّغػ ًػة التَّسػػا ًكم ىك
التوس ػ ي كالعػ ي:العدال ػةي
.)99:يأمر بالعدؿ)(النحل و ً و
(إف اهلل ي: كمنو قوليو تعالى،إفٍراط كت تىػ ٍفريط
Adil dalam bahasa diartikan persamaan dan bersikap sedang dalam
segala perkara, tidak berlebihan dan tidak terlalu kekurangan. Di antara
perintah Allah tentang keadilan QS. al-Nahl : 90.
مك ين ًم ػ ػ ًن ػت ىمػ ػػا ىس ػ ًػم ىعوي فػ ػػي ًذ ٍىنًػ ػ ًػو بحي ػ ي
َّ ػث يػ ػػتى ػدرا ب ػػأف يثبيػ ػ ى
ط صػ ػ ن َّ
الض ػػاب ي
متى ىشاءى ً استً ٍح ى
ضاره ى ٍ
Dhabith dalam dada adalah teguh ingatannya dalam hati terhadap apa yang
ia dengar sehingga ia mampu menghadirkannya kapan saja dikehendaki.
Sedangkan dhâbith dalam tulisan adalah :
كت،غف ول كت ىساهو
َّ أف يكوف الرا ًكم متى ِّيقظان حافظان غيىر يم:ط كالضب ي
ً ً ً
َّ فًإ ٍف،كاألداء
ث عن ح ٍفظو ينبغي كونيوي حد ى حمل
ُّ َّشاؾ في حالىتى ًي الت
ث َّ كإف،ضابًطان لو
حد ى ث عن كتابً ًو ينبغي أف يكو ىف ى َّ كإف،ىحافظان
حد ى
،كورةيُّ كت تيشترط،بًالٍ ىم ٍعنى ينبغي أف يكو ىف عالمان بما يى ٍختى ُّل ًبو المعنى
الذ ى ى
ً
كالعدد ً كت الٍح ِّريَّةي كت العلم
، كالبص ًر،بفقهو كت بغريٍبًو ي ي
Secara garis besar dapat dipahami, bahwa kedhabithan perawi maknanya
adalah perawi cerdas dan hapal, tidak pelupa dan tidak pelengah, dan tidak ragu
pada saat tahammul dan adâ‘ Hadis. Jika ia menyampaikan Hadis dari
hapalannya dia harus hapal benar. Jika menyampaikannya dari bukunya, harus
konsisten. Jika ia menyampaikan Hadis secara makna dia harus mengetahui
tentang perobahan makan. Perawi yang dhabith tidak disyaratkan laki-laki,
62
ً ضػ ػ
بات ٍستً ى
ً عليهػ ػا أك ً كتيػ ٍعػ ػرؼ العدالػ ػةي بًتىػ ٍن
ً صػ ػ ٍي
كييع ػ ىػرؼ،افة ه ىعػ ػ ٍدلىٍي ًن ى ى
فىإ ٍف كافىػ ىق يه ٍم،بالض ٍب ًط
َّ قات المعركفً ٍي ىنً ِّبركايات الث
ً ط بأف يىػ ٍعتبً ىر ركاياتًًوالضب ي
.ؼ كونيو ضابطان ثىػبىتان ت مخالفتيو نادرةن عي ًر ى ٍ ككانى،غالبان
Keadilan seseorang dapat diketahui melalui keterangan dua orang yang
adil atau dengan penelitian. Jika secara umum para perawinya sesuai dengan
para perawi yang pakai orang tsiqah dan jarang berbeda berarti ia dhabith.
Dalam Hadis shahih para perawi itu memiliki daya ingat hapalan yang
kuat dan sempurna. ػل
ُّ يى ٍختى التاـ ىو مػاتى
ُّ ط = كالضب يDabith sempurna yakni yang
tidak ada cacat. Daya ingat dan hapalan kuat ini sangat diperlukan dalam
rangka menjaga otentisitas Hadis, mengingat tidak seluruh Hadis tercatat pada
masa awal perkembangan Islam. Atau jika tercatat, catatan tulisannya harus
selalau benar tidak terjadi kesalahan yang mencurigakan.
Untuk mengetahui ke-dhâbith-an seseorang perawi, peneliti melakukan
perbandingan dengan periwayat lain yang tsiqah dalam Hadis yang sama atau
cukup dengan keterangan seorang ulama ahli yang dipertanggung jawabkan.
d. Tidak terjadi kejanggalan (syâdz)
Syâdz dalam bahasa berarti ganjil, terasing, atau menyalahi aturan.
Maksud Syâdz di sini adalah :
قات بزيادةو أك و
نقه في السنى ًد أك في ال ىٍم ٍت ًن ً ٌمخالفةي الثِّػ ىق ًة الجماعةى الًث
ي
Periwayatan seorang tsiqah (terpercaya) menyalahi jamaah yang tsiqah
dengan penambahan atau pengurangan dalam sanad atau dalam matan.
Jika periwayatan orang tsiqah menyalahi orang yang lebih tsiqah saja sudah
dinamakan ganjil yang menghalangi keshahihan suatu Hadis apa lagi
priwayatan orang dha‘if yang menyalahi periwayatan orang tsiqah.
Contoh keganjilan atau syâdz, Hadis yang diriwayatkan oleh Muslim
melalui sanad Ibn Wahb sampai pada Abdullah bin Zaid dalam memberikan
sifat-sifat wudhu‘ Rasulillah :
ً ً القبوؿ
ً ح فًي
السالمةي م ٍنوي
َّ كظاى يرهي ف ىخفي يق ىد ي
صهٍ ىك
Suatu sebab tersembunyi yang membuat cacat terkabulnya suatu Hadis
padahal lahirnya selamat dari padanya.
Misalnya sebuah Hadis setelah diadakan penelitian ternyata ada cacat
yang menghalangi terkabulnya, seperti Hadis munqathi`, mawqûf, atau si
periwayat seorang fasik, tidak bagus hapalannya dan lain-lain.
2. Contoh Hadis shahih :
ً الزنى
اد ع ًن األ ٍع ىر ًج َّ مالك عن أبي
أخبرنا ه َّ
قاؿ ى يوسف ى
ى بن
حدثنىا عب يد اهلل ي
أف رسوؿ اهلل صلى اهلل عليو كسلم قاؿ لى ٍوتى َّ عن أبي ىريرة رضي اهلل عنو
كل صالةو (أخرجو ً بالس
ِّ واؾ مع ً أ ٍف أ يش َّق على َّأمت ًي أك على
ِّ الناس ألى ىم ٍرتيػ يه ٍم
)البخارم
Hadis di atas diniali berkualitas shahih karena telah memenuhi 5 kriteria
di atas, yaitu :
a. Sanadnya muttashil dengan melihat lambang periwayatan dan hasil
penelitian para ulama.
b. Semua periwayat dalam sanad telah memenuhi persyaratan adil dan
dhâbith. Abu Hurairah seorang sahabat yang disepakati keadilannya oleh
para ulama. Al-A‘raj menurut Yahya bin Ma‘în ثًىقػةه (terpercaya), Abi
يقو اك ًم ٍن
ً قول بًم ًجي ًئو من طر ويق مسا وك لًط ًر ًً
ي ٍ ٍحس ين لذاتو اذاى تى َّ ى
ىو ال ى ى
أ ٍك ىثر كلى ٍو أدنىى
Yaitu Hadis Hasan lidzatihi yang dikuatkan kehadirannya dengan jalan suatu
sanad yang berkualitas sama atau dikuatkan sanad yang lebih banyak
sekalipun lebih rendah kualitanya.
Contoh, Hadis di atas diriwayatkan oleh al-Turmudzi melalui jalan
Muhammad bin `Amr dari Abi Salamah dari Abi Hurayrah bahwa
Rasulullah saw bersabda :
كل صالةو ً بالس
ِّ واؾ مع ً لى ٍوتى أ ٍف أ يش َّق على َّأمت ًي أك على
ِّ الناس ألى ىم ٍرتيػ يه ٍم
Hadis ini pada dasarnya berkualitas hasan lidzâtih, karena semua
periwayatnya bersifat tsiqah (adil dhâbith) selain Muhammad bin `Amr, ia
bertitel : shadûq ( sangat jujur). Tetapi Hadis ini mempunyai jalan lain yang
diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim melalui jalan Abi al-Zanâd dari al-
A`raj dari Abi Hurairah. Hadis di atas berkualitas naik menjadi shahih li
ghayrih yaitu shahih karena adanya sanad lain.
Hadis Shahih wajib diamalkan, dijadikan hujah atau dalil syara` sesuai
dengan kesepakatan para ulama. Hadis Shahih li Ghayrih lebih tinggi
derajatnya dari pada Hasan li Dzâtih, tetapi lebih rendah dari pada Shahih li
Dzatih. Sekalipun demikian ketiganya dapat dijadikan hujah.
Dari segi kriteria persyaratan Hadis shahih dapat dibagi menjadi 7
tingkatan, dari tingkat yang tertinggi sampai dengan tingkat yang terendah,
yaitu sebagai berikut :
65
أخرجوي/ ً ً
Bukhari dan Muslim, atau dikatakan ركاه الشػيخاف ى/أ ٍخ ىرجػو الشػيخاف
أخرجػػو البخػػارم كسػػلم/البخػػارم كمسػػلم artinya diriwayatkan dikel;uarkan
oleh dua orang syeikh yaitu Al-Bukhari dan Muslim
Biasanya Hadis shahih dikatakan ىذا حػديث صػحيح = Ini Hadis Shahih.
Di antara kitab-kitab shahih adalah Shahîh al-Bukhari (w. 250 H), Shahih
Muslim (w. 261 H), Shahîh Ibn Khuzaimah (w. 311 H), Shahîh Ibn Hibban (w.
354 H), Mustadrak al-Hakim ( w. 405 H), Shahîh Ibn al-Sakan dan Shahih
al-Albâniy
Ada beberapa istilah yang biasa digunakan oleh ulama Hadis dalam menunjuk
Hadis itu shahih pada akhir matan di berbagai kitab Hadis, misalnya sebagai
berikut ;
b. ص ًػح ٍيح
ث غىٍيػ يػر ى
ىىػ ىذا ىحػديٍ ه = Ini Hadis tidak shahih, artinya Hadis
tersebut tidak memenuhi persyaratan Hadis shahih baik persyaratan yang
menyangkut sanad atau matan.
66
ً ث ص ًػحيح اًٍإلسػنى
اد ً
c. ٍ = ىىػ ىذا ىحػديٍ ه ى ٍ يHadis ini shahih isnadnya, berarti hanya
shahih dalam sanad-nya saja sedang matan-nya belum tentu shahih mungkin
terjadi adanya kejanggalan (syâdz) atau adanya `illat, perlu penelitian lebih
lanjut. Berarti mukahrrij-nya baru menanggung 5 syarat Hadis Shahih yang
menyangkut sanad saja yaitu ittishal al-sanad, adil, dhâbith, tidak adanya
syâdz dan `illah. Sedangkan syâdz dan `illah pada matan belum terselesaikan
penelitiannya. Dengan demikian Hadis yang hanya shahih sanad-nya saja
matan-nya belum tentu shahih. Namun, jika ungkapan tersebut datangnya dari
seorang hâfizh yang dapat dipedomani (mu`tamad) dan tidak menyebutkan
`illat-nya, maka lahirnya shahih matan-nya, karena asalnya tidak ada syâdz
dan tidak ada `illat.
d. ىسػانًٍي ًد
ػح ٍاأل ى
ُّ ىص
أى = Sanad yang paling shahih. Sanad Hadis shahih memiliki
tahap tingkatan yang berbeda sesuai dengan kadar ke-dhâbith-an dan
keilmuan para periwayat Hadis tersebut. Bentuk ungkapan ini yang secara
mutlak diperselisihkan di kalangan para ulama kecuali dibatasi di kalangan
para sahabat saja. Misalnya sanad sahabat yang paling shahih adalah …
atau dibatasi di negeri tertentu, misalnya Sanad penduduk Mekkah yang
paling shahih adalah periwayatan Sufyan bin `Uyaynah dari `Amr bin Dinar
dari Jâbir bin Abdillah. Menurut sebagian para ulama Hadis, sanad yang
paling shahih secara mutlak adalah :
1) Hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Syihâb al-Zuhriy dari Salim bin
Abdillah bin `Umar dari Ibn `Umar
2) Sebagian ulama berpendapat, Sanad yang paling shahih adalah
periwayatan Sulaiman al-A`masy dari Ibrahim al-Nukha`iy dari
`Alqamah bin Qays dari Abdillah bin Mas`ud
3) Menurut al-Bukhari dan yang lain, Sanad yang paling shahih adalah
periwayatan Imam Malik bin Anas dari Nafi` budak (mawla) Ibn `Umar
dari Ibnu `Umar dan sanad inilah yang disebut Silsilah al-Dzahab
(rantai emas).
ت علػى نعلىػ ٍي ًن فقػاؿ رسػوؿ اهلل صػلى َّ أف امرأةن ًمػ ٍن ب ىػن ًُم ف ىػزارةى
ٍ تزك ىجػ َّ
ازهي
فأجػ ى ً ًك كمال
ٍ ك بًنعلىٍي ًن قال ً ت من
ً نفس ً اهلل عليو كسلم أر
ً ض ٍي
ػت ىنعػ ٍم قػاؿ ى ى
)(أخرجو الترمذم
Bahwa seorang wanita Dari Fazarah menikah dengan maskawin sepasang
sandal, Rasul bertanya : “Apa kamu rida dirimu dan hartamu dengan
maskawin sepasang sandal ?”. Wanita itu menjawab : “Ya”, maka Rasulullah
mengijinkannya. (HR al-Turmudzi)
Hadis di atas dha`if karena Ashim tidak baik hapalannya. Tetapi dinilai
Hasan lighayrihi oleh al-Turmudzi karena adanya dukungan sanad lain melalui
Umar, Abi Hurairah, Aisyah dan Abi Hadrad.
Menurut al-Nawawi kitab al-Turmudzi pertama kali yang
memunculkan Hadis Hasan dan yang banyak menyebut-nyebutnya.19 Para
19
al-Qâsimiy, Qawâid al-Tahdîts…, h. 106
69
ulama sebelum al-Turmudzi belum mengenal istilah Hasan yang mereka hanya
mengenal Shahih dan Dha`if. Kemudian Hadis Dha`if dibagi dua macam
yaitu ; Dha`if yang yang tidak tercegah pengamalannya dan Dha`if yang
wajib ditinggalkan. Barangkali Dha`if pertama menurut ulama dahulu inilah
yang disebut Hasan oleh al-Turmudzi.20
ً سػنىو التػُّرم
Dalam berbagai kitab Hadis banyak didapati kalimat ػذم كح َّ ي ٍ ي ىHadis
ini diniali Hasan oleh al-Turmudzi, atau س هػن ىىػذا ىح ًػديٍ ه
ث ىح ى Ada beberapa kata
atau kalimat yang menunjuk Hadis Hasan yaitu berikut :
a. Di antara titel ta`dîl para perawi yang digunakan dalam Hadis maqbûl atau
Hasan sebagaimana disebutkan dalam kitab al-Jah wa al-Ta`dîl adalah :
الثَّابً ي
ت = orang yang teguh/kuat
ُّ الٍ ىق ًو
ل = Orang kuat
الم ٍُ ىشبَّوي
ي = Serupa dengan Shahih
ٍجيِّد ً َّ
ال ى/الصال يح = Orang baik/bagus
20
Ibid.
70
Maknanya Hadis ini hanya Hasan sanad-nya saja sedang matan-nya perlu
penelitian lebih lanjut. Mukharrij Hadis tersebut tidak menanggung
kehasanan matan mungkin ada syâdz atau `illat. Berarti ada kesempatan luas
bagi para peneliti belakangan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut
tentang matan Hadis tersebut apakah matannya juga hasan atau tidak.
c. Ungkapan al-Turmudzi dan yang lain :
صحيح
ه حسن
حديث ه
ه = Ini Hadis Hasan dan Shahih.
حػ َّػدثناى عثمػػا يف بػ يػن أبػػي ىش ػ ٍيبةى عػػن ككي ػ وع عػػن سػػفيا ىف الثػػورم عػ ٍػن أبػػي
يل عػػن ًاألكًدم ىػػو عب ػ يد الػػرحمن بٍ ػن ثػػركا ىف عػػن ىزيػ وػل بػػن يش ػر ٍحب
ٍ س ً قىػ ػ ٍي
ى ى ي
71
ػح علػى ً
المغيرة بن شعبةى أف رسوؿ اهلل صػلى اهلل عليػو كسػلم توضَّػأى كمس ى
)الٍ ىج ٍوربىػ ٍي ًن كالنَّػ ٍعلىٍي ًن (أخرجو أبو داكد
Dalam sanad Hadis di atas terdapat seorang dha`if yaitu Abi Qays al-
Awdiy nilai jarhnya ( ػالف
ص ػ يد ٍك هؽ ربمػػا ىخػ ى
) ى (sangat benar tetapi terkadang
menyalahi).
Para ulama memperbolehkan meriwayatakan Hadis Dha`if sekalipun tanpa
menjelaskan kedha`ifannya dengan dua syarat, yaitu :
a. Tidak berkaitan dengan akidah seperti sifat-sifat Allah
b. Tidak menjelaskan hukum syara` yang berkaitan dengan halal dan haram,
tetapi berkaitan dengan masalah fadhâil a‟mâl (keutamaan amal),
mau`izhah, targhîb dan tarhîb (Hadis-Hadis tentang ancaman dan janji),
kisah-kisah, dan lain-lain.
c. Tidak terlalu Dha`if, seperti di antara periwayatnya pendusta (Hadis
mawdhû`) atau dituduh dusta (Hadis matrûk), orang yang daya ingat
hapalannya sangat kurang, dan berlaku fasik dan bid`ah baik dalam
perkataan atau perbuatan (Hadis munkar). Hadis yang terlalu buruk
kedha`ifannya tidak dapat diamalkan sekalipun dalam fadhâil al-a`mâl.
Menurut Ibn Hajar urutan Hadis Dha`if yang terburuk adalah Mawdhû`,
Matrûk, Munkar, Mu`allal, Mudraj, Maqlûb, kemudian Mudhtharib.21
d. Tidak dii`tiqadkan secara yakin kebenaran Hadis dari Nabi, tetapi karena
berhati-hati semata atau ihtiyâth.22
Dalam beberapa kitab pada umumnya penyebutan Hadis Dha‘if yang
tidak disertai sanad cukup menggunakan bentuk mabnî majhûl (bentuk
kalimat pasif ) , misalnya : = ير ًكم ً ُي
diriwayatkanنقػل = dipindahkan فًيمػا
ركل
= يي ىpada sesuatu yang diririwayatkan.
Di antara kitab yang secara khusus menyebut Hadis Dha`if adalah :; al-
Marâsîl, karya Abi Dawud dan al-`Ilal, karya al-Dâr Quthniy.
Tentang pengamalan Hadis Dha‘if di antara ulama ada yang
mengamalkannya dengan syarat tertentu sebagaimana yang duterangkan
dalam Qawâid al-Tahdîts min Funûn Mushthalah al-Hadîts 1/72 sebagai
berikut :
21
Mahmud al-Thahan, Taysîr Mushthalah …, h. 95
22
`Ajaj al-Khathîb, Mukhtashar al-Wajîz fî…, h. 157-160
72
أسباب الضعف
المنكر-1
المرسل-1 .1 الموضوع-1
المعلل-2
المنقطع- 2 المتركؾ-2
المدرج-3
المعضل-3 المبهم-3
المقلوب-4
المعلق-4 المضطرب-5
المدلس-5 المحرؼ-6
المصحف-7
الشاذ-8
Pada denah di atas dapat dibaca bahwa Hadis Dha‘if disebabkan dua hal
yaitu sebab penggurguran sanad dan sebab cacat perawi. Dha‘if sebab gugur
perawi terbagi menjadi lima yaitu ; Mursal, Munqathi‘, Mu‘dhal, Mu‘allaq dan
Mudallas. Sedangkan Dha‘if sebab cacat perawi di bagi lagi menjadi dua yaitu ;
cacat keadilan dan cacat kedhabithan. Cacat keadilan terbagi menjadi tiga yaitu ;
Mawdhû‘, Matrûk dan Mubham. Sedangkan sebab cacat kedhabithan terbagi
mejadi 8 yaitu ; Munkar, Mu‘allal, Mudraj, Maqlûb, Mudhatharib, Muharraf,
Mushahhaf dan Syadz. Marilah kita bahas satu persatu klasifikasi Hadis dha‘if
tersebut.
a. Hadis Mursal
Dari segi bahasa Mursal dari kata أرسل يػي ٍر ًسل إًرسات يم ٍر ىسال
ى yang
diartikan terlepas atau bebas tanpa ada ikatan. Hadis dinamakan mursal
74
karena sanad-nya ada yang terlepas atau gugur di kalangan sahabat atau
tabi`i. Dalam istilah al-Mas‘ûdi memberikan definisi :
ط ً
بشرط أف تيكو ىف الساقً ي ً ط ًمن
سنده را وك كاح هد ً ي
ٍ الحديث الذم سق ى ىو
ى
صحابيًّا
Adalah Hadis yang digugurkan dari sanadnya seorang perawi dengan
syarat yang gurur itu bukan seorang sahabat.
Sebagaimana definisi di atas menurut al-Nawawî kebanyakan
Munqathi` digunakan pada pengguguran periwayat setelah tabi`in. Definisi
di atas menurut mayoritas ulama. Sedangkan ushulîyûn, dan segolongan
muhadditsîn di anataranya al-al-Khathîb al-Baghdadî dan Ibn Abd al-Barr :
بأم و
كجو كا ىف ِّ إسناده
يتصل ي كل ىمالىم
ُّ ىو
ٍ
Hadis Munqath‟ adalah segala sesuatu yang tidak bersambung sanadnya di
mana saja adanya.
Hadis Munqathi` adalah Hadis yang sanad-nya terputus artinya
seorang periwayat tidak bertemu langsung dengan pembawa berita baik di
awal, di tengah, atau di akhir sanad.
Contohnya seperti Hadis yang diriwayatkan oleh al-Hakim, Ahmad,
dan al-Bazzar dari Abd al-Razzâq dari al-Tsawriy dari Abi Ishaq dari Zayd
bin Yutsai` dari Hudzayfah secara marfû` :
ط
السقو ي ً ىكثر على التَّواى
ُّ لى سواءه كا ىف ً ً
ط من سنده اثناىف أك أ ى ىو ما ىسق ى
ً السند أك ًمن أثنائًًو أك ًمن
آخره ً من َّأكًؿ
ٍ
Yaitu Hadis yang gugur pada sanadnya dua orang atau lebih secara
berturut-turut baik pada awal atau di tengah dan atau di akhir sanad.
Hadis yang diriwayatkan oleh al-Hakim yang disandarkan kepada
al-Qa`nAbi dari Mâlik dari Abu Hurayrah berkata : Rasulullah saw
bersabda :
ف ات ما تي ًط ٍي يق
طعاموي ككً ٍس ىوتيو كت ييكلَّ ي ً ً
لل ىٍم ٍملوؾ ي
Bagi budak mendapat makanan dan pakaian, ia tidak boleh dibebani
kecuali pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya.
Dalam Hadis tersebut di atas dua orang perawi secara berturut-turut
digugurkan antara Mâlik dan Abu Hurayrah, yaitu Muhammad bin `Ajlân
dan ayahnya. Hadis Mu`dhal tergolong mardûd (tertolak) karena tidak
diketahui keadaan perawi yang digugurkan.
d. Mu`allaq
Kata Mu`allaq dari kata علَّق ييعلِّق ى ٍتعلي نقا فهومعلَّق dengan makna
bergantung karena seolah sanad-nya terputus ke arah bawah seperti suatu
benda yang bergantung atas gantungan. Dari segi istilah Hadis Mu`allaq
adalah
ط
ند سواءه س ىق ى َّ ط منو ىرا وك أك أ ٍك ىثر على التَّوالً ٍي من أ ٌكًؿ
ً الس ما س ىق ى
الٍباىقً ٍي أـ تى
Hadis yang dibuang seorang perawi atau lebih secara bertutut-turut dari
awal sanad baik digugurkan seluruhnya atau tidak.
Jadi Hadis Mu`allaq adalah Hadis yang sanad-nya bergantung karena
dibuang dari awal sanad seorang perawi atau lebih secara berturut-turut.
Dalam Hadis Mu`allaq bisa jadi yang dibuang semua sanad dari awal
sampai akhir kemudian berkata : Rasulullah saw bersabda : … Atau
dibuang semua sanad selain sahabat atau selain tabi`in dan sahabat.
Misalnya Hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam
Muqaddimahnya berkata : Abu Musa berkata :
.. يد – أبو يرىكانىة كإً ٍخوتيو – َّأـ يركانة كن ىك ىح امرأ نة ًمن يم ًزيٍنة
طلَّ ىق عب يد يز و
Abdu Yazîd (Abu Rukânah dan saudara-saudarnya) atau Ummu Rukânah
menthalak dan menikahi seorang wanita dari kabilah Muzînah…
Ibn Jurayj nama aslinya adalah `Abd al-Mâlik bin Abd al-`Aziz bin
Jurayj, ia tsiqah tetapi disifati tad‟lîs karena ia menyembunyikan nama
syeikhnya yaitu dengan ungkapan sebagian Banî Abi Râfi` dimaksudkan
Muhammad bin `Ubaydillah bin Abi Rafi`, titel tajrîh-nya matrûk.
Periwayat mudallis diterima jika ia tidak diketahui melakukan tad‟lîs kecuali
dari orang tsiqah. Demikian menurut al-Bazzâr, al-Azdiy, al-Shayrafiy, Ibn
Hibbân, dan Ibn Abd al-Barr.
a. Hadis Maudhu’
Kata Mawdhû` berasal dari akar kata موض ٍوع
ض نعا فهو ي
ٍ يض يع ىك
كض ىع ى
ى =
dibiarkan, digugurkan, ditinggalkan, dan dibuat-buat. Dalam istilah,
Mawdhû` adalah :
Hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Abi al-Dunya dalam Qadhâ‟ al-
Hawâ‟ij melalui jalan Juwaybir bin Sa`îd al-Azdî dari al-Dhahhâk dari Ibn
`Abbas dari Nabi saw :
ً
بصدقة الس ٍوًء كعلي يك ٍم
ُّ ًع
مصار ى ً ً علي يكم
باصطنى ًاع ال ىٍمعركؼ فإنوي يى ٍمنى يع ى
ٍ ٍ
كجل ً الس ِّر فإنٌػ ىها تيط ًٍفف غضب
ٌ عز َّ اهلل ى ي ِّ
Wajib atas kamu berbuat yang makruf sesungguhnya ia mencegah
pergulatan kejahatan dan wajib atas kamu shadaqah samaran (sirr)
sesungguhnya ia mematikan murka Allah swt.
Pada isnad Hadis disini terdapat Juwaybir bin Sa`îd al-Azdiîy dan ia
matrûk al-Hadîts atau lays bi syay‟ =tidak ada apa-apanya. Hadis matrûk
sangat dha‘if, tidak dapat dijadikan hujah dan tidak perlu syahid (sanad lain
di kalangan sahabat)
c. Mubham
Arti Mubham menurut bahasa dari asal kata : أبٍػ ىهم يػيٍب ًهم إبهاما فهو
= يم ٍبػ ىهم samar tidak jelas. Jadi periwayatnya atau orang ketiga yang
diasebutkan dalam teks Hadis tidak jelas atau samar namanya. Menurut
istilah, adalah :
سميىا
َّ رجل أك امرأةه لم يي ً ً ً ي
الحديث الذ ٍم ييػ ٍو ىجد في سنده أك متنو ه ىو
Adalah Hadis yang didapatkan di dalam sanadnya atau di dalam matannya
terdapat seorang laki-laki atau seorang perempuan yang tida disebutkan
namanya”. Jadi dalam Hadis Mubham tidak disebutkan nama periwayat
atau yang diriwayatkan, di situ hanya menyebutkan seorang lali-laki atau
seorang perempuan saja.
Mubham adakalanya dalam sanad dan ada kalanya dalam matan.
Contoh Mubham dalam sanad, Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud
dalam Sunan, melalui al-Hajjaj bin Farafishah dari Seorang lelaki dari Abi
Salamah dari Abi Hurayrah berkata : Rasulullah saw bersabda :
Hukum Mubham dalam sanad, jika terjadi pada seorang sahabat tidak
apa-apa, karena semua sahabat adil dan jika terjadi pada selain sahabat,
jumhur ulama menolaknya sehingga diketahui identitasnya. Sedang
Mubham dalam matan tidak mengapa dan tidak mengganggu keshahihan
suatu Hadis.
Contoh Mubham dalam sanad, Hadis yang diriwayatkan oleh Abu
Dawud dalam Sunan, melalui al-Hajjaj bin Farafishah dari Seorang lelaki
dari Abi Salamah dari Abi Hurairah berkata : Rasulullah saw bersabda :
اج ير ًخب لىئًٍي هم
ً اٍلم ٍؤ ًمن غير ىك ًريٍم كالٍ ىف
هى ي ي
Orang mukmin adalah seorang mulia yang murah sedang durhaka adalah
penipu yang tercela.
Dalam sanad Hadis di atas hanya disebutkan dari Seorang lelaki dari
Abi Salamah dari …. Tanpa menyebutkan nama si laki-laki tersebut, maka
dinamakan Mubham.
d. Munkar
Kata Munkar dari akar kata Inkâr : أن ىك ىر يػيٍن ًكر إنكاران فهو يم ٍنكر =
menolak, ingkar dan tidak mengakui. Dalam istilah :
ض ٍع نفا
ىو أدنىى منو ى ً ً ما ركاه الض ي
َّعيف يمخالفان ل ىم ٍن ى ىى
Hadis yang diriwayatkan oleh seorang dha‟if menyalahai periwayatan orang
yang lebih rendah kedha‟ifannya.
Dari definisi ini menunjukkan bahwa di antara periwayat Hadis
Munkar ada yang sangat lemah daya ingatannya, periwayatannya menyalahi
periwayatan orang yang lebih sedikit kedha‘ifannya atau dalam bahasa lain
periwayatan orang dha‘if menyalahi orang tsiqah.
Seperti Hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Mâjah melalui Usâmah bin
Zaid al-Madaniy dari Ibn Syihab dari Abi Salamah bin Abd al-Rahman bin
`Awf dari ayahnya secara marfû` :
ض ًر ً
السف ًر كال يٍم ٍفطر فى ال ى
ٍح ى َّ صائم رمضا ىف فى
ي
Seorang yang puasa Ramadhan dalam perjalanan seperti seorang yang
berbuka dalam tempat tinggalnya.
Hadis di atas periwayatan Usamah bin Zaid al-Madaniy secara marfû`
(dari Rasulillah saw), bertentangan periwayatan Ibn Abi Dzi‘bin yang tsiqah,
menurutnya Hadis di atas mawqûf pada Abd al-Rahman bin `Awf.
Tingkatan kedha`ifannya sangat lemah jatuh setelah Hadis Matrûk,
karena cacat Hadis Munkar sangat parah yaitu banyak kesalahan dan banyak
kelupaan yang menyalahi periwayatan yang tsiqah.
82
e. Mu`allal
Dalam bahasa Mu`allal berasal dari kata علٌل يعلِّل تعلًيال فهو معلَّ هل
=penyakit. Seolah-olah Hadis ini terdapat penyakit yang membuat tidak
sehat dan tidak kuat. Dalam istilah Hadis Mu`allal adalah:
ً
البحث في ً حديث ظاىرهي السالمةي لكن ايطُّلًع
فيو بىػ ٍع ىد ه ىو
ٍ ي
كوصل يم و
رسل أك ً السنى ًد أك في المت ًن
َّ طييرقً ًو على علَّ وة قادح وة في
و
حديث أك غي ًر ىذلك و
حديث في ً
إدخاؿ منقط وع أك
Adalah Hadis yang lahirnya baik, tetapi setelah diadakan penelitian
pada beberapa sanad terungkap adanya illat cacat atau pada matan seperti
memaushulkan Hadis yang mursal atau Hadis munqathi‟ atau memasukkan
suatu teks Hadis pada teks Hadis lain atau yang lain.
Dari definisi ini dapat dipahami bahwa Hadis Mu‟allal adalah Hadis
yang terdapat penyakit cacat yang tersembunyi karena tidak kelihatan
sebelum diadakan pemeriksaan atau penelitian. ‗Illat tersebut bisa terjadi pada
sanad dan bisa terjadi pada matan.
Contoh Mu‟allal pada sanad seperti yang diriwayatkan dari Yahya bin
Muhammad bin Abi Katsir dari Anas bahwa Nabi saw :
الصائًموف
َّ أفٍطىىر عند يك ٍم: قاؿ أىل و
بيت ى ً أفطر عن ىد
كا ىف إذا ى
Bahwa beliau ketika berbuka bersama ahli bait (keluarga) bersabda :
“Selamat berbuka orang-orang yang berpuasa di sisi kalian”.
Menurut al-Hakim ; Yahya bin Muhammad bin Abi Katsir melihat Anas
tetapi tidak mendengar Hadis tersebut dari berbagai segi.
f. Mudraj
Mudraj berasal dari kata أدرج ييدرًج إدراجا فهو يم ٍد ىرج
= ىmemasukkan
atau menyisipkan. Dalam istilah Mudraj dibagi dua macam yaitu mudraj
pada sanad dan mudraj pada matan.
1) Mudraj pada sanad ialah :
ًُ مسقبل القبلة
ى قع ىدتًًو
جالسا على م ى
بالنبي صلى اهلل عليو كسلم ن
ِّ فإذا أنا
شاـ
ٌ مست ٍد ىبر ال
ى
Maka ketika itu aku bersama Nabi saw, duduk di atas bangku menghadap
kiblat dan membalakangi Syam.
Hadis di atas di-maqlub-kan menjadi :
ً مستقبل الشاـ مستى ٍد ًُبر
القبلة ى ى ي
menghadap Syam dan membelakangi kiblat.
h. Mudhtharib
Dari segi bahasa Mudhtharib dari akar kata ً ًضطى ًرب ا
ضطرابا ٍ اضطرب ي
ضط ًرب
ٍ = فهو يمgoncang dan bergetar. Kegoncangan suatu Hadis karena
terjadi kontra antara satu Hadis dengan Hadis lain. Menurut istilah, Hadis
Mudhtharaib adalah :
Adalah sesuatu yang berbeda atau kontra pada sanad atau pada matan dan
atau pada keduanya dengan menambah atau megurangi serta tidak mungkin
dapat dikompromikan atau ditarjih.
Hadis Mudhtharib adalah Hadis yang kontra antara satu dengan yang
lain baik pada sanad maupun pada matan dan tidak dapat dikompromikan dan
tidak dapat di-tarjîh (tidak dapat dicari yang lebih unggul).
Contoh Mudhtharib seperti Hadis yang diriwayatkan oleh al-
Turmudzi dari Syarîk dari Abi Hamzah dari al-Sya`biy dari Fathimah binti
Qays ra berkata : Rasulullah saw ditanya tentang zakat menjawab :
ًالزكاة
َّ سول ً ً إف
فى اٍلماىؿ لى ىح ًّقا ى
Sesunguhnya pada harta itu ada hak selain zakat.
Sementara pada riwayat Ibn Mâjah melalui jalan ini juga Rasulullah
saw bersabda:
َّ كص ٍوًـ
الدى ًر شو واؿ كا ىف ى
َّ صاـ رمضا ىف كأتٍػبىعوي ستًّا من
ىم ٍن ى
Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dan diikutinya dengan berpuasa
enam hari dari bulan Syawal, maka ia sama dengan berpuasa satu tahun.
Hadis ini di-tashhif-kan oleh Abu Bakar al-Shûlî dengan ungkapan :
j. Muharraf
Muharraf berasal dari kata : َّ حرؼ تح ًريفا فهو يم
حر ًُؼ ِّ حرؼ يي
َّ berarti
merobah atau mengganti. Sedang dalam istilah Muharraf adalah :
ات
كالسكنى ي اد ًبو الحر ي
َّ كات ً
الحركؼ ىكالمر ي فيو أك في سنى ًده ىش ٍك يل
ً ما تغيَّر
Sesuatu yang berobah padanya atau pada sanadnya syakal beberapa huruf
maksudnya harakat atau sukun
Contohnya, Hadis Jabir berkata :
هللاٍٝي هللا طٛاٖ عؿٛ أ ْوذٍُٗ فىٍَٝ احدؼاة ػٛ٠ ُّٟ أُثُِٟع
ٍُؿٚ ٗ١ٍػ
Ubay dipanah pada peperangan Ahzab di urat lengannya, maka
Rasulullah saw mengobatinya dengan besi panas. (HR. al-Dar Quthni)
Hadis di atas di-tahrif (dirobah) oleh Ghandar menjadi :
ً
يرمي أىبً ٍي ى
ً يوـ األحز
.... اب
Ubay menjadi Abi =ayahku. Padahal maksud JAbir menjelaskan yang
terpanah atau mati syahid pada peperangan Ahzab adalah Ubay bin Ka`ab
bukan bapaknya sendiri (Abi).
k. Syâdz
Contoh Syâdz pada matan, Hadis yang diriwayatkan Abu Dawud dan
al-Turmudzi melalui Abd al-Wahid bin Zayyad dari al-A`masy dari Abi
Shâlih dari Abi Hurayrah secara marfû` ( Rasulullah saw bersabda) :
ضطى ًج ٍع عن يمينًو
ٍ إذا صلَّى أح يد يك ٍم ركعتى ًى الٍ ىفج ًر فىػلٍي
Jika telah shalat dua raka`at Fajar salah seorang di antara kamu,
hendaklah tiduran pada lambung kanan.
Al-Bayhaqi berkata : Periwayatan Abd al-Hamid bin Zayyad adalah
Syâdz karena menyalahi mayoritas periwayat yang meriwayatkan dari segi
perbuatan Nabi bukan sabda beliau. `Abd al-Wâhid sendiri di antara para
perawi tsiqah yang meriwayatkannya sebagamana di atas. Periwayatan
mayoritas adalah :
Rangkuman
Hadis dilihat dari segi kualitas sanad dan matan terbagi menjadi 3 macam,
yaitu ; Shahih, Hasan dan Dha’if. Hadis Shahih adalah Hadis yang
memenuhi 5 persyaratan yaitu ; sanadnya muttashil, perawinya adil dan
dhabith, tidak adanya syadz dan illat. Hadis Hasan sama dengan Hadis
Shahih keculai tingkat kedhabithannya kurang sedikit dibandingkan dengan
Hadis Shahih. Hadis Dha’if adalah Hadis yang tidak memenuhi salah satu
atau semua persyaratan tersebut.
Hadis Shahih sebagaimana Hadis Hasan dibagi menjadi dua macam
yaitu shahih li dhatihi dan Shahih li Ghayrihi. Hadis Shahih li Dzatihi adalah
Hadis yang memenuhi persyaratan Hadis Shahih. Sedang Hasan li Dzatihi
memenuhi persyaratan Hadis Hasan. Hadis Shahih li Ghayrihi adalah Hadis
Hasan li Dzatihi yang didukung oleh sanad lain minimal yang seimbang.
Hasan li Ghayrihi adalah Hadis Dha’if yang didukung oleh sanad lain
minimal yang seimbang. Hadis Shahih dan Hasan dapat dijadikan hujah
dalam hukum Islam. Sedang Hadis Dha’if tidak dapat dijadikan hujah dalam
hukum Islam, tetapi dapat diamalkan dalam fadhail al-a’mal atau targhib
dan tarhib.
Sebab-Sebab kedha’ifan Hadis ada dua macam, yaitu ;
1. Sebab keguguran perawi dalam sanad
2. Sebab cacat keadilan dan kedhabithan
Sebab keguguran perawi dalam sanad ada 5 yaitu sebagai berikut :
a. Mursal, yang digugurkan pokok sanad atau akhir sanad yaitu di
kalangan sahabat
b. Munqathi, pengguguran perawi di bagian sanad mana saja atau
dua orang/lebih secara berselang
89
GLOSARIUM
BAB IV
HADIS BERDASARKAN
TEMPAT PENYANDARANNYA
Kompetensi Dasar :
Menjelaskan pengertian dan contoh Hadis Qudsiy, marfû‟, mawqûf dan
maqthû‟
Indikator :
Siswa mampu :
1. Menjelaskan pengertian Hadis Qudsiy dan contohnya
2. Menjelaskan pengertian Hadis marfû‟dan contohnya
3. Menjelaskan pengertian Hadis mawqûf dan contohnya
4. Menjelaskan pengertian Hadis maqthû‟ dan contohnya
Pada bab ini akan dibahas Hadis dilihat dari sumber pemberitaan awal
atau sandaran berita awal, dari siapa berita itu muncul atau kepada siapa berita itu
disandarkan. Penyandaran berita memang berturut-turut dari rawi ke rawi dalam
sanad. Penyandaran awal dari kalangan sahabat kepada sumber berita awal yakni
Rasulullah jika dalam Hadis marfû‘. Penyandar akhir dari pentakhrij
dalamkitabnya kepada gurunya. Dalam pembahasan ini adalah penyandaran
kepada sumber berita awal yaitu terdapat 4 macam Hadis ; Qudsiy, Marfû`,
Mawqûf, dan Maqthû`. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan dibahas satu persatu
:
A. Hadis Berdasarkan Tempat Penyandarannya
1. Hadis Qudsiy
Dari segi bahasa kata ―al-Qudsiy‖ س قي ٍد نسا
س يق يد ي
ق يد ى dirtikan suci.
Hadis Qudsiy adalah Hadis yang bersifat suci. Hadis dinamakan suci (al-
Qudsiy), karena disandarkan kepada Allah yang Maha Suci. Sebagian ulama
menyebut إلل ًهي
ًا ( الحديثHadis Ilâhiy) atau الربَّانًي الحديث
ي (Hadis Rabbâniy
= ketuhanan). Menurut istilah Hadis Qudsiy adalah :
ػات ىح َّػدثىػنىا أىبيػو يم ىعا ًكيىػةىىح َّدثىػنىا أىبيو بى ٍك ًر بٍ يػن أىبًػي ىش ٍػيبىةى ىك ىعلً ُّػي بٍ يػن يم ىح َّم وػد قى ى
صػلَّى ً ػاؿ رس ي
ػوؿ اللَّػو ى ػاؿ قى ى ى ي صػالً وح ىع ٍػن أىبًػي يى ىريٍػ ىػرةى قى ى ش ىع ٍن أىبًي ى ً ىع ٍن ٍاألى ٍع ىم
ً ً ً ً اللَّوي ىعلىٍي ًو ىك ىسلَّ ىم يىػ يق ي
وؿ اللَّوي يس ٍب ىحانىوي أىنىا ع ٍن ىد ظى ِّن ىع ٍبدم بي ىكأىنىػا ىم ىعػوي ح ى
ػين
يىػ ٍذ يك يرنًي فى ػًإ ٍف ذى ىك ىرنًػػي فًػػي نىػ ٍف ًسػ ًػو ذى ىك ٍرتيػػوي فًػػي نىػ ٍف ًسػػي ىكإً ٍف ذى ىك ىرنًػػي فًػػي ىم ػ ىو
ً
اعػا ىكإً ٍف ػت إًلىٍي ًػو ًذ ىر ن
ب إًلى َّػي ًشػ ٍبػ نرا اقٍػتىػ ىربٍ ي ً
ذى ىك ٍرتيوي في ىم ىو ىخ ٍي ور م ٍنػ يه ٍم ىكإً ٍف اقٍػتىػ ىػر ى
)أىتىانًي يى ٍم ًشي أىتىػ ٍيتيوي ىى ٍرىكلىةن (أخرجو ابن ماجة
Memberitakan kepada kami Abu bakar bin Abi Syaybah dan Ali bin
Muhammad,mereka berkata : Memberitakan kepada kami Abu Mu‟awiyah
dari al-A‟masy dari Abi Shaleh dari Abi Hurairah berkata : Rasulillah saw
bersabda : Allah swt berfirman : “ Saya menurut dugaan hamba-Ku kepada-
Ku dan Aku bersamanya ketika ia ingat kepada-Ku. Jika ia ingat kepada-Ku
sendirian Akupun ingat kepadanya sendirian. Jika mengingat kepada-Ku
dalam kelompok, Akupun mengingatnya dalam kelompok yang lebih baik dari
mereka. Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal, maka Aku mendekati-Nya
satu hasta dann jika ia mendatangi-Ku berjalan maka Aku mendatangi-Nya
dengan berlari.( HR. Ibnu Majah)
92
23
Wahyu adalah pemberitahuan Allah kepada seorang Nabi-Nya pada sesuatu dengan cara yang
samar dan cepat, tetapi meyakinkan bahwa sesuatu yang diwahyukan tersebut benar-benar dari
Allah.
94
2. Hadis Marfû`
Marfû` dari segi bahasa berasal dari رفعا فهو ىم ٍرفيػ ٍوعه
رفى ىع يرفى يع ن diartikan
―yang diangkat‖ atau ―yang ditinggikan‖. Hadis dinamakan marfû` dalam arti
terangkat menjadi tinggi derajatnya karena disandarkan kepada Rasulillah
saw. Menurut istilah sebagian Ulama Hadis memberikan definisi sebagai
berikut :
ف الى النبي صلى اهلل عليو كسلم ًمػن ال ىق ٍػوًؿ أك ً الحديث الَّ ًذم أ
يض ٍي ى ي ىو
ى
الفعل أك التقري ًر
ً
Marfû‟ adalah Hadis yang disandarkan kepada Rasulillah saw baik
berupa perkataan, perbuatan atau persetujuan.
Dalam definisi ini memperjelas posisi Hadis Marfû‘ adalah yang
disandarkan kepada Nabi baik sanadnya bersambung atau terputus, seperti
Hadis Mursal, Muttashil, dan Munqathi` dan baik yang menyandarkan itu
seorang sahabat atau seorang tabi‘i.
Contohnya, seperti pekataan Ibnu Abbas:
ً الش
مس ككا ىف رسوؿ اهلل صلى اهلل عليو ً يكنَّا نيصلِّي ركعتىػ ٍي ًن بع ىد غي
َّ ركب
كسلم يىراىنا كلى ٍم يى يأم ٍرنىا كلم يىػ ٍنػ ىهنا
Bahwa kami (para sahabat) melaksanakan shalat dua rakaat setelah
terbenamnya matahari (sebelum shalat Magrib ). Rasululah melihat kami,
beliau tidak menyuruh kami dan tidak mencegah kami. (HR. Muslim)
Contoh di atas menggambarkan marfû` dalam aspeknya marfû‟ Taqrîrîy
(persetujuan Nabi). Beliau melihat dan mengqiyaskan atas perbuatan sahabat
Hadist marfû‟ ada dua macam adakalanya marfû‘ secara tegas (sharih) dan
adakalanya secara hukum (Hukmi).
a. Marfû‘ secara tegas ( sharih)
b. Marfû` secara hukum (Hukmi)
Jika secara tegas disandarkan oleh seorang sahabat bahwa Nabi saw
bersabda atau berbuat sesuatu dan atau menyetujui perbuatan sahabat disebut
marfû‘ sharih. Misalnya perkataan seorang sahabat : “Aku mendengar
Rasulullah saw bersabda begini atau Aku melihat Rasulullah saw berbuat
begini dan atau Saya berbuat di hadapan Rasulullah saw begini.
Contoh dalam kitab al-Jam‟u Bayna al-Shahîhayn al-Bukhari wa Muslim
1/41 :
95
Hadis Marfû‘ Hukmi adalah Hadis mawqûf dalam bentuk dan lafalnya,
tetapi diketahui oleh seorang peneliti bahwa ia semakna Hadis marfû‘. Ia
tergolong mawqûf lafalnya tetapi marfû‘ hukumnya. Umpamanya ;
perkataan seorang sahabat suatu perkataan yang tidak mungkin berijtihad,
tidak ada keterangan bahasa dan tidak ada penjelasan makna lafal gharib,
seperti pemberitaan tentang hal masa lalu, misalnya tentang ciptaan makhluk
atau masa yang akan datang seperti berita tentang berbagai fitnah atau
peristiwa besuk hari kiamat.
3. Hadis Mawqûf
Mawqûf dari segi bahasa berasal dari kata موقوؼ
ه ف ًيق ي
ف كقٍفان فهو ىكقى ى =
terhenti. Menurut pengertian istilah ialah :
marfû‟kan Hadis kepada Nabi, atau perkataan seorang sahabat ; أ ًيم ٍرناى بً ىكذا
= Kami diperintah begini, atau نيًه ٍيناى عن كذا = Kami dilarang dari begini,
dihukumi mawqûf, seperti kata Jabir ― Kami ketika naik (dalam suatu
perjalanan) membaca takbir dan ketika turun membaca tasbih‖.
4. Hadis Maqthû`
Dari segi bahasa kata Maqthû` berasal dari akar kata قطىع يقطى يع قىطٍعا
قاى ًط هع كمقطو ه
ع berarti terputus lawan dari Mawshûl berarti bersambung.
Maksud kata terputus di sini tidak sampai kepada sahabat atau tidak sampai
kepada Nabi saw ia hanya sampai kepada tabi‘in saja. Menurut istilah Hadis
Maqthû` adalah sebagai berikut :
HADIS BERDASARKAN
PADA TEMPAT
PENYANDARANNYA
القدسي
هللا
المرفوع محمد
الموقوؼ الصحابة
المقطوع التابعين
المخرج
102
Rangkuman
GLOSARIUM
Hadis Qudsi : Hadis yang diisandarkan oleh Nabi saw kepada Tuhan selain al-
Qur‘an. Secara bahasa berarti suci
Marfû‘ : Hadis yang disandarkan kepada Rasulillah saw baik berupa
perkataan, perbuatan atau persetujuan.
Maqthu‘ : Hadis yang disandarkan kepada tabi‘i baik berupa perkataan atau
perbuatan baik bersambung sanadanya atau tidak.
Mawqûf : Hadis yang disandarkan kepada sahabat baik berupa perkataan atau
perbuatan baik bersambung sanadnya maupun terputus.
BAB VI
MACAM-MACAM HADIS
BERDASARKAN SIFAT SANAD
Kompetensi Dasar :
Menjelaskan pengertian dan contoh Hadis muttashil, musnad, mu‟an‟an,
musalsal, „âliy dan nâzil
Indikator :
Siswa mampu
1. Menjelaskan pengertian Hadis Muttashil dan contohnya
2. Menjelaskan pengertian Hadis Musnad dan contohnya
3. Menjelaskan pengertian Hadis Mu‟an‟an dan contohnya
4. Menjelaskan pengertian Hadis Musalsal dan contohnya
5. Menjelaskan pengertian Hadis ‟Âliy dan contohnya
6. Menjelaskan pengertian Hadis Nâzil dan contohnya
A. Hadis Muttashil
ً َّصل اًتِّصاتن فهو مت
صل ً َّاتَّصل ي
Dari segi bahasa Muttashil dari kata ى ى yang
memiliki makna yang bersambung. Sebagian ulama menyebutnya Hadis
Mawshûl. Dalam istilah Hadis Muttashil adalah :
حدثنا،ىم ٍه ًدم
حدثنا ي، ىح َّدثنىا أبو ىخ ٍيثىمةى،أخبرنىا أبىػ يو يىػ ٍعلىى
بن ى
عن،ب ًن ش ًريٍ وط
عن نىبًٍي وط،ٍج ٍع ًد عن و، ىع ٍن منصوور،يش ٍعبىة
سالم ب ًن أبي ال ى
"ت:اهلل ب ًن عم ورك عن النبي صلى اهلل عليو كسلم قاؿ ً جابا ىف عن
ً عبد
ى
"عاؽ كت منَّا هف كت يم ٍد ًم ين ىخم ور
يد يخل الٍجنَّةى و
ي
Hadis di atas muttashil dan marfu‟ disandarkan kepada Rasulillah saw
diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dari Abu Ya‘la dari Abu Khaytsamah dari Ibn
Mahdiy dari Syu‘bah dari Manshur dari Salim bin Abi al-Ja‘diy dari Nabîth bin
Syarîth dari Jâbân dari Abdillah bin Amr dari Nabi saw bersabda : “Tidak masuk
surga pendurhaka kepada orang tua, pencaci maki dan pelanggan minum
khamr”.
بن محمد ب ًن علي ال يٍم ٍق ًرم ناو ُّ ك أخبىرنا أبيو الحس ًن
الحسن ي
ي بن
علي ي
بن أبي بك ور نا ً يوسف بن يعقوب الٍ ىق و
محمد ب ًن إسحا ىؽ نا
محم يد ي
َّ اضي نا ى ي ي
ً محم يد بن
عبد الرحمن الطَّفا ًكم نا
مجاىد عن اب ًن عي ى
مر األعمش عن يُ ى ي َّ ي
ت فال تنتظ ًر المساءى ك إذا أصبى ٍح ىٍ إذا: يقوؿ عمر ي ابن ى ك كاف ي: قاؿ
كضك ك يخ ٍذ من ىحياتً ى ً ص َّحتًك لًمر ً ت فال تنتظ ًر الصباح ك يخ ٍذ ًمن س ٍي ى
ىى ٍ ى أ ٍىم ى
كلموتً ى
Khabar ini muttashil mawqûf, artinya muttashil disandarkan kepada seorang
sahabat Ibnu Umar. Khabar diriwayatkan oleh al-Bayhaqiy dari Abu al-Hasan
Alîy bin Muhammad bin Ali al-Muqriy dari al-Hasan bin Muhammad bin Ishak
dari Yusuf bin Ya‘qub….. dari Ibnu Umar berkata : “Jika engkau pada waktu
pagi janganlah menunggu waktu sore dan jika engkau berada pada waktu sore
janganlah menunggu waktu pagi, ambillah dari sehatmu untuk sakitmu dan
ambillah hidupmu untuk matimu”.
B. Hadis Musnad
Dari segi bahasa kata Musnad berasal dari kata أسنى ىد يي ًسن يد إسنادان فهو يم ٍسنى هد
dengan makna ب
سىاؼ أك نى ى
أض ى
ى = menyandarkan, menggabungkan, atau
menisbatkan . Menurut istilah Hadis Musnad adalah :
kepada Nabi saw dan bisa kepada seorang sahabat, sedang Musnad sandarannya
hanya kepada Nabi saw (Marfû`). Misalnya Hadis periwayatan al-Bukhari, dia
berkata : memberitakan kepada kami `Abdullah bin Yûsuf dari Malik dari Abi al-
Zanâd dari al-A`raj dari Abi Hurairah berkata : Sesungguhnya Rasulillah saw
bersabda :
Dari segi bahasa Mu`an`an isim maf`ûl dari kata ىع ٍنػ ىع ىن يػي ىع ٍن ًعن يم ىع ٍنػ ىعننا فهو
معنعن
ه berarti dari kata `an = dari dan `an = dari. Menurut istilah Hadis
Mu`an`an adalah :
َّ م بًل ٍف ًظ أ
ىف فهو ىما ير ًك ى
ى
Yaitu Hadis yang diriwayatklan dengan menggunalan lafal Anna (ْ= )أ
bahwasannya.
Contohnya seperti periwayatan :
قاؿ كذاى
ب ى سيَّ ى مالك ع ًن ابٍ ًن ًشهاى و
ً َّ ب أ َّ
بن الٍ يم ى
ىف سعي ىد ى ث ه حد ى
Memberitakan Malik dari Ibn Syihâb bahwasannya Sa`îd bin al-Musayyab
berkata begini…,
Hukum Hadis Muannan seperti Hadis Mu‟an‟an di atas.
D. Hadis Musalsal
سلةن ً
Dari segi bahasa Musalsal berasal dari kata س ىل يي ىس ٍلس يل ىس ٍل ى
س ٍل ى
س ٍل ىسل
كم ى
يyang berarti berantai-rantai atau berturut-turut. Hadis dinamakan
Musalsal karena ada kesamaan dengan rantai (silsilah) dalam segi pertemuan
masing-masing periwayat. Dalam istilah Hadis Musalsal adalah :
ً نادهً كاح ندا فى
واح ندا أك علىى حاى ولة ً رجاؿ إس ً َّ ي
ٍ وار ىد ي
الحديث الذم تى ى ىو
صفة كاحدةو
كاحدةو أك و
24
M. `Ajâj al-Khathîb, al-Mukhtashar…, h. 164 dan al-Thahân, Taysîr…, h. 72
108
Adalah Hadis yang yang para periwayat dalam sanad saling mengikuti
satu persatu dalam satu bentuk keadaan atau dalam satu sifat.
Dengan demikian Hadis Musalsal adalah Hadis yang secara berturut-turut
sanad-nya sama dalam satu sifat atau dalam satu keadaan. Berpijak pada
definisi ini Muslasal dapat terjadi pada keadaan atau sifat para periwayat
atau periwayat. (Musalsal bi ahwâl al-ruwât atau bi shifât al-Ruwâh ).
Musalsal juga dapat teradi pada perkataan (qawli), perbuatan (fi`li), atau
keduanya sekaligus. Contoh Musalsal qawli dan fi‘li sekaligus :
رسوؿ اهلل صلى قىاؿ ي: قاؿ ك رضي اهلل عنو ى ىنس بن مالً وً حديث أ ً
حتى ييػ ٍؤًم ىن بًالٍق ىد ًر ً تى ي ًج يد العب يد حالكىة اٍ ًإلي: اهلل عليو كسلم
َّ ماف ٍ ى
على ً ًخي ًرهً ك ىش ِّرهً حليِّوه
رسوؿ اهلل صلى اهلل عليو كسلم ى ي كم ِّره كقبى ى
ي ي ٍ
(أخرجو الحاكم.ًكم ِّره ً ً ً
ت بًالٍق ىد ًر ىخ ٍيره ىك ىش ٌره يحليِّوه ي لً ٍحيىتً ًو ى
كقاؿ آم ٍن ي
)مسلسال
Hadis Anas bin Malik ra berkata : Rasulullah saw sarsabda : “ Seorang
hamba tidak mendapatkan manisnya iman sehingga beriman kepada
ketentuan Tuhan (qadar) baik dan buruk, manis dan pahitnya.” Rasulullah
sambil memegang jenggot dan bersabda : “ Aku beriman kepada ketentuan
Tuhan (qadar) baik dan buruk, manis dan pahitnya.” (HR. al-Hakim secara
Musalsal)
Hadis di atas Musalsal qawliy dan fi`liy, Musalsal perkatan dan
sekaligus perbuatan, yaitu perkataan : ―Aku beriman kepada ketentuan
Tuhan (qadar) baik dan buruk, manis dan pahitnya” dan perbuatan
memegang jenggot. Semua periwayat ketika menyampaikan periwayatan
juga melakukan hal itu sebagaimana Rasulillah saw.
Hukum Musalsal adakalanya Shahih, Hasan dan Dha`if tergantung
keadaan para periwayatnya. Di antara kelebihan Musalsal, adalah
menunjukkan ke-muttashil-an dalam mendengar, tidak adanya tadlîs dan
inqithâ`, dan nilai tambah ke-dhabith-an para periwayat. Hal ini dibuktikan
dengan perhatian masing-masing periwayat dalam pengulangan menyebut
keadaan atau sifat para periwayat atau periwayatan.
E. Hadis `Âliy
Dari segi bahasa kata `Âliy isim Fâ`il dari kata عالى يعلي ٍو عيلي ًّوا فهو ىع و
اؿ
= tinggi. Ketinggian sesuatu dapat berlaku pada suatu tempat atau pada
status dan kedudukan. Kertinggian di sini barangkali disesuaikan dengan
109
tingkat derajat kualitas suatu Hadis.. Dalam istilah muhadditsîn Hadis `Âliy
adalah :
يد ىح َّدثىػنىا ىع ٍب يد ال ىٍع ًزي ًز يىػ ٍعنًي ابٍ ىن يم ىح َّم ود ىع ٍن ال ىٍع ىال ًء
ح َّدثىػنىا قيػتىػيبةي بن س ًع و
ٍى ٍ ي ى ى
اؿ ىت ًى ٍج ىرىة صلَّى اللَّوي ىعلىٍي ًو ىك ىسلَّ ىم قى ى ً ىف رس ى
وؿ اللَّو ى
ً
ىع ٍن أىبًيو ىع ٍن أىبًي يى ىريٍػ ىرىةأ َّ ى ي
ث بػ ٍع ىد ثىىال و
ى
110
Nâzil berasal dari kata نىػ ىزؿ يىػ ٍن ًز يؿ نيػ يزكتن فهو نا ًز هؿ yang berarti turun atau
rendah. Sedangkan menurut istilah adalah :
25
al-Thahân, Taysîr…, h. 151
26
M `Ajâj al-Khathîb, al-Mukhtashar…, h. 177
111
.. ..
… …
.. ..
… …
.. ..
… …
.. ..
… …
..
…
..
…
..
…
Rentangan suatu sanad Hadis di sebelah kiri disebut Isnad Âliy, ia hanya
terdiri dari 4 orang yang menduduki rantai sanad pertama sampaai dengan
Mukharrij (penghimpun Hadis ke dalam buku karyanya). Sedangkan sanad suatu
Hadis di sebelah kanan disebuat isnad Nâzil, ia terdiri dari 7 orang yang
menduduki rantai sanad dari sanad pertama sampai dengan Mukharrij.
113
Rangkuman
GLOSARIUM
Muttashil : yang bersambung, sebagian ulama menyebutnya Hadis Mawshûl.
Hadis Muttashil adalah Hadis yang bersambung sanadnya dengan
mendengar masing-masing perawi dari para perawi di atasnya
sampai akhir sanad, baik sampai kepada Rasulillah saw atau sampai
kepada seorang sahabat.
Musnad : menyandarkan, yakni Hadis yang bersambung sanadnya sampai
dengan akhir sanad kepada Nabi saw.
Musalsal : berarti berantai-rantai atau berturut-turut. Hadis dinamakan Musalsal
karena ada kesamaan dengan rantai (silsilah) dalam segi pertemuan
masing-masing periwayat. Hadis musalsal yang yang para
periwayat dalam sanad saling mengikuti satu persatu dalam satu
bentuk keadaan atau dalam satu sifat.
115
BAB VII
MACAM-MACAM HADIS DITINJAU
DARI DITERIMA ATAU DITOLAKNYA MENJADI HUJAH
Komptensi Dasar :
Menjelaskan pengertian, macam-macam, dan contoh Hadis maqbûl dan
mardûd
Indikaor :
Siswa mampu ;
1. Menjelaskan pengertian Hadis maqbûl
2. Menyebutkan macam-macam Hadis maqbûl
3. Menjelakan contoh-contoh maqbûl
4. Sebagaimana
Menjelaskan pengertian
keterangan Hadis mardûd sebelumnya bahwa Hadis dapat
pada bab-bab
terbagi
5. kepada
Menyebutkan
beberapa
macam-macam
bagian bergantung mardûd
Hadispada tinjauannya. Adakalanya ditinjau
dari 6.kuantitas
Menjelakan
periwayat,
contoh-contoh
adakalanya
Hadis mardûddari kualitas sanad dan matan,
ditinjau
sumber pemberitaan, persambungan sanad, gugurnya para perawi dan lain-lain.
Tetapi muara semua ragam pembagian Hadis tersebut adalah dapat diterima atau
tidak dalam bahasa lain maqbûl atau mardûd. Nah pada bab ini akan dipaparkan
Hadis dilihat dari maqbûl dan mardûdnya.
Permasalahan Hadis Maqbûl dan Mardûd berarti permasalahan kualitas
sanad dan matan. Hadis dilihat dari segi kualitasnya terbagi menjadi dua macam
yaitu Hadis Maqbûl dan Hadis Mardûd, Hadis Maqbûl terbagi menjadi dua
Mutawâtir dan Âhâd yang shahih dan hasan baik lidzâtihi maupun lighayrihi
sedang Hadis Mardûd ada satu yaitu Hadis dha`if. Masing-masing pembagian di
atas akan dibahas secara terperinci, yaitu sebagai berikut :
A. Hadis Maqbûl
1. Pengertian
Dalam bahasa kata maqbûl dari akar kata قبً ىل يىقبىل قبيوت فهو مقبيوؿ
artinya = diterima, diambil (ma‟khûzh) atau dibenarkan (mushaddaq). Hadis itu
dapat diterima sebagai hujah dalam Islam, karena sudah memenuhi beberapa
kriteria persyaratan baik yang menyangkut sanad ataupun matan. Menurut urf
ulama al-Asqalanîy dalam kitab al-Nukhbah bahwa Hadis maqbûl adalah :
حاف ثبوتًًو
ً الدليل على رج
ٍي َّ
ىو ما دؿ ٍ ي
Adalah sesuatu yang ditunjuki oleh suatu keterangan secara kuat adanya.
Atau didefinisikan sebagai berikut :
ً ط القبي
وؿ ً ت
فيو شرك ي ٍ ما ىتوافىػ ىر
Sesuatu yang terpenuhi padanya syarat-syarat penerimaan.
116
Keunggulan pembenaran suatu berita pada proses awal ada dua hal
antara adanya dan tidak adanya atau antara benar dan salah. Kemudian, karena
adanya bukti-bukti atau alasan-alasan lain yang memperkuat atau yang
mendukung pada salah satu dari dua dugaan tersebut, maka ia menjadi unggul
atau lebih kuat. Dalam hal ini Hadis maqbûl adalah Hadis yang mendapat
dukungan bukti-bukti kuat atas dugaan kebenarannya. Pendukung itu
sebagaimana beberapa kriterian persyaratan yang ditetapkan para ulama, baik
yang menyangkut sanad maupun matan seperti setiap periwayat harus bertemu
langsung dengan gurunya (ittishâl al-Sanad), adil, dhabith, tidak ada syadz dan
tidak ada illat atau semakna dengan kriteria tersebut seperti adanya pendukung
sanad lain baik dari kalangan tabi‘in (tawâbi‟) maupun sanad lain dari kalangan
sahabat ( syawâhid).
Atau definisi kedua diartikan bahwa ‗Hadis maqbûl‘ adalah Hadis yang
memenuhi persayaratan qabûl sebagai Hadis yang diterima yaitu sebagaimana
persayaratn pada Hadis shahih dan Hasan yaitu ;
a. Sanadnya muttashil (bersambung) artinya masing-masing perawi
pada mata rantai sanad bertemu langsung dengan syeikhnya
b. Para perawinya bersifat adil yakni melazimi taqwa, tidak fasik dan
senantiasa memelihara muru‘ah (harga diri)
c. Para perawinya bersifat dhabith, yaitu kuat daya ingat dan
hapalannya atau tidak terjadi kesalahan dalam tulisan
d. Tidak terjadi syâdz (keganjilan), periwayatan perawi yang tsiqah
tidak bertentangan dengan periwayatan perawi yang lebih tsiqah
e. Tidak adanya illat (cacat), yakni cacat yang tersembunyi dan dapat
terungkap setelah diadakan penelitian.
. Contoh Hadis shahih :
karena dukungan sanad yang lain minimal berkualitas yang sama maka naik
menjadi Hasan li-ghayrihi. Keterangan tentang Hadis shahih dan hasan serta
contoh-contohnya lebih dalam dan leboih rinci telah dijelaskan pada bab
sebelumnya yakni bab Hadis berdasarkan pada kualitas sanad dan matan.
Hadis maqbûl wajib diterima dan dapat dijadikaan hujah menurut
mayoritas ulama. Sekalipun Hadis maqbûl dapat dijadikan hujah tetapi tidak
seluruhnya dapat diamalkan, ada di antaranya yang tidak dapat diamalkan. Para
ulama membagi Hadis maqbûl ini menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut :
a. Ma’mul bihi (ً ) معمُل بartinya Hadis dapat diamalkan dan dapat
dijadikan dasar hukum Islam, yaitu ada 4 :
1) Hadis muhkam ()انمحكم
Hadis Muhkam adalah Hadis yang tidak kontra dengan Hadis lain
sebagaimana mayoritas Hadis. Atau diartikan Hadis yang petunjuk
maknanya jelas dan tegas tidak ada kemungkinan makna lain
sebagaimana dalam ayat-ayat muhkamât.
2) Hadis Mukhtalif ) (انمختهف
Hadis Mukhtalif lawan dari Hadis muhkam yaitu Hadis yang kontra
maknanya dengan Hadis lain tetapi dapat dikompromikan. Misalnya
Hadis tentang larangan menulis selain al-Qur‘an. Rasulullah saw
bersabda :
كحدثيوا ً
ِّ القرآف ف ٍليى ٍم يحو غير
عني ى
ٌ كتب
كم ٍن ى
عني ى
ِّ ت تكتيبيػ ٍوا
ج
حر ى
عني كت ى ِّ
Jangalah engkau tulis dari padaku, barang siapa menulis dari padaku
selain al-Qur‟an maka hapuslah dan beritakanlah dari padaku dan
tidak ada dosa . (HR. Muslim).
Hadis perintah Nabi kepada Abdullh bin `Amr bin al-‗Ash untuk
menulis segala yang datang dari Nabi yakni Hadis Nabi :
خرج ًم ٍنوي اتَّ حق ًً ً ً اكتيب
فوالَّذل نفس ٍى بيىده ما ى
ٍ ى
Tulislah, demi Dzat diriku di bawah kekuasaan-Nya, tidak keluar dari
padanya kecuali hak. (HR. Abu Dawud).
Kedua Hadis di atas terjadi kontra (mukhtalif). Hadis pertama
melarang menulis Hadis, sedang Hadis kedua perintah menulis.
Keduanya dapat dikompromikan yakni Hadis pertama larangan
penulisan berlaku untuk umum karena mayoritas umat Islam pada awal
Islam tidak pandai membaca dan tidak pandai menulis (al-Ummîyun).
Sedang Hadis kedua berlaku untuk khusus yakni bagi telah pandai tulis
baca seperti Abdullah bin Amr bin al-‗Ash. Dengan keumuman Hadis
pertama ditakhshish Hadis kedua.
3) Hadis nasikh )(انىاسخ
Nasikh maksudnya Hadis penghapus hukum yang dikandung oleh
lawannya yang kontra. Nasikh ini merupakan solusi Hadis kontra di atas
(Hadis mukhtalif) setelah tidak mungkin dikompromikan. Tetapi
119
Hadis di atas tentang mandi junub pagi hari bagi orang orang yang
berpuasa pada bulan Ramadhan. Hukum syah puasanya adalah hukum
râjih sedangkan hukum tidak syah puasaanya adalah hukum marjûh. Hadis
Marjûh tidak diamalkan sekalipun shahih atau hasan.
2) Hadis Mansûkh (رٛ = إٌّـdihapus), lawan Hadis Nâsikh (penghapus).
Contohnya sebagaimana Hadis di atas tentang perintah ziarah kubur.
Ziarah kubur mulanya dilarang pada awal Islam, yakni ketika mereka
belum tahu tentang adab ziarah kubur. Tetapi setelah mereka sudah paham
tentang adab ziarah kubur diperbolehkan Rasulullah saw. Dengan
demikian larangan ziarah pada awal Islam terhapus disebut mansûkh
sedang perintah ziarah masa belakangan disebut nâsikh. Hadus mansûkh
tidak diamalkan sekalipun shahih atau hasan.
3) Hadis Mutawaqqaf fîh ) ٗ١لف فٛ (اٌّز, status Hadis dihentikan tidak
diamalkan karena kontra dengan Hadis lain dan tidak dapat diselesaikan
melalui tahapan-tahapan di atas yakni kompromi, nasakh dan tarjîh.
3. Kehujjahan Hadis Maqbûl
Hadis yang telah memenuhi persyaratan Hadis shahih wajib diamalkan
sebagai hujah atau dalil syara` sesuai denga ijma` para ulama Hadis dan
sebagian ulama Ushul dan Fikih. Tidak ada alasan bagi seorang muslim tinggal
mengamalkannya. Hadis Shahih li Ghayrih lebih tinggi derajatnya dari pada
Hasan li Dzâtih, tetapi lebih rendah dari pada Shahih li Dzatih. Sekalipun
demikian ketiganya dapat dijadikan hujah.
Ada beberapa pendapat para ulama yang memperkaut kehujahan Hadis
Shahih ini, di antaranya sebagai berikut ;
a. Hadis Shahih memberi faedah qath`î (pasti kebenarannya) jika terdapat di
dalam kitab Shahîhayn (Bukharî Muslim) sebagaimana pendapat yang
dipilih Ibn al-Shalâh
b. Wajib menerima Hadis Shahih sekalipun tidak ada seorangpun yang
mengamalkannya, pendapat al-Qâsimî dalam Qawâ`id al-Tahdîts
Hadis Hasan menyamai Hadis Shahih tentang kehujahan dan hukum
pengamalannya. Hadis Hasan dijadikan hujah walaupun kualitasnya di bawah
Hadis Shahih. Semua Fuqahâ, sebagian Muhadditsîn dan Ushûlîyîn
mengamalkannya kecuali sedikit dari kalangan orang yang sangat ketat dalam
mempersyaratkan penerimaan Hadis (musyaddidîn). Bahkan sebagian
Muhadditsîn yang mempermudah dalam persyaratan Shahih (mutasâhilin)
memasukkan Hadis Hasan ke dalam Hadis Shahih seperti al-Hakim, Ibn
Hibban, dan Ibn Khuzaymah.
B. Hadis Mardûd
1. Pengertian
Mardûd dalam bahasa dari akar kata رد يير ُّد ردًّا فهو ىم ٍردكد
َّ yakni =
ditolak atau tidak diambil. Dalam uruf ulama Hadis Hadis mardûd adalah :
121
Ahmad. Mereka berpendapat bahwa Hadis Dha`if lebih kuat dari pada
pendapat para sarjana sekalipun proffesor.
c. Hadis Dha`if diamalkan dalam fadhâil al-a`mâl, mau`izhah, targhîb (janji-
janji yang menggemarkan), dan tarhîb (anjaman yang menakutkan) jika
memenuhi beberapa persyaratan sebagaimana yang paparkan oleh Ibn
Hajar al-`Asqalaniy, yaitu berikut :
1) Tidak terlalu Dha`if, seperti di antara periwayatnya pendusta (Hadis
mawdhû`) atau dituduh dusta (Hadis matrûk), orang yang daya ingat
hapalannya sangat kurang, dan berlaku fasik dan bid`ah baik dalam
perkataan atau perbuatan (Hadis munkar).
2) Masuk ke dalam kategori Hadis yang diamalkan (ma`mûl bih) seperti
Hadis muhkam (Hadis makbul yang tidak terjadi pertentangan dengan
Hadis lain), nâsikh (Hadis yang membatalkan hukum pada Hadis
sebelumnya), dan râjih (Hadis yang lebih unggul di bandingkan
oposisinya).
3) Tidak dii`tiqadkan secara yakin kebenaran Hadis dari Nabi, tetapi
karena berhati-hati semata atau ihtiyâth.27
Pendapat pertama, dari tiga pendapat di atas pendapat pertama lebih
selamat karena jika alasan pengamal Dha`if dalam fadhâ‟il al-a`mâl tidak
dalam ahkam sebagaimana pendapat ketiga di atas, bukankan Hadis shahih
tentang fadhâil al-a`mâl, targhîb, dan tarhîb juga sudah banyak, ? mengapa
tidak menggunakan yang shahîh saja ?. Tidak ada bedanya antara ahkam dan
fadhâil al-a`mâl dalam keharusan merujuk kepada Hadis yang makbul baik
shahih atau hasan, karena Hadis tentang fadhâil-pun misalnya tentang pahala
besar dalam suatu amal, akhirnya ditetapkan sunah atau mustahab.
Pendapat kedua, maksud Imam Ahmad dan Abu Dawud tentang
pengamalan Dha`if secara mutlak adalah dha`if dalam persepsi ulama klasik
yang masih begabung dengan Hadis shahih yang pada waktu itu Hadis hanya
terbagi menjadi dua macam yakni Shahih dan Dha`if belum timbul Hadis
Hasan. Jadi yang dimaksud Hadis Dha`if dalam persepsi mutaakhirin adalah
Hadis Hasan baik li dzâtih atau li ghayrih yang terdapat kekurangan sedikit
yang tidak terlalu parah.
Pendapat ketiga, sekalipun Hadis Dha`if telah memenuhi persyaratan di
atas, maksudnya untuk menggemarkan beramal dan msuk bab berhati-hati saja
barangkali memang Hadis tersebut benar dari Rasulullah, bukan menetapkan
(itsbât) kebenarannya semata, maka ia tidak kuat dijadikan sebagai sumber
hukum Islam atau keutamaan akhlak. Hadis yang dijadikan pedoman umat
Islam baik dalam ahkâm atau fdhâil al-a`mâl adalah Hadis maqbûl, yaitu
shahih, hasan, dan paling rendah adalah Hasan li ghayrih. Hal ini memperkuat
usaha para ulama awal yang telah susah payah dan berhati-hati dalam
meriwayatkan Sunah dan memeliharanya.
27
`Ajaj al-Khathîb, Mukhtashar al-Wajîz fî…, h. 157-160
124
sedangkan Hadis mardûd adalah yang tertolak tidak dapat dijadikan dasar
hukum yaitu Hadis dha‘if dengan segala macamnya. Sekalipun Hadis Shahih
dan Hasan dapat diterima tetapi tidak seluruhnya dapat diamalkan, di antaranya
ada yang dapat diamalkan yang disebut ma‟mulun bih dan ada pula yang tidak
dapat diamalkan yang disebut ghayr ma‟mulun bih. Agar lebih mudah
dipahami berikut ini dipaparkan skema sederhana :
HADIS DILIHAT
MAQBÛL DAN
MARDÛD
مقبوؿ مردكد
Rangkuman
Hadis dilihat dari sisi diterima atau ditolak ada dua macam, yaitu ;
Maqbûl dan Mardûd. Hadis Maqbûl adalah sesuatu yang ditunjuki suatu
keterangan atas keunggulan adanya sedang Hadis Mardûd sebaliknya. Hadis
yang tergolong maqbûl adalah ; Shahih li dzatihi, Shahih li ghayrihi, Hasan
li dzatihi dan Hasan li ghayrihi. Hadis Maqbûl terbagi menjadi dua yaitu
Ma’mul bih (diamalkan ) dan Ghayru Ma’mul bih )tidak diamalkan. Maqbûl
yang Ma’mul bih ada 4 yaitu ; Hadis Muhkam, Hadis Mukhtalif yang dapat
dikompromikan, Nasikh dan Rajih. Sedang Maqbûl yang Ghayru Ma’mul
bih ada 3, yaitu ; Hadis Mutawaqqaf fih, Mansukh dan Marjuh. Hadis yang
tergolong Mardûd adalah Hadaits Dha’if dengan segala macam-macamnya.
GLOSARIUM
BAB VIII
ILMU AL-JARH WA AL-TA’DÎL
Kompetensi Dasar :
Menjelaskan pengertian al-jarh dan al-ta‟dîl dan susunan lafal yang
digunakannya
Indikator :
Siswa mampu :
1. Menjelaskan pengertian al-jarh dan al-ta‟dîl
2. Menyebutkan susunan lafal yang digunakan dalam al-jarh dan al-ta‟dîl
3. Menjelskan kegunaan susunan lafal dalam al-jarh dan al-ta‟dîl
كرد فػي شػػأنً ًه ٍم ممػػا يي ًشػ ٍيػنيػ يه ٍم ػث عػ ًن الػ ُّػركاةً مػػن حيػ ي
ػث مػػا ى ىػػو علػ هػم يىػ ٍب ىحػ ي
و
مخصوصة أك يػ ىزِّكي ًهم بً و
ألفاظ ٍ ٍ ي
Adalah ilmu yang membahas tentang prilaku baik yang mencela atau yang
membersihkan mereka dengan menggunakan lafal-lafal tertentu. 28
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa ilmu ini membahas tentang sifat-
sifat para perawi Hadis yang dijadikan bahan dalam menilai cacat atau bersih dari
cacat dengan menggunakan kata-kata tertentu. Misalnya seseorang perawi yang
biasa bohong dinilai sebagai ب النٌػاس= أ ٍكػ ىذ يmanusia yang paling bohong, maka ia
ditolak periwayatannya dan Hadisnya dinilai bohong. Sedangkan orang yang
sangat tinggi keadilan dan kedhabithannya dinilai = ث ٌقػة ث ٌقػةterpercaya-terpercaya,
terulang dua kali menunjukkan kerdilitasnya sangat tinggi. Nilai kadar keadilan
dan kedhabithan para perawi hadis, demikian juga nilai kadar kecacatan para
perawi Hadis telah ditetapkan para ulama dalam buku-buku Ilmu al-jarh wa al-
Ta‟dîl yang merupakan hasil penelitian para ulama yang ahli dalam bidang ini.
Ilmu al-jarh wa al-Ta‟dîl ini sangat penting dalam mempelajari Ilmu
Hadis. Karena, seseorang tidak akan mengetahui kadar keadilan dan kedhabithan
perawi Hadis tanpa melalui ilmu ini. Keadilan dan kedhabithan perawi Hadis
adalah bagian dari kriteria Hadis yang diterima. Jadi seseorang mengetahui mana
Hadis yang shahih dan mana yang tidak shahih harus mengetahui sifat keadilan
dan kedhabithan para perawinya. Dan seseorang akan mengetahui nilai keadilan
dan kedhabithan mereka harus mempelajari Ilmu al-jarh wa al-ta‟dîl. Dari
28
Shubhi al-Shaleh, Ulum al-Hadîts wa Mushthalahuhu, Beirut : Dâr al-‗Ilmi li al-Malâyîn, tth. H.
109
128
keterangan ini kiranya dapat disimpulkan bahwa kegunaan Ilmu al-jarh wa al-
Ta‟dîl adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui perawi mana yang adil dhabith dan yang tidak
2. Mengetahui tingkatan sifat keadilan dan kedhabithan para perawi
3. Mengetahui mana di antara perawi yang diterima periwayatannya dan
mana di antara mereka yang ditolak perawinya.
Para ulama sepakat bahwa syarat seorang penilai atau kritikus keadilan
dan kecacatan seorang perawi Hadis harus adil terhadap diri sendiri, taqwa dan
jauh dari fanatisme sempit, dan mengetahui sebab-sebab jarh dan ta`dîl. Sedang
kaedah dasar yang dipedomani dalam kritik, di antaranya sebagai berikut :
1. Amanah dalam hukum
Mereka hendaknya menyebutkan kelebihan dan kekurangan para periwayat
Hadis. Oleh karena itu Muhammad bin Sirin berkata : ― Engkau mendzalimi
saudaramu, jikalau engkau hanya menyebutkan kekurangannya saja dan tidak
menyebutkan kelebihannya.
2. Ketelitin dan kehati-hatian
Para peneliti sangat berhati-hati dan teliti dalam menyampaikan kritik sanad.
Banyak di antara mereka yang menyebutkannya disertai masa pikun atau
kacau akalnya, sebab terduga sesuatu, dan dibedakan antara kecacatan pada
keadilan dan pada hapalan. Misalnya ketika orang bertanya kepada Imam `Ali
al-Madiniy tentang ayahnya, ia menjawab : ―tanyakan kepada orang lain.‖
Begitu orang-orang bertanya kembali, seraya beliau menundukkan kepala
kemudian mengangkatnya dan berkata : ― Ini urusan agama, ia dha`îf.‖
3. Menjaga etika dalam jarh
Al-Muzaniy ketika ditanya al-Syafi`i tentang seseorang pada suatu hari
menjawab: ―Fulan kadzdzâb (pendusta).‖ Beliau berkata : Hai Ibrahim
gunakan kata-katamu yang sopan, jangan engkau katakan si Fulan pendusta,
ليس بً ى
ش ٍي وف ً
katakanlah :
ىحديٍػثيوي ى ― Hadis si Fulan tidak ada apa-apanya.‖
ً ت الن
َّاس = اك أثبى يManusia yang paling kuat hapalan dan keadilannya.
ً ليس لو
نظ ٍيػ هر
3) ى ي = tak ada tandingannya
1) ضابً ه
ط ثًىقةه ى/ت = ثًىقةه ثىػبى هdapat dipercaya dan kuat hafalan
2) = ثًىقةه ىمأ يٍم ٍو هفdapat dipercaya dan amanah
3) = ثًقةه ثًقةهdapat dipercaya, dapat dipercaya
c. Ta‘dîl dengan menggunakan ungkapan kata yang menunjukkan ketsiqahan
seorang periwayat dengan satu sifat tanpa tawkîd, misalnya ;
29
Mahmud al-Thahan, op. cit., h. 146
130
1) ب حديثيوي
= يي ٍكتى يditulis Hadisnya
2) صالً يح الحديثatau ديث ً = ًجيٌ يد الٍحBaik Hadisnya
ى
Tiga tingkatan Ta`dîl awal di atas dari no a-c (1-3) dapat dijadikan
hujjah tanpa diteliti lebih lanjut sekalipun berbeda dari segi tingkat potensinya.
Tingkatan ke-4 dan ke-5 tidak dapat dijadikan hujjah, tetapi ditulis Hadisnya
untuk diadakan verifikasi kembali sekalipun tingkat d (4) lebih tinggi dari pada
tingkat e (5). Verifikasi dapat dilaksanakan dengan cara memperbandingkan
dengan periwayatan orang-orang tsiqah ini, jika sesuai maka dapat dijadikan
hujjah dan jika tidak sesuai tidak dapat dijadikan hujjah. Sebagian ulama Hadis
ahli tahqîq menggunakannya dalam tingkat di bawah tingkat shahih, yakni
Hasan.30 Adapun tingkatan terakhir yakni ke-f (6) tidak dapat dijadikan hujjah,
tetapi tetap ditulis Hadisnya untuk bahan penelitian saja.
Dalam kitab al-Taqyîd wa al-Idhah Syarah Muqaddimah Ibn Shalah
1/157 disebutkan sebagai berikut :
30
Tadrîb al-Rawî, h. 58
131
ً
ِّ ص ػ يد ٍك هؽ أك محلُّػوي
الص ػ ٍد يؽ أك إذا قيػػل إنػػوي ى:اؿ ابػ يػن أبًػي ىح ػات وم
ق ػ ى: الثاني ػةي
.كىي الٍ ىم ٍن ًزلةي يُ الثَّانية يوًتى بأٍس ًبو فهو ًم َّمن ي ٍكتىب حديثيوي كيػ ٍنظىر ف
ى ي ى ٍي ي ى
Susuna lafal ta‘dîl secara ringkas ada dua tingkatan :
a. Ibnu Abi Hatim berkata : jika dikatakan kepada seseorang : إنَّػوي ثًىقػةه
(tsiqah)= bahwa ia dapat dipercaya atau يمػ ٍت ًق هن (mutqin) = teguh dan
mayakinkan kepercayaannya, maka ia tergolong orang yang dapat
dijadikan hujah Hadisnya. Aku katakan : demikian juga, jika dikatakan
ت( ثىػبىػ هtsabatun) = teguh atau ُ( يح َّجػةهhujjatun) =menjadi hujah. Demikian
juga jika dikatakan dalam keadilan ُحػافًظه = إنوي ىsesungguhnya ia hâfizh
atau kuat hapalannya atau ط ضابً ه
( ىdhâbith)=kuat daya ingatannya.
b. Ibnu Abi Hatim berkata : Jika seseorang dikatakan صػ يد ٍك هؽ
= إنػػوي ى
sesungguhnya ia shadûq sangat jujur atau ِّ ( محلُّػويmahalluhu al-
الصػ ٍد يؽ
shidqu) = statusnya jujur atau ًُ س بػو
( تى بػأٍ ىlâ ba‟sa bihi) = tidak apa-apa.
Mereka tergolong orang yang ditulis Hadisnya dan diteliti kebenaranya
tergolong tingkatan kedua.
ِّ س بًالٍ ىق ًو
3) ل
= لىٍي ىSi Fulan tidak kuat
b. Tajrîh dengan menggunakan ungkapan lafal yang menunjuk tidak dapat
dijadikan hujjah atau sesamanya secara tegas, misalnya :
132
1) ك َّػذ ه
اب atau دج ه
ػاؿ َّ atau ىكضَّػاعه = pendusta, Dajjal/pengrusak, dan
pemalsu
ب ً
2) يى ٍكذ ي atau يض يع
ى = bohong atau memalsukan Hadis
3) ب النَّاس
= أ ٍك ىذ يmanusia yang paling bohong
Dua tingkatan yang pertama dari tingkatan tajrîh di atas tidak dapat
dijadikan hujjah Hadisnya, tetapi ditulis untuk bahan penelitian, sekalipun
keduanya memiliki tingkatan yang berbeda. Sedang 4 tingkatan akhir tidak dapat
dijadikan hujjah, tidak ditulis Hadisnya, dan tidak perlu diteliti karena sangat-
sangat lemah atau kebohongannya.
Dalam kitab al-Taqyid wa al-Idhah Syarah Muqaddimah Ibn Shalah
1/159 disebutkan secara panjang tentang susunan lafal al-jarh. Ibnu al-Shalah
membuat susunan lafal dalam tajrîh menjadi 4 susunan, yaitu sebagai berikut :
ً لىػيِّن الٍحػ
ديث
a. Lafal : ي ى (layn al-Hadîts) berarti lemah Hadisnya, ditulis
Hadisnya dan diteliti sebagai I‟itibar berarti perbandingan sanad lain
:ب ً
على ىم ىرات ى ا ض
ن أي ي ً كأما أل ىفاظي يه ٍم فًي الٍ ىج ٍرح ف
ه َّ
ى ى
ابن أبػي ح و ً قىػو يلهم لىيِّن الٍح: تىا
أجػابيػ ٍوا فػي
إذاى ى:ػاتم قاؿ ي ى.ديث ي ى ٍ أي ٍك ى
ً
:ػت
قل ي.ػارا جل بًليِّ ًن الحديث ي
فه ىو م َّمػ ٍن ييكتىػب حديثيػو كييػ ٍنظىػر فيػو اعتب ن ً الر
َّ
ػدار قيطٍنػ ًي اإلمػاـ فقػاؿ لػوي الحسن ال ى ٍ السهمي أبىا َّ يوسفى بن
كسأؿ حمزةي ي
ػش تي ًريٍػ ػد ب ػ ًػو ؟ ق ػ ى
ت يك ػػو يف س ػػاقطنا مت ػ يػرٍك ىؾ:ػاؿ ً
ٍ ػت ف ػػال هف لػ ػيِّ هن اي ػ
إذا قل ػ ى:
ً
.العدالة سقط عن ً الحديث كلكن مجركحا بًشي وء ت ي ً
ٍ ى ٍي ن ٍ ي
134
حجةه
َّ (hujjatun) = dapat dijadikan hujah
( أك ثًىقةهtsiqatun) = atau dapat dipercaya.
Sedangkan kritik kualitas para periwayat Hadis yang paling rendah
adalah kata ;
اب
كذ هَّ (kadzdzâb) = pendusta
( ساقً هSâqith)= yang gugur
ط
Ahmad bin Shaleh berkata : Tidak ditinggal Hadis seseorang sehingga
seluruh ulama sepakat untuk meninggalkan Hadisnya, terkadang dikatakan فال هف
ضعيف
ه (Fulân dha‟îf) = si Fulan lemah. Adapun perkataan ; مترٍك هؾ
فال هف ي:
(Fulân matrûk) = si Fulan ditinggalkan jangan ditinggalkan kecuali sepakat
semua ulama untuk meninggalkan Hadisnya.
Di antara buku tentang al-jarh wa al-ta‘dîl adalah sebagai berikut :
136
Rangkuman
al-jarh dalam bahasa diartikan melukai badan sehingga berdarah. Tajrîh
adalah bentuk muta’addi dari al-jarh berarti menilai jarh sesuatu. Arti
istilah adalah menjelaskan sifat-sifat periwayat Hadis yang melemahkan
periwayatannya atau tertolaknya. Kata al-Ta`dîl arti bahasa adalah sesuatu
yang lurus antonim penyimpangan Dalam istilah adalah mensifati periwayat
Hadis dengan beberapa sifat yang membersihkan dirinya dari kesalahan dan
kecacatan, sehingga nampak keadilan dan diterima beritanya.
Susunan lafal yang digunakan ta’dîl yaitu sebagai berikut :
3. Menunjuk makna lebih, misalnya ;
ص يدك هؽ
ىatau ىمأ يٍمو هف = sangat benar
ب حديثيوي
= يي ٍكتى يditulis Hadisnya
Susunan lafal yang digunakan Tajrîh adalah sebagai berikut :
1. Menunjuk cacat keadilan yang ringan, misalnya :
ٍحديث
= فيال هف لىيِّ ين ال ىSi Fulan lemah Hadisnya
2. lafal yang menunjuk tidak dapat dijadikan hujjah, misalnya ;
ض ًع ه
يف =فال هف ىSi Fulan lemah
3. Menunjuk tidak ditulis Hadisnya, misalnya :
ب حديثيوي
=فال هف ت يي ٍكتى يSi Fulan tdak ditulis Hadisnya
. Menunjuk tuduhan dusta, misalnya :
ب النَّاس
= أ ٍك ىذ يmanusia yang paling bohong
Nilai ta’dîl menunjuk periwayat yang diterima kecuai yang terendah
untuk bahan penelitian. Sedang nilai cacat (tajrîh) yang terendah masih
ditulis untuk dijadikan bahan penelitian kecuali tajrîh yang tertinggi tidak
ditulis dan tidak dijadikan bahan penelitian. Untuk mengetahui nilai
tingkatan adil dan jarh seorang perawi sudah banyak ditulis para ulama di
berbagai buku al-jarh wa al-Ta’dîl .
138
GLOSARIUM
BAB IX
BIOGRAFI SINGKAT PARA
PERAWI DAN PENTAKHRIJ HADIS
Kompetensi Dasar :
Menjelaskan sejarah singkat sahabat yang banyak meriwayatkan Hadis, enam
tokoh pengkodifikasi Hadis dan karya-karyanya.
Indikator :
Siswa mampu :
1. Menjelaskan sejarah singkat di antara sahabat yang banyak meriwayatkan
Hadis yaitu Abu Hurairah, ‗Abdullah ibn ‗Umar, Anas ibn Malik, ‗Aisyah
Ummul Mu‘minin.
2. Menjelaskan sejarah singkat enam perawi Hadis yaitu Imam al-Buhkari,
Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam al-Turmudzi, Imam al-Nasa‘i, dan
Imam Ibnu Majah
3. Menunjukkan contoh karya-karya enam perawi Hadis
Dalam menilai kualitas suatu Hadis perlu adanya kritik sanad dan matan.
Kritik sanad artinya kemampuna menilai secara jernih tentang kualitas para
perawi Hadis yang ada dalam sanad suatu Hadis apakah bersambung sanadnya ?
Apakah adil dan dhabit para perawi dalam sanad tersebut ? dan seterusnya. Untuk
mengetahui kualitas seorang perawi terlebih dahulu harus mengetahui
biografinya. Di mana dia lahir dan meninggal, bagaimana sifat-sifat yang
dimiliknya, bagaimana sifat kepercayaanya dalam periwayatan, bagaimana
kemampuan mengingat atau menghapal, bagaimana kontribusinya terhadap
perkembangan peruwayatabn dan pembukuan Hadis dan seterusnya.
Pada pembahasan bab ini ada dua kelompok biografi singkat para perawi
Hadis yang mempunyai andil besar dalam periwayatan sehingga sampai kepada
umat Islam sekarang :
1. Biografi sahabat yang banyak meriwayatkan Hadis
2. Biografi para perawi yang berjasa dalam pembukuan Hadis yang
disebiut dengan pentakhrîj Hadis
Berikut ini dipaparkan biografi para periwayat dari dua kelompok
tersebut.
1. Abu Hurairah
Nama Abu Hurairah adalah nama panggilan yang diberikan Rasulillah saw
yang berarti bapaknya kucing. Nama aslinya adalah Abdur Rahman bin
Shakhr al-Dawsiy (kabilah di Yaman). Nama tersebut diberikan Nabi saw,
sebagai pengganti nama masa Jahiliyah sebelumnya yaitu `Abd Syams bin
Shakhr. Panggilan Abu Hurairah (bapaknya kucing) diberikan pada saat
Rasul melihatnya membawa kucing kecil yang keluar dari lengan baju
gamisnya di satu majlis Rasul. Sungguh mengejutkan pada saat itu pada saat
tenang para sahabat duduk di hadapan Rasulillah tahu-tahu muncul dari
lengan bajunya seekor kucing. Dari saat itulah panggilan Abu Hurairah
mencuat dan terkenal. 31
Abu Hurairah masuk Islam pada tahun ke 7 Hijriyah pada tahun perang
Khaybar. Pada masa hidupnya dia seorang pimpinan penghuni Shuffah,
yang mengkosongkan seluruhnya waktunya hanya untuk beribadah kepada
Allah dan mencari Hadis dari Rasulillah. Suffah adalah suatu tempat
berlindungan para sahabat di masjid Nabawi yang zuhud. Abu Hurairah
salah seorang sahabat yang mendapat do‘a dari Rasulillah saw sehingga
hapal terhadap apa yang didengar dan dilihat. Dalam salah satu Hadis yang
diriwayatakan al-Bukhari, Muslim dan al-Turmudzi, ia berkata :
كثيرا
ك حديثنا نأس ىم يع ًم ٍن ى
ٍ ني ِّ ًرسوؿ اهلل إ
ى ت يا قاؿ قيػ ٍل ي
ىعن أبي ىريرىة ى
ض َّموي ؼ بي ىديٍ ًو ثم ى
قاؿ ي قاؿ فىػغى ًر ى س ٍط ًرداىءىؾ فىػبى ى
سطٍتيوي ى قاؿ ابٍ ي
ساهي ى
أنٍ ى
)ت شيئنا بع ىده (أخرجو البخارم ً ضممتيوي فما
نس ٍي ي فى ى ى ٍ ى
Darّّi Abi Hurairah aku berkata Ya Rasulillah ! Aku mendengar dari
padamu banyak Hadis, tetapi aku melupakannya. Beliau bersabda :
“Bentangkan selendangmu, “ akupun membentangkannya. Dia berkata :
Beliau mengayunkan kedua tangannya lantas bersabda : “Himpunkan
dia”. Akupun menghiumpunkannya dan aku tidak pernah lupa sedikitpun
setelah itu”. (HR. al-Bukhari)
31
Al-Mâlkî, al-Manhal…, h. 202 dan Shubhî al-Shâlih, `Ulûm al-Hadîts.., h. 359
141
32
Shubhî al-Shâlih, `Ulûm al-Hadîts…, h. 361
33
Masyfuk Zuhdi, Pengantar Ilmu Hadits, h. 128
142
Sungguh aku melihat kita (sahabat) orang-orang yang sempurna, tidak ada
seorang pemuda di tengah-tengah kami yang lebih mampu menguasai dirinya
dibandingkan dengan Abdullah bin Umar.
Beliau termasuk seorang sahabat yang tekun dan berhati-hati dalam
periwayatan Hadis. Abi Ja`far berkata : ―Tidak ada seorang sahabat Nabi
yang mendengar Hadis dari Rasulillah yang lebih berhati-hati dari pada Ibn
`Umar ia tidak mengurangi dan tidak menambah periwayatan.” 34 Menurut
Imam Malik, Selama 60 tahun sesudah wafat Nabi Ibn `Umar memberi fatwa
hukum dan meriwayatkan Hadis. Ibn al-Bakkar juga mengatakan, Ibn `Umar
menghapal semua yang ia dengar dari Rasulillah dan bertanya kepada orang-
orang yang yang menghadiri majlis-majlis Rasulillah tentang segala
perkataan dan perbuatannya.35 Ibn Hazm menilainya sebagai seorang sahabat
yang banyak memberi fatwa dan meriwayatkan Hadis.
Jumlah Hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar sekitar 2.630
buah. Ia meriwayatkan Hadis dari Nabi dan dari para sahabat, di antaranya
dari ayahnya sendiri `Umar, pamannya Zaid, saudara kandungnya Hafshah,
Abu Bakar, Umar, Ali, Bilal, Ibn Mas`ûd, Abu Dzarr, dan Mu`adz. Imam al-
Bukhari meriwayatkan sekitar 81 buah Hadis dari padanya, Muslim
meriwayatkan dari padanya sekitar 31 buah Hadis, dan yang disepakati antara
keduanya sebanyak 1700 buah Hadis.36 Banyaknya periwayatan Abdullah bin
`Umar karena disebabkan beberapa faktor, antara lain :
a. Ia tergolong sahabat pendahulu masuk Islam dan berusia panjang
mencapai 87 tahun
b. Selalu hadir di majlis-majlis Nabi saw dan mempunyai hubungan
dekat dengan beliau, karena menjadi iparnya saw
c. Tidak punya ambisi kedudukan dan tidak melibatkan diri dalam
berbagai konflik politik di kalangan sahabat.37
Ia meninggal dunia di Mekkah pada tahun 73 H/693 M dalam usia 87
tahun.
sungguh jumlah anak-anakku dan anak cucuku pada hari ini mencapai 100
orang.38
Nabi sering mengajak canda dan humor dengan Anas dengan panggilan :
―Ya dza al-udzunayn” (Hai anak yang memiliki telinga dua) sehingga tidak
terkesan sebagai pergaulan tuan dan budaknya. Anas menceritakan selama
pergaulannya dengan Nabi : Beliau tidak pernah mempersoalkan apa yang aku
lakukan ; mengapa kamu lakukan begini, mengapa kamu tinggalkan begini
atau mengapa kau tidak tingalkan begini ? dan seterusnya. Tetapi beliau
mengatakan : Apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi dan apa yang tidak
dikehendak-Nya tidak terjadi.”
Pada saat perang Badar Anas masih berusia muda maka belum mengikuti
peperangan ini, tetapi setelah itu ia banyak melibatkan diri dalam berbagai
pertempuran. Ketika Abu Bakar bermusyawarah dengan `Umar tentang
pengangkatannya sebagai gubernur Bahrayn, `Umar memujinya ; dia adalah
seorang pemuda yang cerdas dan penulis. Dia seorang wara‘ dan taqwa sebab
telah lama pergaulannya dengan Nabi. Abu Hurairah berkata :
برسوؿ اهلل صلى اهلل عليو كسلم ًم ًن ابٍ ًن يسلىٍي وم
ً أيت أح ندا أ ٍشبوى
ىما ر ي
)(يعني أنس
Aku tidak melihat seorang yang shalatnya lebih serupa dengan Nabi dari
pada Ibn Sulaim yakni Anas bin Malik.
Ibn Sîrîn juga berkata :
َّ ض ًر ىك
الس ىفر ٍح ى ً س ين الن
َّاس صالةه في ال ى ىح ى
ٍأ
Anas adalah manusia yang paling baik shalatnya baik dalam shalat hadhar
(mukim di rumah) maupun safar (bepergian jauh).39
Ia dibesarkan di tengah-tengah keluarga Nabi selama 9 tahun dan
beberapa bulan sehingga ia banyak mengetahui hal ihwal Nabi baik berupa
perkataan, perbuatan dan pengakuan beliau. Ia dikaruniai cukup panjang umur
sehingga ia msih hidup selama 83 tahun setelah wafat beliau. Hal inilah di
antaranya yang menyebabkan ia banyak meriwayatkan Hadis dari beliau baik
secara langsung dari beliau maupun melalui sesama para sahabat kemudian
disampaikan kepada umat.40
Jumlah Hadis yang diriwayatkan Anas bin Malik mencapai 2.286 buah
Hadis Imam al-Bukhâri meriwayatkan dari padanya sebanyak 83 buah Hadis
dan Muslim sebanyak 71 buah Hadis. Pada akhir hayatnya ia berpindah ke
Bashrah dan salah seorang sahabat yang terakhir wafatnya di Bashrah. Wafat
pada tahun 93 H dalam usia lebih 103 tahun.
38
al-Mâlikiy, al-Manhal…, h. 220
39
Shubhiy al-Shâlih, `Ulûm al-Hadîts …, h. 364
40
Msyfuk Zuhdi, PengantarIlmu Hadis, h. 132
144
4. Aisyah
Aisyah putri Abu Bakar al-Shiddîq teman dekat Rasulillah. Ia lahir dua
tahun setelah Nabi diutus sebagai Rasul, ia dinikahi Nabi pada usia enam
tahun dan berkumpul sebagai suami istri pada usia 9 tahun, yaitu pada bulan
Syawal tahun 1 H. Dialah satu-satunya istri Nabi yang masih gadis. Inilah di
antara hikmahnya mengapa Nabi mengawini seorang gadis yang masih kecil.
Karena ia seorang anak yang cerdas, jernih, dan polos pikirannya sehingga ia
banyak membawa agama dan banyak meriwayatkan Hadis untuk disampaikan
kepada umat. Ia selain jenius, keras kemauannya untuk mengetahui hukum-
hukum agama juga sebagai istri Nabi yang sangat intim hubungannya dengan
Nabi sehingga banyak dan luas pengetahuannya tentang ilmu agama yang
bersumberkan dari al-Qur‘an dan Hadis. Ia juga menjadi tempat pertanyaan
berbagai persoalan agama di kalangan sahabat. Ia masih hidup selama 39
tahun setelah wafat Nabi saw.
Di antara sifat keistimewaan yang dimilikinya adalah mempelajari
bahasa, syi`ir, ilmu kedokteran, ansâb (keturunan), dan hari-hari Arab. Al-
Zuhriy berkata :
41
Shubhî al-Shâlih, `Ulûm…, h. 365
145
42
Shubhiy al-Shalih, `Ulûm…, h. 396
43
Muhammad bin Shâlih al-`Utsaymin, Mushthalah al-Hadîts, (Riyadh Jâmiat al-Imân
Muhammad bin Sa`ud, 1405), h. 57
146
44
Izzat `Athiyah et. al., A`lâm al-Muhadditsîn wa Manâhijuhum fi al-Riwâyah wa al-
Âdâb wa al-Dirâyah, ( Cairo : tp., 2000),h. 337
147
Hadis terkemuka dan murid al-Bukhari. Sejak kecil beliau belajar Hadis ke
beberapa guru di berbagai negara antaranya ke Hijaz, Syam, Irak, Mesir dan
lain-lain seperti gurunya al-Bukhari. Al-Nawawi berkata : ―Imam Muslim
seorang yang sangat berhati-hati, teguh pendirian, wara`, dan makrifah‖.
Di antara buku Hadis yang beliau tulis adalah Shahîh Muslim
berisikan 4.000 Hadis yang merupakan hasil penyeleksian dari 12.000 buah
Hadis yang dihitung secara berulang,45 atau pendapat lain sebanyak 7.275
buah Hadis secara terulang-ulang.46 Menurut Fuad Abd al-Bâqiy sebanyak
3.033 buah Hadis tanpa diulang. Buku itu disusun selama 12 tahun. Shahîh
al-Bukhariy dan Shahîh Muslim, keduanya kitab yang paling shahih setelah al-
Qur‘an, para ulama menerimanya secara aklamasi (qabûl) dan mayoritas
mereka menilai al-Bukhari lebih shahih, tetapi Shahîh Muslim lebih indah
sistematika penulisannya. Imam Muslim berkata :
ت ىُم و ً ً أف أىل ال
فمػ ىد ياريى ٍم علىػى ىػ ىذا
الحديث ى
ى سنة لو َّ ى ى
ٍ ٍحديث يى ٍكتبيوف مئى ى
صح ٍي ًحو
ً الٍمسنى ًد – يعني
ٍي
Seandainya ahli Hadis menulis Hadis selama 200 tahun, maka intinya pada
kitab Shahîhnya. 47
Menurut penelitian para ulama, persyaratan yang ditetapkan Muslim
dalam kitabnya pada dasarnya sama dengan penetapan Shahîh al-Bukhâriy.
Ibn al-Shalâh mengatakan bahwa persyaratan Muslim dalam kitab Shahîh-nya
adalah :
a. Hadis itu bersambung sanad-nya
b. Hadis diriwayatkan oleh orang kepercayaan (tsiqah) dari generasi
permulaan sampai akhir
c. Terhindar dari syudzûdz dan `illah.
45
Mahmûd al-Thahân, Taysîr…, h. 34
46
al-`Utsaymin, Mushthalah al-Hadîts, h. 59
47
Al-Shaleh, Ulûm al-Hadîts wa...h. 399
148
48
Mushthafâ al-A`zhamiy, Metodologi Kritik Hadis, h. 154
49
Abu zahw, al-Hadîts wa al-Muhadditsûn, h. 359
50
Ibid. h. 155
51
`Ajaj al-Khathîb, al-Mukhtashar…, h. 136-137
149
setara dengan kitab Sunan Abî Dawûd. Para ulama menerimanya dan dia
menjadi hakim antara Fuqahâ yang berlainan madzhab.52
Dalam sejarah hidupnya beliau bermukim di Bashrah dan mengajar
Hadis di sana sampai meningal pada tangal 16 Syawal 275 H/889 M.
52
Ash-Shiddieqy, Sejarah..., h. 328
53
Shubhî al-Shâlih, `Ulûm al-Hadîts…, h. 400
150
ke berbagai kota besar untuk mencari Hadis, antara lain ke Khurrasan, Hijaz,
Irak, dan Mesir kemudian menetap di Mesir. Beliau juga seorang faqih
bermadzhab al-Syâfi`i, ahli ibadah, berpegang teguh pada Sunah, dan
memiliki wibawa kehormatan yang besar. Setelah melaksanakan ibadah haji ia
menetap di Mekkah sampai menghadap ke hadirat Ilahi pada tahun 303 H /915
M. Beliau meningal di al-Ramalah dan dimakamkan di Bayt al-Maqdis. Imam
al-Daru Quthniy memberi komentar tentang al-Nasai :
ً كالر
جاؿ ً
ِّ لحديث لمهم ًبا ً ً كا ىف أفقو م ى
ٍ شايًٍي ًخ م
ص ىر في عص ًره كأ ٍع ى ى
al-Nasai adalah orang yang paling alim Fikih di antara syeikh-syeik Mesir
pada masanya dan orang yang paling mengetahui hadis dan para
perawinya.54
Cukup banyak karangan beliau kurang lebih 15 buku, yang paling
populer adalah al-Sunan yang disusun seperti bab Fiqh. Di dalamnya tidak ada
seorang periwayat yang disepakati kritikus untuk ditinggalkannya. Dari segi
kualitas Hadisnya terdapat Hadis shahih, hasan dan dha`if. Beliau beri nama
buku itu الكبػػرل السػػنن (al-Sunan al-Kubrâ), kemudian diajukan kepada
seorang amir di al-Ramalah, beliau ditanya : ―Apakah semua Hadis di
dalamnya shahih ? Beliau menjawab : ― Di dalamnya ada yang shahih, hasan,
dan yang mendekatinya.‖ Tuliskan yang shahih saja dari padanya! sahut
Amir. Maka beliau menyaring dari kitab itu Hadis-Hadis shahih saja yang
kemudian disebut السػػنن الصػػغرل (al-Sunan al-Sughrâ) dan diberi nama
54
Abu Syabhah, Muhammad bin Muhammad, al-Ta‟rîf bi Kutub al-Sittah, Cair : Maktabat al-
‗Ilm, 1995. Cet. Ke-1, h. 95
151
e. ) الكنىal-Kunâ(,
f. ( الوحدافal-Wuhdân), dan
g. ( األدب المفردal-Adab al-Mufrad).
a. ( العللal-`Ilal)
b. أكىاـ المحدثين (Awhâm al-Muhadditsîn),
152
c. من لئم لو الى راك كاحد (Man Laima lahu illâ Rawin Wahid),
Rangkuman
Pentakhrij : dari kata takhrij yakni seorang perawi yang menghimpun Hadis
beserta sanadnya ke dalam buku karyanya
al-muktsirûn fi riwâyat al-Hadîts : orang yang banyak meriwayatkan Hadis di
kalangan sahabat minimal meruwayatkan 1000 buah Hadis
Suffah : suatu tempat berlindungan para sahabat di masjid Nabawi yang
zuhud. Ahl al-Shuffah, penghuni Shuffah
Ummahât al-Kutub al-Sittah : Buku Induk Hadis Enam yaitu al-Jâmi‘ al-Shahîh
li al-Bukhariy, al-Jâmi‘ al-Shahîh li Muslim, Sunan Abi Dawud,
Jâmi‘ al-Turmudziy, Sunan al-Nasa‘i dan Sunan Ibnu Majah.
154
BAB X
KITAB-KITAB HADIS
Kompetensi Dasar :
Menjelaskan pengertian, contoh dan mengidentifikasi kitab-kitab Hadis al-
Jami‟, al-Sunan, al-Mushannaf, al-Mustadrak, al-Mustakhraj, al-Musnad, dan
al-Mu‟jam
Indikator :
Siswa mampu
1. Menjelaskan kitab Hadis al-Jami‟, al-Sunan, al-Mushannaf, al-Mustadrak, ,
al-Mustakhraj, al-Musnad, dan al-Mu‟jam
2. Menyebutkan contoh kitab Hadis al-Jami‟, al-Sunan, al-Mushannaf, al-
Mustadrak, al-Mustakhraj, al-Musnad, dan al-Mu‟jam
3. Mengidentifikasi pengelompokan kitab-kitab Hadis.
A. al-Jâmi`
Kata al-Jâmi‟ berarti menghimpun, mengumpulkan, dan mencakup. Boleh
jadi kata al-Jâmi‟ dimaksudkan kitab yang mencakup, menghimpun atau
mengumpulkan segala permasalahan. Secara terminologi diartikan sebagai
berikut :
155
ً أبواب الٍح
اصطلى يح ٍوا على أنَّػ ىها
ٍ ديث التي ً ى تم ىل على جمي ًع يىو ماا ٍش ى
ً
ً الطعاـ كالشر
اب كالتَّفسي ًر كآداب كالرقا يؽ
ِّ كاألحكاـ ً ثىمانيةه
كى ىي العقائ يد
ي ي ى
ب ً ًب كال ىٍمثىال
ً ًمائل كال ًٍفتى ًن كال ىٍمناق َّ كالس ٍي ًر
ً كالش َّ يخ ً كالتار
Pembukuan Hadis yang mengakomodasi semua bab Hadis yang mereka
sebutkan 8 masalah yaitu masalah aqa‟id, hukum (Fikih), perbudakan (riqâq),
adab makan minum, tafsir, sejarah dan riwayat hidup, sifat-sifat akhlak
(syâmâ‟il), berbagai fitnah ( fitan), dan kisah-kisah (manâqib) .
Buku Hadis al-Jâmi‟ adalah ragam pembukuan Hadis yang paling
lengkap, karena ia mencakup segala permasalahan sebagaimana di atas, tidak
hanya terfokus satu masalah saja. Segala aspek agama dan segala aspek kehidupan
manusia dimuat dalam kitab tersebut.
Contoh kitab al-Jâmi‘ sebagai berikut :
1. al-Jâmi` li al-Imam `Abd al-Razzâq bin Hammâm al-Shan`âniy
karya al-Shan‘âniy
B. Sunan
Menurut bahasa Sunan jamak dari kata sunnah yang diartikan al-tharîqah =
jalan atau al-sîrah = perjalanan hidup atau sejarah. Secara terminologi Sunah
adalah segala sesuatu yang datang dari Nabi baik perkataan, perbuatan dan
persetujuan sama dengan Hadis . Tetapi dalam Sunan tidak menyebutkan Hadis
Mawqûf (berita disandarkan kepada sahabat) dan Maqthû‘ (berita disandarkan
kepada tabi‘in). Dalam kitab al-Risâlah al-Mustatharafah disebutkan bahwa kitab
Sunan adalah sebagai berikut :
ًكالصػالةً كا َّلزكػاة ً األبواب ال ًٍف ٍق ًهيَّ ًة ًمػن اٍإليم
َّ ًػاف كالطَّهػارة ً ب ال يٍم ىرتَّػبىةي على
ى ال يكتي ي
ً الػػى آخ ًرىػػا كلىػػيس فيهػػا شػػيف ًمػػن الموقػ
ػوؼ ًأل َّف الموقػ ى
ػوؼ ت ييسػ َّػمى فػػي ٍه ى ٍ ى
َّ اص ًطالى ًح ًه ٍم سنَّةن كيي
سمى ىحديثنا ٍ
Adalah beberapa kitab berisikan bab-bab seperti Fikih, misalnya bab iman,
thahârah, shalat, zakat dan seterusnya dan didalamnya tidak ada Hadis mawqûf,
karena hadis mawqûf tidak dinamakan Sunah dalam istilah mereka tetapi
dinamakan Hadis .
Sunan di sini dimaksudkan himpunan beberapa Hadis yang didapat dari
para syeikhnya dengan menggunakan teknik penghimpunan seperti sistematika
kitab Fikih pada umumnya. Yakni memuat bab thahârah (kesucian), shalat, zakat,
puasa dan haji. Bab mu‘amalat mengandung jual beli (buyû‘), sewa menyewa
(ijârah), gadai (rahn) dan lain-lain. Bab munâkahât dan farâidh (pernikahan dan
harta warisan) dan jinâyat dan hudûd (pidana dan hukumannya) dan lain-lain. Di
dalam kitab Sunan ini dijelaskan kualitasnya ada yang shahih, hasan dan dha‘if.
Contoh kitab Sunan sebagai berikut :
1. Sunan Abi Dawûd karya Abu Dawud,
3.الترمذم امع
( ىج يJâmi` al-Turmudziy)
4. ( سنن أبي داكدSunan Abi Dawûd)
C. Mushannaf
Kitab Mushannaf dalam bahasa diartikan sesuatu yang tersusun.
Mushannaf adalah perkembangan pembukuan Hadis abad ke-2 H tentunya lebih
maju dari pada Shuhuf atau Shahîfah pada abad sebelumnya yang hanya
penghimpunan Hadis saja tanpa menyebutkan bab perbab. Tetapi ia tidak lebih
maju dari Sunan, karena di dalam Sunan sudah terpisahkan antara Hadis dari
Nabi dan perkataan sahabat. Dalam Mushannaf penghimpunannya sudah
menyebutkan bab perbab secara sistematis, tetapi masih campur antara Hadis
Nabi dan perkataan sahabat. Al-Zahraniy menyebutkan pengertian Mushannaf
adalah :
حماد بًن ى
) من الهجرة167 :سالمةت َّ َّف
(مصن ي
2. Al-Mushannaf )َّف
(المصن ي, karya Syu‘bah bin Hajjjaj (160 H)
3. Al-Mushannaf ) َّف
المصن ي ( karya Sufyan bin Uyaynah ( 198 H)
4. Al-Mushannaf ) َّف
المصن ي ( karya al-Layts bin Sa‘ad (175 H)
158
ً ً ً ً
كضم
ُّ الصحابة أسماء األحاديث على
ى ب المسانيد كىي الَّتي تي ىخ ِّر ي
ج يكتي ي
بعضها الى بع و ً
ً الصحابة كل و
كاحد من ً
ِّ أحاديث
Kitab Musnad adalah kitab yang mentakhrij (mengeluarkan ) Hadis -Hadis nya
didasarkan pada nama-nama sahabat dan penghimpunan beberapa Hadis pada
masing-masing sahabat sebgian pada sebagian.
Pembukuan Hadis yang didasarkan pada nama para sahabat yang
meriwayatakannya adalah Musnad. Sistematika penghimpunan Hadis didasarkan
pada nama para sahabat yang meriwayatkannya tanpa memperhatikan
159
permasalahan atau topik Hadis serta kualitasnya. Misalnya semua Hadis Nabi
yang diperoleh seorang periwayat melalui `Aisyah dikelompokkan pada bab
Hadis -Hadis Aisyah, Hadis -Hadis yang didapatkan seorang periwayat dari
seorang sahabat `Abdullâh bin `Abbas dikelompokkan pada bab Hadis -Hadis
`Abdulah bin `Abbas, dan seterusnya tanpa melihat topiknya. Kitab Hadis yang
disusun secara musnad ini misalnya ;
يوخ أك
ً الش ً الص
ُّ حابة أك َّ تيب ً
ً األحاديث على تر ىكال يٍم ٍع ىج يم ما تي ٍذ ىكر فيو من
ً
.حركؼ ال يٍم ٍع ىجم كالغالب أف تكوف مرتَّبان على ً البػل
ٍداف
ي ي
Mu‟jam adalah buku yang menyebutkan Hadis -Hadis nya didasarkan pada
nama sahabat atau nama syeikhnya atau didasarkan pada nama negeri gurunya
pada umumnya secara abjadi atau hija‟i (sesuai dengan urutan huruf hija‟iyah) .
Di antara penulis buku Mu‘jam ini Sulayman bin Ahmad al-Thabarâniy (w.
360 H) yang menulis buku al-Mu‟jam dan terbagi menjadi 3 kitab al-Mu`jam
yaitu :
)صحيح البخارم
ً مردكيٍو األصبهاني على
ج الحافظ أبي بكر بن ى
(مستخر ي
ى
2. Mustakhraj al-Hafizh Abi „Uwânah Ya‟qûb bin Ishâq al-Asfarâyîniy
„ala Shahîh Muslim ( w.316)
Rangkuman
GLOSARIUM
Enam Buku Induk : atau disebut Kutub al-Sittah yaitu al-Jâmi‘ al-Shahîh li al-
Bukhariy, al-Jâmi‘ al-Shahîh li Muslim, Sunan Abi Daud, Jami‘ al-
Turmudziy, Sunan al-Nasaiy dan Sunan Ibnu Majah.
al-Sâbiqûn al-Awwalûn : Orang yang masuk Islam terlebih dahulu seperti Abu
Bakar, umar, Utsman dan Ali
Shahîfah : Buku Hadis berbentuk lembaran-lembaran pada awal Islam
Tawqîfî : bergantung pada petunjuk Rasul saw.
Suffah adalah suatu tempat berlindungan para sahabat di masjid Nabawi yang
zuhud. Mereka yang tinggal disebut Ahl al-Suffah
Orang yang banyak meriwayatkan yang diriwayatkan seseorang lebih dari seribu
Hadis. Mereka itu sebanyak 6 orang yaitu Abu Hurairah, Abdullah
bin Umar, Anas bin Malik, Aisyah, Abdullah bin Abbas, dan Jabir bin
Abdillah
Syudzûdz : jamak dari syâdz, periwayatan orang tsiqah (adil dhabith)
berlawanan dengan periwayatan orang yang lebih tsiqah
162
LATIHAN SO’AL
B. Hasan
C. Mutawatir
D. Ahad
E. Masyhur
6. Yang bukan bagian hadits ditinjau dari tempat penyandarannya adalah ....
A. Qudsi
B. Marfu‘
C. Mauquf
D. Maqthu‘
E. Maushul
8. .ٓ ْاٌذـْٚخ أ١ْ ؽ اٌظذُْٚ ا ْوضغ ِ ْٓ ُشغٚ ِب فمض شغْ ؽًب أAdalah definisi ....
A. Hadits shahih
B. Hadits hasan
C. Hadits dha‘if
D. Hadits maudhu‘
E. Hadits mutawattir
9. Yang merupakan bagian dari hadits dhaif karena gugur sanad adalah . …
A. Matruk – Muallaq
B. Mu‘dhal – Munqathi‘
C. Maudhu‘ – Matruk
D. Mudraj – Mursal
E. Mudallas – Maudhu‘
10. Sahabat Nabi Saw yang lahir pada tahun 10 SM dan wafat tahun 73 H
dengan meriawayatkan hadits sebanyak 2630 adalah ....
A. Abu Hurairah
164
11. Dalam sejarahnya Abu Hurairah adalah sahabat Nabi Saw yang meskipun
bukan khulafa‘ al-rasyidin namun mendapat julukan bendaharawan hadits
karena banyaknya hadits yang diriwayatkan sejumlah ....
A. 2630
B. 2286
C. 2210
D. 5374
E. 5473
12. Salah satu bendaharawan hadits yang berhasil menghimpun 2286 hadits
dari Rosulullah Saw adalah pencapaian luar biasa yang di dapat sang
sahabat. Hal itu tidak lain karena ia sudah berkhidmah kepada Rosulullah
Saw mulai umur 10 tahun. Sahabat tersebut adalah ....
A. Abu Hurairah
B. Abdullah bin Umar
C. Anas bin Malik
D. Abdullah bin Amr bin ‗Ash
E. Sayidah ‗Aisyah
14. Sunan Sughra merupakan ringkasan atau hasil penyeleksian Imam Nasa‘i
dari kitab ...
A. al-Muwattha‘
B. Al-Jami‘
C. Al-Mujtaba
D. al-Kahf
E. Al-Sunan al-Kubra
15. Teknik pembukuan Hadis secara perbab. Pada masa abad kedua ini pada
umumnya penyusunanya didasarkan pada klasifikasi hukum fikih dan di
dalamnya tercampur antar Hadis marfu`, mawqûf, dan maqthû` atau
165
masih campur antara Hadis Nabi dan fatwa sahabat dan tabi‘in. adalah
pengertian kitab ....
A. Mushannaf
B. Mustadrak
C. kitab As-Sunan
D. kitab al Jami‘
E. Shahih
16. Salah satu contoh kitab al-Mustadrak yang paling terkenal adalah ….
A. Mustadrak Ali al-Thusi
B. Mustadrak Muhammad bin Abdul Malik
C. Mustadrak Imam Ahmad bin Hanbal
D. Mustadrak Abi ‗Awanah
E. Mustadrak al-Hakim ‗ala shahihaini
18. ش٠ُِّٓ اٌْذض١ٌ ْ = فُالSi Fulan lemah Hadisnya. Lafadz yang digunakan
dalam mentarjih untuk ....
A. menunjuk tidak dapat dijadikan hujjah atau sesamanya secara tegas
B. menunjukkan dekat dengan tajrîh
C. menunjukkan tukang dusta
D. menunjukkan cacat keadilan yang ringan
E. ta‘ashub terhadap orang yang ditarjih
19. ”Tidak menunjuk tsiqah dan tidak tajrîh” , Lafadz yang digunakan dalam
menta‘dil adalah ....
A. ك إٌبؽ ُ ْ صٚفالْ ا
B. فالْ صمخ
C. قٚط ُض
D. ُِْٛ ِْأ
E. ز١فالْ ش
A. As-Sama
B. Al Qiro‘ah
C. Ijazah
D. Al I‘lam
E. Al Munawalah
23. Sebesar apapun kekuasaan yang dimiliki oleh makhluk akan hancur
layaknya Fir‘aun yang takabur terhadap Tuhannya. Sebanyak apapun
harta yang dimiliki pasti akan lenyap layaknya Qorun yang ditelan bumi
beserta seluruh kekayaannya. Sebagai muslim yang tunduk akan kebesaran
Allah maka sikap terbaik bagi kita adalah ....
A. Pasrah tanpa usaha karena semua sudah Allah tentukan
B. Mecari harta sebanyak-banyaknya meskipun akan ditinggal mati
C. Mencari kedudukan setinggi-tingginya meskipun akan ditingggal
pensiun
D. Bekerja sekuat tenaga namun tetap ingat bahwa Allah lah pemilik
semuanya.
E. Acuh dengan kehidupan yang fana‘.
ْؾ طان حد ٍض إال١ٌٚ غ١ْ "ػججًب ح ِْغ ْاٌ ُّ ْؤِٓ إْ أ ِْغُٖ ُوٍُٗ س: ٍُؿٚ ْٗ١ٍ هللاُ ػٍٝ ُي هللا طُٛلبي عؿ
)ٍُاٖ ِـٚ (ع."ٌُٗ ًغا١ْ صبَ َز فىبْ س
َ ض َّزا ُء َ َ ًغا ٌُٗ ََإِنْ أ١ْ ٌ ٍْ ُّ ْؤِٓ إ ْْ أطبث ْزُٗ ؿغا ُء شىغ فىبْ س
َ ًُصابَ ْت
Makna lafadz yang bergaris bawah adalah ...
A. Sungguh luar biasa perkara kaum mukmin
B. Yang tidak dimiliki oleh orang lain
C. Jika mendapatkan nikmat bersyukur
167
25. Sedangkan Makna lafadz yang tercetak tebal pada hadits nomor 24
adalah ...
A. Sungguh luar biasa perkara kaum mukmin
B. Yang tidak dimiliki oleh orang lain
C. Jika mendapatkan nikmat bersyukur
D. Jika diberi amanah menjalankan
E. Jika ditimpa musibah bersabar
ْإٚ ٕخ١ْٔجُه فئْ اٌظِّ ْضق ؽُّأ٠غ٠ ِب الٌٝجُه إ٠غ٠ ؿٍُ ص ْع ِبٚ ْٗ١ٍ هللاُ ػٍٝي هللا طُٛذ ِ ْٓ عؿ ْ دف
ُ ظ
جخ٠ْاٌىظة ع
Menurut kandungan hadits di atas ketika atasan sedang melakukan sidak di
kantor, Ahmad sebagai seorang karyawan yang jujur dan pekerja keras
akan merasa ....
A. Nervous
B. Takut
C. Tenang
D. Lemas
E. Biasa saja
ػ ْٓ ْاٌ ُّ ْٕىغْٕٝٙ ٠ٚ فُٚأْ ُِغْ ث ْبٌّ ْؼغ٠ٚ غ١غْ د ُْ اٌظغ٠ٚ غ١لِّغْ ْاٌىجُٛ٠ ُْ ٌ ْٓ ِ ْؾ ِٕب١ٌ
Sebagai orang yang dituakan di masyarakat maka sikap Abdullah dalam
bergaul adalah ...
A. Ingin dilayanii terus
B. Sayang kepada yang lebih muda
C. Maunya menang sendiri
D. Cuek terhadap masyarakat
E. Harus selalu di depan dalam segala hal
28. Maksud dari potongan hadits : ْش ُىغْ هللا٠ ُْ ٌ ْش ُىغْ إٌبؽ٠ ُْ ٌ ْٓ ِٚ adalah ....
A. Barang siapa berterimakasih kepada Manusia sesungguhnya ia
bersyukur kepada Allah.
B. Bersyukurlah kepada Allah, maka manusia akan memujimu
C. Jangan pernah bersyukur kepada Manusia karena sama saja
menyekutukan Allah
168
َّ َسفَ َم ِم ْى ُك ْم ََ ََل تَ ْىظُ ُزَا إِنَى َمهْ ٌُ َُ فَ ُْلَ ُك ْم فَ ٍُ َُ أَ ْج َذ ُر أَنْ ََل ت َْز َد ُرَا وِ ْع َمة
ِّللا ْ َا ْوظُ ُزَا إِنَى َمهْ أ
Makna kata yang bergaris bawah adalah ....
A. Memuliakan
B. Meremehkan
C. Memperebutkan
D. Membalas
E. Mensyukuri
ٍ ٔبٞال ُوًُّ طٚ ِّٟ ٍْ٘ ذًُّ ٌ ُى ُْ ٌذْ ُُ ْاٌذّبع ْاح٠ ال
ٍ ٍ ِ ْشٞال ُوًُّ طٚ ة ِ ْٓ اٌـجُغ
ْغ١ت ِ ْٓ اٌط
Makna lafadz yang bergaris bawah adalah ....
A. Berkuku
B. Berbulu
C. Bertaring
D. Berbangkai
E. Berparuh
31. Sebagai seorang bupati, Bowo punya wewenang dan keawajiban untuk
menjaga kondusivitas wilayahnya termasuk dari kekacauan yang merebak
akibat maraknya kemaksiatan. Maka tindakan Bowo dengan menerbitkan
aturan penindakan sesuai dengan matan hadits ....
A. ٖض١ِّغْ ُٖ ث١ُغ١ٍْ ِ ْٕ ُى ُْ ُِ ْٕى ًغا فِٜ ْٓ عأ
B. ٗٔـْزط ْغ فجٍـب٠ ُْ ٌ ْْ فئ
C. ٗـْزط ْغ فجم ٍْج٠ ُْ ٌ ْْ فئ
D. ٍَ ْٛب وّضً لٙ١ ْاٌ ُّ ْض٘ٓ فٚ ص هللاُٚ ُدضٍِٝض ًُ ْاٌمبئُ ػ
E. ْف١ب أش ُّض ِٓ اٌـٙ١ إٌبع اٌٍِّـبُْ فُْٝ ف ْزٕخ رـْز ْٕظفُ ْاٌؼغة ل ْزال٘ب فٛر ُى
34. Andi adalah seorang petani yang meskipun tidak kaya namun suka
membantu tetangga dan kerabatnya yang membutuhkan. Hal ini sesuai
dengan semangat hadits ....
A. ٖلٕؼُٗ هللاُ ثّب آربٚ عُػق وفبفًبٚ ٍُْل ْض أ ْفٍخ ِ ْٓ أؿ
B. ْف١ب أش ُّض ِٓ اٌـٙ١ إٌبع اٌٍِّـبُْ فُْٝ ف ْزٕخ رـْز ْٕظفُ ْاٌؼغة ل ْزال٘ب فٛر ُى
C. ٍٝض اٌ ُّـ ْف١ٌْغ ِ ْٓ ْا١ب س١ٍُْ ُض ْاٌؼ١ٌْا
D. غ٠بصحُ ْاٌّغ١ػٚ َ ْاٌ ُّـٍُْ س ّْؾ ع ُّص اٌـالٍٝك ْاٌ ُّـٍُْ ػ
ُّ د
E. ٖض٠ ًّت ِ ْٓ ػ١ؽ ْ ِب وـت اٌغ ُج ًُ و ْـجًب أ
ٍ جئ ثذ ُْؼِخ دط١ ْاٌججً فٟأْر١أْ ُسظ أد ُض ُو ُْ أدْ جٍُُٗ ف٠ ْْ ح
ت
Makna kata yang bergaris bawah adalah ....
A. Mengambil
B. Seikat kayu
C. Kapak
D. Tali
E. Gendong
36. Perilaku siswa yang tidak mengamalkan hadits ٍُ ٍْ ُو ًِّ ُِـٍٝؼخ ػ٠ؽٍتُ ْاٌؼ ٍُْ فغ
adalah ...
A. Mempelajari ilmu agama dan umum
B. Hanya mengaji di pesantren
C. Menghabiskan waktunya untuk jalan-jalan
D. Membangun perpustakaan pribadi sebagai sarana belajar
E. Belajar dengan otodidak
170
37. Allah menjauhi pemimpin yang tidak bertanggung jawab dan tidak
menjalankan amanat rakyat. Redaksi hadits yang sesuai dengan pernyataan
di atas adalah….
A. ْٗ١ٍ ػٝ ْاٌ ُّضػٍُٝٓ ػ١ّ١ٌ ْاٚ ٝ ْاٌ ُّضػٍِّٕٝخُ ػ١ْاٌج
B. ْذُ ْٗ حجج١ٍذ ػ١ُ ْ صُػٌٛٚ ذ ُ ٍْ ُوغاع ٌمجٌٝ إْٜ أُ ْ٘ضٌٛ
C. ُْ غؼْ جبُٛ٘ٚ ْٓ١ْٕٓ ْاص١ذْ ُى ُُ ْاٌذبو ُُ ث٠ ال
D. ُْْطب١ٌؼُِٗ اٌشٚ ُْٕٗ ػٍٝجُغْ فئطا جبع رش٠ ُْ ٌ ِبٝإْ هللا ِغ ْاٌمبػ
E. ْ أدً دغا ًِبٚٓ إال ط ٍُْذً ب دغَ دالالً أ١ٍّْْٓ ْاٌ ُّـ١اٌظُّ ٍْ ُخ جبئؼ ث
ا ْاٌم ْزٍخُٕٛ ٍء فئطا لز ٍْزُ ُْ فأدْ ـْٟ ُو ًِّ شٍٝلبي إْ هللا وزت ْاْلدْ ـبْ ػ
Maksud dari hadits di atas adalah ....
A. Kewajiban muslim untuk berperang
B. Keharusan membunuh dalam kondisi genting
C. Kewajiban berbuat baik dalam segala kondisi
D. Kewajiban mengeksekusi tahanan
E. Jika menyembelih maka hendaknya memperbaiki cara
menyembelihnya
LATIHAN SOAL
4. ُ ١ؿٍُ ِ ْٓ دٚ ٗ١ٍ هللا ػٍْٝ ي طُْٛش ثبٌغؿ٠خ ارِّظبي ْاحدبص١ْف١ْٗ ػ ْٓ و١ش ف
بٙارُٚاي عٛ ْْش ِؼْغفخ اد ُ ُجْذ٠ ٍُْ ػ
ْ ً ِّ ُ ً ً
أمطبػًبٚ خ اٌـٕض ارظبال١ْف١ْش و١ِ ْٓ دٚ ػ ْضالٚ ػ ْجطب
Pernyataan yang paling tidak sesuai dengan definisi di atas adalah …
A. Ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang cara-cara persambungan
Hadits sampai kepada Rasul SAW dari segi hal ihwal para perawinya,
kedabitan, keadilan, dan dari bersambung tidaknya mata rantai sanad.
B. Ilmu yang dengannya dapat diketahui betul tidaknya ucapan, perbuatan,
keadaan atau lain-lainnya, yang orang katakan dari nabi Muhammad saw.
C. Pengetahuan mengenai kaidah-kaidah yang menghantarkan kepada
pengetahuan tentang rawi (periwayat) dan marwi (materi yang
diriwayatkan).
D. Ilmu Hadits adalah ilmu tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui kondisi
sanad dan matan.
،ٖ طضعٍٝ ػ-ٍُؿٚ ٗ١ٍ هللا ػٍٝط- ٟفؼغة إٌج- ال ألظغ:ٞ أ- ٌٛال آٚ ٟ٠ض عأٙ أجز:رجض؟ لبي
)ٌٗٛعؿٚ هللاٟغػ٠ ي هللا ٌّبٛي عؿٛفك عؿٚ ٞ اٌذّض هلل اٌظ:لبيٚ
)ٞظ١ِاٖ اٌزغٚب (عٙلزٚ يٚ أٟ أفؼً احػّبي اٌظالح ف: َ صٟ لبي إٌج:ص لبيٛػٓ اثٓ ِـؼ .2
)ٍُاٖ ِـٚ اٌّظفغ (عٟ ػٓ ٌجؾ اٌمـٝٙٔ َ صٌٟٕ أْ ا: هللا ػٕٗ لبيٟ عػٍٟػٓ ػ .3
.... ٗ إطا افززخ اٌظالح١ ِٕىجٚٗ دظ٠ض٠ غفغ٠ ْ ص َ وبّٟب أْ إٌجٕٙ هللا ػٟػٓ اثٓ ػّغ عػ .4
)ٗ١ٍ(ِزفك ػ
كِٙغ أ١ؾ ثأث١ٌ ٌٍْٛال ثبٌمظـغ أػ٘غ اٚ ً٠ٛؾ ثبٌط١ٌ َٛوبْ عثؼخ ِٓ اٌم .5
Contoh sunnah fi‟liyah adalah nomer ....
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
7. أ ِ ْمؼضُٖ ِٓ إٌبعٛزج١ٍْ ُِزؼ ِّّضًا فٍٟ ِ ْٓ وظة ػ: َ ُي هللا صٛلبي عؿ
Hadits ini merupakan contoh ….
A. Hadits shahih
B. Hadits hasan
C. Hadits sahih li ghairihi
D. Hadits mutawatir lafdzi
E. Hadits mutawatir ma‟nawi
10. Pernyataan seorang sahabat mengenai hal-hal yang tidak mungkin kecuali dari
Nabi seperti mengenai tanda-tanda kiamat, disebut Hadits….
173
A. Marfu' hukmi
B. Musnad
C. Marfu' tashrihi
D. Muhkam
E. Mudraj
13. .ًٍ ؾ ِٕٗ ثال فظ١ٌ ِزٕٗ ِبٟ أُ ْصسً فٚق إؿٕبصٖ أ
ُ ب١ّع ؿِّٟ ِب ُغPernyataan ini merupakan
definisi Hadits ….
A. Mu'allaq .
B. Mursal .
C. Mu'dhal
D. Mudraj
E. Mudallas
14. ٌٟاٛ اٌزٍٝ فأوضغ ػٍٚ ِب دُظف ِ ْٓ ِجْضإ إؿٕبصٖ عا. Pernyataan ini merupakan definisi
Hadits …
A. Mu'allaq
B. Mursal
C. Mu'dhal
D. Mudallas
E. Munqothi‘
15. Pada masa Rosulullah masih hidup, beliau secara tegas melarang pencatatan
Hadits, meskipun begitu ada beberapa sahabat yang mempunyai catatan
pribadi tentang Hadits diantaranya adalah ….
A. Abu Hurairah
B. Salman al-Farisi
C. Ali bin Abi Thalib
D. Aisyah
E. Abu Dzar al-Ghifari
174
17. Abu Hurairah masuk Islam bertepatan dengan tahun terjadinya perang
khaibar, yakni ….
A. 4 H
B. 5 H
C. 6 H
D. 7 H
E. 8 H
18. Sahabat Abdullah bin Umar meriwayatkan Hadits dari Rosulullah Saw
sebanyak ….
A. 1170 Hadits
B. 1660 Hadits
C. 2286 Hadits
D. 2630 Hadits
E. 5374 Hadits
19. Julukan yang diberikan oleh Rosulullah Saw kepada Anas adalah ….
A. Dzu al-Nun
B. Dzu al-Udzunain
C. Dzu al-Qarnain
D. Dzu al-Nurain
E. Dzu al-Qa‘dah
21. Nama lain dari ―Sunan Sughra‖ karangan imam Nasai adalah ….
A. al-Muwattha‘
B. Al-Jami‘
C. Al-Mujtaba
D. al-Kahfi
E. Al-Sunan al-Kubra
175
22. Teknik pembukuan Hadis secara perbab. Pada masa abad kedua ini pada
umumnya penyusunanya didasarkan pada klasifikasi hukum fikih dan di
dalamnya tercampur antar Hadis marfu`, mawqûf, dan maqthû` atau masih
campur antara Hadis Nabi dan fatwa sahabat dan tabi‘in. adalah pengertian
kitab ....
A. Mushannaf
B. Mustadrak
C. kitab As-Sunan
D. kitab al Jami‘
E. Shahih
23. Salah satu contoh kitab al-Mustadrak yang paling terkenal adalah ….
A. Mustadrak Ali al-Thusi
B. Mustadrak Muhammad bin Abdul Malik
C. Mustadrak Imam Ahmad bin Hanbal
D. Mustadrak Abi ‗Awanah
E. Mustadrak al-Hakim ‗ala shahihaini
25. إُٛ١ا إ ْْ جبء ُو ُْ فبؿك ثٕجئ ٍ فزجُِٕٛٓ آ٠ب اٌظُّٙ٠ب أ٠ Ayat tersebut merupakan dasar keabsahan
….
A. ilmu rijalul Hadits
B. ilmu jarh wa ta'dil
C. ilmu mukhtalaful hadits
D. ilmu „ilalul Hadits
E. ilmu nasikh wa mansukh
26. ش٠ُِّٓ ْاٌذض١ٌ ْ = فُالSi Fulan lemah Hadisnya. Lafadz yang digunakan dalam
mentarjih untuk ....
A. menunjuk tidak dapat dijadikan hujjah atau sesamanya secara tegas
B. menunjukkan dekat dengan tajrîh
C. menunjukkan tukang dusta
D. menunjukkan cacat keadilan yang ringan
E. ta‘ashub terhadap orang yang ditarjih
176
27. ‖Tidak menunjuk tsiqah dan tidak tajrîh‖ , Lafadz yang digunakan dalam
menta‘dil adalah ....
A. ك إٌبؽُ ْ صٚفالْ ا
B. فالْ صمخ
C. قُٚطض
D. ُِْٛ ِْأ
E. ز١فالْ ش
28. Seorang guru menuliskan Hadits-hadits yang dihafalnya kepada seorang murid
yang tidak hadir untuk diriwayatkan. Cara periwayatan Hadits seperti ini
disebut ….
A. al-Wijadah
B. al-Munawalah al maqrunah bil ijazah
C. al-Mukatabah al maqrunah bil ijazah
D. al- I'lam
E. al- Washiyah bil kitabah
LATIHAN SOAL
B. Perbuatan
C. Ketetapan
D. Keinginan
E. Sifat
10. Hadits yang diriwayatkan dari hasil tangkapan panca indera, diriwayatkan
oleh sejumlah besar perawi yang menurut adat kebiasaan mustahil mereka sepakat
berbohong adalah pengertian hadits ....
A. Shahih
B. Hasan
C. Mutawatir
D. Ahad
E. Masyhur
11. Yang bukan bagian hadits ditinjau dari tempat penyandarannya adalah ....
A. Qudsi
B. Marfu‘
C. Mauquf
D. Maqthu‘
E. Maushul
179
16. ٓ ْاٌذـْٚخ أ١ْ ؽ اٌظذُْٚ ا ْوضغ ِ ْٓ ُشغِٚب فمض شغْ ؽًب أ. Adalah definisi ....
A. Hadits shahih
B. Hadits hasan
C. Hadits dha‘if
D. Hadits maudhu‘
E. Hadits mutawattir
17. Yang merupakan bagian dari hadits dhaif karena gugur sanad adalah . …
A. Matruk – Muallaq
B. Mu‘dhal – Munqathi‘
C. Maudhu‘ – Matruk
D. Mudraj – Mursal
E. Mudallas – Maudhu‘
180
18. Yang merupakan bagian dari hadits dhaif karena cacat rawi adalah . …
A. Matruk – Muallaq
B. Mu‘dhal – Munqathi‘
C. Maudhu‘ – Matruk
D. Mudraj – Mursal
E. Mudallas – Maudhu‘
19. Hadits yang didustakan pada Rasul SAW, baik perkataan, perbuatan,
maupun ketetapan dinamakan hadits palsu atau dikenal dengan hadits….
A. Munkar
B. Maudhu‘
C. Marfu‘
D. Dhaif
E. Mursal
20. Sahabat Nabi Saw yang lahir pada tahun 10 SM dan wafat tahun 73 H
dengan meriawayatkan hadits sebanyak 2630 adalah ....
A. Abu Hurairah
B. Abdullah bin Umar
C. Anas bin Malik
D. Abdullah bin Amr bin ‗Ash
E. Sayidah ‗Aisyah
21. Dalam sejarahnya Abu Hurairah adalah sahabat Nabi Saw yang meskipun
bukan khulafa‘ al-rasyidin namun mendapat julukan bendaharawan hadits karena
banyaknya hadits yang diriwayatkan sejumlah ....
A. 2630
B. 2286
C. 2210
D. 5374
E. 5473
22. Salah satu bendaharawan hadits yang berhasil menghimpun 2286 hadits
dari Rosulullah Saw adalah pencapaian luar biasa yang di dapat sang sahabat. Hal
itu tidak lain karena ia sudah berkhidmah kepada Rosulullah Saw mulai umur 10
tahun. Sahabat tersebut adalah ....
A. Abu Hurairah
B. Abdullah bin Umar
C. Anas bin Malik
D. Abdullah bin Amr bin ‗Ash
E. Sayidah ‗Aisyah
24. Sunan Sughra merupakan ringkasan atau hasil penyeleksian Imam Nasa‘i
dari kitab ...
A. al-Muwattha‘
B. Al-Jami‘
C. Al-Mujtaba
D. al-Kahf
E. Al-Sunan al-Kubra
25. Teknik pembukuan Hadis secara perbab. Pada masa abad kedua ini pada
umumnya penyusunanya didasarkan pada klasifikasi hukum fikih dan di
dalamnya tercampur antar Hadis marfu`, mawqûf, dan maqthû` atau masih
campur antara Hadis Nabi dan fatwa sahabat dan tabi‘in. adalah pengertian kitab
....
A. Mushannaf
B. Mustadrak
C. kitab As-Sunan
D. kitab al Jami‘
E. Shahih
26. Salah satu contoh kitab al-Mustadrak yang paling terkenal adalah ….
A. Mustadrak Ali al-Thusi
B. Mustadrak Muhammad bin Abdul Malik
C. Mustadrak Imam Ahmad bin Hanbal
D. Mustadrak Abi ‗Awanah
E. Mustadrak al-Hakim ‗ala shahihaini
28. ش٠ُِّٓ ْاٌذض١ٌ ْ = فُالSi Fulan lemah Hadisnya. Lafadz yang digunakan
dalam mentarjih untuk ....
A. menunjuk tidak dapat dijadikan hujjah atau sesamanya secara tegas
B. menunjukkan dekat dengan tajrîh
C. menunjukkan tukang dusta
D. menunjukkan cacat keadilan yang ringan
E. ta‘ashub terhadap orang yang ditarjih
29. ‖Tidak menunjuk tsiqah dan tidak tajrîh‖ , Lafadz yang digunakan dalam
menta‘dil adalah ....
182
A. ك إٌبؽ ُ ْ صٚفالْ ا
B. فالْ صمخ
C. قُٚطض
D. ُِْٛ ِْأ
E. ز١فالْ ش
33. Sebesar apapun kekuasaan yang dimiliki oleh makhluk akan hancur
layaknya Fir‘aun yang takabur terhadap Tuhannya. Sebanyak apapun harta yang
dimiliki pasti akan lenyap layaknya Qorun yang ditelan bumi beserta seluruh
kekayaannya. Sebagai muslim yang tunduk akan kebesaran Allah maka sikap
terbaik bagi kita adalah ....
A. Pasrah tanpa usaha karena semua sudah Allah tentukan
B. Mecari harta sebanyak-banyaknya meskipun akan ditinggal mati
C. Mencari kedudukan setinggi-tingginya meskipun akan ditingggal pensiun
D. Bekerja sekuat tenaga namun tetap ingat bahwa Allah lah pemilik
semuanya.
E. Acuh dengan kehidupan yang fana‘.
35. Sedangkan Makna lafadz yang tercetak tebal pada hadits nomor 24 adalah
...
A. Sungguh luar biasa perkara kaum mukmin
B. Yang tidak dimiliki oleh orang lain
C. Jika mendapatkan nikmat bersyukur
D. Jika diberi amanah menjalankan
E. Jika ditimpa musibah bersabar
38. Maksud dari potongan hadits : ْش ُىغْ هللا٠ ُْ ٌ ْش ُىغْ إٌبؽ٠ ُْ ٌ ْٓ ِٚ adalah ....
A. Barang siapa berterimakasih kepada Manusia sesungguhnya ia bersyukur
kepada Allah.
B. Bersyukurlah kepada Allah, maka manusia akan memujimu
C. Jangan pernah bersyukur kepada Manusia karena sama saja menyekutukan
Allah
D. Jikalau kamu bersyukur kepada Manusia, mereka akan beryukur
kepadamu
E. Syukurilah apa yang diberikan manusia kepadamu
184
41. Sebagai seorang bupati, Bowo punya wewenang dan keawajiban untuk
menjaga kondusivitas wilayahnya termasuk dari kekacauan yang merebak akibat
maraknya kemaksiatan. Maka tindakan Bowo dengan menerbitkan aturan
penindakan sesuai dengan matan hadits ....
A. ٖض١ِّغْ ُٖ ث١ُغ١ٍْ ِ ْٕ ُى ُْ ُِ ْٕىغً ا فِٜ ْٓ عأ
B. ٗٔـْزط ْغ فجٍـب٠ ُْ ٌ ْْ فئ
C. ٗـْزط ْغ فجم ٍْج٠ ُْ ٌ ْْ فئ
D. ٍَ ْٛب وّضً لٙ١ ْاٌ ُّ ْض٘ٓ فٚ ص هللاُٚ ُدضٍِٝض ًُ ْاٌمبئُ ػ
E. ْف١ب أش ُّض ِٓ اٌـٙ١ إٌبع اٌٍِّـبُْ فُْٝ ف ْزٕخ رـْز ْٕظفُ ْاٌؼغة ل ْزال٘ب فٛر ُى
44. Andi adalah seorang petani yang meskipun tidak kaya namun suka
membantu tetangga dan kerabatnya yang membutuhkan. Hal ini sesuai dengan
semangat hadits ....
A. ٖلٕؼُٗ هللاُ ثّب آربٚ عُػق وفبفًبٚ ٍُْل ْض أ ْفٍخ ِ ْٓ أؿ
B. ْف١ب أش ُّض ِٓ اٌـٙ١ إٌبع اٌٍِّـبُْ فُْٝ ف ْزٕخ رـْز ْٕظفُ ْاٌؼغة ل ْزال٘ب فٛر ُى
C. ٍٝض اٌ ُّـ ْف١ٌْغ ِ ْٓ ْا١ب س١ٍُْ ُض ْاٌؼ١ٌْا
D. غ٠بصحُ ْاٌّغ١ػٚ َ ْاٌ ُّـٍُْ س ّْؾ ع ُّص اٌـالٍٝك ْاٌ ُّـٍُْ ػ
ُّ د
E. ٖض٠ ًّت ِ ْٓ ػ١ؽ ْ ِب وـت اٌغ ُج ًُ و ْـجًب أ
46. Perilaku siswa yang tidak mengamalkan hadits ٍُ ٍْ ُو ًِّ ُِـٍٝؼخ ػ٠ؽٍتُ ْاٌؼ ٍُْ فغ
adalah ...
A. Mempelajari ilmu agama dan umum
B. Hanya mengaji di pesantren
C. Menghabiskan waktunya untuk jalan-jalan
D. Membangun perpustakaan pribadi sebagai sarana belajar
E. Belajar dengan otodidak
47. Allah menjauhi pemimpin yang tidak bertanggung jawab dan tidak
menjalankan amanat rakyat. Redaksi hadits yang sesuai dengan pernyataan di atas
adalah….
A. ْٗ١ٍ ػٝ ْاٌ ُّضػٍُٝٓ ػ١ّ١ٌ ْاٚ ٝ ْاٌ ُّضػٍِّٕٝخُ ػ١ْاٌج
B. ْذ ُ ٗ حجج١ْ ٍذ ػ١
ُ ْ صُػٌٛٚ ذ ُ ٍْ ُوغاع ٌمجٌٝ إْٜ أُ ْ٘ضٌٛ
C. ُْ غؼْ جبُٛ٘ٚ ْٓ١ْٕٓ اص١ذْ ُى ُُ ْاٌذبو ُُ ث٠ ال
ْ
D. ُْْطب١ٌؼُِٗ اٌشٚ ُْٕٗ ػٍٝجُغْ فئطا جبع رش٠ ُْ ٌ ِبٝإْ هللا ِغ ْاٌمبػ
E. ْ أدً دغاِبٚٓ إال ط ٍُْذً ب دغَ دالالً أ١ٍّْْٓ ْاٌ ُّـ١اٌظُّ ٍْ ُخ جبئؼ ث
LATIHAN SOAL
2. Berikut ini yang bukan cirri dari Ilmu Hadits Dirayah dan Riwayah adalah
….
A. Ilmu Hadits Dirayah memberikan faedah ilmu nadzri sedangkan ilmu
Hadits Riwayah memberikan faedah ilmu dhoruri
B. Ilmu Hadits Dirayah berfungsi untuk mengetahui keadaan sanad
sedangkan ilmu Hadits Riwayah berfungsi menjaga otentitas hadis
C. Ilmu Hadits Dirayah dikenalkan oleh al-Ramahurmuzy sedangkan ilmu
Hadits Riwayah dikenalkan oleh al-Zuhry
D. Ilmu Hadits Dirayah diantara contoh karyanya adalah al-mandzumah al-
baiquniyah sedangkan Ilmu Hadits Riwayah diantara contoh karyanya adalah al-
jami‘ al-Shahih lil Bukhari
187
E. Ilmu Hadits Dirayah berfungsi membedakan antara yang shahih, hasan dan
dhaif sedangkan Ilmu Hadits Riwayah berfungsi menjaga khazanah keragaman
hadis
D. maqlub
E. mardud
10. Sahabat Abdullah bin Umar adalah salah seorang yang sangat cerdas dan
selalu aktif bertanya kepada orang-orang yang yang menghadiri majlis-majlis
Rasulillah tentang segala perkataan dan perbuatannya. Hal inilah yang
membuatnya menjadi bendaharawan hadis besar dengan total riwayat ….
A. 870 hadis
B. 1170 hadis
C. 1660 hadis
D. 2286 hadis
E. 2630 hadis
189
11. Sahabat Nabi yang lahir pada tahun 612 M. Ibunya bernama Ummu
Sulaim dan meriwayatkan hadits sebanyak 2.286 hadits. Beliau adalah khadim
Rasulullah SAW dan wafat pada tahun 712 M. Sahabat tersebut bernama ....
A. Abu Hurairah
B. Anas bin Malik
C. Abdullah bun Umar
D. Abdullah bin Abbas
E. Abdullah bin Amr bin Ash
12. Kitab hadis yang penghimpunannya sudah menyebutkan bab perbab secara
sistematis, tetapi masih campur antara hadis Nabi dan perkataan sahabat disebut
….
A. al-Jami‘
B. al-Sunan
C. al-Mushannaf
D. al-Shahih
E. al-Mu‘jam
13. Kitab ini unik, ada yang menyebutnya sunan dan ada juga yang
menyebutnya jami‘. Secara keseluruhan, kitab ini terdiri dari 5 Juz, 2.376 bab dan
3.956 hadits. Pernyataan tersebut adalah ciri-ciri dari kitab ...
A. Shahih Bukhari
B. Shahih Muslim
C. Sunan an-Nasa‘i
D. Sunan at-Tirmidzi
E. Sunan Abu Dawud
16. Ilmu yang menerangkan tentang keadilan dan cacatnya para perawi
dengan menggunakanlafadz tertentu, adalah definisi ....
A. Ilmu mukhtalaful hadits
190
B. IlmuHadits
C. Ilmu Rijalal-Hadits
D. Ilmu al-Jarh wa al-Ta‘dil
E. Ilmu tarjih
17. Hadits yang tidak memenuhi syarat hadits mutawatir disebut hadits ....
A. Ahad
B. Shahih
C. Hasan
D. dha‘if
E. maudhu‘
19. Lafal yang digunakan dalam menta‘dil dengan ungkapan kata yang tidak
menunjukan tsiqah dan tidak tajrîh adalah ....
A. ك إٌبؽ ُ ْ صٚفالْ ا
B. فالْ صمخ
C. قُٚطض
D. ُِْٛ ِْأ
E. ز١فالْ ش
21. Hadits yang diriwayatkan oleh orang yang adil dan lebih ringan
kedhabitan rijalnya, sanadnya bersambung, tidak cacat, dan tidak syadz
merupakan pengertian dari hadits....
191
A. Ahad
B. Mutawatir
C. Shahih
D. Hasan
E. dha‘if
26. Andi adalah seorang petani yang meskipun tidak kaya namun suka
membantu tetangga dan kerabatnya yang membutuhkan. Hal ini sesuai dengan
semangat hadits ....
A ٖلٕؼُٗ هللاُ ثّب آربٚ عُػق وفبفًبٚ ٍُْل ْض أ ْفٍخ ِ ْٓ أؿ
192
B ْف١ب أش ُّض ِٓ اٌـٙ١ إٌبع اٌٍِّـبُْ فُْٝ ف ْزٕخ رـْز ْٕظفُ ْاٌؼغة ل ْزال٘ب فٛر ُى
C ٍٝض اٌ ُّـ ْف١ٌْغ ِ ْٓ ْا١ب س١ٍُْ ُض ْاٌؼ١ٌْا
D غ٠بصحُ ْاٌّغ١ػٚ َ ْاٌ ُّـٍُْ س ّْؾ ع ُّص اٌـالٍٝك ْاٌ ُّـٍُْ ػ
ُّ د
E ْ
ٖض٠ ًّت ِ ْٓ ػ١ِب وـت اٌغ ُج ًُ و ْـجًب أؽ
29. Sesuatu yang disandarkan kepada tabi‘in atau generasi sesudahnya berupa
perkataan atau perbuatan adalah hadits ....
A. marfu‘
B. mursal
C. mauquf
D. munqathi‘
E. maqthu‘
31. Diantara faedah orang yang berilmu adalah dimudahkanya jalan menuju
surga. Sebagaimana ditunjukkan lafadz hadis ....
A اٌجٕخٌٝمب إ٠ً هللا ٌٗ ثٗ ؽغٙؿ
B ظٕغ٠ ب ٌطبٌت اٌؼٍُ عػب ثّبٙإْ اٌّالئىخ ٌزؼغ أجٕذزٚ
C احععِٟٓ فٚ ادٚ اٌـّبٟـزغفغ ٌٗ ِٓ ف١ٌ ٌُإْ اٌؼبٚ
D اوتٛ ؿبئغ اٌىٍٝوفؼً اٌمّغ ػ
E بء١عصخ احٔجٚ اٌؼٍّبء
33. Seorang ayah yang berprofesi sebagai nelayan, setiap hari berangkat
melaut di malam hari untuk menangkap ikan dan menjualnya di pagi harinya.
Hasil penjualan ia gunakan untuk mencukup kebutuhan rumah tangganya.
Hadis yang sesuai denganperilaku seorang ayah tersebut adalah ....
A. ّٗذً عد١ٍ أصغٖ فٟٕـأٌٗ ف٠ ٚ عػلٗ أٟجـؾ ٌٗ ف٠ ِْٓ ؿغٖ أ
B. ٛٙسبصِٗ فٚ ٌٖضٚٚ ٍٗ٘أٚ ٗ ٔفـٍِٝب أٔفك اٌغجً ػٚ ٖض٠ ًّت ِٓ ػ١ِب وـت اٌغجً وـجب أؽ
طضلخ
C. بٙؼ١ج١غٖ فٙ ظٍٝء ثذؼِخ دطت ػٟج١ اٌججً فٟأر١أسظ أدضوُ أدجٍٗ ف٠ ْح
D. شىغ هللا٠ ٌُ شىغ إٌبؽ٠ ٌُ ِٓٚ غ١شىغ اٌىض٠ ٌُ ً١ٍشىغ اٌم٠ ٌُ ِٓ
E. اٚ أجضع أْ ال رؼصعٛٙلىُ فٛ فٛ٘ ِٓ ٌٝا إٚال رٕظغٚ ُ ِٓ أؿفً ِٕىٌٝا إٚأظغ
35. Makna pengertian hadits yang menyatakan bahwa orang yang durhaka
kepada pemimpin sama dengan tidak taat kepada Rasulullah SAW. adalah ….
A فمض أؽبع هللآِٟٕ أؽبػ
B هللاٝ فمض ػظِٟٔٓ ػظب
C ٟٕ فمض أؽبػٞغ١ِِٓ أؽبع أ
D ٟٔ فمض ػظبٞغ١ِ أِٝٓ ػظ
E ٟٔ فمض ػظبٞغ١ِِٓ أؽبع أ
ٍ ٔبٞال ُوًُّ طٚ ِّٟ ٍْ٘ ذًُّ ٌ ُى ُْ ٌذْ ُُ ْاٌذّبع ْاح٠ ال
ٍ ٍ ِ ْشٞال ُوًُّ طٚ ة ِ ْٓ اٌـجُغ
ْغ١ت ِ ْٓ اٌط
Makna lafadz yang bergaris bawah adalah ....
A. Berkuku
B. Berbulu
C. Bertaring
D. Berbangkai
E. Berparuh
LATIHAN SOAL
.... ٗ إطا افززخ اٌظالح١ ِٕىجٚٗ دظ٠ض٠ غفغ٠ ْ ص َ وبّٟب أْ إٌجٕٙ هللا ػٟ ػٓ اثٓ ػّغ عػ.9
)ٗ١ٍ(ِزفك ػ
كِٙغ أ١ؾ ثأث١ٌ ٌٍْٛال ثبٌمظـغ أػ٘غ اٚ ً٠ٛؾ ثبٌط١ٌ َٛ وبْ عثؼخ ِٓ اٌم.19
Contoh sunnah taqririyah adalah nomer ....
F. 1
G. 2
H. 3
I. 4
J. 5
5. Hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih namun belum mencapai
derajat mutawattir disebut hadits ….
F. gharib
G. aziz
H. masyhur
I. mutawattir
J. qudsi
حاف ثبوتًًو
ً الدليل على رج
ٍي َّ
ىو ما دؿ ٍ ي
Adalah sesuatu yang ditunjuki oleh suatu keterangan secara kuat adanya.
Adalah pengertian dari hadits ....
A. shahih
B. hasan
C. mutawattir
D. maqbul
E. mardud
10. Abu Hurairah masuk Islam bertepatan dengan tahun terjadinya perang
khaibar, yakni ….
F. 4 H
G. 5 H
H. 6 H
I. 7 H
J. 8 H
11. Sahabat Abdullah bin Umar meriwayatkan Hadits dari Rosulullah Saw
sebanyak ….
F. 1170 Hadits
G. 1660 Hadits
H. 2286 Hadits
198
I. 2630 Hadits
J. 5374 Hadits
12. Julukan yang diberikan oleh Rosulullah Saw kepada Anas adalah ….
F. Dzu al-Nun
G. Dzu al-Udzunain
H. Dzu al-Qarnain
I. Dzu al-Nurain
J. Dzu al-Qa‘dah
14. Al-Mujtaba merupakan ringkasan atau hasil penyeleksian Imam Nasa‟i atas
perintah amir Ramallah dari kitab ...
F. al-Muwattha‘
G. Al-Jami‘
H. Al-Mujtaba
I. al-Kahf
J. Al-Sunan al-Kubra
15. Teknik pembukuan Hadis secara perbab. Pada masa abad kedua ini pada
umumnya penyusunanya didasarkan pada klasifikasi hukum fikih dan di
dalamnya tercampur antar Hadis marfu`, mawqûf, dan maqthû` atau masih
campur antara Hadis Nabi dan fatwa sahabat dan tabi‘in. adalah pengertian ....
F. Al-Mushannaf
G. Al-Mustadrak
H. Al-Sunan
I. Al-Jami‘
J. Al-Shahih
16. Kitab yang menghimpun beberapa hadits yang telah memenuhi persyaratan
salah seorang penyusun tetapi belum ditakhrij di dalam kitabnya disebut
dengan ....
A. Al-Mushannaf
B. Al-Mustadrak
C. Al-Sunan
D. Al-Jami‘
E. Al-Mustakhraj
199
17. Ilmu yang menerangkan tentang keadilan dan cacatnya para perawi dengan
menggunakan lafadz tertentu, adalah definisi ....
A. Ilmu Hadits
B. Ilmu Rijal al-Hadits
C. Ilmu al-Jarh wa al-Ta‟dil
D. lmu tarjih
E. lmu mukhtalaful hadits
18. Lafal ta‟dil yang tertinggi untuk menilai perawi hadits adalah ….
A. menggunakan wazan af‟ala )ً(أ ْفؼ
B. menggunakan kata tsiqatun-tsiqah,
C. menggunakan kata tsiqah
D. menggunakan kata shaduq,
E. menggunakan kata hasanul-hadiits
19. Yang bukan merupakan ungkapan yang digunakan untuk menilai kecacatan
perawi hadits, kecuali ….
A. Pendusta
B. Lemah fisiknya
C. Pemalsu hadis
D. Lemah daya ingatnya
E. Tidak dipercaya
20. Cara penerimaan hadits berupa seorang syeikh membaca hadits dan orang
yang dadir mendengarkannya disebut ….
A. Assima‘
B. Al ijazah
C. Al munawalah
D. Al washiyah
E. Al wijadah