Proposa Terapi Bermain
Proposa Terapi Bermain
LAPORAN KEGIATAN
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan proposal
kegiatan Terapi Bermain Pada Anak Usia Pra Sekolah (2– 5 Tahun) Mewarnai Gambar
Dan Menyusun Puzzel Di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Umum Bahagia
Makassar yang alhamdulillah tepat pada waktunya.
Proposal dan terapi bermain in merupakan salah satu tugas praktek klnik stase
keperawatan anak yang harus di laksanakan untuk bisa lulus dari tugas praktek klnik
stase
keperawatan anak. Diharapkan proposal ini dapat memberikan informasi kepada kita
semua tentang bagaimana cara melakukan terapi bermain, salah satunya terapi bermain
mewarnai dan bermain puzzel.
Tim penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan proposal ini.
Akhir kata, Tim penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan proposal ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Penulis
Kelompok III
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................ i
Daftar Isi........................................................................................... ii
BAB 1 : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum.................................................................. 3
2. Tujuan Khusus................................................................. 3
C. Manfaat ................................................................................. 4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Bermain.......................................................... 5
B. Konsep Dasar Anak............................................................... 17
BAB III : KEGIATAN BERMAIN
A. Rancangan Bermain............................................................... 36
B. Media Dan Alat...................................................................... 36
C. Metode................................................................................... 36
D. Sasaran................................................................................... 37
E. Waktu Pelaksanaan................................................................ 37
F. Pengorganisasian.................................................................... 37
G. Pembagian Tugas................................................................... 38
H. Susunan Kegiatan................................................................... 39
I. Kriteria Evaluasi.................................................................... 40
J. Hambatan............................................................................... 40
BAB IV : HASIL KEGIATAN
A. Laporan Proses Terapi Berrmain........................................... 41
B. Dokumentasi Kegiatan........................................................... 43
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 48
B. Saran...................................................................................... 48
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak sakit yang dirawat di Rumah Sakit pada umumnya mengalami krisis
mengalami stress akibat terjadi perubahan lingkungan serta anak mengalami
keterbatasan untuk mengatasi stress. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu
usia perkembangan anak, pengalaman masa lalu tentang penyakit, perpisahan
atau perawatan di rumah sakit, support system serta keseriusan penyakit dan
ancaman perawatan. Stress yang dialami seorang anak saat dirawat di Rumah
Sakit perlu mendapatkan perhatian dan pemecahannya agar saat di rawat seorang
anak mengetahui dan kooperatif dalam menghadapi permasalahan yang terjadi
saat di rawat. Salah satu cara untuk menghadapi permasalahan terutama
mengurangi rasa perlukaan dan rasa sakit akibat tindakan invasif yang harus
dilakukannya adalah bermai (Hurlock, 1998)
Bermain adalah bagian integral dari masa kanak-kanak, media yang unik
untuk memfasilitasi perkembangan ekspresi bahasa, ketrampilan komunikasi,
perkembangan emosi, ketrampilan sosial, ketrampilan pengambilan keputusan,
dan perkembangan kognitif pada anak-anak. Bermain juga dikatakan sebagai
media untuk eksplorasi dan penemuan hubungan interpersonal, eksperimen
dalam peran orang dewasa, dan memahami perasaannya sendiri. Bermain adalah
bentuk ekspresi diri yang paling lengkap yang pernah dikembangkan manusia.
Erikson mendefinisikan bermain sebagai suatu situasi dimana ego dapat
bertransaksi dengan pengalaman dengan menciptakan situasi model dan juga
dapat menguasai realitas melalui percobaan dan perencanaan (Wong, 2009)
Terapi bermain sebagai hubungan interpersonal yang dinamis antara anak
dengan terapis yang terlatih dalam prosedur terapi bermain yang menyediakan
materi permainan yang dipilih dan memfasilitasi perkembangan suatu hubungan
yang aman bagi anak untuk sepenuhnya mengekspresikan dan eksplorasi dirinya
(perasaan, pikiran, pengalaman, dan perilakunya) melalui media bermain.
International Association for Play Therapy (APT), sebuah asosiasi terapi
bermain yang berpusat di Amerika, dalam situsnya di internet mendefinisikan
terapi bermain sebagai penggunaan secara sistematik dari model teoritis untuk
2. Tujuan Khusus
a. Memfasilitasi anak untuk mengekspresikan perasaannya.
b. Menstimulasi perkembangan sensorik dan motorik anak
c. Menstimulasi perkembangan intelektual anak
d. Meransang perkembangan sosialisasi dan moral anak
e. Meransang meningkatkan kreativitas anak
f. Mengurangi rasa cemas dan takut selama hospitalisasi
3. Manfaat
a. Mengembangkan kreaifitas anak
b. Mengembangkan perkembangan sensorik dan motorik halus anak
c. Mengembangkan kemampuan kognitif anak
d. Dan mengembangkan kemampuan berbahasa anak.
BAB II
TINJAUAN TEORI
b. Perkembangan Sensoris-Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting
untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan
untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat
permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu
perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus.
c. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap
segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal
warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain
pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak
bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat
memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan masalahnya melalui
eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak
menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin
sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih
kemampuan intelektualnya.
d. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah dari
hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar
berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar
tentang nilai sosial yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama
pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler
dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas
sosialnya dilingkungan keluarga.
e. Perkembangan Kreativitas
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang
sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri.
Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak
karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk
itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress
yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan depat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui
kesenangannya melakukan permainan. Dengan demikian, permainan adalah
media komunikasi antar anak dengan orang lain, termasuk dengan perawat atau
petugas kesehatan dirumah sakit. Perawat dapat mengkaji perasaan dan pikiran
anak melalui ekspresi nonverbal yang ditunjukkan selama melakukan permainan
atau melalui interaksi yang ditunjukkan anak dengan orang tua dan teman
kelompok bermainnya (Soetjiningsih, 1995).
4. Klasifikasi Bermain
a. Berdasarkan Isi Permainan
1) Social affective play
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan
mendapatkan kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang menyenangkan
dengan orang tuanya atau orang lain. Permainan yang biasa dilakukan adalah
“Cilukba”, berbicara sambil tersenyum dan tertawa, atau sekadar
memberikan tangan pada bayi untuk menggenggamnya, tetapi dengan
diiringi berbicara sambil tersenyum dan tertawa. Bayi akan mencoba
berespons terhadap tingkah laku orang tuanya misalnya dengan tersenyum,
tertawa, dan mengoceh.
2) Sense of pleasure play
Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang pada
anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya, dengan menggunakan pasir,
anak akan membuat gunung-gunungan atau benda-benda apa saja yang dapat
dibentuknya dengan pasir . Bisa juga dengan menggunakan air anak akan
melakukan macam-macam permainan, misalnya memindah-mindahkan air
ke botol, bak, atau tempat lain. Ciri khas permainan ini adalah anak akan
semakin asyik bersentuhan dengan alat permainan ini dan dengan permainan
yang dilakukannya sehingga susah dihentikan.
3) Skill play
Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan ketrampilan
anak, khususnya motorik kasar dan halus. Misalnya, bayi akan terampil
memegang benda-benda kecil, memindahkan benda dari satu tempat ke
tempat yang lain, dan anak akan terampil naik sepeda. Jadi, keterampilan
tersebut diperoleh melalui pengulangan kegiatan permainan yang di
lakukan. Semakin sering melakukan latihan, anak akan semakin terampil.
4) Games
Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan alat
tertentu yang menggunakan perhitungan atau skor. Permainan ini bisa
dilakukan oleh anak sendiri atau dengan temannya. Banyak sekali jenis
permainan ini mulai dari yang sifatnya tradisional maupun yang
modern.misalnya, ular tangga, congklak, puzzle, dan lain-lain.
5) Unoccupied behavior
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum, tertawa,
jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja, atau apa saja yang
ada di sekelilingnya. Jadi, sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan
tertentu, dan situasi atau obyek yang ada di sekelilingnya yang
digunakannya sebagai alat permainan. Anak tampak senang, gembira, dan
asyik dengan situasi serta lingkungannya tersebut.
6) Dramatic play
Sesuai dengan sebutannya, pada permainan ini anak memainkan peran
sebagai orang lain melalui permainannya. Anak berceloteh sambil
berpakaian meniru orang dewasa, misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya,
kakaknya, dan sebagainya yang ingin ia tiru. Apabila anak bermain dengan
temannya, akan terjadi percakapan di antara mereka tentang peran orang
yang mereka tiru. Permainan ini penting untuk proses identifikasi anak
terhadap peran tertentu
a. Bermain aktif
Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri.
Contoh : bermain sepak bola.
b. Bermain pasif
Energi yang dikeluarkan sedikit,anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya
melihat) Contoh : memberikan support.
6. Ciri-Ciri Bermain
a. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
b. Selalu ada timbal balik interaksi
c. Selalu dinamis
d. Ada aturan tertentu
e. Menuntut ruangan tertentu
7. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
1. Tahap perkembangan,tiap tahap mempunyai potensi/keterbatasan
2. Status kesehatan,anak sakit→ perkembangan psikomotor kognitif terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan → lokasi,negara,kultur.
5. Alat permainan → senang dapat menggunakan
6. Intelegensia dan status social ekonomi
8. Tahap Perkembangan Bermain
a. Tahap eksplorasi
Merupkan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
b. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain,anak mulai masuk dalam tahap perminan.
c. Tahap bermin sungguhan
Anak sudah ikut dalam perminan.
d. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.
9. Karakteristik Bermain Sesuai Tahap Perkembangan 1 Bulan
a. Usia 1 Bulan
Visual : Lihat dengan jarak dekat
1. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat
gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
2. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.
berkembang dengan baik, ibu yang mengandung perlu mengatur hidupnya dan
mencegah melakukan kebiasaan yang berpengaruh terhadap janin.
Kondisi emosional ibu hamil yang tidak stabil misalnya sering marah
marah atau sering sedih bisa berakibat buruk terhadap perkembangan
psikologis anak sesudah dilahirkan . bayi bisa berkembang menjadi anak
yang terlalu cengen atau terlalu perasa. Wanita hamil dengan tingkat stress
tinggi akan mengalami peningkatan resiko untuk melahirkan bayi yang akan
memiliki masalah emosional atau kognitif, attention deficit hyperactivity
disorder ( ADHD ), dan pelambatan kemampuan bahasa . oleh karena itu,
ibu hamil harus sebisa mungkin untuk mengelola emosinya dengan
bijaksana, menerima kehamilannya dengan senang hati , dan selalu
bersyukur dengan kondisi kehamilannya sekarang. Dukungan positif dari
sekitarnya pun ( seperti suami, orang tua, ataupun kakak dari calon bayi)
sangat mempengaruhi kondisi emosional ibu hamil.
4) Pengaruh Penyakit Ibu
Penyakit yang diidap oleh ibu hamil bisa berpengaruh terhadap janin
terutama penyakit yang menahun dan yang cukup berat. Misalnya penyakit
kelamin , cacar jerman ( Rubella ), malaria,kolera, AIDS. Pengaruhnya
terhadap janin bisa bervariasi . ada yang lahir lemah, cacat ,tertular penyakit
atau bahkan meninggal dalam kandungan . jika ibu hamil mengalami
penyakit yang tidak terlalu berat dan tidak lama ,seperti batuk pilek,
sebaiknya tetap berkonsultasi dengan dokter untuk pencegahan terjadinya
kondisi yang lebih parah, hal itu perlu dilakukan karena kondisi sakit yang
dialami ibu hamil akan berbeda dampaknya dengan ibu yang tidak hamil.
5) Pengaruh alkohol ,nakotik dan rokok
Kebiasaan minum alkohol dan rokok pada ibu hamil juga sangat
merugikan janin. Janin bisa menjadi lemah, cacat , bahkan bisa mati pada
peminum alkohol, perokok dan pengguna narkotika. Bagi orang yang tidak
hamil saja dampaknya sangat merugikan , apalagi bagi seorang ibu hamil.
b. Fase Bayi
Fase bayi terjadi selama dua tahun pertama dalam kehidupan manusia. Fase ini
merupakan fase dasar pembentukan pola perilaku,sikap dan emosi. Awal kehidupan
yang sehat sangatlah penting untuk bayi karena akan mempengaruhi
perkembangannya di fase fase berikutnya. Fase bayi sering dianggap fase bayi baru
lahir, tetapi label fase bayi akan digunakan untuk membedakannya dengan periode
pascanatal yang ditandai dengan keadaan yang sangat tidak berdaya yaitu selama dua
minggu setelah kelahiran.
Ciri-ciri yang penting dari masa bayi baru lahir ini ialah:
1) Masa perkembangan yang tersingkat dari seluruh masa perkembangan.
2) Merupakan masa penyesuaian diri untuk kelangsungan hidup/perkembangan
bayi.
3) Periode ini ditandai dengan terhentinya perkembangan.
4) Apabila bayi melewati masa ini merupakan awal perkembangan lebih lanjut
5) Masa bayi baru lahir dibagi menjadi dua, yaitu:
6) Periode Fortunate (mulai saat kelahiram sampai antara 15-30 menit sesudah
lahir).
7) Periode Neonate (dari pemotongan tali pusar sampai sekitar akhir minggu ke-2).
Selama beberapa bulan masa bayi , keadaan tidak berdaya itu secara berangsur
angsur agak menurun . setiap hari, setiap minggu dan bulannya bayi semakin
mandiri, sehingga saat masa bayi berakhir pada ulang tahun kedua , ia menjadi
seorang manusia yang berbeda dengan awal masa bayi. Sesudah dilahirkan, individu
berinteraksi dengan lingkungannya baik lingkungan fisik, klimatologis maupun
social. Diantara factor factor yang mempengaruhi perkembangan individu adalah :
keturunan, gizi, pemberian ASI, aktivitas fisik, system kelenjar hormone
pertumbuhan, penyakit, musim dan iklim, suku bangsa, kondisi social ekonomi,
kondisi psiko social, kecenderungan sekulear.
1) Pengaruh keturunan
Bayi lahir dengan membawa sifat sifat menurun dari orang tuanya. Faktor
bawaan ini menentukan potensi perkembangan maksimum yang mungkin bisa
dicapai dan sifat penampilan fisik setelah mencapain kedewasaan. Potensi itu
bisa menjadi kenyataan melalui interkasi dengan lingkungannya. Potensi yang
besar untuk berkembang bisa menjadi kenyataan apabila lingkungan bisa
memberikan kondisi yang baik untuk tumbuh dan berkembang. Dalam hal sifat
penampilan fisik banyak bukti yang menunjukan bahwa banyak hal bisa
memiliki kemiripan dalam segi segi tertentu dengan orang tua kandungnya atau
bahkan kakek neneknya.
2) Pengaruh gizi
Tingkat kegizian yang dikonsumsi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
fisik . pengaruhnya terutama terjadi dalam 4 hal yaitu : kecepatan pertumbuhan,
ukuran tubuh setelah dewasa , bentuk tubuh dan komposisi jaringan tubuh. Pada
anak anak yang mengalami kekurangan gizi dalam waktu lama akan mengalami
hambatan pertumbuhan dan mencapai ukuran maksimal yang relatif kecil.
Tubuhnya kurus dengan komposisi jaringan tubuh yang tidak berotot dan
berlemak ( Sugiyanto , 1993 ).
3) Pemberian ASI
Pemberian ASI eksklusif pada bayi diberikan sejak 0 – 6 bulan pertama dalam
kehidupan bayi. Bayi tidak memerlukan makanan atau minuman lain seperti susu
formula, air putih, madu, atau makanan padat lain sebelum usia 6 bulan.
4) Pengaruh Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan faktor yang bisa berfungsi sebagai rangsangan
terhadap pertumbuhan dan perkembangan fisik dengan intensitas yang cukup dan
disertai dengan konsumsi makanan yang bergizi baik dan istirahat yang cukup,
bisa memacu tumbuh dan kembang individu ke tingkat pencapaian yang optimal
sesuai dengan potensi yang dimiliki.
5) Pengaruh sistem kelenjar hormon pertumbuhan
Ada tiga macam hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
individu, yaitu : hormon pertumbuhan, hormon tiroid, hormon gonad. Sistem
kelenjar yang menghasilkan ketiga macam hormon tersebut harus normal agar
pertumbuhan dan perkembangan menjadi normal. Hormon pertumbuhan
dihasilkan oleh kelenjar yang berada di bawah otak yang dikontrol oleh sistem
saraf pusat. Pengaruhnya terjadi pada pertumbuhan pada masa anak – anak dan
remaja. Kekurangan produksi hormon ini mengakibatkan kelambatan
pertumbuhan. Sebaliknya, pertumbuhan terlalu cepat dapat mencapai ukuran
raksasa (Sugiyanto, 1993).
6) Pengaruh Suku Bangsa
Terdapat perbedaan yang signifikan perbedaan bentuk dan ukuran tubuh pada
suku bangsa yang berbeda – beda. Misalnya orang - orang Amerika, Eropa, dan
Australia cenderung memiliki tubuh yang lebih tinggi dan besar dibanding orang
- orang Asia.
7) Pengaruh Kondisi Psiko – Sosial
Manusia adalah makhluk psiko – fisis. Kondisi fisik mempengaruhi kondisi
psikis. Demikian juga sebaliknya. Gangguan kondisi psiko – sosial bisa berupa
stress yang cukup berat dan dialami dalam jangka waktu yang lama, basa
menghambat pertumbuhan dan perkembangan fisik. (Sugiyanto, 1993).
a. Perkembangan penglihatan
Pada umumnya indra anak yang baru lahir, belum dapat menerima
rangsangan. Matanya terbuka dan berkedip otomatis dengan gerak
refleksif, tapi sebenarnya belum dapat menerima rangsangan cahaya.
Baru pada bulan ketujuh, si bayi dapat mengikuti sesuatu yang di dekat
matanya, dengan memalingkan kepalanya.
b. Perkembangan pendengaran
Hanya dengan waktu kurang lebih 2 jam sesudah lahir, si bayi telah
dapat mendengar. Yaitu sejak cairan yang berasal dari lubang telinga,
keluar. Ini dapat dilihat bahwa ia telah dapat mereaksi terhadap getaran
suara, sekalipun reaksinya itu belum mengandung arti tertentu. Kepekaan
menerima rangsangan suara, rupa-rupanya yang paling cepat di milikinya
suara yang keras menimbulkan reaksi kejut dan suara yang lembut
diterima dengan reaksi yang tenang.
c. Perkembangan perasa kulit
Kepekaan menerima rangsang kulit, terdapat pada bibir dan telapak
kakinya. Anak lebih peka terhadap rangsangan dingin daripada
rangsangan panas. Yang sangat minta perhatian yaitu perasa sakitnya.
Dengan rangsangan ujung jarum di manapun, tampak belum ada reaksi.
biasanya senyum yang belum ada maknanya. Baru setelah 4 bulan ke Atas,
bayi dapat merespon atas kejadian yang ada di sekitarnya. Apabila bayi diajak
bermain, bicara, atau diperhatikan orang lain, maka bayi sudah bisa
menampilkan ekspresi senang dan tertawa. Sebalikya, apabila bayi tersebut
tidak diperhatikan, maka dia akan menunjukan ekspresi marah dan tidak
senang. Hal yang perlu diperhatikan bahwa bayi yang mengalami banyak
emosi senang meletakkan dasar-dasar untuk penyesuaian pribadi dan
penyesuaian sosial yang baik dan untuk pola-pola perilaku yang akan
menimbulkan kebahagiaan.Pengalaman sosial memainkan peranan penting
dalam menentukan hubungan sosial di masa depan dan pola perilaku terhadap
orang-orang lain. Oleh karena kehidupan bayi berpusat di rumah, maka
dirumahlah diletakkan dasar perilaku dan sikap sosial kelak (Hurlock, 1998)
Penelitian tentang penyesuaian sosial anak-anak yang lebih besar dan
bahkan para remaja menunjukan pentingannya peletakkan dasar-dasar sosial
pada masa bayi. Hal ini berdasarkan dua alasan. Pertama, jenis perilaku yang
diperhatikan dalam situasi sosial mempengaruhi penyesuaian pribadi dan
sosialnya. Kedua, mengapa dasar-dasar sosial yang dini itu penting adalah
bahwa sekali terbentuk dasar-dasar itu cenderung menetap kalau anak
menjadi lebih besar. Oleh karena itu, orang-orang yang berada di sekitar bayi
sebaiknya menunjukan wajah ceria, perilaku yang positif, dan rajin berbicara
serta mengajak bayi bicara. Kondisi demikian akan membuat bayi merasa
senang, terbiasa untuk berinteraksi dengan orang lain, bahkan dapat
menstimulus bayi berbicara. Perilaku sosial dini mengikuti pola yang cukup
dapat diramalkan meskipun dapat terjadi perbedaan-perbedaan karena
keadaan kesehatan atau keadaan emosi atau kondisi lingkungan. Pada saat
dilahirkan bayi tidak memilih dalam arti tidak mempedulikan siapa yang
mengurus kebutuhan fisiknya (Hurlock, 1998).
c. Fase Anak Usia Dini
Anak-anak usia dini merupakan anak dalam masa kemasan (Golden Age)
dimana pada masa ini adalah masa penting bagi perkembangan anak sebagai
individu di kemudian hari. Masa vital: pada masa ini individu menggunakan
fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Untuk
mudah frustasi. Setelah dewasa mereka juga sulit menguasai emosi dan
tidak memiliki tujuan hidup. Sebaliknya, orang tua yang otoritatif
cenderung mempunyai anak yang bertanggung jawab, percaya diri, dan
ramah. Untuk perkembangan aspek sosial anak pra-sekolah, hubungan
dengan teman sebaya sangat meningkat pada usia pra-sekolah. Masa ini
adalah saat bermain merupakan tema utama dalam kehidupan anak. Anak
mulai dapat menilai apakah ia lebih baik, sama baiknya, atau kurang dari
teman sebayanya. Keadaan ini sulit di dapatkan di rumah karena saudara
kandung biasanya lebih tua atau lebih muda (Hurlock, 1998).
4) Belajar duduk
5) Memperhatikan gerak – gerik orang lain
6) Merangkak dan merayap
7) Dapat berdiri tegak bila dipegang
8) Bermain Ciluk Ba! (Soetjiningsih, 1995)
d. Usia 10-12 bulan
1) Berayun pada tangan dan lutut
2) Merangkak dengan cepat
3) Belajar berdiri sambil berpegangan
4) Belajar berjalan kesamping atau merambat dengan berpegangan
5) Atau bisa berjalan sendiri (Soetjiningsih, 1995)
4. Tahapan perkembangan motorik anak usia 1-2 tahun
a. Perkembangan motorik anak usia 1-2 tahun secara umum
1) Susunan tumbuh dan berubah secara cepat
2) Timbulnya gerakan refleks
3) Penurunan tangisan
4) Meningkatnya kemampuan untuk bergerak, dimulai dari menggeliat-
geliat, kemudian menggelinding, merayap, merambat cepat, dan
kemudian berjalan
5) Meningkatnya kemampuan untuk mengkoordinasi motorik halus tangan
dan mata
6) Meningkatnya kemampuan “bantuan diri” (Soetjiningsih, 1995)
b. Perkembangan motorik kasar
1) Merangkak
2) Berdiri dan berjalan beberapa langkah
3) Berjalan cepat
4) Cepat-cepat duduk agar tidak jatuh
5) Merangkak di tangga
6) Berdiri di kursi tanpa pegangan
7) Menarik dan mendorong benda-benda berat
8) Melempar (Soetjiningsih, 1995)
c. Perkembangan motorik halus
b) Melompat ke bawah
c) Melompat ke depan
4) Tahap Memanjat
a) Memanjat
b) Naik turun tangga
c) Bermain di pohon
b. Ciri-ciri khusus anak usia 4 tahun
1) Berdiri di atas satu kaki selama 10 detik
2) Berjalan maju dalam satu garis lurus dengan tumit dan ibu jari sejauh 6
kaki
3) Berjalan mundur dengan ibu jari ke tumit
4) Lomba lari
5) Melompat ke depan 10 kali
6) Melompat kebelakang sekali
7) Berguling ke depan
8) Menendang secara terkoordinasi ke belakang dan ke depan dengan kaki
terayun dan tangan mengayun kea rah berlawanan secara bersamaan.
9) Dengan dua tangan menangkap bola yang dilemparkan dari jarak 3
kaki
10) Melempar bola kecil dengan kedua tangan ke pada seseorang yang
berjarak 4-6 kaki dariny
11) Membangun menara setinggi 11 kotak
12) Menggambar sesuatu yang berarti bagi anak tersebut. Dapat dikenali
orang lain
13) Mempergunakan gerakan-gerakan jemari selama permainan jari
14) Menjiplak gambar kotak
15) Menulis beberapa huruf
c. Ciri-ciri khusus anak usia 5 tahun
1) Berdiri di atas kaki yang lainnya selama 10 detik
2) Berjalan di atas besi keseimbangan ke depan, ke belakang dan ke
samping
3) Melompat ke belakang dengan dua kali berturut-turut
A. Rancangan bermain
Kegiatan terapi bermain kelompok buat kali ini yaitu “ Mewarnai Gambar
Dan Menyusun Puzzel“ . Kegiatan ini terdiri dari 2 sesi yaitu : pada sesi pertama
akan diadakan lomba mewarnai, dan akan diberikan hadiah bagi anak yang
mewarnai dengan rapi. Sesi ke dua akan dibagi kelompok dan akan dibagikan
puzzel kemudian setiap kelompok akan menyusunnya, bagi kelompok yang
cepat menyelesaikan gamenya akan diberikan hadiah..
B. Media dan Alat
Media dan alat yang di gunakan dalam tema “ Sehat Dan Ceriia Dengan
Bermain” yaitu :
1. Pensil warna
2. Gambar yang akan diwarnai
3. Puzzel
4. Balon sebagai mainan tambahan dan hiasan untuk ruangan
5. Hiasan untuk ruangan (bintang – bntang dan hiasan lainnya)
6. Speaker (jika memungkinkan)
C. Metode
Metode yang dilakukan adalah demonstrasi secara langsung yang dilakukan oleh
anak sesuai dengan instruksi yang diberikan. Adapun langkah - langkahnya :
1. Sesi pertama (Mewarnai)
a. Orang tua boleh ikut membantu anaknya
b. Membagikan kertas dan pensil warna pada setiap anak 1 lembar dan
memastikan tangan anak kering.
c. Menjelaskan kepada anak - anak dan orang tentang apa yang bisa
dilakukan terhadap gambar tangan tersebut.
d. Memulai mewarnai gambar
e. 3 oran anak yang mewarnai dengan rapih akan diberikan hadiah
2. Sesi kedua (Menyusun Puzzel)
a. Anak di bagi menjadi kelompok kecil
b. Membagikan puzzel yang akan disusun
c. Menjelskan kepada setiap kelompok anak tentang apa yang bisa
dilakukan dengan puzzel yang telah dibagiakan.
d. Memula menyusun puzzel
e. Kelompok tercepat menyusun puzzel akan diberikan hadiah.
D. Sasaran
Kegiatan Bermain ini diikuti peserta dengan kriteria sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi:
a. Anak usia 2 -5 tahun
b. Anak tidak mengalami peningkatan suhu tubuh
c. Anak tidak memiliki masalah intoleransi aktivitas
d. Tidak Bedrest
e. Tidak Infeksi
2. Kriteria Eksklusi:
a. Suhu tubuh meningkat (> 380C)
b. Anak memiliki masalah intoleransi aktivitas
c. Bedrest
d. Infeksi
E. Waktu Pelaksanaan
H. Susunan Kegiatan
2 25 Kegiatan bermain :
menit - Leader menjelaskan cara Mendengarkan
permainan
- Menanyakan pada anak, Menjawab pertanyaan
anak mau bermain atau
tidak
- Membagikan permainan Menerima permainan
- Leader ,co-leader, dan Bermain
Fasilitator memotivasi anak
- Fasilitator mengobservasi Bermain
anak
- Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan
perasaan
3 10 Penutup :
menit - Leader Menghentikan Selesai bermain
permainan
- Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan
perasaan
- Menyampaikan hasil Mendengarkan
permainan
- Memberikan hadiah pada Senang
anak yang cepat
menyelesaikan gambar dan
menyusun puzel dengan
bagus
- Membagikan
souvenir/kenang-kenangan Senang
pada semua anak yang
bermain
- Menanyakan perasaan anak
Mengungkapkan
- Co-leader menutup acara perasaan
- Mengucapkan salam Mendengarkan
Menjawab salam
I. Evaluasi
1. Evaluasi struktur yang diharapkan :
a. Alat-alat yang digunakan lengkap
b. kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
BAB IV
HASIL KEGIATAN
menyusun puzzle sesamsa tim kelompok anak saling bekerja dan saling
berinteraksi sama dalam menyusun. Terlhat ada anak yang palinh aktif dan
paling antusias dalam menyusun puzzel An R. Hal ini dikarenakan
kematangan dalam proses berfikirnya lebih matang dibandingkan dengan
teman- teman yang lainnya.
3) Meransang perkembangan sosialisasi dan moral anak
Dalam terapi bermain ini, anak saling berinteraksi sesama temannya yaitu
sesekali bertanya kepada orang tua, teman seruanganya dan perawat untuk
meminta pendapat warna apa yang sesuai dengan gambar walaupun ada anak
yang sedikit malu untuk bersosialisasi.
4) Meransang meningkatkan kreativitas anak
Terapi bermain ini juga meningkatkan kreativitas anak yaitu dengan
mewarnai gambar dan menyusun puzzle, anak dapat bekreasi sendiri dengan
warna yang telah dipilih dan mewarnai gambar dengan imajinasi sendiri dan
saling bekerjama sama dalam menyusun gambar (puzzle)
5) Mengurangi rasa cemas dan takut selama hospitalisasi
Terapi bermain ini juga mengurangi rasa cemas dan takut selama
hospitalisasi karena anak merasa senang, antusias, bahagia dan bersemangat
dalam mengikuti terapi ini.
2. Dokumentasi Kegiatan
Bermain Puzzle
Penutup
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang
mencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak
tersebut, tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan
informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak,
dimana dalam bermain anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya
sendiri, minatnya, serta cara menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain.
Bermain bagi anak adalah suatu kebutuhan selayaknya bekerja pada orang
dewasa, oleh sebab itu bermain di rumah sangat diperlukan guna untuk
mengatasi adanya dampak hospitalisasi yang diasakan oleh anak. Dengan
bermain, anak tetap dapat melanjutkan tumbuh kembangnya tanpa terhambat
oleh adanya dampak hospitalisasi tersebut.
B. Saran
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar
anak dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat
menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan
tersebut. Faktor keamanan dari permainan yang dipilih juga harus tetap
diperhatikan.
2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat
meminimalkan trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan
menyediakan ruangan khusus untuk melakukan tindakan.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi
dampak hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap
tumbuh kembang anak. Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak
dapat terus melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun dirumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Anggani, Sudono, Sumber Belajar Dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Usia Dini.
2004. Grafindo: Jakarta
Bella (2015). Proposal Terapi Bermain Anak. Dari
http://ayubellanasta.blogspot.com/2015/08/proposal-terapi-bermain-anak.html
Diakses pada 19 januari pukul 11:00 wib
Hurlock, Elizabeth B. 1998. Perkembangan Anak jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. (2000). Clinical Manual of Pediatric Nursing. USA: Mosby
Wong, Donna L. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC