Anda di halaman 1dari 54

1

LAPORAN KEGIATAN

TERAPI BERMAIN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH (2 – 5 TAHUN)


MEWARNAI GAMBAR DAN MENYUSUN PUZZEL DI RUANG PERAWATAN
ANAK RUMAH SAKIT UMUM BAHAGIA MAKASSAR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Klinik


Stase Keperawatan Anak

Disusun Oleh : Kelompok III

Sukmawati S.Kep Nim : 19193006


Ita Tirtayana S.Kep Nim : 19193007
A. Wahyuni S.Kep Nim : 19193008
Yudi Rizky Rumalesin S.Kep Nim :19193056
Rosdian S.Kep Nm : 19193061
Harsono S.Kep Nim : 19193080
Tri Darmawati Ilyas S.Kep Nim :19193089

DEPARTEMEN ANAK PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNUNG SARI MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK
2019 - 2020

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


2

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan proposal
kegiatan Terapi Bermain Pada Anak Usia Pra Sekolah (2– 5 Tahun) Mewarnai Gambar
Dan Menyusun Puzzel Di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Umum Bahagia
Makassar yang alhamdulillah tepat pada waktunya.

Proposal dan terapi bermain in merupakan salah satu tugas praktek klnik stase
keperawatan anak yang harus di laksanakan untuk bisa lulus dari tugas praktek klnik
stase
keperawatan anak. Diharapkan proposal ini dapat memberikan informasi kepada kita
semua tentang bagaimana cara melakukan terapi bermain, salah satunya terapi bermain
mewarnai dan bermain puzzel.

Tim penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan proposal ini.

Akhir kata, Tim penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan proposal ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Makassar , 21 Januari 2020

Penulis

Kelompok III

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


3

                                                                                                    
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................ i
Daftar Isi........................................................................................... ii
BAB 1 : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum.................................................................. 3
2. Tujuan Khusus................................................................. 3
C. Manfaat ................................................................................. 4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Bermain.......................................................... 5
B. Konsep Dasar Anak............................................................... 17
BAB III : KEGIATAN BERMAIN
A. Rancangan Bermain............................................................... 36
B. Media Dan Alat...................................................................... 36
C. Metode................................................................................... 36
D. Sasaran................................................................................... 37
E. Waktu Pelaksanaan................................................................ 37
F. Pengorganisasian.................................................................... 37
G. Pembagian Tugas................................................................... 38
H. Susunan Kegiatan................................................................... 39
I. Kriteria Evaluasi.................................................................... 40
J. Hambatan............................................................................... 40
BAB IV : HASIL KEGIATAN
A. Laporan Proses Terapi Berrmain........................................... 41
B. Dokumentasi Kegiatan........................................................... 43
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 48
B. Saran...................................................................................... 48

Daftar Pustaka

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


4

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


1

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak sakit yang dirawat di Rumah Sakit pada umumnya mengalami krisis
mengalami stress akibat terjadi perubahan lingkungan serta anak mengalami
keterbatasan untuk mengatasi stress. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu
usia perkembangan anak, pengalaman masa lalu tentang penyakit, perpisahan
atau perawatan di rumah sakit, support system serta keseriusan penyakit dan
ancaman perawatan. Stress yang dialami seorang anak saat dirawat di Rumah
Sakit perlu mendapatkan perhatian dan pemecahannya agar saat di rawat seorang
anak mengetahui dan kooperatif dalam menghadapi permasalahan yang terjadi
saat di rawat. Salah satu cara untuk menghadapi permasalahan terutama
mengurangi rasa perlukaan dan rasa sakit akibat tindakan invasif yang harus
dilakukannya adalah bermai (Hurlock, 1998)
Bermain adalah bagian integral dari masa kanak-kanak, media yang unik
untuk memfasilitasi perkembangan ekspresi bahasa, ketrampilan komunikasi,
perkembangan emosi, ketrampilan sosial, ketrampilan pengambilan keputusan,
dan perkembangan kognitif pada anak-anak. Bermain juga dikatakan sebagai
media untuk eksplorasi dan penemuan hubungan interpersonal, eksperimen
dalam peran orang dewasa, dan memahami perasaannya sendiri. Bermain adalah
bentuk ekspresi diri yang paling lengkap yang pernah dikembangkan manusia.
Erikson mendefinisikan bermain sebagai suatu situasi dimana ego dapat
bertransaksi dengan pengalaman dengan menciptakan situasi model dan juga
dapat menguasai realitas melalui percobaan dan perencanaan (Wong, 2009)
Terapi bermain sebagai hubungan interpersonal yang dinamis antara anak
dengan terapis yang terlatih dalam prosedur terapi bermain yang menyediakan
materi permainan yang dipilih dan memfasilitasi perkembangan suatu hubungan
yang aman bagi anak untuk sepenuhnya mengekspresikan dan eksplorasi dirinya
(perasaan, pikiran, pengalaman, dan perilakunya) melalui media bermain.
International Association for Play Therapy (APT), sebuah asosiasi terapi
bermain yang berpusat di Amerika, dalam situsnya di internet mendefinisikan
terapi bermain sebagai penggunaan secara sistematik dari model teoritis untuk

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


2

memantapkan proses interpersonal dimana terapis bermain menggunakan


kekuatan terapiutik permainan untuk membantu klien mencegah atau
menyelesaikan kesulitan-kesulitan psikososial dan mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal (www.a4pt.org). Beberapa definisi terapi bermain
tersebut mengarah pada beberapa hal penting, yaitu: (a) tipe dan jumlah
permainan yang digunakan; (b) konteks permainan; (c) partisipan yang terlibat;
(d) urutan permainan; (e) ruang yang digunakan; (f) gaya bermain; (g) tingkat
usaha yang dicurahkan dalam permainan. Terapi bermain adalah pemanfaatan
permainan sebagai media yang efektif oleh terapis, untuk membantu klien
mencegah atau menyelesaikan kesulitan psikososial dan mencapai pertumbuhan
dan perkembangan yang optimal, melalui kebebasan eksplorasi dan ekspresi diri
(Wong, 2009).
Mewarnai gambar dan menyusun puzle merupakan jenis permainan yang
tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga dapat melatih kemampuan
otak. Berdasarkan penelitian yang seorang ahli saraf bernama Robertson Puzzel
dapat meningkatkan kemampuan mental, selain itu permanan in juga dapat
mencegah penyakit Alzheimer dan hilang ingatan (Baras, 2010 dalam bella
2015).
Ruang bongenfil 13 merupakan bangsal perawatan anak, dimana pasien yang
dirawat merupakan pasien pada usia anak yang masih dalam masa
pertumnbuhan dan perkembangan. Sebagian besar anak yang dirawat mengalami
tingkat kecemasan yang tinggi akibat tindakan medis yang dilakukan dan
lingkungan baru yang belum dikenal, sehingga anak menangis atau menolak
terhadap tindakan medis, dalam kondisi seperti ini anak membutuhkan suatu
hiburan dalam bentuk permainan. Dan berdasarkan pengamatan kami, anak –
anak yang dirawat merupakan anak yang dapat memainkan sesuatu dengan
tanngannya, seperti mewarnai gambar dan menyusun puzzel yang dapat melatih
kecerdasan otak anak.
Pada mewarnai gambar merupakan alternatif untuk mengembangkan
kreatifitas dan perkembangan sensorik anak dan dapat menurunkan tingkat
kecemasan pada anak selama di rawat. Mewarnai gambar dapat menjadi salah
satu media bagi perawat untuk mampu mengenali ingkat perkembangan anak.

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


3

Dinamika secara psikoligis menggambarkan bahwa anak selama anak bermain


dengan sesuatu yang menggunakan alat mewarnai seperti crayon atau pensil
warna akan membantu anak untuk menggunakan tanggannya secara aktif
sehingga merangsang morik halusnya.
Sedangkan pada permainan menyusun puzzel dapat mengembangkan
motorik, halus, keteramplan, kognitif dan kemampuan berbahasa, karena puzzel
salah satu bentuk pernainan yang membutuhkan ketelitian, melatih untuk
memusatkan pikran, karena itu harus berkonsentrasi ketika menyusun kepingan-
kepingan puzzle tersebut sehingga menjadi sebuah gambar yang utuh dan
lengkap. Sehingga puzzle menjadi jenis permainan yang memiliki nilai-nilai
edukatif, selain itu sifat dari permainan adalah sifat aktif dimana anak selalu
ingin mencoba kemampuan dalam keteramplan tertentu seperti bermain puzzle
gambar, disini anak selalu dpicu untuk selalu terampil dalam menyusun gambar
yang telah di bongkar.
Melihat keadaan yang dialami anak yang dirawat di Ruang bongenfil 13,
pentingnya permainan dan manfat dari mewarnai serta menyusun puzzel, maka
kami memilih melaksanakan terapai bermain anak dengan jenis permainan
tersebut,
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya, mengembangkan
aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi efektif
terhadap stress karena penyakit dan dirawat

2. Tujuan Khusus
a. Memfasilitasi anak untuk mengekspresikan perasaannya.
b. Menstimulasi perkembangan sensorik dan motorik anak
c. Menstimulasi perkembangan intelektual anak
d. Meransang perkembangan sosialisasi dan moral anak
e. Meransang meningkatkan kreativitas anak
f. Mengurangi rasa cemas dan takut selama hospitalisasi

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


4

3. Manfaat
a. Mengembangkan kreaifitas anak
b. Mengembangkan perkembangan sensorik dan motorik halus anak
c. Mengembangkan kemampuan kognitif anak
d. Dan mengembangkan kemampuan berbahasa anak.

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


5

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Bermain


1. Pengertian
Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan
social dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan
bermain, anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan
diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal
waktu, jarak serta suara (Wong, 2000).
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi
kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000).
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek
terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif
untuk menurunkan stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan
emosional anak. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan
kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan dan cinta kasih. Dengan
bermain anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya,
cara menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain (Soetjiningsih, 1995).
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bermain
merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang mencerminkan
kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut. Walaupun
tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi,
memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak, dalam bermain
anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya, serta
cara menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain.
2. Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


6

b. Perkembangan Sensoris-Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting
untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan
untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat
permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu
perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus.
c. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap
segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal
warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain
pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak
bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat
memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan masalahnya melalui
eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak
menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin
sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih
kemampuan intelektualnya.
d. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah dari
hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar
berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar
tentang nilai sosial yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama
pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler
dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas
sosialnya dilingkungan keluarga.
e. Perkembangan Kreativitas

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


7

dalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya kedalam


bentuk objek dan / atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan
bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide - idenya.
Misalnya, dengan membongkar dan memasang satu alat permainan akan
merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang.
f. Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan
mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap
orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya
menangis, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti
teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral
dan etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami
dampak positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain
g. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang
tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di
lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok
yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga akan
belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana yang benar dan mana
yang salah, serta belajar bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah
dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman merupakan perbuatan yang
tidak baik dan membereskan alat permainan sesudah bermain adalah
membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab terhadap tindakan serta barang
yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia toddler
dan prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk mengembangkan
nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting
peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain
dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.
h. Bermain Sebagai Terapi

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


8

Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang
sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri.
Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak
karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk
itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress
yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan depat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui
kesenangannya melakukan permainan. Dengan demikian, permainan adalah
media komunikasi antar anak dengan orang lain, termasuk dengan perawat atau
petugas kesehatan dirumah sakit. Perawat dapat mengkaji perasaan dan pikiran
anak melalui ekspresi nonverbal yang ditunjukkan selama melakukan permainan
atau melalui interaksi yang ditunjukkan anak dengan orang tua dan teman
kelompok bermainnya (Soetjiningsih, 1995).
4. Klasifikasi Bermain
a. Berdasarkan Isi Permainan
1) Social affective play
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan
mendapatkan kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang menyenangkan
dengan orang tuanya atau orang lain. Permainan yang biasa dilakukan adalah
“Cilukba”, berbicara sambil tersenyum dan tertawa, atau sekadar
memberikan tangan pada bayi untuk menggenggamnya, tetapi dengan
diiringi berbicara sambil tersenyum dan tertawa. Bayi akan mencoba
berespons terhadap tingkah laku orang tuanya misalnya dengan tersenyum,
tertawa, dan mengoceh.
2) Sense of pleasure play
Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang pada
anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya, dengan menggunakan pasir,
anak akan membuat gunung-gunungan atau benda-benda apa saja yang dapat
dibentuknya dengan pasir . Bisa juga dengan menggunakan air anak akan
melakukan macam-macam permainan, misalnya memindah-mindahkan air
ke botol, bak, atau tempat lain. Ciri khas permainan ini adalah anak akan

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


9

semakin asyik bersentuhan dengan alat permainan ini dan dengan permainan
yang dilakukannya sehingga susah dihentikan.

3) Skill play
Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan ketrampilan
anak, khususnya motorik kasar dan halus. Misalnya, bayi akan terampil
memegang benda-benda kecil, memindahkan benda dari satu tempat ke
tempat yang lain, dan anak akan terampil naik sepeda. Jadi, keterampilan
tersebut diperoleh melalui pengulangan kegiatan permainan yang di
lakukan. Semakin sering melakukan latihan, anak akan semakin terampil.
4) Games
Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan alat
tertentu yang menggunakan perhitungan atau skor. Permainan ini bisa
dilakukan oleh anak sendiri atau dengan temannya. Banyak sekali jenis
permainan ini mulai dari yang sifatnya tradisional maupun yang
modern.misalnya, ular tangga, congklak, puzzle, dan lain-lain.
5) Unoccupied behavior
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum, tertawa,
jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja, atau apa saja yang
ada di sekelilingnya. Jadi, sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan
tertentu, dan situasi atau obyek yang ada di sekelilingnya yang
digunakannya sebagai alat permainan. Anak tampak senang, gembira, dan
asyik dengan situasi serta lingkungannya tersebut.
6) Dramatic play
Sesuai dengan sebutannya, pada permainan ini anak memainkan peran
sebagai orang lain melalui permainannya. Anak berceloteh sambil
berpakaian meniru orang dewasa, misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya,
kakaknya, dan sebagainya yang ingin ia tiru. Apabila anak bermain dengan
temannya, akan terjadi percakapan di antara mereka tentang peran orang
yang mereka tiru. Permainan ini penting untuk proses identifikasi anak
terhadap peran tertentu

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


10

b. Berdasarkan Karakter Sosial


1) Onlooker play
Pada jenis permainan ini, anak hanya mengamati temannya yang sedang
bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam permainan.
Jadi, anak tersebut bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan terhadap
permainan yang sedang dilakukan temannya.
2) Solitary play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi
anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya, dan alat
permainan tersebut berbeda dengan alat permainan yang digunakan
temannya, tidak ada kerja sama, ataupun komunikasi
3) Parallel play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan yang sama,
tetapi antara satu anak dengan anak lainnya tidak terjadi kontak satu sama
lain sehingga antara anak satu dengan anak lain tidak ada sosialisasi satu
sama lain. Biasanya permainan ini dilakukan oleh anak usia toddler.
4) Associative play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak
lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin atau yang memimpin
permainan, dan tujuan permainan tidak jelas. Contoh permainan jenis ini
adalah bermain boneka, bermain hujan-hujanan dan bermain masak-
masakan.
5) Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis
ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Anak yang memimpin permainan
mengatur dan mengarahkananggotanya untuk bertindak dalam permainan
sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam permainan tersebut. Misalnya,
pada permainan sepak bola, ada anak yang memimpin permainan, aturan
main harus dijalankan oleh anak dan mereka harus dapat mencapai tujuan
bersama, yaitu memenangkan permainan dengan memasukkan bola ke
gawang lawan mainnya (Soetjiningsih, 1995).
5. Kategori Bermain

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


11

a. Bermain aktif
Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri.
Contoh : bermain sepak bola.

b. Bermain pasif
Energi yang dikeluarkan sedikit,anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya
melihat) Contoh : memberikan support.
6. Ciri-Ciri Bermain
a. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
b. Selalu ada timbal balik interaksi
c. Selalu dinamis
d. Ada aturan tertentu
e. Menuntut ruangan tertentu
7. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
1. Tahap perkembangan,tiap tahap mempunyai potensi/keterbatasan
2. Status kesehatan,anak sakit→ perkembangan psikomotor kognitif terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan → lokasi,negara,kultur.
5. Alat permainan → senang dapat menggunakan
6. Intelegensia dan status social ekonomi
8. Tahap Perkembangan Bermain
a. Tahap eksplorasi
Merupkan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
b. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain,anak mulai masuk dalam tahap perminan.
c. Tahap bermin sungguhan
Anak sudah ikut dalam perminan.
d. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.
9. Karakteristik Bermain Sesuai Tahap Perkembangan 1 Bulan
a. Usia 1 Bulan
Visual : Lihat dengan jarak dekat

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


12

Gantungkan benda yang terang dan menyolok


Auditori : Bicara dengan bayi, menyanyi,musik,radio,detik
Taktil : Memeluk, menggendong, memberi kesenangan
Kinetik : Mengayun,naik kereta dorong
b. Usia 2-3 Bulan
Visual : Buat ruangan menjadi tenang, gambar, cermin ditembok
Bawa bayi ke ruangan lain, letakkan bayi agar dapat
memandang disekitar
Auditori : Bicara dengan bayi, beri mainan bunyi, ikut sertakan
dalam pertemuan keluarga.
Taktil : Memandikan ,mengganti popok,menyisir rambut dengan
lembut,gosok dengan lotion/bedak
Kinetik : Jalan dengan kereta,gerakan berenang,bermain air
c. Usia 4-6 Bulan
Visual : Bermain cermin,anak nonton TV
Beri mainan dengan warna terang
Auditori : Anak bicara,ulangi suara yang dibuat,panggil nama,
Remas kertas didekat telinga,Pegang mainan bunyi.
Taktil : Beri mainan lembut/kasar,mandi cemplung/cebur
Kinetik : Bantu tengkurap,sokong waktu duduk
d. Usia 6-9 bulan
Visual : Mainan berwarna,bermain depan cermin,”ciluk ….ba”.
Beri kertas untuk dirobek-robek
Auditori : Panggil nama “Mama …Papa,dapat menyebutkan bagian
Tubuh, beri tahu yang anda lakukan,ajarkan tepuk
tangan dan beri perintah sederhana.
Taktil : Meraba bahan bermacam-macam tekstur,ukuran,main
air mengalir dan berenang
Kinetik : Letakkan mainan agak jauh lalu suruh untuk
mengambilnya.
e. Usia 9-12 Bulan
Visual : Perlihatkan gambar dalam buku. Ajak pergi ke berbagai

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


13

Tempat. Bermain bola, Tunjukkan bangunan agak jauh.


Auditori : Tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan,
Kenalkan dengan suara binatang
Taktil : Beri makanan yang dapat dipegang
Kenalkan dingin,panas dan hangat.
Kinetik : Beri mainan
10. Mainan Yang Dianjurkan
a. Mainan yang dianjurkan untuk Bayi 6-12 bulan
1) Blockies warna-warni jumlah,ukuran.Buku dengan gambar menarik
2) Balon,cangkir dan sendok
3) Boneka bayi
4) Mainan yang dapat didorong dan ditarik
b. Todler ( 2-3 TAHUN )
1) Mulai berjalan,memanjat,lari
2) Dapat memainkan sesuatu dengan tangannya
3) Senang melempar,mendorong,mengambil sesuatu
4) Perhatiannya singkat
5) Mulai mengerti memiliki “ Ini milikku ….”
6) Karakteristik bermain “Paralel Play”
7) Toddler selalu brtengkar saling memperebutkan mainan/sesuatu
8) Senang musik/irama
c. Untuk Toddler
1) Mainan yang dapat ditarik dan didorong
2) Alat masak
3) Malam, lilin
4) Boneka, Blockies,Telepon, gambar dalam buku bola,d ram yang dapat
dipukul, krayon, kertas
d. Pre-School
1) Cross motor and fine motors
2) Dapat melompat,bermain dan bersepeda.
3) Sangat energik dan imaginative
4) Mulai terbentuk perkembangan moral

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


14

5) Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dgn kelompok


6) Karakteristik bermain
7) Assosiative play
8) Dramatic play
9) Skill play
10) Laki-laki aktif bermain di luar
11) Perempuan didalam rumah
e. Mainan untuk Pre-school
1) Peralatan rumah tangga
2) Sepeda roda Tiga
3) Papan tulis/kapur
4) Lilin,boneka,kertas
5) Drum,buku dengan kata simple,kapal terbang,mobil,truk
f. Usia Sekolah
1) Bermain dengan kelompok dan sama dengan jenis kelamin
2) Dapat belajar dengan aturan kelompok
3) Belajar Independent,cooperative,bersaing,menerima orang lain.
4) Karakteristik “Cooperative Play”
5) Laki-laki : Mechanical
6) Perrempuan : Mother Role
Mainan untuk Usia Sekolah
1) 6-8 Tahun
Kartu, boneka, robot, buku, alat olahraga, alat untuk melukis, mencatat, se
peda
2) 8-12 Tahun
Buku, mengumpulkan perangko,uang logam, pekerjaan tangan, kartu,
olah raga bersama, sepeda, sepatu roda.
Sedangkan menurut Soetjiningsih (1995) mainan yang danjurkan menurut usia :
1. Usia 0 – 12 bula
Tujuannya adalah :
1. Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap,
menggenggam.

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


15

2. Melatih kerjasama mata dan tangan.


3. Melatih kerjasama mata dan telinga.
4.  Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
5. Melatih mengenal sumber asal suara.
6. Melatih kepekaan perabaan.
7. Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan :
1. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
2. Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
3.  Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
4. Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
5. Alat permainan berupa selimut dan boneka.
2. Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah
1.  Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
2. Memperkenalkan sumber suara.
3. Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
4.  Melatih imajinasinya. 
5. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan
yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
1. Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
2. Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
3. Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang tidak
mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok besar,
kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret,
krayon/pensil berwarna.
3. Usia 25 – 36  bulan
Tujuannya adalah ;
1. Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
2. Mengembangkan keterampilan berbahasa.
3. Melatih motorik halus dan kasar.

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


16

4. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan


membedakan warna).
5. Melatih kerjasama mata dan tangan. 
6. Melatih daya imajinansi.
7. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
1. Alat-alat untuk menggambar.
2. Lilin yang dapat dibentuk
3. Pasel (puzzel) sederhana.
4. Manik-manik ukuran besar.
5. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
6.  Bola.
4. Usia 32 – 72 bulan
Tujuannya adalah  :
1. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
2. Mengembangkan kemampuan berbahasa.
3. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
4. Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara)
5. Membedakan benda dengan permukaan.
6.  Menumbuhkan sportivitas.
7.  Mengembangkan kepercayaan diri.
8.  Mengembangkan kreativitas.
9. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
10. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.
11. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya.
12.  Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal :
pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
13. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong
Alat permainan yang dianjurkan :

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


17

1. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat
gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
2. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.

B. Konsep Dasar Anak


1. Pengertian
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan
masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia
bermain/toddler (1-2.5 tahun), pra sekolah (2.5-5 tahun), usia sekolah (5-11
tahun) hingga remaja (11-18 tahun).
2. Karakteristik Perkembangan Anak Usia 0 – 5 Tahun
Fase perkembangan manusia dalam rentang usia 0-5 tahun merupakan
fase yang sangat penting dalam proses perkembangan. Usia 0-5 tahun dianggap
sebagai periode usia emas, golden age dimana pada masa ini seluruh aspek
perkembangan berkembang dengan pesat dan menjadi dasar menuju fase
perkembangan selanjutnya.
a. Fase Pra-Natal
Fase pranatal adalah fase perkembangan pertama dalam rentang kehidupan
manusia dan merupakan fase yang paling singkat dai seluruh fase
perkembangan. Namun dalam banyak hal fase ini penting atau bahkan yang
terpenting dari semua fase. Fase ini dimulai pada saat pembuahan dan
berakhir pada kelahiran kurang lebih berlangsung selama 266 hari sampah
280 hari (38-40 minggu) (Soetjiningsih, 1995).
Ciri-ciri perkembangan pada masa pranatal:
1) Pada periode ini ditentukan sifat-sifat bawaan dan jenis kelamin,
tunggal/kembar
2) Kondisi ibu sangat menentukan pola pertumbuhsn prenatal
3) Secara proporsional perkembangan lebih besar dibanding periode-
periode lainnya.
4) Terdapat banyak bahaya fisik dan psikologis

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


18

5) Orang-orang yang berperan dapat membentuk sikap kepada si janin.


Perkembangan pra-natal dibagi ke dalam 3 periode yaitu:
1) Periode Germinal / Zigot
Periode ini berlangsung selama dua minggu pertama setelah
pembukaan. Periode ini meliputi pembentukan telur yang sudah di
buahi (zigot), pembelahan sel, dan pelekatan zigot ke dinding rahim.
Periode ini bisa disebut juga masa bayi baru lahir (new born): 0-2
minggu.
2) Periode Embrionik / Embrio
Periode ini terjadi dari dua hingga delapan minggu setelah pembuahan.
Selama periode ini kecepatan diferensiasi sel meningkat, sistem
pendukung bagi sel terbenduk, dan organ-organ mulai nampak.
3) Periode fetal/ Janin
Periode ini dimulai dari dua bulan setelah pembuahan sampai menjelang
kelahiran.

Pada saat manusia masih di dalam kandungan, faktor yang berpengaruh


terutama adalah kondisi ibu yang mengandungnya. Segala sesuatu yang dialami
atau kebiasaan hidup si ibu berpengaruh terhadap perkembangan janin yang di
kandungnya. Segala kebutuhan untuk hidupnya janin yaitu sari-sari makanan,
oksigen, diperoleh janin dari ibunya lewat hubungan langsung melalui plasenta.
Oleh karena ketergantungan tersebut, maka kondisi ibu sangat berpengaruh
terhadap perkembangan janin, diantaranya : Gizi makanan, aktivitas fisik,
kondisi emosional, penyakit yang dimiliki ibu, obat-obatan yang di minum,
kebiasaan minum alkohol, merokok, dan zat adiktif. Supaya janin dapat

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


19

berkembang dengan baik, ibu yang mengandung perlu mengatur hidupnya dan
mencegah melakukan kebiasaan yang berpengaruh terhadap janin.

Menurut Sugiyanto (1993), faktor-faktor yang mempengaruhi manusia pada


saat masih di dalam kandungan (pra-natal) antara lain :
1) Pengaruh gizi makanan
Gizi makanan perlu diatur, jangan sampai kekurangan ataupun
berlebihan. Kekurangan gizi mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat
dan menjadi lemah, bahkan bisa lahir prematur atau keguguran (Sugiyanto
1993). Anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan gizi akan
memiliki kemungkinan mengalami cacat lebih besar dibandingkan anak-
anak yang dilahirkan ole ibu yang cukup gizinya. Di samping itu, kelebihan
gizi mengakibatkan janin terlalu besar dan mengalami kesulitan saat
melahirkan.) Obesitas selama kehamilan memiliki kaitan dengan
peningkatan resiko ketidak suburan maternal, ganguan hipersensitif, diabetis,
dan kelahiran cesar. Obesitas selama kehamilan mencalup resiko-resiko
berikut ini terhadap janin : makrosomnia (bayi lahir dengan bobot sangat
berlebih), dan perawatan di Neonatal Intensive Care Unit (NICU).
2) Pengaruh Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang cukup bagi ibu haml sangat di pelukan. Namun,
aktivitas fisik jangan sampai yang membahayakan keberadaan janin yaitu
tidak berat dan tidak kasar. Yang penting adalah sekedar untuk mengaktifkan
fungsi organ-organ tubuh sehingga tidak menjadi lemah. Ibu hamil yang
tidak melakukan atau kurang aktivitas fisiknya bisa menjadi lemah yang
berakibat janinnya juga lemah. Kelemahan fisik ibu juga bisa mengakibatkan
kesulitan saat melahirkan (Sugiyanto, 1993). Oleh karena itu rajin
melakukan peregangan dan Senam hamil dianjurkan untuk ibu hamil yang
sudah memasuki usia kehamilan 7 bulan untuk mempermudah proses
kkelahiran.
3) Pengaruh Kondisi Emosional

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


20

Kondisi emosional ibu hamil yang tidak stabil misalnya sering marah
marah atau sering sedih bisa berakibat buruk terhadap perkembangan
psikologis anak sesudah dilahirkan . bayi bisa berkembang menjadi anak
yang terlalu cengen atau terlalu perasa. Wanita hamil dengan tingkat stress
tinggi akan mengalami peningkatan resiko untuk melahirkan bayi yang akan
memiliki masalah emosional atau kognitif, attention deficit hyperactivity
disorder ( ADHD ), dan pelambatan kemampuan bahasa . oleh karena itu,
ibu hamil harus sebisa mungkin untuk mengelola emosinya dengan
bijaksana, menerima kehamilannya dengan senang hati , dan selalu
bersyukur dengan kondisi kehamilannya sekarang. Dukungan positif dari
sekitarnya pun ( seperti suami, orang tua, ataupun kakak dari calon bayi)
sangat mempengaruhi kondisi emosional ibu hamil.
4) Pengaruh Penyakit Ibu
Penyakit yang diidap oleh ibu hamil bisa berpengaruh terhadap janin
terutama penyakit yang menahun dan yang cukup berat. Misalnya penyakit
kelamin , cacar jerman ( Rubella ), malaria,kolera, AIDS. Pengaruhnya
terhadap janin bisa bervariasi . ada yang lahir lemah, cacat ,tertular penyakit
atau bahkan meninggal dalam kandungan . jika ibu hamil mengalami
penyakit yang tidak terlalu berat dan tidak lama ,seperti batuk pilek,
sebaiknya tetap berkonsultasi dengan dokter untuk pencegahan terjadinya
kondisi yang lebih parah, hal itu perlu dilakukan karena kondisi sakit yang
dialami ibu hamil akan berbeda dampaknya dengan ibu yang tidak hamil.
5) Pengaruh alkohol ,nakotik dan rokok
Kebiasaan minum alkohol dan rokok pada ibu hamil juga sangat
merugikan janin. Janin bisa menjadi lemah, cacat , bahkan bisa mati pada
peminum alkohol, perokok dan pengguna narkotika. Bagi orang yang tidak
hamil saja dampaknya sangat merugikan , apalagi bagi seorang ibu hamil.
b. Fase Bayi
Fase bayi terjadi selama dua tahun pertama dalam kehidupan manusia. Fase ini
merupakan fase dasar pembentukan pola perilaku,sikap dan emosi. Awal kehidupan
yang sehat sangatlah penting untuk bayi karena akan mempengaruhi
perkembangannya di fase fase berikutnya. Fase bayi sering dianggap fase bayi baru

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


21

lahir, tetapi label fase bayi akan digunakan untuk membedakannya dengan periode
pascanatal yang ditandai dengan keadaan yang sangat tidak berdaya yaitu selama dua
minggu setelah kelahiran.
Ciri-ciri yang penting dari masa bayi baru lahir ini ialah:
1) Masa perkembangan yang tersingkat dari seluruh masa perkembangan.
2) Merupakan masa penyesuaian diri untuk kelangsungan hidup/perkembangan
bayi.
3) Periode ini ditandai dengan terhentinya perkembangan.
4) Apabila bayi melewati masa ini merupakan awal perkembangan lebih lanjut
5) Masa bayi baru lahir dibagi menjadi dua, yaitu:
6) Periode Fortunate (mulai saat kelahiram sampai antara 15-30 menit sesudah
lahir).
7) Periode Neonate (dari pemotongan tali pusar sampai sekitar akhir minggu ke-2).
Selama beberapa bulan masa bayi , keadaan tidak berdaya itu secara berangsur
angsur agak menurun . setiap hari, setiap minggu dan bulannya bayi semakin
mandiri, sehingga saat masa bayi berakhir pada ulang tahun kedua , ia menjadi
seorang manusia yang berbeda dengan awal masa bayi. Sesudah dilahirkan, individu
berinteraksi dengan lingkungannya baik lingkungan fisik, klimatologis maupun
social. Diantara factor factor yang mempengaruhi perkembangan individu adalah :
keturunan, gizi, pemberian ASI, aktivitas fisik, system kelenjar hormone
pertumbuhan, penyakit, musim dan iklim, suku bangsa, kondisi social ekonomi,
kondisi psiko social, kecenderungan sekulear.
1) Pengaruh keturunan
Bayi lahir dengan membawa sifat sifat menurun dari orang tuanya. Faktor
bawaan ini menentukan potensi perkembangan maksimum yang mungkin bisa
dicapai dan sifat penampilan fisik setelah mencapain kedewasaan. Potensi itu
bisa menjadi kenyataan melalui interkasi dengan lingkungannya. Potensi yang
besar untuk berkembang bisa menjadi kenyataan apabila lingkungan bisa
memberikan kondisi yang baik untuk tumbuh dan berkembang. Dalam hal sifat
penampilan fisik banyak bukti yang menunjukan bahwa banyak hal bisa
memiliki kemiripan dalam segi segi tertentu dengan orang tua kandungnya atau
bahkan kakek neneknya.

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


22

2) Pengaruh gizi
Tingkat kegizian yang dikonsumsi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
fisik . pengaruhnya terutama terjadi dalam 4 hal yaitu : kecepatan pertumbuhan,
ukuran tubuh setelah dewasa , bentuk tubuh dan komposisi jaringan tubuh. Pada
anak anak yang mengalami kekurangan gizi dalam waktu lama akan mengalami
hambatan pertumbuhan dan mencapai ukuran maksimal yang relatif kecil.
Tubuhnya kurus dengan komposisi jaringan tubuh yang tidak berotot dan
berlemak ( Sugiyanto , 1993 ).

3) Pemberian ASI
Pemberian ASI eksklusif pada bayi diberikan sejak 0 – 6 bulan pertama dalam
kehidupan bayi. Bayi tidak memerlukan makanan atau minuman lain seperti susu
formula, air putih, madu, atau makanan padat lain sebelum usia 6 bulan.
4) Pengaruh Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan faktor yang bisa berfungsi sebagai rangsangan
terhadap pertumbuhan dan perkembangan fisik dengan intensitas yang cukup dan
disertai dengan konsumsi makanan yang bergizi baik dan istirahat yang cukup,
bisa memacu tumbuh dan kembang individu ke tingkat pencapaian yang optimal
sesuai dengan potensi yang dimiliki.
5) Pengaruh sistem kelenjar hormon pertumbuhan
Ada tiga macam hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
individu, yaitu : hormon pertumbuhan, hormon tiroid, hormon gonad. Sistem
kelenjar yang menghasilkan ketiga macam hormon tersebut harus normal agar
pertumbuhan dan perkembangan menjadi normal. Hormon pertumbuhan
dihasilkan oleh kelenjar yang berada di bawah otak yang dikontrol oleh sistem
saraf pusat. Pengaruhnya terjadi pada pertumbuhan pada masa anak – anak dan
remaja. Kekurangan produksi hormon ini mengakibatkan kelambatan
pertumbuhan. Sebaliknya, pertumbuhan terlalu cepat dapat mencapai ukuran
raksasa (Sugiyanto, 1993).
6) Pengaruh Suku Bangsa
Terdapat perbedaan yang signifikan perbedaan bentuk dan ukuran tubuh pada
suku bangsa yang berbeda – beda. Misalnya orang - orang Amerika, Eropa, dan

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


23

Australia cenderung memiliki tubuh yang lebih tinggi dan besar dibanding orang
- orang Asia.
7) Pengaruh Kondisi Psiko – Sosial
Manusia adalah makhluk psiko – fisis. Kondisi fisik mempengaruhi kondisi
psikis. Demikian juga sebaliknya. Gangguan kondisi psiko – sosial bisa berupa
stress yang cukup berat dan dialami dalam jangka waktu yang lama, basa
menghambat pertumbuhan dan perkembangan fisik. (Sugiyanto, 1993).

Bayi mengalami beberapa perkembangan dan pertumbuhan dalam hidupnya,


yaitu :
1) Perkembangan Fisik
Pertumbuhan yang pesat selama rentang kehidupan terjadi pada masa bayi
dan pada periode pubertas. Dalam tahun kedua tingkat pertumbuhan cepat
menurun. Selama tahun pertama, peningkatan berat tubuh lebih besar
daripada peningkatan tinggi, selama tahun kedua terjadi hal yang sebaliknya.
Meskipun pola umum dari pertumbuhan dan perkembangan sama bagi
semua bayi, tetapi tetap ada perbedaan dalam tinggi, berat, kemampuan
sensorik dan bidang perkembangan fisik lain. Beberapa bayi memulai
kehidupan dengan badan yang lebih kecil dan perkembangan yang kurang
normal. Mungkin ini disebabkan karena belum cukup umur atau kondisi fisik
yang buruk akibat ibu kekurangan gizi, mengalami tekanan atau kondisi
kurang baik lainnya selama periode prenatal. Akibatnya, bayi itu cenderung
tertinggal dari teman – teman sebayanya dalam tahun – tahun awal periode
bayi.
Selama periode bayi, perbedaan – perbedaan tidak saja terus
berlangsung tetapi semakin mencolok. Perbedaan dalam berat lebih besar
daripada perbedaan dalam tinggi. Ini disebabkan karena perbedaan berat
sebagian bergantung pada bentuk tubuh dan sebagian lagi bergantung pada
kebiasaan dan jenis makanan. Di samping itu, pada waktu lahir seorang bayi
belum menunjukan koordinasi gerak pada dada atau lengan. Pada bulan kedua
sudah tampak kemampuan untuk mengangkat dada dalam posisi tengkurap.
Juga tampak kemampuan untuk mencoba meraih benda-benda yang tampak

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


24

olehnya walaupun belum mengena dengan tepat karena koordinasi antara


penglihatan dan gerak memegang belum sempurna. Dalam bulan ketiga dan
keempat tampak kemajuan-kemajuan dalam kontrol gerak. Pada bulan
kelima, bayi mulai dapat duduk walaupun masih harus dibantu, dan dalam
bulan keenam bayi sudah dapat duduk sendiri. Pada bulan ketujuh, mereka
mulai merangkak, dan pada bulan kedelapan mereka mulai berdiri. Kira-kira
pada bulan kesebelas, mereka sudah dapat berjalan. Bahkan pada bulan
keduapuluhempat mereka sudah dapat naik sepeda roda tiga.

a. Perkembangan penglihatan
Pada umumnya indra anak yang baru lahir, belum dapat menerima
rangsangan. Matanya terbuka dan berkedip otomatis dengan gerak
refleksif, tapi sebenarnya belum dapat menerima rangsangan cahaya.
Baru pada bulan ketujuh, si bayi dapat mengikuti sesuatu yang di dekat
matanya, dengan memalingkan kepalanya.
b. Perkembangan pendengaran
Hanya dengan waktu kurang lebih 2 jam sesudah lahir, si bayi telah
dapat mendengar. Yaitu sejak cairan yang berasal dari lubang telinga,
keluar. Ini dapat dilihat bahwa ia telah dapat mereaksi terhadap getaran
suara, sekalipun reaksinya itu belum mengandung arti tertentu. Kepekaan
menerima rangsangan suara, rupa-rupanya yang paling cepat di milikinya

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


25

suara yang keras menimbulkan reaksi kejut dan suara yang lembut
diterima dengan reaksi yang tenang.
c. Perkembangan perasa kulit
Kepekaan menerima rangsang kulit, terdapat pada bibir dan telapak
kakinya. Anak lebih peka terhadap rangsangan dingin daripada
rangsangan panas. Yang sangat minta perhatian yaitu perasa sakitnya.
Dengan rangsangan ujung jarum di manapun, tampak belum ada reaksi.

d. Perkembangan perasa lidah


Dalam perkembangan perasa lidah, si bayi tidak jauh berbeda dengan
keadaan orang dewasa. Anak pada umumnya lebih senang rasa manis
daripada asin. Rasa asam dan pahit, kebanyakan di tolaknya.
2) Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif bayi berada pada periode sensorimotor sampai
lebih kurang usia 2 tahun. Pada masa ini, proses berpikir ditandai dengan
perubahan-perubahan skema yang masih bersifat terbatas dan kaku. Sama
halnya dengan refleks, pemikiran anak seusia ini masih searah dan hanya
mengulang. Peran indera sensornya sangat menentukan ia dalam
membantunya berperilaku, misalnya dengan cara meraba, mencium,
memasukkan ke mulut benda-benda yang ada di sekitarnya. Selain itu juga
motor atau gerak anak juga sangat mendukung perkembangan kognitif bayi.
Semakin banyak bayi bergerak, maka akan semakin besar kesempatan bayi
untuk berinteraksi dengan benda-benda atau orang-orang yang baru dilihatnya
sehingga menambah jumlah skema-skema yang ada di kepalanya. Boleh
dikatakan sebagian besar dari perkembangan kognitif bayi pada sensorimotor
ini diibaratkan sebagai “tidak kelihatan, maka tidak dipikirkan”. Maksudnya
pada waktu anak berinteraksi dengan benda-benda yang ada disekitarnya,
benda-benda tersebut dianggap ada bila ia dapat melihatnya. Bila benda
tersebut di luar jangkauan penginderaannya, benda tersebut dianggapnya
tidak pernah ada. Anak pada masa ini egosentris, tidak dapat membedakan
antara kehadiran sebuah benda dengan rangsangan yang berasal dari benda

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


26

tersebut terhadap pancainderanya. Tidak terbesit dipikirannya bahwa benda


itu permanen (tetap ada) di luar dirinya.
Di samping itu, perkembangan otak bayi mengalami tumbuh dan
kembang secara pesat. Selagi bayi menangis, tersenyum atau mengerutkan
dahinya, menggoyang-goyangkan benda yang digenggamnya, berbicara dan
berjalan, maka di dalam otaknya terjadi pula perubahan-perubahan penting.
Bermula sebagai makhluk bersel satu, pada saat lahir seorang bayi sudah
mempunyai otak dan sistem syaraf yang terdiri dari kira-kira 100 trilyun sel
syaraf yang dinamakan Neuron, yang akan dipergunakan sepanjang hidupnya.
Namun, hubungan-hubungan antar sel-sel syaraf itu belum berkembang dan
belum tertata dengan baik dalam diri seorang bayi. Dalam rentang waktu
antara saat lahir sampai usia 2 tahun, maka serabut-serabut penghubung
antara neuron itu (dinamakan dendrit) tumbuh secara pesat, begitu pula
halnya dengan perkembangan neurotransmitter yaitu substansi kimia yang
sangat kecil yang berfungsi menyalurkan rangsangan atau informasi dari satu
neuron ke neuron lain
3) Perkembangan Sosioemosional
Pada waktu lahir, emosi tampak dalam bentuk sederhana, hampir tidak
terbedakan sama sekali. Dengan bertambahnya usia, berbagai reaksi
emosional menjadi lebih terbedakan dan reaksi emosional dapat ditimbulkan
oleh berbagai macam reaksi. Terdapat sejumlah pola emosional tertentu yang
umum pada bayi. Tetapi, karena emosi bayi sangat rentan terhadap
pembiasaan, terdapat beberapa perbedaan pada pola ini dan juga pada
rangsangan yang menimbulkannya. Reaksi emosional bayi berbeda terhadap
beberapa rangsangan tertentu yang berlainan, bergantung sebagian besar pada
pengalaman lalunya.
Perbedaan-perbedaan dalam reaksi emosi mulai tampak dalam periode
bayi dan dipengaruhi oleh sejumlah faktor, terutama kondisi-kondisi fisik dan
mental dari bayi pada saat munculnya rangsangan dan berhasil tidaknya
reaksi yang pernah diberikan sebelumnya dalam memenuhi kebutuhan.
Contohnya, bayi yang baru lahir sama sekali belum mengenal emosi senang,
sedih, dan sebagiannya. Senyum yang ditampilkan bayi 0 sampai 3 bulan,

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


27

biasanya senyum yang belum ada maknanya. Baru setelah 4 bulan ke Atas,
bayi dapat merespon atas kejadian yang ada di sekitarnya. Apabila bayi diajak
bermain, bicara, atau diperhatikan orang lain, maka bayi sudah bisa
menampilkan ekspresi senang dan tertawa. Sebalikya, apabila bayi tersebut
tidak diperhatikan, maka dia akan menunjukan ekspresi marah dan tidak
senang. Hal yang perlu diperhatikan bahwa bayi yang mengalami banyak
emosi senang meletakkan dasar-dasar untuk penyesuaian pribadi dan
penyesuaian sosial yang baik dan untuk pola-pola perilaku yang akan
menimbulkan kebahagiaan.Pengalaman sosial memainkan peranan penting
dalam menentukan hubungan sosial di masa depan dan pola perilaku terhadap
orang-orang lain. Oleh karena kehidupan bayi berpusat di rumah, maka
dirumahlah diletakkan dasar perilaku dan sikap sosial kelak (Hurlock, 1998)
Penelitian tentang penyesuaian sosial anak-anak yang lebih besar dan
bahkan para remaja menunjukan pentingannya peletakkan dasar-dasar sosial
pada masa bayi. Hal ini berdasarkan dua alasan. Pertama, jenis perilaku yang
diperhatikan dalam situasi sosial mempengaruhi penyesuaian pribadi dan
sosialnya. Kedua, mengapa dasar-dasar sosial yang dini itu penting adalah
bahwa sekali terbentuk dasar-dasar itu cenderung menetap kalau anak
menjadi lebih besar. Oleh karena itu, orang-orang yang berada di sekitar bayi
sebaiknya menunjukan wajah ceria, perilaku yang positif, dan rajin berbicara
serta mengajak bayi bicara. Kondisi demikian akan membuat bayi merasa
senang, terbiasa untuk berinteraksi dengan orang lain, bahkan dapat
menstimulus bayi berbicara. Perilaku sosial dini mengikuti pola yang cukup
dapat diramalkan meskipun dapat terjadi perbedaan-perbedaan karena
keadaan kesehatan atau keadaan emosi atau kondisi lingkungan. Pada saat
dilahirkan bayi tidak memilih dalam arti tidak mempedulikan siapa yang
mengurus kebutuhan fisiknya (Hurlock, 1998).
c. Fase Anak Usia Dini
Anak-anak usia dini merupakan anak dalam masa kemasan (Golden Age)
dimana pada masa ini adalah masa penting bagi perkembangan anak sebagai
individu di kemudian hari. Masa vital: pada masa ini individu menggunakan
fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Untuk

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


28

masa belajar pada tahun pertama dalam kehidupan individu, Freud


menyebutnya sebagai masa oral (mulut), karena mulut dipandang sebagai
sumber kenikmatan dan merupakan alat untuk melakukan eksplorasi dan
belajar. Pada tahun kedua anak belajar berjalan sehingga anak belajar
menguasai ruang, mulai dari yang paling dekat sampai dengan ruang yang
paling jauh. Pada tahun kedua umumnya terjadi pembiasaan terhadap
kebersihan. Melalui latihan kebersihan, anak belajar mengendalikan impuls-
impuls atau dorongan-dorongan yang datang dari dalam dirinya.
1) Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik pada fase anak usia dini tidak sehebat pada masa
sebelumnya dan temponya lebih lambat, tetapi tidak mengurangi
maknanya. Perkembangan fisik anak-anak di usia dini, terutama tinggi
dan berat badan, menyesuaikan beberapa faktor, antara lain : keturunan
(ras), faktor gizi dan kesehatan, jenis kelamin, dan faktor perbedaan
individual. Pada fase ini anak-anak akan mulai bertambah kuat. Tulang-
tulang akan mulai mengeras dan akan memberikan perlindungan sekaligus
bentuk tubuh. Hal yang sama berlaku pada sistem syaraf dan otak yang
mendukung perkembangan motorik anak. Pada usia tiga tahun gigi susu
juga sudah mulai lengkap sehingga memudahkan anak untuk mengunyah
makanan dengan lebih baik (Hurlock, 1998)
Perkembangan penglihatan juga berkembang dengan pesat pada
fase ini. Pada akhir masa usia persekolah/usia dini (kurang lebih enam
tahun), otot-otot mata anak sudah berkembang sedemikian rupa sehingga
memungkinkan anak untuk menggerakkan matanya secara efisien untuk
melihat sederetan huruf-huruf. Fisik yang sudah jauh lebih kuat
dibandingkan masa bayi mendorong pesatnya perkembangan motorik
anak-anak usia dini. Untuk motorik kasar pada usia tiga tahun, misalnya,
anak mulai mampu berdiri diatas satu kaki untuk beberapa detik dan
pada usia lima tahun anak sudah dapat melompat hampir satu meter
jauhnya. Motorik halus anak usia tiga tahun umumnya belum terlalu
banyak berbeda dari masa bayi. Memasuki usia empat tahun baru pada
umumnya koordinasi motorik halus anak mulai membaik dan mengalami

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


29

kemajuan. Namun yang perlu diperhatikan perkembangan motorik tiap


anak, baik motorik kasar maupun motorik halus, berbeda-beda (Hurlock,
1998)
2) Perkembangan Kognitif
Dunia kognisi anak usia pra-sekolah adalah kreatif, bebas dan
penuh daya khayal. Hal ini tercermin pada gambar-gambar yang mereka
buat. Anak Taman Kanak-Kanak misalnya menggambar pohon dengan
warna merah, langit hijau atau menggambar sebuah kumpulan lingkaran
kecil yang dia ibaratkan itu keluarganya yang terdiri dari ayah, ibu dan
dirinya sendiri. Perkembangan kognitif anak usia pra-sekolah sesuai
dengan teori Piaget, yaitu berada pada periode pra-operasional. Pada
masa ini kemampuan mengingat, terutama mengenal dan mengingat
kembali mengalami kemajuan yang pesat (Hurlock, 1998).
3) Perkembangan Emosional
Selama awal masa kanak-kanak emosinya kuat dan tidak
seimbang. Emosi pada awal masa kanak-kanak di tandai oleh ledakan
amarah yang kuat. Ketakuan yang hebat dan iri hati yang tidak masuk
akal. Emosi yang umumu pada awal masa anak-anak adalah amarah,
taku, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih dan kasih sayang.
Amarah di anggap sesuai untuk anak laki-laki. Maka sepanjang masa
awal kanak-kanak, anak laki-laki lebih banyak menunjukan amarah yang
hebat daripada anak perempuan. Perkembangan emosi dan sosial pada
masa usia pra-sekolah didasari oleh kualitas hubungan anak dengan
keluarga dan oleh kualitas bermain bersama teman seusianya. Gaya
pengasuhan yang berbeda pada setiap orang tua akan mempengaruhi
kepribadian anak kelak. Orang tua yang otoriter akan menjalin hubungan
dengan anak yang berbeda bentuknya dari hubungan orang tua yang
permisif dengan anaknya. Gaya pengasuhan otoriter cenderung memiliki
anak yang secara sosial tidak kompeten, jarang mengambil inisiatif dan
malahan menghindar dari interaksi sosial. Harga diri mereka juga rendah.
Gaya pengasuhan lain adalah gaya pengasuhan yang tak perdulian-tak
terlibat yang sangat merugikan anak. Anak akan menjadi implusif dan

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


30

mudah frustasi. Setelah dewasa mereka juga sulit menguasai emosi dan
tidak memiliki tujuan hidup. Sebaliknya, orang tua yang otoritatif
cenderung mempunyai anak yang bertanggung jawab, percaya diri, dan
ramah. Untuk perkembangan aspek sosial anak pra-sekolah, hubungan
dengan teman sebaya sangat meningkat pada usia pra-sekolah. Masa ini
adalah saat bermain merupakan tema utama dalam kehidupan anak. Anak
mulai dapat menilai apakah ia lebih baik, sama baiknya, atau kurang dari
teman sebayanya. Keadaan ini sulit di dapatkan di rumah karena saudara
kandung biasanya lebih tua atau lebih muda (Hurlock, 1998).

3. Tahapan perkembangan motorik anak usia 0-1 tahun


a. Usia 0-3 bulan
Hingga memasuki usia 1 bulan, bayi hanya bisa melakukan gerak refleks
(gerakan alami diluar kesadaran bayi). Seperti refleks hisas, refleks
gengam, refleks leher, rooting reflex. Pada bayi bulan ke 2 dan ke 3, gerakan
refleks mulai menghilang. Hilangnya gerakan refles ini akan di ganti tahap
demi tahap munculnya gerak motorik kasar. Bayi bisa
menatap,tersenyum,dan bersuara, juga bayi mulai berusaha mengangkat
kepala jika bayi tengkurap.
b. Usia 4-6 bulan
1) Bermain dengan kedua tangan dan memasukannya kedalam mulutnya.
2) Tertawa, bergurau
3) Tengkurap
4) Menggulingkan badan
5) Berusaha meraih dan menyentuh mainan
6) Bertopang pada kedua tangan
7) Memindahkan mainan dari satu tangan ketangan lain
8) Menoleh mencari datangnya suara (Soetjiningsih, 1995)
c. Usia 7-9 bulan
1) Membalikan badan
2) Bermain dengan tangan dan kaki
3) Mulai senang mengoceh

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


31

4) Belajar duduk
5) Memperhatikan gerak – gerik orang lain
6) Merangkak dan merayap
7) Dapat berdiri tegak bila dipegang
8) Bermain Ciluk Ba! (Soetjiningsih, 1995)
d. Usia 10-12 bulan
1) Berayun pada tangan dan lutut
2) Merangkak dengan cepat
3) Belajar berdiri sambil berpegangan
4) Belajar berjalan kesamping atau merambat dengan berpegangan
5) Atau bisa berjalan sendiri (Soetjiningsih, 1995)
4. Tahapan perkembangan motorik anak usia 1-2 tahun
a. Perkembangan motorik anak usia 1-2 tahun secara umum
1) Susunan tumbuh dan berubah secara cepat
2) Timbulnya gerakan refleks
3) Penurunan tangisan
4) Meningkatnya kemampuan untuk bergerak, dimulai dari menggeliat-
geliat, kemudian menggelinding, merayap, merambat cepat, dan
kemudian berjalan
5) Meningkatnya kemampuan untuk mengkoordinasi motorik halus tangan
dan mata
6) Meningkatnya kemampuan “bantuan diri” (Soetjiningsih, 1995)
b. Perkembangan motorik kasar
1) Merangkak
2) Berdiri dan berjalan beberapa langkah
3) Berjalan cepat
4) Cepat-cepat duduk agar tidak jatuh
5) Merangkak di tangga
6) Berdiri di kursi tanpa pegangan
7) Menarik dan mendorong benda-benda berat
8) Melempar (Soetjiningsih, 1995)
c. Perkembangan motorik halus

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


32

1) Mengambil benda kecil dengan ibu jari atau telunjuk


2) Membuka 2-3 halaman buku secara bersamaan
3) Menyusun menara dari balok
4) Memindahkan air dari gelas ke gelas lain
5) Belajar memakai kaus kaki sendiri
6) Menyalakan TV dan bermain remote
7) Belajar mengupas pisang
8) Mulai mampu berjalan dan mengeksplorasi rumah serta keliling rumah
9) Dapat mengatakan 5-10 kata
10) Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing (Soetjiningsih, 1995)

5. Tahapan perkembangan motorik anak usia 2-3 tahun


a. Secara umum anak mampu :
1) Memakai pakaian
2) Membawa benda kecil dengan mudah
3) Memungut benda kecil dengan mudah
4) Menggunakan ganggan pintu dengan tepat
5) Jalan menaiki tangga
6) Menendang bola
7) Bicara dengan baik dengan mengunakan 2 kata
8) Dapat menunjukkan satu atau lebih dari tubuhnya
9) Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah
10) Melepas pakaian sendiri (Soetjiningsih, 1995)
b. Motorik halus
1) Memotong dan Menempel
a) Memotong Kertas
b) Memotong dengan gunting
c) Memegang kertas dan gunting dengan dengan benar (menggunting
dengan 2 tangan )
2) Kebutuhan diri sendiri
a) Makan dengan sendok
b) Minum dari secangkir gelas

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


33

c) Melepas pakaian dengan hal yang paling mudah (Soetjiningsih,


1995)
3) Mengekspresi benda grafis
a) Mencorat coret sesuai dengan keinginan
b) Membuat garis atau lingkaran
c) Berusaha membuat huruf kapital secara sederhana dengan meniru
(Soetjiningsih, 1995)
c. Motorik kasar
1) Berjalan
Dapat berjalan dengan 2 kaki ke atas tangga
2) Berlari
Berlari dengan berbelok – belok dan dapat berhenti dengan cepat
3) Melompat
Melompat dan berpijak menggunakan 2 kakinya
4) Memanjat
Mampu memanjat ke atas dengan peralatan meskipun tidak dapat turun
kebawah
6. Tahapan perkembangan motorik anak usia 3-4 tahun
a. Tahap perkembangan motorik kasar (Soetjiningsih, 1995)
1) Berjalan
Bejalan dengan mengayunkanan tangan, berjalan dengan menggunakan
satu kaki secara bergantian, dan berjalan menuruni tangga dengan dua
kaki dalam tiap langkah. Berdiri di atas salah satu kaki selama 5-10
detik, Berdiri di atas kaki lainnya selama beberapa saat.
2) Berlari
Berlari dengan pelan, lebih mampu mengontrol memulai berjalan dan
berhenti, Berlari berputar-putar tanpa kendala
3) Melompat
Melonpat dengan kedua kaki atau melompati benda, melompat ke
depan dengan dua kaki 4 kali, melompat dengan salah satu kaki 5 kali,
melompat dengan sebelah kaki lainnya dalam satu lompatan
4) Memanjat

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


34

5) Memanjat dan menuruni tangga, meluncur, dan memanjat pohon.


b. Tahapan perkembangan motorik halus
1) General
2) Membuka pintu, membangun menara, menghantam, berguling,
membentuk, dan membuka halaman buku
3) Targeting
Merangkai manik-manik, menyusun puzzle dengan gambar benda utuh
atau hanya bagian tertentu saja (misalnya ekor anjing).
4) Cut And Paste
Mengoles lem pada bidang tempel, menggunakan jari telunjuk atau
kuas untuk meratakan lem, masih agak kesulita dalam menggunakan
gunting.
5) Self Help
Menuangkan cairan ke dalam botol dengan hati-hati, bisa memakai
baju namun masih membutuhkan bantuan dalam mengancingkan
kacing baju maupun resleting, dan makan sendiri.
6) Graphic Tools
Mencoba memegang pensil untuk menulis, membuat lingkaran,
membuat garis tegak dan mendatar, membuat persegi dengan bentuk
yang belum beraturan.
7. Tahapan perkembangan motorik anak usia 4-5 tahun
a. Secara umum perkembangan anak usia 4-5 tahun meliputi
1) Tahap Jalan
a) Mondar mandir
b) Jalan berputar-putar
c) Lompat dengan satu kaki
2) Tahap Lari
a) Lari cepat
b) Belok pada tikungan
c) Memulai dan mengakhiri lari dengan mudah
3) Tahap Lompat
a) Melompat ke atas

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


35

b) Melompat ke bawah
c) Melompat ke depan
4) Tahap Memanjat
a) Memanjat
b) Naik turun tangga
c) Bermain di pohon
b. Ciri-ciri khusus anak usia 4 tahun
1) Berdiri di atas satu kaki selama 10 detik
2) Berjalan maju dalam satu garis lurus dengan tumit dan ibu jari sejauh 6
kaki
3) Berjalan mundur dengan ibu jari ke tumit
4) Lomba lari
5) Melompat ke depan 10 kali
6) Melompat kebelakang sekali
7) Berguling ke depan
8) Menendang secara terkoordinasi ke belakang dan ke depan dengan kaki
terayun dan tangan mengayun kea rah berlawanan secara bersamaan.
9) Dengan dua tangan menangkap bola yang dilemparkan dari jarak 3
kaki
10) Melempar bola kecil dengan kedua tangan ke pada seseorang yang
berjarak 4-6 kaki dariny
11) Membangun menara setinggi 11 kotak
12) Menggambar sesuatu yang berarti bagi anak tersebut. Dapat dikenali
orang lain
13) Mempergunakan gerakan-gerakan jemari selama permainan jari
14) Menjiplak gambar kotak
15) Menulis beberapa huruf
c. Ciri-ciri khusus anak usia 5 tahun
1) Berdiri di atas kaki yang lainnya selama 10 detik
2) Berjalan di atas besi keseimbangan ke depan, ke belakang dan ke
samping
3) Melompat ke belakang dengan dua kali berturut-turut

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


36

4) Melompat dua meter dengan salah satu kaki


5) Mengambil satu atau dua langkah yang teratur sebelum menendang
bola
6) Menangkap bola tennis dengan kedua tangan
7) Melempar bola dengan memutar badan dan melangkah ke depan
8) Mengayun tanpa bantuan
9) Menangkap dengan mantap
10) Menulis nama depan
11) Membangun menara setinggi 12 kotak
12) Mewarnai dengan garis-garis
13) Memegang pensil dengan benar antara ibu jari dan 2 jari
14) Menggambar orang beserta rambut dan hidung
15) Menjiplak persegi panjang dan segi tiga
16) Memotong bentuk-bentuk sederhana (Soetjiningsih, 1995)
BAB III
KEGIATAN BERMAIN

A. Rancangan bermain
Kegiatan terapi bermain kelompok buat kali ini yaitu “ Mewarnai Gambar
Dan Menyusun Puzzel“ . Kegiatan ini terdiri dari 2 sesi yaitu : pada sesi pertama
akan diadakan lomba mewarnai, dan akan diberikan hadiah bagi anak yang
mewarnai dengan rapi. Sesi ke dua akan dibagi kelompok dan akan dibagikan
puzzel kemudian setiap kelompok akan menyusunnya, bagi kelompok yang
cepat menyelesaikan gamenya akan diberikan hadiah..
B. Media dan Alat
Media dan alat yang di gunakan dalam tema “ Sehat Dan Ceriia Dengan
Bermain” yaitu :
1. Pensil warna
2. Gambar yang akan diwarnai
3. Puzzel
4. Balon sebagai mainan tambahan dan hiasan untuk ruangan
5. Hiasan untuk ruangan (bintang – bntang dan hiasan lainnya)
6. Speaker (jika memungkinkan)

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


37

C. Metode
Metode yang dilakukan adalah demonstrasi secara langsung yang dilakukan oleh
anak sesuai dengan instruksi yang diberikan. Adapun langkah - langkahnya :
1. Sesi pertama (Mewarnai)
a. Orang tua boleh ikut membantu anaknya
b. Membagikan kertas dan pensil warna pada setiap anak 1 lembar dan
memastikan tangan anak kering.
c. Menjelaskan kepada anak - anak dan orang tentang apa yang bisa
dilakukan terhadap gambar tangan tersebut.
d. Memulai mewarnai gambar
e. 3 oran anak yang mewarnai dengan rapih akan diberikan hadiah
2. Sesi kedua (Menyusun Puzzel)
a. Anak di bagi menjadi kelompok kecil
b. Membagikan puzzel yang akan disusun
c. Menjelskan kepada setiap kelompok anak tentang apa yang bisa
dilakukan dengan puzzel yang telah dibagiakan.
d. Memula menyusun puzzel
e. Kelompok tercepat menyusun puzzel akan diberikan hadiah.
D. Sasaran
Kegiatan Bermain ini diikuti peserta dengan kriteria sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi:
a. Anak usia 2 -5 tahun
b. Anak tidak mengalami peningkatan suhu tubuh
c. Anak tidak memiliki masalah intoleransi aktivitas
d. Tidak Bedrest
e. Tidak Infeksi
2. Kriteria Eksklusi:
a. Suhu tubuh meningkat (> 380C)
b. Anak memiliki masalah intoleransi aktivitas
c. Bedrest
d. Infeksi
E. Waktu Pelaksanaan

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


38

Hari / Tanggal : Kamis 23 Januari 2020


Waktu : Pukul 15.00 s/d selesai
Tempat : Ruang perawatan anak B. 13 Rumah Sakit Umum Bahagia
Waktu yang dipilih untuk memberikan permainan ini pada anak, yaitu pada saat
anak tersebut sedang santai, atau tidak pada waktu makan dan tidur, yaitu pada
pukul 15.00. Durasi atau lamanya bermain adalah sekitar 40 menit.
F. Pengorganisasian
1. Penanggung Jawab : Ita Tirtayana, S.Kep
2. Leader : Sukmawati, S.Kep
3. Co Leader : Rosdian , S.Kep
4. Fasilitator : Yudi Rizky Rumalesin, S.Kep
A. Wahyuni S.Kep
Harsono S.Kep
Tri Darmawati Ilyas S.Kep
G. Pembagian Tugas
1. Leader    : Sukmawati, S.Kep
Peran Leader
a. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan
menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi
untuk mengekspresikan perasaannya
b. Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
c. Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian
tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat
dalam kegiatan
2. Co Leader : Rosdian S.Kep
Peran Co Leader
a. Mengidentifikasi issue penting dalam proses
b. Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
c. Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok
yang akan datang
d. Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


39

3. Fasilitator : Yudi Rizky Rumalesin, S.Kep


A. Wahyuni S.Kep
Harsono S.Kep
Tri Darmawati Ilyas S. Kep
Peran Fasilitator

a. Mempertahankan kehadiran peserta


b. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar
maupun dari dalam kelompok

H. Susunan Kegiatan

No Waktu Terapis Anak Ket


1 5 menit Pembukaan :
- Co-Leader membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam
- Memperkenalkan diri Mendengarkan
terapis
- Memperkenalkan Mendengarkan
pembimbing
- Memperkenalkan anak satu Mendengarkan dan
persatu dan anak saling saling berkenalan
berkenalan
- Kontrak waktu dengan anak Mendengarkan
- Mempersilahkan Leader Mendengarkan

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


40

2 25 Kegiatan bermain :
menit - Leader menjelaskan cara Mendengarkan
permainan
- Menanyakan pada anak, Menjawab pertanyaan
anak mau bermain atau
tidak
- Membagikan permainan Menerima permainan
- Leader ,co-leader, dan Bermain
Fasilitator memotivasi anak
- Fasilitator mengobservasi Bermain
anak
- Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan
perasaan
3 10 Penutup :
menit - Leader Menghentikan Selesai bermain
permainan
- Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan
perasaan
- Menyampaikan hasil Mendengarkan
permainan
- Memberikan hadiah pada Senang
anak yang cepat
menyelesaikan gambar dan
menyusun puzel dengan
bagus
- Membagikan
souvenir/kenang-kenangan Senang
pada semua anak yang
bermain
- Menanyakan perasaan anak
Mengungkapkan
- Co-leader menutup acara perasaan
- Mengucapkan salam Mendengarkan
Menjawab salam

I. Evaluasi
1. Evaluasi struktur yang diharapkan :
a. Alat-alat yang digunakan lengkap
b. kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


41

2. Evaluasi proses yang diharapkan


a. Terapi dapat berjalan dengan lancar
b. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya
3. Evaluasi hasil yang diharapkan
a. Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan satu
origami, kemudian digantung
b. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c. Anak merasa senang
d. Anak tidak takut lagi dengan perawat
e. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
f. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain
J. Hambatan
Hambatan yang mungkin ditemui dalam permainan ini, antara lain :
a. Anak tidak mau bermain karena sakit yang dia rasakan
b. Anak kurang mau berinteraksi dengan orang lain selain orang tuanya
c. Anak merasa bosan dengan permainan yang diberikan

  

BAB IV

HASIL KEGIATAN

A. Laporan Proses Terapi Bermain


1. Evaluasi Jalannya acara
a. Pembukan : 10 Menit
Co Leader membuka dan mengucapkan salam, memperkenalkan diri
terapis, memperkenalkan pembimbing, memperkenalkan anak satu
persatu dan anak saling berkenalan, kontrak waktu dengan anak dan
empersilahkan Leader.
b. Kegiatan Bermain : 25 Menit

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


42

Leader menjelaskan cara permainan,menanyakan pada anak, anak mau


bermain atau tidak, ,embagikan permainan leader ,co-leader, dan
Fasilitator memotivasi anak, fasilitator mengobservasi anak, menanyakan
perasaan anak.
c. Penutup : 10 Menit
Leader menghentikan permainan, menanyakan perasaan anak setelah
bermain, menyampaikan hasil permainan memberikan hadiah pada anak
yang cepat menyelesaikan gambar dan menyusun puzel dengan bagus
membagikan souvenir/kenang-kenangan pada semua anak yang bermain.
Co-leader menutup acara dan mengucapkan salam.
2. Evaluasi Proses Dan Hasil yang Diharapkan
a. Proses
1) Menstimulasi perkembangan sensorik dan motorik anak
Dalam terapai bermain mewarnai gambar gambar, anak dengan cepat
mengkoordinasikan tangannya dalam mewarnai gambar dengan cepat
walaupun ada anak yang agak lambat dan tidak rapi. Sedangakan
dalam terapi bermain menyusun puzzle anak saling bekerja sama dan
tanggap dalam menyusun puzzle, meskipun ada salah satu anak dari
anggota kelompok yang belum mampu untuk bekerja sama dengan
teman kelompoknya.

2) Menstimulasi perkembangan intelektual anak


Dengan mewarnai gambar ini anak juga berpikir warna apa yang cocok dan
sesuai agar gambar tersebut menjadi menarik. Ada beberapa anak yang
mampu menyebutkan warna yang dipakai dikarenakan anak-anak tersebut
memiliki antusias yang tinggi dan warna-warna yang dipakai Ruang B.13
Rumah Sakit Umum Bahagia Makassar. Sedangkan ada satu orang anak
yaitu An “ A “ yang kurang bersemangat dalam terapi karena keadaan anak
tersebut dalam kondisi yang tidak sehat. Tetapi dengan keadaan tersebut
perawat terutama sebagai fasilitator tetap memberi motivasi serta pendekatan
terapeutik agar mengurangi kecemasan pada hospitalisasi. Sedangkan dalam

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


43

menyusun puzzle sesamsa tim kelompok anak saling bekerja dan saling
berinteraksi sama dalam menyusun. Terlhat ada anak yang palinh aktif dan
paling antusias dalam menyusun puzzel An R. Hal ini dikarenakan
kematangan dalam proses berfikirnya lebih matang dibandingkan dengan
teman- teman yang lainnya.
3) Meransang perkembangan sosialisasi dan moral anak
Dalam terapi bermain ini, anak saling berinteraksi sesama temannya yaitu
sesekali bertanya kepada orang tua, teman seruanganya dan perawat untuk
meminta pendapat warna apa yang sesuai dengan gambar walaupun ada anak
yang sedikit malu untuk bersosialisasi.
4) Meransang meningkatkan kreativitas anak
Terapi bermain ini juga meningkatkan kreativitas anak yaitu dengan
mewarnai gambar dan menyusun puzzle, anak dapat bekreasi sendiri dengan
warna yang telah dipilih dan mewarnai gambar dengan imajinasi sendiri dan
saling bekerjama sama dalam menyusun gambar (puzzle)
5) Mengurangi rasa cemas dan takut selama hospitalisasi
Terapi bermain ini juga mengurangi rasa cemas dan takut selama
hospitalisasi karena anak merasa senang, antusias, bahagia dan bersemangat
dalam mengikuti terapi ini.

B. Dokumentasi Kegiatan TAK


1. Daftar Nama Peserta Terapi Bermain
No Nama Umur
1. An Ainun 2.8 Tahun
2. An Aisyah 2.1 Tahun
3. An Anindiya 2.5 Tahun
4. An Lukman 2.6 Tahun
5. An Raffah 4.2 tahun
6. An Aqila 2.6 Tahun
7. An Alizya 4.7 Tahun
3.7 Tahun
8. An Aisyah.

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


44

9. An Safah 4.6 Tahun


10. An Rafah 5 Tahun
11. An Zakila 3.5 Tahun
12. An Aira 3.5 Tahun

2. Dokumentasi Kegiatan

Proses persiapan terapi bermain

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


45

Ruangan yang dipakai dalam terapi bermain Dekorasi Ruangan

Dekorasi Ruangan Dekorasi Ruangan

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


46

Hasil Dekorasi Ruangan Pembukaan Oleh Co Leader

Leader menjelaskan aturan permainan Mewanai Gambar

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


47

Mengumpulkan Gambar Proses Penilaian Gambar

Bermain Puzzle

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


48

Penyerahan Penyerahan Hadia

Penutup

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


49

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang
mencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak
tersebut, tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan
informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak,
dimana dalam bermain anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya
sendiri, minatnya, serta cara menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain.
Bermain bagi anak adalah suatu kebutuhan selayaknya bekerja pada orang
dewasa, oleh sebab itu bermain di rumah sangat diperlukan guna untuk
mengatasi adanya dampak hospitalisasi yang diasakan oleh anak. Dengan
bermain, anak tetap dapat melanjutkan tumbuh kembangnya tanpa terhambat
oleh adanya dampak hospitalisasi tersebut.
B. Saran
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar
anak dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat
menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan
tersebut. Faktor keamanan dari permainan yang dipilih juga harus tetap
diperhatikan.
2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat
meminimalkan trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan
menyediakan ruangan khusus untuk melakukan tindakan.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi
dampak hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap
tumbuh kembang anak. Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak
dapat terus melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun dirumah sakit.

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar


50

DAFTAR PUSTAKA

Anggani, Sudono, Sumber Belajar Dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Usia Dini.
2004. Grafindo: Jakarta
Bella (2015). Proposal Terapi Bermain Anak. Dari
http://ayubellanasta.blogspot.com/2015/08/proposal-terapi-bermain-anak.html
Diakses pada 19 januari pukul 11:00 wib
Hurlock, Elizabeth B. 1998. Perkembangan Anak jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. (2000). Clinical Manual of Pediatric Nursing. USA: Mosby
Wong, Donna L. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Proposal Terapi Bermain anak Stikes Gunung Sari Makassar

Anda mungkin juga menyukai