DISUSUN OLEH:
1
LEMBAR PENGESAHAN
Makalaah terapi bermain “MEWARNAI” diruang IRNA I RSUD dr.Sayidiman Magetan. Sebagai
salah satu syarat kelulusan praktik klinik Profesi Ners Stase “ANAK” STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun tahun ajaran 2019/2020.
Telah diperiksa dan disetujui serta disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Menyetujui
( ) ( )
Mengetahui
Kepala Ruang
( )
2
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian......................................................................... 3
1.2.1 Tujuan Umum .................................................................. 3
1.2.2 Tujuan Khusus ................................................................. 3
1.3 sasaran ......................................................................................... 3
BAB 2 DESKRIPSI KASUS
2.1 Pengertian Bermain ..................................................................... 4
2.2 Fungsi Bermain ........................................................................... 4
2.3 Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan ............................................... 7
2.4 Karakteristik Permainan Sesuai Dengan Tumbuh Kembang ...... 7
2.5 Prinsip Bermain .......................................................................... 9
2.6 Karkterisitik Permainan .............................................................. 12
BAB 3 METODOLOGI TERAPI BERMAIN
3.1 Deskripsi Bermain ...................................................................... 14
3.2 Tujuan Permainan ...................................................................... 14
3.3 Ketrampilan Yang Diperlukan ................................................... 14
3.4 Jenis Permaian ............................................................................ 14
3.5 Alat Bermain .............................................................................. 14
3.6 Proses Bermain ........................................................................... 15
3.7 Waktu Pelaksanan ...................................................................... 15
3.8 Pengorganisasian ........................................................................ 15
3.9 Antisipasi Hambatan .................................................................. 18
3.10 Evaluasi ...................................................................................... 18
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan.................................................................................. 19
4.2 Saran ............................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 20
3
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul “Terapi Bermain Mewarnai pada Anak Usia Preschool di ruang
IRNA I RSUD Sayidiman Magetan “ Makalah ini berisikan tentang preplaining terapi bermain
yang akan diberikan oleh kelompok kepada anak usia perschool di rumah sakit.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
bagaimana cara melakukan terapi bermain, salah satunya terapi bermain mewarnai. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Annisa Maharany BS
NIM : 201906004
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
model teoritis untuk memantapkan proses interpersonal dimana terapis bermain
menggunakan kekuatan terapiutik permainan untuk membantu klien mencegah atau
menyelesaikan kesulitan-kesulitan psikososial dan mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal. . Beberapa definisi terapi bermain tersebut mengarah
pada beberapa hal penting, yaitu: (a) tipe dan jumlah permainan yang digunakan; (b)
konteks permainan; (c) partisipan yang terlibat; (d) urutan permainan; (e) ruang yang
digunakan; (f) gaya bermain; (g) tingkat usaha yang dicurahkan dalam permainan.
Terapi bermain adalah pemanfaatan permainan sebagai media yang efektif oleh
terapis, untuk membantu klien mencegah atau menyelesaikan kesulitan psikososial dan
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, melalui kebebasan
eksplorasi dan ekspresi diri.
Kegiatan bermain memberi anak pengalaman berhadapan dengan masalah-
masalah dan menganggapnya sebagai tantangan-tantangan yang
menggairahkan.Dengan demikian diharapkan, kelak ia tumbuh menjadi orang dewasa
yang optimistic dan kreatif dalam menghadapi kendala-kendala kehidupan. Dalam
kehidupan anak, bermain mempunyai arti yang sangat penting.Dapat dikatakan bahwa
setiap anak yangsehat selalu mempunyai dorongan untuk bermain sehingga dapat
dipastikan bahwa anak yang tidak bermain-main pada umumnya dalam keadaan sakit,
jasmaniah maupun rohaniah.
Para ahli berkesimpulan bahwa anak adalah makhluk yang aktif dan
dinamis.Kebutuhan-kebuthan jasmaniah dan rohaniahnya anak yang mendasari
sebagian besar dipenuhi melalui bermain (kelompok) bermain sendiri maupun itu
merupakan kebutuhan anak.Bermain bagi anak adalah mutlak diperlukan untuk
mengembangkan daya cipta, imajinasi, perasaan, kemauan, motivasi, dalam suasana
riang gembira.
Menurut Wong (2009) bentuk permainan yang sesuai dengan anak usia
prasekolah antara lain: bermain menyusun puzzle, bermain game sederhana, bermain
musik, bermain peran, mendengarkan cerita (dongeng), melihat buku-buku bergambar,
menggambar dan mewarnai gambar.
Melihat pentingnya bermain bagi seorang anak terutama anak yang mengalami
hospitalisasi, maka kelompok akan mengadakan terapi bermain dengan sasaran usia
6
preschool ( >3 tahun sampai 6 tahun) dan School (> 6 tahun sampai 12 tahun) yang
berada diruang rawat inap anak RSUD dr. Sayidiman Magetan. Kelompok berharap
dengan diadakannya terapi bermain ini, anak yang dirawat tetap dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal sesuai tahap tumbuh kembangnya.
1.3 Sasaran
Sasaran terapi bermain ini pada anak-anak yang dirawat di Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Sayidiman Magetan yang berusia 3-6 tahun yang kooperatif, anak yang
sudah 2 hari mengalami tindakan keperawatan di RS
7
BAB II
DESKRIPSI KASUS
8
2. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu
yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur
dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk
memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya
terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan
masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini,
anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering
anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan
intelektualnya.
3. Perkembangan Social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima.
Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan
social dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan
aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan
bicara, dan belajar tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi
terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler
dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya
dilingkungan keluarga.
4. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya
kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan
bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya,
dengan membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang
kreativitasnya untuk semakin berkembang.
9
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur mengatur
tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba
peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.
Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis, anak
akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini
penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam
kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari
perilakunya terhadap orang lain
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang tua
dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan kesempatan
untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan
dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika,
belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-
jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman
merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat permainan sesudah
bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab terhadap tindakan serta
barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia
toddler dan prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk mengembangkan
nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran
orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan
mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.
10
anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya
(distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Dengan
demikian, permainan adalah media komunikasi antar anak dengan orang lain, termasuk
dengan perawat atau petugas kesehatan dirumah sakit. Perawat dapat mengkaji
perasaan dan pikiran anak melalui ekspresi nonverbal yang ditunjukkan selama
melakukan permainan atau melalui interaksi yang ditunjukkan anak dengan orang tua
dan teman kelompok bermainnya.
11
1. Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
2. Memperkenalkan sumber suara.
3. Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
4. Melatih imajinasinya.
5. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan
yang menarik
Usia 25 – 36 bulan
Tujuannya adalah ;
1. Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
2. Mengembangkan keterampilan berbahasa.
3. Melatih motorik halus dan kasar.
4. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan
membedakan warna).
5. Melatih kerjasama mata dan tangan.
6. Melatih daya imajinansi.
7. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Usia 32 – 72 bulan
Tujuannya adalah :
1. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
2. Mengembangkan kemampuan berbahasa.
3. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
4. Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara).
5. Membedakan benda dengan permukaan.
6. Menumbuhkan sportivitas.
7. Mengembangkan kepercayaan diri.
8. Mengembangkan kreativitas.
9. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
10. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.
11. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya.
12
12. Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal : pengertian
mengenai terapung dan tenggelam.
13. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Usia Prasekolah
Usia sekolah
Usia remaja
c. Skill play
Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan ketrampilan anak,
khususnya motorik kasar dan halus. Misalnya, bayi akan terampil memegang benda-
13
benda kecil, memindahkan benda dari satu tempat ke tempat yang lain, dan anak akan
terampil naik sepeda. Jadi, keterampilan tersebut diperoleh melalui pengulangan
kegiatan permainan yang di lakukan. Semakin sering melakukan latihan, anak akan
semakin terampil.
e. Unoccupied behavior
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit,
bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja, atau apa saja yang ada di sekelilingnya.
Jadi, sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu, dan situasi atau obyek
yang ada di sekelilingnya yang di gunakannya sebagai alat permainan. Anak tampak
senang, gembira, dan asyik dengan situasi serta lingkungannya tersebut .
f. Dramatic play
Sesuai dengan sebutannya, pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang
lain melalui permainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian meniru orang dewasa,
misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya, dan sebagainya yang ingin ia tiru.
Apabila anak bermain dengan temannya, akan terjadi percakapan di antara mereka
tentang peran orang yang mereka tiru. Permainan ini penting untuk proses identifikasi
anak terhadap peran tertentu .
14
bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan terhadap permainan yang sedang
dilakukan temannya.
b. Solitary play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak
bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya, dan alat permainan tersebut
berbeda dengan alat permainan yang digunakan temannya, tidak ada kerja sama,
ataupun komunikasi dengan teman sepermainannya.
c. Parallel play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan yang sama, tetapi antara
satu anak dengan anak lainnya tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak
satu dengan anak lain tidak ada sosialisasi satu sama lain. Biasanya permainan ini
dilakukan oleh anak usia toddler.
d. Associative play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak lain, tetapi
tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin atau yang memimpin permainan, dan tujuan
permainan tidak jelas. Contoh permainan jenis ini adalah bermain boneka, bermain
hujan-hujanan dan bermain masak-masakan.
e. Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis ini, juga
tujuan dan pemimpin permainan. Anak yang memimpin permainan mengatur dan
mengarahkananggotanya untuk bertindak dalam permainan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan dalam permainan tersebut. Misalnya, pada permainan sepak bola, ada anak
yang memimpin permainan, aturan main harus dijalankan oleh anak dan mereka harus
dapat mencapai tujuan bersama, yaitu memenangkan permainan dengan memasukkan
bola ke gawang lawan mainnya
15
2.6 Karakteristik Permainan
Usia Anak
Usia 0 – 12 bulan
Alat permainan yang dianjurkan :
1. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
2. Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
3. Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
4. Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
5. Alat permainan berupa selimut dan boneka.
Usia 13 – 24 bulan
Alat permainan yang dianjurkan:
1. Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
2. Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
3. Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang tidak
mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok besar,
kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil
berwarna.
Usia 25 – 36 bulan
Alat permainan yang dianjurkan :
1. Alat-alat untuk menggambar.
2. Lilin yang dapat dibentuk
3. Pasel (puzzel) sederhana.
4. Manik-manik ukuran besar.
5. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
6. Bola.
Usia 32 – 72 bulan
Alat permainan yang dianjurkan :
16
1. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat
gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
2. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.
Usia Prasekolah
Alat permainan yang dianjurkan :
1. Alat olah raga.
2. Alat masak
3. Alat menghitung
4. Sepeda roda tiga
5. Benda berbagai macam ukuran.
6. Boneka tangan.
7. Mobil.
8. Kapal terbang.
9. Kapal laut dsb
Usia sekolah
Jenis permainan yang dianjurkan :
1. Pada anak laki-laki : mekanik.
2. Pada anak perempuan : dengan peran ibu.
Usia Remaja
Jenis permainan : permainan keahlian, video, komputer, dll.
17
BAB III
METODOLOGI TERAPI BERMAIN
18
3.6 Proses bermain
Settingan tempat :
Peserta
Leader
Co-Leader
Fasilitator
Observer
Dokumentasi
3.8 Pengorganisasian
Leader : Annisa Maharany
Co-Leader : Anthony Wiranata
Fasilitator : Ayu Hariyanti
Observer : Abdillah Pujo
Dokumentasi : Alina Ulfa S
Pembagian Tugas
1. Peran Leader
Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan
menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi
untuk mengekspresikan perasaannya
19
Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian
tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat
dalam kegiatan
2. Peran Co Leader
Mengidentifikasi issue penting dalam proses
Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok
yang akan dating
Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya
3. Peran Fasilitator
Mempertahankan kehadiran peserta
Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar
maupun dari dalam kelompok
4. Peran Observer
Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy
Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan
Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy
Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi
20
3. Memperkenalkan pembimbing Mendengarkan
4. Memperkenalkan anak satu Mendengarkan dan
persatu dan anak saling saling berkenalan
berkenalan dengan temannya
5. Kontrak waktu dengan anak Mendengarkan
6. Mempersilahkan Leader Mendengarkan
2 30 menit 1. Leader menjelaskan cara Mendengarkan Kegiatan
permainan bermain
2. Menanyakan pada anak, anak Menjawab
mau bermain atau tidak pertanyaan
3. Menbagikan alat untuk Menerima
mewarnai permainan
4. Leader ,co-leader, dan
Fasilitator memotivasi anak Bermain
5. Fasilitator mengobservasi anak
6. Menanyakan perasaan anak Bermain
Senang
3 10 menit 1. Leader Menghentikan Selesai bermain Penutup
permainan
2. Menanyakan perasaan anak Senang
3. Menyampaikan hasil permainan Mendengarkan
4. Memberikan hadiah pada anak Senang
gambarnya bagus dan aktif
5. Membagikan souvenir/kenang- Senang
kenangan pada semua anak yang
bermain
6. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan
7. Co-leader menutup acara perasaan
8. Mengucapkan salam Mendengarkan,
Menjawab salam
21
3.9 Antisipasi Hambatan
Hambatan yang mungkin ditemui dalam permainan ini, antara lain :
1. Anak tidak mau bermain karena sakit yang dia rasakan
2. Anak kurang mau berinteraksi dengan orang lain selain orang tuanya
3. Anak merasa bosan dengan permainan yang diberikan
3.10 Evaluasi
Evaluasi struktur yang diharapkan
1. 80% alat-alat yang digunakan lengkap
2. Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
Evaluasi proses yang diharapkan
1. 100% terapi dapat berjalan dengan lancar
2. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
Evaluasi hasil yang diharapkan
1. 90% anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
3. Anak merasa senang
4. Anak tidak takut lagi dengan perawat
5. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
6. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang mencerminkan
kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut, tanpa
mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi
kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak, dimana dalam bermain anak
akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya, serta cara
menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain. Bermain bagi anak adalah suatu kebutuhan
selayaknya bekerja pada orang dewasa, oleh sebab itu bermain di rumah sangat
diperlukan guna untuk mengatasi adanya dampak hospitalisasi yang diasakan oleh
anak. Dengan bermain, anak tetap dapat melanjutkan tumbuh kembangnya tanpa
terhambat oleh adanya dampak hospitalisasi tersebut.
4.2 Saran
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar
anak dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat
menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan tersebut.
Faktor keamanan dari permainan yang dipilih juga harus tetap diperhatikan.
2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat
meminimalkan trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan
menyediakan ruangan khusus untuk melakukan tindakan.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi
dampak hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap tumbuh
kembang anak. Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak dapat terus
melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun dirumah sakit.
23
DAFTAR PUSTAKA
24