Anda di halaman 1dari 5

TENGGOROKAN

NYERI TENGGOROKAN

Nyeri tenggorokan mungkin adalah satu keluhan yang paling umum ditemui dalam praktik
kedokteran. Pasien menggunakan istilah nyeri untuk menggambarkan hampir semua keluhan
pada tenggorokan, mulai dari kering tenggorokan hingga rasa nyeri yang sebenarnya. Penting
untuk memastikan sifat dari nyeri tenggorokan di awal anamnesis. Karakteristik primer
mungkin adalah nyeri, tapi keparahan dari nyeri bisa mengakibatkan disfagia makanan padat,
cairan, bahkan terkadang saliva. Merupakan hal yang berguna untuk membedakan nyeri
tenggorokan pada anak-anak dan dewasa, walaupun tidak ada wujud klinis yang eksklusif
pada salah satu grup (Tabel 1)

NYERI TENGGOROKAN PADA DEWASA

Lesi inflamatori akut pada faring adalah hal yang sangat umum dan terjadi dengan cepat
seiring dengan sistem imun, dengan atau tanpa antibiotik, melawan organisme penyebab.
Nyeri tenggorokan kronis pada dewasa jauh lebih sulit dipahami.

NYERI TENGGOROKAN AKUT

Kondisi Infeksius

Infeksi viral saluran pernapasan atas sering dibarengi dengan patologi yang sama dengan
yang menyerang faring. Streptococcus biasanya merupakan organisme kausatif primer dan
bukan sekunder. Secara klini pasien mengeluhkan nyeri tenggorokan. Limfadenopati cervical
dan demam umum terjadi.

Jika penyebabnya adalah viral, akan disertai dengan pilek dan batuk produktif karena adanya
infeksi pada dada. Adanya mukopus pada dinding faring menandakan infeksi bakteri.
Walaupun swab tenggorokan tidak selalu membantu, tetapi swab dapat menyingkirkan
infeksi bakteri. Tatalaksananya adalah simptomatik. Analgesik oral dan intake cairan yang
cukup dengan bed rest dibutuhkan selama 3-4 hari untuk mermungkinkan penyakit sembuh
secara spontan. Antibiotik diberikan hanya jika suspek infeksi bakteri. Tonsilitis akut jarang
terjadi pada dewasa dibandingkan dengan anak-anak. Pendekatan kinis pada kedua kelompok
adalah sama (hal. 73)
Infeksi candida bisa mengakibatkan nyeri tenggorokan dan tidak jarang terjadi pada pasien
immunocompromised seperti pasien diabetes dan pasien yang menjalan radioterapi atau
kemoterapi dan pasien dengan lymphomata. AIDS juga meningkatkan risiko terjadinya
infeksi jamur. Diagnosis ditegakkan berdasarkan tampilan tipikal dan kultur (Gambar 1).
Tatalaksana dapat berupa agen antifungal lokal atau pemberian parenteral jika pasien juga
memiliki infeksi sistemik.

Abses peritonsilar

Abses peritonsilar adalah suatu kondisi dimana pus terbentuk diantarakapsul tonsil dan
konstriktor superior. Abses ini didahului oleh selulitis peritonsilar. Keluhan pasien adalah
nyeri tenggorokan hebat unilateral yang menyebabkan disfagi. Hal ini kemudian bisa
mengakibatkan ketidakmampuan untuk menelan bahkan air liur sekalipun, sehingga air liur
menetes keluar dari mulut. Suara pasien menjadi ‘hot potato voice’. Trismus dapat terjadi
secara signifikan sehingga visualisasi orofaring sulit dilakukan. Nyeri telinga ipsilateral dan
adenopati cervical adalah karakteristik lain. Tanda klinis yang paling jelas adalah inflamasi
tonsilar unilateral yang menyebabkan deviasi basis uvula (Gambar 2)

Selulitis peritonsilar ditangani dengan antibiotik parenteral. Jika abses diduga terjadi,
tatalaksana melibatkan insisi dan drainase abses serta antibiotik parenteral. Karena
Streptococcus B-hemolitik adalah organisme kausatif yang paling sering, penisilin adalah
antibiotik yang tepat untuk dipilih. Tonsilektomi dapat menjadi pilihan pada pasien tertentu.

Kondisi lainnya

Gangguan darah dapat timbul dengan lesi yang menyebabkan nyeri tenggrokan.
Agranulositsis dan leukimia akut dapat mempengaruhi sistem imun dan menakibatkan ulkus
nekrotik pada mulut dan faring. Nyeri pada umunya berat dan bisa diasosiasikan dengan
perdarahan. AIDS mungkin ada pada kasus tonsilitis atau faringitis akut rekuren.

NYERI TENGGOROKAN KRONIK

Setiap pasien dengan nyeri tenggorokan kronik harus disuspek memiliki keganasan pada
kavitas oral ataupun faring. Gejala kardinal seperti penurunan berat badan, disfagia, suara
serak dan riwyat merokok serta konsumsi alkohol berlebih, dapat membuat diagnosis seperti
itu lebih mungkin.

Penyebab paling umum dari nyeri tenggorokan kronik pada dewasa adalah faringitis kronik.
Inflmasi ini adalah multifaktorial dan tidak infeksius. Merokok dan alkohol secara khusus
bersifat sebagai iritan terhadap mukosa faring. Tonsil yang terinfeksi kronik,
dikarakterisasikan dengan debris putih pada kripte tonsilar, yang bisa menimbulkan rasa tidak
nyaman pada tenggorokan. Hernia hiatus dengan refluks asam juga dapat mengakibatkan
nyeri tenggorokan menetep karena adanya inflamasi faring. Tatalaksana meliputi tatalaksana
konservatif untuk mengurangi atau menghilangkan dampak dari agen iritatif dan tonsilektomi
pada kasus tertentu.

NYERI TENGGOROKAN PADA ANAK

Anak-anak adalah kelompok pasien yang paling sering mengeluhkan nyeri tenggorokan, dan
sebagian besar adalah kasus akut.

NYERI TENGGOROKAN AKUT

Infeksi Viral
Virus mungkin adalah penyebab tersering dari nyeri tenggorokan. Faringitis viral sering
dibarengi dengan organisme yang sama dengan yang menginfeksi bagian lain dari saluran
pernapasan, seperti hidung dan trakea. Pasien kemudian akan memiliki gejala tambahan
seperti pilek dan batuk. Kasus seperti ini biasanya akan disertai dengan tampilan tonsil
yangrelatif normal. Anak-anak pada kasus ini tidak membutuhkan antibiotik,
tetapitatalaksana konservatif dengan memastikan intake cairan cukup, analgesik seerhana dan
bed rest sehingga penyakit dapat sembuh secara spontan.

Tonsilitis

Tonsilitis akut memiliki gambaran klinis yang berbeda. Anak dengan tonsilitis akut akan
tampak sakit, disertai dengan disfagi, halitosis, pireksia serta limfadenopati servikal.
Diagnosis tampak jelas dari tampilan tonsil (Gambar 4). Gangguan yang jarang terjadi
dengan tampilan klinis mirip harus disingkarkan. Difteri (biasanya tonsil ditutup oleh
membran) dan gangguan hematologi harus dimasukkan dalam diagnosis banding. Swab
tenggorokan secara umum tidak membantu tatalaksana karena organisme yang paling umu
ditemukan adalah streptococcus.

Tatalaksana tonsilitis akut adalah dengan bed rest dan pemberian antibiotik seperti penisilin,
dengan dosis pertama secara parenteral. Pengawasan intake cairan penting dilakukan, dan
paracetamol berkerja sebagai anagesik yang tepat serta sebagai antipiretik dalam menurunkan
suhu. Gejala biasanya akan hilang dalam beberapa hari. Tonsilektomi dapat
direkomendasikan pada pasien dengan infeksi berat berulang. Komplikasi pada tonsilitis
jarang terjadi, tetapi penyebaran infeksi dapat mengakibatkan pembentukan abses di
peritonsila,retrofaring atau parafaring (Gambar 5)

Mononukleosis infeksius

Mononukleos infeksius (demam glandular) umum terjadi pada remaja dan dikeluhkan sebagai
nyeri tenggorokan akut. Tonsil membesar dan tertutup oleh eksudat bermembran.
Pembesaran nodus cervical tampak jela dan petekie dapat dilihat pada palatum. Terk adang
hepatosplenomegali dapat ditemukan pada palpasi. Diagnosis dikonfirmasi dengan adanya
‘limfosit atipikal’ pada darahtepi. Tes monospot atau Paul Bunnell positif ditemukan pada
sebagian besar kasus. Tatalaksan yang dilakukan adalah tatalaksana simptomatik. Antibiotik
tidak begitu berguna, tetapi jika ampisilin diberikan karena salah diagnosis seperti tonsilitis
streptococcal akut, akan muncul ruam pada kulit.

Anda mungkin juga menyukai