Kel 1 Askep Komunitas Pada Balita
Kel 1 Askep Komunitas Pada Balita
Disusun oleh :
Kelompok 1
MUHAMMADIYAH MANADO
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan Rahmat,
hidayah dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Makalah
Asuhan Keperawatan Komunitas pada Balita”
Tak lupa pula kami sadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
berbagai media dan pihak yang telah membantu untuk menyusun makalah ini. Sehubungan
dengan itu kami ucapkan banyak terimah kasih kepada pembimbing yang telah membantu
menyusun makalah ini.
Akhir kata kami mohon maaf yang sedalam-dalamnya bila ada perkataan atau tulisan
yang tidak berkenaan dihati para pembaca maupun yang menilai. Untuk itu, kami
mengharapkan masukan dalam bentuk kritik, saran maupun tanggapan dari para pembaca
sekalian demi kesempurnaannya makalah ini
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar ………………………………….
Daftar isi ………………………………….
BAB I : PENDAHULUAN ………………………………….
1.1 Latar Belakang ………………………………….
1.2 Tujuan
………………………………….
BAB II : PEMBAHASAN
………………………………….
2.1 Konsep Komunitas
2.2 Konsep Balita ………………………………….
2.3 Masalah Kesehatan pada Kelompok
………………………………….
Balita di Indonesia
2.4 Indikator Kesehatan Kelompok Balita ………………………………….
2.4 Program dan Kebijakan Pemerintah
………………………………….
untuk Kesehatan Balita
2.5 Ruang Lingkup Asuhan Keperawatan ………………………………….
Kelompok Khusus Balita
………………………………….
BAB III : ASKEP KOMUNITAS BALITA ………………………………….
………………………………….
3.1 Pengkajian
………………………………….
3.2 Analisa Data
3.3 Penerapan Kasus ………………………………….
………………………………….
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran ………………………………….
………………………………….
Daftar Pustaka
………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
Diare dan pneumonia merupakan penyebab kematian berikutnya pada bayi dan
balita, disamping penyakit lainnya serta dikontribusi oleh masalah gizi. Untuk
mengatasi masalah yang sering menimbulkan kematian pada balita, pemerintah telah
membuat program dan kebijakan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian
pada bayi dan balita, diantaranya adalah kegiatan Posyandu, BKB (Bina Keluarga
Balita), dan program PAUD. Sementara sebagai perawat, yang dapat dilakukan di
komunitas adalah memberi penyuluhan atau pendidikan kesehatan baik untuk topik
sehat atau pun sakit seperti nutrisi, latihan, penyakit dan pengelolaan penyakit pada
balita, serta member informasi kepada ibu tentang pentingnya pemberian ASI dan tahap
perkembangan yang terjadi pada masa balita.
1.2 Tujuan
Agar mahasiswa mampu memahami konsep dan proses asuhan keperawatan
komunitas pada agregat balita sehingga dapat menjadi bekal saat melakukan proses
asuhan keperawatan komunitas pada masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada masa toddler (1 s.d. 3 tahun), pertumbuhan fisik anak lebih lambat
dibandingkan dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat.
Anak sering mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot,
dan anak mulai berjalan jalan. Anak perlu diawasi dalam beraktivitas karena anak tidak
memperhatikan bahaya (Nursalam, 2005).
Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk
melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan
berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih
terbatas. Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang
manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan
pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di
usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena
itu sering disebut golden age atau masa keemasan.
1. Fase Oral
Fase oral dimulai dari saat dilahirkan sampai dengan 1-2 tahun. Pada fase ini
bayi merasa dipuaskan dengan makan dan menyusui dan terjadi kelekatan dan
hubungan yang emosional antara anak dan ibu. Beberapa mengatakan bahwa
pada saat anak yang mengalami gangguan pada fase ini akan sering
mengalami stres dengan gejala gangguan pada lambung seperti maag atau
gastritis.
2. Fase Anal
Fase anal berkembang pada saat balita menginjak umur 15 bulan sampai
dengan umur 3 tahun. Pada fase ini balita merasa puas dapat melakukan
aktivitas buang air besar dan buang air kecil. Fase ini dikenal pula sebagai
periode "toilet training". Kegagalan pada fase ini akan menciptakan orang
dengan kepribadian agresif dan kompulsif, beberapa mengatakan kelainan
sado-masokis disebabkan oleh kegagalan pada fase ini.
3. Fase Phallic
Fase phallic disebut juga sebagai fase erotik, fase ini berkembang pada anak
umur 3 sampai 6 tahun. Yang paling menonjol adalah pada anak laki-laki
dimana anak ini suka memegangi penisnya, dan ini seringkali membuat marah
orangtuanya. Kegagalan pada fase ini akan menciptakan kepribadian yang
imoral dan tidak tahu aturan.
2. Diare
Diare masih merupakan problema kesehatan utama pada anak terutama di
negara berkembang seperti Indonesia. Menurut data World Health Organization
(WHO) pada tahun 2009, diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah
5 tahun. Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih
lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Sekitar lima juta
anak di seluruh dunia meninggal karena diare akut. Di Indonesia pada tahun 70
sampai 80-an, prevalensi penyakit diare sekitar 200-400 per 1000 penduduk per
tahun. Dari angka prevalensi tersebut, 70-80% menyerang anak dibawah lima tahun.
Data nasional Depkes menyebutkan setiap tahunnya di Indonesia 100.000
balita meninggal dunia karena diare. Itu artinya setiap hari ada 273 balita yang
meninggal dunia dengan sia-sia, sama dengan 11 jiwa meninggal setiap jamnya atau
1 jiwa meninggal setiap 5,5 menit akibat diare (Depkes RI, 2011).
Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi
buang air besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan
konsistensi tinja penderita (Sutanto, 1984; Winardi, 1981). Dikenal diare akut yang
timbul dengan tiba-tiba dan berlangsung beberapa hari dan diare kronis yang
berlangsung lebih dari tiga minggu bervariasi dari hari ke hari yang disebabkan oleh
makanan tercemar atau penyebab lainnya (Winardi, 1981).
Diare pada anak merupakan masalah yang sebenarnya dapat dicegah dan
ditangani. Terjadinya diare pada balita tidak terlepas dari peran faktor perilaku yang
menyebabkan penyebaran kuman, terutama yang berhubungan dengan interaksi
perilaku ibu dalam mengasuh anak dan faktor lingkungan dimana anak tinggal.
Faktor perilaku yang menyebabkan penyebaran kuman dan meningkatkan resiko
terjadinya diare yaitu tidak memberikan ASI ekslusif secara penuh pada bulan
pertama kehidupan, tidak menjaga hygiene alat makan dan minum anak. (Assiddiqi,
2009).
3. Status Gizi
Status gizi menjadi indikator ketiga dalam menentukan derajat kesehatan anak.
Status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak
untuk mencapai kematangan yang optimal. Kecukupan gizi dapat memperbaiki
ketahanan tubuh sehingga diharapkan tubuh akan bebas dari segala penyakit. Status
gizi ini dapat membantu untuk mendeteksi lebih dini resiko terjadinya masalah
kesehatan. Pemantauan status gizi dapat digunakan sebagai bentuk antisipasi dalam
merencanakan perbaikan kesehatan anak.
3. Program PAUD
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum
jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang
ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal,
nonformal, dan informal. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu
bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar
ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan
kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan
spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan
komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui
oleh anak usia dini. Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia
dini yaitu:
- Untuk membentuk anak yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan
berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya
- Untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik)
di sekolah.
2.6 Ruang Lingkup Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus Balita
Ruang lingkup kegiatan keperawatan kelompok khusus balita mencakup
upaya-upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan resosilitatif melalui berbagai
kegiatan yang terorganisisasi sebagai berikut:
1. Upaya Promotif
a. Penyuluhan untuk memberikan informasi kepada orangtua, terutama ibu tentang
pemenuhan dan peningkatan gizi bayi dan balita sesuai usia tumbuh
kembangnya. Bayi usia 1 sampai 6 bulan hanya boleh diberikan ASI, lebih dari
6 bulan diperbolehkan untuk diberikan makanan pendamping ASI.
b. Memberikan informasi tentang kebersihan diri bayi meliputi cara memandikan
bayi yang benar, cara perawatan tali pusat, cara mengganti popok bayi, dsb.
c. Penyuluhan tentang pentingnya imunisasi yang meliputi jenis-jenis imunisasi,
usia pada saat dilakukan imunisasi, manfaat, efek samping, dan akibat yang
akan timbul jika tidak dilakukan imunisasi.
d. Memberikan informasi tentang pentingnya memeriksakan bayi dan balita yang
sakit ke petugas kesehatan
e. Memberikan informasi tentang pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita.
1. Upaya Preventif
a. Imunisasi terhadap bayi dan balita.
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas,
maupun kunjungan rumah.
c. Posyandu untuk penimbangan dan pemantauan kesehatan balita.
d. Pemberian vitamin A, yodium, dan obat cacing.
e. Skrining untuk deteksi penyakit atau kelainan pada bayi dan balita sejak
dini.
2. Upaya Kuratif
a. Melakukan pelayanan kesehatan dan keperawatan.
b. Melakukan rujukan medis dan kesehatan. Bayi atau balita dengan penyakit
tertentu perlu diberikan perawatan lebih lanjut.
c. Perawatan lanjutan dari Rumah Sakit, dilakukan oleh orangtua tetapi
masih dalam pengawasan petugas kesehatan untuk memulihkan kondisi
kesehatan bayi atau balita.
d. Perawatan tali pusat terkendali pada bayi baru lahir.
3. Upaya Rehabilitatif
Bayi dan balita pasca sakit, perlu waktu untuk masa pemulihan. Upaya
pemulihan yang dapat dilakukan yaitu latihan fisik dan fisioterapi.
4. Resosialitatif
Upaya mengembalikan ke dalam pergaulan masyarakat. Misal: kelompok balita
yang diasingkan karena autis, ADHD.
3.1 Pengkajian
Asuhan Keperawatan komunitas adalah suatu kerangka kerja untuk
memecahkan masalah kesehatan yang ada di masyarakat secara sistematis dan rasional
yang didasarkan pada kebutuhan dan masalah masyarakat. Model community as partner
terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses
keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri(1) inti komunitas (the community
core), (2) subsistem komunitas (the community subsystems), dan (3) persepsi
(perception). Model ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat yang
merupakan praktek, keilmuan, dan metodenya melibatkan masyarakat untuk
berpartisipasi penuh dalam meningkatkan kesehatannya.
3.1.1 Data inti
1. Demografi
Variabel yang dapat dikaji adalah jumlah balita baik laki-laki maupun
perempuan. Data diperoleh melalui. Puskesmas atau kelurahan berupa laporan
tahunan atau rekapitulasi jumlah kunjungan pasien yang berobat.
2. Statistik vital
Data statistik vital yang dapat dikaji adalah jumlah angka kesakitan dan angka
kematian balita. Angka kesakitan dan kematian tersebut diperoleh dari
penelusuran data sekunder baik dari Puskesmas atau Kelurahan.
3. Karakteristik penduduk
Variabel karakteristik penduduk meliputi :
a. Fisik : jenis keluhan yang dialami oleh warga terkait anaknya. Perawat
mengobservasi ketika ada program posyandu.
b. Psikologis : efek psikologis terhadap anak maupun orang tua yaitu berupa
kesedihan karena anaknya berisiko tidak bisa bermain dengan anak-anak
sebaya lainnya dan pertumbuhan anak pun akan terhambat atau sulit
untuk berkembang.
c. Sosial : sikap masyarakat terhadap adanya kasus penyakit masih acuh dan
tidak memberikan tanggapan berupa bantuan untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan, namun orang tua membawa anak ke posyandu rutin
untuk ditimbang.
d. Perilaku : seperti pola makan yang kurang baik mungkin mempengaruhi
penyebab anak mengalami gizi kurang, diare dan penyakit lainnya,
terlebih banyak orang tua yang kurang mampu dalam hal ekonomi.
3.1.3 Persepsi
Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu penyakit balita masih acuh,
mungkin dipengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat ataupun
kurangnya pengetahuan kesehatan mengenai suatu penyakit
3.3.1 Pengkajian
Di kelurahan simomulyo posyandu pelangi III
1. Data Inti
Di kelurahan simomulyo posyandu pelangi terdapat 66 balita
Umur : 0-12 bulan = 21
: 13- 36 bulan = 15
: 37- 60 bulan = 30
Pekerjaan : sebagian besar ibu yang memiliki balita bekerja sebagai ibu
rumah tangga sedangkan kepala keluarganya sebagian bekerja di pabrik
sebagai buruh pabrik dan sebagian lagi di pemerintahan
Agama : mayoritas islam
Data statistik: Berdasarkan informasi dari kader setempat
- Balita yang gizi buruk 3 orang,
- Balita yang diare karena tidak cocok dengan susu formula 6 orang
- Balita yang berat badannya tidak sesuai dengan umur (Berat badan
balita yang berada digaris kuning dan digaris merah ) 5 orang
2. Data Subsistem
a. Lingkungan Fisik
- Perumahan dan lingkungan: antar rumah berdekatan, tipe rumah
permanen, pembangunan gorong- gorong di sungai sehingga air di
bendung dan tidak mengalir lancar, selokan di depan rumah warga
banyak yang tersumbat, jalan di depan rumah kotor, banyak kardus
basah sisa sampah banjir yang di buang sembarangan
- Lingkungan terbuka : mayoritas tidak mempunyai halaman rumah
yang luas
- Kebiasaan: balita yang berumur 36 – 60 bulan sering mengkonsumsi
makanan ringan (snack) yang biasa di beli di warung- warung
terdekat. Serta sering mengkonsumsi mie instant
- Transportasi: ibu mengantarkan balita ke posyandu dengan jalan kaki
sedangkan untuk beraktivitas biasanya menggunakan sepeda motor
- Pusat pelayanan: terdapat 1 posyandu dan 1 puskesmas
- Tempat belanja: dipasar tradisional dan mini market
- Tempat ibadah: 1 masjid dan 1 gereja
b. Pelayanan Kesehatan Dan Sosial
Pelayanan kesehatan terdapat 1 posyandu dan 1 puskesmas.
c. Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara, penghasilan rata- rata kepala keluarga
perbulan Rp. 900.000- 1.500.000.
d. Keamanan Dan Transportasi
Bila terjadi kebakaran, mobil pemadam kebakaran kesulitan untuk masuk
di pemukiman warga karena jarak antar rumah berdekatan dan gangnya
sangat sempit. Mayoritas warga menggunakan alat transportasi sepeda
motor untuk pergi beraktivitas.
e. Pemerintahan
Posyandu pelangi III merupakan RT 03 dan RW 09 di kelurahan
simomulyo.Kader yang dimiliki sebanyak 5 orang.
f. Politik
Pemerintah sudah memberikan pelatihan kepada kader, untuk
mengajarkan kepada ibu balita, agar segera memberikan oralit pada
balitanya yang terkena diare dan lansung di bawa ke puskesmas untuk
tindakan lebih lanjut.
g. Komunikasi
Komunikasi ibu yang dilakukan pada balitanya dengan komuniaksi verbal
maupun non verbal. Informasi dari RT/RW setempat dialkuakn dengan
menggunakan pengeras suara melalui siaran di masjid.
h. Pendidikan
Tingkat pendidikan orang tua balita 20 orang lulusan SD,18 orang SMP
dan selebihnya SMA/ SMK.Terdapat 1 TK, 1 Paud, 1 atap SDN
simomulyo.
i. Rekreasi
Dari hasil wawancara, ibu sering mengajak balitanya naik mobil aneka
warna yang diputarkan lagu- lagu anak untuk berkeliling di sekitar
kampung dengan biaya Rp.1000 untuk 1x putaran, serta setiap minggu
pagi, ibu yang memilki balita, sering membawa balitanya jalan-jalan di
pasar pagi dadakan yang ada di sepanjang pintu gerbang jalan tol
surabaya – malang dekat kampung warga.
4.1 Kesimpulan
Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih
popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006).Balita
termasuk salah satu agregat / kelompok risiko tinggi. Hal ini dikarenakan pada balita
juga berpotensi muncul masalah yang kompleks, terlebih yang berhubungan dengan
konsep tumbuh kembang. Oleh karena itu, konsep keperawatan yang diberikan pada
agregat ini diaplikasikan dalam bentuk pelayanan-pelayanan kesehatan. Pelayanan
kesehatan yang memberikan layanan dalam upaya menjaga kesehatan balita adalah
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), imunisasi, BKB (Bina Keluarga Balita), PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini), SDIDTK (Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang).
4.2 Saran
a. Bagi Perawat
Perawat sebagai care giver diharapkan mampu memberikan pelayanan
kesehatan kepada balita dan keluarga dalam bentuk promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitative.
b. Bagi Keluarga
Keluarga terutama Ibu merupakan pemegang peran penting dalam menentukan
kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan balita. Oleh karena itu keluarga
diharapkan mampu memahami konsep tumbuh kembang pada balita dan mampu
mendampingi pertumbuhan dan perkembangan balita dengan baik sehingga bisa
mengoptimalkan tumbuh kembang balita.
DAFTAR PUSTAKA
Rahmawati, Sevina. 2017. “Komunitas II Balita”,
https://www.academia.edu/8936421/BAB_II_KOMUNITAS_2_BALITA, diakses pada 22
Maret 2020 pukul 16:50