Anda di halaman 1dari 102

ANGGARAN KOMPREHENSIP DAN ANGGARAN PARSIAL

Anggaran Komprehensif
        Komprehensif artinya menyeluruh atau secara keseluruhan. Dalam
menyusun anggaran, perusahaan dapat melakukannya dengan dua cara, yakni
secara sebagian demi sebagian (partial) dan secara keseluruhan
(comprehensive). Karena itu dikenal Comprehensive Budget. Comprehensive
budget (Anggaran komprehensif) yakni penyusunan rencana perusahaan
(Business budget) secara keseluruhan.

        Anggaran komprehensip merupakan anggaran dengan ruang lingkup yang


menyeluruh. Aktivitas yang tercakup dalam anggaran komprehensip mencakup
seluruh aktivitas perusahaan baik dalam bidang pemasaran, produksi, keuangan
dan administrasi.

        Penyusunan anggaran komprehensif akan mendatangkan manfaat berupa


adanya pendekatan secara sistematis terhadap kebijaksanaan manajemen, serta
memper¬mudah diadakannya evaluasi tujuan akhir perusahaan secara kuantitatif.
Dengan menyusun anggaran komprehensif juga membantu fungsi pengawasan
yang lebih dinamis terhadap pelaksanaan kebijaksanaan-kebijaksanaan
manajemen. Secara lebih tegas istilah "Comprehensive" dalam penganggaran
dapat di¬artikan sebagai:

 Pemakaian secara lebih luas konsep-konsep penganggaran dalam setiap


kegiatan perusahaan.
 Pemakaian total sistem approach dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari.

Ada beberapa pedoman umum yang perlu diperhatikan dalam penyusunan


ang¬garan komprehensif, yaitu:

1. Mengadakan spesifikasi terhadap tujuan yang luas daripada perusahaan.


2. Mempersiapkan rencana-rencana pendahuluan secara keseluruhan.
3. Menyusun rencana jangka panjang dan jangka pendek.

Dengan berdasarkan pedoman di atas, anggaran komprehensif dapat diuraikan


menjadi komponen:
A. Substantive Plan:
Substantive Plan merupakan rencana yang mencerminkan tujuan apa yang ingin
dicapai oleh suatu perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang,
strategi yang dipakai serta asumsikannya. Substantive Plan sedapat mungkin
disusun dalam bentuk yang formal sehingga dapat dijadikan pedoman yang
sungguh-sungguh bagi perusahaan.

B. Financial Plan:
Financial Plan merupakan penjabaran segala hal yang direncanakan tersebut
menjadi suatu anggaran yang memiliki perspektive financial. Dengan kata lain,
financial plan merupakan usaha untuk mengkuantitaskan segala tujuan, rencana
dan kebijaksanaan perusahaan. Secara lebih jauh financial plan merupakan
penyajian secara lebih terperinci semua tujuan, rencana dan strategi tersebut
untuk periode-periode waktu tertentu. Sehingga dengan berdasarkan pada jangka
waktunya maka financial plan dikelompokkan menjadi:

1. Anggaran jangka panjang (Strategic Plan)


Anggaran jangka panjang merupakan suatu perencanaan perusahaan untuk
jangka waktu yang lama, yakni lebih dari satu tahun atau bahkan lebih dari lima
atau sepuluh tahun. Penyusunan anggaran ini dilakukan sesuai dengan pola
tujuan yang telah disusun pada saat perusahaan didirikan. Perusahaan didi.rikan
tidak hanya untuk jangka waktu satu atau dua tahun saja. Karena itu perusahaan
perlu menyusun perencanaan yang menyeluruh tentang kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukannya dalam jangka panjang.

    Rencana jangka panjang merupakan suatu kesatuan yang utuh darl rencana-
rencana yang disusun untuk kegiatan-kegiatan setiap tahun. Kadang-kadang
perusahaan yang tidak menyusun perencanaan jangka panjang akan mengalami
kesulitan dalam menyusun anggaran tahunan.

2.    Anggaran tahunan (Tactical Plan).


Anggaran Tahunan merupakan perencanaan kegiatan-kegiatan tahunan suatu
perusahaan. Anggaran tahunan dikelompokkan menjadi:
a.    Anggaran Operasional
Anggaran operasional merupakan rencana seluruh kegiatan-kegiatan perusahaan
untuk mencapai tujuannya. Umumnya tujuan perusahaan adalah mendapatkan
keuntungan. Anggaran operasional ini dibagi menjadi 2 bagian yakni:

 Anggaran Proyeksi Rugi/Laba. Dalam anggaran ini dihitung atau ditaksir


besarnya laba, baik menurut bagian, menurut jenis produk maupun laba yang
merupakan keseluruhan.
 Anggaran pembantu laporan Rugi/Laba (Income Statement Sup¬porting
Budget). Anggaran ini meliputi seluruh anggaran kegi¬atan-kegiatan yang
menyokong penyusunan suatu laporan Rugi/ Laba (Income Statement), yakni:

AnggaranPenjualan
Pada pokoknya anggaran ini akhirnya akan meng¬gambarkan berapa revenue
yang diterima sebagai akibat dilakukannya penjualan-penjnalan pada periode
yang akan datang.<
Anggaran penjualan ini meliputi data:

 Jenis produk yang dijual


 Volume produk yang dijual
 Harga produk per satuan
 Wilayah pemasaran.

Anggaran penjualan akan menjadi dasar untuk penyu¬sunan anggaran-anggaran


lainnya. Atau dengan kata lain anggaran-anggaran lainnya disusun dengan
terlebih dahulu memperhatikan rencana kegiatan penjualan. Perusahaan tidak
boleh begitu saja menyusun rencana produksinya. Apabila tidak diperhitungkan,
maka kemungkinan seba¬gian (sebagian besar) produk tidak dapat terjual.

Dalam pelaksanaannya, penyusunan anggaran pen¬jualan ini agak sulit dilakukan,


karena harus mempertimbangkan beberapa faktor pembatas, seperti kemampuan
menjual yang dimiliki perusahaan. Akibatnya penyusunan anggaran penjualan
memerlukan teknik forecasting (peramalan) yang tepat, yang membuat esdmasi
kegiatan masa depan dengan mendasarkan diri pada pengalaman-¬pengalaman
masa lalu. Tentu saja perlu dieprhatikan pula kemungkinan terjadinya perubahan-
perubahan di masa yang akan datang seperti:
 Perubahan selera konsumen
 Perubahan tingkat harga
 Penemuan-penemuan baru (kemajuan teknologi). Kesalahan penyusunan
anggaran penjualan akan berakibat anggaran-anggaran lain juga ikut
mengalami kesa¬lahan-kesalahan, yang akhimya merugikan perusahaan.

Anggaran Produksi
Anggaran ini disusun dengan memperhatikan segala kegiatan produksi, yang
diperlukan untuk menunjang anggaran penjualan yang telah disusun. Anggaran
produksi ini terdiri dari beberapa sub-anggaran (sub-budget) yakni:
1.    Anggaran jumlah yang harus diproduksi
Rencana tentang jumlah produk yang harus diha¬silkan dengan memperhatikan
terlebih dahulu ang¬garan penjualan, Persediaan awal dan persediaan akhir
tahun.
Contoh:
Rencanapenjualan                         1.000 unit
Persediaan akhir                                100 unit (+)
Barang yang harus tersedia         1.100 unit
persediaan awal                                200 unit  (-)
Jumlah yang harus diproduksi      900 unit

2.    Anggaran Bahan Mentah,


yang terdiri dari:

 Anggaran kebutuhan bahan mentah (dalam unit).


 Anggaran pembelian bahan mentah (dalam unit dan harga).
 Anggaran biaya bahan mentah yang habis digunakan dalam produksi
(dalam harga).

3.     Anggaran Tenaga Kerja Langsung.

4.    Anggaran Biaya Overhead Pabrik


yakni anggaran semua jenis biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk,
selain biaya materi dan biaya tenaga kerja langsung.

Anggaran Biaya Distribusi


Anggaran ini mencakup semua biaya-biaya yang akan dikeluarkan oleh
perusahaan dalam hubungannya dengan kegiatan memasarkan produk.
Termasuk ke dalamnya antara lain:

 Biaya untuk para salesman, supervisor dan tenaga-tenaga penjualan


lainnya.
 Ongkos pengangkutan.
 Biaya-biaya perjalanan seperti: <
 Biaya transport
 Biaya penginapan
 Biaya makan.
 Biaya-biaya advertensi dan promosi.
 Depresiasi (peralatan distribusi)
 Biaya-biaya administrasi penjualan.
 Biaya asuransi dan lain-lain.

Anggaran Biaya Umum dan Administrasi


Anggaran biaya umum adalah anggaran yang berisi semua biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan untuk direksi dan stafnya, bagian keuangan dan
bagian administrasi. Anggaran administrasi yaitu anggaran yang berisi biaya-
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk kegiatan-kegiatan yang menunjang
usaha perusahaan di luar kegiatan pabrik. Bersama-sama dengan anggaran
distribusi, maka anggaran biaya umum dan administrasi ini akan membentuk
anggaran biaya operasional (Operating Expenses Budget).

Anggaran Type Appropriasi.


Anggaran ini merupakan anggaran biaya yang tidak dapat dikategorikan sebagai
bagian dari anggaran-anggaran sebelumnya.
Umpamanya:

 Anggaran Pemeliharaan
 Anggaran Penelitian.
b. Anggaran Keuangan
Anggaran keuangan ini disusun sebagai akibat terjadinya per¬ubahan kekayaan,
utang dan piutang perusahaan. Perubahan tersebut diakibatkan oleh kegiatan
yang dilakukan perusahaan.
Anggaran keuangan meliputi:

Anggaran Proyeksi Neraca


Anggaran Proyeksi Neraca mencerminkan perkiraan semua aktiva dan pasiva
yang akan dimiliki oleh perusahan pada akhir suatu periode produksi.
Aktiva:
-    Aktiva tetap
-    Akdva lancar
Pasiva:
- Utang jangka pendek
- Utang jangka panjang
-  Modal sendiri.

Anggaran Pembantu Proyeksi Neraca.


Anggaran ini memerinci masing-masing pos yang ada dalam neraca, terutama
pos-pos yang berhubungan dengan ma¬salah likuiditas perusahaan.
Pos-pos tersebut antara lain:
Anggaran Kas yang terdiri dari:
-    Aliran kas masuk
-    Aliran kas keluar
Aliran kas masuk dapat berasal dari:
-    penjualan produk secara tunai
-    penagihan piutang-piutang dari penjualan kredit.
-    penerimaan-penerimaan lain (bunga, dividen dan lain¬-lain)
-    penjualan aktiva.
-    pinjaman-pinjaman.

Sedangkan aliran kas keluar dapat berasal dari:<

 pembelian bahan mentah untuk keperluan produksi.


 pembayaran upah tenaga kerja (buruh).
 macam-macam biaya yang dikeluarkan (biaya sewa, listrik, telepon, alat-
alat tulis dan lain-lain).
 pengeluaran-pengeluaran untuk kepentingan expansi (pembelian mesin-
mesin baru, perluasan bangunan pabrik dan lain-lain).

Anggaran Penambahan Modal


Anggaran penambahan modal pada dasarnya disusun untuk jangka Panjang.

Anggaran Penyusutan Aktiva


Anggaran depresiasi perlu disusun secara khusus oleh perusahaan, karena aktiva
tetap yang dimiliki perusahaan lebih dari satu (banyak), usia masing-masing
akdva tetap berlainan dan metode penghitungan penyusutan masing¬-masing
aktiva tetap berlainan pula.

        Anggaran operasional (operation budget) dan anggaran finansial


(financial budget) adalah bagian dari Planning atau Forecasting Budget. Selain
anggaran Forecasting, maka selanjutnya dalam anggaran Comprehensive
anggaran dikenal pula:

1. Anggaran Variabel untuk berbagai biaya/pengeluaran (Variable


Expenses Budget).
2. Data Siatistik Pembantu (Supplementary Statistics).
3. Laporan anggaran kepada manajemen tentang pelaksanaan anggaran
(Internal Report).

Komponen-Komponen Anggaran Komprehensif


        Komponen-komponen anggaran komprehensif secara lengkap adalah
sebagai berikut:
I.     Substantive Plan
-    Tujuan-tujuan umum perusahaan.
-    Tujuan khusus pensahaan.
-    Strategi-strategi perusahaan.
-    Penentuan berbagai asumsi dasar yang akan dipakai perusahaan seterusnya.

II.     Financial Plan


A.     Anggaran Jangka Panjang:
1.    Penjualan, biaya dan laba.
2.    Penentuan besarnya modal.
3.    Penentuan tambahan modal.
4.    Perkiraan arus dana.
5.    Perkiraan kebutuhan tenaga kerja.

B.    Anggaran Tahunan:


1.        Anggaran operasional.
a.    Anggaran proyeksi Rugi/Laba.
b.    Anggaran pembantu laporan Rugi/Laba.
i.    Anggaran penjualan.   
ii    Anggaran produksi.
iii    Anggaran biaya distribusi.
iv    Anggaran biaya umum dan administrasi.
v    Anggaran type appropriasi
-    Anggaran iklan dan promosi.
-    Anggaran penelitian.
-    Anggaran pemeliharaan dan lain-lain.
2.    Anggaran finansial.
a. Anggaran neraca.
b.    Anggaran pembantu neraca.
-    Anggaran kas.   
-    Anggaran piutang.
-    Anggaran utang.
-    Anggaran penambahan modal
-    Anggaran penyusutan aktiva
-    Anggaran persediaan
-    Anggaran Biaya Finansial<

Berikut skema anggaran komprehensif. Dari skema tersebut dapat dilihat kaitan
antara anggaran bidang tertentu dengan yang lain, sekaligus juga menunjukkan
bagaimana proses penyusunan anggaran pada sebuah perusahaan.
Anggaran Parsial
         Anggaran Parsial. Anggran parsial merupakan anggaran yang disusun
dengan ruang lingkup yang terbatas atau dalam ruang lingkup yang sempit.
Misalnya perusahaan hanya menyususn anggaran produksi saja, penjulan atau
keuangan saja. Dalam anggaran parsial masing-masing bagian menyusun
anggaran secara sendiri-sendiri, sehingga rencana tersebut disusun tidak
terpadu, dibandingkan dengan anggaran komprehensip anggaran parsial lebih
mudah disusun karena belum begitu kompleks. Ada bebenpa alasan yang
menyebabkan perusahaan menyusun anggaran secara partial.

1. Perusahaan tidak mempunyai kemampuan untuk membuat anggaran


secara keseluruhan karena tidak adanya skill sehingga anggaran dibuat
sebagian yang diperlukan saja.
2. Tidak tersedianya data yang lengkap tentang keseluruhan bagian dalam
perusahaan. Penyusunan anggaran mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan tersedia atau tidaknya data serta ketepatan data.
3. Kekurangan biaya untuk membuat anggaran yang lengkap sehingga
disusun anggaran yang perlu saja.

Proses Penyusunan Anggaran Perusahaan


Berikut ini adalah tahapan proses penyusunan Anggaran Perusahaan

1.    Identifikasi dan Evaluasi Variabel Eksternal (trendwatching)


       Trendwatcing merupakan pengamatan terhadap trend perubahan
lingkungan makro dan lingkungan industri untuk mengidentifikasi peluang yang
dapat diraih dan ancaman yang harus dihadapi perusahaan dalam setiap
lingkungan tersebut. Ada 2 (dua) jenis lingkungan yang berpengaruh besar pada
perusahaan, yaitu:

a.    Lingkungan makro


Lingkungan makro terdiri dari empat kekuatan pokok antara lain politik dan
hukum, ekonomi, teknologi, dan sosial.
b.    Lingkungan industri
Selain analisis lingkungan makro, perusahaan perlu melakukan analisis trend
perubahan yang terjadi dalam industri. Variabel ini tidak dapat dikendalikan
perusahaan namun dapat dipengaruhi oleh perusahaan. Terdapat 5 (lima)
kekuatan yang mempengaruhi industri, antara lain:

1)    Ancaman organisasi baru yang memasuki industri;


2)    Kekuatan pemasok;
3)    Kekuatan pembeli;
4)    Dampak produk subsitusi;
5)    Persaingan dalam industri.

        Identifikasi variabel eksternal ini mencakup suatu pertimbangan umtuk


memilih variabel yang dapat dikendalikan dan yang tidak dapat dikendalikan.,
sehingga manajemen dapat mengambil manfaat dari akibat yang menguntungkan
dan meminimalkan akibat yang merugikan bagi perusahaan.

        Tahap penting dalam analisis ini adalah evaluasi dari kekuatan dan
kelemahan perusahaan saat ini (analisis SWOT). Analisis SWOT dilakukan dalam
dua tahap, yaitu:

a.    Analisis ekstern<


Bertujuan untuk mempertimbangkan peluang dan ancaman yang dihadapi
perusahaan.
b.    Analisis intern
Bertujuan untuk mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan intern perusahaan.

        Pendakatan anggaran yang komprehensif didasarkan pada ekpektasi


dimana aspek operasi yang penting akan dianalisis secara kritis dan dievaluasi
setiap periode dengan cara yang benar sehingga bantuan dari pihak yang
independen sangat penting bagi penilaian ini.

2.    Pengembangan Tujuan Umum Perusahaan


         Suatu perusahaan harus merumuskan tujuan umum yang ingin dicapai
oleh perusahaan sebelum merumuskan strategi. Tujuan umum ini berisi tentang:
Misi berfungsi sebagai pemfokus dan pemberi makna terhadap kehidupan kerja
seluruh anggita organisasi. Misi harus menetapkan bisnis perusahaan terpisah
dari bisnis pesaing.
b.    Visi
Visi harus menjelaskan kondisi masa depan dari organisasi yang hendak
diwujudkan.
c.    Keyakinan dasar
Merupakan keyakinan tentang kebenaran misi, visi dan langkah yang ditempuh
untuk mewujudkan visi.  Keyakinan dasar ini merupakan pemicu semangat
seluruh anggota organisasi untuk mencapai tujuan.
d.    Nilai dasar
Merupakan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh seluruh anggota organisasi dan
mampu memandu mereka untuk memilih berbagai alternatif yang diperlukan
untuk menuju masa depan. Nilai dasar ini berfungsi sebagai pembatas
pengambilan keputusan oleh para anggota dalam rangka mewujudkan visi demi
tercapainya tujuan perusahaan.

        Visi menjadi dasar perumusan tujuan perusahaan, karena tujuan


merupakan penjabaran dari visi perusahaan. Tujuan umum perusahaan
menggambarkan fondasi dasar tempat mengembangkan dan memperkuat
kebanggaan pada perusahaan bagi manajer, karyawan lain, pemilik, pelanggan,
dan perusahaan lain yang berhubungan secara komersial.

3.    Pengembangan Sasaran Khusus Bagi Perusahaan


        Tujuan dari tahap sasaran dalam proses anggaran ini adalah untuk
mengarahkan pernyataan tujuan umum ke fokus yang lebih tajam dan untuk
mentransformasikan informasi umum kepada informasi perencanaan yang lebih
spesifik. Manajemen eksekutif harus melaksanakan kepemimpinan pada tahap
perencanaan ini sehingga ada kerangka kerja yang nyata, jelas dan realistis
dalam operasi yang akan dilaksanakan untuk pencapaian sasaran yang bersifat
khusus. Hal ini akan memberikan suatu dasar bagi pengukuran kinerja.

4.    Pengembangan dan Evaluasi Strategi Perusahaan


        Strategi perusahaan adalah sasaran dasar, cara dan taktik yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang direncanakan. Tujuan dari
pengembangan dan penyebaran strategi adalah menemukan alaternatif terbaik
untuk mencapai tujuan umum yang direncanakan dan sasaran spesifik. Strategi
memberikan garis besar rencana tindakan bagi perusahaan. Manajemen eksekutif
harus kreatif dan langsung terlibat dalam pengembangan dan penyesuaian
strategi baru yang sedang dilaksanakan sesuai dengan variabel relavan yang
harus dikuasai manajemen.

        Selain formulasi strategi, penilaian kembali strategi secara periodik juga
penting untuk menganalisis secara teliti semua variabel yang relevan dan akibat
yang mungkin terjadi atas perusahaan dimasa yang akan datang. Setiap alternatif
strategi harus dievaluasi secara mendalam dengan cara mengidentifikasi manfaat
dan kelemahan utama setiap strategi tersebut, termasuk asumsi yang mendasari.
Berikut kriteria untuk mengevaluasi strategi:

 Konsistensi intern, yaitu rencana tindakan yang mendukung satu dengan


yang lain;
 Realistik, yaitu rencana tindakan yang dipilih dapat dicapai meskipun berisi
tantangan;
 Berfokus ke pencarian peluang dan penyelesaian masalah, yaitu rencana
yang dipilih akan dapat mewujudkan peluang dan menyelesaikan masalah
utama dan mengarah ke isu strategi utama;
 Berkemampuan menyelasaikan sub problem, yaitu bahwa smua gejala juga
diselesaikan;
 Bermanfaat bagi customer, yang berarti rencana harus meng-improve value
yang dihasilkan bagi customer.
5.    Instruksi Perencanaan Manajemen Eksekutif   
        Instruksi perencanaan eksekutif yang dikeluarkan manajemen tingkat
atas, mengkomunikasikan materi perencanaan yang diperlukan semua tingkatan
manajemen untuk berpartisipasi dalam pengembangan perencanaan laba
strategis dan taktis untuk tahun anggaran mendatang. Tahap ini merupakan tahap
komunikasi dari rencana substantif kepada manajemen tingkat menengah dan
tingkat bawah. Tahap ini juga menjelaskan tujuan umum, sasaran spesifik,
strategi perusahaan dan segala macam instruksi manajemen eksekutif yang
dibutuhkan untuk mengembangkan rencana laba yang strategis dan taktis.

        Perusahaan memerlukan suatu alat yang dikenal dengan cascading, yaitu
alat untuk mengkomunikasikan sasaran dan strategi ke jenjang organisasi yang
lebih rendah. Cascading pada dasarnya adalah proses pengubahan misi, visi,
keyakinan dasar, nilai dasar dan strategi anggota organisasi melalui perilaku
operasional. Cascading menjadi suatu proses sistematik penginternalisasian misi,
visi, keyakinan dasar, nilai dasar dan strategi organisasi ke dalam diri setiap
personel perusahaan sehingga menjadi share mission, share vision, share beliefs,
share value dan share strategies.

6.    Persiapan dan Evaluasi Perencanaan Proyek


        Konsep anggaran yang komprehensif mencakup suatu pendekatan yang
sistematis dan terintegrasi untuk membuat perencanan proyek, perencanaan
taktis dan perencanan strategik. Setiap manajemen perlu mengembangkan
tabel/grafik berdimensi waktu untuk keperluan pengambilan keputusan dan
perencanaan pada sub unitnya. Dalam tabel/grafik berdimensi waktu, biasanya
terdapat dua rencana, yaitu:

a.    Rencana proyek


Rencana ini meliputi horizon waktu yang berbeda-beda kerana setiap proyek
mempunyai dimensi waktu yang unik, misalny: rencana untuk memperbaiki
produk yang ada, fasilitas fisik yang baru.
b.    Rencana periodik
Merupakan kebutuhan manajemen untuk merencanakan, mengevaluasi dan
mengendalikan operasi dalam jangka waktu yang relatif singkat dan konsisten
secara interim.
7.    Pengembangan dan Persetujuan Rencana Laba Strategis dan Taktis
        Setelah manajer dari berbagai pusat tanggung jawab menerima instruksi
perencanaan manajemen eksekutif dan rencana proyek, maka manajer dari
berbagai pusat tanggung jawab dapat memulai aktivitas intensifnya untuk
mengembangkan rencana laba secara strategis maupun taktis yang disusun
secara bersamaan.

        Rencana laba strategik jangka panjang merupakan perencanaan


perusahaan untuk jangka waktu yang relatif lama, yakni lebih dari satu tahun atau
bahkan lebih dari lima tahun. Rencana laba strategik jangka panjang dibuat
sesuai dengan tujuan umum perusahaan, sasaran strategik, dan strategi jangka
panjang yang telah ditentukan sebelumnya. Bagian formal dari rencana ini
meliputi: laporan laba/rugi, neraca, proyeksi arus kas, rencana belanja modal,
tuntutan karyawan, rencana penelitian dan rencana penetrasi pasar jangka
panjang. Rencana jangka panjang meliputi semua bidang aktivitas utama yang
diantisipasi:

a.    Penjualan, harga pokok dan laba;


b.    Proyek besar dan penambahan investasi modal;
c.    Arus kas dan pembiayaan;
d.    Kebutuhan dan persyaratan personel;
e.    Pengembalian investasi;
f.    Penelitian dan pengembangan;
g.    Informasi tentang persaingan dipasar dan analisis pangsa pasar.

         Rencana laba taktis merupakan perencanaan kegiatan-kegiatan


tahunan perusahaan. Manajer, pemilik perusahaan dan pihak lain yang
berkepentingan biasanya memerlukan jadwal, hasil dari rencana laba secara
periodik, laporan kinerja dan evaluasi mengenai progress perusahaan. Laporan
rencana dan progress biasanya dibuat bulanan, tiga bulanan atau tahunan.

        Bila kedua rencana laba tersebut selesai dibuat, proses persetujuan
dimulai. Proses ini meliputi persetujuan, ketidaksetujuan atau saran perbaikan.
Setelah proses persetujuan partisipasif selesai untuk setiap pusat tanggung
jawab dan smua perbedaan yang relevan diselesaikan, berbagai rencana dan
program dari pusat tanggung jawab utama digabungkan ke dalam semua rencana
laba strategis dan taktis bagi perusahaan dalam satu kesatuan.

8.    Pelaksanaan Rencana Laba


        Pelaksanaan rencana manajemen yang telah dikembangkan dan disetujui
dalam proses perencanaan melibatkan fungsi manajemen yaitu pengarahan
bawahan dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan. Manajemen yang
efektif di semua tingkat mengharuskan tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan
perusahaan dikomunikasikan dan dimengerti oleh bawahannya. Perencanaan laba
yang luas dan program pengendalian dapat membantu melaksanakan fungsi ini.
Rencana, strategi, dan kebijakan yang dibuat melalui partisipasi yang besar
menetapkan dasar bagi komunikasi yang efektif.

9.    Penggunaan Laporan Kinerja Periodik


        Setelah rencana laba diimplementasikan selama periode tertentu, maka
diperlukan laporan kinerja periodik yang dibuat berdasarkan laporan bulanan.
Laporan kinerja ini mencakup:

a.    Laporan kinerja aktual periodik ;


b.    Membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang direncanakan;
c.    Memperlihatkan setiap perbedaan sebagai varians kinerja yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan.

         Perbedaan yang jelas harus dibuat antara laporan keuangan ekternal
dan internal. Laporan internal dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Laporan statistik yang memberikan statistik kuantitatif internal dasar


mengenai operasi perusahaan;
b. Laporan manajerial yang khusus mengenai masalah yang tidak berulang
dan masalah khusus;
c. Laporan kinerja periodik.

 Laporan kinerja jangka pendek penting untuk pengendalian yang efektif.

10.    Penggunaan Anggaran Biaya Fleksibel


        Konsep anggaran fleksibel (anggaran variabel) hanya digunakan pada
biaya yang terpisah dari rencana laba, sehingga anggaran variabel hanya bersifat
tambahan. Anggaran fleksibel memberikan informasi yang realistik mengenai
biaya yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah anggaran untuk berbagai
macam volume output atau tingkat aktivitas dari setiap pusat tanggung jawab.

        Anggaran fleksibel menyediakan rumus untuk setiap biaya dalam pusat
tanggung jawab. Rumus tersebut menunjukkan hubungan dari biaya terhadap
output (volume kerja). Rumus anggaran fleksibel dapat diterapkan dalam laporan
pengendalian kinerja dan untuk mengembangkan jumlah biaya dalam rencana
laba taktis. Jika rumus ini dikembangkan bersamaan rencana laba strategis dan
taktis, maka dapat digunakan untuk menghitung jumlah biaya yang dianggarkan
dalam rencana laba taktis. Perhitungan dilakukan dengan mengalikan output atau
aktivitas yang direncanakan dari setiap pusat tanggung jawab dengan tarif biaya
variabel yang berhubungan untuk setiap pusat tanggung jawab dan kemudian
ditambah dengan  biaya tetap untuk pusat tersebut (Y = a + bX).

11.    Penerapan Tindak Lanjut


        Dalam hal ini perlu pemisahan yang jelas antara sebab dan akibat.
Variasi kinerja adalah sebuah akibat (hasil), manajemen harus dapat menentukan
sebab yang mendasarinya. Identifikasi sebab adalah tanggung jawab manajemen
lini. Analisis untuk menentukan sebab akibat ini harus diprioritaskan untuk
menentukan variasi kinerja yang menguntungkan dan tidak menguntungkan. Pada
kasus yang tidak menguntungkan maka setelah berhasil mengidentifikasi sebab
yang mendasari, maka suatu alternatif tindakan perbaikan perlu dipilih dan
kemudian diterapkan.

         Dalam kasus varians yang menguntungkan, sebab yang mendasari juga
harus diidentifikasi. Penyebab yang mendasari dapat menjadi informasi yang
bernilai bagi peningkatan efisiensi dan bagi pengembangan dukungan yang positif
pada operasi dan bagi karyawan yang kurang berhasil.

Kelebihan dan Kelemahan Anggaran Perusahaan

Kelebihan Anggaran
        Berdasarkan ulasan yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat
disimpulkan beberapa keuntungan yang dapat diperoleh bila perusahaan
menerapkan penyusunan anggaran yang baik. Beberapa keuntungan tersebut
adalah :

1. Hasil yang diharapkan dari suatu rencana tertentu dapat diproyeksikan


sebelum rencana tersebut dilaksanakan. Bagi manajemen, hasil proyeksi
ini menciptakan peluang untuk memilih rencana yang paling
menguntungkan untuk dilaksanakan.
2. Dalam menyusun anggaran , diperlukan analisis yang sangat teliti terhadap
setiap tindakan yang dilakukan. Analisis ini sangat bermanfaat bagi
manajemen sekalipun ada pilihan untuk tidak melanjutkan keputusan
tersebut.
3. Anggaran merupakan penelitian untuk kerja sehingga dapat dijadikan
patokan untuk menilai baik buruknya suatu hasil yang diperoleh.
4. Anggaran memerlukan adanya dukungan organisasi yang baik sehingga
setiap manajer mengetahui kekuasaan, kewenangan, dan kewajibannya.
Anggaran sekaligus berfungsi sebagai alat pengendalian pola kerja
karyawan dalam melakukan suatu kegiatan.
5. Mengingat setiap manajer/penyelia dilibatkan dalam penyusunan anggaran,
maka memungkinkan terciptanya perasaan ikut berperan serta.

Kelemahan Anggaran Perusahaan


Di samping beberapa keunggulan tersebut di atas, terdapat pula beberapa kelemahan antara
lain :

1. Dalam penyusunan anggaran, penaksiran yang dipakai belum tentu tepat dengan
keadaan yang sebenarnya.
2. Seringkali keadaan yang digunakan sebagai dasar penyusunan anggaran mengalami
perkembangan yang jauh berbeda daripada yang direncanakan. Hal ini berarti
diperlukan pemikiran untuk penyesuaian. Kemungkinan ini menghendaki agar
anggaran disesuaikan secara berkesinambungan dengan kondisi yang berubah-ubah
agar data dan informasi yang diperoleh akurat.
3. Karena penyusunan anggaran melibatkan banyak pihak, maka secara potensial dapat
menimbulkan persoalan-persoalan hubungan kerja yang dapat menghambat proses
pelaksanaan anggaran.
4. Penganggaran tidak dapat terlepas dari penilaian subyektif pembuat kebijakan
terutama pada saat data dan informasi tidak lengkap /cukup.

Konsep Peramalan Penjualan

Ada beberapa pengertian mengenai peramalan penjualan diantaranya:

 Peramalan penjualan adalah perkiraan atau proyeksi secara teknis permintaan


konsumen potensial untuk suatu waktu tertentu dengan berbagai asumsi.
 Peramalan penjualan adalah perkiraan mengenai sesuatu yang belum terjadi .
 Peramalan penjualan adalah Budget yang berisi taksiran-taksiran tentang kegiatan-
kegiatan perusahaan dalam jangka waktu tertentu yang akan datang,serta berisi
taksiran-taksiran tentang keadaan atau posisi financial perusahaan pada suatu saat
yang akan datang.

        Intinya Peramalan penjualan (sales forecasting) ialah teknik proyeksi  permintaan
langganan yang potensial untuk suatu waktu tertentu dengan berbagai asumsi. Jae K Shim
berpendapat, “In business, forecast are the basis for capacity planning, production and
inventory planning, manpower planning, planning for sales and market share, and financial
planning and budgeting”. Dengan demikian, peramalan sangat penting di lakukan oleh si
“pengusaha” untuk menjalankan semua perencanaan di dalam perusahaannya.

        Hasil dari suatu peramalan penjualan lebih merupakan pernyataan atau penilaian yang
dikuantifisir terhadap kondisi masa depan mengenai penjualan sebagai proyeksi teknis dari
permintaan konsumen potensial untuk jangka waktu tertentu.Meskipun demikian hasil
perkiraan yang diperoleh mungkin saja tidak sama dengan rencana.
Pada umumnya hasil dari suatu peramalan penjualan akan dikonversikan menjadi rencana
penjualan dengan memperhitungkan berbagai hal berikut :
    a.Pendapat manajemen
    b.Strategi-strategi yang direncanakan
    c.Keterkaitan dengan sumber daya
    d.Ketetapan manajemen dalam usaha mencapai sasaran penjualan
   Dengan adanya peramalan penjualan produk di suatu perusahaan,maka manajemen
perusahaan tersebut akan dapat melangkah kedepan dengan lebih pasti.Atas dasar peramalan
penjualan yang disusun ini manajemen perusahaan akan dapat memperoleh gambaran tentang
keadaan masa depan perusahaan. Gambaran keadaan penjualan pada waktu yang akan datang
ini sangat penting bagi manajemen perusahaan, karena kebijakan perusahaan akan sangat
dipengaruhi oleh besarnya penjualan produk perusahaan tersebut.

Dalam menjalankan usahanya perusahaan biasanya melakukan 2 pendekatan, yakni


1. Speculative Approach (pendekatan spekulasi ). Di mana perusahaan tidak
memperhitungkan resiko yang diakibatkan oleh ketidak-pastian faktor-faktor intern dan
ekstern.
2. Calculated Risk Approach ( pendekatan penghitungan risiko ) .Di mana perusahaan
secara aktif melakukan estimasi terhadap resiko yang diakibatkan oleh ketidak-pastian
faktor-faktor ekstern dan intern.
   
Faktor internal (faktor yang dapat di kuasai), seperti misalnya:

  Kualitas dan kegunaan produk yang terdiri dari :

1.    Bagaimana produk di pakai,


2.    mengapa orang membeli produk tersebut,
3.    penggunaan potensial produk,
4.    perubahan yang dapat menaikan kegunaan produk.

Ongkos produksi dan distribusi produk.


1.    Proses pembentukan produk,
2.    Teknologi yang di pakai,
3.    Bahan mentah yang di pakai,
4.    Kapasitas produksi.

Kecakapan manajemen (management skill)  yang terdiri atas :

1.    Penghayatan persoalan yang di hadapi,


2.    kemampuan melihat reaksi pesaing.
3.    Kemampuan Melakukan Forecast
Faktor eksternal (faktor yang tidak dapat di kuasai). Seperti misalnya:

1. Kecakapan management pesaing.


2. Volume kegiatan perekonomian yang di tentukan oleh : Konsumen, manager lain
(produsen lain) spekulator, peraturan hukum, keadaan politik kondisi lingkungan,
kehidupan organisasi ekonomi.
3. Barang substitusi
4. Selera masyarakat
5. Faktor lain  seperti : konflik politik, iklim dan perubahan pemakaian produk, banyak
perusahaan yang keluar masuk dalam produk

        Peramalan penjualan merupakan pendekatan yang berbasis dengan memperhitungkan


risiko yang mungkin akan terjadi dimasa yang akan datang. Peramalan penjualan merupakan
pusat dari seluruh perencanaan perusahaan yang menggambarkan potensi penjualan serta luas
pasar yang akan dikuasai di masa yang akan datang
.

Hubungan Peramalan dengan Rencana


        Peramalan bukan merupakan rencana. Peramalan adalah tentang apa yang akan terjadi
pada waktu yang akan datang sedang rencana merupakan penentuan apa yang akan dilakukan
pada waktu yang akan datang. Peramalan penjualan menjadi suatu alat yang dapat
mempengaruhi manajer dalam membuat perencanaan penjualan.Dalam rencana
penjualan,perusahaan memasukkan keputusan manajemen berdasar hasil ramalan,masukkan
lain dan kebijakan manajemen tentang hal-hal yang berkaitan (contoh volume penjualan,
harga,usaha penjualan,produksi,dan biaya-biaya)

Pengaruh Kebenaran Asumsi


        Asumsi mempunyai pengaruh terhadap ketepatan peramalan yang dibuat.Jika asumsi
yang dibuat tepat atau mendekati kenyataan,maka forecast yang dihasilkan juga akan
mendekati kebenaran,sebaliknya jika asumsinya tidak tepat akan menyebabkan forecast yang
dihasilkan akan mengalami penyimpangan

Metode Peramalan Penjualan (Sales Forcasting)


a. Ada banyak metode peramalan yang bisa digunakan. Pemilihan metode
forecasting dan "nilai" dari hasil peramalan sangat bergantung pada
kendala-kendala yang ada dalam sistem forecasting. Kendala-kendala
tersebut antara lain:

a. Waktu yang diperlukan untuk melakukan persiapan melakukan


peramalan.
b. Kurangnya data yang relevan, baik dari sumber internal maupun
eksternal.
c. Kualitas data-data yang tersedia
d. Fasilitas pengolahan data dan tenaga ahli

    Jenis kendala yang disebut pertama, kedua dan ketiga akan berpengaruh
pada kualitas data, sedang kendala yang disebut terakhir lebih banyak
bergantung pada kebijakan pengalokasian dana untuk kepentingan forecasting.

Efektivitas Peramalan
        Efektivitas sistem peramalan dalam membantu organisasi dapat
dievaluasi berdasarkan empat kriteria berikut:

 Accuracy. Ini merupakan aspek terpenting dari forecast, karena perbedaan


antara aktual dan forecast berarti biaya. Lebih jauh, forecast error dapat
menjadi sumber terjadinya kesulitan-kesulitan yang serius, misalnya bila
forecast lebih besar dari aktual maka akan terjadi kapasitas menganggur
dan surplus persediaan, dan bila forecast lebih kecil dari aktual maka dapat
terjadi stockout atau opportunity loss.
 Stability vs Responsiveness. Artinya forecast harus mampu mengkover
kompleksitas dan ketidakpastian lingkungan baik yang disebabkan oleh long
term growth trend maupun seasonal influences
 Objectivity. Kadang-kadang kondisi yang diramalkan tidak dapat atau tidak
ada kaitannya dengan data historis yang digunakan dalam forecasting. Bila
demikian maka pertama, data tetap diolah secara obyektif apa adanya,
kedua baru kemudian hasil forecasting pada pengolahan data secara
obyektif disesuaikan dengan memperhitungkan perkembangan terakhir
situasi dan kondisi.
 Timing. Agar sistem forecasting dapat efektif, maka forecast harus
tersedia tepat waktu.
 Benefit to Cost Ratio. Merupakan perbandingan antara manfaat yang
berupa perbaikan kualitas keputusan sehubungan dengan adanya sistem
peramalan yang diukur dengan cost saving dan biaya untuk membangun dan
memelihara sistem peramalan. Rasio yang dapat dijadikan sebagai kriteria
tunggal bagi perlu tidaknya sistem forecasting dalam perusahaan.

Metode Peramalan
Berikut beberapa metode peramalan yang dapat digunakan untuk kepentingan
peramalan penjualan:
1.    Metode Peramalan Kualitatif
Forecast berdasarkan pendapat ( judgement method ). Di gunakan untuk
menyusun forecast penjualan maupun forecast kondisi bisnis pada umumnya.
Pendapat-pendapat yang di pakai sebagai dasar melakukan forecast adalah :
a.    Pendapat Salesman
Salesman di minta untuk mengukur apakah ada kemajuan atau kemunduran
segala hal yang berhubungan dengan tingkat penjualan pada daerahnya masing-
masing.
b.    Pendapat Sales Manajer
Pada umumnya estimasi kepala bagian penjualan dapat lebih obyektif karena
mempertimbangkan banyak faktor. Ini juga di sebabkan pendidikannya yang
relatif lebih tinggi dan pengalamannya yang lebih luas di bidang penjualan.
c.    Pendapat Para Ahli
Kadang-kadang estimasi yang di lakukan oleh para salesman dan sales manager
ada pertentangannya. Sehingga perusahaan perlu memperkerjakan para
konsultan di dalam perusahaannya
d.    Survey Konsumen
Dan jika pendapat dari ketiga bagian di atas itu sangat kurang maka perusahaan
perlu meminta pendapat dari konsumen. Dengan cara melakukan survei atau
penelitian kepada konsumen.

2.    Model Kuantitatif (statistik/Statistic Method)


Peramalan menghendaki perpaduan antara analisis ilmiah kuantitatif dengan
menggunakan statistik sebagai alat primer dalam membuat peramalan. Berikut ini
beberapa metode peramalan dengan menggunakan pendekatan statistik:

a. Trend bebas
b. Trend setengah rata-rata
c. Trend Matematis

 Metode moment
 Metode Least Square
 Metode Regresi

3. Model Khusus
Metode khusus ini adalah cara khusus untuk meramalkan penjualan dengan
menggunakan analisis market share, analisis product line, dan analisis pengguna
akhir      

        Model kuantitatif (statistik) dalam realita penggunaan secara


keseluruhan masih kurang dapat di percaya hasilnya, sebab banyak hal yang tidak
dapat di ukur secara kuantitatif seperti :

     Perkembangan politik


     Struktur masyarakat
     Perubahan secara konsumen
Pemilihan Metode Peramalan
        Pemilihan metoda yang dipakai untuk pembuatan forecast penjualan
perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:

1. Sifat produk
2. Metoda distribusi (langsung/ tak langsung)
3. Besarnya perusahaan dibanding pesaing
4. Tingkat persaingan
5. Data historis yang tersedia
6. Akurasi metoda
7. SDM yang dimiliki untuk melakukan forecasting
8. Horison waktu perencanaan
9. Waktu yang tersedia
10. Ketersediaan dana

Peramalan Penjualan dengan Metode Trend Bebas (free hand)


 Dapat dikatakan bahwa penerapan garis trend secara bebas merupakan suatu
cara penerapan garis trend tanpa menggunkan rumus matematika.Meskipun
demikian bukan berarti bahwa garis trend dapat ditarik begitu saja tanpa
menggunakan pertimbangan-pertimbangan tertentu.Penggambaran garis trend
dengan cara ini sangat subyektif dan kurang memenuhi syarat ilmiah,sehingga
jarang digunakan.

        Pada dasarnya semua metode trend menggunakan prinsip yang sama
yaitu berusaha mengganti atau mengubah garis patah-patah dalam grafik yang
dibentuk oleh data historis ,menjadi garis yang lebih teratur bentuknya,missal
bentuk garis lurus,bentuk garis lekung,dll.Dengan pengubahan atu penggantian
menjadi garis yang lebih teraturbentuknya ini,maka akan dapat diketahui
kelanjutan garis tersebut pada waktu-waktu yang akan datang,yaitu dengan cara
melanjutkan atau memperpanjang garis yang bersangkutan sesuai dengan irama
keteraturan itu.Dengan demikian taksiran untuk waktu-waktu yang akan datang
dapat diketahui.
Contoh penerapan garis trend secara bebas:
        Sebuah perusahaan  membuat peramalan penjualan  untuk beberapa
tahun mendatang  dengan menggambarkan garis trend. Data penjualan tahun-
tahun terakhir dan grafik tersaji pada gbr di bawah ini::

Berikut data penjualan PT "X".

        Selanjutnya diminta untuk meramalkan penjualan tahun 2007 dengan


menggunakan metode peramalan Trend Bebas. Untuk itu, langkah pertama adalah
memplotkan seluruh data ke grafik sumbu kartesius dimana sumbu vertikal
mewakili penjualan dan sumbu horisontal mewakili tahun.

        Setelah data diplotkan ke grafik sumbu kartesius, kemudian dibuat garis
trend bebas yang sekiranya mewakili keseluruan titik-titik hasil plotting data
sebgaimana terlihat pada gambar di bawah ini.
Dari metode Trend Bebas diapat diperkirakan bahwa penjualan th 2007 adalah
sebesar 175 unit.

Peramalan Penjualan dengan Metode  Moment


Metode trend moment merupakan analisis yang dapat digunakan untuk keperluan
peramalan dengan membentuk persamaan Y=a+b(X) sebagaimana telah diulas
pada metode trend semi average. Dalam penerapannya metode ini tidak
mensyaratkan jumlah data harus genap. Perbedaan dengan metode trend semi
average terletak pada pemberian skor X. Pada metode Moment skor X dimulai
dari dimulai dari 0,1,2, dst.

Fungsi Dasar Metode Moment


        Bentuik fungsi dasar Metode Moment adalah sebagai berikut:
Contoh Penggunaan Metode Moment
dengan menggunakan data berikut ini, diminta membuat peramalan
penjualan th 2007 dengan metode Moment.

11.

Data-data tersebut dianalisis dengan metode Moment. Caranya sebagai


berikut:
12.

Dari perhitungan di atas didapatkan dua persamaan, yakni

13.

Kemudian, dari dua persamaan tersebut, dicari nilai a dan b dengan cara
eleminasi utuk mendapatkan fungsi persamaan trend. Nilai a, b dan fungsi
persamaan trend yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
14.

Dengan persamaan tersebut di atas, diramalkan penjualan th 2007 yang


memiliki angka tahun X=4. sehingga penjualan th 2007 diramalkan akan
sebesar  180 unit yang dihitung dengan cara sbb:

15.

Peramalan Penjualan dengan Metode Least Square

        Metode ini sedikit berbeda dengan metoda moment. Bagaimana


perbedaan tersebut akan lebih jelas pada pemecahan masalah yang diberikan
pada bagian contoh.

Fungsi Dasar Metode Least Square


        Fungsi dasar metode Least Square adalah sebagai berikut:
Contoh Penggunaan Metode Least Square
        Diminta membuat peramalan penjualan untuk tahun 2007 dengan
menggunakan metode Least Square berdasarkan data-data berikut ini:

Data-data tersebut selanjutnya dianalasis dengan cara berikut:


Dari perhitungan di atas, dicari nilai a dan b untuk mendapatkan fungsi
persamaan peramalan metode Least Square sebagai berikut:

Setelah mendapatkan fungsi persamaan trend, maka dapat ditentukan ramalan


penjualan tahun 2007  yang memiliki angka tahun X=5, yakni sebesar 180 unit
yang dihitung dengan cara sebagai berikut
Peramalan Penjualan dengan Metode Regresi

        Penggunaan metode ini didasarkan kepada variabel yang ada dan yang
akan mempengaruhi hasil peramalan. Hal- hal yang perlu diketahu sebelum
melakukan peramalan dengan metode regresi adalah mengetahui terlebih dahulu
mengetahui kondisi- kondisi seperti :

 Adanya informasi masa lalu


 Informasi yang ada dapat dibuatkan dalam bentuk data (dikuantifikasikan)
 Diasumsikan bahwa pola data yang ada dari data masa lalu akan
berkelanjutan dimasa yang akan datang.

Adapun data- data yang ada dilapangan adalah :


a.    Musiman (Seasonal)
b.    Horizontal (Stationary)
c.    Siklus (Cylikal)
d.    Trend

Ada dua pendekatan untuk melakukan peramalan dengan menggunakan analisis


deret waktu dengan metode regresi sederhana yaitu :
1.    Analisis deret waktu untuk regresi sederhana linier
2.    Analisis deret untuk regresi sederhana yang non linier

Pada kesempatan ini hanya dibahas tentang Analisis deret waktu untuk regresi
sederhana.

Fungsi Dasar Metode Regresi


        Bentuk fungsi dasar metode Regresi adalah sebagai berikut:
Contoh Penggunaan Metode Regresi
Diminta untuk membuat peramalan penjualan tahun 2007 bla tingkat kelahiran
=12 dengan menggunakan metode Regresi berdasarklan data-data berikut:

Data-data di atas selanjutnya dianalisis dengan cara sebagai berikut:


Setelah mendapatkan persamaan trendnya, dapatlah diramalkan penjualan tahun
2007 pada saat tingkat kelahiran =12. Besarnya penjualan diramalkan akan
sebesar 222. unit. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

Peramalan Penjualan dengan Model Khusus

Berikut ini adalah beberapa model khusus yang biasanya digunakan untuk
membuat peramalan penjualan:

Analisis Industri
Adalah analisis yang mengkaitkan potensi penjualan perusahaan dengan industri
Langkah-langkah dalam analsis industri adalah

1. Membuat proyeksi permintaan industri


2. Menilai posisi perusahaan dengan menghitung market share
3. Proyeksi market share perusahaan atau memperkirakan expected
market share

Analisis Product Line


Bila perusahaan. Menghasilkan lebih dari satu jenis produk yang berbeda
(minuman dan pakaian), maka masing-masing produk harus dibuat forecast
secara terpisah.

Analisis Pengguna Akhir


Analisis ini biasanya dipaki oleh perusahaan yang memproduksi barang-barang
yang tidak langsung dapat dikonsumsi (mis: benang tenun)
Menghitung konsumsi dilakukan dengan formula sbb:

Peramalan Penjualan dengan Metode Trend Semi Average (Setengah Rata-Rata)

        Menurut metode ini garis lurus yang dibuat sebagai pengganti garis
patah-patah yang dibentuk dari data-data historis tersebut diperoleh dengan
perhitungan-perhitungan statistika dan matematika tertentu, sehingga unsur
subyektifitas dapat dihilangkan

        Metode trend semi average dapat digunakan untuk keperluan peramalan
dengan membentuk suatu persamaan seperti analisis regresi. Metode ini dapat
digunakan dengan jumlah data genap ataupun ganjil. Dalam analisis trend ini
unsur subyektifitas mulai dihapuskan karena teknik peramalannya sudah
menggunakan perhitungan-perhitungan
Langkah Menggunakan Metode Trend Semi Average
Berikut langkah-langkah dalam mengaplikasikan metode Trend semi Average
untuk peramalan::

1. Mengelompokkan data menjadi 2 kelompok

 Bila jumlah data genap langsung dibagi dua


 Bila jumlah data gasal maka disesuaikan dengan salah satu cara berikut

a) Mengeleminasi data tahun paling awal atau


b) Menambah data tahun tengah

2. Menetukan  periode dasar dapat dilakukan dengan dua cara:

 Tahun tengah data  kelompok I


 Tahun tengah data  kelompok II

3. Menentukan angka tahun berdasarkan periode dasar


4. Menetukan nilai Semi Total yakni Jumlah total penjualan masing-masing
kelompok
5. Menentukan Semi average tiap Kelompok data dengan cara
Nilai Semi Total dibagi jumlah data dalam kelompok
6. Menetukan nilai a dengan cara

 Bila tahun dasar menggunakan tahun tengah kelompok I maka nilai a


adalah nilai Semi Average kelompok I
 Bila tahun dasar menggunakan tahun tengah kelompok II, maka nilai a
adalah nilai Semi Average kelompok II

7. Menetukan nilai b  Nilai b dengan cara

 Bila jumlah data kelompok adalah ganjil, maka nilai b ditentukan dengan
cara membagi selisih antara nilai Semi Average kelompok II dan I dengan
jarak tahun antara tahun tengah kelompok I dan II
 Bila Jumlah data kelompok adalah genap maka nilai b ditentukan dengan
cara

 Menghitung Nilai Antara dengan membagi selisih antara nilai Semi


Average kelompok II dan I dengan jumlah data dalam kelompok
 Nilai b ditentukan dengan membagi Nilai Antara dengan Nilai
Tahunnya (selisih antar angka tahun)

8.. Membuat fungsi Trend


9. Meramalkan Penjualan Tahun tertentu dimana nilai X ditentukan berdasarkan
     angka tahun untuk tahun yang hendak diramalkan.

Contoh Metode Semi Average Data Ganjil-Ganjil (Banyaknya Keseluruhan Data


Berjumlah Ganjil dan Banyaknya Data Dalam Kelompok Juga Ganjil)

        Berikut ini contoh metode Semi Average Data Ganjil-Ganjil (Banyaknya
Keseluruhan Data Berjumlah Ganjil dan Banyaknya Data Dalam Kelompok Juga
Ganjil). Data penjulan PT "S". Dengan menggunakan data tersebut diminta untuk
membuat peramalan penjualan untuk tahun 2008 dengan menggunakan metode
Semi Average.

        Jumlah seluruh data di atas adalah 5 data (Ganjil ). Oleh karena itu
analisis data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

 Mengelompokkan data menjadi 2 kelompok. Karena jumlah seluruh data


adalah Ganjil, maaka sebelum membagi menjadi dua kelompok harus
disesuaikan dulu. Penyesuaian dapat dilakukan dang salah satu dari dua
cara yang ada. Misalnya diasumsikan disesuaikan dengan menduplikasi
data yang terletak di tengah yaitu data tahun 2004, sehingga seluruh data
menjadi berjumlah 6 data (Genap). Selanjutnya baru dibagi menjadi dua
kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 3 data (Ganjil)
 Menentukan  periode dasar. Misalnya diasumsikan periode dasar
menggunakan tahun tengah data tahun kelompok I, sehingga periode
dasarnya adalah tahun 2003
 Menentukan Angka Tahun. Karena periode dasar 2003 berangka tahun x =
0, maka angka tahun untuk tahun 2002 adalah -1 dan angka tahun untuk
2004, 2004', 2005, 2006 berturut-turut adalah 1, 2, 3, 4 dst.
 Menentukan nilai Semi Total yakni Jumlah total penjualan masing-masing
kelompok. Untuk kelompok I, Nilai Semi Totalnya adalah 120 + 110 + 128 =
358. Dengan cara yang sama dihitung Nilai Semi Total untuk Kelompok II.
 Menentukan Semi average tiap Kelompok data. Semi Average untuk
kelompok I adalah (semi total kelompok I dibagi jumlah data kelompok I
sehingga nilainya adalah 358/3=119,33. Dengan cara yang sama juga
dihitung Semi Average untuk Kelompok II.

Ringkasan Perhitungan disajikan pada tabel berikut:

        Dari perhitungan tersebut di atas, ditentukanlah nilai a dan b sehingga


diperoleh fungsi persamaan untuk peramalan dengan cara sebagai berikut::

 Nilai a ditentukan berdasarkan nilai Semi Average untuk kelompok yang


tahun tengahnya digunakan sebagai periode dasar. Pada kasus ini periode
dasar menggunakan tahun tengah kelompok I, sehingga nilai a adalah
sebesar nilai Semi Average kelompok I yakni 119,33
 Menentukan nilai b  Karena Jumlah data dalam kelompok adalah ganjil
maka untuk menentukan nilai b dapat langsung dengan cara membagi
selisih antara nilai Semi Average kelompok II dan I dengan jumlah data
dalam kelompok sehingga hasilnya (142,67 - 119,33) / 3 = 7,78
 Menentukan Fungsi Peramalan. Karena nilai a=142, 67 dan nilai b= 10,89,
maka fungsi peramalannya adalah Y= 119,33+ 7,78X

Perhitungan selengkapnya adalah sebagai berikut:

        Dengan menggunakan fungsi peramalan yang diperoleh dengan metode


Semi Average tersebut selanjutnya dilakukan peramalan penjualan tahun 2008
dimana angka tahun 2008 adalah 6 (X = 6). Diramalkan penjualan tahun 2008
sebesar 166 unit.

Contoh Metode Trend Semi Average Data Genap-Ganjil (Banyaknya Keseluruhan


Data Berjumlah Genap dan Banyaknya Data Dalam Kelompok Berjumlah Ganjil)

        Berikut ini contoh metode Trend Semi Average Data Genap-Ganjil
(Banyaknya Keseluruhan Data Berjumlah Genap dan Banyaknya Data Dalam
Kelompok Berjumlah Ganjil). Data penjualan PT "Y". Dengan menggunakan data
tersebut diminta untuk membuat peramalan penjualan untuk tahun 2008 dengan
menggunakan metode Semi Average.

        Jumlah seluruh data di atas  yakni 6 data (Genap). Oleh karena itu
analisis data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

 Mengelompokkan data menjadi 2 kelompok. Karena jumlah data genap


langsung dibagi dua yang masing-masing kelompok terdiri dari 3 data
(Ganjil).
 Menentukan  periode dasar. Misalnya diasumsikan periode dasar
menggunakan tahun tengah data tahun kelompok II, sehingga periode
dasarnya adalah tahun 2005
 Menentukan Angka Tahun. Karena periode dasar tahun 2005 berangka
tahun x = 0, maka angka tahun untuk tahun 2004, 2003, 2002, 2001 adalah
-1, -2, -3, -4 dan angka tahun untuk 2006, adalah 1 ...,  dst.
 Menentukan nilai Semi Total yakni Jumlah total penjualan masing-masing
kelompok. Untuk kelompok I, Nilai Semi Totalnya adalah 100 + 120 + 110 =
330. Dengan cara yang sama dihitung Nilai Semi Total untuk Kelompok II.
 Menentukan Semi average tiap Kelompok data. Semi Average untuk
kelompok I adalah (semi total kelompok I dibagi jumlah data kelompok I
sehingga nilainya adalah 330/3=110. Dengan cara yang sama juga dihitung
Semi Average untuk Kelompok II.

Ringkasan Perhitungan disajikan pada tabel berikut:


        Dari perhitungan tersebut di atas, ditentukanlah nilai a dan b sehingga
diperoleh fungsi persamaan untuk peramalan dengan cara sebagai berikut::

 Nilai a ditentukan berdasarkan nilai Semi Average untuk kelompok yang


tahun tengahnya digunakan sebagai periode dasar. Pada kasus ini periode
dasar menggunakan tahun tengah kelompok II, sehingga nilai a adalah
sebesar nilai Semi Average kelompok I yakni 142,67
 Menentukan nilai b  Karena Jumlah data dalam kelompok adalah ganjil
maka untuk menentukan nilai b dapat langsung dengan cara membagi
selisih antara nilai Semi Average kelompok II dan I dengan jumlah data
dalam kelompok sehingga hasilnya (142,67 - 110) / 3 = 10,89
 Menentukan Fungsi Peramalan. Karena nilai a=142, 67 dan nilai b= 10,89,
maka fungsi peramalannya adalah Y= 142,67 + 10,89X

Perhitungan selengkapnya adalah sebagai berikut:


        Dengan menggunakan fungsi peramalan yang diperoleh dengan metode
Semi Average tersebut selanjutnya dilakukan peramalan penjualan tahun 2008
dimana angka tahun 2008 adalah 3 (X = 3). Diramalkan penjualan tahun 2008
sebesar 175, 33 unit.

Contoh Metode Trend Semi Average Data Genap-Genap (Banyaknya Data


Keseluruhan dan Banyaknya Data Dalam Kelompok Berjumlah Genap)

        Berikut contoh metode Trend Semi Average Data Genap-Genap


(Banyaknya Data Keseluruhan dan Banyaknya Data Dalam Kelompok Berjumlah
Genap). Dengan menggunakan data penjualan di bawah ini diminta untuk
membuat peramalan penjualan untuk tahun 2007 dengan menggunakan metode
Semi Average.
        Jumlah seluruh data di atas  yakni 4 data (Genap). Oleh karena itu
analisis data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

 Mengelompokkan data menjadi 2 kelompok. Karena jumlah data genap


langsung dibagi dua yang masing-masing kelompok terdiri dari 2 data
(Genap).
 Menentukan  periode dasar. Misalnya diasumsikan periode dasar
menggunakan tahun tengah data tahun kelompok I  sehingga periode
dasar terletak antara tahun 2003 dan tahun 2004.
 Menentukan Angka Tahun. Karena periode dasar berangka tahun x = 0 dan
terletak antara tahun 2003 dan 2004, maka angka tahun untuk tahun 2003
adalah -1/2 dan angka tahun untuk 2004, 2005, 2006 berturut-turut adalah
1/2, 3/2, 5/2 dst. Untuk memudahkan perhitungan maka dikonversi ke
bilangan bulat dengan mengalikan dengan angka 2, sehingga angka tahun
untuk 2003 menjadi -1 dan angka tahun 2004, 2005, 2006 dst brturut-turut
menjadi 1, 3, 5 dst.
 Menentukan nilai Semi Total yakni Jumlah total penjualan masing-masing
kelompok. Untuk kelompok I, Nilai Semi Totalnya adalah 145 + 150 = 295.
Dengan cara yang sama dihitung Nilai Semi Total untuk Kelompok II.
 Menentukan Semi average tiap Kelompok data. Semi Average untuk
kelompok I adalah (semi total kelompok I dibagi jumlah data kelompok I
sehingga nilainya adalah 295/2=147,5. Dengan cara yang sama juga
dihitung Semi Average untuk Kelompok II.

Ringkasan Perhitungan disajikan pada tabel berikut:

        Dari perhitungan tersebut di atas, ditentukanlah nilai a dan b sehingga


diperoleh fungsi persamaan untuk peramalan dengan cara sebagai berikut::

 Nilai a ditentukan berdasarkan nilai Semi Average untuk kelompok yang


tahun tengahnya digunakan sebagai periode dasar. Pada kasus ini periode
dasar menggunakan tahun tengah kelompok I, sehingga nilai a adalah
sebesar nilai Semi Average kelompok I yakni 147,5.
 Menentukan nilai b  Karena Jumlah data dalam kelompok adalah genap
maka untuk menentukan nilai b terlebih dulu menghitung Nilai Antara
dengan cara membagi selisih antara nilai Semi Average kelompok II dan I
dengan jumlah data dalam kelompok sehingga hasilnya (167,5 - 147,5) / 2 =
10. Selanjutnya Nilai b ditentukan dengan membagi Nilai Antara dengan
selisih antar angka tahun, sehingga diperoleh nilai b sebesar (10/2) = 5
 Menentukan Fungsi Peramalan. Karena nilai a=147,5 dan nilai b= 5, maka
fungsi peramalannya adalah Y= 147,5 + 5X

Perhitungan selengkapnya adalah sebagai berikut:

        Jadi dengan menggunakan metode Setengah Rata-Rata, penjualan th


2007 diramalkan sebesar 182,5 unit dengan perhitungan sbb:

Definisi Anggaran Penjualan

        Pada umumnya kemampuan yang dimiliki oleh suatu perusahaan untuk
menjual hasil produksinya adalah terbatas. Dengan demikian tidak ada perlunya
membeli material, menghasilkan barang / jasa, mencari modal atau membeli
mesin – mesin yang lebih besar daari kemampuan menjual. Sehingga dapat
dikatakan bahwa anggaran penjualan merupakan dasar dilakukannya aktivitas –
aktivitas yang lain, dan pada umumnya anggaran penjualan disusun paling dahulu
dari anggaran – anggaran lainnya.
   
        Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh keuntungan. Keuntungan
akan diperoleh apabila perusahaan menjual barang / jasa dengan harga yang lebih
tinggi dari harga pokoknya. Masalah – masalah utama yang dihadapi pada saat
akan menjual suatu barang / jasa pada umumnya adalah :

 Barang / jasa apa yang akan dijual.


 Biaya – biaya yang perlu dikeluarkan agar barang / jasa tersebut dapat
terjual.
 Berapa harga barang / jasa tersebut agar mendapatkan keuntungan bagi
perusahaan tetapi terjangkau oleh pembeli.

        Masalah itu timbul karena perubahan faktor – faktor lingkungan yang
mempunyai pengaruh yang besar kepada perusahaan. Sebagai contoh sebuah
perusahaan menjual suatu barang dengan tingkay harga dan metode penjualan
tertentu. Beberapa waktu yang lalu tingkat harga dan metode penjualan tersebut
dapat mendatangkan keuntungan yang cukup besar bagi perusahaan. Akhir –
akhir ini dirasakan bahwa tingkat keuntungan semakin lama semakin menurun.

        Seorang manager penjualan yang sensitif tidak akan membiarkan hal ini
berlarut – larut. Ia akan berusaha mencari sebab – sebabnya, menganalisa dan
kemudian menyusun rencana baru untuk periode berikutnya. Mungkin pada
periode yang akan datang dirubah tingkat harganya saja, tetapi mungkin pula
dirubah cara – cara penjualan yang dilakukan selama ini. Pada masa dahulu
menjual dilakukan tanpa mempertimbangkan fakta – fakta yang ada. Perusahaan
umumnya terlalu antusias dalam menentukan target yang harus dicapainya.
Pertimbangan – pertimbangan tentang dimana, apa, kapan, bagaimana dan
kepada siapa seolah – olah diabaikan begitu saja. Pada masa sekarang
keadaannya sudah berbeda. Seorang manajer penjualan yang modern selalu
mengusahakan keseimbangan antara antusiasme dengan logika.

Definisi Anggaran Penjualan


        Ada beberapa definisi dari anggaran penjualan, diantaranya yaitu    :

1. Anggaran yang menerangkan secara terperinci dan teliti tentang penjualan


perusahaan dimasa datang dimana didalamnya ada rencana tentang jenis
barang, jumlah, harga, waktu serta tempat penjualan barang.
2. Anggaran jualan berarti anggaran hasil penjualan atau anggaran hasil
proses menjual. Menjual (sell) berarti  menyerahkan sesuatu kepada pembeli
dengan harga tertentu dan pada saat tertentu. Penjualan (selling) berarti
proses kegiatan menjual, yaitu dari kegiatan penetapan harga jual sampai
produk didistribusikan ke tangan konsumen (pembeli). Jualan (sales) adalah
hasil penjualan atau hasil proses menjual. Jadi, penjualan memiliki arti yang
berbeda dengan jualan. Anggaran jualan disusun oleh fungsi penjualan
(manajer pemasaran). Anggaran jualan merupakan rencana tertulis yang
dinyatakan dalam angka dari produk yang akan dijual perusahaan pada
periode tertentu. Jualan merupakan unsur dapatan (revenues) yang disebut
dapatan jualan (sales revenues). Jualan terdiri atas jualan kotor dan jualan
bersih. Jualan bersih diperoleh setelah dikurang dengan potongan dan retur
jualan.
3. Anggaran penjualan yaitu biaya-biaya yang diperlukan untuk menjual
(komisi penjualan, gaji staff penjualan, pengiklanan, dan promosi penjualan)
dan untuk mendistribusikan barang kepada konsumen (biaya pemrosesan
pesanan, penanganan, penyimpanan, dan pengiriman)

Tujuan Dan Fungsi Anggaran Penjualan

        Rencana anggaran penjualan dapat dipergunakan untuk menyusun


pembuatan bagian-bagian dari anggaran-anggaran lainnya. Tujuan utama dari
anggaran penjualan adalah :

a.    Mengurangi ketidakpastian dimasa depan


b.    Memasukkan pertimbangan / keputusan manajemen dalam proses
perencanaan
c.    Memberikan informasi dalam profit planing control
d.    Untuk mempermudah pengendalian penjualan

Fungsi Anggaran Penjualan


        Secara umum, semua anggaran termasuk anggaran penjualan,
mempunyai tiga kegunaan pokok, yaitu sebagai pedoman kerja, sebagai alat
pengkoordinasian kerja, dan sebagai alat pengawasan kerja yang membantu
manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan

        Secara khusus, anggaran penjualan berguna sebagai dasar penyusunan


semua anggaran dalam perusahaan, sebab bagi perusahaan yang menghadapi
pasar yang bersaing, anggaran penjualan harus disusun paling awal dari semua
anggaran yang lain.

        Fungsi dari anggaran penjualan dalam suatu perusahaan dapat


disimpulkan sebagai berikut    :

1. Anggaran penjualan adalah dasar perencanaan atas kegiatan perusahaan


pada umumnya. Anggaran penjualan terlebih dulu disusun baru kemudian
komponen-komponen anggaran lainnya, sehingga dapat menggambarkan
suatu rencana anggaran komprehensip. Kemudian tahap berikutnya segara
dapat menyusun anggaran produksi untuk memenuhi jumlah barang jadi
yang harus segera diproduksikan untuk memenuhi target penjualan
2. Anggaran penjualan sebagai alat koordinasi dan mengarahkan setiap
pelaksanaan divisi Pemasaran. Anggaran penjualan sebagai alat koordinasi
adalah untuk memantau tugas terhadap divisi produksi supaya jangan
kehabisan persediaan barang jadi dan sebaliknya anggaran produksi
memantau ke bagian pembelian, sehingga terdapat keserasian dalam
membentuk anggaran komprehensip.
3. Anggaran penjualan sebagai alat pengorganisasian. Anggaran penjualan
berarti penetapan target-target penjualan atas setiap anatomi organisasi
pemasaran yang dilakukan oleh para penjual, pengawas penjual, dan
manajer-manajer pemasaran. Pihak-pihak yang disebutkan tadi perlu
diorganisasikan sesuai dengan daerah-daerah pemasaran guna mencapai
target penjualan yang tertera pada anggaran penjualan.
4. Anggaran penjualan sebagai alat pengawasan bagi manajemen.
Keberhasilan suatu anggaran komprehensif dalam suatu perusahaan
tergantung pada keberhasilan anggaran penjualan. Sebaliknya dengan
tersusunnya anggaran penjualan secara terperinci memungkinkan
manajemen lebih mudah untuk menyusun anggaran lainnya adalah
berpedoman pada anggaran penjualan.

Pertimbangan Dalam Menyusun Konsep Anggaran Penjualan

        Dengan pengertian bahwa forecasting dan control atas penjualan dapat
dilakukan, maka semua kegiatan tersebut disusun rencananya secara terperinci.
Dasar-dasar penyusunan budget digunakan sebagai pegangan pokok. Penyusunan
budget penjualan harus sesuai dengan tujuan umum perusahaan dan strategi
perusahaan. Dengan mengunakan berbagai pendekatan, pendekatan mempunyai
konsekuensi yang berbeda- beda, dalam melakukannya perlu dipertimbangkan
beberapa faktor, sebagai berikut :

 Faktor Eksternal

yakni pengaruh yang datangnya dari luar perusahaan. Pengaruh ini tidak dapat
diabaikan, bahkan perusahaan harus berusaha mengambil segi – segi positif dari
pengaruh ini dan memanfaatkannya. Pengaruh yang datang dari luar, meliputi
Karakteristik pasar yag dihadapi perusahaan, seperti:

a.    Luasnya:
-    Apakah besifat lokal
-    Apakah bersifat regional
-    Apakah bersifat nasional

b.    Keadaan persaingan :


-    Apakah bersifat monopoli
-    Apakah bersifat persaingan bebas

c.    Kemampuan pasar untuk menyerap barang

d.    Keadaan / sifat konsumen:


-    Apakah konsumen akhir
-    Apakah konsumen industri

 Faktor Internal
yakni faktor atau kekuatan yang datangnya dari dalam perusahaan sendiri,
misalnya :

1. Kemampuan finansial
-    Kemampuan membiayai penelitian pasar yang dilakukan.
-    Kemampuan membiayai usaha-usaha untuk mencapai target penjualan.
-    Kemampuan membeli bahan mentah untuk dapat memenuhi target
      penjualan.

2. Keadaan personalia
        -    Apakah jumlah buruh yang tersedia cukup, kurang atau berlebihan.
        -     Apakah tenaga yang tersediamampu untuk melakukan tugas-tugas
agar
               target yg di tentukan tercapai.

 3. Dimensi waktu

 Faktor Kehendak

Yakni kehendak dari pimpinan perusahaan tentang posisi yang ingin dimiliki
perusahaan di masa mendatang.

        Hal ini perlu diperhatikan sebab apabila membuat rencana terlalu awal,
kemungkinan akan terjadi perubahan keadaan, juga perlu dipertimbangkan
sampai seberapa lama rencana yang di susun tersebut masih reliable.

        Forecast penjualan, dapat dikatakan sebagai suatu teknik untuk


memproyeksikan tingkat permintaan konsumen potensial pada suatu tahun
tertentu, dengan berbagai asumsi yang tertentu pula. Forecast penjualan akan
berubah fungsinya menjadi salesplan, apabila manajemen memasukkan unsur
pertimbangan – pertimbangan subyektif, rencana, strategi dan lain – lain. Forecast
penjualan merupakan sesuatu yang dapat dipelajari. Sehingga perusahaan dapat
mendidik para stafnya untuk memperdalam masalah ini.

        Perusahaan dapat melatih stafnya di bidang teknis, seperti penggunaan


trend penjualan, analisa korelasi, model – model matematika, dan teknik – teknik
operation research. Forecast penjualan merupakan suatu alat yang penting, yang
dapat mempengaruhi manajer dalam membuat perencanaan penjualan.

        Perencanaan  penjualan adalah juga meliputi perencanaan advertensi


dan promosi, perencanaan biaya – biaya penjualan dan rencana pemasaran.
Rencana pemasaran inilah yang kemudian sering dianggap sama dengan rencana
penjualan, yakni mengkuantifisir penjualan dalam rupiah dan unit untuk periode
waktu yang tertentu.

Penyusunan  Konsep Anggaran Penjualan

        Penyusunan konsep anggaran penjualan dapat di katakan mencakup


segala kegiatan di bidang penjualan. Komponen – komponen konsep anggaran
penjualan adalah :

a.    Dasar – dasar penyusunan anggaran :

        -    Menyusun tujuan perusahaan

        -    Menyusun strategi perusahaan

        -    Menyusun forecast penjualan

b.    Menyusun anggaran penjualan  dan anggaran lain yang terkait dengan
penjualan yakni

        -    Anggaran promosi dan advertensi

        -    Anggaran biaya-biaya penjualan

        -    Rencana pemasaran

Tahapan Penyusunan Rencana Penjualan

    Dalam menyusun anggaran penjualan, langkah yang perlu dilakukan,


meliputi :

1.    Penentuan dasar-dasar anggaran


a.    Penentuan relevant variabel yang mempengaruhi penjualan.
b.    Penentuan tujuan umum dan khusus yang diinginkan.
c.    Penentuan strategi pemasaran yang dipakai.

2.    Penyusunan rencana penjualan


a.    Analisa ekonomi,
dengan mengadakan proyeksi terhadap aspek- aspek makro, seperti:
-    Moneter
-    Kependudukan
-    Kebijaksanaan- kebijaksanaan pemerintah di bidang ekonomi
-    Teknologi dan  menilai akibatnya terhadap permintaan industri.

b.    Melakukan analisa industri :


Analisa ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan masyarakat menyerap
produk sejenis yang dihasilkan oleh industri.

c.    Melakukan analisa prestasi penjualan yang lalu


Analisa ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan masyarakat menerap
produk sejenis yang dihasilkan oleh industri.

d.    Analisa penentuan prestasi penjualan yang akan datang


Analisa ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan perusahaan mencapai
target penjualan di masa depan, dengan memperhatikan faktor- faktor
produksi, seperti :
-    Bahan mentah
-    Tanaga kerja
-    Kapasitas produksi
-    Keadaan pemodalan

e.    Menyusun forecast penjualan,


yaitu meramalkan jumlah penjualan yang diharapkan dengan anggapan
segala sesuatu berjalan seperti masa yang lalu (forecasted sales).

f.    Menentukan jumlah penjualan yang di anggarkan (budgeted sales)

g.    Menghitung rugi/ laba yang mungkin di peroleh (budgeted profit)

h.    Mengkomunikasikan rencana penjualan yang telah di setujui pada pihak


       lain yang berkepentingan.
3.    Penyusunan Rencana
a.     Penyusunan Tentative Sales Budget
b.    Penyusunan Projected Income Statement
c.    Komunikasi antar departemen, untuk menyesuaikan masing – masing
anggaran.

Pedoman Teknis Praktis Membuat Anggaran Penjualan        


Anggaran penjualan yang lengkap sebaiknya menunjukkan gambaran sebagai
berikut :

a.    Penjualan dirinci menurut bulan/ kwartalan/ semester dan tahunan.

b.    Penjualan dirinci menurut jenis-jenis produk

c.    Penjualan dilakukan menurut daerah pemasaran

Langkah-langkah umum

1. Menentukan periode waktu yang akan dipakai sebagai dasar penyusunan


anggaran penjualan.
2. Membuat perkiraan penjualan/ target penjualan untuk tiap periode.
3. Perkiraan penjualan disusun dengan mempertimbangkan hasil analisis
perkiraan kondisi ekonomi makro, analisis industri dan persaingan, juga
analisis prestasi penjualan tahun-tahun lalu.
4. Perkiraan penjualan selanjutnya dilakukan dengan menggunakan metoda
perkiraan/ peramalan yang dapat dipertanggungjawabkan.
5. Menyajikan jumlah penjualan yang dianggarkan
6. Jumlah penjualan yang dianggarkan disajikan dalam bentuk tabel yang
dalam bentuk paling sederhana setidaknya memuat informasi waktu, jumlah
penjualan yang dianggarkan dalam unit, harga dan jumlah penjualan dalam
satuan unit moneter.

Contoh Format Tabel Penyajian Anggaran Penjualan Untuk Satu Jenis


Produk

Berikut ini diberikan contoh format penyajian anggaran penjualan untuk


satu jenis produk dalam format tabel:
Contoh Format Tabel Penyajian Anggaran Penjualan Untuk Dua Jenis Produk

Berikut ini diberikan contoh format penyajian anggaran penjualan untuk dua jenis
produk dalam bentuk tabel

Contoh Format Tabel Penyajian Anggaran PenjualanUntuk Satu Jenis Produk


Dua Daerah Pemasaran

Berikut ini diberikan contoh format penyajian anggaran


penjualan untuk satu jenis produk yang dipasarkan ke dua
wilayah pemasaran.

Contoh Kasus Membuat Anggaran Penjualan

Perusahaan Sepatu memproduksi 2 merek sepatu yakni merek Joss dan Bross.
Masing – masing merek dipasarkan di dua daerah, yakni Jawa dan Bali. . Data
yang tersedia adalah sebagai berikut :

 Hasil peramalan terhadap Harga jual masing – masing merek pada setiap
sektor untuk tahun 2012 adalah sbb:
 Hasil peramalan penjualan dalam unit untuk tahun 2012 adalah sebagai
berikut :

Berdasarkan data di atas susunlah suatu anggaran penjualan bagian perusahaan


tersebut untuk tahun 2012.

Jawab:
Pengertian Anggaran Produksi

       Anggaran Produksi adalah alat perencanaan, koordinasi dan pengendalian


yang penting. Anggaran produksi sendiri merupakan penjabaran rencana
pemasaran ke dalam kegiatan produksi yang konsisten dengan kebijakan
manajerial dan sesuai batasan yang berlaku. Anggaran produksi dalam arti sempit
juga disebut Anggaran Jumlah Yang Harus Diproduksi, yaitu suatu perencanaan
tingkat atau volume barang yang harus diproduksi oleh perusahaan agar sesuai
dengan volume atau tingkat penjualan yang telah direncanakan.

        Namun, kegiatan produksi bukan merupakan aktivitas yang berdiri sendiri
melainkan aktivitas penunjang dari rencana penjualan. Karena itu jelas bahwa
rencana produksi yang demikian meliputi perencanaan tentang jumlah produksi,
kebutuhan persediaan, material, tenaga kerja dan kapasitas produksi.

Kaitan Antara Anggaran Produksi Dengan Anggaran Bahan Mentah, Tenaga Kerja
Langsung dan BOP

        Anggaran produksi yang telah dihasilkan oleh perusahaan akan selalu
terkait dengan anggaran bahan mentah, tenaga kerja langsung dan BOP. Biasanya
dalam anggaran produksi terdapat 2 macam anggaran bahan mentah, yaitu Bahan
mentah langsung (Direct Material) dan Bahan mentah tak langsung (Indirect
Material). Bahan mentah langsung adalah bahan mentah yang membentuk dan
merupakan bagian produk jadi yang biayanya dengan mudah ditelusuri dari biaya
produk tersebut. Pada umumnya, bahan baku ini bersifat variabel, yaitu berubah
secara proporsional dengan perubahan output. Contohnya kulit. Kulit adalah
bahan mentah langsung industri sepatu, dan kayu adalah bahan mentah langsung
industri mebel kayu.

        Bahan mentah tak langsung adalah bahan mentah yang dipakai dalam
proses produksi, tetapi biayanya sulit ditelusuri dari biaya produk tersebut.
Contohnya paku. Paku adalah bahan mentah tidak langsung bagi industri sepatu
mebel dan kayu. Anggaran bahan mentah hanya akan merencanakan kebutuhan
dan penggunaan bahan mentah langsung. Sedangkan bahan mentah tak langsung
akan direncanakan dalam anggaran biaya overhead pabrik (Manufacturing
Expenses Budget). Pada estimasi jumlah kebutuhan bahan mentah nantinya,
anggaran produksi akan sangat berpengaruh sebagai informasi data yang akan
mempengaruhi proses estimasi tersebut, selain tingkat penggunaan standar atau
SUR (standard usage rate).

        Selain anggara bahan mentah, anggaran tenaga kerja langsung juga
memiliki hubungan dengan anggaran produksi. Tenaga kerja langsung terlibat
pada proses produksi dan biayanya dikaitkan pada biaya produksi atau pada
barang yang dihasilkan. Biasanya kesalahan yang terjadi pada pemilihan tenaga
kerja akan mengakibatkan pengaruh terhadap harga barang yang dihasilkan,
sehingga berpengaruh pula terhadap posisi perusahaan dalam persaingan. Jika
harga barang yang dihasilkan menjadi lebih tinggi atau lebih rendah anggaran
produksi akan menjadi sangat tidak efektif. Maka dari itu tiap faktor-faktor dalam
perusahaan mempunyai peranan yang sama pentingnya untuk menunjang
keberhasilan perusahaan itu sendiri.
Tujuan Penyusunan Anggaran Produksi

        Seperti yang telah kita ketahui bahwa anggaran produksi adalah
anggaran yang disusun oleh perusahaan untuk menentukan jumlah barang jadi
yang harus diproduksi oleh perusahaan. Anggaran ini harus dibuat oleh
perusahaan setelah anggaran penjualan disusun, karena perusahaan harus
menentukan jumlah barang jadi yang harus diproduksi dalam rangka mendukung
target penjualan yang ada di anggaran penjualan. Dalam penyusunannya sendiri
anggaran produksi mempunyai tujuan, yaitu :

1. Menunjang kegiatan penjualan, sehingga barang dapat disediakan sesuai


dengan yang telah direncanakan.
2. Menjaga tingkat persediaan yang memadai, dalam artian bahwa tingkat
persediaan yang tidak terlalu besar atau tidak pula terlalu kecil. Karena
tingkat persediaan yang terlalu besar biasanya mengakibatkan
meningkatnya biaya-biaya dan resiko-resiko yang dapat membebani
perusahaan. Sebaliknya jika tingkat persediaan terlalu kecil maka akan
mengakibatkan banyaknya gangguan, kekurangan persediaan bahan
mentah yang bisa menimbulkan gangguan dalam proses produksi yang
pada akhirnya mengakibatkan banyaknya langganan yang kecewa.
3. Mengatur produksi sedemikian rupa sehingga biaya-biaya produksi yang
ditanggung akan seminimal mungkin.

Fungsi Dan Manfaat Anggaran Produksi

Fungsi Anggaran Produksi


        Anggaran produksi berfungsi sebagai alat perencanaan,
pengkoordinasian dan pengawasan. Anggaran produksi disusun dengan
berdasarkan pada anggran penjualan yang telah disusun sebelumnya. Hal ini
menunjukan bahwa semua hal yang berhubungan dengan produksi, seperti
kebutuhan bahan mentah, kebutuhan tenaga kerja, kapasitas mesin-mesin,
penambahan modal dan kebijaksanaan persediaan, diselaraskan dengan
kemampuan menjual. Jelaslah bahwa anggran produksi mempunyai fungsi
sebagai alat perencanan. Apabila anggran produksi disusun dengan baik, maka
anggaran inipun akan berfungsi sebagai alat pengkoordinasian. Anggaran
produksi mengkoordinasikan berapa jumlah yang akan diproduksi dengan
keadaan finansial, keadaan permodalan, perkembangan produk dan tingkat
penjualan.
        Sebetulnya antara bagian penjualan dan bagian produksi harus selalu ada
hubungan timbal balik. Kepala bagian penjualan harus mengetahui banyak
keadaan bagian produksi sebelum membuat anggaran penjualan. Selanjutnya
anggaran produksi dapat juga dipakai sebagai alat pengawasan. Pengawasan
produksi meliputi pengawasan kualitas, kuantitas, dan tentu saja pengawasan
biaya. Dalam hubungannya dengan fungsi pengawasan, hal-hal utama yang perlu
diperhatikan adalah: pengawasan bahan mentah, penganalisaan proses produksi,
penentuan routing dan scheduling, pemberian perintah kerja dan akhirnya sampai
kepada follow-up.
        Untuk keperluaan pengawasan terhadap tingkat produksi dan tingkat
persediaan barang jadi, baik harian maupun mingguan disusunlah laporan
pelaksanaan (performance report). Dalam Performance Report dilakukan
perbandingan antar rencana dengan realisasinya, sehingga akan segera tampak
apabila terdapat penyimpangan-penyimpangan.
Manfaat Anggaran Produksi
Anggaran produksi berguna untuk pedoman kerja, koordinasi kerja, dan
pengendalian kerja divisi produksi. Semua level manajer di divisi produksi harus
bekerja berdasar anggaran produksi. Di samping itu anggaran produksi berguna
untuk: (1) menunjang kegiatan penjualan, (2) menjaga tingkat persediaan barang
jadi yang sewaktu-waktu di minta oleh konsumen, (3) mengendalikan kegiatan
produksi agar dapat meneipta harga pokok produksi yang serendah - rendahnya

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyusunan Angaran Produksi

        Anggaran produksi seperti dihitung berdasarkan anggaran penjualan


seperti disajikan di atas, yaitu sebanyak 3.250 unit menentukan anggaran
penggunaan bahan, anggaran pembelian bahan, anggaran biaya upah buruh atau
anggaran biaya tenaga kerja langsung, dan anggaran biaya ovehead pabrik. Oleh
sebab itu faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran produksi antara
lain adalah:

1. anggaran penjualan,
2. kapasitas pabrik dan peralatan pabrik yang tersedia termasuk teknologi
yang digunakan,
3. tenaga buruh termasuk rekruitmen, pelatihan, penempatan, penggpahan,
dan pemutusan hubungan kerja,
4. bahan baku termasuk teknik transportasi dan pergudangan, dan
5. modal kerja untuk menjalankan proses produksi.Anb 3-Anggaran Produksi

      Langkah Praktis Menyusun Anggaran Produksi

Formulasi Menyusun Anggaran Produksi


        Secara garis besar anggaran produksi disusun dengan menggunakan
rumus umum sebagai berikut:

Tingkat penjualan (dari anggaran penjualan).........................XX


Tingkat persediaan akhir ................................................. ..XX  +
Jumlah………………………………………….........................XX
Tingkat persediaan awal ................................................. ...XX  -     
Tingkat produksi ............................................................. ..XX

        Anggaran produksi  merupakan dasar (bisnis) untuk penyusunan


anggaran-anggaran lain seperti anggaran bahan mentah , anggaran tenaga kerja
langsung  dan anggaran biaya overhead pabrik. Sehinngga hubungan antara
tingkat penjualan,tingkat dan tingkat persediaan dapat digambarkan secara
diagramatis seperti berikut ini:
       
Langkah Praktis Menyusun Anggaran Produksi

        Langkah-langkah umum penyusunan anggaran produksi:

1. Menentukan periode waktu yang akan dipakai sebagai dasar dalam


penyusunan anggaran produksi yang selaras dengan periode yang
digunakan dalam penyusunan anggaran penjualan.
2. Menentukan satuan fisik dari barang yang akan dihasilkan
3. Menentukan standar penggunaan sumber daya (bahan baku, tenaga kerja
langsung dan penggunaan fasilitas.
4. Menentukan kebijakan pola produksi dan kebijakan persediaan.
5. Menyajikan Anggaran produksi dalam sebuah tabel. Penyajian dalam
bentuk sederhana setidaknya memuat informasi tentang waktu dan
jumlah produksi. Jumlah produksi dihitung dengan mempertimbangkan
persediaan awal dan persediaan akhir barang jadi. Produksi = Penjualan+
pewrsediaan akhir – persediaan awal.
6. Untuk kasus-kasus yang lebih kompleks penyajian dapat disesuaikan
dengan prinsip jelas dan informatif

Langkah-Langkah Pelaksanaan Anggaran Produksi


        Di samping itu dapat pula disusun langkah-langkah utama yang dilakukan
dalam rangka menyusun anggaran produksi pelaksanaanya:
a.    Tahap perencanaan

1. Menentukan periode waktu yang akan dipake sebagai dasar dalam


penyusunan bagian produksi.
2. Menentukan jumlah satuan fisik dari barang yang harus dihasilkan.

b.    Tahap pelaksanaan


1. Menentukan kapan barang diprodusir.
2. Menentukan dimana barang akan diprodusir
3. Menentukan urut-urutan prose produksi 
4. Menetukan standar penggunaan fasilitas-fasilitas produksi untuk
mencapai efisiensi
5. Menyusun progam tentang penggunaan bahan mentah ,buruh, service
dan peralatan.
6. Menyusun standar produksi 
7. Membuat perbaikan-perbaikan bilamana diperlukan.

        Dalam tahap perencanaan diatas, dikatakan bahwa penentuan jumlah


satuan fisik barang yang harus diprodusir disesuaikan dengan rencana penjualan.
Pada umumnya rencana penjualan disajikan dalam unit fisik,sehingga menghitung
jumlah barang yang harus diprodusir adalah mudah.

Contoh:
        Diharapkan bahwa 60 unit barang A akan berada ditangan perrusahaan
pada awal periode nanti. Penjualan selama satu periode direncanakan 100 unit.
Sedangkan persediaan akhir diperkirakan 40 unit.
Sehingga perusahaan harus memprodusir barang A sebanyak 80 unit, dengan
perhitungan sebagai berikut:

Penjualan                                         100     unit


Persediaan akhir                                 40      unit +
Kebutuhan                                         140     unit
Persediaan awal                                  60     unit -
Produksi                                              80     unit

        Kemudian, pada tahap pelaksanaan terdapat langkah yang menentukan


kapan barang akan diprodusir oleh perusahaan. Dalam menentukan kapan suatu
barang akan diprodusir , terlebih diperkirakan:

 Lamanya proses produksi,yakni jangka waktu yang diperlukan untuk


memproses barang mentah menjadi barang jadi.
 Jumlah barang yang akan dihasilkan selama satu periode,dengan melihat
kembali anggaran penjualan.

        Bagi perusahaan yang telah berkali-kali menghasilkan barang yang


sama,lamanya proes produksi dapat diketahui dengan mengingat pengalaman-
pengalaman di masa lalu. Sedangkan bagi perusahaan yang belum pernah
menghasilkan barang tertentu sehingga tidak mempunyai data historis tentang
barang tersebut, dapat melakukan penelitian dengan cara sederhana berupa
pembuatan proto type Barang yang akan dihasilkan.

        Dalam menentukan atau memperkirakan jangka waktu produksi dan


jumlah barang yang akan dihasilkan,beberapa faktor harus dipertimbangkan.
Faktor –faktor tersebut berupa :

a.    Fasilitas pabrik


Progam-progam produksi harus selalu dikaitkan dengan fasilitas tersedia dalam
pabrik serta selalu selalu mempertimbangkan efisiensi penggunaan fasilitas
tersebut.
b.    Fasilitas pergudangan
Beberapa jenis barang membutuhkan system penyimpanan secara khusus karna
sifat-sifatnya yang khusus pula.  Produksi yang terlalu jauh melebihi kemampuan
gudang untuk menyimpannya akan mengakibatkan resiko-resiko,yang tentu saja
menimbulkan biaya bagi perusahaan.
c.    Stabilitas tenaga kerja
Beberapa jenis barang mempunyai sifat permintaan yang musiman. Dengan
berdasarkan pada anggaran penjualan,pada bulan-bulan tertentu dimana volume
penjualan diperkirakan tinggi mungkin perusahaan harus memaksakan diri dalam
berproduksi. Dalam hal ini perusahaan dapat menambah buruhnya atau
menambah jam kerja buruh setiap harinya. Apabila buruh yang diperlukan sebagai
tambahan mudah didapat maka tidak ada masalah yang dapat mempengaruhi
kelancaran prose produksi. Tetapi bila buruh tidak mudah di dapat, berarti
stabilitas kerja  diperusahaan itu terganggu. Ini dapat dihindarkan dengan
membuat perencanaan produksi secara hati-hati dan membuat kebijaksanaan
dalam hal persediaan dengan lebih teratur.
d.    Stabilitas bahan mentah
Apabila bahan mentah yang dipakai tidak selalu tersedia dipasar hal itu dapat
membahayakan kelancaran proses produksi. Karna itu kebijaksanaan dalam
pembelian barang mentah sangat perlu diperhatikan.
e.    Model yang digunakan
Besar kecilnya modal kerja yang tersedia akan mempunyai pengaruh terhadap
besar kecilnya volume produksi dan kebijaksanaan persediaan. Dengan kata lain
kebijaksanaan produksi harus diseimbangkan dengan kemampuan financial.
Contoh Format Sederhana Penyajian Tabel Anggaran Produksi
Oleh Hendra Poerwanto

Beberapa contoh format penyajian anggaran produksi dalam bentuk tabel tersaji
berikut ini:

Contoh 1
Format Sederhana Penyajian Tabel Anggaran Produksi Untuk Satu Produk

Contoh 2
Format Sederhana Penyajian Tabel Anggaran Produksi Untuk Dua Produk
Pendekatan Dalam Menyusun Anggaran Produksi
Oleh Hendra Poerwanto

        Pada umumnya terdapat tiga pendekatan dalam menyusun anggaran


produksi yaitu: (1) stabilitas produksi, (2) stabilitas persediaan, dan (3) kombinasi
stabilitas produksi dengan stabilitas persediaan. Contoh masing-masing
pendekatan adalah sebagai berikut.

1. Pendekatan Stabilitas Produksi


        Kebijakan Stabilisasi Produksi adalah kebijakan untuk berproduksi pada
tingkat produksi yang sama setiap bulannya dalam 1 tahun. Konsekuensi dari
kebijakan ini adalah tingkat persediaan dibiarkan berfluktuasi (mengambang)
untuk menyama-ratakan besarnya produksi dan menyesuaikan pola penjualan
musiman. Pertimbangan untuk kebijakan ini adalah :

 Perusahaan ingin memperoleh biaya produksi yang sama untuk setiap   


bulannya.
 Jumlah pegawai pabrik cenderung tetap setiap bulannya, maka jumlah
produksi tiap bulan yang stabil akan lebih tepat digunakan.
 Mesin akan berproduksi lebih efisien jika tingkat produksi barang stabil
setiap bulannya.

Disamping pertimbangan diatas, kebijakan ini mempunyai beberapa keuntungan


yaitu :

 penggunaan fasilitas pabrik yang lebih baik cenderung mengurangi


kapasitas yang diperlukan untuk musim permintaan pasar meningkat dan
menghindari kapasitas yang menganggur pada saat permintaan menurun.
 Stabilitas tenaga kerja dapat memperbaiki moral dan meningkatkan
efisiensi tenaga kerja, mengurangi perputaran tenaga kerja, menarik
tenaga kerja yang terampil, dan mengurangi biaya latihan bagi tenaga kerja
yang baru.
 Pembelian bahan baku yang ekonomis merupakan akibat dari tersedianya
bahan baku, potongan pembelian, masalah penyimpanan yang sederhana,
kebutuhan dana yang lebih kecil, dan mengurangi risiko persediaan.
Contoh       
Rencana penjualan satu tahun 2.000 unit terbagai dalam triwulan, yaitu penjualan
triwulan 1,2,3, dan 4 adalah 515 unit, 500 unit, 500 unit, dan 485 unit. Persediaan
swat 60 unit dan persediaan akhir 40 unit. Anggaran produksi dapat disusun
sebagai berikut.

Dalam menyusun anggaran produksi dengan pendekatan stabilitas produksi,


seperti contoh di atas, maka produksi setiap triwulan sebesar 1.980 unit dibagi 4
sama dengan 495 unit; jadi tiap-tiap triwulan divisi pabrik harus memproduksi 495
unit. Sedangkan persediaan awal dan akhir barangjadi mengikuti kebijakan
produksi yang stabil tersebut. Jika manajemen produksi menetapkan kebijakan
stabilitas produksi, maka unit persediaan awal dan akhir dibiarkan berfluktuasi
menurut penjualan yang telah ditetapkan secara stabil

Kebijakan stabilisasi produksi ini dapat dilakukan dengan cara :

 Mengorbankan fluktuasi persediaan seperlunya.


 Memproduksi produk baru yang dapat disimpan pada saat produk lama
mulai menunjukkan kecenderungan permintaan menurun.
 Memproduksi produk lain yang dapat dijual (laku) pada saat permintaan
produk utama menurun.

2. Pendekatan Stabilitas Persediaan


        Jika manajemen produksi menetapkan kebijakan stabilitas persediaan,
maka unit diproduksi dibiarkan berfluktuasi menurut persediaan yang telah
ditetapkan secara stabil. Teknik membuat persediaan stabil adalah dengan cara: 
terlebih dahulu harus kita ketahui atau kita tentukan tingkat persediaan awal
tahun dan tingkat persediaan akhir tahun. Bila diketahui antar keduanya tidak
sama, maka tingkat persediaan bulanan disesuaikan secara bertahap ke arah
tingkat persediaan yang diinginkan.

        Kebijakan Stabilisasi Tingkat Persediaan berbeda dengan kebijakan


stabilisasi produksi. Jika dalam kebijakan stabilisasi produksi yang
diperhitungkan adalah hasil tingkat produksi barang jadi yang sama tiap
periodenya, kebijakan ini lebih cocok diterapkan pada perusahaan yang tidak
menginginkan tingkat persediaan berfluktuasi secara berlebihan setiap periode
yang terdapat dalam anggaran.

        Tujuan dari kebijakan Tingkat Persediaan sendiri yakni, untuk


merencanakan tingkat optimal investasi persediaan dan mempertahankan tingkat
optimal tersebut melalui pengendalian. Tingkat persediaan harus dipertahankan
antara dua perbedaan besar, tingkat yang berlebihan akan menyebabkan biaya
penyimpanan, risiko dan investasi yang berlebihan, dan di sisi lain tingkat yang
tidak memadai untuk memenuhi permintaan penjualan dan produksi dengan cepat
(muncul biaya kehabisan persediaan yang tinggi).

        Di dalam kebijakan stabilisasi tingkat persediaan, terdapat beberapa


faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan besarnya tingkat persediaan barang
itu sendiri, yakni :

    1. Daya tahan produk yang akan disimpan.


Untuk produk yang mudah rusak, tidak tahan untuk disimpan dalam jangka waktu
yang lama, besarnya persediaan harus dipertimbangkan dengan cermat.
    2. Sifat persaingan yang dihadapi perusahaan.
 Jika tingkat persaingan yang dihadapi perusahaan relatif ketat, maka
persaingan untuk memberikan pelayanan untuk memenuhi pesanan menjadi
prioritas. Dengan demikian diperlukan persediaan barang jadi yang relatif besar.
    3. Biaya-biaya yang muncul karena kebijakan persediaan seperti :
•    Biaya sewa gedung
•    Biaya pemeliharaan
•    Biaya asuransi
•    Biaya pemesanan mendadak (Extra Carrying Cost)
•    Biaya kehabisan persediaan (Stockout Cost)
    4. Besarnya modal kerja yang tersedia.
    5. Pola permintaan akan produk permintaan.
    6. Resiko-resiko yang dihadapi perusahaan.
    Resiko ini mencakup :

 Resiko yang berasal dari manusia yang umumnya timbul karena


kecerobohan manusia, seperti cara pengangkatan, memindahkan, dan
meletakkan barang jadi yang tidak mengikuti prosedur yang ada.
 Resiko yang berasal dari alam, terjadi di luar kekuasaan manusia
(bencana alam).
 Resiko yang disebabkan karena sifat barang yang mudah rusak.

        Setelah mengetahui faktor-faktor di atas, kita juga harus tahu bagaimana
penentuan besarnya persediaan. Untuk menentukan persediaan barang atau
bahan mentah setiap bulannya, dilakukan perhitungan dengan cara-cara sebagai
berikut :

1. Disesuaikan dengan kebutuhan bulanan

 Apabila kebutuhan akan bahan/barang setiap bulan sama maka


digunakan rata-rata bulanan atau rata-rata sederhana. Formula yang
digunakan :

Tingkat Persediaan = Kebutuhan barang setahun ÷ 12 bulan

Contoh :  kebutuhan barang dalam setahun 60.000 unit. Maka, besarnya


persediaan dihitung dengan cara :
    Kebutuhan per bulan = (60.000 ÷ 12) × 1 unit = 5.000 unit

 Apabila kebutuhan akan bahan/barang setiap bulan tidak sama


(berfluktuasi) maka digunakan rata-rata bulanan bergerak.

Contoh : kebutuhan bulanan


periode            Kebutuhan Barang
Januari                    4000 unit
Februari                  2000 unit
Maret                     3000 unit
April                       4000 unit
Mei                         5000 unit
Kebutuhan bulanan dihitung dengan metode rata-rata bergerak :
Februari     :  (4.000 + 2.000 + 3.000) ÷ 3 = 3.000 unit
Maret        :  (2.000 + 3.000 + 4.000) ÷ 3 = 3.000 unit
April          :  (3.000 + 4.000 + 5.000) ÷ 3 = 4.000 unit

 Apabila perusahaan menentukan dua bulan kebutuhan, maka


besarnya persediaan :

Februari    : 3.000 x 2 = 6.000 unit


Maret        : 3.000 x 2 = 6.000 unit
April          : 4.000 x 2 = 8.000 unit

2. Batas maksimum dan minimum


Besarnya tingkat persediaan ditentukan dengan cara menetapkan batas tertinggi
(maksimum) yang diperbolehkan untuk memiliki (menyimpan) sejumlah
persediaan, dan batas rendah (minimum) nya. Penentuan ini dapat dilakukan
dengan mendasarkan pengalaman sebelumnya tentang besarnya persediaan
maksimum dan minimum yang harus dipertahankan.

3. Tingkat Perputaran
Banyak perusahaan yang menggunakan tingkat perputaran persediaan sebagai
dasar menentukan tingkat persediaan. Perputaran persediaan yang tinggi
menandakan semakin tingginya persediaan berputar selama satu tahun dan
menandakan efektivitas manajemen persediaan. Sebaliknya, perputaran
persediaan yang rendah menandakan tanda-tanda mis-manajemen seperti
kurangnya pengendalian persediaan yang efektif.

Perputaran persediaan dapat dihitung dengan formula ini :


Tingkat Perputaran Persediaan = Rencana Penjualan Setahun ÷ Persediaan Rata-
rata

Persediaan Rata-rata = (Persediaan awal + Persediaan akhir) ÷ 2

        Kebijakan stabilisasi tingkat persediaan ini juga menjamin bahwa


kenaikan atau penurunan persediaan terjadi secara bertahap dalam setiap
periode. Perusahaan yang memiliki ruang penyimpanan persediaan yang terbatas
atau menghadapi biaya sewa gedung yang tinggi cocok untuk menerapkan
kebijakan ini.

        Dalam pendekatan atau penyusunan dengan kebijakan ini, terlebih dahulu
ditentukan tingkat persediaan awal tahun dan tingkat persediaan akhir tahun.
Bila di antara keduanya tidak sama, tingkat persediaan bulanan disesuaikan
secara bertahap ke arah tingkat persediaan yang diinginkan.

3. Pendekatan Kebijakan Kombinasi


        Kebijakan kombinasi artinya mengkombinasi dua kebijakan yaitu
kebijakan persediaan stabil dan kebijakan produksi stabil. Dalam membuat
kombinasi kebijakan, hares menggunakan asumsi bahwa hares ado
keseimbangan optimum antara tingkat penjualan, persediaan, dan produksi.
Kebijakan kombinasi antara lain adalah: (1) tingkat produksi tidak boleh
berfluktuasi lebih 10% dari rata-rata produksi, (2) tingkat persediaan triwulan 1
dart 2 boleh berflutuasi 8 unit dan triwulana 3 dan 4 boleh berfluktuasi 6 unit.
Memilih Pendekatan Dalam Menyusun Anggaran Produksi
        Dari ketiga pendekatan penyusunan angaran produksi yang telah
dijelaskan di atas, persoalannya adalah pendekatan yang mana yang sebaiknya
dipilih? Jawaban dari persoalan tersebut bergantung dari hasil analisis dengan
menggunakan metode incremental cost terhadap pola produksi. Mana dari ketiga
pola produksi yakni Pola Produksi Konstan, Pola Produksi Bergelombang, dan
Pola Produksi Moderat yang memberikan incremental cost yang paling rendah.
Pola Produksi yang berdampak incremental cost terendah lah yang dipilih dan
digunakan sebagai pijakan untuk menentukan pendekatan dalam menyusun
anggaran produksi.

catatan:
bahasan tentang pola produksi dapat dicari di Google dengan menggunakan kata
kunci "pola produksi oleh hendra"

Contoh Pendekatan Stabilitas Persediaan Dalam Penyusunan Anggaran Produksi


Oleh Hendra Poerwanto

        PT GSM berencana membuat Anggaran Produksi untuk tahun 20XY. Data
Informasi yang sudah ada adalah sebagai berikut

 Rencana Penjualan yang dicuplik dari Anggaran Penjualan tahun 20XY

 Kebijakan Persediaan 20XY adalah sebagai berikut

Tingkat persediaan akhir tahun direncanakan = 1.500 unit


Tingkat persediaan awal tahun direncanakan = 2.000 unit

Berdasarkan data tersebut PT GSM membuat Anggaran Produksi tahun 20XY yang
mengutamakan stabilitas persediaan.

Langkah-langkah:

Langkah 1: Menentukan tingkat produksi setahun untuk tahun 20XY


Langkah 2 Menentukan perkiraan besarnya persediaan awal dan akhir tahun
Menghitung selisih Lebih/Kurang Persd Awal dan Persd Akhir dan membaginya
dengan jumlah satuan waktu yang digunakan.
Selisih = 2.000 – 1.500 = 500 unit

Langkah 3 Mengalokasikan tingkat persediaan dari waktu ke waktu. Ada dua cara
yang sama seperti pada Stabilitas Produksi yakni:
1. Membagi selisih persediaan awal dan akhir dengan jumlah satuan waktu
     yang dipakai
2. Membagi selisih persediaan awal dan akhir dengan suatu bilangan tertentu
     sehingga diperoleh bilangan yang bulat
Mengingat kelemahan pada cara pertama maka dipilih cara kedua yakni
Menghitung rata-rata selisih persatuan waktu yang sekiranya dapat diperoleh
angka yang BULAT dan MUDAH
Menghitung rata-rata selisih persatuan waktu  yang BULAT dan MUDAH
Supaya diperoleh angka BULAT dan MUDAH dipilih hanya 5 bulan dengan
pertimbangan jumlah bulan yang penjualannya tinggi ada 5 bulan, sehingga
= 500/5 = 100
Selisih tersebut dialokasikan ke bulan Januari s/d Mei.

Langkah 4. Menyajikan Anggaran Produksi dalam Format Tabel

 Membuat Tabel Anggaran Produksi yang disesuaikan dengan infromasi


yang akan disajikan:
 Mengisi Tabel Anggaran Produksi dengan data-data yang sudah ada

 Melengkapi Tabel pada baris Persediaan Akhir

Pengisian dimulai dari bulan Desember. Karena hasil perhitungan selisih pada
Langkah 2 adalah selisih positif  dan dialokasikan pada 5 bulan Januari sd Mei,
maka mulai bulan Mei persediaan akhir meningkat 100 hingga bulan Januari

 Melengkapi Tabel pada baris Persediaan Awal bulan Januari s/d Desember

 Melengkapi Tabel Pada Baris Jumlah untuk Bulan Januari

 Melengkapi tabel pada Baris Tingkat Produksi pada bulan Januari

 Melengkapi Tabel baris  Jumlah dan Tingkat Produksi untuk bulan Februari
sampai Desember, sehingga hasil selengkapnya sbb:

Contoh Pendekatan Stabilitas Produksi Dalam Penyusunan Anggaran Produksi


Oleh Hendra Poerwanto
PT GM akan membuat Anggaran Produksi untuk tahun 20XY. Berikut Data dan
informasi yang dimiliki untuk dijadikan dasar menyusun Anggaran produksi.

 Rencana Penjualan yang dicuplik dari Anggaran Penjualan PT GM tahun


20XY

 Kebijakan Tingkat Persediaan th 20XY adalah sebagai berikut:

Persediaan awal tahun = 2.000 unit


Persediaan akhir tahun = 1.500 unit

Berdasarkan Data dan Informasi Tersebut di atas PT GM hendak membuat


Anggaran Produksi yang mengutamakan Stabilitas Produksi

Berikut langkah-langkah membuat Anggaran Produksi yang mengutamakan


Stabilitas Produksi adalah sbb:

Langkah 1. Menghitung Tingkat Produksi satu tahun untuk tahun 20XY

Langkah 2 Melakukan Alokasi produksi ke satuan waktu yang diinginkan


(Dalam kasus ini satuan waktunya adalah bulanan)
    
Pengalokasian tingkat produksi setiap bulan dapat dilakukan dengan salah satu
cara dari dua cara berikut:
1. Membagi tingkat produksi per tahun dengan jumlah satuan waktu (bulanan =12,
mingguan 54, triwulan=4, catur wulan =3), dimana hasil bagi tersebut langsung
dipakai sebagai tingkat produksi per satuan waktu
        Produksi selama 1 tahun = 13.700 unit
        Produksi rata-rata selama 1 bulan = 13.700/12 = 1.141.67 unit

Kelemahan cara pertama ini adalah sering diperoleh angka produksi rata-rata
yang tidak bulat sehingga sukar diiplementasikan. Oleh karena itu, langkah 2
berikut ini menjadi alternatif untuk mengatasi kesulitan yang timbul sehubungan
dengan penggunaan  cara pertama

2. Membagi tingkat produksi per tahun sedemikian rupa sehingga dihasilkan


bilangan-bilangan bulat dan mudah untuk dilaksanakan secara tepat. Kelebihan
hasil pembagian dialokasikan ke bulan-bulan dimana tingkat penjualannya tinggi.
Produksi rata-rata per bulan = 1.141,67 unit.
Bilangan bulat yang paling mudah untuk digunakan adalah 1.100 unit.
Apabila produksi per bulan 1.400 unit,
maka kekurangannya adalah 13.700 – (12 x 1.100) = 100 unit.

Selanjutnya, kekurangan 100 unit dialokasikan kepada bulan-bulan dimana


tingkat penjualannya tertinggi,yakni :
-Januari dengan tingkat penjualan 1.500 unit
-Februari dengan tingkat penjualan 1.600unit
-Maret dengan tingkat penjualan 1.600 unit
-April dengan tingkat penjualan 1.400 unit
-Desember dengan tingkat penjualan 1.400 unit

Sehingga kelima bulan tersebut masing-masing akan mendapatkan tambahan


sebanyak
100/5 x 1 unit = 100 unit.

Dengan demikian secara keseluruhan adalah :


-5 bulan (Januari, Februari, Maret, April, Desember) masing-masing
                       5 x (1.100 + 100 )=5 x 1.200 unit    =6.000 unit
-7 bulan (Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November) masing-masing
                        7 x 1.400 unit                                =7.700
unit(+)
                                        JUMLAH             = 13.700 unit

Langkah 3 Menyajikan Anggaran Produksi dalam format Tabel


Cara pembuatannya adalah sebagai berikut:

 Membuat Format Tabel yang disesuaikan dengan  Informasi yang Perlu


Ditampilkan

 Mengisi Tabel dengan informasi yang telah tersedia yakni: Penjualan,


Persediaan awal tahun, Persediaan akhir tahun, dan Tingkat produksi
bulanan

 Melengkapi tabel yang perhitungannya dimulai dari bulan Desember.

Menghitung Tingkat Kebutuhan

Tingkat Kebutuhan = Rencana Penjualan + Persediaan Akhir = 1.400 +


1.500 = 2.900

Menghitung Persediaan Awal

Persediaan Awal = Tingkat Kebutuhan - Rencana Produksi = 2.900 -


1.200 = 1.700

Selanjutnya Persedian Awal bulan Desember merupakan Persediaan Akhir bulan


November sehingga Persediaan Akhir bulan Novemer sebesar 1.700. Dengan cara
yang sama seluruh isian tabel dilengkapi.
Tabel selengkapnya Anggaran Produksi PT GSM adalah sebagai berikut:

Pengertian Anggaran Bahan Baku,  Tujuan Anggaran Bahan Baku dan Komponen 
Anggaran Bahan Baku
Oleh Hendra Poerwanto

        Untuk menghindari tidak tepatnya persediaan bahan baku, maka


diperlukan suatu perencanaan sebagai alat untuk mengendalikan bahan baku
agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Salah satu cara pengendalian
tersebut adalah dengan penyusunan budget (anggaran). Anggaran  bahan baku
adalah anggaran yang berhubungan dan merencanakan secara sistematis serta
lebih terperinci tentang penggunaan bahan baku untuk proses produksi selama
periode tertentu yang akan datang. Posisi angaran bahan baku terhadap anggaran
produksi dapat dilihat pada skema berikut:

Tujuan Anggaran Bahan Baku.


Tujuan anggaran bahan baku antara lain adalah:

1. Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku.


2. Memperkirakan jumlah pembelian bahan baku yang diperlukan.
3. Sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan dana yang diperlukan
untuk melaksanakan pembelian bahan baku.
4. Sebagai dasar penyusunan produk costing yakni memperkirakan komponen
harga pokok pabrik karena penggunaan bahan baku dalam proses produksi.
5. Sebagai dasar untuk melaksanakan fungsi pengawasan dalam bahan baku.
Komponen Anggaran Bahan Baku.
Anggaran bahan mentah terdiri dari 4 komponen :

1. Anggaran  kebutuhan bahan baku (direct materials used budget).


2. Anggaran pembelian bahan baku (direct materials purchases budget).
3. Anggaran persediaan bahan baku (cost of direct materials budget).
4. Anggaran biaya bahan baku yang habis digunakan dalam produksi.

***

Pengertian Anggaran Kebutuhan Bahan Baku


Oleh Hendra Poerwanto

        Anggaran Kebutuhan Bahan Baku adalah perencanaan kuantitas bahan


baku yang dibutuhkan untuk keperluan produksi pada periode mendatang.
Kebutuhan bahan baku diperinci berdasarkan:

a.    Jenis bahan baku.


b.    Menurut macam barang jadi yang akan dihasilkan.
c.    Menurut bagian-bagian dalam pabrik yang mengunakan bahan baku
tersebut.

Fungsi Anggaran Kebutuhan Bahan Baku


        Ada 2 fungsi penting anggaran bahan baku, yaitu :

1. Sebagai dasar untuk menyusun budget pembelian bahan mentah,


jumlah satuan bahan mentah yang dibeli ditentukan oleh beberapa
banyak satuan bahan mentah yang dibutuhkan oleh berapa banyak
satuan bahan mentah dibutuhkan dalam proses produksi.
2. Sebagai dasar untuk menyusun anggran biaya bahan mentah
besarnya biaya bahan mentah ditentukan oleh berapa banyak satuan
bahan mentah tersebut dibutuhkan untuk proses produksi.
3. Sebagai Data dan informasi untuk menyusun anggaran kebutuhan
bahan mentah

Manfaat Anggaran Kebutuhan Bahan Baku


        Anggaran bahan baku mempunyai 3 kegunaan pokok yaitu :

a.    Sebagai pedoman kerja.


b.    Sebagai alat untuk menciptakan koordinasi kerja.
c.    Sebagai alat untuk melakukan pengawasan kerja.

Data dan Informasi Untuk Menyusun Anggaran Kebutuhan Bahan Baku


        Data dan informasi digunakan untuk menyusun anggaran kebutuhan
bahan baku adalah:
1. Rencana produksi yang tertuang dalam anggaran yang akan
diproduksi. Khususnya tentang jumlah dari masing-masing jenis
barang yang akan diproduksi dari waktu ke waktu selama periode
tertentu.
2. Berbagai standar pemakaian bahan baku dari masing-masing bahan
baku untuk proses produksi, yang ditetapkan dan berlaku di
perusahaan. Standar pemakaian bahan baku diperlukan untuk
mengendalikan efisiensi pemakaian bahan baku (controlling).

Ada 2 metode yang menetapkan standar data dan informasi dalam perusahaan,
yaitu:

 Data historis atau data pengalaman diwaktu-waktu yang telah lalu.

Caranya adalah dengan melihat jumlah unit yang dihasilkan di suatu waktu yang
lalu dan kemudian membandingkan dalam satuan jumlah satuan unit bahan
mentah yang habis terpakai untuk waktu produksi pada bulan tersebut, maka dari
hasil itu dapat diketahui penggunaan bahan mentah rata-rata untuk unit produk.

 Data penelitian khusus. Pada data penelitian khusus dengan mengabaikan


data pengalaman di waktu-waktu yang telah lalu. Cara ini misalnya dapat
dilakukan dengan :

1. Mengukur secara fisik barang jadi yang telah selesai diproduksi,


agar dapat diketahui jumlah satuan unit bahan baku yang dipakai
untuk menghasilkan produk tersebut. Misalnya PT. Charisma yang
bergerak dalam produksi mebel akan  menghasilkan meja dan kursi.
Maka, hal yang dilakukan adalah mengukur meja dan kursi yang
telah selesai diproduksi, hal ini dimaksudkan  untuk mengetahui
kebutuhan bahan baku berupa kayu yang dipakai.
2. Melakukan penelitian dan pengukuran secara laboratories terhadap
produk yang dihasilkannya. Hal ini biasanya dipakai pada barang
atau produk yang tidak mudah diukur penggunaan bahan baku
secara visual, tanpa bantuan alat khusus, Misal obat-obatan,
minuman, kosmetik, dll.
3. Mengadakan percobaan-percobaan proses produksi secara efisien,
sambil diukur pemakaian bahan mentahnya. 

***
Bentuk Format Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
Oleh Hendra Poerwanto

        Anggaran Kebutuhan Bahan Baku disusun sebagai perencanaan jumlah


bahan mentah yang dibutuhkan untuk keperluan produksi pada periode
mendatang. Penyajian dalam tabel diperinci menurut jenis bahan mentah, macam
barang jadi yang dihasilkan dan menurut bagian-bagian dalam pabrik yang
menggunakan bahan mentah tersebut dan memuat informasi:
1. Jenis barang yang dihasilkan
2. Jenis bahan mentah yang digunakan
3. Bagian-bagian yang dilalui dalam proses produksi
4. Standar penggunaan bahan mentah
5. Waktu penggunaan bahan mentah

        Anggaran kebutuhan bahan mentah tidak ada standar khusus yang harus
dipergunakan. Hal ini berarti perusahaan mempunyai kebebasan untuk
menentukan sendiri bentuk format. Berikut contoh-contoh bentuk format
Anggaran Kebutuhan Bahan Baku dalam berbagai situasi:

Contoh 1: Format Anggaran Kebutuhan Bahan Baku Bulanan untuk satu jenis
produk dengan 2 jenis bahan baku.

Contoh 2: Format Anggaran Kebutuhan Bahan Baku tiga bulanan untuk satu jenis
produk dengan 2 jenis bahan baku.
Contoh 3: Format Anggaran Kebutuhan Bahan Baku bulanan untuk 2 jenis produk
dengan 2 jenis bahan baku.

Contoh 4.:Format Anggaran Kebutuhan Bahan Baku bulanan untuk 2 jenis produk
dengan 2 jenis bahan baku yang diproses melalui 2 departemen produksi
***
Contoh Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
Oleh Hendra Poerwanto

        PT GM memproduksi satu jenis produk yakni produk A. Untuk membuat
produk A diperlukan bahan B dan bahan C. berikut data-data selengkapnya:

 Rencana produksi untuk tahun 20XY yang diambil dari Anggaran Produksi

  Standar Penggunaan (SP) Bahan Baku/ Standard Usage Rate (SUR)

 
 Perkiraan Harga Bahan Baku per unit

Harga Bahan B = Rp 25,00 per unit


Harga Bahan C = Rp 50,00 per unit

 Persediaan Awal tahun 20XY

Persediaan awal bahan B = 75 unit


Persediaan awal bahan C= 115 unit

 Rencana Persediaan Akhir bulan/ Triwulan

Berdasarkan data dan informasi di atas buatlah  Anggaran Kebutuhan Bahan


Baku

JAWAB:
berdasarkan data-data yang ada maka Anggaran Kebutuhan Bahan Baku untuk
20XY adalah sbb:

#
Pengertian Anggaran Pembelian Bahan Baku (Direct Materials Purchases Budget)
Oleh Hendra Poerwanto
        Anggaran Pembelian Bahan Baku adalah Anggaran yang merencanakan
secara sistematis dan lebih terperinci tentang kuantitas pembelian bahan baku
guna memenuhi kebutuhan untuk produksi dari waktu kewaktu selama periode
tertentu. Anggaran bahan baku berisi rencana kuantitas bahan baku yang harus
dibeli oleh perusahaan dalam periode waktu mendatang. Hal ini harus dilakukan
dengan hati-hati dalam hal :

 Jumlah pembelian
 Waktu pembelian

Apabila bahan baku yang dibeli terlalu besar akan mengakibatkan :

-    Bertumpuknya bahan baku di gudang, yang mengakibatkan penurunan


kualitas.
-    Terlalu lama bahan baku “menunggu” giliran diproses.
-    Biaya penyimpanan terlalu besar.

Apabila jumlah bahan baku yang dibeli terlalu kecil juga mendatangkan resiko:

-    Terhambatnya kelancaran proses produksi akibat kebiasaan bahan baku.


-    Timbulnya biaya tambahan untuk mencari bahan baku pengganti secepatnya.

Fungsi Anggaran Pembelian Bahan Baku :


        Fungsi Anggaran pembelian bahan baku antara lain:

1. Sebagian dasar untuk menyusun anggaran biaya bahan baku, karena


besarnya nilai biaya bahan baku ditentukan oleh harga beli dari bahan baku
yang bersangkutan. Sedangkan harga beli tersebut terdalam anggaran
pembelian bahan baku.
2. Sebagai dasar untuk menyusun anggaran kas, karena pembelian tunai
bahan baku akan mengakibatkan pengeluaran kas.
3. Sebagai dasar untuk menyusun anggaran utang, karena pembelian kredit
akan mengakibatkan bertambahnya utang perusahaan.

Kegunaan anggaran pembelian bahan baku


        Ada 3 kegunaan pokok anggaran pembelian bahan baku, yakni:

a.    Sebagai pedoman kerja.


b.    Sebagai alat manajemen untuk menciptakan koordinasi kerja.
c.    Sebagai alat manajemen untuk melakukan evaluasi atau pengawasan kerja.

Data Dan Informasi untuk Menyusun Anggaran Pembelian Bahan Baku


        Data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun anggaran pembelian
bahan baku adalah :

1. Rencana tentang kebutuhan barang baku untuk menjalankan proses


produksi dari waktu ke waktu yang tertuang dalam anggaran kebutuhan
bahan baku, khususnya tentang jenis, dan jumlah dari barang baku yang
dibutuhkan. Misalkan semakin banyak jumlah satuan yang dibutuhkan, akan
semakin banyak pula satuan bahan baku yang dibeli. Sebaliknya bila
semakin sedikit jumlah satuan yang dibutuhkan, akan semakin sedikit pula
satuan bahan baku yang dibeli
2. Biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan pada setiap kali melakukan
pembelian bahan baku (set up cost). Misalkan setiap kali perusahaan harus
menaggung biaya yang besar, maka akan mendorong perusahaan untuk tidak
sering melakukan transaksi pembelian. Hal ini mengakibatkan setiap kali
pembelian maka perusahaan membeli dalam jumlah yang besar agar tidak
menaggung kerugian. Sebaliknya bila setiap kali perusahaan menanggung
biaya yang kecil, maka akan mendorong perusahaan untuk  sering
melakukan transaksi pembelian. Hal ini mengakibatkan setiap kali
pembelian maka perusahaan membeli dalam jumlah yang kecil.
3. Resiko yang ditanggung oleh perusahaan yang berhubungan dengan
penyimpanan bahan baku di gudang (carrying cost). Misalkan resiko
simpanan tersebut besar, maka akan mendorong perusahaan untuk tidak
selalu menyimpan bahan baku di gudang. Akibatnya pada setiap melakukan
pembelian akan dibeli bahan baku dalam jumlah sedikit. Sebaliknya bila
resiko simpanan tersebut kecil, maka akan mendorong perusahaan untuk
selalu menyimpan bahan baku yang banyak di gudang. Akibatnya pada setiap
melakukan pembelian akan dibeli bahan baku dalam jumlah banyak.
4. Fluktuasi harga beli bahan baku di waktu-waktu yang akan datang.
Misalkan ada kecenderungan bahwa harga beli bahan baku terus naik, maka
akan mendorong perusahaan untuk segera melakukan pembelian bahan baku
dalam jumlah yang banyak selagi harga belum naik teralu tinggi. Sebaliknya
bilamana ada kecenderungan harga beli bahan baku akan terus turun maka
perusahaan akan melakukan pembelian dalam jumlah yang sedikit demi
sedikit. 
5. Tersedia bahan baku di pasar. Misalkan bahan baku tidak selalu tersedia di
pasar pada sepanjang tahun maka akan mendorong perusahaan untuk
segera melakukan pembelian bahan baku dalam jumlah banyak, selagi masih
banyak tersedia di pasar. Begitu pun dengan sebaliknya.
6. Tersedianya modal kerja. Misalkan perusahaan memiliki modal kerja yang
cukup, maka akan meberikan kemungkinan untuk melakukan pembelian
bahan baku dalam jumlah banyak. Sebaliknya bila modal kerja yang tersedia
terbatas, maka perusahaan hanya akan melakukan pembelian bahan baku
dalam jumlah yang sedikit.
7. Kebijakan perusahaan di bidang persediaan bahan baku (inventory policy).
Kebijakan ini pada dasarnya bahan baku yang dibeli akan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan proses produksi dan untuk cadangan persediaan yang
disimpan dalam gudang. Misalkan perusahaan menetapkan  persediaan
bahan baku dalam jumlah yang banyak maka akan mendorong melakukan
pembelian dalam jumlah yang banyak pula. Sebaliknya bila persediaan bahan
baku dalam jumlah yang sedikit maka akan mendorong melakukan
pembelian dalam jumlah yang sedikit.

Kebijakan yang mempengaruhi bahan baku adalah :

1. Fluktuasi produksi dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang
yang tertuang dalam budget unit yang akan diproduksi. Untuk menghadapi
jumlah produksi yang meningkat, diperlukan persediaan bahan baku dalam
produksi yang banyak. Sedangkan bila menghadapi jumlah produksi yang
akan menurun, hanya akan diperlukan persediaan bahan baku dalam
jumlah yang sedikit.
2. Fasilitas penyimpanan yang tersedia. Bila fasilitas penyimpan yang
tersedia cukup banyak, maka akan menggunakan penetapan kebijakan
persediaan bahan baku dalam jumlah yang banyak pula. Sebaliknya bila
fasilitas yang tersedia terbatas maka persediaan bahan baku ditetapkan
dalam jumlah yang sedikit.
3. Modal kerja yang tersedia. Bila modal kerja yang tersedia cukup banyak,
maka akan memungkinkan penetapan persediaan bahan baku dalam jumlah
yang banyak pula. Sebaliknya bila modal kerja yang tersedia terbatas,
maka persediaan bahan baku ditetapkan dalam jumlah yang sedikit.
4. Biaya simpan bahan baku (carrying cost) yaitu biaya-biaya yang harus
ditanggung  oleh perusahaan karena menyimpan bahan baku, seperti sewa
gedung, biaya perawatan barang yang disimpan, biaya modal yang
tertanam dalam barang yang disimpan. Misalkan biaya simpan murah.
maka akan memungkinkan penetapan kebijakan persediaan bahan baku
dalam jumlah yang banyak. Sebaliknya bila biaya simpan mahal, maka
persediaan bahan baku ditetapkan dalam jumlah sedikit.
5. Resiko simpan bahan baku, yaitu kerugian yang timbul dan harus
ditanggung oleh perusahan karena menyimpan bahan baku seperti rusak,
kualitas turun,barang ketinggalan jaman, dll.
6. Tingkat perputaran bahan baku (inventory turn over) diwaktu-waktu  yang
lalu. Misalnya: di waktu-waktu yang lalu tingkat perputaran persediaan
bahan baku rendah, maka akan mendorong penetapan persediaan bahan
baku dalam jumlah yang banyak. Sebaliknya, bilamana tingkat perputaran
persediaan bahan baku tinggi, maka akan mendorong penetapan
persediaan bahan baku  dalam jumlah yang sedikit.
7. Lamanya tenggang waktu antara bahan menah dipesan (dibeli) dengan
bahan baku tersebut benar-benar telah dikirim dan tiba di gudang
perusahaan (lead time). Bila tenggang waktunya lama, maka ditetapkan
persediaan bahan baku dalam jumlah yang banyak. Sebaliknya tenggang
waktunya singkat, maka akan ditetapkan persediaan bahan baku dalam
jumlah sedikit.

Menentukan Jumlah pembelian


        Hal yang perlu selalu dipikirkan oleh perusahaan selain besarnya
kebutuhan juga besarnya (jumlah) bahan baku setiap kali dilakukan pembelian,
yang menimbulkan biaya paling rendah tetapi tidak mengakibatkan kekurangan
bahan baku. Ada banyak metode untuk menentukan jumlah pembelian antara lain

 LOL yaitu Lot for Lot. Jumlah pembelian sebesar jumlah kebutuhan bersih

Perhitungan bahan baku untuk satu periode ditentukan dengan :

Persediaan bahan akhir                                 xxxx
kebutuhan bahan baku untuk produksi            xxxx (+)
jumlah kebutuhan                                        =xxxx
persediaan awal                                            xxxx (-)
pembelian bahan baku                                = xxxx
 EOQ yaitu jumlah pembelian sebesar jumlah yang meminimumkan biaya
persediaan.

Pertimbangan Pembelian Bahan Baku


        Dalam pembelian bahan baku  perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
1.    Jenis bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.
2.    Jumalah yang harus dibeli.
3.    Harga per-satuan bahan baku.

Bentuk Format Anggaran Pembelian Bahan Baku


Oleh Hendra Poerwanto

        Anggaran ini disusun sebagai perencanaan jumlah bahan mentah yang
harus dibeli pada periode mendatang. Pembelian dilakukan dengan
mempertimbangkan faktor kebijakan persediaan bahan mentah dan kebutuhan
bahan mentah. Penentuan jumlah pembelian bahan mentah dapat dilakukan
dengan menggunakan pendekatan EOQ.Penyajian anggaran ini terperinci yang
memuat setidaknya informasi tentang:

1. Jenis bahan mentah yang digunakan


2. Jumlah yang harus dibeli
3. Harga per satuan bahan mentah

Secara umum tidak ada format standard Anggaran Pembelian Bahan Baku, segala
sesuatunya disesuaikan dengan keinginan dan kondisi masing-masing
perusahaan.

Contoh Format Anggaran Pembelian Bahan Baku

#
Contoh Anggaran Pembelian Bahan Baku
Oleh Hendra Poerwanto

        Dengan melanjutkan  kasus PT GM pada contoh Anggaran Kebutuhan


Bahan Baku, maka setelah membuat Anggaran Kebutuhan Bahan Baku, dapatlah
disusun Anggaran Pembelian Bahan Baku sebagai berikut:

Pengertian Anggaran Persediaan Bahan Baku


Oleh Hendra Poerwanto

        Anggaran Persediaan Bahan Baku merupakan suatu perencanaan yang


terperinci atas kuantitas bahan baku yang disimpan sebagai persediaan.

    Pada penyusunan anggaran kebutuhan bahan baku dan anggaran pembelian


bahan baku, tampak bahwa masalah nilai persediaan awal dan persediaan akhir
bahan baku selalu diperhitungkan. Setiap perusahaan dapat mempunyai
kebijaksanaan dalam menilai persediaan yang berbeda. Tetapi pada dasarnya
kebijaksanaan tentang penilaian persediaan dapat dikelompokkan menjadi:

1.    Kebijaksanaan FIFO (First In First Out).


        Kebijaksanaan  FIFO, bahan baku yang lebih dahulu digunakan untuk
produksi adalah bahan baku yang lebih dahulu masuk di gudang, sehingga sering
pula diterjemahkan ”pertama masuk pertama keluar”. Dengan kata lain, penilaian
bahan baku di gudang nilainya diurutkan menurut urutan waktu pembeliannya.
   
2.    Kebijaksanaan LIFO (Last In First Out).
        Kebijaksanaan  LIFO adalah harga bahan baku yang masuk ke gudang
lebih akhir justru dipakai untuk menentukan nilai bahan baku yang digunakan
dalam produksi, meskipun pemakaian fisik tetap diurutkan menurut urutan
pemasukannya.
   
    Besarnya bahan baku yang harus tersedia untuk kelancaran proses produksi
tergantung :

1. Volume produksi selama satu periode waktu tertentu. ( dapat dilihat


pada anggaran biaya produksi).
2. Volume bahan baku minimal , yang disebut safety stock ( persediaan
besi).
3. Besarnya pembelian yang ekonomis (economical order quantity).
4. Estimasi tentang naik turunya harga bahan baku pada waktu
mendatang.
5. Biaya penyimpanan dan pemeliharaan bahan baku.
6. Tingkat kecepatan bahan baku menjadi rusak.

Persediaan Besi (safety stock)


        Persediaan Besi (safety stock) adalah persediaan minimal bahan baku
yang harus dipertahankan untuk menjamin kelangsungan proses produksi.
Persediaan besi ditentukan oleh :

1. Kebiasaan leveransir menyerahkan bahan baku yang dipesan apakah selalu


tepat waktu atau tidak. Bila leveransir selalu tepat menyerahkan pesanan
kita maka resiko kehabisan bahan baku relative kecil, sehingga persediaan
besi tidak perlu terlalu besar. Sebaliknya biaya bahan baku yang dipesan,
maka resiko kehabisan bahan baku relative besar, sehingga perlu
persediaan besi yang cukup besar pula.
2. Jumlah bahan baku yang dibeli setiap kali pemesanan.  Jumlah bahan
baku yang dibeli besar berarti persediaan rata rata di atas safety stock
besar pula, sehingga resiko kehabisan bahan baku relative kecil.
3. Dapat diperkirakan atau tidak kebutuhan bahan baku secara tepat. Bagi
perusahaan yang dapat memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku
secara tepat, maka resiko kehabisan bahan baku kecil (karena bahan baku
yang dibutuhkan sudah disediakan sepenuhnya).
4. Perbandingan antara biaya penyimpanan bahan baku dan biaya extra
karena kehabisan bahan baku. Biaya penyimpanan tampak besar daripada
biaya extra akibat kehabisan bahan baku maka tidak perlu adanya
persediaan besi yang terlalu besar.
Bentuk Format Dasar Anggaran Persediaan Bahan Baku
Oleh Hendra Poerwanto

        Anggaran Persediaan Bahan Baku disusun untuk merencanakan


persediaan di masa yang akan datang. Faktor persediaan ini menjadi
pertimbangan dalam pembelian bahan mentah. Pembelian bahan mentah bisa saja
tidak sama dengan jumlah bahan mentah yang diperlukan karena adanya faktor
persediaan.

        Dalam Anggaran Persediaan Bahan Baku perlu diperinci hal-hal sebagai
berikut:

1.    Jenis bahan baku yang digunakan.


2.    Jumlah masing-masing jenis bahan baku yang tersisa sebagai persediaan.
3.    Harga per unit masing masing jenis bahan baku.
4.    Nilai bahan baku yang disimpan sebagai persediaan.

Pada prinsipnya tidak ada bentuk format standar Anggaran Persediaan Bahan
Baku, yang penting adalah bahwa Anggaran Persediaan Bahan Baku memuat
informasi tentang jenis, jumlah, harga dan nilai bahan baku yang menjadi
persediaan. Selebihnya disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi perusahaan.
Berikut ini diberikan satu contoh bentuk/ format Anggaran Persediaan Bahan
Baku:

Contoh Anggaran Persediaan Bahan Baku


Oleh Hendra Poerwanto

        Dengan menggunakan kasus yang sama pada contoh Anggaran


Kebutuhan Bahan Baku yakni PT GM, lebih jauh  diminta untuk membuat
Anggaran Persediaan Bahan Baku.

Berdasarkan data-data pada contoh soal Anggaran Kebutuhan Bahan Baku, maka
dapat dibuat Anggaran Persediaan Bahan Baku sebagai berikut:
        Sebagaimana dalam keterangan, angka-angka untuk persediaan awal dan
persediaan akhir tahun diperoleh dari angka-angka yang ada pada Anggaran
Pembelian Bahan Baku pada kolom Persediaan Awal dan Persediaan Akhir.
Sedang informasi harga diperoleh dari informasi yang ada di soal.

Pengertian Anggaran Biaya Bahan Baku yang Habis digunakan


Oleh Hendra Poerwanto

        Anggaran Biaya Bahan Baku Yang Habis Digunakan merupakan anggaran
yang merencanakan nilai bahan baku yang digunakan dalam satuan uang. Tidak
semua bahan baku yang tersedia akan habis digunakan untuk produksi. Hal ini
disebabkan oleh 2 hal, yakni:

1. Perlu adanya persediaan akhir, yang akan menjadi persediaan awal periode
berikutnya.
2.  Perlu adanya persediaan besi (Safety Stock) agar kelangsungan produksi
tidak terganggu akibat kehabisan bahan baku.

        Bahan baku yang telah habis digunakan dalam proses produksi harus
dihitung nilainya. Rencana besarnya nilai bahan maentah yang telah habis
digunakan dalam proses produksi dituangkan dalam suatu budget tersendiri yang
disebut Budget Biaya Bahan Baku yang Habis digunakan.

Manfaat Anggaran Biaya Bahan Baku Yang Habis Digunakan


        Manfaat disusunnya Budget Biaya Bahan Baku yang Habis digunakan
antara lain:

1. Untuk keperluan Product Costing, yakni perhitungan harga pokok barang


yang dihasilkan perusahaan.
2. Untuk keperluan pengawasan penggunaan bahan baku.

Bentuk Format Anggaran Biaya Bahan Baku Yang Habis Digunakan


Oleh Hendra Poerwanto

        Bentuk dasar budget biaya bahan baku yang habis digunakan, dalam
budget ini Standard Usage Rate masih diperhatikan, tetapi tidak dicantumkan lagi
karena sudah dicantumkan pada budget kebutuhan bahan baku. Budget biaya
bahan baku yang habis digunakan perlu memperinci hal-hal sebagai berikut:

1.    Jenis bahan dan waktu penggunaan bahan baku..


2.    Jumlah masing-masing jenis bahan baku yang habis digunakan untuk
produksi.
3.    Harga per unit masing-masing jenis bahan baku.
4.    Nilai masing-masing bahan baku yang habis digunakan untuk produksi.
5.    Jenis barang yang dihasilkan dan menggunakan bahan baku.

Berikut ini satu contoh bentuk format Anggaran Biaya Bahan Baku Yang Habis
Digunakan:

Contoh Anggaran Biaya Bahan Baku Yang Habis Digunakan


Oleh Hendra Poerwanto

        Masih menggunakan kasus yang sama dengan kasus yang digunakan
dalam contoh Anggaran Kebutuhan Bahan Baku, selanjutnya diminta untuk
membuat Anggaran Biaya Bahan Baku Yang Habis Digunakan.

Berdasarkan data-data yang ada pada contoh soal Anggaran Kebutuhan Bahan
Baku, maka dapat disusun Anggaran Biaya Bahan Baku Yang Habis Digunakan
sebagai berikut:

Sebagaimana pada keterangan, untuk data pada kolom Kebutuhan Bahan


diperoleh dari Anggaran Kebutuhan Bahan Baku yang telah dibuat sebelumnya.

Pengertian Anggaran Tenaga Kerja Langsung


Oleh Hendra Poerwanto

        Pada setiap perushaan tentu saja ada biaya yang dikeluarkan untuk
keperluan tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang
utama dan yang selalu ada dalam perusahaan, meskipun pada perusahaan
tersebut sudah digunakan mesin-mesin. Mesin yang bekerja dalam perusahaan
tentu saja perlu ditangani oleh tenaga manusia, meskipun mesin-mesin jaman
sekarang sudah banyak yang bersifat otomatis.

        Anggaran tenaga kerja seperti halnya anggaran bahan mentah, hanya
merencanakan unsur tenaga kerja langsung. Dan seperti halnya anggaran bahan
mentah, anggaran tenaga kerja selalu dikaitkan dengan anggaran produksi yang
telah disusun sebelumnya. Berikut skema yang menunjukkan posisi anggaran
tenaga kerja langsung terhadap anggaran produksi
Penyusunan anggaran tenaga kerja langsung adalah bagian dari perencanaan
tenaga kerja. Sebagaimana diketahui bersama, perencanaan tenaga kerja
meliputi aspek yang luas sekali, sehingga perlu diperhitungkan secara matang
oleh pemimpin perusahaan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan tenaga kerja antara lain adalah:

1.    Kebutuhan tenaga kerja


2.    Pencarian atau penarikan tenaga kerja
3.    Latihan bagi tenaga kerja baru
4.    Evaluasi dan spesifikasi pekerjaan bagi tenaga kerja
5.    Gaji dan upah yang harus diterima oleh tenaga kerja
6.    Pengawasan tenaga kerja

        Berbagai cara dilakukan oleh perusahaan untuk mencari dan


mendapatkan tenaga kerja yang baik dan terampil, yang cocok untuk bidang
pekerjaannya. Tenaga kerja yang tidak memiliki keterampilan khusus umumnya
mudah dicari di Indonesia ini. tetapi unutk mencari tenaga kerja yang baik di
salah satu bidang khusus, seperti tenaga teknis dan manajerial harus diperoleh
secara khusus pula. Untuk mereka, perusahaan tidak segan-segan menyediaka
perangsang berupa gaji yang besar dan fasilitas yang lengkap. Beberapa
perusahaan besar bahkan mendapatkannya dengan melalui kaderisasi,
umpamanya dengan penawaran beasiswa yangh mengikat. Karena itu biaya
tenaga kerja, sebetulnya tidak hanya timbul pada saat tenaga kerja iti digunaka,
akan tetapi ada sebelum tenaga kerja itu siap.

        Seleksi tenaga kerja dilakukan denga berbagai cara. Selain diadakan uji
tertulis dan lisan, juga diadakan psychotest, untuk mengetahui secara pasti siapa
yang paling cocok untuk bidabg pekerjaan yang tersedia. Tujuan seleksi tenaga
kerja khususnya adalah untuk mencari orang-orang yang cocok dan mempunyai
potensi untuk berkembang. Tenaga kerja yang sudah berpengalaman selain mahal
“harga”-nya juga ada kemungkina bahwa pengalaman yang dimiliki justru tidak
sesuai dengan kebutuhan yang ada. Pelatihan atau training biasanya diberikan
pada tenaga kerja baru. Pelatihan ini dapat diverikan oleh internal perusahaan
atau bisa juga oleh lembaga khusus yang memberikan secara bersama-
samadengan para tenaga kerja baru di perusahaan lain. Pelatihan bisa dilakukan
di lingkunga kantor/perusahaan, atau di luar perusahaan. Sesudah selesai masa
latihan, maka tenaga kerja siap untuk ditempatkan. Potensi masing-masing
tenaga kerja dan jabatan yang tersedia bermacam-macam sehingga perlu adanya
evaluasi dan spesifikasi pekerjaan bagi mereka. Semua aspek di atas tidak hanya
berlaku pada satu tingkatan saja, tetapi pada semua tingkatan jabatan dalam
perusahaan. Sehingga jelaslah bahwa biaya tenaga kerja merupakan komponen
yang cukup besar bagi harga produk barang yang dihasilkan.

Fungsi Perencanaan Dan Pengendalian Anggaran Tenaga Kerja Langsung


Oleh Hendra Poerwanto

        Penyusunan anggaran kerja langsung yang baik, dapat memberikan


keuntungan bagi perusahaan, yaitu sebagai berikut:
1.    Penggunaan tenaga kerja lebih efisien.
2.    Biaya tenaga kerja dapat direncanakan dan diatur lebih efisien.
3.    Penghitungan harga pokok barang dapat dihitung secara tepat.
4.    Alat pengendalian tenaga kerja langsung

Laporan pelaksanaan tenaga kerja langsung merupakan kelanjutan pelaksanaan


untuk bahan mentah.

Contoh :

Data anggaran sebagai berikut :


Produksi bulan Februari = 16.000 unit, dengan standar pemakaian tenaga kerja
langsung = 2,5 jam per unit barang, tariff upah = Rp 100,00/jam.

Data realisasi sebagai berikut :


Produksi bulan Februari = 15.000 unit yang menghabiskan 37.000 jam tenaga
kerja langsung dan upah yang dibayarkan Rp 4.070.000,00.

Berdasarkan data tersebut dapat disusun tabel berikut:

Rencana * Disesuaika Realisasi*   Penyimpan  %


n gan 
Produksi   16.000     15.000 15.000     
Standar 2,5 DLH 2,5 DLH   2,467 DLH 0,033 DLH  1%
Pemakaian TK
Jumlah DLH 40.000 37.500 DLH 37.000 +500 DLH  2%
DLH   DLH  
Upah / DLH Rp.100,00  Rp100,00 Rp110,00 (Rp 10,00) 
10
%
Jumlah Upah Rp  Rp Rp4.070.000, (Rp320.000,0 8%
4000.000,0 3.750.000,0 00 0)
0 0 
*) Data soal
        

Laporan pelaksanaan dan analisa variansi untuk data di atas adalah sebagai
berikut:
Analisa variansi:

Penyimpangan efisiensi = (JTKL standar – JTKL actual) x tarif standar


                                    = (37.500 – 37.000) x Rp 100,00 = Rp
50.000,00

Penyimpangan upah   = (tarif standar – tarif aktual) x JTKL aktual


                                = Rp 100,00 – Rp 110,00) x 37.000
                                = (Rp 370.000,00)

Total variansi = Rp 50.000,00 +(Rp 370.000,00)


                   = (Rp 320.000)

Jenis-Jenis Tenaga Kerja


Oleh Hendra Poerwanto

        Untuk kepentingan penyusuna anggaran dan perhitunga harga produk,


maka biasanya tenaga kerja dibedakan menjadi:

1.    Tenaga kerja langsung


Tenaga kerja langsung pengertiannya terbatas pada tenaga kerja di pabrik yang
secara langsung terlibat pada proses produksi dan biayanya dikaitkan pada biaya
produksi atau pada barang yang dihasilkan. Sedangkan tenaga kerja tidak
langsung pengertiannya terbatas pada tenaga kerja di pabrik yang tidak terlibat
secara langsung pada proses produksi dan biayanya dikaitkan pada biaya
overhead pabrik. Tenaga kerja langsung memiliki sifat :

 Besar kecilnya biaya untuk tenaga kerja jenis ini berhubungan


secara langsung dengan tingkat kegiatan produksi.
 Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja jenis ini merupakan
biaya variabel.
 Umumnya dikatakan bahwa tenaga kerja jenis ini merupakan
tenaga kerja yang kegiatannya langsung dapat dihubungkan
dengan produk akhir (terutama dalam penentuan harga pokok).

Yang dikategorikan sebagai tenaga kerja langsung antara lain adalah para buruh
pabrik yang ikut serta dalam kegiatan proses produksi darii bahan mentah sampai
berbentuk barang jadi.

2.    Tenaga kerja tidak langsung


Sedangkan tenaga kerja tidak langsung mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

 Besar kecilnya biaya untuk tenaga kerja jenis ini tidak berhubungkan
secara langsung dengan tingkat kegiatan produksi.
 Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja jenis ini merupakan biaya
yang semi variabel. Artinya biaya-biaya yang mengalami perubahan tapi
tidak secara sebanding dengan perubahan tingkat kegiatan produksi.
 Tempat bekerja dari tenaga kerja jenis ini tidak harus selalu dalam
pabrik, tetapi dapat di luar pabrik.

Apabila tenaga kerja jenis ini bekerja dalam lingkungan pabrik maka biaya yang
dikeluarkan untuk mereka dikelompokkan dalam penganggaran biaya pabrik
(manufacturing expense budget).

Sistem Upah Dan Perencanaan Tingkat Upah


Oleh Hendra Poerwanto

        Ada tiga sistem pembayaran upah, yaitu:


1. Sistem upah menurut waktu,
yang menentukan bahwa besar kecilnya upah yang akan dibayarkan kepada
masing-masing tenaga kerja, tergantung pad banyak sedikitnya waktu kerja
mereka.
Keuntungan sistem upah menurut waktu yaitu:

 Para tenaga kerja tidak perlu terburu-buru di dalam menjalan kan


pekerjaan, karena banyak-sedikitnya unit yang mampu mereka
selesaikan tidak terpengaruh pada besar-kecilnya upah yang mereka
terima. Dengan demikian kualitas barang yang diproduksi akan dapat
terjaga.
 Bagi para tenaga kerja yang kurang terampil, sistem upah ini dapat
member ketengan dalam bekerja, karena walaupun mereka kurang
bisa menyelesaikan unit yang banyak, mereka akan tetap memperoleh
upah yang sama dengan yang diterima oleh tenaga kerja lain.

Kerugian sistem upah menurut waktu yaitu:

 Para tenaga kerja yang terampil akan mengalami kekecewaan, karena


kelebihan mereka tidak dapat dimanfaatkan untuk memperoleh upah
yang lebih besar dibandingkan para tenag kerja yang kurang terampil,
sehingga tenaga kerja yang terampil kurang bersemangat dalam
bekerja.
 Adanya kecenderungan para pekerja untuk bekerja lamban, karena
besar-kecilnya unit yang dihasilkan tidak berpengaruh pada besar-
kecilnya upah yang mereka terima.

2. Sistem upah menurut unit hasil,


yang menentukan besar-kecilnya upah yang diterima tenaga kerja , tergantung
pada banyaknya unit yang dihasilkan. Semakin banyak unit yang dihasilkan ,
semakin banyak upah yang diterima.
Keuntungan sistem upah menurut unit hasil yaitu:

 Para tenaga kerja yang terampil akan mempunyai semangat kerja


yang tinggi, dan akan menunjukkan kelebihan keterampilannya,
karena besar-kecilnya unit yang dihasilkan akan menetukan besar-
kecilnya upah yang akan mereka terima. Akibatnya produktivitas
perusahaan meningkat.
 Adanya kecenderungan pekerja untuk bekerja labih semangat, agar
memperoleh upah yang lebih besar.

Kerugian sistem upah menurut unit hasil yaitu:

 Para pekerja akan bekerja terburu-buru, sehingga kualitas barang


kurang terjaga.
 Para pekerja yang kurang terampil akan selalu memperoleh upah yang
rendah, akibatnya mereka kurang mempunyai semangat kerja.

3. Sistem upah dengan insentif,


yang menentukan besar-kecilnya upah yang akan dibayarkan kepada masing-
masing tenaga kerja tergantung pada waktu lamanya bekerja, jumlah unit yang
dihasilkan ditambah dengan insentif (tambahan upah) yang besar-kecilnya
didasarkan pada prestasi dan keterampilan kerja pegawai. Sistem upah dengan
insentif sering dianggap sebagai gabungan antara sistem upah menurut waktu
dengan sistem upah menurut unit hasil. Sistem ini diharapkan akan memperoleh
keuntungan dari kedua sistem tersebut. Namun sistem ini juga memilki kerugian,
yaitu sistem ini memerlukan sistem administrasi yang rumit, sehingga
memerlukan tambahan pegawai di bagian administrasi.

 Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan tarif upah, yaitu
dengan:

 Rata-rata tingkat upah. Penentuan tarif upah dalam suatu departemen atau
pusat biaya dapat dilakukan dengan membuat estimasi jumlah pekerja dan
tingkat upah, kemudian di hitung rata-rata upah.
 Rasio historis. Rasio historis antara jumlah upah yang dibayar dengan
jumlah jam kerja langsung dalam suatu departemen dapat berubah bila
kondisi berubah.
 Standar akuntansi. Penetapan tarif upah dapat sama dengan standar
akuntansi biaya. Hal ini hanya dapat diterapkan jika perusahaan telah
memakai sistem akuntansi biaya standar untuk upah, sehingga tidak perlu
dibedakan antara standar dengan yang dianggarkan

Penentuan Standar Jam Tenaga Kerja Langsung


Oleh Hendra Poerwanto
        Kondisi internal akan menentukan apakah perencanaan jam kerja
langsung layak dikaitkan dengan rencana produksi. Begitu pula dengan
pendekatan yang akan digunakan dalam perencanaan jumlah jam kerja langsung.
Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam menentukan jam kerja standar
adalah :

1. Studi gerak dan waktu. Studi ini biasa dilakukan oleh bagian teknik dengan
membuat analisis pekerjaan apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
suatu produk. Kemudian dengan observasi (biasanya dengan alat bantu
stopwatch) yang dilakuakan berulang-ulang akan dapat ditentukan standar
waktu setiap jenis pekerjaan.
2. Biaya standar. Jika sistem biaya standar telah diterapkan di dalam
perusahaan, biasanya telah dihitung pula jumlah kebutuhan jam kerja
langsung untuk setiap unit produk. Dengan demikian, standar jam kerja
langsung tersebut dapat digunakan dalam pembuatan anggaran jam kerja
langsung ( dengan cara mengalikannya dengan rencana produksi).
3. Estimasi langsung oleh supervisor. Cara ini dilakukan dengan menanyakan
langsung kepada setiap supervisor departemen produksi, berapa perkiraan
jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk membuat rencana produksi. Dalam
membuat estimasi tersebut, supervisor harus berdasarkan pada pendapat
pribadi, pengalaman masa lalu, bantuan tingkat manajemen berikutnya,
dan bantuan dari staf teknis.
4. Estimsi dengan statistik. Catatan akuntansi biasanya sangat membantu
dalam menetukan jumlah jamkerja langsung. Rasio  antara jam kerja
langsung dengan jumlah output dihitung dan kemudian disesuaikan dengan
rencana perubahan dalam departemen yang bersangkutan. Metode ini
sangat tergantung pada ketepatan pencatatan dan kesamaan proses
produksi dari periode ke periode. Metode ini mempunyai kelemahan, yaitu
bahwa inefisiensi yang terjadi pada masa lalu akan terbawa ke masa yang
akan datang.

Jenis Anggaran Tenaga Kerja Langsung Dan Persiapan Penyusunan Anggaran


Tenaga Kerja
Oleh Hendra Poerwanto

        Apabila memungkinkan, anggaran tenaga kerja dapat dibuat secara


terpisah, yakni anggaran jam kerja langsung dan anggaran biaya tenaga kerja
langasung.

1.    Anggaran jam tenaga kerja langsung

Anggaran ini harus mencantumkan data-data sebagai berikut:


a)    Jenis barang yang dihasilkan perusahaan
b)    Bagian-bagian yang terlibat slam proses produksi
c)    Jumlah JTKL yang diperlukan untuk memproduksi tiap jenis barang
d)    Waktu produksi barang

2.    Anggaran biaya tenaga kerja langsung


Anggaran ini memuat hal-hal sebagai berikut:

a)    Jumlah barang yang diproduksi


b)    JTKL yang diperlukan untuk mengerjakan 1 unit barang
c)    Tingkat upah rata-rata per JTKL
d)    Jenis barang yang dihasilkan perusahaan
e)    Waktu produksi barang

        Sebelum menyususn anggraan tenaga kerja perlu ditentukan lebih dahulu
satuan utama yang digunaka untuk menghitungnya. Yang paling sering digunakan
adalah perhitunga atas dasar jam brurh langsung dan biaya buruh langusng.
Dalam penyusunan anggraan ini terlebih dahulu membuat Manning Table.
Manning Table merupakan daftar kebutuhan tenaga kerja yang menjelaskan:

•    Jenis atau kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan


•    Jumlah masing-masing tenaga kerja tersebut pada berbagai tingkat kegiatan
•    Bagian-bagian yang membutuhkannya

Bentuk Format Anggaran Tenaga Kerja Langsung


Oleh Hendra Poerwanto

        Berikut ini disajikan pedoman langkah-langkah umum penyusunan


anggaran tenaga kerja. Langkah-langkah ini hanya pedoman umum dan bukan
suatu pedoman standard karena bagaimanapun penyusunan anggaran tenaga
kerja harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang ada pada
perusahaan. Selengkapnya langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menentukan satuan dasar yang digunakan untuk menyusuna anggaran


tenaga kerja langsung. Pada umumnya menggunakan Jam buruh langsung
(DLH) atau Biaya buruh langsung (DLC)
2. Menyusun manning table yang merupakan daftar kebutuhan tenaga kerja
menyangkut jenis dan kualifikasi, jumlah masing-masing kualifikasi dan
bagian-bagian yang membutuhkan
3. Menentukan waktu standar
4. Menentukan standar upah
5. Menyajikan dalam bentuk tabel

Bentuk Format Penyajian Anggaran Tenaga Kerja Langsung


        Anggaran Tenaga Kerja LAngsung setidaknya memuat informasi
 Waktu produksi
 Jenis barang yang dihasilkan
 Jumlah barang yang diproduksi
 Standar waktu
 Jumlah waktu
 Standar upah
 Jumlah Upah
 Bagian-bagian yang membutuhkan tenaga kerja
 Jumlah total

Bentuk Format Penyajian juga dapat dilakukan dengan membagi menjadi dua sub
yakni:
1. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung Yang memuat sebagaimana pada poin
5

Contoh Format Penyajian Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung

2. Anggaran jam buruh langsung yang diperinci dengan memuat hal-hal sbb:

 Jenis barang yang dihasilkan


 Bagian-bagian yang ada dalam proses produksi
 Jumlah DLH yang diperlukan setiap jenis barang
 Waktu produksi barang

Contoh Format Penyajian Anggaran Jam Tenaga Kerja Langsung


Contoh Anggaran Tenaga Kerja Langsung<
Oleh Hendra Poerwanto

        Untuk mengilustrasikan bagaimana menyusun Anggaran tenaga Kerja


Langsung, berikut diberikan satu contoh kasus. Dimisalkan PT.GM memproduksi
dua jenis produk yakni A dan B. Produk A diproduksi melalui tiga bagian yakni
bagian 1, bagian 2 dan bagian 3, sedangkan produk B diproses hanya melalui
bagian 1 dan bagian 3 saja. Berikut Data dan informasi lain:

 Rencana Produksi yang dicuplik dari Anggaran Produksi

 Standar Jam Tenaga Kerja Langsung/ Direct Labor Hours (JTKL/DLH)

 Standar Upah per DLH


Berdasarkan data dan informasi PT GM di atas, diminta:

1. membuat Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung


2. membuat Anggaran Jam Tenaga Kerja Langsung

JAWAB:

1. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung

Pertama menyiapkan format Tabel Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung yang
sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya mengisi setiap kolom.

 Kolom a dan f diisi dengan menggunakan data Rencana Produksi yang


dicuplik dari Anggaran Produksi
 Kolom b  dan g diisi dengan data Standar DLH per unit produk
 Kolom d dan i diisi dengan menggunakan data Standar Upah per DLH
 Kolom-kolom lain diisi dengan perhitungan yang sesuai.

Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung selengkapnya adalah sebagai berikut:


2. Anggaran Jam Tenaga Kerja Langsung

Langkah pertama membuat format tabel Anggaran Jam Tenaga Kerja Langsung
yang sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya mengisi kolom-kolom:

 Kolom Produk A Bagian I diisi dengan jumlah DLH yang diperlukan untuk
membuat produk A di Bagian I. Data Jumlah DLH yang diperlukan untuk
memproses produk A di Bagian Idicuplik dari Anggaran Biaya Tenaga Kerja
Langsung yang sudah dibuat untuk menjawab no.1
 Kolom Produk B Bagian I diisi dengan cara yang sama dengan mengisi
Kolom Produk A Bagian I. Data Jumlah DLH yang diperlukan untuk
memproses produk B di Bagian I dicuplik dari Anggaran Biaya Tenaga Kerja
Langsung sebagaimana pada jawaban no.1

Anggaran Jam Tenaga Kerja Langsung selengkapnya sbb:

***

***
#

***

***

Anda mungkin juga menyukai