Anda di halaman 1dari 31

REAKSI-REAKSI PADA TUMPUAN

DAN SAMBUNGAN

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3 DAN 4
KELAS A1

Rahma Juwita ( 180130114 )

Nabila Muriara ( 180130018 )

Putri Wildani ( 180130020 )

Fadillatus Sabarina ( 180130022 )

Asma ( 180130024 )

Nadya Arifah ( 180130027 )

Welpiano Prabowo ( 180130029 )

Maysarah ( 180130034 )

DOSEN PEMBIMBING
Syukriah,ST.,M.Sc

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK INDUSTRI
2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang “REAKSI-REAKSI PADA TUMPUAN
DAN SAMBUNGAN”.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
       Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang reaksi-reaksi
pada tumpuan dan sambungan ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi
terhadap pembaca.
    

                                                                            Aceh Utara, 4 Desember


2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
2.1 Definisi Dan Jenis-Jenis Tumpuan............................................................4
2.2 Pengertian Sambungan..............................................................................7
2.3 Macam-Macam Sambungan......................................................................7
2.4 Sambungan Keling....................................................................................8
2.5 Sambungan Las.......................................................................................14
2.6 Sambungan Ulir.......................................................................................20
2.7 Gaya Gesekan..........................................................................................21
BAB III PENUTUP...............................................................................................26
3.1 Kesimpulan..............................................................................................26
3.2 Saran........................................................................................................26
DAFTAR ISI..........................................................................................................27

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada suatu konstruksi bangunan, tidak terlepas dari elemen-elemen
seperti balok, kolom pelat maupun kolom balok, baik itu yang terbuat dari
baja, kayu maupun beton, pada tempat-tempat tertentu harus disambung.
Hal ini dikarenakan keterbatasan ketersediaan material di pasaran dan juga
berhubungan dengan kemudahan pemasangan di lapangan. Khusus untuk
konstruksi yang terbuat dari bahan beton, boleh jadi sambungan bukan
merupakan sesuatu hal yang perlu dipermasalahkan, karena pada
konstruksi beton struktur secara keseluruhan adalah bersifat monolit
(menyatu secara kaku). Lain halnya dengan konstruksi yang terbuat dari
baja maupun kayu, sambungan merupakan sesuatu hal yang perlu
mendapat perhatian serius yang matang karena pada konstruksi baja dan
kayu, elemen-elemen struktur yang disambung tidak dapat bersifat monolit
seperti konstruksi beton.
Pada umumnya sambungan berfungsi untuk memindahkan gaya-
gaya yang bekerja pada elemen-elemen struktur yang disambung.
Sambungan dibuat karena keterbatasan bahan yang tersedia di pasaran dan
juga untuk kemudahan pemasangan di lapangan serta kemudahan dalam
hal pengangkutan. Misalkan saja akan dibuat suatu struktur rangka gading-
gading kap terbuat dari baja profil siku, maka tidak mungkin
melaksanakannya secara langsung di lapangan karena tidak akan
ekonomis, tetapi akan lebih hemat jika terlebih dahulu merakitnya di
pabrikasi ( bengkel/workshop ), baru selanjutnya tinggal
menyambungkannya pada kolom-kolom di lapangan.
Pemahaman mengenai aspek perilaku sambungan adalah hal
penting karena sambungan itu harus sesuai dengan kondisi tumpuan yang
dikehendaki pada elemen-elemen yang disambungkan. Desain elemennya,
yang selalu dilakukan sebelum desain sambungan, harus selalu didasarkan
atas kondisi tumpuan yang diasumsikan. Sangat banyak jenis sambungan,

1
namun hanya beberapa di antaranya yang merupakan hubungan standar
yang telah dikembangkan pada dewasa ini dan dapat dikelompokkan
menurut perilakunya. Jenis sambungan ini terutama dipakai pada
sambungan balok ke kolom dan balok ke balok dalam konteks gedung.
Maka, dalam hal ini saya sebagai penulis mengambil judul sesuai dengan
masalah-masalah di atas. Dalam tulisan ini, penulis akan menulis makalah
dengan judul “Reaksi-Reaksi Pada Tumpuan Dan Sambungan”.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini,yaitu sebagai berikut :
1) Bagaimana yang dimaksud dengan tumpuan ?
2) Bagaimana tentang jenis-jenis tumpuan ?
3) Bagaimana yang dimaksud dengan sambungan ?
4) Bagaimana tentang jenis-jenis sambungan ?
5) Bagaimana yang dimaksud dengan gaya gesekan ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini,yaitu sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui bagaimana yang dimaksud dengan tumpuan.
2) Untuk mengetahui bagaimana jenis-jenis tumpuan.
3) Untuk mengetahui bagaimana yang dimaksud dengan sambungan.
4) Untuk mengetahui bagaimana jenis-jenis sambungan.
5) Untuk mengetahui bagaimana yang dimaksud dengan gaya gesekan.

1.4 Manfaat
Makalah ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat secara teoretis dan
manfaat secara praktis.
1) Secara Teoretis hasil makalah ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan yang bermanfaat untuk menambah dan mengembangkan
wawasan ilmu pengetahuan.Hasil makalah ini juga dapat digunakan untuk
menambah referensi yang dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam
pembuatan makalah selanjutnya.

2
2) Secara praktis,makalah ini bermanfaat bagi akademik sebagai khazanah
keilmuan dan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan kajian
keilmuan untuk pengembangan kegiatan pembelajaran.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Dan Jenis-Jenis Tumpuan


Dalam sebuah perhitungan struktur kita mengenal istilah
tumpuan.  Tumpuan adalah tempat bersandarnya konstruksi dan tempat
bekerjanya reaksi.  Jenis tumpuan  yang  digunakan berpengaruh terhadap jenis
konstruksi. Dalam ilmu mekanika rekayasa,  dikenal ada tiga jenis tumpuan,  yaitu
tumpuan sendi,  tumpuan rol,  dan tumpuan jepit.[ CITATION Blo19 \l 1033 ]
A. Tumpuan  Sendi
          

4
Tumpuan sendi dapat menerima gaya dari segala arah tetapi tidak mampu
menahan momen. Dengan demikian tumpuan sendi hanya mempunyai dua gaya
reaksi yaitu  reaksi vertical (RV)  dan  reaksi horizontal  (RH).
Pada tumpuan ini engsel dapat menerima gaya tarik maupun gaya tekan
asalkan garis kerjanya melalui titik pusat engsel dan tumpuan ini tidak dapat
menerima momen. Tumpuan ini mampu menerima gaya sembarang sehingga
gaya-gaya reaksi berupa gaya sembarang yang  malalui titik pusat engsel sehingga
dapat diuraikan menjadi komponen gaya datar dan gaya tegak.
Jenis tumpuan ini hanya dapat berotasi,  namun tak dapat bertranslasi
dalam arah vertical maupun  horizontal.  Tumpuan sendi dapat memberikan reaksi
dalam arah  horizontal maupun vertikal.  Atau dalam bahasa
sederhananya,  tumpuan sendi dapat melakukan perlawanan gaya secara vertical
dan  horizontal (Rv dan Rh)  namun tidak dapat melakukan perlawanan momen.

B. Tumpuan Rol

5
Jenis tumpuan ini bebas berotasi dan bertranslasi sepanjang permukaan rol
ini berada. tumpuan rol hanya mampu menyalurkan gaya vertical  yang  memiliki
arah tegak lurus terhadap bidang permukaan.  Atau dalam bahasa
sederhananya,   Rol hanya mampu melakukan perlawanan gaya vertical (Rv),  dan
tidak melakukan perlawanan gaya horizontal  dan momen.
Tumpuan rol hanya dapat menerima gaya tegak lurus, dan tidak mampu
menahan momen.  Dengan demikian tumpuan rol hanya dapat menahan satu gaya
reaksi  yang  tegak lurus dengan RV.Tumpuan rol hanya dapat menerima gaya
tekan yang tegak lurus pada bidang perletakan rol,   jadi tumpuan rol ini hanya
dapat membuat gaya reaksi yang tegak lurus pada bidang perletakan rol.

C. Tumpuan Jepit

6
Tumpuan jenis ini dapat menahan gaya dalam arah vertikal (Rv),
horizontal (Rh), serta momen (Mx).  Jenis tumpuan jepit tidak mengalami rotasi
dan translasi, sehingga sering disebut tumpuan kaku (rigid).Tumpuan jepit dapat
menahan gaya ke segala arah dan dapat menahan momen. Dengan demikian
tumpuan jepit mempunyai tiga reaksi yaitu reaksi vertikal RV, reaksi
horisontal RH dan reaksi momen RM.

2.2 Pengertian Sambungan


Mesin atau konstruksi terdiri dari beberapa bagian, yang mana bagian
yang satu dengan yang lain akan dihubungkan. Salah satu cara untuk
menghubungkan suku bagian-suku bagian tersebut adalah dengan cara
memberikan sambungan.Sambungan adalah hasil dari penyatuan beberapa bagian
atau konstruksi dengan menggunakan suatu cara tertentu.[ CITATION Dwi13 \l 1033 ]

2.3 Macam-Macam Sambungan


Adapun macam-macam sambungan adalah sebagai berikut :
 Sambungan Tetap, yaitu sambungan yang hanya dapat dilepas dengan
cara merusaknya.
Contoh: sambungan keling dan sambungan las
 Sambungan Tidak Tetap, yaitu sambungan yang dapat kita lepas dan
dapat kita bongkar tanpa merusak sesuatu.
Contoh: sambungan baut, sambungan pasak dan sambungan pena.

Sambungan Baut / Ulir

7
2.4 Sambungan Keling
Sambungan keling adalah sambungan yang digunakan untuk menyambung
plat dan batang profil. Untuk membuat sambungan ini digunakan PAKU KELING
yang dibuat di pabrik khusus dengan kepala terpasang yang dilantak.

A. Bentuk Kepala Paku Keling

8
Paku Keling Kepala Bulat paling banyak dipakai karena jenis paku
keling ini paling mudah dipakai.Bahan yang digunakan untuk membuat paku
keling antara lain Baja Kenyal, Baja Paduan, Tembaga, Loyang dan
Aluminium.

B. Fungsi Sambungan Keling


Adapun fungsi dari sambungan keeling,yaitu sebagai berikut :
 Sebagai sambungan kekuatan dalam konstruksi baja dan konstruksi
logam ringan.
Contoh : Konstruksi Bertingkat, Konstruksi Jembatan dan konstruksi
Pesawat Angkat
 Sebagai sambungan kekuatan kedap
Contoh : Konstruksi ketel dan pipa tekanan tinggi. Tapi untuk saat ini
dalam pembuatan ketel biasanya menggunakan sambungan las.
 Sebagai sambungan kedap yg tidak memiliki tekanan
Contoh : tangki, cerobong asap, pipa penurun.
 Sebagai sambungan paku untuk kulit pelat.
Contoh: Konstruksi Kendaraan dan Konstruksi Pesawat Terbang.

9
Cara melakukan sambungan dengan Keling

C. Bentuk Kampuh Keling


Kampuh keling dibuat menurut kebutuhan kekuatan dan kerapatan
yang dikehendaki.Macam-macam kampuh keling adalah sebagai berikut:
 Kampuh Berimpit (Kampuh Bilah Tunggal dikeling Tunggal)

Kampuh berimpit biasanya digunakan untuk kekuatan kecil,


sedang dan juga sambungan yang hanya memerlukan kerapatan.Jika
diperlukan kerapatan, maka antara kedua plat itu diberi perekat.
 Kampuh Bilah Tunggal (Kampuh Bilah Tunggal dikeling Ganda)

10
Kampuh ini dibuat untuk sambungan yang tidak mendapat gaya
tarik terlalu besar.

 Kampuh Bilah Ganda

Kampuh ini banyak digunakan untuk sambungan yang


menghendaki kekuatan dan karapatan pada tekanan tinggi. Kampuh ini
dapat dikeling tunggal, 2 baris atau 3 baris

D. Penerapan Sambungan Keling


Adapun macam-macam penerapan sambungan keling, yaitu:
 Sambungan Kuat.
Contoh : Sambungan keling kerangka bangunan, jembatan dan blok
mesin
 Sambungan Kuat dan Rapat.
Contoh: Sambungan keling ketel uap, tangki-tangki dan dinding kapal
 Sambungan Rapat.
Contoh: Sambungan tangki-tangki zat cair dan bejana tekanan rendah.

E. Menghitung Kekuatan Sambungan Keling


Untuk menghitung kekuatan sambungan paku keling, seluruh
pembebanan dianggap bekerja pada paku kelingnya.Untuk perhitungan pada

11
sambungan keling Kampuh Berimpit (Kampuh Bilah Tunggal dikeling
tunggal) adalah sebagai berikut:

Pada gambar di atas, beban sebesar F bekerja pada penampang A atas


dasar geseran.
Maka besarnya F dapat kita cari dengan rumus:
F = n . Л/4 . D² . σg
4F = n . Л . D² . σg

Di mana:
F = beban dalam kg
n = jumlah paku
D = diameter paku dalam cm
σg = tegangan geser dalam kg/cm²
Untuk menentukan ukuran plat yang sesuai yaitu :
Bila tebal plat (s) dan lebar plat (b), maka plat tersebut akan putus tertarik, bila
tidak mampu menahan gaya luar yang diberikan. Sehingga tegangan yang
terjadi pada penampang plat yaitu tegangan tarik.

12
Di mana :
σt = tegangan tarik izin
F = gaya luar yang bekerja
A = luas penampang plat yang akan putus.
Untuk luas penampang yang kemungkinan akan putus adalah : A=
( b – D ). s
Di mana :
b = lebar plat ,
s = tebal plat
Maka untuk menentukan Lebar Plat(b) adalah sbb:

2.5 Sambungan Las


Mengelas adalah menyambung dua bagian logam dengan cara
memanaskan sampai suhu lebur dengan memakai bahan pengisi atau tanpa bahan
pengisi.Sistem sambungan las ini termasuk jenis sambungan tetap dimana pada
konstruksi dan alat permesinan, sambungan las ini sangat banyak digunakan.
Untuk menghitung kekuatan sambungan las ini, disesuaikan dengan cara
pengelasannya serta jenis pembebanan yang bekerja pada penampang yang dilas
tersebut.

13
Keuntungan sambungan Las dibanding dengan Sambungan Keling dan
Sambungan Baut:
 Kampuh las lebih ringan, hanya sekitar 1 - 1,5% dari berat konstruksi.
Untuk sambungan Keling & Baut mempunyai berat 2,5 – 4 % dari
berat konstruksi.
 Bagian yang akan dilas pada umumnya tidak perlu diberi lapisan lagi,
misalnya dengan bahan pelat atau yang sejenis.
 Lebih efisien, terutama terhadap tegangan tarik, sebab tidak ada lubang
yang melemahkan penampang batang tarik
Kekurangan pada sambungan las :
 kualitas sambungan las sangat tergantung pada keahlian juru las.

A. Metode Mengelas
Adapun beberapa metode mengelas,yaitu ebagai berikut :
 Las Tempa
 Las Otogin (Las Gas)
 Las Listrik
Keterangan
1) Las Tempa
Pada metode Las Tempa, kedua bagian ujung yang akan
disambung dipanaskan mendekati suhu lebur, ditempelkan lalu ditempa
atau dipukul berkali-kali sehingga menjadi satu sambungan yang
homogen. Untuk sambungan Las Tempa ini tidak menggunakan logam
pengisi atau tidak menggunakan bahan tambah.

14
2) Las Otogin (Las Gas)
Pada metode dengan Las Otogin, kedua bagian yang akan
disambung dipanaskan sampai mendekati titik leburnya menggunakan api
yang berasal dari campuran gas asetilin dan gas asam, kemudian pada
bagian yang hampir meleleh tersebut diisi dengan lelehan kawat las

15
3) Las Listrik
Las busur listrik umumnya disebut las listrik adalah salah satu cara
menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang
diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung.
Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair,
demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair
pada ujungnya dan merambat terus sampai habis.
Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan
disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan
disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut.

16
17
B. Bentuk-Bentuk Kampuh Las
Kampuh las adalah bentuk persiapan pada suatu sambungan.
Umumnya hanya ada pada sambungan tumpul, namun ada juga pada beberapa
bentuk sambungan sudut tertentu, yaitu untuk memenuhi persyaratan kekuatan
suatu sambungan sudut.
Bentuk kampuh las yang banyak dipergunakan pada pekerjaan las dan
fabrikasi logam adalah :
 Kampuh I (open square butt)
 Kampuh V (single Vee butt)
 Kampuh X (duoble Vee butt)
 Kampuh U (single U butt)
 Kampuh K/ sambungan T dengan penguatan pada kedua sisi
(reinforcemen on T-butt weld )
 kampuh J/ sambungan T dengan penguatan satu sisi (single J-butt weld ).

18
2.6 Sambungan Ulir
A. Pengertian Sambungan Ulir ( Screw Joined  )
Sambungan ulir adalah sambungan yang menggunakan konstruksi ulir
untuk mengikat dua atau lebih komponen mesin. Sambungan ini termasuk ke
dalam golongan sambungan tidak tetap, tergolong tidak tetap, karena pada
sambungan ini menggunakan baut dan mur, sehingga mudah untuk membuka
sambungan tersebut. Sambungan ulir terdiri dari 2 bagian, yaitu menggunakan
Baut atau biasa disebut dengan Bolt dan Mur atau biasa disebut dengan NUT.
[ CITATION Muh14 \l 1033 ]

B. Fungsi Sambungan Ulir


Sambungan ini jika dilihat dari konstruksi yang mempunyai ulir,
sambungan ulir memiliki fungsi teknis utama, Yaitu pada ¾  bagian
digunakan untuk bagian mesin yang membutuhkan sambungan dan pelepasan

19
tanpa merusak bagian mesin. Kemudian ¾  bagiannya lagi untuk memegang
dan menyesuaikan dalam bentuk prakitan.

C. Keuntungan Dan Kelemahan Sambungan Ulir


Jika di tinjau dari sisi teknik. Sambungan ini mempunyai
keuntungan dan kerugian pada penggunaanya, Yaitu :
1. Keuntungan Sambungan Ulir :
 Lebih murah untuk di produksi dan lebih efisien.
 Memiliki reliabilitas tinggi dalam operasi.
 Suatu lingkungan yang cukup luas dari sambungan baut diperlukan
untuk beberapa kondisi operasi.
 Sesuai untuk perakitan dan pelepasan komponen.
2. Kerugian Sambungan Ulir :
 Pada sambungan ulir biasanya konsentrasi tegangan yang ada pada
bagian ulir tidak mampu untuk menahan berbagai kondisi beban.

D. Nomenklatur Sambungan Ulir


1. Major Diameter, merupakan diameter terbesar pada bagian ulir luar
atau bagian ulir dalam dari sebuah sekrup. Sekrup biasanya
didefinisikan oleh diameter yang biasa disebut dengan diameter luar
atau diamter nominal.
2. Minor Diameter, Pada bagian terkecil dari bagian ulir dalam atau
bagian ulir luar, disebut juga sebagai core atau diameter root.
3. Pitch Diameter, Disebut juga dengan diamter efektif. Merupakan
bagian yang berhubungan antara baut dengan mur.

2.7 Gaya Gesekan


A. Pengertian Gaya Gesekan
Gaya Gesek adalah gaya yang berlawanan arah dengan arah gerak
benda. Gaya ini terjadi karena sentuhan benda dengan bidang lintasan akan
membuat gesekan antara keduanya saat benda akan mulai bergerak hingga
benda bergerak. Besarnya gaya ini ditentukan berdasarkan kekasaran

20
permukaan kedua bidang yang bersentuhan, jadi semakin kasar permukaan
suatu bidang maka nilai gaya geseknya akan semakin besar. [ CITATION
Stu19 \l 1033 ]

B. Jenis-Jenis Gaya Gesekan


Agar kamu mampu memahami materi ini dengan baik, sebaiknya
kamu harus memahami terlebih dahulu materi:
Hukum Newton I
Hukum Newton II
Terdapat dua jenis gaya gesek yaitu Gaya Gesek Statis dan Kinetis.
Berikut dijelaskan lebih lanjut.
1. Gaya Gesek Statis (GGS)
Gaya Gesek Statis adalah gaya yang bekerja saat benda diam hingga
tepat saat benda akan bergerak. Sebagai contoh, GGS dapat mencegah kamu
untuk tergelincir dari tempat kamu berpijak. GGS juga dapat mencegah benda
meluncur ke bawah pada bidang miring.
Besar GGS merupakan hasil perkalian antara koefisien gesek statis
dengan gaya normal benda. Koefisien gesek merupakan besaran yang
bergantung pada kekasaran kedua permukaan bidang yang bersentuhan.
Koefisien gesek statis dinotasikan dengan  .
Persamaan GGS:

[Sumber: Douglas C. Giancoli, 2005]


Perhatikan gambar diatas untuk melihat arah-arah gaya. Karena setiap
benda yang diam hingga tepat akan bergerak memiliki nilai GGS, maka
benda tidak akan bergerak jika gaya yang diberikan lebih kecil dari nilai GGS

21
(karena arah gaya yang diberikan dengan arah gaya gesek selalu berlawanan).
Jadi, benda akan dapat bergerak jika gaya yang diberikan lebih besar dari
nilai GGS.
 b enda tetap diam.
 b enda mulai bergerak
2. Gaya Gesek Kinetis (GGK)
Gaya gesek kinetis adalah gaya yang bekerja saat benda bergerak. Saat
benda diam hingga tepat akan bergerak, gaya yang berkerja adalah GGS. Lalu,
saat benda mulai bergerak maka gaya yang bekerja adalah GGK. Jika tidak
terdapat GGK, maka suatu benda yang diberi gaya akan selalu melaju dan
tidak akan berhenti karena tidak ada gaya gesek yang melambatkannnya,
seperti di luar angkasa.
Sama seperti GGS, nilai GGK merupakan hasil perkalian antara
koefisien geseknya dengan gaya normal benda. Koefisien gesek kinetis
dinotasikan dengan  . Biasanya, nilai koefisien gesek kinetis selalu lebih
kecil dari koefisien gesek statis untuk material yang sama.
Persamaan GGK:
.
.

Contoh Soal Tentang Gaya Gesekan


Sebuah kotak seberat 10 kg ditarik sepanjang bidang datar dengan
gaya sebesar 40 N yang membentuk sudut  . Koefisien gesek statis dan
kinetis nilainya berturut-turut sebesar 0,4 dan 0,3. Hitunglah percepatannya.
Pembahasan:
Gambarkan terlebih dahulu gaya-gaya yang bekerja pada box tersebut.
Perhatikan gambar dibawah ini.

22
Kemudian kita identifikasi komponen-komponen yang diketahui,

 memiliki komponen vertikal dan horizontal:

Lalu, kita dapat mencari gaya normalnya yang dinotasikan dengan   


ataupun  ,
.
 (karena benda tidak bergerak secara vertikal, maka  ).
.

Agar kita mengetahui apakah benda tersebut dapat bergerak atau tidak,
maka kita hitung nilai GGSnya:
.
, maka benda bergerak.
Kita tentukan GGK yang bekerja:

23
Lalu, dapat kita cari percepatannya:
.

Jadi, percepatan yang dialami benda sebesar  .

Jika tidak terdapat gaya gesek, percepatannya pasti akan lebih besar.

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun beberapa kesimpulan dari makalah ini,yaitu sebagai berikut:
1) Tumpuan adalah tempat bersandarnya konstruksi dan tempat
bekerjanya reaksi.
2) Ada tiga macam tumpuan,yaitu tumpuan sendi,tumpuan rol dan
tumpuan jepit.
3) Sambungan adalah hasil dari penyatuan beberapa bagian atau
konstruksi dengan menggunakan suatu cara tertentu
4) Sambungan terbagi menjadi dua,yaitu sambungan tetap dan
sambungan tidak tetap.
5) Gaya gesekan adalah gaya yang berlawanan arah dengan arah gerak
benda.gaya ini terbagi menjadi dua,yaitu gaya gesek statis dan gaya
gesek kinetis.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang masalah di atas
dengan sumber-sumber yang lebih lengkap sehingga dapat digunakan sebagai
bahan literatur bagi para peneliti lainnya.

25
DAFTAR ISI

Belajar, S. (2019). Gaya Gesek.

Blogger. (2019). Belajar Ilmu Kontruksi Ilmu Bangunan. pengertian dan jenis
jenis tumpuan.

Shiddiq, M. J. (2014). Mechanical. Sambungan Ulir.

Wibowo, D. C. (2013). mekanika teknik. pengertian sambungan.

26

Anda mungkin juga menyukai