Anda di halaman 1dari 2

ISU RUU KUHP YANG KONTROVERSIAL

Indonesia adalah negara hukum itulah yang diatur dalam pasal 1 ayat (3)
UUD 1945 artinya adalah bahwa setiap segala sesuatunya harus didasarkan dengan
hukum, hal ini selaras dengan asas Legalistas bahwa seseorang tidak dapat
dikatakan bersalah sebelum sudah ada aturan yang mengatur sebelumnya. Tentu ini
selaras dengan bunyi UUD 1945 pasal 1 ayat (3) tadi, bahwa segala sesuatu harus
didasarkan dengan aturan terlebih dahulu.

Negara indonesia pernah dijajah oleh bangsa Belanda yang meninggalkan


hukumnya di Indonesia atau sering disebut asas konkordansi yang mana artinya
hukum penjajah diberlakukan di negara jajahannya. Misalnya KUHP, yang sampai
sekarang belum direvisi (diperbaharui).

Pada pekan ini ada isu bahwa RUU KUHP segera di berlakukan di Indonesia
namun hal belum jelas masih isu belaka selain itu banyak kontraversi yang muncul
dalam beberapa pasal yang segera diberlakukan. Dikutip dari
https://www.liputan6.com/news/read/4065234/pasal-pasal-kontroversi-di-rkuhp-
yang-jadi-sorotan yang mengatakan ada bebera pasal yang kontroversial antara lain
sebagai berikut:

1. RUU pasal penghinaan presiden dan wakil presiden.


Dalam pasal 219 RUU KUHP, yang berbunyi Setiap orang yang menyiarkan,
mempertunjukkan, atau menempelkan tulisan atau gambar sehingga terlihat oleh
umum, memperdengarkan rekaman sehingga terdengar oleh umum, atau
menyebarluaskan dengan sarana teknologi informasi yang berisi penyerangan
kehormatan atau harkat dan martabat terhadap Presiden atau Wakil Presiden
dengan maksud agar isinya diketahui atau lebih diketahui umum dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun 6 (enam) bulan atau pidana denda
paling banyak Kategori IV. Jika pasal ini tetap berlaku banyak hal yang
dipertanyakan apakah pengawasan masyarakat terhadap kinerja presiden dan
wakil presiden juga tidak dapat lagi, misalnya saja menilai suatu kinerja presiden
dan wakilnya baik melalui porum atau penilaian umum masyarakat namun
penilaian itu bersifat penolakan atau kontra yang sedikit mengolok, walaupun
kinerjanya yang di olok namun secara otomatis dan secara hukum kinerja itu
dibuat oleh presiden dan wakil presiden yang artinya menghina kinerja juga
minghina pembuat kinerja. Tentunya hal ini tidak sesuai dengan negara
demokrasi dan bertentangan dengan UUD 1945 pada pasal 1 ayat 2 bahwa
kedaulatan ada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD, artinya hak
konstitusional warga negara telah dilanggar dengan membatasi haknya.
2. Pasal perzinahan.
pasal 417 ayat (1) RUU KUHP berbunyi, setiap orang yang melakukan
persetubuhan dengan orang lain yang bukan suami atau istri dipidana karena
perzinaan dengan pidana penjara paling lama 1 tahun atau denda kategori II.
Pada ayat 2 tindak pidana perzinaan tidak dilakukan penuntutan kecuali atas
pengaduan suami, istri, orangtua atau anaknya. perlu dipertanyakan adalah
bagaimana jika sepasang muda-mudi yang mengalami kecelakaan/zina yang
artinya suka sama suka dan tidak ada unsur paksaan, mengingat karna di
indonesia juga sering dan banyak terjadi anak muda yang mengalami
kecelakaan, nah dalam KUHP lama suka sama suka tidak dapat dipidana paling
hanya kena hukum adat saja hal ini jika salah satu pihak tidak terikat
perkawinan. Sedangkan di RUU KUHP dipidana jika dilaporkann keluarga hal itu
takterkecuali bagi muda-mudi ditambah hukum adat menunggunya. Namun jika
dari aspek hukum Islam maka hal ini sesuai.
3. Pasal tidaki pidana korupsi
pasal 604 yang berbunyi, "setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 2 tahun dan paling
lama 20 tahun dan denda paling sedikit Kategori II dan paling banyak Kategori
VI". Hal yang jadi masalah adalah bahwa tindak pidana koropsi bukanlah tindak
pidana khusus lagi. Kira-kira begitu karna telah diatur dalam KHUP yang jelas-
jelas mengatur tindak pidana umum, artinya kewenangan KPK juga dihapus
secara sekilas. Permasalahan yang selanjutnya adalah hukuman minimalnya
adalah 2 tahun penjara, kemudian apa yang jadi masalahnya? Bahwa
kemungkinan koropsi meningkat karna hukuman minimalnya/straf minimalnya 2
tahun penjara artinya ada kemungkinan hukuman yang didapat bagi pelaku
koropsi ringan.
Selanjutnya apa yang harus kita lakukan sebagai warga negara indonesia
apabila RUU ini diberlakukan, yang mengakibatkan hak konstitusional kita
dirugikan? Didalam UUD 1945 pasal 28 c MK berwenang menguji UU. Artinya kita
dapat meminta MK menguji UU yang menurut kita melanggar hak konstitusional
kita. Dalam Peraturan Mahkama Konstitusi No 6 tahun 2005 tentang pedoman
pengujian UU pada pasal 3 yang dapat mengajukan pengujian UU adalah :
perorangan WNI, Masyarakat hukum adat, badan hukum publik dan privat,
lembaga negara. Maka jika kalian memenuhi sarat pada pasal 3 diatas kalian
berhak meminta MK menguji UU Yang ingin di uji.

Arlies Widiarto
Mahasiswa
Fakultas Hukum
Universitas Bengkulu

Anda mungkin juga menyukai